jawaban bank soal.doc

Upload: ahmadbuldani

Post on 05-Nov-2015

231 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

11.

Lesi pada medula spinalis itu dapat menimbulkan tanda-tanda lesi neuron motorik atas (UMN), tanda ini meliputi paralisis yang sifatnya spastik kelainan kelainan dibagi berdasarkan tipe dan lokasi lesi yang khas.

Lesi pada batang otak itu dapat menimbulkan gangguan pada aktivitas motorik seperti energi motorik yang tak terbendung dan manifestasi kekakuan.

Lesi pada hemisfer menyebabkan pada sisi yang berlawanan, seperti disorientasi dan kelemahan motorik.

12.

Cedera kepala ringan (CKR) GCS 13-15, dapat terjadi kehilangan kesadaran (pingsan) kurang dari 30 menit atau mengalami amnesia retrograde. Tidak ada fraktur tengkorak, tidak ada kontusio cerebral maupun hematoma.

Cedera kepala sedang (CKS) GCS -12, kehilangan kesadaran amnesia retrograde lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur tengkorak.

Cedera kepala berat (CKB) GCS lebih kecil atau sama dengan 8. Kehilanagn kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam. Dpat mengalmi kontusio cerebral, laserasi atau hematom intra cranial.

13.

Tes Patrick : Pasien tidur terlentang dengan knee fleksi dan tumit di letakan di atas lutut tungkai yang satunya. Kemudian lutut yang d fleksi tadi di tekan ke bawah. Pemeriksaan ini bertujuan untuk merangsang nyeri pada sendi panggul.

Tes Kontra patrick : Kebalikan dari tes patrick caranya knee fleksi dengan arah gerakan endorotasi dan adduksi, kemudian knee di dorong ke medial. Tes ini untuk membuktikan adanya kelainan pada sendi sakroiliaka.

14.

Lesi pada medula spinalis itu dapat menimbulkan tanda-tanda lesi neuron motorik atas (UMN), tanda ini meliputi paralisis yang sifatnya spastik kelainan kelainan dibagi berdasarkan tipe dan lokasi lesi yang khas.

Lesi pada batang otak itu dapat menimbulkan gangguan pada aktivitas motorik seperti energi motorik yang tak terbendung dan manifestasi kekakuan.

Lesi pada hemisfer menyebabkan pada sisi yang berlawanan, seperti disorientasi dan kelemahan motorik.

15.

Reflek pupil : Tidak terdapat respon terhadap cahaya atau refleks cahaya negatif, Ukuran midposisi ($mm) sampai dilatasi (9mm).

Reflek gerakan bola mata/gerakan okuler : a. Reflek oculochepalic negatif adalah pengujian dilakukan hanya apabila secara nyata tidak terdapat retak atau ketidakstabilan vertebra cervical atau basis kranii. b. Tidak terdapat penyimpanagn atau deviasi gerakan bola mata terhadap irigasi 50 ml air dingin pada setiap telinga.Membrana timpani harus tetap utuh: pengamatan 1 menit setelah di suntikan, dengan interval minimal 5 menit.

Respon motorik facial dan sensorik facial : a. Reflek kornea negatif, b. Jaw Reflek negatif (optional). c. Tidak terdapat respon menyeringai terhadap rangsang tekanan dalam pada kuku, supra orbita, atau temporomandibular joint.

Reflek trakea dan faring : a. Tidak terdapat respon terhadap rangsangan di faring

bagian posterior. b. Tidak terdapat respon terhadap pengisapan trakeobronkial.

46. gejala klinis :

1. Kelopak mata turun sebelah atau keduanya (ptosis).

2. pengelihatan ganda atau diplopia.

3. lengan tidak kuat mengangkat beban karena otot lengan lemah

4. kesulitan naik tangga karena otot kaki lemah bahkan sulit berjalan.

5. kesulitan mengunyah karena otot wajah lemah.

6. sura melemah atau berubah sengau.

7. kesulitan bicara dalam waktu lama.

8. kesulitan bernafas.

Cara pemeriksaannya :

1. Tes elektrocardiostik

Test ini meliputi repetitive nerve stimulation (RNS) dan single fiber electromyography (SFEMG). SFEMG adalah alat test diagnose yang paling sensitife, semua kasus myasthenia gravis dapat di deteksi dengan test ini.

2. Test wartenberg

Bila gejala-gejala kelopak mata tidak jelas dapat dicoba test watenberg. Penderita dimita untuk menatap tanpa kedip kepada suatu benda yang terletak diatas dan diantara bidang bidang kedua mata untuk beberapa waktu lamanya. Pada kasus MG kelopak mata yang terkena akan menunjukan ptosis.

3. Test prostigmin atau test neostigmin

4. Test edrophonium chloride

Test ini sering digunakan untuk mendiagnosa MG. enzim asetilkolineterase membongkar asetilkolin (Ach) setelah otot dirangsang mencegah perpanjangan respon otot ke impul saraf tunggal. Endrophonium chloride adalah obat secara berkala merintangi aksi dari asetilkolineterase. Pada MG ada sedikit penerima asetilkolin(AChR) pada otot dan asetilkolindihancurkan sebelum bisa secara secara penuh menstimulasi otot sehingga menghasilkan kelemahan otot, tensilon memperpanjang stimulasi otot dan secaa berkala memperbaiki kekuatan.

5. Test darah

Dilakukan untuk menentukan tingkatan serum dari beberapa antibody ( seperti AChR-peningkat antibody, AChR-modulasi antibody, antitrisiasional antibody). Tingkat yang tinggi dari antibody-antibody ini dapat mengindikasikan MG., 80% dari semua pasien dengan MG memiliki peningkatan serum antibody yang tidak normal.

6. Computed Tomography Scan (CT-scan) atau MRI

Digunakan untuk mengidentifikasi kelenjar thymus yang tidak normal atau keberadaan dari thymoma.

7. Pulmory Function Test (test fungsi paru-paru)

Test mengukur kekuatan pernafasan untuk memprediksikan apakah pernafasan akan gagal da membawa kepada Myasthenia.

47. Penyebab vertigo perifer otogenik :Penyebabnya adalah adanya gangguan di telinga bagian dalam yaitu labirinitis yang ditandai dengan kejadian vertigo yang tiba-tiba dan kadang diikuti kehilangan pendengaran, infeksi virus atau bakteri, selain itu ada beberapa penyakit penyebab vertigo perifer seperti meniere disease, pendarahan di otak, multiple sclerosis, cidera kepala dan migraine.

48. 49.