documentj
DESCRIPTION
bTRANSCRIPT
SKENARIO C
I Identifikasi Masalah
1. Cek Ina, 65 tahun, dibawa ke IGD RS Muhammadiyah Palembang karena
penurunan kesadaran sejak 4 jam yang lalu.
2. Lebih kurang 6 jam sebelumnya pasien mulai mengeluh gelisah, berdebar-
debar dan mudah mengantuk
3. Selama ini pasien diketahui menyandang diabetes selama 8 tahun dan
telah mengkonsumsi obat-obatan metformin 3x500 mg dan glibenklamid
1x5 mg secara teratur. Sejak 6 bulan terakhir Cek Ina sering mengeluh
muah, nafsu makan berkurang..
4. Pasien juga diketahui menyandang hipertensi lama dan mendapat obat
kaptopril 2x12,5 mg.
5. Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: Sakit berat, sens: sopor
Tanda Vital: TD 100/70mmHg, nadi:120x/menit, filiformis, RR:
22x/menit, T:35,0oC.
Keadaan spesifik: Kulit lembab, dingin
6. Pemeriksaan laboratorium darah cito di IGD:
Glukosa darah sewaktu : 550 mg/dl diperiksa oleh dokter yang bertugas
menggunakan glucometer darah digital, keton urin +1, HbA1c: 13%
II Prioritas Masalah
Masalah nomor 1 karena penurunan kesadaran adalah keluhan yang menyebabkan
ia dating ke dokter akibat telah mengancam nyawa.
III Analisis Masalah
1. Cek Ina, 65 tahun, dibawa ke IGD RS Muhammadiyah Palembang karena
penurunan kesadaran sejak 4 jam yang lalu.
a. Apa faktor penyebab penurunan kesadaran?
Jawab :
-Sirkulasi
-Ensefalitis
-Metabolik
-Elektrolit
-Neoplasma
-Intoksitasi
-Trauma
-Epilepsi
b. Bagaimana mekanisme penurunan kesadaran?
Jawab:
Konsumsi OAD (glibenklamid jangka panjang) → sel β pnkreas
terus terangsang → sekresi insulin terus menerus → kadar insulin
tinggi → penurunan glukosa darah yang cepat → hipoglikemia →
otak kekurangan glukosa sebagai sumber energi → gangguan
fungsi saraf pusat (neuroglikopenik) → penurunan kesadaran.
Nefropati -------------------------------------Dm 8 tahun
↓ ↓
Minum obat OAD
↓
Glibenclamid Metformin
↓ ↓
Efek
toksik
↓ di
gastrointestinal mual
↑kadar leptin nafsu
makan ↓
↓
Intake ↓
Hiper insulinemia
c. Apa makna penurunan kesadaran sejak 4 jam yang lalu?
Jawab:
Telah terjadi hipoglikemia berat.
Ada 3 klasifikasi dari hipoglikemi :
Fungsi ginjal ↓
Metformin dalam bentuk
senyawa aktif tidak dapat
dieksresi dengan baik
Metformin menumpuk
di dalam plasma
Metfomin tetap memberikan
efek pada tubuh salah
satunya menghambat
glukogenolisis di hati
Sekresi insulin ↑
Dosis obat yang
menetap atau tidak
diturunkan
Metallic taste
Hipoglikemia
Ringan :
Simtomatik , dapat diatasi sendiri, tidak ada gangguan aktivitas
sehari-hari yang nyata.
Sedang :
Simtomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan gangguan
aktifitas sehari-hari yang nyata.
Berat :
Sering (tidak selalu) tidak simtomatik, karena gangguan
kognitif pasien tidak mampu mengatasi sendiri
1. Membutuhkan pihak ketiga tetapi tidak memerlukan terapi
parenteral.
2. Membutuhkan terapi parenteral (glukagon intramuskular
atau glukosa intravena).
3. Disertai dengan koma atau kejang
d. Apa fungsi penurunan kesadaran?
Jawab:
Sebagai kompensasi tubuh untuk menghemat energi.
e. Apa saja tingkatan penurunan kesadaran ?
Jawab :
Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya..
Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun,
respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun
kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan)
tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
Sopor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap,
tetapi ada respon terhadap nyeri.
Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada
respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea
maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil
terhadap cahaya).
f. Bagaimana penilaian tingkat kesadaran?
Jawab:
Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan
hasil seobjektif mungkin adalah menggunakan GCS (Glasgow
Coma Scale). GCS dipakai untuk menentukan derajat cidera
kepala. Reflek membuka mata, respon verbal, dan motorik diukur
dan hasil pengukuran dijumlahkan jika kurang dari 13, makan
dikatakan seseorang mengalami cidera kepala, yang menunjukan
adanya penurunan kesadaran.
GCS yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak)
dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal
yaitu reaksi membuka mata , bicara dan motorik. Hasil
pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang
angka 1 – 6 tergantung responnya.
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS
disajikan dalam simbol E…V…M…
Menilai tingkat kesadaran :
15 : normal
14-13 : sedang
12-9 : ringan
8-3 : berat
Metoda lain adalah menggunakan sistem AVPU, dimana
pasien diperiksa apakah sadar baik (alert), berespon dengan kata-
kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang nyeri (pain), atau
pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal maupun
diberi rangsang nyeri (unresponsive).
Ada metoda lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari
GCS dengan hasil yang kurang lebih sama akuratnya, yaitu skala
ACDU, pasien diperiksa kesadarannya apakah baik (alertness),
bingung / kacau (confusion), mudah tertidur (drowsiness), dan
tidak ada respon (unresponsiveness).
g. Bagaimana pertolongan pertama pada penurunan kesadaran?
Jawab:
A: Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan
nafas disertai control servikal.
B: Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola
pernafasan agar oksigenasi adekwat.
C: Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol
perdarahan.
D: Disability, mengecek status neurologis
E: Exposure, enviromental control, buka baju penderita
tapi cegah hipotermia.
2. Lebih kurang 6 jam sebelumnya pasien mulai mengeluh gelisah, berdebar-
debar dan mudah mengantuk.
a. Bagaimana hubungan gelisah, berdebar-debar, mudah mengantuk
dengan penurunan kesadaran?
Jawab:
Hubungan gelisah, berdebar-debar, mudah mengantuk dengan
penurunan kesadaran adalah keadaan hipoglikemia yang terjadi.
Terjadinya penurunan kesadaran diakibatkan karena ketidak
mampuan tubuh untuk memenuhi pasokan nutrisi dan oksigen ke
otak, sehingga jika keadaan tersebut dibiarkan secara terus-
menerus, akan mengakibatkan penurunan kesadaran. Dimana
keadaan hipoglikemia pengeluaran stresor (merangsang saraf
simpatis sekresi adrenalin gelisah, berdebar-debar,
sedangkan kurangnya pasokan oksigen dan nutrisi hipoksia otak
mudah mengantuk – penurunan kesadaran.
b. Bagaimana mekanisme gelisah, berdebar-debar, dan mudah
mengantuk?
Jawab:
Berdebar-debar dan gelisah:
DM tipe 2, resistensi insulin glukosa darah rendah sekresi
insulin meningkat glukosa darah menurun hipoglikemi
pengeluaran epinefrin oleh medula adrenal peningkatan aktivitas
saraf simpatis curah jantung meningkat denyut jantung
meningkat palpitasi
hipoglikemi pengeluaran epinefrin oleh medula adrenal sebagai
kompenasasi tubuh ketika dalam stress untuk meningkatkan glukosa
peningkatan aktivitas saraf simpatis curah jantung meningkat
denyut jantung meningkat berdebar-debar.
Mudah mengantuk:
glukosa darah menurun hipoglikemia tidak adekuat suplai
dari darah ke saraf (neuro-glikopenik) asupan glukosa ke otak
berkurang mudah mengantuk
Ringkasan skema nya kurang lebih sepertti dibawah ini :
c. Bagaimana hubungan dari ketiga keluhan dengan kasus ini ?
Hubungan dari ketiga keluhan ini adalah sama-sama disebabkan oleh
hipoglikemi yang diderita oleh cek Ina yang merupakan gejala dari
neurogenik dan neuroglipenik.
d. Apa makna keluahan yang terjadi ?
Jawab :
Telah terjadi tanda-tanda hipoglikemia, untuk lebih tau tingkatannya
dapat dilihat sebagia berikut :
Berdasarakan Tanda-tanda Hipoglikemia:
1. Stadium parasimpatik : lapar, mual, tekanan darah turun.
2. Stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit bicara, kesulitan
menghitung sederhana.
3. Stadium simpatik : keringat dingin pada muka terutama di hidung,
bibir atau tangan, berdebar-debar.
4. Stadium gangguan otak berat : koma (tidak sadar) dengan atau tanpa
kejang.
Dari keseluruhan keluhan yang dialami oleh Ny. Rohimah
menandakan Ny. Rohimah mengalami hipoglikemia stadium simpatik.
3. Selama ini pasien diketahui menyandang diabetes selama 8 tahun dan
telah mengkonsumsi obat-obatan metformin 3x500 mg dan glibenklamid
1x5 mg secara teratur. Sejak 6 bulan terakhir Cek Ina sering mengeluh
mual, nafsu makan berkurang
a. Apa hubungan diabetes 8 tahun dengan kasus ini?
Jawab:
Banyak faktor yang mengakibat keluhan tersebut terjadi. Bisa
dilihat dari efek jangka panjang obat dan juga komplikasi pada
pasien diabetes, serta usia yang sangat berhubungan dengan
pemakaian dosis obat dan juga memperhatikan fungsi ginjal
pasien. Jadi hubungan antara diabetes 8 tahun, dengan usia yang
telah memasuki lansia dengan dosis obat yang tetap dipertahankan
seperti itu akumulasi obat dan juga efek jangka panjang obat
tersebut hipoglikemia
b. Bagaimana farmakologi dari obat anti-diabetes?
Jawab:
Metformin
Mekanisme Kerja
Golongan Biguanida ini mempunyai efek menurunkan kadar gula
darah yang meningkat pada penderita diabetes, tetapi tidak
meningkatkan sekresi insulin. Penurunan kadar gula darah ini
disebabkan oleh peningkatan asupan glukosa ke dalam otot,
penurunan glukoneogenesis yang meningkat dan penghambatan
absorpsi glukosa intestinal. Metformin meningkatkan sensitivitas
insulin di hati dan jaringan periferal (otot). Mekanisme pasti
bagaimana metformin dapat meningkatkan sensitivitas insulin
masih diteliti. Tetapi mungkin berhubungan dengan adanya
adenosine-5-monofosfat yang mengaktifkan aktivitas protein
kinase, tirosin kinase dan glukosa transporter.
Efeknya ialah turunnya kadar insulin yang terlalu kuat dan
penurunan berat badan, karena bersifat menekan nafsu makan.
Pada orang normal, mekanisme antiregulasi akan menutupi efek
obat sehingga kadar gula tidak berubah. Metformin tampaknya
memperkuat efek insulin dengan meningkatkan ikatan insulin pada
reseptornya.
Farmakokinetik
Penyerapan oleh usus baik sekali dan obat ini dapat digunakan
bersamaan dengan insulin atau sulfonilurea. Metformin mencapai
kadar puncak dalam darah setelah 2 jam dan diekskresi melalui
urin dalam keadaan utuh dengan waktu paruh 2-5 jam. Metformin
mempunyai bioavailabilitas oral sekitar 50-60%, kelarutan rendah
pada lemak & memiliki volume distribusi pada cairan tubuh.
Metformin tidak dimetabolisme dan tidak berikatan dengan protein
plasma. Metformin dieliminasi melalui sekresi tubular ginjal dan
filtrasi glomerular. Waktu paruh metformin yaitu 6 jam, secara
farmakodinamik efek antihiperglikemia metformin > 24 jam.
Farmakodinamik :
adalah obat anti hiperglikemia oral digunakan untuk pengobatan
diabetes tipe 2. Secara kimia atau farmakologi, Metformin berbeda
dengan Sulfonylurea. Metformin memperbaiki toleransi glukosa
pada penderita diabetes tipe 2, menurunkan glukosa darah baik di
basal maupun postprandial. Mekanisme kerja Metformin berbeda
dengan Sulfonylurea. Metformin menurunkan produksi glukosa
oleh hati, menurunkan penyerapan glukosa di usus dan
memperbaiki sensitivitas insulin (meningkatkan pengambilan dan
penggunaan glukosa di perifer). Tidak seperti Sulfonylurea,
Metformin tidak mengakibatkan hipoglikemia (kecuali pada
keadaan tertentu; lihat Peringatan) dan tidak menyebabkan
hiperinsulinemia.
Efek Samping
Metformin mempunyai efek gastrointestinal seperti mual,
kembung, diare pada sekitar 30% pasien, anoreksia dan perasaan
kenyang menyebabkan terjadinya penurunan berat badan. Efek
samping ini dapat diatasi dengan pemberian obat secara titrasi
lambat. Efek samping ini biasanya terjadi selama beberapa
minggu. Jika terjadi efek samping pastikan pasien minum
metformin dengan makanan atau setelah makan dan kurangi dosis
hingga efek samping gastrointestinal ini tidak terjadi. Peningkatan
dosis dapat dilakukan dalam beberapa minggu. Terapi metformin
jarang terjadi asidosis laktat (3 kasus per 100.000 pasien tiap
tahun). Metformin digunakan pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal, jika diketahui kadar serum kreatinin yaitu 1,4 mg/dl pada
wanita dan 1.5 mg/dl pada pria maka metformin
dikontraindikasikan. Metformin tidak boleh diberikan pada pasien
lanjut usia yang telah mengalami penurunan masa otot, dimana
jumlah rata-rata filtrasi glomerular kreatinin urin selama 24 jam
kurang dari 70-80 ml/menit.
Interaksi
Interaksi yang Merugikan :
Metformin-fenprokumon
Menyebabkan peningkatan eliminasi fenprokumon. Hal ini
dihubungkan dengan adanya peningkatan aliran darah ke hati.
Metformin-alkohol
Alkohol meningkatkan efek antihiperglikemi dan hiperlaktatemi
dari metformin. Meskipun demikian, pasien yang diobati dengan
metformin sebaiknya menghindari alcohol.
Interaksi yang Menguntungkan :
a. Metformin-golongan sulfonilurea
Merupakan kombinasi yang rasional karena mekanisme kerja yang
berbeda yang saling aditif. Kombinasi tersebut dapat menurunkan
kadar glukosa darah lebih banyak daripada pengobatan tunggal
masing-masing obat tersebut.
b. Metformin-insulin
Kombinasi ini dianjurkan pada pasien obesitas yang kadar glukosa
darahnya sulit dikendalikan.
Dosis dan Pemberian
Metformin biasanya diberikan dengan dosis 500 mg 2 kali sehari
dengan makanan untuk mengurangi efek samping gastrointestinal.
Metformin dapat ditingkatkan dosisnya dari 500 mg tiap minggu
hingga tercapai glikemik atau 2000 mg/hari. Dimungkinkan dosis
metformin sehari 850 mg dan kemudian ditingkatkan setiap 1 atau
2 minggu hingga mencapai dosis maksimal 850 mg sehari 3 kali
(2550 mg/hari), sekitar 80% efek penurunan glikemik terlihat pada
dosis maksimal efektif 1500 mg dan 2000 mg/hari.
Cara penggunaan
Pemberian metformin dapat dimulai dengan dosis 500 mg saat
makan malam atau sesudah makan dan dititrasi tiap minggu
memberi kontrol glikemik. Penggunaan metformin maksimal
3g/hari. Tablet Metformin 750 mg dapat dititrasi tiap minggu
sebesar 500 mg dengan toleransi pemberian dosis tunggal malam
hari sebesar 2000 mg/hari. Metformin dengan pemberian 2-3 kali
sehari dapat mengurangi efek samping gastrointestinal dan hingga
mencapai dosis maksimum 2250 mg/hari dengan terlebih dahulu
diberikan dosis 1500 mg/hari dapat memberikan efek penurunan
glikemik.
Glibenklamid
Farmakodinamik :
Memiliki efek hipoglikemik yang poten (200 kali lebih kuat
daripada Tolbutamida) sehingga pasien perlu diingatkan untuk
melakukan jadwal makan yang ketat. Glibenklamid efektif dengan
pemberian dosis tunggal.
Farmakokinetik :
Absorpsi OHO sulfonilurea melalui usus baik sehingga dapat
diberikan per oral.Setelah diabsorbsi, obat ini tersebar ke seluruh
cairan ekstra sel. Dalam plasma sebagian besar pada protein
plasma terutama albumin (70-99%).pada protein plasma terutama
albumin (70-99%).Studi menggunakan glibenklamid yang dilabel
radioaktif menunjukkan bahwa, glibenklamid diserap sangat baik
(84 ± 9%).libenklamid diserap sangat baik (84 ± 9%).Mula kerja
(onset) glibenklamid: kadar insulin serum mulai meningkat 15-60
menit setelah pemberian dosis tunggal. Kadar puncak dalam darah
tercapai setelah 2-4 jam. Setelah itu kadar mulai menurun, 24 jam
setelah pemberian kadardalam plasma hanya tinggal sekitar
5%.Masa kerja sekitar 15 = 24 jam.
Metabolisme glibenklamid sebagian besar berlangsung dengan
jalan hidroksilasi gugus sikloheksil pada glibenklamid,
menghasilkan satu metabolit dengan aktivitas sedang dan beberapa
metabolit inaktif.Metabolit utama (M1) merupakan hasil
hidroksilasi pada posisi 4-trans, metabolit kedua (M2) merupakan
hasil hidroksilasi 3-cis, sedangkan metabolit lainnya belum
teridentifikasi. Semua metabolit tidak ada yang diakumulasi.Hanya
25-50 % metabolit diekskresi melalui ginjal, sebagian besar
diekskresi melalui empedu dan dikeluarkan bersama tinja.Waktu
paruh eliminasi sekitar 15-16 jam, dapat bertambah panjang
apabila terdapat kerusakan hati atau ginjal.Bila pemberian
dihentikan, obat akan bersih keluar dari serum setelah 36
jam.Glibenklamid tidak diakumulasi di dalam tubuh, walaupun
dalam pemberian berulang.
Efek Samping
Efek samping OHO golongan sulfonilurea umumnya ringan dan
frekuensinya rendah, antara lain gangguan saluran cerna dan
gangguan susunan syaraf pusat. Gangguan saluran cerna berupa
mual, diare, sakit perut, dan hipersekresi asam lambung. Gangguan
susunan syaraf pusat berupa sakit kepala, vertigo, bingung, ataksia
dan lain sebagainya. Gejala hematologik termasuk leukopenia,
trombositopenia, agranulositosis dan anemia aplastik dapat terjadi
walau jarang sekali. Hipoglikemia dapat terjadi apabila dosis tidak
tepat atau diet terlalu ketat, juga pada gangguan fungsi hati atau
ginjal atau pada lansia. Hipogikemia sering diakibatkan oleh obat-
obat antidiabetik oral dengan masa kerja panjang. Golongan
sulfonilurea cenderung meningkatkan berat badan.
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
1. Alkohol: dapat menambah efek hipoglikemik2. Analgetika (azapropazon, fenilbutazon, dan lain-lain):
meningkatkan efek sulfonilurea.3. Antagonis kalsium: misalnya nifedipin kadang-kadang
mengganggu toleransi glukosa.4. Antagonis Hormon: aminoglutetimid dapat mempercepat
metabolisme OHO; oktreotid dapat menurunkan kebutuhan insulin dan OHO
5. Antihipertensi diazoksid: melawan efek hipoglikemik6. Antibakteri (kloramfenikol, kotrimoksasol, 4-kuinolon,
sulfonamida dan trimetoprim): meningkatkan efek sulfonilurea7. Antibakteri rifampisin: menurunkan efek sulfonilurea
(mempercepat metabolisme)8. Antidepresan (inhibitor MAO): meningkatkan efek
hipoglikemik9. Antijamur: flukonazol dan mikonazol menaikkan kadar plasma
sulfonilurea
10. Anti ulkus: simetidin meningkatkan efek hipoglikemik sulfonilurea
11. Hormon steroid: estrogen dan progesterone (kontrasepsi oral) antagonis efek hipoglikemia
12. Klofibrat: dapat memperbaiki toleransi glukosa dan mempunyai efek aditif terhadap OHO
13. Penyekat adrenoreseptor beta : meningkatkan efek hipoglikemik dan menutupi gejala peringatan, misalnya tremor
14. Penghambat ACE: dapat menambah efek hipoglikemikUrikosurik: sulfinpirazona meningkatkan efek
sulfonylurea.
Farmakodinamik dan farmakdinamik dari metformin 3x500 mg
Kerjanya dalam menurunkan kadar gula darah tidak tergantung pada sel B
pancreas yang berfungsi.
Hipotesis terkini tentang mekanisme kerja biguanid meliputi (1) penurunan
glukoneogenesis di hati dan ginjal; (2) perlambatan absorbsi glukosa dari
saluran cerna dengan peningkatan konversi glukosa menjadi laktat oleh
enterosit; (3) stimulasi langsung glikolisis di jaringan dengan peningkatan
bersihan glukosa dari darah; dan (4) penurunan kadar glukagon plasma.
Metformin memiliki waktu paruh 1,5-3 jam, tidak berikatan dengan protein
plasma, tidak dimetabolisme dan disekresikan oleh ginjal sebagai senyawa
aktif. Akibatnya blokade glukoneogenesis oleh metformin dapat mengganggu
metabolisme asam laktat di hati.
Biguanid sangat sering diberikan pada pasien dengan hiperglikemia yang
disebabkan oleh kerja insulin yang tidak efektif. Karena metformid merupakan
suatu insulin-sparing agent dan tidak meningkatkan berat badan atau
mencetuskan hipoglikemia, obat ini menawarkan keuntungan dibandingkan
insulin atau sulfonilurea dalam menangani hiperglikemia. Penelitian UKPDS,
terapi metformid menurunkan risiko terjadinya kelainan makrovaskular dan
mikrovaskular. Binguanid juga diindikasikan untuk digunakan dalam bentuk
kombinasi dengan insulin secretagogue atau tiazolidenedion pada penderira
diabetes tipe 2 yang kurang memberikan respons dengan monoterapi, berguna
sebagai pencegahan diabetes tipe 2 dan metformin tidak mencegah timbulnya
diabetes pada individu prediabetik yang lebih kurus dan lebih tua.
Dosis metformin berkisar dari 500 mg sampai maksimum sebesar 2,25 g per
hari, dengan anjuran untuk memberikan obat ini dalam dosis efektif terkecil.
Efek toksik tersering metformin terjadi di saluran cerna (anoreksia, mual,
muntah, rasa tidak nyaman di abdomen, diare). Kontraindikasi pada pasien
dengan penyakit ginjal, alkoholisme, penyakit hati, atau kondisi yang menjadi
faktor predoposisi timbulnya anoreksia jaringan (mis: disfungsi
kardiopulmonal kronik) karena adanya peningkatan risiko terjadinya asidosis
laktat yang diinduksi obat golongan biguanid dengan keberadaan penyakit-
penyakit tersebut,
farmakokinetik dari glibenklamid
Waktu paruh : 4 jam (akut)
1x1 2,5 mg perhari
5-10 mg pemeliharaan
< 20 mg perhari
12 jam (kronik)
Di metabolisme di hepar
Potensinya sangat kuat sehingga sering bmenyebaabkan hipoglikemia apabila
tidak disertai dengan pola makan yang teratur
Efek samping : hipoglikemi
Kontra indikasi : DM type II
Indikasi
Diabetes Melitus Tipe II ringan-sedang
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Terapi OHO selalu dimulai dari dosis rendah 1 kali pemberian per hari, setelah
itu dosis dapat dinaikkan sesuai dengan respons terhadap obat. Dosis awal 2,5
mg bersama sarapan, maksimal 15 mg per hari.
Farmakodinamik :
Memiliki efek hipoglikemik yang poten (200 kali lebih kuat daripada
Tolbutamida) sehingga pasien perlu diingatkan untuk melakukan jadwal makan
yang ketat. Glibenklamid efektif dengan pemberian dosis tunggal.
Farmakokinetik :
Absorpsi OHO sulfonilurea melalui usus baik sehingga dapat diberikan per
oral.Setelah diabsorbsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan ekstra sel. Dalam
plasma sebagian besar pada protein plasma terutama albumin (70-99%).pada
protein plasma terutama albumin (70-99%).
Studi menggunakan glibenklamid yang dilabel radioaktif menunjukkan bahwa,
glibenklamid diserap sangat baik (84 ± 9%).libenklamid diserap sangat baik
(84 ± 9%).
Mula kerja (onset) glibenklamid: kadar insulin serum mulai meningkat 15-
60 menit setelah pemberian dosis tunggal. Kadar puncak dalam darah tercapai
setelah 2-4 jam. Setelah itu kadar mulai menurun, 24 jam setelah pemberian
kadardalam plasma hanya tinggal sekitar 5%.
Masa kerja sekitar 15 = 24 jam
Metabolisme glibenklamid sebagian besar berlangsung dengan jalan
hidroksilasi gugus sikloheksil pada glibenklamid, menghasilkan satu metabolit
dengan aktivitas sedang dan beberapa metabolit inaktif.
Metabolit utama (M1) merupakan hasil hidroksilasi pada posisi 4-trans,
metabolit kedua (M2) merupakan hasil hidroksilasi 3-cis, sedangkan metabolit
lainnya belum teridentifikasi. Semua metabolit tidak ada yang diakumulasi.
Hanya 25-50 % metabolit diekskresi melalui ginjal, sebagian besar
diekskresi melalui empedu dan dikeluarkan bersama tinja.
Waktu paruh eliminasi sekitar 15-16 jam, dapat bertambah panjang
apabila terdapat kerusakan hati atau ginjal.
Bila pemberian dihentikan, obat akan bersih keluar dari serum setelah 36 jam.
Glibenklamid tidak diakumulasi di dalam tubuh, walaupun dalam pemberian
berulang.
Stabilitas Penyimpanan
Stabil jika disimpan dalam keadaan kering, jauh dari sinar matahari langsung.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap glibenklamid atau senyawa OHO golongan sulfonilurea
lainnya. Porfiria. Ketoasidosis diabetik dengan atau tanpa koma. Penggunaan
OHO golongan sulfonilurea pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal
merupakan kontraindikasi, namun glibenklamid dalam batas-batas tertentu
masih dapat diberikan pada beberapa pasien dengan kelainan fungsi hati dan
ginjal ringan. Diperkirakan mempunyai efek terhadap agregasi trombosit.
Glibenklamid (generasi ke II golongan Sulfonilurea)
• Glibenklamid merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel ß
Langerhans pankreas;
• Menurunkan keluaran glukosa dari hati;
• Meningkatkan sensitivitas sel-sel sasaran perifer terhadap insulin.
Farmakodinamik
Glibenklamid memiliki potensi 200 kali lebih kuat daripada
tolbutamida (generasi I golongan Sulfonilurea) dengan masa paruhnya
sekitar 4 jam, sehingga pasien perlu diingatkan untuk melakukan jadwal
makan yang ketat. Glibenklamid efektif dengan pemberian dosis tunggal.
Farmakokinetik
Absorpsi OHO sulfonilurea melalui usus itu baik sehingga dapat
diberikan per-oral. Setelah diabsorbsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan
ekstra sel, dalam plasma sebagian besar pada protein plasma terutama
albumin (70-99%). Glibenklamid tidak diakumulasi didalam tubuh,
walaupun dalam pemberian berulang.
c. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi dari obat diabetes tersebut?
Jawab:
1) Metformina) Indikasi:
i) Untuk terapi pada pasien diabetes yang tidak tergantung insulin dan kelebihan berat badan di mana kadar gula tidak bisa dikontrol dengan diet saja.
ii) Dapat dipakai sebagai obat tunggal atau dapat diberikan sebagai obat kombinasi dengan Sulfonilurea.
iii) Untuk terapi tambahan pada penderita diabetes dengan ketergantungan terhadap insulin yang simptomnya sulit dikontrol.
b) Kontraindikasi:i) Koma diabetik dan ketoasidosis.ii) Gangguan fungsi ginjal yang serius, karena semua obat-
obatan terutama disekresi melalui ginjal.iii) Penyakit hati yang kronis, kegagalan jantung,
miokardial infark, alkoholisme, keadaan penyakit kronik atau akut yang berkaitan dengan hipoksia jaringan. Keadaan yang berhubungan dengan laktat asidosis seperti syok, insufisiensi pulmonal, riwayat laktat asidosis, dan keadaan yang ditandai dengan hipoksemia.
iv) Hipersensitifitas terhadap obat ini.v) Kehamilan dan menyusui.
2) Glibenklamida) Indikasi:
i) Pemilihan sulfonilurea yang tepat sangat penting untuk suksesnya terapi.
ii) Sebelum penggunaan sulfonilurea harus dipertimbangkan dengan mengatur diet, mengurangi berat badan, olahraga.
iii) Selama terapi, pemeriksaan fisik dan laboratorium harus tetap dilakukan.
iv) Apabila hasil terapi yang baik tidak dapat dipertahankan dengan dosis normal, sebaiknya dosis jangan ditambah.
v) Pada umumnya hasil yang baik diperoleh pada pasien DM di atas 40 tahun.
vi) Pada saat keadaan gawat misalnya komplikasi, stress, pembedahan insulin merupakan terapi standar.
b) Kotraindikasi:i) Hipersensitif terhadap glibenklamid atau senyawa OHO
golongan sulfonilurea lainnya.ii) Ketoasidosis diabetik dengan atau tanpa koma.iii) Penggunaan OHO golongan sulfonilurea pada penderita
gangguan fungsi hati dan ginjal.iv) Agregrasi trombosit.
d. Obat - obat apa saja yang digunakan untuk penyandang DM type 2
?
Sulfonylurea merangsang sel beta dari pankreas untuk
memproduksi lebih banyak insulin.
Biguanides memperbaiki kerja insulin dalam tubuh, dengan cara
mengurangi resistensi insulin.
Alpha Glucosidase Inhibitor menghambat enzim di saluran
cerna, sehingga pemecahan karbohidrat menjadi glukosa atau
pencernaan karbohidrat di usus menjadi berkurang. Hasil akhir dari
pemakaian obat ini adalah penyerapan glukosa ke darah menjadi
lambat, dan glukosa darah sesudah makan tidak cepat naik.
Meglitinides pelepasan insulin dari pankreas secara cepat dan
dalam waktu singkat.
Thiazolidinediones merangsang jaringan tubuh menjadi lebih
sensitif terhadap insulin, sehingga insulin bisa bekerja dengan lebih
baik, glukosa darah pun akan lebih banyak diangkut masuk ke
dalam sel, dan kadar glukosa darah akan turun.
e. Apa faktor penyebab mual dan nafsu makan menurun?
Jawab:
Pada kasus ini diduga pasien mengalami ganguan mual dan nafsu
makan menurun karena pasien mengkonsumsi obat antidiabetika
berupa metformil yang mempunyai efek samping berupa mual,
muntah, diare serta metalic taste yang dapat menimbulkan
terjadinya anoreksia.
f. Bagaimana mekanisme dari mual, dan nafsu makan menurun?
Jawab:
Mekanisme Mual
DM yang lama (8 tahun) → komplikasi (nefropati), konsumsi
OAD jangka panjang (metformin dan glibenklamid) → ekskresi
OAD terhalang → akumulasi OAD di plasma → efek toksik di
saluran cerna → asam lambung meningkat mual.
Mekanisme Tidak Nafsu Makan
Konsumsi OAD jangka panjang (metformin) → efek samping
“metallic taste” ( rasa seperti logam ) → mempengaruhi saraf
(penghidu dan pengecap) → impuls dihantarkan ke hipotalamus →
tidak nafsu makan.
DM 8 tahun + konsumsi OAD (glibenklamid dan metformin)
jangka panjang komplikasi berupa nefropati diabetik ekskresi
OAD terhalang oleh gangguan fungsi ginjal akumulasi OAD di
plasma efek toksik ( metalic taste mempengaruhi saraf di
penghidung daan pengecap dengan memberi ilusi bahwa makanan
tersebut pahit) dan peningkatan kadar leptin nafsu makan
menurun
DM 8 tahun + konsumsi OAD (glibenklamid dan metformin)
jangka panjang komplikasi berupa nefropati diabetik
ekskresi OAD terhalang oleh gangguan fungsi ginjal akumulasi
OAD di plasma efek toksik disaluran pencernaan mual
Metformin menstimulasi produksi glucagon like peptide-1 dari
gastrointestinal yang dapat menekan fungsi sel alfa pankreas
sehingga menurunkan glukagon serum sehingga menurunkan nafsu
makan.
Glukagon merupakan hormon yang berfungsi meningkatkan
glukosa darah saat pasokan glukosa mulai berkurang di dalam
darah. Namun karena glukagon di hambat untuk bekerja, akhirnya
nafsu makan berkurang. Dan dihambatnya glukagon akan
meningkatkan asam lambung. Karena salah satu fungsi glukagon
adalah menghambat sekresi asam lambung.
4. Pasien juga diketahui menyandang hipertensi lama dan mendapat obat
kaptopril 2x12,5 mg.
a. Bagaimana hub. hipertensi dg kasus ini?
Jawab:
Kebanyakan kasus diabetes melitus memiliki hipertensi.
Diabetes melitus (hiperglikemia) → akumulasi pembuluh darah di
ekstrasel (pembuluh darah) → merusak endothelial pembuluh
darah → pelepasan NO → vasokontriksi pembuluh darah →
resistensi perifer meningkat → tekanan darah meningkat
(hipertensi).
b. Bagaimana mekanisme kerja obat hipertensi Bagaimana
mekanisme yang abnormal?
Jawab:
FARMAKOLOGI
Captopril merupakan penghambat yang kompetitif terhadap enzim
pengubah angiotensin-I menjadi angiotensin-II / angiotensin
converting enzyme (ACE). Captopril mencegah terjadinya
perubahan dari angiotensin-I menjadi angiotensin II, salah satu
senyawa yang dapat menaikkan tekanan darah. Captopril dan
metabolitnya diekskresi terutama melalui urin. Eliminasi waktu
paruh Captopril meningkat dengan menurunnya fungsi ginjal
dimana kecepatan eliminasi berhubungan dengan bersihan
kreatinin.
DOSIS
Hipertensi ringan sampai sedang.Dosis awal 12,5 mg, 2 kali sehari. Dosis pemeliharaan 25 mg, 2 kali sehari, yang dapat ditingkatkan selang 2–4 minggu, hingga diperoleh respon yang memuaskan. Dosis maksimum 50 mg, 2 kali sehari.Diuretik tiazida dapt ditambahkan jika belum diperoleh respon yang memuaskan. Dosis diuretik dapat ditingkatkan selang 1–2 minggu hingga diperoleh respon optimum atau dosis maksimum dicapai. Hipertensi berat.Dosis awal 12,5 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan bertahap menjadi maksimum 50 mg , 3 kali sehari.Captopril harus digunakan bersama obat anti hipertensi lain dengan dilakukan penyesuaian dosis. Dosis Captopril jangan melebihi 150 mg sehari. Gagal jantung.Captoril digunakan bila terapi dengan diuretik tidak memadai untuk mengontrol gejala-gejala.Dosis awal 6,25 mg atau 12,5 mg dapat meminimalkan efek hipotensif sementara. Dosis pemeliharaan 25 mg, 2–3 kali sehari, dapat ditingkatkan bertahap dengan selang paling sedikit 2 minggu. Dosis maksimum 150 mg sehari. Usia lanjutDianjurkan penggunaan dosis awal yang rendah, mengingat kemungkinan menurunnya fungsi ginjal atau organ lain pada penderita usia lanjut. Anak-anakDosis awal 0,3 mg/kg berat badan sampai maksimum 6 mg/kg berat badan perhari dalam 2–3 dosis, tergantung respon.
EFEK SAMPING Proteinuria, peningkatan ureum darah dan kreatinin. Idiosinkrasi, rash, terutama pruritus. Neutropenia, anemia, trombositopenia. Hipotensi.
INTERAKSI OBAT Obat-obat imunosupresan dapat menyebabkan diskrasia darah pada pengguna Captopril dengan gagal ginjal. Suplemen potassium atau obat diuretik yang mengandung potassium, dapat terjadi peningkatan yang berarti pada serum potassium. Probenesid, dapat mengurangi bersihan ginjal dari Captopril. Obat antiinflamasi non steroid, dapat mengurangi efektivitas antihipertensi. Obat diuretik meningkatkan efek antihipertensi Captopril. Captopril dilaporkan bekerja sinergis dengan vasodilator perifer seperti minoxidil
Farmakokinetik kaptopril
- Metabolisme- ekskresi- t ½- bioavaibilitas- dosis awal- dosis pemeliharaan- perlunya penurunan dosis pada insufisiensi ginjal
hati
urin
2,2 jam
65 %
50-75 mg
75-150
mg
perlu
Captopril merupakan penghambat yang kompetitif terhadap enzim
pengubah angiotensin-I menjadi angiotensin-II / angiotensin
converting enzyme (ACE).Captopril mencegah terjadinya
perubahan dari angiotensin-I menjadi angiotensin II, salah satu
senyawa yang dapat menaikkan tekanan darah.Captopril dan
metabolitnya diekskresi terutama melalui urin.Eliminasi waktu
paruh Captopril meningkat dengan menurunnya fungsi ginjal
dimana kecepatan eliminasi berhubungan dengan bersihan
kreatinin.
.
c. Bagaimana Indikasi dan kontraindikasi obat hipertensi?
Jawab:
Kaptoprila) Indikasi:
i) Untuk pengobatan hipertensi sedang dan berat yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan kombinasi lain. Kaptopril dapat dipergunakan sendiri atau dikombinasi dengan obat antihipertensi lain terutama tiazid.
ii) Payah jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan digitalis.
b) Kontraindikasi:i) Hipersensitif terhadap kaptopril dan obat-obat ACE
inhibitor lainnya.
5. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum: Sakit berat, sens: sopor
Tanda Vital: TD 100/70mmHg, nadi:120x/menit, filiformis, T:35,0oC.
a. Bagaimana interpretasi dan patofisiologinya pemeriksaan fisik?
Jawab:
Sakit berat: tidak ada energy untuk beraktivitas sedang dan berat,
hanya dapat beraktivitas ringan yaitu: bernafas, aktivitas jantug,
aktivitas organ visceral dan lain-lain : indikasi rawat inap
Sopor: Penurunan kesadaran seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri.Terjadi penurunan kesadaran berdasarkan
GCS pada rentang 9-12 yaitu penurunan kesadaran sedang.
Frekuensi tekanan nadi normal: 60-100x/menit
Pada kasus: 120x/menit dan filiformis = Tacicardi tetapi teraba
halus akibat syok.
TD 100/70 mmHg: hipotensi
Menurut WHO (World Health Organization) batas normal tekanan
darah adalah 120–140 mmHg sistolik dan 80–90 mmHg diastolik.
Dan seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan
darahnya > 140 mmHg tekanan sistolik dan 90 mmHg tekanan
diastoliknya.
Suhu: 35 o C Hipotermi
Normalnya: 36. 2o C – 37.5o C
patofisiologinya
Hipotensi
Mekanisme: Diabetes dengan komplikasi hipertensi cartopril
menghambat kerja ACE pembentukan angiotensin II
terhambat hipotensi
Takikardi
DM tipe 2, resistensi insulin glukosa darah rendah sekresi
insulin meningkat glukosa darah menurun hipoglikemi
pengeluaran epinefrin oleh medula adrenal peningkatan aktivitas
saraf simpatis curah jantung meningkat denyut jantung
meningkat takikardi
hipoglikemi pengeluaran epinefrin oleh medula adrenal sebagai
kompenasasi tubuh ketika dalam stress untuk meningkatkan
glukosa peningkatan aktivitas saraf simpatis curah jantung
meningkat denyut jantung meningkat berdebar-debar
Hipotermia
kurang glukosa dalam darah saraf simpatis system tekanan
darah rendah dideteksi oleh baroreseptor arteri (sinus karotikus
dan arkus aorta) stimulus saraf simpatis sekresi
(katekolamin) epinefrin dan nor-epinefrin vasokonstriksi
cemas, berkeringat lembab dingin
6. Kead xqaan spesifik: Kulit lembab, dingin
a. Apa makna kulit lembab dan dingin?
Jawab:
Kulit lembab ,dingin = kompensasi tubuh akibat hipoglikemia
b. Bagaimana mekanisme kulit lembab dan dingin?
Jawab:
kurang glukosa dalam darah saraf simpatis system tekanan
darah rendah dideteksi oleh baroreseptor arteri (sinus karotikus
dan arkus aorta) stimulus saraf simpatis sekresi
(katekolamin) epinefrin dan nor-epinefrin vasokonstriksi
cemas, berkeringat lembab dingin
7. Pemeriksaan laboratorium darah cito di IGD
Glukosa darah (dengan glucometer): low(<60mg/dl)
Hb: 12g%, Ureum: 66mg/dl, Kreatinin: 2,8mg/dl
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan laboratorium?
Jawab:
Glukosa darah (dengan glukometer) : low(<60 mg/dl)
HB:12 g% : normal
Normalnya :
Conventional unit SI unit
female 12.1–15.3 g/dl 121–153 g/L
male 13.8–17.5 g/dl 138–175 g/L
Ureum : 66 mg/dL : abnormal
Normalnya :
40-60 mg/dL
Kreatinin : 2,8 mg/dL : abnormal
Normalnya :
0,3-0.5 mg/ dL
b. Bagaiamana mekanisme pem. Laboratorium yang abnormal?
Jawab:
Hb rendahHiperglikemi (DM) Konsumsi metformin Menghambat penyerapan vit. B12 Pematangan eritrosit terganggu Sintesis Hb terganggu HB rendah
Ureum dan Kreatinin meningkatTerjadi hiperfiltrasi ginjal (peningkatan filtrasi) sehingga
ureum dan kreatinin meningkat.
Glukosa < 60 mg/dl rendah ( hipoglikemi )
Hb 12 % normal
Ureum 66 mg/dl meningkat ( normal 15- 40 mg/dl )
Kreatinin 2,8 mg/dl meningkat ( normal 0,5 – 1,3 mg/dl )
Patofisiologinya:
Hipoglikemi
Ureum meningkat
Dm selama 8 tahun nefropati ( saringan nefron di ginjal rusak )
fungsi filtrasi ginjal menurun Ureum sedikit yang dieksresi di ginjal
ureum di plasma meningkat
Kreatinin meningkat
Dm selama 8 tahun nefropati ( saringan nefron di ginjal rusak )
fungsi filtrasi ginjal menurun kreatinin sedikit yang dieksresi di ginjal
kreatinin di plasma meningkat
c. Apa makna dari peningkatan ureum dan kreatinin?
Jawab:
Telah terjadi kelainan pada fungsi ginjal, seharusnya kreatinin dan
urea dibuang
8. Bagaimana DD pada kasus ini?
Jawab:
Hipoglikemia
Hiperinsulinisme
hipovolemia
9. Bagaimana cara mendiagnosis?
Jawab:
Diagnosis
a. Stadium parasimpatis: lapar, mual, tekanan darah turun.
b. Stadium gangguan otak ringan: lemah, lesu, sulit bicara, kesulitan
menghitung sementara
c. Stadium simpatis: keringat dingin pada muka, bibir atau tangan
gemetar
d. Stadium gangguan otak berat: tidak sadar dengan atau tanpa kejang.
Anamnesis
a. Penggunaan preparat insulin atau anti hiperglikemik oral, dosis
terakhir , waktu pemakaian terakhir, perubahan dosis
b. Waktu makan terakhir, jumlah asupan gizi
c. Riwayat dan jenis pengobatan dosis sebelumnya
d. Lama menderita DM dan komplikasi DM
e. Penyakit penyerta: ginjal, hati dll
f. Penggunaan obat sistemik lainnya: penghambat adrenergik beta dll
Pemeriksaan Fisik
a. Pucat, diaphoresis
b. Tekanan darah
c. Frekuensi denyut jantung
d. Penurunan kesadaran
e. Defisit neurologis fokal transien
Trias Whipple untuk hipoglikemia secara umum
1. Gejala yang konsisten dengan hipoglikemia
2. Kadar glukosa plasma yang rendah
3. Gejala mereda setelah kadar glukosa plasma meningkat
10. Bagiamana WD?
Jawab:
Hipoglikemia
11. Apa etiologinya?
Jawab:
Secara garis besar hipoglikemia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu:
kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan dan produksi
glukosa kurang.
1) Kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan
Hiperinsulinisme (bayi dari ibu penderita diabetes), hipoglikemia
hiperinsulinisme menetap pada bayi, tumor yang memproduksi
insulin dan child abuse”).Hiperinsulinisme menyebabkan pemakaian
glukosa yang berlebihan terutama akibat rangsang ambilan glukosa
oleh otot akibat sekresi insulin yang menetap. Kelainan ini diketahui
sebagai hipoglikemia hiperinsulin endogen menetap pada bayi yang
sebelumnya disebut sebagai nesidioblastosis.
Defek pada pelepasan glukosa (defek siklus Krebs, defek
”respiratory chain”). Kelainan ini sangat jarang, mengganggu
pembentukan ATP dari oksidasi glukosa, disini kadar laktat sangat
tinggi.
Defek pada produksi energi alternatif (defisiensi Carnitine acyl
transferase
Kelainan ini mengganggu penggunaan lemak sebagai energi,
sehingga tubuh sangat tergantung hanya pada glukosa. Ini akan
menyebabkan masalah bila puasa dalam jangka lama yang seringkali
berhubungan dengan penyakit gastrointestinal, Sepsis atau penyakit
dengan hipermetabolik, termasuk hipertiroidism.
2) Kelainan yang menyebabkan kurangnya produksi glukosa
a) Simpanan glukosa tidak adekuat (prematur, bayi SGA,
malnutrisi, hipoglikemia ketotik)
Kelainan ini sering sebagai penyebab hipoglikemia, disamping
hipoglikemia akibat pemberian insulin pada diabetes. Hal ini
dapat dibedakan dengan melihat keadaan klinis dan adanya
hipoglikemia ketotik, biasanya terjadi pada anak yang kurus, usia
antara 18 bulan sampai 6 tahun, biasanya terjadi akibat masukan
makanan yang terganggu karena bermacam sebab Penelitian
terakhir mekanisme yang mendasari hipoglikemia ketotik adalah
gagalnya glukoneogenesis.
b) Kelainan pada produksi glukosa hepar, Kelainan ini menurunkan
produksi glukosa melalui berbagai defek, termasuk blokade pada
pelepasan dan sintesis glukosa, atau blokade atau menghambat
gluikoneogenesis. Anak yang menderita penyakit ini akan dapat
beradaptasi terhadap hipoglikemia,karena penyakitnya bersifat
kronik Kelainan hormonal (panhypopituitarisme, defisiensi
hormon pertumbuhan.
c) defisiensi kortisol dapat primer atau sekunder. Hal ini karena
hormone pertumbuhan dan kortisol berperan penting pada
pembentukan energi alternative dan merangsang produksi
glukosa. Kelainan ini mudah diobati namun yang sangat penting
adalah diagnosis dini.
12. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan?
Jawab:
Kadar glukosa darah (GD) ,tes fungsi ginjal ,tes fungsi hati ,C- peptide
Pemeriksaaan kadar glukosa darah
Tes fungsi ginjal (ureum dan kreatinin)
Pemeriksaan tes fungsi hati (SGPT dan SGOT)
Pemeriksaan peningkatan kadar sirkulasi pro insulin atau peptida-C
Pemeriksaan kadar natrium dan kalium
13. Bagaimana manifestasi klinis?
Jawab:
Pada dasamya ada dua penyebab gejala klinik akibat hipoglikemia, yaitu
aktivasi sistem saraf autonomik dan neuroglikopenia.
Gejala-gejala autonomik termasuk: berdebar, berkeringat, gemetar, hangat,
gelisah, dan mual. Sedangkan gejala-gejala neuroglikopenia adalah:
pusing, kebingungan, kelelahan, kesulitan berbicara, nyeri kepala,
kesulitan berkonsentrasi, kelainan tingkah laku, halusinasi, kelainan fokal
(hemiparesis, apasi), dan konvulsi sampai koma. Gejala lain yang tidak
dapat digolongkan dalam kedua penyebab diatas adalah: rasa mengantuk,
kelemahan, rasa lapar, dan penglihatan kabur.
14. Bagaimana tatalaksana?
Jawab:
Tatalaksana
- Glukosa oral. Sesudah diagnosis hipoglikemia ditegakkan dengan
pemeriksaan glukosa darah kapiler, 10-20 g glukosa oral harus segera
diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau 150-200 ml
minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan
nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak
dalam coklat dapat mengahambat absorbs glukosa.
- Glukagon intramuscular. Glucagon 1 mg intramuscular dapat
diberikan oleh tenaga nonprofessional yang terlatih dan hasilnya akana
tampak dalam 10 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama
dengan pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar
pemberian glucagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 g
dan dilanjutkan dengan pemberian 40 g karbohidrat dalam bentuk
tepung untuk mempertahankan pemulihan. Pada keadaan puasa yang
panjang atau hipoglikemia yang diinduksi alcohol, pemberian
glucagon mungkin tidak efektif. Efektifitas glucagon tergantung dari
stimulasi glikogenolisis yang terjadi.
- Glukosa intravena. Glukosa intravena harus diberikan dengan hati-
hati. Pemberian glukosa dengan konsentrasi 50% terlalu toksik atau
jaringan dan 75-100 ml glukosa 20% atau 150-200 ml glukosa 10%
dianggap lebih aman. Ekstravasi glukosa 50% dapat menimbulkan
nekrosis yang memerlukan amputasi.
20-50 ml glukosa IV selama 2-3 menit
jika tidak tersedia IV, injeksi dengan 1 mg glukagon subkutan/ IM
biasanya 15 menit kemudian sadar
jika tidak ada maka diberikan madu/sirup dimasukkan ke kantung pipi
tetapi biasanya KI pada penderita yang idak sadar.
farmakologi katzung, buku diabetes fkui, ipdl
Pemberian Oksigen
Untuk pengobatan dari DM-nya, tidak dapat lagi digunakan obat-
obatan antidiabetik, maka dianjurkan diberikan injeksi insulin
(diperlukan konsultasi dengan dokter yang bersangkutan tentang
penggunaan dan obat-obat lain/hal-hal yang dapat mengurangi kerja
insulin).
-
15. Bagaimana prognosisnya?
Jawab:
Dubia et Malam
16. Apa komplikasi yang mungkin terjadi?
Jawab:
- Kerusakan otak
- Koma
- Kematian
17. Bagaimana KDU?
Jawab:
3b :
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat
memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis
yang relevan (kasus gawat darurat).
18. Bagaimana pandangan islam pada kasus ini?
Jawab:
Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah t berkata: “Sungguh para tabib telah
sepakat bahwa ketika memung-kinkan pengobatan dengan bahan makanan
maka jangan beralih kepada obat-obatan (kimiawi, –pent.). Ketika
memungkinkan mengkonsumsi obat yang sederhana, maka jangan beralih
memakai obat yang kompleks. Mereka mengatakan: ‘Setiap penyakit yang
bisa ditolak dengan makanan-makanan tertentu dan pen-cegahan,
janganlah mencoba menolaknya dengan obat-obatan’.
IV Hipotesis
Cek Ina, 65 tahun, penyandang DM lama mengeluh gelisah, berdebar-debar,
mudah mengantuk dikarenakan hipoglikemi itrogenik.
V Kerangka Konsep
DM lama Komplikasi Kronik DM
(Nefropati)Fungsi ginjal
(Fungsi Ekskresi )
Terapi Glibenklamid
(long acting antidiabetic)Akumulasi obat antidiabetik di plasma
HIPOGLIKEMIA
Intake inadekuat