jagung prg toleran glifosat
DESCRIPTION
tugas terjemah :pTRANSCRIPT
Jagung PRG Toleran Glifosat: Atasi Gulma
dan Tingkatkan Hasil
Selasa, 18 Desember 2012 07:53
Jagung PRG toleran glifosat merupakan salah satu hasil produk rekayasa genetik dari PT
Branita Sandhini (MONSANTO) yang dikenalkan di Indonesia. PT Branita Sandhini kali ini
mengadakan kerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan (Balitkabi) untuk
melakukan kajian dampak aplikasi glifosat pada lahan jagung terhadap kelimpahan mikroba
tanah, mesofauna, arthropoda serta kelimpahan parasitoid telur hama penggerek batang
jagung Ostrinia furnacalis.
Kegiatan penelitian ini dipercayakan PT Branita Sandhini Ke Balitkabi yang kedua kalinya.
Yang pertama adalah kegiatan riset kelimpahan arthropda di lahan uji terbatas produk jagung
PRG toleran penggerek batang jagung O. furnacalis. Sosialisasi risiko komunikasi selalu
dilakukan oleh pihak PT Branita Sandhini sebelum melakukan penelitian di lapangan. Hal ini
merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi agar produk yang dihasilkan dapat
direkomendasi oleh tim keamanan lingkungan TTKHKP. Tiga pemakalah yang
mempresentasikan dalam sosialisasi komunikasi risiko jagung PRG toleran glifosat di Balitkabi;
(1) Prof Dr Bambang Sugiharso dari Unej (Jember) yang memaparkan Biotecology: Basic
concept, adoption and benefit, (2) Insect resistance & herbicide oleh Ir Redy Kurniawan dari
perwakilan PT Branita Sandhini, dan (3) Dr Yusmani Prayogo dari Balitkabi memaparkan
Protocol Trial yang akan dilakukan di KP
Produk jagung PRG toleran glifosat ini di Amerika sudah dikomersialkan lebih dari 23 tahun
yang lalu, namun di Indonesia masih harus melewati berbagai kajian untuk memperoleh
sertifikat yang menyatakan aman sebagai pangan, pakan, dan juga aman terhadap
lingkungan. Jagung PRG ini telah disisipi gen CP4 EPSPS yang berasal
dari Agrobacterium spp. strain CP4. sehingga tanaman toleran terhadap senyawa herbisida
glifosat karena pada jagung PRG ada kandungan enzim CP4 EPSPS. Sementara itu, pada
tanaman konvensional, senyawa glifosat dari aplikasi herbisida menghambat aktivitas enzim
EPSPS dan dapat menghentikan proses biosintesis asam amino aromatik sehingga tanaman
berhenti tumbuh dan mati. Dengan produk ini masalah gulma di lahan jagung yang selama ini
menjadi kendala dalam usaha penyiangan dapat teratasi dengan mudah. Selain itu, dengan
keterbatasan tenaga kerja sekarang ini dan masa-masa yang akan datang, jagung PRG
toleran glifosat memberikan terobosan baru sehingga efisien penggunaan tenaga kerja dan
meningkatkan hasil karena kehilangan produksi akibat gulma tidak terjadi. Oleh karena itu,
jagung PRG toleran glifosat memberikan kontribusi yang sangat besar sehubungan dengan
swasembada jagung yang menjadi salah satu program empat sukses Kementan.
Yusmani P / AW
http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/kilas-litbang/1099-jagung-prg-toleran-glifosat-atasi-gulma-dan-tingkatkan-hasil.html
2014
Gen Indikator Transformasi Sel Tanaman
Written by Teuku Tajuddin
Category: ARTIKEL SAINS
Hits: 98
Meningkatkan kualitas tanaman melalui kawin silang dalam pemuliaan
tanaman selalu terkendala pada hubungan kekerabatan (taxonomic relationships) dari tanaman-
tanaman tersebut. Dua jenis tanaman dengan hubungan kekerabatan yang jauh akan memiliki bentuk
bunga, kepala putik maupun serbuk sari yang berbeda. Belum lagi perbedaan masa berbunga dan
waktu bunga matang, yang tidak mendukung terjadinya persilangan pada kedua jenis tanaman
tersebut.
Kendala tersebut dapat diatasi dengan dikembangkannya teknologi pemindahan gen dari satu
organisme ke organisme lain. Teknologi yang dikenal dengan transformasi genetika ini dapat
mengakses dan memindahkan berbagai sifat yang diinginkan dari satu tanaman ke tanaman lain
tanpa mempedulikan hubungan kekerabatannya. Bahkan gen-gen dari kelompok bakteri dan virus
pun dapat dipindahkan ke tanaman maupun hewan. Tanaman hasil teknologi ini disebut dengan
tanaman bioteknologi [1] atau transgenik (dahulu PRG=produk rekayasa genetika; atau
GMO=genetically modified organism).
Kini transformasi genetika menjadi metode pilihan yang disukai dalam meningkatkan produktivitas
dan kualitas tanaman. Teknologi ini telah demikian berkembang serta semakin efisien dan praktis
penggunaannya. Hingga 2013, sebanyak 27 negara telah mengaplikasikan tanaman bioteknologi
secara komersial, 19 negara diantaranya adalah negara-negara berkembang. Sejak penanaman
komersialisasi pertama seluas 1,7 juta hektar pada tahun 1996, saat ini tanaman bioteknologi sudah
berkembang pesat dan mencapai luas 175,2 juta hektar [1].
Keberhasilan teknologi transformasi genetika sangat tergantung pada efisiensi metode pemindahan
gen, integrasi gen yang baru ke dalam genom inti sel inang dan ekspresi dari gen tersebut di dalam
sel inang. Langkah penting berikutnya adalah identifikasi atau seleksi sel-sel hasil transformasi
diantara sel-sel lainnya. Untuk itu diperlukan sebuah gen penanda. Gen ini difusikan dalam satu
vektor atau plasmid dengan gen yang diminati (seperti warna bunga, vitamin A pada bulir padi,
ketahanan terhadap penyakit tanaman, menunda proses kematangan pada buah tomat, dll.), dan
kemudian dimasukkan bersamaan ke dalam sel inang. Ekspresi gen penanda kemudian digunakan
sebagai sarana identifikasi dan seleksi. Ada 2 kelompok gen yang digunakan untuk membantu seleksi
pada tahap ini. Kelompok pertama adalah gen penanda selektif (selective marker genes), sedangkan
kelompok kedua adalah gen reporter.
Dengan bantuan kedua kelompok gen penanda tadi, sel-sel transgenik dapat segera diidentifikasi
secara dini dan mudah, diantara ribuan sel-sel lain yang bukan hasil transformasi. Sel hasil
transformasi yang lulus seleksi selanjutnya dipisah, ditumbuhkan dan diperbanyak secara in
vitro untuk mendapatkan tanaman-tanaman bioteknologi dengan sifat yang diminati dan siap tanam.
GEN PENANDA SELEKTIF
Pemilahan sel-sel inang dilakukan pada lingkungan khusus atau selektif. Lingkungan khusus atau
selektif adalah kondisi media tumbuh yang mengandung bahan tertentu yang memiliki daya hambat
atau racun. Sel inang hasil transformasi yang mengandung gen penanda selektif di dalam genomnya
mampu bertahan hidup pada lingkungan tersebut. Sebaliknya pada lingkungan selektif, sel inang
tanpa gen penanda, pertumbuhannya akan terhambat atau mati keracunan.
Ada dua jenis gen penanda selektif yang banyak dipakai pada kajian transformasi genetika akhir-akhir
ini. Pertama adalah gen penanda selektif yang mengekspresikan suatu protein yang toleran terhadap
racun. Protein yang dihasilkan mampu melumpuhkan daya racun yang ada di dalam media.
Kehadiran protein ini di dalam sel inang membuat sel inang hasil transformasi mampu tumbuh pada
media yang mengandung racun. Sedangkan sel-sel lain mati keracunan. Jenis yang kedua
mengekspresikan suatu protein atau enzim mutan sehingga racun tidak bisa melumpuhkannya. Sel
inang hasil transformasi yang memproduksi protein atau enzim mutan ini menjadi tidak sensitif
terhadap daya hambat dari racun di dalam media. Enzim baru ini akan menggantikan enzim alami
yang sebelumnya ada di dalam sel inang.
Beberapa gen penanda telah tersedia secara komersial dan praktis digunakan sebagai penanda
selektif, seperti gen-gen yang toleran terhadap racun berupa antibiotik, herbisida, anti-metabolit,
biosintetik hormon dan asam amino.
Kemampuan dari gen penanda selektif sangat tergantung pada karakteristik racun di dalam media
(jenis antibiotik atau herbisida) yang digunakan dan pemilihan gen-gen yang toleran terhadap racun
terkait. Racun yang digunakan dalam media hendaknya harus betul-betul dapat menghambat
pertumbuhan sel-sel tanaman normal (yang belum ditransformasi), namun konsentrasi yang
digunakan harus pada taraf minimal. Jenis dan bagian tanaman yang digunakan juga merupakan
faktor yang penting untuk diperhatikan. Seperti genotipe, tipe eksplan, tahap pertumbuhan, dan
kondisi pertumbuhan in vitro. Sehingga perlu dilakukan test daya hambat racun yang digunakan
terhadap masing-masing jenis dan bagian tanaman. Taraf ketahanan gen-gen yang digunakan juga
tergantung dari jenis promoternya, yang memberikan sinyal kendali pada proses transkripsi dan
translasi.
2. GEN PENANDA SELEKTIF YANG TOLERAN TERHADAP HERBISIDA
a. Gen toleran terhadap Chlorsulfuron
Chlorsulfuron adalah herbisida yang menghambat pembentukan enzim acetolactase synthase(ALS),
yang dihasilkan oleh gen als. Gen mutan dari als, yang dikenal dengan csr 1 telah ditemukan dan
berhasil diisolasi dari tanaman Arabidopsis thaliana. Menurut Li dan koleganya[16], mutasi terjadi
karena adanya substitusi basa tunggal pada sekuen yang dapat disandi dari gen als. Dengan
demikian, enzim yang dihasilkan tidak berhasil dihambat oleh Chlorsulfuron.
Tanaman tembakau yang menerima gen csr 1 melalui transformasi genetika, dapat bertahan hidup
pada media seleksi yang mengandung herbisida pada konsentrasi yang tinggi [13]. Gen ini juga telah
ditransformasikan pada tanaman pangan dan serat lainnya sehingga diperoleh tanaman-tanaman
bioteknologi yang toleran terhadap chlorsulfuron.
Sekuen yang dapat disandi dari gen csr 1 telah disisipkan pada plasmid pGH1 yang dikenal sebagai
fragmen Ncol-Agel 2.02 kb. Plasmid pALS yang telah digunakan pada jagung, mengandung promoter
CaMV 35S yang digandeng dengan intron 1 gen adh1, sekuen yang dapat disandi dari gen als dan
sekuen nos poli-adenilasi [13]. Sedangkan plasmid pTRA 153 yang digunakan pada transformasi
padi [16], disusun dari promoter 35S, sekuen yang dapat disandi dari gen csr 1 Arabidopsis dan
rantai poli-adenilase.
b. Gen toleran terhadap Glufosinate
Glufosinate adalah herbisida berspektrum luas, yaitu dapat mematikan semua jenis gulma termasuk
tanaman yang kontak dengan herbisida ini. Glufosinate menghambat aktivitas enzim glutamin
sintetase, sehingga pembentukan glutamin berkurang. Akibatnya proses fotosintesis terhenti dan
tanaman mati. Gen yang toleran terhadap glufosinate adalah bar atau pat, yang pertama diisolasi dari
bakteri Streptomyces. Banyak tanaman pangan, termasuk umbi-umbian [17], yang telah menerima
gen bar atau pat melalui transformasi genetika sehingga toleran terhadap herbisida glufosinate. Saat
aplikasi herbisida glufosinate di lahan, semua rumput liar akan mati, kecuali tanaman bioteknologi.
c. Gen toleran terhadap herbisida lain
Gen als mutan telah berhasil ditransfer ke genom tanaman padi sehingga seleksi in vitro dapat
dilakukan pada media yang mengandung bispyribac sodium [18].Bispyribac sodium adalah
herbisida pyrimidinyl carboxy yang menghambat aktivitas enzim acetolactate synthase (ALS).
Gen yang toleran terhadap herbisida glyphosate (epsps) telah banyak digunakan pada kajian
transformasi genetika. Della-Cioppa dan kawan-kawan [19] telah berhasil mentransfer gen ini ke
dalam kloroplas tanaman tingkat tinggi. Gen epsps berasal dari bakteri Arthrobacter globiformis dan
menyandi enzim 5-enolpyruvylshikimate-3-phosphate synthase (EPSPS). Gen epsps mutan dari
tanaman petunia juga telah berhasil diisolasi dan kemudian ditransfer ke tanaman lain sehingga
menghasilkan transgenik yang tahan terhadap herbisida [9]. Gen-gen lain yang kebal terhadap
herbisida adalah gen nitrilase dari Klebsiella ozaenae. Tanaman transgenik tembakau yang
mengandung gen ini toleran terhadap herbisida bromoxynil [20].
Gen yang berasal dari Alcaligenes eutrophus memproduksi enzim 2,4-dichlorophenoxyacetate
monooxygenase (DPAM). Tanaman transgenik tembakau hasil transformasi gen ini, menghasilkan
kekebalan terhadap herbisida 2,4-D13. Gen dehalogenase dari Pseudomonas putida mengkode
enzim yang tahan terhadap 2,2-dichloropropionic acid (2,2-DCPA), yang merupakan bahan aktif dari
herbisida dalapon [21]. Gen ini telah ditransfer ke tanaman Nicotiana plumbaginifoliamenghasilkan
tanaman transgenik yang toleran terhadap 2,2-DCPA [13].
GEN REPORTER
Setelah transformasi genetika berhasil maka sekuens DNA yang telah pindah dan terintegrasi, akan
"memberitahu" tentang keberadaannya di dalam genom sel inang yang baru. Karena kemampuan
sekuens DNA itu untuk "memberitahu" tentang jati dirinya maka disebut sebagai gen reporter. Gen
reporter mengekspresikan suatu protein di dalam sel inang yang umumnya dapat dipantau secara
visual. Protein yang dihasilkan bukanlah protein yang alami berada di dalam sel inang, melainkan
protein asing berasal dari gen organisma lain yang berekspresi di dalam sel inang. Protein tersebut
juga tidak boleh beracun bagi sel inang walaupun pada konsentrasi yang tinggi. Dengan munculnya
protein dari gen reporter di dalam sel inang maka berarti proses transformasi genetika telah sukses.
Gen ini bermanfaat dalam kajian ekspresi gen
untuk penelitian biologi molekuler, biokimia,
biomedik maupun farmaseutikal. Kajian
promoter tanaman serta kajian gen regulasi
yang mengatur runtutan ekspresi gen menjadi
lebih mudah dengan adanya gen reporter ini.
Protein yang dihasilkan kemudian dapat
dianalisa dan diukur secara kuantitatif
menggunakan pengujian biokimia sederhana.
Ekspresi gen reporter dapat dideteksi dengan
mudah, sehingga menghemat waktu tanpa
harus menunggu munculnya sifat-sifat atau
karakteristik tertentu pada sel tanaman hasil
transformasi.
Gen-gen reporter yang banyak digunakan pada transformasi genetika tanaman antara lain adalah:
a. Gen β-galactosidase
Gen lacZ yang menyandi enzim β-galactosidase (β-GAL) dari E. coli pertama sekali digunakan tahun
1990 untuk studi ekspresi gen pada cacing Caenorhabditis elegans [23]. Gen ini juga berhasil
dideteksi setelah berekspresi pada jaringan kanker mahkota tanaman tembakau [24]. Aktivitas enzim
ini mudah dipantau, dan pada tahap translasi dapat berfusi dengan protein lain membentuk N-
terminal. Sel dan jaringan yang mengandung enzim β-galactosidase dapat memunculkan warna biru
setelah di-staining dengan 5-bromo-4-chloro-3-indoyl-β-D-galactosylpyranoside (X-Gal). Peningkatan
aktivitas β-GAL sampai 20 kali juga telah dideteksi pada beberapa sel hasil transformasi. Walaupun
demikian, dengan kehadiran aktivitas β-GAL endogen yang tinggi pada sel tanaman, menyebabkan
pendeteksian ekspresi gen ini secara kuantitatif menjadi kurang akurat.
b. Gen β-glucuronidase
Gen β-glucuronidase (gus) yang berasal dari E. coli adalah gen reporter yang banyak digunakan
dalam biologi molekular tanaman. Analisa fluorimetrik yang akurat dan lokalisasi histologi yang tepat
pada jaringan transgenik telah dimungkinkan pada gen reporter ini. Pengukuran aktivitas enzim β-
glucuronidase dilakukan menggunakan substrat 4-methyl umbelliferyl glucuronide (MUG), sedangkan
penentuan lokasi histologi menggunakan 5-bromo-4-chloro-3-indolyl glucuronide (X-gluc) [25]. Hal
yang menarik dari enzim ini adalah kemampuannya bertoleransi terhadap perpanjangan N-terminal.
Sayangnya, pada saat pengujian aktivitas enzim di atas, jaringan tanaman harus dirusak. Ini
kelemahan dari metode β-glucuronidase.
Dalam merakit suatu plasmid, gen gus dapat difusi dengan gen lain, seperti gen penanda selektif npt
II, sehingga seleksi sel hasil transformasi akan lebih akurat. Aktivitas enzim GUS yang tinggi berhasil
dicatat pada protoplas tembakau yang telah diinokulasi dengan plasmid yang mengandung
gen gus [13]. Sekuen nukleotida dari gen gus telah didaftarkan ke GenBank dan database EMBL
dengan nomor akses M14641.
c. Gen luciferase
Gambar 3. Ekspresi gen gfp pada embrio tanaman karet (Hevea brasiliensis) setelah transformasi melalui particle bombardment
Gen luc yang menyandi enzim luciferase berasal dari kunang-kunang (Photinus pyralis) dan
bakteri Vibrio harveyi. Hal yang menarik dari gen reporter ini adalah pengujian enzimnya yang bersifat
luminescen dan sangat spesifik. Substrat yang digunakan adalah ATP dan D-luciferin. Interaksi enzim
luciferase dengan substrat D-luciferin akan melepaskan cahaya melalui proses bioluminescen [26].
Keuntungan gen reporter ini, dapat dipantau aktivitasnya tanpa merusak jaringan tanaman. Dengan
demikian, aktivitas enzim luciferase dapat terus diikuti selama pertumbuhan tanaman. Sekuen
nukleotida dari cDNA luciferase telah diketahui dan didaftarkan ke EMBL dengan nomor akses
M15077.
Aktivitas luciferase yang tinggi telah berhasil dideteksi pada tanaman hortikultura. Tanaman ini
merupakan tanaman hasil transformasi gen luc yang difusikan dengan promoter 35S [13].
d. Gen green fluorescent protein
Gen gfp yang diperoleh dari ubur-ubur (Aequorea victoria) telah menjadi gen reporter favorit untuk
transformasi genetika pada tanaman [27]. Gen ini banyak dipadukan dengan gen penanda selektif
untuk menambah kekuatan seleksi sel dan jaringan transgenik. Keuntungan dari gen ini adalah
karena aktivitasnya berupa protein yang berwarna hijau dapat langsung dipantau secara visual
dengan prosedur yang sederhana. Identifikasi sel trasngenik bisa segera diketahui segera setelah
proses transformasi, dan selanjutnya untuk mengetahui proses pemisahan kromosom ketika sel
tersebut membelah (mitosis) [28]. Menggunakan gen reporter ini, jaringan transgenik dapat dipisah
secara manual sebelum perlakuan seleksi dengan antibiotik atau herbisida [29]. Dengan demikian
dapat meningkatkan efisiensi transformasi serta menghemat waktu dalam menghasilkan tanaman
bioteknologi. Gen ini telah digunakan pada berbagai jenis tanaman dikotil dan monokotil [27], serta
studi untuk memantau perpindahan serbuk sari dari tanaman tansgenik ke tanaman lain atau
gulma [28].
e. Gen chloramphenicol acetyltransferase
Gen chloramphenicol acetyltransferase (cat) yang umum digunakan berasal dari transposon Tn9 E.
coli. Gen ini telah digunakan sebagai gen penanda selektif pada sel mamalia dan tanaman, yang
toleran terhadap antibiotik chloramphenicol dibawah kendali promoter nos [30]. Namun efisensinya
masih jauh lebih rendah dibanding dengan npt II pada kanamycin. Sehingga penggunaannya sebagai
gen penanda selektif menjadi kurang diminati. Sebaliknya penggunaannya sebagai gen reporter
menjadi favorit karena assay yang sensitif dari aktivitas enzim chloramphenicol
acetyltransferase dapat mengidentifikasi sel hasil transformasi dengan lebih mudah. Nomor akses
untuk sekuen nukleotida gen cat adalah V00622 pada database EMBL dan J01841 pada database
GenBank.
DAFTAR PUSTAKA
1. James, C. 2014. Adoption of Biotech Crops 1996 to 2013. Seminar Global Status of Commercialized
Biotech/GM Crops: 2013. Hotel Bidakara, 28 Februari 2014. Jakarta.
2. Reiss, B., Sprengel, R., dan Schaller, H. 1984. Protein fusion with the kanamycin resistance gene from
transposon Tn5. The EMBO Journal 3(13): 3317-3322.
3. Nagai, N., Yanagisawa, K., Mizuno, K., Imura, H., Taguchi, G., Shimosaka, M., Shibata, D., dan Okazaki, M.
1995. Transformation of tobacco cultured cell by particle bombardment: Expression of phenylalanine
ammonialyase gene in transgenic tobacco cells. Plant Tissue Culture Letters 12(2): 165-171.
4. Pardo, J.M., Malpartida, F., Rico, M., dan Jimenez, A. 1985. Biochemical basis of resistance to hygromycin
B in Streptomyces hygroscopicus – The producing organism. J. Gen Microbiol. 131(6): 1289-1298.
5. Kojima, S., Banno, H., Yoshioka, Y., Oka, A., Machida, C., dan Machida, Y. 1999. A binary vector plasmid
for gene expression in plant cells that is stably maintained in Agrobacterium Cell. DNA Research 6: 407-
410.
6. Angenon, G., Dillen, W., dan van Montagu, M. 1994. Antibiotic resistance markers for plant
transformation. Plant Molecular Biology Manual C1:1-13. Kluwer Academic Pub. Belgium.
7. Ruf, S., Hermann, M., Berger, I.J., Carrer, H., dan Bock, R. 2001. Stable genetic transformation of tomato
plastids and expression of a foreign protein in fruit. Nature Biotechnology 19: 870-975.
8. Oreifig, A.S., Kovacs, G., Jenes, B., Kiss, E., Scott, P., dan Toldi, O. 2004. Development of a non-lethal
selection system by using the aadA marker gene for efficient recovery of transgenic rice (Oryza sativa L.).
Plant Cell Reports 22(7): 490-496.
9. Thompson, C.J., Movva, N.R., Tizard, R., Crameri, R., Davies, J.E., Lauwereys, M., dan Botterman, J. 1987.
Characterization of the herbicide-resistance gene bar from Streptomyces hygroscopicus. EMBO J. 6(9):
2519–2523.
10. Kumada, Y., Anzai, H., Takano, E., Murakami, T., Hara, O., Itoh, R., Imai, S., Satoh, A., dan Nagaoka, K.
1988. The bialaphos resistance gene (bar) plays a role in both self-defense and bialaphos biosynthesis
in Streptomyces hygroscopicus. J. Antibiot (Tokyo), 41(12): 1838-1845.
11. Botterman, J., Gossele, V., Thoen, C., dan Lauwereys, M. 1991. Characterization of phosphinothricin
acetyltransferase and C-terminal enzymatically active fusion proteins. Gene 102(1): 33-37.
12. Guerineau, F., Brooks, L., Meadows, J., Lucy, A., Robinson, C., Mullineaux, P. 1990. Sulfonamide resistance
gene for plant transformation. Plant Molecular Biology 15(1): 127-136.
13. Jones, H. 1995. Plant Gene Transfer and Expression Protocols. Humana Press. 466 pages.
14. Hauptmann, R.M., Vasil, V., Ozias-Akins, P., Tabaeizadeh, Z., Rogers, S.G., Fraley, R.T., Hosch, R.B., dan
Vasil, I.K. 1988. Evaluation of selectable markers for obtaining stable transformation in the
gramineae. Plant Physiol. 86(2): 602–606.
15. Guerrero, C., Mateos, L.M., Malumbres, M., dan Martin, J.F. 1992. The bleomycin resistance gene of
transposon Tn5 is an excellent marker for transformation of Corynebacteria. Applied Microbiology and
Biotechnology 36(6): 759-762.
16. Li, Z., Hayashimoto, A., dan Murai, N. 1992. A sulfonylurea herbicide resistance gene from Arabidopsis
thaliana as a new selectable marker for production of fertile transgenic rice plants.Plant Physiol. 100(2):
662–668.
17. D'Halluin, K., Bossut, M., Bonne, E., Mazur, B., Leemans, J., dan Botterman, J. 1992. Transformation of
Sugarbeet (Beta vulgaris L.) and Evaluation of Herbicide Resistance in Transgenic Plants. Nature
Biotechnology 10: 309-314.
18. Taniguchi, Y., Kawata, M., Ando, I., Shimizu, T., dan Oshima, M. 2010. Selecting genetic transformants
of indica and indica-derived rice cultivars using bispyribac sodium and a mutated ALS gene. Plant Cell
Report 29(11): 1287-1295.
19. Della-Cioppa, G. dan Kishore, G.M. 1988. Import of a precursor protein into chloroplast is inhibited by the
herbicide glyphosphate. EMBO J. 7(5): 1299–1305.
20. Stalker, D.M., McBride, K.E., dan Malyj, L.D. 1988. Herbicide resistance in transgenic plants expressing a
bacterial detoxification gene. Science 242(4877): 419-423.
21. Buchanan-Wollaston, V., Snape, A., dan Cannon, F. 1992. A plant selectable marker gene based on the
detoxification of the herbicide dalapon. Plant Cell Rep. 11(12): 627-631.
22. Singh, N.T., Sen, J., Kiesecker, H., Reddy, V.S., Jacosen, H.J., dan Mukherjee, S.G. 2004. Use of a
herbicide or lysine plus threonine for non-antibiotic selection of transgenic chickpea. Plant Cell
Reports 22(8): 576-583.
23. Fire, A., Harrison, S.W., dan Dixon, D. 1990. A modular set of lacZ fusion vectors for studying gene
expression in Caenorhabditis elegans. Gene 93(2): 189-198.
24. Helmer, G., Casadaban, M., Bevan, M., Kayes, L., dan Chilton, M.L. 1984. A new chimeric gene as a
marker for plant transformation: The expression of Escherichia coli β-galactosidase in sunflower
and tobacco cells. Biotechnology June: 520–527.
25. Jefferson, R.A. 1987. Assaying chimeric genes in plants: The GUS gene fusion system. Plant Mol.
Biol. Rep. 5: 387-404.
26. van Leeuwen, W., Hagendoorn, M.J.M., Ruttink, T., van Poecke, R., van der Plas, L.H.W., dan van der
Krol, A.R. 2000. The use of the luciferase reporter system for in planta gene expression studies.
Plant Mol. Biol. Rep. 18: 143a-143t.
27. Stewart, C.N. 2001. The utility of green fluorescent protein in transgenic plants. Plant Cell. Rep. 20,
376–382.
28. Harper, B.K., Mabon, S.A., Leffel, S.M., Halfhill, M.D., Richards, H.A., Moyer, K.A., Stewart Jr., C.N.
1999. Green fluorescent protein as a marker for expression of a second gene in transgenic plants.
Nat. Biotechnol. 17: 1125–1129.
29. Jordan, M.C. 2000. Green fluorescent protein as a visual marker for wheat transformation. Plant
Cell. Rep. 19: 1069–1075.
30. DeBlock, M., Herrera-Estrella, L., Van Montagu, M., Schell, J., Zambryski, P. 1984. Expression of
foreign genes in regenerated plants and in their progeny. EMBO J. 3: 1681–1689.
http://biotek.bppt.go.id/index.php/artikel-sains/135-gen-indikator-transformasi-sel-tanaman