jadi satu
DESCRIPTION
jadi satuTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di masa sekarang ini, kita harus bisa lebih lagi menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan lebih peka dalam mendengar informasi khususnya dalam hal bangunan,
misalnya bangunan gedung perkantoran, pabrik, rumah sakit, sekolah, dll.
Secara umum bangunan tersebut terbuat dari material baja dan beton.
Untukmenghemat biaya pembangunan biasanya pemerintah atau masyarakat umum
menggunakan suatu konstruksi yang kuat misalnya konstruksi baja. Semua
pelaksanaan yang menyangkut struktur tidak luput dari material baja.
Kebanyakan orang memilih baja sebagai bahan konstruksi bangunan yaitu karena
baja memiliki keunggulan dibandingkan material yang lainnya :
1. Konstruksi baja memiliki berat sendiri yang relatif ringan dibandingkan dengan
beton.
2. Pekerjaan konstruksi dapat dikerjakan di bengkel dan dilapangan, dapat dipasang,
dibongkar dan dipindah-pindahkan.
3. Baja konstruksi memiliki regang dan tegangan yang tinggi
4. Harga pengerjaan konstruksinya lebih murah daripada beton bertulang.
Disamping memiliki keuntungan baja bangunan memiliki berbagai keburukan atau
kerugiannya sebagai konstruksi yaitu :
1. Baja konstruksi kurang kuat dari pengaruh karat, seperti terhadap udara,uap,air,air
embun,air laut serta pengaruh zat kimia lainnya.
2. Baja konstruksi harus senantiasa dipelihara dalam kurun waktu yang ditentukan
misalnya setiap lima dan sepuluh tahun sekali untuk menjamin kekuatan yan tetap.
3. Pemeliharaan yang dilakukan harus dicat, tetapi lapisan yang terkena karat harus
dihilangkan dahulu dengan cara disikat dengan sikat baja atau dengan
menggunakan pasir atau debu baja dengan menggunakan pesawat tiup, atau dengan
cara kimiawi sehingga memerlukan biaya yang mahal.
4. Baja konstruksi tidak tahan terhadap kebakaran dan panas, sehingga bagian bajanya
harus dibungkus misalnya dengan beton yang tahan panas.
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan material baja di atas, maka kami melakukan
perencanaan gable dengan menggunakan struktur baja. Gedung yang menjadi objek
perencanaan adalah Gedung Pabrik Biskuit tidak bertingkat berstruktur utama baja dan
berlokasi di daerah pesisir Makassar.
B. Lokasi Bangunan
Adapun lokasi bagunan pabrik yang direncanakan terletak di Makassar ( pesisir )
Gambar 1.1 Lokasi Bangunan
BAB II
TEORI UMUM DAN METODOLOGI PERANCANGAN
A. Teori Umum
Struktur Gable Frame merupakan salah satu bentuk kontruksi baja yang sering
digunakan pada bangunan-bangunan teknik sipil dan salah satu prinsip yang digunakan
dalam perencanaan struktur di bidang teknik sipil bahwa struktur bangunan aman dan
ekonomis dalam pelaksanaannya. Mengingat beberapa keuntungan dan kelebihan baja
sebagai bahan bangunan dibandingkan dengan bahan yang lain. Maka konstruksi baja
banyak ditemukan pada pembangunan gedung. Misalnya, penggunaan gable frame
untuk industri/pabrik, gudang, serta masih banyak bangunan-bangunan yang lainnya.
Gable adalah suatu bangunan bertingkat satu, yang dibangun dengan atap pelana dengan
rangka struktur yang non-rectangular. Struktur rangka gable terdiri dari rafter, kolom,
haunch, pengaku ( stiffener ), perletakan ( base plate ).
Gambar 2.1 Gable Frame
B. Pembebanan
Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Penentuan secara pasti
besarnya beban yang bekerja pada suatu struktur selama umur layannya merupakan
salah satu pekerjaan yang cukup sulit. Dan pada umumnya, penentuan besarnya beban
hanya merupakan suatu estimasi saja. Meskipun beban yang bekerja pada suatu lokasi
dari struktur dapat diketahui secara pasti, namun distribusi beban dari elemen ke
elemen, dalam suatu struktur umumnya memerlukan asumsi dan pendekatan. Jika
beban-beban yang bekerja pada suatu struktur telah di estimasi, maka masalah
berikutnya adalah menentukan kombinasi-kombinasi beban yang paling dominan yang
mungkin bekerja pada struktur tersebut.
Besar beban yang bekerja pada suatu struktur diatur oleh peraturan pembebanan
yang berlaku, sedangkan masalah kombinasi dari beban-beban yang bekerja telah diatur
dalam SNI 03-1729-2002 pasal 6.2.2. beberapa jenis beban tersebut adalah:
a. Beban mati ( Dead Loads)
Beban mati adalah beban kerja akibat gravitasi yang tetap pada posisinya.
Berat struktur dipandang sebagai beban mati. berat dari semua bagian suatu
gedung/bangunan yang bersifat tetap selama masa layan struktur, termasuk
unsur-unsur tambahan, finishing, mesin-mesin serta peralatan tetap yang
merupakan bagian tak terpisahakan dari bangunan atau gedung tersebut. Beban
mati umumnya diketahui secara tepat seletah perencanaan selesai.
b. Beban Hidup ( Live Loads)
Beban gravitasi pada struktur, yang besar dan lokasinya bervariasi, disebut
beban hidup. Contoh contoh dari beban hidup ialah manusia, mebel, peralatan
yang dapat bergerak, kendaraan, dan barang-barang dalam gudang. Beberapa
beban hidup secara praktis bisa permanen, sedangkan lainnya hanya bekerja
sementara. Karena berat, lokasi dan kepadatan beban hidup sifatnya tidak
diketahui, maka besar yang sesungguhnya dan posisi dari beban ini sangat sukar
ditentukan. Oleh karena beban hidup yang digunakan sebagai beban kerja dalam
perencanaan biasanya ditetapkan oleh peraturan bangunan dari Badan
Pemerintah.
c. Beban Gempa ( Earthquake Loads)
Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada struktur
akibat adanya pergerakan tanah oleh gempa bumi, baik pergerakan arah vertikal
maupun horisontal. Namun pada umumnya, percepatan tanah arah horisontal
lebih besar dari arah vertikalnya, sehingga pengaruh gempa horisontal jauh lebih
menentukan dari pada gempa vertikal.
d. Beban Angin ( Wind Loads )
Beban angin diperhitungkan dengan menganggap adanya tekanan positif
(tiup) dan tekanan negatif (hisap), yang bekerja tegak lurus pada bidang atap.
Menurut PPPURG 1987, tekanan tiup harus diambil minimal 25 kg/m2, kecuali
untuk bangunan – bangunan berikut:
1. Tekanan tiup ditepi laut hingga 5 km dari pantai harus diambil minimum 40
kg/m2.
2. Untuk bangunan didaerah lain yang kemungkinan tekanan tiupnya lebih dari
40 kg/m2, harus diambil sebesar p = V2/16 ( kg/m2), dengan V adalah
kecepatan angin dalam m/s.
3. Untuk cerobong tekanan tiup dalam kg/m2harus ditentukan dengan rumus
( 42,5 + 0,6 h ), dengan h adalah tinggi cerobong seluruhnya dalam meter.
Nilai tekanan tiup yang diperoleh dari hitungan diatas, harus dikalikan
dengan suatu koefisen angin untuk mendapatkan gaya resultan yang bekerja
pada bidang kontak tersebut.
C. Balok
Balok umumnya dipandang sebagai batang yang terutama memikul beban gravitasi
transversal, termasuk momen ujung balok pada struktur disebut juga sebagai gelagar
( biasanya balok terpenting dengan jarak antara yang lebar ); balok anak ( biasanya
balok yang kurang penting dengan jarak antara yang rapat dan sering berbentuk seperti
rangka batang ). Balok adalah gabungan dari elemen tarik dan elemen tekan.
Gambar 2.2 Penampang Balok
D. Kolom
Kolom merupakan elemen utama pada struktur bangunan karena umumnya
meneruskan beban dari balok atau lantai ke sistem pondasi dibawahnya. Kolom
didefinisikan sebagai suatu komponen struktur bangunan yang tugas utamanya
menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling
tidak tiga kali dimensi lateral kecil. Sedangkan komponen struktur yang menahan beban
aksial vertikal dengan rasio bagian tinggi dengan dimensi lateral terkecil kurang dari
tiga dinamakan padestal.
E. Atap
Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup seluruh
ruangan yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas, debu, hujan, angin atau untuk
keperluan perlindungan. Bentuk atap berpengaruh terhadap keindahan suatu bangunan
dan pemilihan atap hendaknya disesuaikan dengan iklim setempat, tampak yang
dikehendaki oleh arsitek, biaya yang tersedia, dan material yang mudah didapat.
Konstruksi rangka atap yang digunakan adalah rangka atap rafter.rangka atap atau
rafter adalah suatu susunan rangka batang yang berfungsi untuk mendukung beban atap
termasuk juga berat sendiri dan sekaligus memberikan bentuk pada atap. Pada dasarnya
konstruksi rafter akan berbeda satu sama lain. Setiap susunan rangka batang haruslah
merupakan satu kesatuan bentuk kokoh yang nantinya mampu memikul beban yang
bekerja padanya tanpa mengalami perubahan.
F. Dinding
Dinding adalah bagian dari bangunan yang berfungsi sebagai pemisah antara
ruangan luar dengan ruangan dalam, dan sebagai pembatas ruangan satu dengan
ruangan lainnya. Selain itu dinding berfungsi pula sebagai penahan cahaya panas dari
matahari, menahan tiupan angin dari luar, dan untuk menghindari gangguan binatang
atau templas.
Fungsi dinding secara umum :
1. Sebagai pemikul beban diatasnya, dinding harus dapat bertahan terhadap berat
sendiri dan beban dari atas ( beban vertikal ). Selain itu dinding harus dapat bertahan
terhadap beban dan desakan dari samping ( beban horizontal ).
2. Sebagai pembatas ruang yang harus mempunyai sifat :
a. Privasi
b. Indah dan bagus dalam skala, warna, tekstur.
c. Dapat dibuat transparan.
d. Sebagai peredam terhadap bunyi baik dari dalam maupun luar.
3. Pelindung terhadap ganguan dari luar.
o Meredam sinar matahari sehingga dapat menahan atau mengurangi efek
radiasinya,
o Mengurangi atau menambah kehangatan udara dari luar/dalam.
o Isolasi terhadap suhu, baik dari luar maupun dalam ruangan.
o Menahan air hujan dan kelembapan sehingga harus dilapisi dengan lapisan yang
tahan air hujan dan kedap air.
o Menahan hembusan angin.
o Menghalangi datangnya gangguan dari luar.
G. Pelat Lantai
Pelat lantai yang dimaksud adalah plat yang terbuat dari beton bertulang, dapat
difungsikan sebagai lantai atau atap.Untuk pelat beton yang difungsikan sebagai lantai,
tebal minimum adalah 12 cm, dengan tulang (besi beton) 2 lapis, yaitu menggunakan
besi beton diameter 10 mm berjarak 10 cm pada lokasi momen maksimum, dan
diameter 10 mm berjarak 20 cm pada lokasi momen minimum. Penyeragaman diameter
besi beton agar memudahkan pengerjaan dilapangan. Berikut gambar plat lantai:
Gambar 2.3 Pelat Lantai
H. Sambungan Pada Perencanaan
Suatu konstruksi bangunan baja tersusun atas batang-batang baja yang digabung
membentuk satu kesatuan bentuk konstruksi dengan menggunakan berbagai macam teknik
sambungan. Adapun fungsi / tujuan sambungan baja antara lain :
1. Untuk menggabungkan beberapa batang baja membentuk kesatuan konstruksi sesuai
kebutuhan.
2. Untuk mendapatkan ukuran baja sesuai kebutuhan (panjang, lebar, tebal, dan
sebagainya).
3. Untuk memudahkan dalam penyetelan konstruksi baja di lapangan.
4. Untuk memudahkan penggantian bila suatu bagian / batang konstruksi mengalami
rusak.
5. Untuk memberikan kemungkinan adanya bagian / batang konstruksi yang dapat
bergerak missal peristiwa muai-susut baja akibat perubahan suhu.
Macam – macam Sambungan :
1. Sambungan Keling
Paku keling adalah salah satu metode penyambungan yang sederhana. sambungan keling umumnya diterapkan pada jembatan, bangunan, ketel, tangki, kapal Dan pesawat terbang. Penggunaan metode penyambungan dengan paku keling ini juga sangat baik digunakan untuk penyambungan pelat-pelat alumnium. Pengembangan Penggunaan rivet dewasa ini umumnya digunakan untuk pelat-pelat yang sukar dilas dan dipatri dengan ukuran yang relatif kecil. Setiap bentuk kepala rivet ini mempunyai kegunaan tersendiri, masing masing jenis mempunyai kekhususan dalam penggunaannya.
Sambungan dengan paku keling ini umumnya bersifat permanent dan sulit untuk melepaskannya karena pada bagian ujung pangkalnya lebih besar daripada batang paku kelingnya. Gambar dibawah adalag berikut cara pemasangan pada paku keling.
2. Baut
Baut yang digunakan pada sambungan struktural, baik baut A325 maupun baut
A490 merupakan baut berkepala segi enam yang tebal. Keduanya memiliki mur segi
enam tebal yang diberi standar dan simbol pabrik pada salah satu mukanya, bagian
berulir baut dengan kepala segi enam lebih pendek dari pada baut standar yang lain,
keadaan ini memperkecil kemungkinanadanya ulir pada tangkai baut yang memerlukan
kekuatan maksimumnya
3. Sambungan Las
Pengelasan adalah penggabungan logam dengan cara fusi. Logam leleh yang
sangat panas dari batang las ditempelkan pada pelat yang disambung. Dengan demikian,
titik hubung yang diperoleh akan homogen dan menerus. Sangat banyak jenis titik
hubung las, tetapi sebagian besar merupakan variasi dari 2 jenis dasar, yaitu las tumpul
dan las sudut.
Gambar las tumpul dan las sudut
4. Tahanan Nominal Baut
o Suatu baut yang memikul beban terfaktor, Rn sesuai persyaratan LRFD harus
memenuhi:
Ru ≤ ΦRn
Dimana:
Rn = Tahanan nominal baut.
Φ = Faktor reduksi yang diambil sebesar 0,75.
*Rn berbeda-beda untuk masing-masing tipe sambungan.
Ru ≤ ΦRn
o Tahanan geser suatu baut yang memikul gaya geser memenuhi persamaan:
dimana
ri = 0,50 ( baut tanpa ulir pada bidang geser )
fu^b = Kuat tarik baja,
Ab = Luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir
M = Jumlah bidang geser.
o Baut yang memikul gaya tarik tahanan nominalnya dihitung menurut:
Rn = 0,75 fu^b Ab
5. Tahanan Nominal Sambungan Las
o Dari LRFD persyaratan keamanan suatu struktur terpenuhi:
Φ.Rnw ≥ Ru,
Dimana :
Φ = Faktor tahanan.
Rnw = Tahanan nominal per satuan panjang las.
Ru = Beban terfaktor persatuan panjang las
o Kuat las tumpul penetrasi penuh diterapkan bila gaya tarik atau gaya tekan aksial
terhadap luas efektif dirumuskan dengan:
Φ. Rnw = 0,90 te. fy
o Apabila sambungan dibebani dengan gaya geser terhadap luas efektif dirumuskan
dengan:
Φ Rnw = 0,90 te ( 0,60 fy ).
o Kuat rencana per satuan panjang las sudut ditentukan sebagai berikut:
Φ Rnw = 0,75 te ( 0,60 fy ).
Rn = m.ri. fu^b. Ab,
Rn = 0,75 fu^b Ab
Φ.Rnw ≥ Ru,
Φ. Rnw = 0,90
te. fy
Φ Rnw = 0,90 te ( 0,60
fy ).
Φ Rnw = 0,75 te ( 0,60
fy ).
I. Metodologi Perancangan
Mulai
Analisa pembebanan
Permodelan dengan SAP 2000 v.12 ( Mu)
Design Struktur ( Mn )
Mu ≤ ΦMn
Gambar Finishing
Ya
Tidak
Pengumpulan data dan literatur : - Internet - SNI Baja
Selesai
BAB III
PEMBAHASAN
A. Asumsi Awal ( Preliminary Design )
Beberapa asumsi awal yang digunakan dalam perencanaan Gable Frame pada
daerah Makassar ( pesisir ) antara lain sebagai berikut :
1. Elemen Struktur
Asumsi awal jenis dan dimensi elemen – elemen struktur adalah jenis dan dimensi
struktur yang berdasarkan PPPURG, SNI BAJA
2. Mutu Bahan
Secara umum mutu bahan yang digunakan ialah sebagai berikut :
BAJA
BJ-41 Fy : 250 Mpa ( tegangan leleh baja )
Fu : 410 Mpa ( tegangan total baja )
E : 200000 Mpa ( modulus elastisitas baja )
BJ : 7850 Kg/m3 (berat jenis baja )
3. Data Tanah
Jenis Tanah : Sedang
4. Tipe Struktur Gedung
Tipe Struktur : Gable Frame
Wilayah Gempa : Wilayah 2
Kategori Gedung : Pabrik ( satu lantai )
B. Permodelan Struktur
Struktur gedung dimodelkan secara 3 dimensi dengan menggunakan program SAP
2000 V.12 . Asumsi tumpuan dasar portal adalah Jepit, dengan langkah – langkah
permodelan dan pembebanan terlampir dan gambar hasil permodelan adalah sebagai
berikut :
C. Analisa Beban Yang Bekerja
1. Pola Pembebanan
Beban – beban yang diperhitungkan pada struktur atap adalah, beban mati,
beban hidup, beban hujan, beban angin dengan pola pembagian pembebanan
sebagai berikut :
( belum )
2. Data Analisa Beban Struktur
Penutup Atap :
Jenis : Seng
Berat : 10 kg / m2
Ketentuan Umum :
Kuda – kuda type GABLE
Bentang kuda – kuda : 16 m
Tinggi Kolom : 8,5 m
Jumlah kolom antar memanjang : 9 buah
Jarak antar gording maksimum : 2,5 m
Sudut atap : 30°
Jenis Profil :
Gording menggunakan profil type Canal ( C )
Struktur kolom dan balok menggunkan profil IWF ( I )
Kuda – kuda :
Jarak antar kuda – kuda :
NO LAMBANG JARAK ( m )1 K1 8.52 K2 73 K3 8.54 K4 7.55 K5 7.56 K6 8.57 K7 78 K8 8.5
Jarak antar Gording :
NO LAMBANG JARAK 1 G1 2.3
2 G2 2.3
3 G3 2.3
4 G4 2.3
5 G5 2.3
6 G6 2.3
7 G7 2.3
8 G8 2.3
Profil Baja :
Kolom : WF 250x250x14x14 ( tabel profil baja )
Rafter : WF 250 x 125 x 6 x 9 ( tabel profil baja )
Balok : WF 175x175x7,5x11 ( tabel profil baja )
Gording : C 100x50x20x3 ( tabel profil baja )
Atap : Seng ( asumsi )
D. Perhitungan Beban Struktur
1. Beban Mati
Cara perhitungan dicontohkan untuk gording 1
Gording 1
Berat total, W = Berat penutup atap ( Seng )
= 10 kg/m2
Berat mati, D = Berat total x Jarak antar Gording
= 10 x 2,3
= 23 kg/m2
2. Beban Hujan
Gording 1
Beban hujan, H = 20 kg/m2
Beban hujan, H = Beban hujan x Jarak antar Gording
= 20 x 2,3
= 46 kg/m2
3. Beban Orang ( La )
La di tengah atap = 100 kg/m2
La di tepi atap = 200 kg/m2
Beban orang x La ( x ) = La x sin α
= 200 x 0,5
= 100 kg/m
Beban orang x La ( y ) = La x cos α
= 200 x 0,866
= 173,21 kg/m
4. Beban Angin
Beban angin diperhitungkan terhadap :
a. Akibat angin kanan ( hisap dan
tekan )
b. Akibat angin kiri ( hisap dan
tekan )
Akibat angin Kiri
Tekanan tiup minimum = 40 kg/m2
Beban angin W = Tek. Tiup min x koef. Angin x s
Beban angin x Wx = W x sin α
Beban angin y Wy = W x cos α
Angin Hisap
Gording 1 :
Beban angin W = 40 x -0,6 x 1,15 = -27,6 kg/m
Beban angin x Wx = -27,6 x 0,5 = -13,8 kg/m
Beban angin y Wy = 27,6 x 0,866 = 23,9 kg/m
Angin Tekan
Gording 1 :
Beban angin W = 40 x 0,9 x 1,15 = 41,4 kg/m
Beban angin x Wx = 41,4 x 0,5 = 20,7 kg/m
Beban angin y Wy = 41,4 x 0,866 = 35,85 kg/m
Untuk pembebanan yang terjadi akibat Angin kanan sama dengan Angin kiri
5. Perhitungan Beban Struktur Rafter
a. Analisa Beban Mati ( D )
Berat penutup atap = 10 kg/m2
Berat total atap = Berat penutup atap
= 10 kg/m2
Berat mati = Berat total atap x 14
jarak antar kuda – kuda
= 10 x 14
( 8,5 )
= 21,25 kg/m2
Berat Kuda – kuda = L kuda – kuda x Berat Penampang
= 18,48 x 29,6
= 547,01 kg
Berat Total Kuda2 = Banyak kuda – kuda x Berat rafter
= 9 x 547,01
= 4923,07 kg
Berat mati tambahan = 5 % xberat total kuda−kuda
Jumlah joint pada kuda−kuda
= 5 % x 4923,07
9
= 27,35 kg
No kuda – kudaBeban Mati (D) kg/m
( w x ¼ L)
Beban Mati Tambahan
(Dt) kg per joint
1 ke 2 21,25
27,35
2 ke 3 17,5
3 ke 4 21,25
4 ke 5 18,75
5 ke 6 18,75
6 ke 7 17,5
7 ke 8 17,5
8 ke 9 21,25
b. Analisa beban hujan ( H )
Berat air hujan W = 20 kg/m2
Berat air hujan, H = Berat air hujan x ¼ jarak antar rafter
= 20 x ¼ (8,5)
= 42,5 kg/m
No kuda – kudaBeban Hujan (H) kg/m
( w x ¼ L)
1 ke 2 42,5
2 ke 3 35
3 ke 4 42,5
4 ke 5 37,5
5 ke 6 37,5
6 ke 7 42,5
7 ke 8 35
8 ke 9 42,5
c. Analisa Beban orang
GAMBAR SENDIRI
Tepi rafter ( P ) = 200 kg/m2
Tengah rafter ( P )= 100 kg/m2
d. Beban Gempa pada perancangan
Arah Utara – selatan
T = 0,0488 H3/4
T u-s = 0,0488 ( 8,5 )3/4
= 0,24
Faktor spektrum gempa = 0,38 ( wilayah 2, tanah sedang )
Arah Barat – Timur
T = 0,0731 H3/4
T u-s = 0,0731 ( 8,5 )3/4
= 0,36
Faktor spektrum gempa = 0,38 ( wilayah 2, tanah sedang )
Berat rafter = Jumlah rafter x panjang x berat profil
= 9 x 18,48 x 29,6
= 4923,07 kg
Berat kolom = Jumlah kolom x berat profil x tinggi kolom
= 18 x 82,2 x 8,5
= 12576,6 kg
Berat balok = Jumlah balok x berat profil x panjang balok
= 2 x 82,2 x 63
= 10357,2 kg
Berat gording = Jumlah gording x berat profil x panjang gording
= 10 x 24 x 64,5
= 15480 kg
Berat Total = 4923,07 + 12576,6 + 10357,2 + 15480
= 43336,87 kg
V = C . I . W
R
= 0,38 x1,0 x 43336,87
4,5
= 3659,56 kg
Gaya lateral per joint = 3659,56
9
= 406,62 kg
6. Kombinasi Pembebanan
Kombinasi – kombinasi pembebanan yang dipakai pada analisis struktur
perancangan gable frame dengan :
Combo 1 1,4D
Combo 2 1,2D + 1,6L + 0,5La
Combo 3 1,2D + 1,6L + 0,5H
Combo 4 1,2D + 1,6La + 0,5L
Combo 5 1,2D + 1,6H + 0,8W
Combo 6 1,2D + 1,6W + 0,5L + 0,5La
Combo 7 1,2D + 1,6W + 0,5L + 0,5H
Combo 8 1,2D + 1,0E + 0,5L
Combo 9 1,2D - 1,0E + 0,5L
Combo 10 0,9D + 1,6W
Combo 11 0,9D - 1,6W
Combo 12 0,9D + 1,0 E
Combo 13 0,9D – 1,0 E
A. Desain Struktur Gording
Direncanakan gording menggunakan profil C.100.50 dengan data properties
sebagai berikut :
Bf = 50 mm Sx = 202 mm3 rx = 39,1 mm
H = 100 mm Sy = 74 mm3 ry = 18,8 mm
C = 20 mm Ix = 1010 mm4 A = 66,1 mm2
T = 3 mm Iy = 230 mm4 r (Cy) = 18,6 mm
Desain rasio lebar terhadap tebal profil gording :
Sayap : λ = Bf
2t =
502 x 3
=8,33
λp = 0,38 √Efy
=0.38 √200000240
=10,97
Badan : λ=Htw
=H −2t f −2 r
tw
=56,83
=18,93
λ p=3,76√ Ef y
=3,76√ 200000240
=108,54
1. Desain kuat lentur nominal dan kontrol kapasitas lentur gording
M u=7513773 Nmm
Kondisi leleh
Modulus plastis penampang :
Zx=Bf 2 C ( H−C )+ 14
tw ( H −2C )2
Zx=50 x2 (3 ) x (100−3 )+ 14
x3 x ( 100−2 x (3))2=35727 mm2
Kuat lentur nominal :
M n=M p=F y x Zx=240 x35727=8574480 Nmm
Kondisi tekuk lateral
Lp=1,76 r y√ EF y
=1,76 x18,8√ 200000240
=955,168mm
Lp=L=¿6450 mm >Lp ( terjadi tekuk torsi lateral )
Maka,
M n=M p=F y x Zx=240 x35727=8574480 Nmm
Kontrol kapasitas lentur gording :
ϕb M n=0,9 x 8574480=7717032 Nmm¿ M u=7513773 Nmm
2. Desain kuat geser nominal dan kontrol kapasitas geser gording
didapat hasil analisis menngunakan program SAP v.12 adalah :
V u=5482,31 Nmm
Kuat geser nominal gording :
2,24 √ EF y
=2,24 √ 200000240
=64,67> htw
=18,93
Karena htw
<√ EF y
, maka nilai C v=1, dan kuat geser nominal gording adalah :
V n=0,6 F y Aw C v=0,6 x240 x (100 x 3 ) x1=43200
Kontrol kapasitas geser gording :
ϕb V n=1 x 43200=43200 N>¿ V u=5482,31 N
3. Lendutan Gording
∆ terjadi=5 q L4
384 E I+ P L3
48 E I
Beban merata tidak terfaktor (q) :
Akibat beban mati, q = 10 kg/m = 0,10 N/mm
Akibat beban hujan, q = 46 = 0,46
Akibat beban angin, q = 40 = 0,4
Total = 0,96
Beban terpusat tidak terfaktor ( P ) :
Akibat beban orang, P = 100 = 1,0
Maka, lendutan yang terjadi adalah :
¿ 5 0,96 64504
384 200000 10100000+ 1 64503
48200000 10100000=10,71 mm
∆ terjadi=5 q L4
384 E I+ P L3
48 E I
Lendutan izin :
∆ izin=L
240=6450
240=26,875 mm
B. Desain struktur balok
Diambil contoh perhitungan balok, dengan panjang bentang (L) = 6300 mm
Direncanakan balok menggunakan WF. 175 x 175 x 7,5 x 11 dengan berat sendiri
profil 40,2 kg/m, dan properties profil adalah sebagai berikut :
Bf = 175 mm Sx = 330000 mm3 rx = 75 mm
H = 175 mm Sy = 112000 mm3 ry = 43,8 mm
t f = 11 mm Ix = 2880 0 mm4 A = 5121 mm2
tw = 7,5 mm Iy = 9840000 mm4 r = 12 mm
Berdasarkan analisa struktur menggunakan SAP, didapat momen dan gaya geser
maksimum yang bekerja pada balok, yaitu :
M ux=2391786 Nmm
V ux=1518,85 Nmm
Kondisi leleh
Modulus plastis penampang
Zx=Bf 2 t f ( H−t f )+ 14
tw ( H−2t f )2
Zx=175 x (2 x11 ) x (100 – 11 )+ 14
x 7,5 x (100−2 (3 ))2=359217,5 N
Kontrol rasio lebar terhadap tebal penampang balok :
Sayap : λ=B f
2t f
= 1752.11
=7,95<λ p=0,38√ Ef y
=0,38√ 200000240
=10,96
Badan : λ= htw
=H−2 t f−2r
tw
=175−2.11−2.757,5
=20,03
λ p=3,76√ Ef y
= 3,76√ 200000240
=108,54>λ
Dari hasil kontrol rasio lebar terhadap tebal sayap dan badan penampang
diatas, dapat disimpulkan bahwa profil balok IWF 175.175.7,5.11 termasuk
penampang “kompak”.
Kontrol kapasitas lentur balok :
Nilai M n yang menentukan adalah yang terendah :
M n=F y x Z x=240 x359217,5 N=86212200 N .mm
Ωb M n=0,9 x 86212200=77590980 Nmm>M u=2391786 Nmm
Maka nilai kapasitas lentur balok dipastikan aman.
Analisa geser balok
Berdasarkan hasil analisa struktur dengan program SAP didapat nilai
gaya geser terfaktor maksimum :
V ux=1518,85 Nmm
Kuat geser nominal balok :
2,24 √ EF y
=2,24 √ 200000240
=64,66> htw
=23,34
Karena htw
<√ EF y
, maka nilai C v=28,86, dan kuat geser nominal balok adalah :
V n=0,6 F y Aw C v=4155,84
Kontrol kapasitas geser balok :
ϕb V n=3740,256 N>V u=1518,85 N
C. Desain Struktur kolom
Diambil contoh perhitungan kolom,dengan panjang kolom L = 8500 mm.
Direncanakan kolom dengan profil H. 250, dengan data profil sebagai berikut:
d = H = 250 mm Ix = 115000000 mm4
Bf = 250 mm Iy = 388000000 mm4
tw = 14 mm Sx = 919000 mm3
tf = 14 mm Sy = 304000 mm3
r = 16 mm rx = 105 mm
A = 10470 mm2 ry = 60.9 mm
Berdasarkan analisis pada program SAP v.12 didapat data yang dibutuhkan untuk
penampang kolom sebagai berikut :
pu=53439,8 N
V ux=18548,8 N
1. Panjang efektif kolom ,KL
Karena, kolom merupakan bagian struktur portal kaku bergoyang, maka panjang
efektif kolom dihitung berdasarkan grafik nomogram yang terlampir.
Data balok yang berhubungan dengan kolom :
Gambar. Hubungan antara kolom dan balok tinjau
Balok BD (sumbu x sebelah kanan kolom) WF 250.250
I x=28800 mm4
L=63000 mm
Panjang efektif kolom AB arah x :
Ga , x=1
(karena join A adalah dasar kolom dengan tumpuan jepit)
Ga , x
∑ IcLc
(untukkolom)
∑ IbLb
(untukbalok )=
3880000008500
2880063000
=9,98
Dari nomogram portal bergoyang diperoleh nilai K,x = 0,85 , maka panjang efektif
kolom K,xL = 0,85 . 8500 = 7225 mm
2. Kelangsingan Kolom
Arah sumbu x :
KxLrx
=7225105
=68,80<200 Aman.
3. Klasifikasi kekompakan penampang
Badan penampang :
λ=h
tw=
H−2. tf −2. rtw
=250−(2.14 )−(2.16)
14=13,6
λp=3,76√ EFy
=3,76√ 200000250
=108,54>λ penampang kompak.
sayap penampang :
λ= Bf2tf
= 2502.14
=8,93
λp=0,38√ EFy
=0,38√ 200000250
=10,97> λ penampang kompak.
4. Cek tekuk lentur torsi batang
J=∑ 13
b . t3=13¿
Cw=Iy . ho ²
4=
Iy . (h−tf ) ²4
=38800000 (250−14 ) ²
4=5,402 x 1011
I p=I x=115000000=115000000
rt=√ Cw
I p
+ 0,04 J . L2
I p
=√ 5,402 x1011
115000000+ 0,04 .1066501,33.63000²
50300000
¿195,85 mm
5. Kuat tekan kolom berdasarkan tekuk lentur
Tegangan tekuk kritis elastis Fe :
F e=π ² E
(KLr ) ²
= π ² .200000
( 1 x8500105 )
2=301,211
Tegangan tekuk lentur , Fcr :
4,71√ EF y
=4,71√ 200000240
=135,966> KLr
=68,80
F cr=0,658F y
Fe
F y=0,658 .240
301,211. 240=125,828
Kuat tekan nominal kolom, Pn :
Pn=Ag . Fcr=10470 .125,828=1317420,97 N
Kontrol kapasitas kuat tekan kolom :
ϕ Pn=0,9 x1317420,97 N=1185678,87 N>Pu=53439,8 N
6. Kuat Geser kolom
Ditinjau kolom dengan letak yang sama dengan letak kolom pada analisa tekan diatas
dengan profil H.250
Aw=d .tw=250 x 14=3500 mm2
htw
=25014
=17,85
htw
=17,85<2,24√ EF y
=64,66
maka nilai C v=1
Kuat geser nominal kolom :
V n=0,6 x F y x Aw xC v=0,6 x 250 x 3500 x1=504000 N
Kontrol kapasitas kuat geser kolom :
F v . V n=0,9 .504000=453600 N<V u=18548,8 N
Berdasarkan hasil perhitungan analisa kapasitas geser kolom diatas dapat
disimpulkan bahwa kolom ditinjau dengan profil H.250.250 mampu menahan gaya
geser yang bekerja.
D. Sambungan Antara Balok dan Kolom
Berdasarkan hasil analisa struktur dengan menggunakan program SAP,
didapat gaya – gaya maksimum yang bekerja pada ujung balok dan pada posisi
sambungan rencana yaitu :
LRFD
M u=1481192,36 Nmm
V u=1122,32 Nmm
Direncanakan sambungan menggunakan baut A-325 dan pelat sambung antara
balok dan kolom dengan propertis sebagai berikut :
Baut Pelat
Fub=825 Mpa Fub=370 Mpa
A, b=283,53 mm2 F yp=240 MPa
db=19 mm b p=225 mm
s=112mm t p=9 mm
Jumlah baut dalam satu baris, nx=2
Jumlah baris baut, n y=7
1. Kontrol jarak antar baut
Rencanakan jarak antar baut s dan jarak baut tepi Lev dan Leh :
s=112mm
L ev=56,25 mm
L eh=56,25 mm
Kontrol jarak antar baut rencana terhadap syarat jarak antar baut :
Smin=3 x db=3 x19=57 mm<112mm
Smax=14 x t p=14 x9=126mm>112 mm
Syarat jarak minimum dan maksimum tepi baut :
smin = 1,5. db = 1,5 . 19 = 28,5 mm < 56,25 mm
smax = 12. Tp = 12 . 9 = 108 mm > 56,25 mm
2. Menghitung Letak garis netral
Lebar ekivalen pelat sambung ( sebagai pengganti baut yang tertarik ) :
be=nx . A ,b
s=2. 283,53
112=5,063 mm
Lebar efektif pelat sambung yang tertekan :
b '=0,75 .b p=0,75 . 225=168,75 mm
Letak garis netral dari sisi pelat sambung :
12
. b' .(hp – x )2=12
.be . x2
( b'−be
2 )x2 – b ' . hp . x+b' .h p
2
2=0
Dengan menggunakan persamaan abc, didapat nilai x :
( b'−be
2 )=168,75−5,0632
=82...................................... ( 1 )
(b ' . hp)=(168,75 . 784)=132300 ……... ( 2 )
b' .h p
2=168,75 . 784²
2=51861600 ……….........…….... ( 3 )
x1,2=b ±√b ²−4. a . c
2 a¿ 132300±√132300²−4 . 82 .51861600
2 . 82
x1= 942,05 x2 = 668,25
Jadi letak garis netral dari sisi atas pelat adalah, x = 668,25 mm
GAMBAR TEGANGAN GESER LENTUR
3. Tegangan yang terjadi pada baut
Berdasarkan grafik tegangan pelat sambung diatas didapat persamaan Mu
yaitu :
M u=12(hp – x) . b ’ . σ 3 .
23(hp – x)+ 1
2. x . be . σ 1 .
23
x
Dan didapat nilai σ1
σ 1=3 . Mu
(hp−x )3
(x .b'+x
2. be)
σ 1=3 .1481192,36
(784−668,25 )3
(668,25 .168,75+668,252 . 5,063)
=6,801 Mpa
Dengan menggunakan persamaan segitiga, didapat nilai σ2 dan σ3
σ 2=(x− s
2 )x
x σ1=(668,25−112
2 )668,25
x6,801=6,231 Mpa
σ 2<Fub=370 Mpa Aman.
σ 3=( hp−x )
xx σ1=
(784−668,25 )668,25
x271,91=47,098 Mpa
σ 3<Fub=370 Mpa Aman.
4. Gaya Tarik pada baut
Gaya tarik satu buah baut :
T u=σ 2 x s x be=6,231 x112 x 5,063=3533,329 N
Gaya tarik satu buah baut :
T u ,1 baut=Tu
nx=3533,329
2=1766,663 N
Kuat nominal tarik baut :
T n=0,75 . Ab .Fub=0,75 .283,53 . 825=175433 N
Kontrol kapasitas tarik satu baut :
Φ. T n=0,75 . 175433=131574,75 N>78162,594 N
5. Gaya geser pada baut
Gaya geser yang ditahan oleh satu baut :
V s , 1baut=Vun
=1122,3214
=80,166 N
Kuat nominal geser satu baut :
V n=m. r1 . Ab. Fub=1.0,4 .283,53 . 825=93564 N
Kontrol kapasitas geser satu baut :
Φ. Vn=0,75 . 93564=70173 N>80,166 N
6. Gaya tumpu pada baut
Gaya tumpu yang ditahan satu baut :
R s ,1 baut=V s , 1 baut=80,166 N
Kuat tumpu nominal satu baut :
Rn=2,4 . db . tp . Fup=2,4 . 19 . 9 .370=151848 N
Kontrol kapasitas tumpu satu baut :
Φ. Rn=0,75 .151848=113886 N>80,166 N
7. Kombinasi gaya geser dan tarik baut
Tegangan geser yang terjadi :
f uv=V u
nbaut . Ab
= 1122,3214 . 283,53
=0,283 Mpa
Kontrol kapasitas tegangan geser :
Φ. r . m. f ub=0,75 .0,4 .1.825=247,5 Mpa>0,283 Mpa
Gaya tarik 1 baut yang terjadi :
T u=1766,663 N
Konstanta tegangan untuk baut A – 325 , f 1 = 807 Mpa
f 2= 621 Mpa
Kontrol tahanan tarik baut :
Φ. T u=f 1 . Ab
Ω=807 . 283,53
2.=114404 N>78162,594 N
Nilai tegangan kombinasi :
f t=807 –1,9 . f uv=807 – 1,9 .0,283=806,462
Kontrol tegangan kombinasi geser dan tarik :
Φ. f t . Ab=0,75 . 797,306 . 283,53=169545,128
Φ. f t . Ab=169545,128>T u=1766,663 N
Desain Struktur Fondasi
1. Data perencanaan Fondasi
direncanakan fondasi telapak seperti gambar dibawah ini :
Gambar. dimensi dan bentuk fondasi rencana
Data Tanah :
Tebal tanah, ht = 0,475 m friction angle = 0o
Berat volume tanah,γt = 18 kN/m3 sudut gesek dalam, F = 0o
Kohesi, c = 80 kpa
Data Fondasi Rencana :
lebar foot plat, B = 1,5 m lebar pedestal,bp = 0,5 m
panjang foot plat, L = 1,5 m panjang pedestal,Lp = 0,5 m
tebal foot plat, hf = 1,5 m tinggi pedestal, hp = 1 m
berat beton bertulang, γc = 0,6 kN/m3 tulangan foot plat, D = 16 m
kuat tekan beton, fc’ = 30 Mpa tulangan pedestal, D = 16 m
kuat leleh baja, fy = 250 Mpa sengkang, Ø = 8 m
selimut beton :
foot plat, ds = 75 mm
padestal, ds = 30 mm
2. Analisa gaya – gaya yang bekerja
Hasil analisa struktur balok padestal pada program SAP 2000
Jenis StrukturMomen (kNm) Gaya Aksial (kN)
Pu
Jenis
ComboMu,x Mu,y
Balok padestal 50,633 0,707 47,068
3. Daya dukung tanah ijin
Dari data tanah siatas maka didapat Nc, Nq, Ny dari tabel nilai – nilai faktor
kapasitas daya dukung Terzaqhi sebesar :
Nc Nq Ny
5,7 1 1
Q = berat fondasi + berat tanah
= hf . yc + ht . yt
= 0,6 . 24 + 0,475 . 18 = 22,95 kN/m2
St = cNc. (1 + 0,3. B/L) + q.Nq + 0,5. Yt . B. Ny.(1 – 0,2. B/L)
= 80.5,7(1+0,3.1,5/1,5) + 22,95x1+0,5x18x1,5x1(1-0,2x1,5/1,5)
= 626,55 kN/m2
4. Kontrol Tegangan tanah yang terjadi
Tegangan tanah maksimal, dan minimal yang terjadi pada tanah adalah sebesar :
Smax=PukB . L
+ Mu, x16
. B. L ²+ Mu , y
16
.B . L ²+q
¿ 47,0681,5 x 1,5
+ 50,63316
x 1,5 x1 ,5²+ 0,707
16
x1,5 x 1, 5²+22,95=135,139 kN /m2
Smin=PukB . L
− Mu, x16
. B . L²− Mu , y
16
. B . L ²+q
¿ 47,0681,5 x 1,5
− 50,63316
x1,5 x1 , 5²− 0,707
16
x1,5 x1 , 5²+22,95=47,401 kN /m2
5. Kontrol kuat geser satu arah
Tinggi efektif tekan beton bidang kritis satu arah :
d = hf – ds – D/2
= 0,6 – 0,075 – 0,016/2 = 0,517 m
Lebar bidang kritis yang menerima tekanan keatas :
a = L/2 – Lp/2 – d
= 1,5/2 – 0,5/2 – 0,517 = 0,017 m
Tegangan tanah pada bidang kritis yang menerima tekanan keatas :
sa = smin + ( L−a )(σ maks – σ min)
L
= 47,401+ (1,5−0,017) .(135,139−47,401)
1,5
= 134,144 kN/m2
Gaya geser akibat tekanan tanah keatas :
Vu = a . B (σmaks+σa)
2 = 0,017 x 1,5 x
(135,139+134,144)2
= 3,43 kN
Kontrol kapasitas gaya geser beton :
F.Vc = F. √ fc '6
B.d = 0,75 x √ 306
x (1,5 x 1000) x (0,517 x 1000)
=530948,5 N = 530,948 kN > Vu = 3,43 kN
Gambar Tegangan geser satu arah
6. Kontrol kuat geser dua arah
Gaya geser akibat tekanan tanah keatas :
Vu = ( B.L – (bk + d). (hk + d)). (σmaks+σmin)
2
= ( 1,5 x 1,5 – (0,5 + 0,517) x (0,5 + 0,517) x (135,139+47,401)
2
= 29,034 kN
Rasio sisi panjang dan pendek padestal :
βc = hk / bk = 0,5/0,5 = 1
keliling bidang kritis fondasi :
bo = 2.((bk + d)+ (hk + d))
= 2.((0,5 + 0,517) + (0,5 + 0,517))= 4,068m
kontrol kapasitas gaya geser beton :
Vc,1 = (1+ 2β c ) . √ fc ' bo . d
6
= (1+ 21 ) .
√30 ' (4,068 x1000 ) .(0,517 x1000)6
= 5759729 N = 5759,729 kN
Vc,2 = (2+ as .dbo ). √ fc ' bo . d
12
= (2+ 20 x0,5174,068 x 1000 )√30 ' (4,068 x1000 ) .(0,517 x1000)
12
= 1919979,37 N = 1919,97 kN
Vc,2 = 13
x √30 x (4,068 x 1000) x (0,517 x 1000)
= 3839819,9 N = 3839,81 kN
Dipilih Vc yang paling kecil Vc = 1919,97 kN
.Vc=0,75 1919,97=1439,97 kN >Vu =29,034 kN
6. Desain Tulangan Fondasi
Tinggi efektif tekan beton bidang kritis satu arah :
D = hf – ds – D/2 = 0,6 – 0,075 – 0,016/2 = 0,517 m
Jarak tepi padestal terhadap sisi luar foot plat :
X = L/2 – hp/2 = 1,5/2 – 0,5/2 = 0,5 m
Tegangan tanah pada tepi kolom :
σx = σmin+ ( L−X ) .(σmaks−σmin)
L
=47,401 + (1,5−0,5 ) x ((135,139−47,401 ))
1,5
= 105,893 kN/m
Momen yang terjadi pada fondasi :
Mu = 12
. σx . x2 + 13
(σmaks – σx) . x2
= 12
.105,893 .0,52+13
(135,139−¿105,893 )x0,52 = 15,68 kNm.
Faktor momen pikul :
K = Mu
F . b . d ² =
15,680,8 x1 x0 , 517²
= 73,33 kN/m2 = 0,073 N/mm2
Kmaks = 8,893
m = Fy
0,85. fc ' =
2500,85.30
= 8,77
Rasio tulangan perlu :
ρ = 1m (1−√1−2 . m. K
Fy ) = 18,77 (1−√1−2 .8,77 .0,073
250 ) = 0,0016
Rasio tulangan balance :
ρb = 0,85 . f c ' . b1Fy
= 0,85 x30 x0,85
250 = 0,09
Rasio tulangan maksimum :
ρmaks = 0,75 . ρb = 0,75 x 0,09 = 0,07
Rasio tulangan Minimum :
ρmin = 1,4/fy = 1,4/240 = 0,006
Kontrol rasio tulangan :
ρmin > ρ 0,006 > 0,0016 (diambil nilai ρ = 0,0016)
luas tulangan perlu :
As = ρ . b . d = 0,0016 x 1000 x (0,517 x 1000) = 827,2 mm2
Luas tulangan untuk 1 tulangan :
As = ¼ p. ز = ¼ .p.162 = 201, 062 mm2
Jumlah (n) dan jarak tulangan perlu (s) per-meter :
n = Asperlu/ As 1 tulangan = 827,2 mm2 / 201,062 mm2 = 4,12 ≈ 5 tulangan
Aspakai = As 1tulangan x n = 201,062 mm2 x 5 = 1005,31 mm2
s = As 1 tulanganxb
Aspakai =
78,5 x 10001005,31
= 200 mm/m ≈ 200 mm/m
b. Tulangan Padestal
Tulangan Pokok (vertikal)
d = hk – ds – D/2 = 0,5 – 0,03 – 0,016/2 = 0,462 m
faktor momen pikul :
K = Mu
F . b . d ² =
15,680,8 x0,45 x 0 , 462²
= 24,06 kN/m2 = 0,024 N/mm2
Kmaks = 8,893
Tinggi blok tekan beton :
a = (1−√1− 2 . K0,85 . fc ' ). d = (1−√1−2 .0,018
0,85 .30 ) (0,462 x 1000) = 0,33 mm
Luas tulangan perlu :
As,ul = 0,85 xf c' xaxbfy
= 0,85 x30 x0,33 x 500
240= 17,53 mm2
As,u2 = 1,4 xbxd
fy=
1,4 x500 x (0,462 x1000)240
= 1347,5 mm2
Dipilih yang besar As,u = 1347,5 mm2
Jumlah (n) dan jarak tulangan perlu (s) per-meter :
n = As,u / As 1 tulangan =1347,5 mm2/201,062 mm2 = 6,702 ≈ 7 tulangan
Aspakai = As 1 tulangan x n = 201,062 mm2 x 7 = 1407,434 mm2 > As,u Oke!!
Tulangan sengkang
Kontrol kapasitas geser balok :
F.Vc = F.16. b. d = 0,75 x 16 x 500 x 462 x √ fc '
=15182869 N > Vu = 600 N Aman!
Dipakai tulangan sengkang Ø8
Jarak tulangan sengkang s = d/2 = 462/2 = 231 mm ≈ 250 mm.
Gambar detail Pondasi Telapak
E. Desain Struktur Pelat Dasar Kolom
Direncanakan pelat dasar kolom dengan tinjauan kolom yang mengalami gaya
aksial paling maksimal, seperti gambar berikut :
Data yang dibutuhkan dalam mendesain struktur pelat dasar kolom sesuai
dengan analisis pada program SAP v.12 adalah :
M u=82006413 N .mm
Pu=53439,8 N
Data kolom dan pedestal tinjau adalah :
Kolom Pedestal
d = 250 mm f’c = 25 MPa
bf = 250 mm bp = 500 mm
tw =14 mm hp = 500 mm
tf = 14 mm A2 = 250000
fy = 240 Mpa fu = 370 MPa
Direncanakan pelat dasar kolom dengan tinjauan gaya aksial dan momen yang
bekerja, sesuai dengan asumsi tumPuan dasar kolom adalah jepit.
1. Asumsi dimensi pelat dasar kolom
Direncanakan menggunakan pelat dasar kolom dengan dimensi :
N = 500 mm
B = 500 mm
Luas pelat dasar kolom rencana, A1 ¿250000
Rasio luas pedestal terhadap luas baseplate ¿A2
A1
=25000025000 0
=1
2. Tegangan ijin maksimum
F p maks=ϕc . 0.85 . f ’c .√ A 2/ A 1=0,65 . 0,85 .25 .√1=13,81 N
3. Tekanan tumpu :
qmaks=F p maks . B=13,81 . 500=6905 N /mm
4. Menentukan jenis momen yang bekerja :
ecrit = N2
- Pu2. q maks
= 500
2 - 53439,8
2 .6905 = 246,13
e = MuPu
= MuPu
= 8200641353439,8
= 1534,56 < 248,8 (Momen Kecil )
5. Panjang daerah tumpu, Y
Asumsi jarak tepi angkur = 25 mm
Jarak dari pusat kolom ke angkur, f = 500/2 – 25 = 225 mm
( f +N /2 )2 = (225+500 /2 )2 = 225625
2 Pu(e+ f )qmaks
= 2. 53439,8(10,002+225)
6905
= 3637,49 < 225625 (Dimensi pelat OK)
Dari persamaan diatas maka nilai panjang daerah tumuan untuk metode LRFD
adalah :
Y = ( f +N /2 ) ± √( f + N2 )
2
−2 Pue+ f
qmaks
= (225+500 /2 ) ± √225625−3637,49 = 946,06mm ; 3,84 mm
6. Menghitung gaya tarik angkur
Tu = qmaks. Y - Pu = 6905 (946,06+3,84
2) – 53439,8 = 3226089,95 N
7. Menghitung tebal pelat dasar kolom yang dibutuhkan
Daerah tumpuan (at bearing interface) :
m = ½ (N – 0,95d) = ½ (500 – 0,95 . 400) = 60
karena Y = 420 > m = 60, maka tebal pelat dasar yang dibutuhkan adalah :
tp, (req) = 1,5m √ fp(maks)Fy
= 1,5 . 60 √ 13,81240
= 21,59 mm
Daerah tarik (at tension interface) :
x = N/2 – d/2 – 25 = 500/2 – 400/2 – 25 = 25
tebal pelat dasar kolom yang dibutuhkan dengan metode ASD adalah :
tp, (req) = 2,11 √ Tu xBFy
= 2,11 √ 3226089,95 . 25450 .240
= 27,33
diambil tebal pelat paling maksimum yaitu tp = 80 mm
8. Desain angkur pelat dasar kolom
Direncanakan menggunakan angkur D22 dengan Fu, angkur = 825 MPa
Kuat tarik nominal 1 buah angkur :
Tn = 0,75 . Aangkur . Fu,angkur = 0,75 . 379,94 . 825 = 235087,88N
Kapasitas 1 buah angkur :
Φ.Tn = 0,75 . 235087,88N = 176315,91 N
Jumlah angkur yang dibutuhkan :
n = Tu
ϕ.Tn = 3226089,95176 315,91 = 18,29 ≈ 18 buah angkur
Panjang angkur yang dibutuhkan :
Lmin = Fy
4 .√ f ' c . D =
240
4 .√25 22 = 264 mm
Dipakai panjang angkur 300 mm.
F. Desain Struktur Rafter
Direncanakan rafter menggunakan jenis profil IWF 250 x 125 x 6 x 9
seperti gambar di bawah ini :
Bf = 125 mm Sx = 324000mm3 A = 3766 mm2
H = 250 mm Sy = 47000 mm3 r = 12 mm
T f = 9 mm rx = 27,9 mm
T w = 6 mm ry = 104 mm
Contoh Perhitungan
Berdasarkan analisa struktur menggunakan SAP, didapat momen dan gaya geser
maksimum yang bekerja pada rafter, yaitu :
M ux=¿60446801N.mm
V ux=¿ 13234 N
Kontrol rasio lebar terhadap tebal penampang rafter :
Sayap :
λ=B f
2t f
=1252.9
=6,94<λp=0,38√ Ef y
=0,38√ 200000240
=10,96
Badan :
λ= htw
=H−2 t f−2r
tw
=125−2.9−2.126
=13,83
λ p=3,76√ Ef y
= 3,76√ 200000240
=108,54>λ
Dari hasil kontrol rasio lebar terhadap tebal sayap dan badan penampang
diatas, dapat disimpulkan bahwa profil rafter IWF 250 x 125 x 6 x 9 termasuk
penampang “kompak”.
Analisa geser rafter
Berdasarkan hasil analisa struktur dengan program SAP didapat nilai
gaya geser terfaktor maksimum :
Vu = 21286,77 N
M ux=60446801
Kuat geser nominal rafter :
2,24 √ EF y
=2,24 √ 200000240
=64,66> htw
=23,34
Karena htw
< √ EF y
, maka nilai C v=1, dan kuat geser nominal balok adalah :
V n=0,6 F y Aw C v=0,6 x250 x 1248 x 1=187200 N
Kontrol kapasitas geser rafter :
ϕb V n=187200 N>V u=21286,77 N Penampang aman.
Analisa lendutan rafter
Kendutan balok yang terjadi :
∆ terjadi=5 x q x L4
384. EI+ P x L3
48 . EI
Beban merata tidak terfaktor :
Akibat, Beban mati ( q ) = 23 kg /m = 0,23 N /mm
Beban hujan ( q ) = 46 kg /m = 0,46 N /mm
Beban angin ( q ) = 40 kg /m = 0,40 N /mm +
Total = 1,09 N /mm
Beban Terpusat tidak Terfaktor ( P ) :
Akibat, Beban orang, P = 100 kg /m = 1,00 N /mm
Lendutan yang terjadi :
∆ terjadi=5 x q x L4
384. EI+ P x L3
48 . EI
∆ terjadi=5 x1,09 x 9237
384.200000 .1340000+ 1 x92373
48 .200000 .1340000=0,061 mm
∆ ijin=L
240=9237
240=38,488 mm>0,061
Cek interaksi tekan lentur
Nuϕ Nn
≤ 0,2
37,158856,408
=0,043 ≤ 0,2
M ux
2 x ϕ N n
+( M ux
ϕb. M nx
+M uy
ϕb. M ny)<1,0
132342 x 0,9 x60446801
+( 592165200,9 . 59216520
+ 465816,390,9 . 465816,39 )<1,0
0,0027<1,0
Maka, aman.
Pelat Tekuk Rafter
Luas dari penampang plat pada rafter pengaku vertikal harus memenuhi :
Bf = 125 mm Sx = 324000mm3 A = 3766 mm2
H = 250 mm Sy = 47000 mm3 r = 12 mm
T f = 9 mm rx = 27,9 mm I x =405.105 cm4
T w = 6 mm ry = 104 mm I y =294.104 cm4
A s≥ 0,5 x D x Aw x ¿
Diketahui :
T f = 9 mm
H s = H s−2t f = 250 – ( 2 x 9 ) = 232 mm
Aw = 232 x 9 = 2088 mm2
D = 1
C v=1,5 x K n xEf y
x1
( htw
)2 =1,5 x(5+
5
( 2300232 )
2 )¿4,223
Maka,
A s≥ 0,5 x D x Aw x (( 1+C v ) x (ah−( a
h )2
√(1+( ah )
2) ))3766 ≥ 0,5 x1 x2088 x ((1+4,223 ) x (
2300
232−(2300232 )
2
√(1+( 2300232 )
2)))3766 ≥ 9412,925 Aman.
I s ≥0,75 x h x tw3 untuk
ah
≥√2
405. 105 ≥ 0,75 x 232 x216
405. 105 ≥ 37584 Aman.
G. Sambungan Antara Kolom dan Rafter
Berdasarkan hasil analisa struktur dengan menggunakan program SAP,
didapat gaya – gaya maksimum yang bekerja pada ujung rafter dan pada posisi
sambungan rencana yaitu :
M u=59216536 Nmm
V u=20253,61 Nmm
Direncanakan sambungan menggunakan baut A-325 dan pelat sambung antara
rafter dan kolom dengan propertis sebagai berikut :
Baut Pelat
Fub=825 Mpa Fub=370 Mpa
A, b=283,53 mm2 F yp=240 MPa
db=19 mm b p=225 mm
s=112mm t p=9 mm
Jumlah baut dalam satu baris, nx=2
Jumlah baris baut, n y=7
1. Kontrol jarak antar baut
Rencanakan jarak antar baut s dan jarak baut tepi Lev dan Leh :
s=112mm
L ev=56,25 mm
L eh=56,25 mm
Kontrol jarak antar baut rencana terhadap syarat jarak antar baut :
Smin=3 x db=3 x19=57 mm<112mm
Smax=14 x t p=14 x9=126mm>112 mm
Syarat jarak minimum dan maksimum tepi baut :
smin = 1,5. db = 1,5 . 19 = 28,5 mm < 56,25 mm
smax = 12. Tp = 12 . 9 = 108 mm > 56,25 mm
2. Menghitung Letak garis netral
Lebar ekivalen pelat sambung ( sebagai pengganti baut yang tertarik ) :
be=nx . A ,b
s=2. 283,53
112=5,063 mm
Lebar efektif pelat sambung yang tertekan :
b '=0,75 .b p=0,75 . 225=168,75 mm
Letak garis netral dari sisi pelat sambung :
12
. b' .(hp – x )2=12
.be . x2
( b'−be
2 )x2 – b ' . hp . x+b' .h p
2
2=0
Dengan menggunakan persamaan abc, didapat nilai x :
( b'−be
2 )=168,75−5,0632
=82...................................... ( 1 )
(b ' . hp)=(168,75 . 784)=132300 ……... ( 2 )
b' .h p
2=168,75 . 784²
2=51861600 ……….........…….... ( 3 )
x1,2=b ±√b ²−4. a . c
2 a¿ 132300±√132300²−4 . 82 .51861600
2 . 82
x1= 942,05 x2 = 668,25
Jadi letak garis netral dari sisi atas pelat adalah, x = 668,25 mm
GAMBAR TEGANGAN GESER LENTUR
3. Tegangan yang terjadi pada baut
Berdasarkan grafik tegangan pelat sambung diatas didapat persamaan Mu
yaitu :
M u=12(hp – x) . b ’ . σ 3 .
23(hp – x)+ 1
2. x . be . σ 1 .
23
x
Dan didapat nilai σ1
σ 1=3 . Mu
(hp−x )3
(x .b'+x
2. be)
σ 1=3 .59216536
(784−668,25 )3
(668,25 .168,75+668,252 . 5,063)
=271,91 Mpa
Dengan menggunakan persamaan segitiga, didapat nilai σ2 dan σ3
σ 2=(x− s
2 )x
x σ1=(668,25−112
2 )668,25
x271,91=249,124 Mpa
σ 2<Fub=370 Mpa Aman.
σ 3=( hp−x )
xx σ1=
(784−668,25 )668,25
x271,91=47,098 Mpa
σ 3<Fub=370 Mpa Aman.
4. Gaya Tarik pada baut
Gaya tarik satu buah baut :
T u=σ 2 x s x be=249,124 x 112 x5,063=156325,188 N
Gaya tarik satu buah baut :
T u ,1 baut=Tu
nx=156325,188
2=78162,594 N
Kuat nominal tarik baut :
T n=0,75 . Ab .Fub=0,75 .283,53 . 825=175433 N
Kontrol kapasitas tarik satu baut :
Φ. T n=0,75 . 175433=131574,75 N>78162,594 N
5. Gaya geser pada baut
Gaya geser yang ditahan oleh satu baut :
V s , 1baut=Vun
=20253,6114
=1446,686 N
Kuat nominal geser satu baut :
V n=m. r1 . Ab. Fub=1.0,4 .283,53 . 825=93564 N
Kontrol kapasitas geser satu baut :
Φ. Vn=0,75 . 93564=70173 N>1446,686 N
6. Gaya tumpu pada baut
Gaya tumpu yang ditahan satu baut :
R s ,1 baut=V s , 1 baut=78162,594 N
Kuat tumpu nominal satu baut :
Rn=2,4 . db . tp . Fup=2,4 . 19 . 9 .370=151848 N
Kontrol kapasitas tumpu satu baut :
Φ. Rn=0,75 .151848=113886 N>78162,594 N
7. Kombinasi gaya geser dan tarik baut
Tegangan geser yang terjadi :
f uv=V u
nbaut . Ab
= 20253,6114 . 283,53
=5,102 Mpa
Kontrol kapasitas tegangan geser :
Φ. r . m. f ub=0,75 .0,4 .1.825=247,5 Mpa>5,102 Mpa
Gaya tarik 1 baut yang terjadi :
T u=78162,594 N
Konstanta tegangan untuk baut A – 325 , f 1 = 807 Mpa
f 2= 621 Mpa
Kontrol tahanan tarik baut :
Φ. T u=f 1 . Ab
Ω=807 . 283,53
2.=114404 N>78162,594 N
Nilai tegangan kombinasi :
f t=807 –1,9 . f uv=807 – 1,9 .5,102=797,306
Kontrol tegangan kombinasi geser dan tarik :
Φ. f t . Ab=0,75 . 797,306 . 283,53=169545,128
Φ. f t . Ab=169545,128>T u=78162,594 N
H. Sambungan Antar Rafter
Berdasarkan hasil analisa struktur dengan menggunakan program SAP, didapat
gaya – gaya maksimum yang bekerja pada ujung rafter dan pada posisi
sambungan rencana yaitu :
M u=21243422,22 Nmm
V u=3230,73 Nmm
Pu=13516,03 Nmm
Baut ulir ( bor ) diameter ϕ = 80 mm
Tipe Baut A-325 dengan properties sebagai berikut :
Baut Pelat
Fub=825 Mpa Fub=370 Mpa
A, b=283,53 mm2 F yp=240 MPa
db=19 mm b p=225 mm
s=112mm t p=9 mm
1. Kontrol Kekuatan Baut
Perhitungan gaya aksial yang diterima setiap baut :
Ruv=Pu
n=13516,03
6=2252,667
Perhitungan kuat geser baut :
Φ Rnv=0,9 x 0,5 x Fu x Ab x m
¿0,9 x0,5 x 410 x283,53 x 1=52311,285 N
Perhitungan kuar tumpu baut
Φ R n=2,4 x d x t p x F u x0,75
¿2,4 x 80 x9 x 410 x0,75=531360 N
Perhitungan kuat tarik baut
Φ R nt=0,75 x 0,75x F u x Ab
¿0,75 x 0,75 x 410 x283,53=65389.106 N
Rumus interaksi geser dan kuat tarik baut
( Ruv
ϕ Rnv)
2
+( Rut
Rn t)
2
≤1( 2252,66752311,285 )
2
+(R ut531360 )
2
≤1
R ut=T=530868,26 N
2. Menghitung Letak garis netral
Lebar ekivalen pelat sambung ( sebagai pengganti baut yang tertarik ) :
be=nx . A ,b
s=2. 283,53
112=5,063 mm
Lebar efektif pelat sambung yang tertekan :
b '=0,75 .b p=0,75 . 225=168,75 mm
Letak garis netral dari sisi pelat sambung :
12
. b' .(hp – x )2=12
.be . x2
( b'−be
2 )x2 – b ' . hp . x+b' .h p
2
2=0
Dengan menggunakan persamaan abc, didapat nilai x :
( b'−be
2 )=168,75−5,0632
=82...................................... ( 1 )
(b ' . hp)=(168,75 . 784)=132300 ……... ( 2 )
b' .h p
2=168,75 . 784²
2=51861600 ……….........…….... ( 3 )
x1,2=b ±√b ²−4. a . c
2 a¿ 132300±√132300²−4 . 82 .51861600
2 . 82
x1= 942,05 x2 = 668,25
Jadi letak garis netral dari sisi atas pelat adalah, x = 668,25 mm
GAMBAR TEGANGAN GESER LENTUR
3. Tegangan yang terjadi pada baut
Berdasarkan grafik tegangan pelat sambung diatas didapat persamaan Mu
yaitu :
M u=12(hp – x) . b ’ . σ 3 .
23(hp – x)+ 1
2. x . be . σ 1 .
23
x
Dan didapat nilai σ1
σ 1=3 . Mu
(hp−x )3
(x .b'+x
2. be)
σ 1=3 . 21243422,22
(784−668,25 )3
(668,25 .168,75+668,252 . 5,063)
=92,911 Mpa
Dengan menggunakan persamaan segitiga, didapat nilai σ2 dan σ3
σ 2=(x− s
2 )x
x σ1=(668,25−112
2 )668,25
x92,911=85,125 Mpa
σ 2<Fub=370 Mpa Aman.
σ 3=( hp−x )
xx σ1=
(784−668,25 )668,25
x92,911=16,093 Mpa
σ 3<Fub=370 Mpa Aman.
4. Gaya Tarik pada baut
Gaya tarik satu buah baut :
T u=σ 2 x s x be=85,125 x112 x 5,063=48270,642 N
Gaya tarik satu buah baut :
T u ,1 baut=Tu
nx= 48270,642
2=24135,321 N
Kuat nominal tarik baut :
T n=0,75 . Ab .Fub=0,75 .283,53 . 825=175433 N
Kontrol kapasitas tarik satu baut :
Φ. T n=0,75 . 175433=131574,75 N>24135,321 N
5. Gaya geser pada baut
Gaya geser yang ditahan oleh satu baut :
V s , 1baut=Vun
=3230,736
=538,455 N
Kuat nominal geser satu baut :
V n=m. r1 . Ab. Fub=1.0,4 .283,53 . 825=93564 N
Kontrol kapasitas geser satu baut :
Φ. Vn=0,75 . 93564=70173 N>538,455 N
6. Gaya tumpu pada baut
Gaya tumpu yang ditahan satu baut :
R s ,1 baut=V s , 1 baut=538,455 N
Kuat tumpu nominal satu baut :
Rn=2,4 . db .t p .Fup=2,4 . 19 . 9.370=151848 N
Kontrol kapasitas tumpu satu baut :
Φ. Rn=0,75 .151848=113886 N>538,455 N
7. Kombinasi gaya geser dan tarik baut
Tegangan geser yang terjadi :
f uv=V u
nbaut . Ab
= 3230,736 . 283,53
=1,889 Mpa
Kontrol kapasitas tegangan geser :
Φ. r . m. f ub=0,75 .0,4 .1.825=247,5 Mpa>1,889 Mpa
Gaya tarik 1 baut yang terjadi :
T u=538,455 N
Konstanta tegangan untuk baut A – 325 , f 1 = 807 Mpa
f 2= 621 Mpa
Kontrol tahanan tarik baut :
Φ. T u=f 1 . Ab
Ω=807 . 283,53
2.=114404 N>538,455 N
Nilai tegangan kombinasi :
f t=807 –1,9 . f uv=807 – 1,9 .1,889=803,411
Kontrol tegangan kombinasi geser dan tarik :
Φ. f t . Ab=0,75 . 803,411 . 283,53=170843,319
Φ. f t . Ab=170843,319>T u=538,455 N