jagung prg toleran glifosat

10
Jagung PRG Toleran Glifosat: Atasi Gulma dan Tingkatkan Hasil Selasa, 18 Desember 2012 07:53 Jagung PRG toleran glifosat merupakan salah satu hasil produk rekayasa genetik dari PT Branita Sandhini (MONSANTO) yang dikenalkan di Indonesia. PT Branita Sandhini kali ini mengadakan kerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan (Balitkabi) untuk melakukan kajian dampak aplikasi glifosat pada lahan jagung terhadap kelimpahan mikroba tanah, mesofauna, arthropoda serta kelimpahan parasitoid telur hama penggerek batang jagung Ostrinia furnacalis. Kegiatan penelitian ini dipercayakan PT Branita Sandhini Ke Balitkabi yang kedua kalinya. Yang pertama adalah kegiatan riset kelimpahan arthropda di lahan uji terbatas produk jagung PRG toleran penggerek batang jagung O. furnacalis. Sosialisasi risiko komunikasi selalu dilakukan oleh pihak PT Branita Sandhini sebelum melakukan penelitian di lapangan. Hal ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi agar produk yang dihasilkan dapat direkomendasi oleh tim keamanan lingkungan TTKHKP. Tiga pemakalah yang mempresentasikan dalam sosialisasi komunikasi risiko jagung PRG toleran glifosat di Balitkabi; (1) Prof Dr Bambang Sugiharso dari Unej (Jember) yang memaparkan Biotecology: Basic concept, adoption and benefit, (2) Insect resistance & herbicide oleh Ir Redy Kurniawan dari perwakilan PT Branita Sandhini, dan (3) Dr Yusmani Prayogo dari Balitkabi memaparkan Protocol Trial yang akan dilakukan di KP Produk jagung PRG toleran glifosat ini di Amerika sudah dikomersialkan lebih dari 23 tahun yang lalu, namun di Indonesia masih harus melewati berbagai kajian untuk memperoleh sertifikat yang menyatakan aman sebagai pangan, pakan, dan juga aman terhadap lingkungan. Jagung PRG ini telah disisipi gen CP4 EPSPS yang berasal dari Agrobacterium spp. strain CP4. sehingga tanaman toleran terhadap senyawa herbisida glifosat karena pada jagung PRG ada kandungan enzim CP4 EPSPS. Sementara itu, pada tanaman konvensional, senyawa glifosat dari aplikasi herbisida menghambat aktivitas enzim EPSPS dan dapat menghentikan proses biosintesis asam amino aromatik sehingga tanaman berhenti tumbuh dan mati. Dengan produk ini masalah gulma di lahan jagung yang selama ini menjadi kendala dalam usaha penyiangan dapat teratasi dengan mudah. Selain itu, dengan keterbatasan tenaga kerja sekarang ini dan masa-masa yang akan datang, jagung PRG toleran glifosat memberikan terobosan baru sehingga efisien penggunaan tenaga kerja dan meningkatkan hasil karena kehilangan produksi akibat gulma tidak terjadi. Oleh karena itu, jagung PRG toleran glifosat memberikan kontribusi yang sangat besar sehubungan dengan swasembada jagung yang menjadi salah satu program empat sukses Kementan. Yusmani P / AW http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/kilas-litbang/1099-jagung-prg- toleran-glifosat-atasi-gulma-dan-tingkatkan-hasil.html

Upload: aiiizhii

Post on 19-Jan-2016

39 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tugas terjemah :p

TRANSCRIPT

Page 1: Jagung PRG Toleran Glifosat

Jagung PRG Toleran Glifosat: Atasi Gulma

dan Tingkatkan Hasil

Selasa, 18 Desember 2012 07:53

Jagung PRG toleran glifosat merupakan salah satu hasil produk rekayasa genetik dari PT

Branita Sandhini (MONSANTO) yang dikenalkan di Indonesia. PT Branita Sandhini kali ini

mengadakan kerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan (Balitkabi) untuk

melakukan kajian dampak aplikasi glifosat pada lahan jagung terhadap kelimpahan mikroba

tanah, mesofauna, arthropoda serta kelimpahan parasitoid telur hama  penggerek batang

jagung Ostrinia furnacalis.

Kegiatan penelitian ini dipercayakan PT Branita Sandhini Ke Balitkabi yang kedua kalinya.

Yang pertama adalah kegiatan riset kelimpahan arthropda di lahan uji terbatas produk jagung

PRG toleran penggerek batang jagung O. furnacalis. Sosialisasi risiko komunikasi selalu

dilakukan oleh pihak PT Branita Sandhini sebelum melakukan penelitian di lapangan. Hal ini

merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi agar produk yang dihasilkan dapat

direkomendasi oleh tim keamanan lingkungan TTKHKP. Tiga pemakalah yang

mempresentasikan dalam sosialisasi komunikasi risiko jagung PRG toleran glifosat di Balitkabi;

(1) Prof Dr Bambang Sugiharso dari Unej (Jember) yang memaparkan Biotecology: Basic

concept, adoption and benefit, (2) Insect resistance & herbicide oleh Ir Redy Kurniawan dari

perwakilan PT Branita Sandhini, dan (3) Dr Yusmani Prayogo dari Balitkabi memaparkan

Protocol Trial yang akan dilakukan di KP 

Produk jagung PRG toleran glifosat ini di Amerika sudah dikomersialkan lebih dari 23 tahun

yang lalu, namun di Indonesia masih harus melewati berbagai kajian untuk memperoleh

sertifikat yang menyatakan aman sebagai pangan, pakan, dan juga aman terhadap

lingkungan. Jagung PRG ini  telah disisipi gen CP4 EPSPS yang berasal

dari Agrobacterium spp. strain CP4. sehingga tanaman toleran terhadap senyawa herbisida

glifosat karena pada jagung PRG ada kandungan enzim CP4 EPSPS. Sementara itu, pada

tanaman konvensional, senyawa glifosat dari aplikasi herbisida menghambat aktivitas enzim

EPSPS dan dapat menghentikan proses biosintesis asam amino aromatik sehingga tanaman

berhenti tumbuh dan mati. Dengan produk ini masalah gulma di lahan jagung yang selama ini

menjadi kendala dalam usaha penyiangan dapat teratasi dengan mudah. Selain itu, dengan

keterbatasan tenaga kerja sekarang ini dan masa-masa yang akan datang, jagung PRG

toleran glifosat memberikan terobosan baru sehingga efisien penggunaan tenaga kerja dan

meningkatkan hasil karena kehilangan produksi akibat gulma tidak terjadi. Oleh karena itu,

jagung PRG toleran glifosat memberikan kontribusi yang sangat besar sehubungan dengan

swasembada jagung yang menjadi salah satu program empat sukses Kementan.

Yusmani P / AW

http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/kilas-litbang/1099-jagung-prg-toleran-glifosat-atasi-gulma-dan-tingkatkan-hasil.html

2014

Gen Indikator Transformasi Sel Tanaman

Page 2: Jagung PRG Toleran Glifosat

Written by Teuku Tajuddin

Category: ARTIKEL SAINS

Hits: 98

Meningkatkan kualitas tanaman melalui kawin silang dalam pemuliaan

tanaman selalu terkendala pada hubungan kekerabatan (taxonomic relationships) dari tanaman-

tanaman tersebut. Dua jenis tanaman dengan hubungan kekerabatan yang jauh akan memiliki bentuk

bunga, kepala putik maupun serbuk sari yang berbeda. Belum lagi perbedaan masa berbunga dan

waktu bunga matang, yang tidak mendukung terjadinya persilangan pada kedua jenis tanaman

tersebut.

Kendala tersebut dapat diatasi dengan dikembangkannya teknologi pemindahan gen dari satu

organisme ke organisme lain. Teknologi yang dikenal dengan transformasi genetika ini dapat

mengakses dan memindahkan berbagai sifat yang diinginkan dari satu tanaman ke tanaman lain

tanpa mempedulikan hubungan kekerabatannya. Bahkan gen-gen dari kelompok bakteri dan virus

pun dapat dipindahkan ke tanaman maupun hewan. Tanaman hasil teknologi ini disebut dengan

tanaman bioteknologi [1] atau transgenik (dahulu PRG=produk rekayasa genetika; atau

GMO=genetically modified organism).

Kini transformasi genetika menjadi metode pilihan yang disukai dalam meningkatkan produktivitas

dan kualitas tanaman. Teknologi ini telah demikian berkembang serta semakin efisien dan praktis

penggunaannya. Hingga 2013, sebanyak 27 negara telah mengaplikasikan tanaman bioteknologi

secara komersial, 19 negara diantaranya adalah negara-negara berkembang. Sejak penanaman

komersialisasi pertama seluas 1,7 juta hektar pada tahun 1996, saat ini tanaman bioteknologi sudah

berkembang pesat dan mencapai luas 175,2 juta hektar [1].

Keberhasilan teknologi transformasi genetika sangat tergantung pada efisiensi metode pemindahan

gen, integrasi gen yang baru ke dalam genom inti sel inang dan ekspresi dari gen tersebut di dalam

sel inang. Langkah penting berikutnya adalah identifikasi atau seleksi sel-sel hasil transformasi

diantara sel-sel lainnya. Untuk itu diperlukan sebuah gen penanda. Gen ini difusikan dalam satu

vektor atau plasmid dengan gen yang diminati (seperti warna bunga, vitamin A pada bulir padi,

ketahanan terhadap penyakit tanaman, menunda proses kematangan pada buah tomat, dll.), dan

kemudian dimasukkan bersamaan ke dalam sel inang. Ekspresi gen penanda kemudian digunakan

sebagai sarana identifikasi dan seleksi. Ada 2 kelompok gen yang digunakan untuk membantu seleksi

pada tahap ini. Kelompok pertama adalah gen penanda selektif (selective marker genes), sedangkan

kelompok kedua adalah gen reporter.

Dengan bantuan kedua kelompok gen penanda tadi, sel-sel transgenik dapat segera diidentifikasi

secara dini dan mudah, diantara ribuan sel-sel lain yang bukan hasil transformasi. Sel hasil

transformasi yang lulus seleksi selanjutnya dipisah, ditumbuhkan dan diperbanyak secara in

vitro untuk mendapatkan tanaman-tanaman bioteknologi dengan sifat yang diminati dan siap tanam.

GEN PENANDA SELEKTIF

Page 3: Jagung PRG Toleran Glifosat

Pemilahan sel-sel inang dilakukan pada lingkungan khusus atau selektif. Lingkungan khusus atau

selektif adalah kondisi media tumbuh yang mengandung bahan tertentu yang memiliki daya hambat

atau racun. Sel inang hasil transformasi yang mengandung gen penanda selektif di dalam genomnya

mampu bertahan hidup pada lingkungan tersebut. Sebaliknya pada lingkungan selektif, sel inang

tanpa gen penanda, pertumbuhannya akan terhambat atau mati keracunan.

Ada dua jenis gen penanda selektif yang banyak dipakai pada kajian transformasi genetika akhir-akhir

ini. Pertama adalah gen penanda selektif yang mengekspresikan suatu protein yang toleran terhadap

racun. Protein yang dihasilkan mampu melumpuhkan daya racun yang ada di dalam media.

Kehadiran protein ini di dalam sel inang membuat sel inang hasil transformasi mampu tumbuh pada

media yang mengandung racun. Sedangkan sel-sel lain mati keracunan. Jenis yang kedua

mengekspresikan suatu protein atau enzim mutan sehingga racun tidak bisa melumpuhkannya. Sel

inang hasil transformasi yang memproduksi protein atau enzim mutan ini menjadi tidak sensitif

terhadap daya hambat dari racun di dalam media. Enzim baru ini akan menggantikan enzim alami

yang sebelumnya ada di dalam sel inang.

Beberapa gen penanda telah tersedia secara komersial dan praktis digunakan sebagai penanda

selektif, seperti gen-gen yang toleran terhadap racun berupa antibiotik, herbisida, anti-metabolit,

biosintetik hormon dan asam amino.

Kemampuan dari gen penanda selektif sangat tergantung pada karakteristik racun di dalam media

(jenis antibiotik atau herbisida) yang digunakan dan pemilihan gen-gen yang toleran terhadap racun

terkait. Racun yang digunakan dalam media hendaknya harus betul-betul dapat menghambat

pertumbuhan sel-sel tanaman normal (yang belum ditransformasi), namun konsentrasi yang

digunakan harus pada taraf minimal. Jenis dan bagian tanaman yang digunakan juga merupakan

faktor yang penting untuk diperhatikan. Seperti genotipe, tipe eksplan, tahap pertumbuhan, dan

kondisi pertumbuhan in vitro. Sehingga perlu dilakukan test daya hambat racun yang digunakan

terhadap masing-masing jenis dan bagian tanaman. Taraf ketahanan gen-gen yang digunakan juga

tergantung dari jenis promoternya, yang memberikan sinyal kendali pada proses transkripsi dan

translasi.

2. GEN PENANDA SELEKTIF YANG TOLERAN TERHADAP HERBISIDA

a. Gen toleran terhadap Chlorsulfuron

Chlorsulfuron adalah herbisida yang menghambat pembentukan enzim acetolactase synthase(ALS),

yang dihasilkan oleh gen als. Gen mutan dari als, yang dikenal dengan csr 1 telah ditemukan dan

berhasil diisolasi dari tanaman Arabidopsis thaliana. Menurut Li dan koleganya[16], mutasi terjadi

karena adanya substitusi basa tunggal pada sekuen yang dapat disandi dari gen als. Dengan

demikian, enzim yang dihasilkan tidak berhasil dihambat oleh Chlorsulfuron.

Tanaman tembakau yang menerima gen csr 1 melalui transformasi genetika, dapat bertahan hidup

pada media seleksi yang mengandung herbisida pada konsentrasi yang tinggi [13]. Gen ini juga telah

ditransformasikan pada tanaman pangan dan serat lainnya sehingga diperoleh tanaman-tanaman

bioteknologi yang toleran terhadap chlorsulfuron.

Sekuen yang dapat disandi dari gen csr 1 telah disisipkan pada plasmid pGH1 yang dikenal sebagai

fragmen Ncol-Agel 2.02 kb. Plasmid pALS yang telah digunakan pada jagung, mengandung promoter

Page 4: Jagung PRG Toleran Glifosat

CaMV 35S yang digandeng dengan intron 1 gen adh1, sekuen yang dapat disandi dari gen als dan

sekuen nos poli-adenilasi [13]. Sedangkan plasmid pTRA 153 yang digunakan pada transformasi

padi [16], disusun dari promoter 35S, sekuen yang dapat disandi dari gen csr 1 Arabidopsis dan

rantai poli-adenilase.

b. Gen toleran terhadap Glufosinate

Glufosinate adalah herbisida berspektrum luas, yaitu dapat mematikan semua jenis gulma termasuk

tanaman yang kontak dengan herbisida ini. Glufosinate menghambat aktivitas enzim glutamin

sintetase, sehingga pembentukan glutamin berkurang. Akibatnya proses fotosintesis terhenti dan

tanaman mati. Gen yang toleran terhadap glufosinate adalah bar atau pat, yang pertama diisolasi dari

bakteri Streptomyces. Banyak tanaman pangan, termasuk umbi-umbian [17], yang telah menerima

gen bar atau pat melalui transformasi genetika sehingga toleran terhadap herbisida glufosinate. Saat

aplikasi herbisida glufosinate di lahan, semua rumput liar akan mati, kecuali tanaman bioteknologi.

c. Gen toleran terhadap herbisida lain

Gen als mutan telah berhasil ditransfer ke genom tanaman padi sehingga seleksi in vitro dapat

dilakukan pada media yang mengandung bispyribac sodium [18].Bispyribac sodium adalah

herbisida pyrimidinyl carboxy yang menghambat aktivitas enzim acetolactate synthase (ALS).

Gen yang toleran terhadap herbisida glyphosate (epsps) telah banyak digunakan pada kajian

transformasi genetika. Della-Cioppa dan kawan-kawan [19] telah berhasil mentransfer gen ini ke

dalam kloroplas tanaman tingkat tinggi. Gen epsps berasal dari bakteri Arthrobacter globiformis dan

menyandi enzim 5-enolpyruvylshikimate-3-phosphate synthase (EPSPS). Gen epsps mutan dari

tanaman petunia juga telah berhasil diisolasi dan kemudian ditransfer ke tanaman lain sehingga

menghasilkan transgenik yang tahan terhadap herbisida [9]. Gen-gen lain yang kebal terhadap

herbisida adalah gen nitrilase dari Klebsiella ozaenae. Tanaman transgenik tembakau yang

mengandung gen ini toleran terhadap herbisida bromoxynil [20].

Gen yang berasal dari Alcaligenes eutrophus memproduksi enzim 2,4-dichlorophenoxyacetate

monooxygenase (DPAM). Tanaman transgenik tembakau hasil transformasi gen ini, menghasilkan

kekebalan terhadap herbisida 2,4-D13. Gen dehalogenase dari Pseudomonas putida mengkode

enzim yang tahan terhadap 2,2-dichloropropionic acid (2,2-DCPA), yang merupakan bahan aktif dari

herbisida dalapon [21]. Gen ini telah ditransfer ke tanaman Nicotiana plumbaginifoliamenghasilkan

tanaman transgenik yang toleran terhadap 2,2-DCPA [13].

GEN REPORTER

Setelah transformasi genetika berhasil maka sekuens DNA yang telah pindah dan terintegrasi, akan

"memberitahu" tentang keberadaannya di dalam genom sel inang yang baru. Karena kemampuan

sekuens DNA itu untuk "memberitahu" tentang jati dirinya maka disebut sebagai gen reporter. Gen

reporter mengekspresikan suatu protein di dalam sel inang yang umumnya dapat dipantau secara

visual. Protein yang dihasilkan bukanlah protein yang alami berada di dalam sel inang, melainkan

protein asing berasal dari gen organisma lain yang berekspresi di dalam sel inang. Protein tersebut

juga tidak boleh beracun bagi sel inang walaupun pada konsentrasi yang tinggi. Dengan munculnya

protein dari gen reporter di dalam sel inang maka berarti proses transformasi genetika telah sukses.

Page 5: Jagung PRG Toleran Glifosat

Gen ini bermanfaat dalam kajian ekspresi gen

untuk penelitian biologi molekuler, biokimia,

biomedik maupun farmaseutikal. Kajian

promoter tanaman serta kajian gen regulasi

yang mengatur runtutan ekspresi gen menjadi

lebih mudah dengan adanya gen reporter ini.

Protein yang dihasilkan kemudian dapat

dianalisa dan diukur secara kuantitatif

menggunakan pengujian biokimia sederhana.

Ekspresi gen reporter dapat dideteksi dengan

mudah, sehingga menghemat waktu tanpa

harus menunggu munculnya sifat-sifat atau

karakteristik tertentu pada sel tanaman hasil

transformasi.

Gen-gen reporter yang banyak digunakan pada transformasi genetika tanaman antara lain adalah:

a. Gen β-galactosidase

Gen lacZ yang menyandi enzim β-galactosidase (β-GAL) dari E. coli pertama sekali digunakan tahun

1990 untuk studi ekspresi gen pada cacing Caenorhabditis elegans [23]. Gen ini juga berhasil

dideteksi setelah berekspresi pada jaringan kanker mahkota tanaman tembakau [24]. Aktivitas enzim

ini mudah dipantau, dan pada tahap translasi dapat berfusi dengan protein lain membentuk N-

terminal. Sel dan jaringan yang mengandung enzim β-galactosidase dapat memunculkan warna biru

setelah di-staining dengan 5-bromo-4-chloro-3-indoyl-β-D-galactosylpyranoside (X-Gal). Peningkatan

aktivitas β-GAL sampai 20 kali juga telah dideteksi pada beberapa sel hasil transformasi. Walaupun

demikian, dengan kehadiran aktivitas β-GAL endogen yang tinggi pada sel tanaman, menyebabkan

pendeteksian ekspresi gen ini secara kuantitatif menjadi kurang akurat.

b. Gen β-glucuronidase

Gen β-glucuronidase (gus) yang berasal dari E. coli adalah gen reporter yang banyak digunakan

dalam biologi molekular tanaman. Analisa fluorimetrik yang akurat dan lokalisasi histologi yang tepat

pada jaringan transgenik telah dimungkinkan pada gen reporter ini. Pengukuran aktivitas enzim β-

glucuronidase dilakukan menggunakan substrat 4-methyl umbelliferyl glucuronide (MUG), sedangkan

penentuan lokasi histologi menggunakan 5-bromo-4-chloro-3-indolyl glucuronide (X-gluc) [25]. Hal

yang menarik dari enzim ini adalah kemampuannya bertoleransi terhadap perpanjangan N-terminal.

Sayangnya, pada saat pengujian aktivitas enzim di atas, jaringan tanaman harus dirusak. Ini

kelemahan dari metode β-glucuronidase.

Dalam merakit suatu plasmid, gen gus dapat difusi dengan gen lain, seperti gen penanda selektif npt

II, sehingga seleksi sel hasil transformasi akan lebih akurat. Aktivitas enzim GUS yang tinggi berhasil

dicatat pada protoplas tembakau yang telah diinokulasi dengan plasmid yang mengandung

gen gus [13]. Sekuen nukleotida dari gen gus telah didaftarkan ke GenBank dan database EMBL

dengan nomor akses M14641.

c. Gen luciferase

Gambar 3. Ekspresi gen gfp pada embrio tanaman karet (Hevea brasiliensis) setelah transformasi melalui particle bombardment

Page 6: Jagung PRG Toleran Glifosat

Gen luc yang menyandi enzim luciferase berasal dari kunang-kunang (Photinus pyralis) dan

bakteri Vibrio harveyi. Hal yang menarik dari gen reporter ini adalah pengujian enzimnya yang bersifat

luminescen dan sangat spesifik. Substrat yang digunakan adalah ATP dan D-luciferin. Interaksi enzim

luciferase dengan substrat D-luciferin akan melepaskan cahaya melalui proses bioluminescen [26].

Keuntungan gen reporter ini, dapat dipantau aktivitasnya tanpa merusak jaringan tanaman. Dengan

demikian, aktivitas enzim luciferase dapat terus diikuti selama pertumbuhan tanaman. Sekuen

nukleotida dari cDNA luciferase telah diketahui dan didaftarkan ke EMBL dengan nomor akses

M15077.

Aktivitas luciferase yang tinggi telah berhasil dideteksi pada tanaman hortikultura. Tanaman ini

merupakan tanaman hasil transformasi gen luc yang difusikan dengan promoter 35S [13].

d. Gen green fluorescent protein

Gen gfp yang diperoleh dari ubur-ubur (Aequorea victoria) telah menjadi gen reporter favorit untuk

transformasi genetika pada tanaman [27]. Gen ini banyak dipadukan dengan gen penanda selektif

untuk menambah kekuatan seleksi sel dan jaringan transgenik. Keuntungan dari gen ini adalah

karena aktivitasnya berupa protein yang berwarna hijau dapat langsung dipantau secara visual

dengan prosedur yang sederhana. Identifikasi sel trasngenik bisa segera diketahui segera setelah

proses transformasi, dan selanjutnya untuk mengetahui proses pemisahan kromosom ketika sel

tersebut membelah (mitosis) [28]. Menggunakan gen reporter ini, jaringan transgenik dapat dipisah

secara manual sebelum perlakuan seleksi dengan antibiotik atau herbisida [29]. Dengan demikian

dapat meningkatkan efisiensi transformasi serta menghemat waktu dalam menghasilkan tanaman

bioteknologi. Gen ini telah digunakan pada berbagai jenis tanaman dikotil dan monokotil [27], serta

studi untuk memantau perpindahan serbuk sari dari tanaman tansgenik ke tanaman lain atau

gulma [28].

e. Gen chloramphenicol acetyltransferase

Gen chloramphenicol acetyltransferase (cat) yang umum digunakan berasal dari transposon Tn9 E.

coli. Gen ini telah digunakan sebagai gen penanda selektif pada sel mamalia dan tanaman, yang

toleran terhadap antibiotik chloramphenicol dibawah kendali promoter nos [30]. Namun efisensinya

masih jauh lebih rendah dibanding dengan npt II pada kanamycin. Sehingga penggunaannya sebagai

gen penanda selektif menjadi kurang diminati. Sebaliknya penggunaannya sebagai gen reporter

menjadi favorit karena assay yang sensitif dari aktivitas enzim chloramphenicol

acetyltransferase dapat mengidentifikasi sel hasil transformasi dengan lebih mudah. Nomor akses

untuk sekuen nukleotida gen cat adalah V00622 pada database EMBL dan J01841 pada database

GenBank.

DAFTAR PUSTAKA

1. James, C. 2014. Adoption of Biotech Crops 1996 to 2013. Seminar Global Status of Commercialized

Biotech/GM Crops: 2013. Hotel Bidakara, 28 Februari 2014. Jakarta.

2. Reiss, B., Sprengel, R., dan Schaller, H. 1984. Protein fusion with the kanamycin resistance gene from

transposon Tn5. The EMBO Journal 3(13): 3317-3322.

Page 7: Jagung PRG Toleran Glifosat

3. Nagai, N., Yanagisawa, K., Mizuno, K., Imura, H., Taguchi, G., Shimosaka, M., Shibata, D., dan Okazaki, M.

1995. Transformation of tobacco cultured cell by particle bombardment: Expression of phenylalanine

ammonialyase gene in transgenic tobacco cells. Plant Tissue Culture Letters 12(2): 165-171.

4. Pardo, J.M., Malpartida, F., Rico, M., dan Jimenez, A. 1985. Biochemical basis of resistance to hygromycin

B in Streptomyces hygroscopicus – The producing organism. J. Gen Microbiol. 131(6): 1289-1298.

5. Kojima, S., Banno, H., Yoshioka, Y., Oka, A., Machida, C., dan Machida, Y. 1999. A binary vector plasmid

for gene expression in plant cells that is stably maintained in Agrobacterium Cell. DNA Research 6: 407-

410.

6. Angenon, G., Dillen, W., dan van Montagu, M. 1994. Antibiotic resistance markers for plant

transformation. Plant Molecular Biology Manual C1:1-13. Kluwer Academic Pub. Belgium.

7. Ruf, S., Hermann, M., Berger, I.J., Carrer, H., dan Bock, R. 2001. Stable genetic transformation of tomato

plastids and expression of a foreign protein in fruit. Nature Biotechnology 19: 870-975.

8. Oreifig, A.S., Kovacs, G., Jenes, B., Kiss, E., Scott, P., dan Toldi, O. 2004. Development of a non-lethal

selection system by using the aadA marker gene for efficient recovery of transgenic rice (Oryza sativa L.).

Plant Cell Reports 22(7): 490-496.

9. Thompson, C.J., Movva, N.R., Tizard, R., Crameri, R., Davies, J.E., Lauwereys, M., dan Botterman, J. 1987.

Characterization of the herbicide-resistance gene bar from Streptomyces hygroscopicus. EMBO J. 6(9):

2519–2523.

10. Kumada, Y., Anzai, H., Takano, E., Murakami, T., Hara, O., Itoh, R., Imai, S., Satoh, A., dan Nagaoka, K.

1988. The bialaphos resistance gene (bar) plays a role in both self-defense and bialaphos biosynthesis

in Streptomyces hygroscopicus. J. Antibiot (Tokyo), 41(12): 1838-1845.

11. Botterman, J., Gossele, V., Thoen, C., dan Lauwereys, M. 1991. Characterization of phosphinothricin

acetyltransferase and C-terminal enzymatically active fusion proteins. Gene 102(1): 33-37.

12. Guerineau, F., Brooks, L., Meadows, J., Lucy, A., Robinson, C., Mullineaux, P. 1990. Sulfonamide resistance

gene for plant transformation. Plant Molecular Biology 15(1): 127-136.

13. Jones, H. 1995. Plant Gene Transfer and Expression Protocols. Humana Press. 466 pages.

14. Hauptmann, R.M., Vasil, V., Ozias-Akins, P., Tabaeizadeh, Z., Rogers, S.G., Fraley, R.T., Hosch, R.B., dan

Vasil, I.K. 1988. Evaluation of selectable markers for obtaining stable transformation in the

gramineae. Plant Physiol. 86(2): 602–606.

15. Guerrero, C., Mateos, L.M., Malumbres, M., dan Martin, J.F. 1992. The bleomycin resistance gene of

transposon Tn5 is an excellent marker for transformation of Corynebacteria. Applied Microbiology and

Biotechnology 36(6): 759-762.

16. Li, Z., Hayashimoto, A., dan Murai, N. 1992. A sulfonylurea herbicide resistance gene from Arabidopsis

thaliana as a new selectable marker for production of fertile transgenic rice plants.Plant Physiol.  100(2):

662–668.

17. D'Halluin, K., Bossut, M., Bonne, E., Mazur, B., Leemans, J., dan Botterman, J. 1992. Transformation of

Sugarbeet (Beta vulgaris L.) and Evaluation of Herbicide Resistance in Transgenic Plants. Nature

Biotechnology 10: 309-314.

18. Taniguchi, Y., Kawata, M., Ando, I., Shimizu, T., dan Oshima, M. 2010. Selecting genetic transformants

of indica and indica-derived rice cultivars using bispyribac sodium and a mutated ALS gene. Plant Cell

Report 29(11): 1287-1295.

Page 8: Jagung PRG Toleran Glifosat

19. Della-Cioppa, G. dan Kishore, G.M. 1988. Import of a precursor protein into chloroplast is inhibited by the

herbicide glyphosphate. EMBO J.  7(5): 1299–1305.

20. Stalker, D.M., McBride, K.E., dan Malyj, L.D. 1988. Herbicide resistance in transgenic plants expressing a

bacterial detoxification gene. Science 242(4877): 419-423.

21. Buchanan-Wollaston, V., Snape, A., dan Cannon, F. 1992. A plant selectable marker gene based on the

detoxification of the herbicide dalapon. Plant Cell Rep. 11(12): 627-631.

22. Singh, N.T., Sen, J., Kiesecker, H., Reddy, V.S., Jacosen, H.J., dan Mukherjee, S.G. 2004. Use of a

herbicide or lysine plus threonine for non-antibiotic selection of transgenic chickpea. Plant Cell

Reports 22(8): 576-583.

23. Fire, A., Harrison, S.W., dan Dixon, D. 1990. A modular set of lacZ fusion vectors for studying gene

expression in Caenorhabditis elegans. Gene 93(2): 189-198.

24. Helmer, G., Casadaban, M., Bevan, M., Kayes, L., dan Chilton, M.L. 1984. A new chimeric gene as a

marker for plant transformation: The expression of Escherichia coli β-galactosidase in sunflower

and tobacco cells. Biotechnology June: 520–527.

25. Jefferson, R.A. 1987. Assaying chimeric genes in plants: The GUS gene fusion system. Plant Mol.

Biol. Rep. 5: 387-404.

26. van Leeuwen, W., Hagendoorn, M.J.M., Ruttink, T., van Poecke, R., van der Plas, L.H.W., dan van der

Krol, A.R. 2000. The use of the luciferase reporter system for in planta gene expression studies.

Plant Mol. Biol. Rep. 18: 143a-143t.

27. Stewart, C.N. 2001. The utility of green fluorescent protein in transgenic plants. Plant Cell. Rep. 20,

376–382.

28. Harper, B.K., Mabon, S.A., Leffel, S.M., Halfhill, M.D., Richards, H.A., Moyer, K.A., Stewart Jr., C.N.

1999. Green fluorescent protein as a marker for expression of a second gene in transgenic plants.

Nat. Biotechnol. 17: 1125–1129.

29. Jordan, M.C. 2000. Green fluorescent protein as a visual marker for wheat transformation. Plant

Cell. Rep. 19: 1069–1075.

30. DeBlock, M., Herrera-Estrella, L., Van Montagu, M., Schell, J., Zambryski, P. 1984. Expression of

foreign genes in regenerated plants and in their progeny. EMBO J. 3: 1681–1689.

http://biotek.bppt.go.id/index.php/artikel-sains/135-gen-indikator-transformasi-sel-tanaman