j 410050016

90
HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN, PENDAPATAN DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA PEDAGANG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) DI PASAR KLIWON DAN JEBRES KOTA SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat IMANDA AMALIA J 410 050 016 Pembimbing I : Dr. Bhisma Murti, MSc, MPH, Ph.D Pembimbing II: Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

Upload: bubleschan

Post on 27-Oct-2015

60 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: j 410050016

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN, PENDAPATAN DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA PEDAGANG HIDANGAN

ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) DI PASAR KLIWON DAN JEBRES KOTA SURAKARTA

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

IMANDA AMALIA J 410 050 016

Pembimbing I : Dr. Bhisma Murti, MSc, MPH, Ph.D Pembimbing II: Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2009

Page 2: j 410050016

ii

ABSTRAK

IMANDA AMALIA. J 410 050 016

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN, PENDAPATAN DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA PEDAGANG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) DI PASAR KLIWON DAN JEBRES KOTA SURAKARTA xvi+47

Upaya masyarakat mengatasi penyakit menular, masih berorientasi pada

penyembuhan penyakit, hal ini dirasa kurang efektif karena banyak mengeluarkan biaya. Upaya yang lebih efektif adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan berperilaku hidup sehat. Namun, hal ini ternyata belum disadari sepenuhnya oleh masyarakat. Pedagang hidangan istimewa kampung (HIK) di Pasar Kliwon dan Jebres belum berperilaku hidup besih dan sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan, pendapatan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada pedagang HIK di Kecamatan Pasar Kliwon dan Jebres. Metode penelitian menggunakan rancangan observasional dengan pendekatan cross sectional menggunakan exhaustive sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 subjek. Analisis statistik menggunakan uji chi square. Hasil penelitian yang diperoleh adalah pedagang HIK berperilaku kurang sehat 75% dan sehat 25%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara pendidikan dan PHBS (p= 0,003) dan ada hubungan antara pendapatan dan PHBS (p = 0,049). Kata kunci : PHBS, Pedagang HIK, Pendidikan, Pendapatan. Kepustakaan : 33, 1992-2009 Surakarta, November 2009

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Bhisma Murti, MPH, M.Sc, Ph.D Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes(Epid) NIP. 132 125 727 NIK: 863

Mengetahui, Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid) NIK. 863

Page 3: j 410050016

iii 

 

@ 2009 Hak Cipta Pada Penulis

Page 4: j 410050016

  iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN, PENDAPATAN DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA PEDAGANG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) DI PASAR KLIWON DAN JEBRES

Disusun Oleh : Imanda Amalia NIM : J 410 050 016

Telah kami setujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Surakarta, November 2009

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Bhisma Murti, MPH, M.Sc, Ph.D Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes(Epid) NIP. 132 125 727 NIK: 863

Page 5: j 410050016

  v 

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul :

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN, PENDAPATAN DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA PEDAGANG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) DI PASAR KLIWON DAN JEBRES Disusun Oleh : Imanda Amalia NIM : J 410 050 016

Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skipsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 10 November 2009 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji. Surakarta, November 2009 Ketua Penguji : Dr. Bhisma Murti, MSc, MPH, Ph.D ( )

Anggota Penguji I : Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes(Epid)( )

Anggota Penguji II : Azizah Gama Trisnawati, SKM, M.Pd( )

Mengesahkan, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

(Arif Widodo, S.ST, M.Kes) NIK. 630

Page 6: j 410050016

vi 

 

MOTTO

Kemuliaan orang adalah agamanya, harga dirinya (kehormatannya adalah

akalnya, sedangkan ketinggian kedudukannya adalah akhlaqnya

(HR. Ahmad dan Al-Hakim)

Allah telah Memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan

hendaklah kamu berbuat baik pada Ibu dan Bapakmu. Janganlah sekali-kali kamu

mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak

mereka dan ucapkanlah perkataan yang mulia kepada mereka. (Al-Isra: 23)

Kebajikan itu adalah akhlaq yang baik dan dosa itu adalah sesuatu yang

merisaukan dirimu dan kamu tidak senang bila diketahui orang lain

(HR. Muslim)

Bukan kurangnya pengetahuan yang menghalangi keberhasilan, tetapi tidak

cukupnya tindakan. Dan bukan kurang cerdasnya pemikiran yang melambatkan

perubahan hidup ini, tetapi kurangnya penggunaan dari pikiran dan kecerdasan.

(Mario Teguh)

Barang siapa diuji lalu bersabar, diberi lalu bersyukur, dizhalimi lalu memaafkan

dan mendzalimi lalu beristigfar maka bagi mereka keselamatan dan mereka

tergolong orang-orang yang memperolah hidayah (HR. Baihaqi)

Alloh selalu menolong orang selama orang itu selalu menolong saudaranya

(semuslim) (HR.Ahmad)

Rasa takut atau segan kepada manusia jangan sampai mencegah seorang apabila

mengetahui suatu yang hak untuk menegakkannya (HR. Ahmad)

Page 7: j 410050016

vii 

 

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini ku persembahkan untuk :

Umat Islam, sebagai wujud hormatku pada Rasulullah SAW, atas

perjuangan beliau untuk selalu menjadi insan yang bermanfaat

bagi manusia lain

Ustad/Ustadzah dan Dosen tercinta sebagai wujud terima kasihku atas

limpahan ilmu yang bermanfaat didunia maupun diakhirat....

Jazakumulloh khoiral jaza

Bapak dan Mamak ku, sebagai wujud rasa hormat dan tanda baktiku, serta

terimakasih atas doa yang terus mengalir, kasih sayang, pengorbanan, dan

nasihat yang selalu menyejukkan kalbuku

Sahabat dan teman seperjuanganku di Assalaam, HTI, dan Tarbiyah atas

ukhuwah dunia akhiratnya....

Teman-teman seperjuangan KESHMASY ‘05, terimakasih atas canda tawa,

suka duka mengarungi 4 tahun bahtera menuntut ilmu

Almamaterku UMS

Page 8: j 410050016

viii 

 

RIWAYAT HIDUP

Nama : Imanda Amalia

Tempat/Tanggal Lahir : Mataram, 25 Mei 1987

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jalan Swasembada III/17 Kekalik Ampenan Lombok

NTB 83115

Riwayat Pendidikan : 1. Lulus SDN 07 Mataram tahun 1999

2. Lulus MTs Assalaam tahun 2002

3. Lulus SMA Assalaam tahun 2005

4. Menempuh pendidikan di Program Studi

Kesehatan Masyarakat FIK UMS sejak tahun

2005

Page 9: j 410050016

ix 

 

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb

Alhamdulillahhirobbil’alamin yang selalu penulis panjatkan atas nikmat dan berkah yang senantiasa Allah SWT limpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan Antara Pendidikan, Pendapatan Dan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Pedagang Hidangan Istimewa Kampung (HIK) Di Pasar Kliwon Dan Jebres”. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam menempuh derajat S-

1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Dalam pembuatan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan serta

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Arif Widodo, A.Kep, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Staf.

2. Ibu Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid) selaku Kepala Program Studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

3. Bapak Dr. Bhisma Murti, MPH, M.Sc, Ph.D selaku Pembimbing I yang

telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam menyelesaikan

skripsi ini.

4. Ibu Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid) selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam menyelesaikan skripsi

ini.

5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen progam studi Kesmasy UMS terimakasih atas

ilmu yang telah diberikan khususnya Ibu Dwi Linna Suswardany, SKM dan

Ibu Ambarwati, S.Pd, MSi yang selalu memompa semangat untuk selalu

optimis.

Page 10: j 410050016

 

6. Orang tua ku tercinta, terima kasih atas dukungan, semangat dan saran-

sarannya yang diberikan padaku yang tak henti-hentinya.

7. Ustad dan Ustadzah Assalaam tercinta khususnya Ustadzah Elly Damaiwati,

Ustadzah Aswit Saccarosa dan Ustadzah Yanik Khizanatul, tauladan yang

selalu menyemangati dengan nasihat-nasihat emasnya.

8. Teman-teman pengabdian, jazakumulloh khoiran katsiran atas persahabatan

dunia akhiratnya.

9. Teman-teman Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) atas semangat dakwahnya.

10. Ibu Dr. Diffah Hanim, MSi dan Ibu dr. Anik Lestari, M.Kes atas ilmu,

semangat dan tauladan dalam menuntut ilmu dalam penelitian.

11. Teman-teman Kesehatan Masyarakat ’05 khususnya Ririn Darmasih, Ratih

Wahyu Susilo, Riana Maharendrani, Dewi Indah, Aria Datik dan yang tak

bisa disebutkan satu persatu, terima kasih telah memberikan pelangi cerita

bahagia selama perkuliahan.

12. Seluruh responden pedagang HIK Pasar Kliwon dan Jebres yang telah

meluangkan waktu dan pengalaman hidupnya sehingga penelitian dapat

terselesaikan dengan baik.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan didunia maupun diakhirat kepada

semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

Amin.

Wassalamu’alaikum wr wb.

Surakarta, November 2009

Penulis

Page 11: j 410050016

xi

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i ABSTRAK ....................................................................................................... ii HAK CIPTA .................................................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v MOTTO............................................................................................................. vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix DAFTAR ISI..................................................................................................... xi DAFTAR TABEL............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xv DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xvi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ...................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7 E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan.................................................................................... 8 B. Pendapatan ................................................................................... 9 C. Pengertian Perilaku Kesehatan..................................................... 10 D. Bentuk-bentuk Perilaku Kesehatan.............................................. 12 E. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku Kesehatan...... 15 F. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.................................................. 15 G. Tujuan dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.............................. 16 H. Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga..................................... 16 I. PHBS di Tempat Kerja................................................................. 17 J. Hubungan Pendidikan Dengan Perilaku Hidup Sehat................. 18 K. Hubungan Pendapatan Dengan Perilaku Hidup Sehat................. 19 L. Hidangan Istimewa Kampung...................................................... 19 M. Kerangka Teori............................................................................. 21 N. Kerangka Konsep......................................................................... 22 O. Hipotesis....................................................................................... 22

Page 12: j 410050016

xii

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................... 23 B. Subjek Penelitian.......................................................................... 23 C. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 23 D. Populasi dan Sampel .................................................................... 23 E. Variabel Penelitian ....................................................................... 24 F. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 25 G. Pengumpulan Data ...................................................................... 26 H. Langkah-langkah Penelitian......................................................... 27 I. Analisis Data ............................................................................... 28

BAB IV HASIL

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................ 29 1. Keadaan Geografi..................................................................... 29 2. Batas Wilayah Kota Surakarta ................................................. 31 3. Keadaan Demografi ................................................................ 31 B. Gambaran Umum Subjek Penelitian............................................ 32 1. Umur ........................................................................................ 32 2. Jenis Kelamin .......................................................................... 32 3. Lama Bekerja .......................................................................... 32 4. Pendapatan Pedagang HIK....................................................... 33 5. Kondisi Lingkungan................................................................. 33 C. Hasil Analisis Univariat ............................................................... 36

1. Pendidikan Pedagang HIK ...................................................... 36 2. Pendapatan Pedagang HIK ...................................................... 37

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ............................................ 37 D. Hasil Analisis Bivariat ................................................................. 38

1. Hubungan Pendidikan Dengan PHBS...................................... 38 2. Hubungan Pendapatan Dengan PHBS .................................... 39

BAB V PEMBAHASAN A. Hasil Analisis ............................................................................... 40

1. Pendidikan Pedagang HIK ...................................................... 40 2. Pendapatan Pedagang HIK ...................................................... 41

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ............................................ 42 4. Hubungan Pendidikan Dengan PHBS...................................... 43 5. Hubungan Pendapatan Dengan PHBS .................................... 46

B. Keterbatasan Penelitian................................................................ 48

Page 13: j 410050016

xiii

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................. 49 B. Saran............................................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Page 14: j 410050016

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas Wilayah 5 Kecamatan di Kota Surakarta........................................... 29

2. Luas Wilayah di Kecamatan Pasar Kliwon ................................................ 30

3. Luas Wilayah di Kecamatan Jebres............................................................ 30

4. Distribusi Pedagang HIK Berdasarkan Jenis Kelamin............................... 32

5. Pendapatan Pedagang HIK......................................................................... 33

6. Kondisi Lingkungan Rumah Pedagang HIK.............................................. 33

7. Distribusi Pedagang HIK Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...................... 36

8. Distribusi Pendapatan Pedagang HIK ........................................................ 37

9. Distribusi Pedagang HIK Berdasarkan PHBS............................................ 37

10. Hubungan Antara Pendidikan Dengan PHBS ............................................ 38

11. Hubungan Antara Pendapatan Dengan PHBS............................................ 39

Page 15: j 410050016

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori Penelitian ............................................................................ 21

2. Kerangka Konsep Penelitian ........................................................................ 22

Page 16: j 410050016

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden

2. Kuesioner Pengumpulan Data

3. Surat Ijin Penelitian

4. Hasil Analisis Statistik

5. Dokumentasi penelitian

Page 17: j 410050016

xvii

DAFTAR SINGKATAN

BTA : Bakteri Tahan Asam

CFR : Case Fatality Rate

CDR : Case Detection Rate

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Dinkes Jateng : Dinas Kesehatan Jawa Tengah

HIK : Hidangan Istimewa Kampung

IPM : Index Pembangunan Manusia

ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Akut

PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

P2MPL : Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

WHO : World Health Organization

Page 18: j 410050016

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan

investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk

meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM adalah indeks

yang mengukur pencapaian keseluruhan negara. Pencapaian ini meliputi 3

indikator yaitu tingkat pendidikan, derajat kesehatan dan kemampuan

ekonomi masyarakat. Pemeliharaan kesehatan masyarakat akan memacu

produktifitas kinerja masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua pihak

untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi

kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia (Dinkes, 2009).

Guna mewujudkan hal tersebut, Departemen Kesehatan telah

merencanakan gerakan pembangunan berwawasan kesehatan yang dilandasi

paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau

model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah

kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor

dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan

perlindungan kesehatan (Depkes RI, 2009).

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Page 19: j 410050016

2

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, salah

satunya ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan

perilaku yang sehat (Dinkes Jawa Tengah, 2006). Upaya untuk mewujudkan

derajat kesehatan masyarakat yang optimal tersebut, pembangunan lebih

diarahkan pada perubahan perilaku masyarakat.

Sebagian besar masalah kesehatan, dalam hal penyakit yang timbul

pada manusia, disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Penyakit menular

seperti TBC dan diare lebih sering terjadi pada perilaku masyarakat kurang

menjaga kebersihan diri dan lingkungan, sehingga menjadi tempat

perkembangbiakan dan sumber penularan penyakit (Kusumawati, 2004).

Penyakit menular seperti TBC dan diare adalah penyakit yang

ditularkan melalui berbagai media. Penyakit jenis ini merupakan masalah

kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang karena angka

kesakitan dan kematiannya yang relatif tinggi dalam waktu relatif singkat.

Penyakit menular umumnya bersifat akut (mendadak) dan menyerang semua

lapisan masyarakat. Penyakit ini diproritaskan mengingat sifat menularnya

bisa menyebabkan wabah dan menimbulkan kerugian besar (Widoyono,

2008).

Laporan hasil pengamatan penyakit TBC selama tahun 2008,

ditemukan prevalensi kasus baru TB paru BTA + pada balita 0,99%.

Perkiraan jumlah kasus TB paru BTA + pada balita (1,43%). Angka

penemuan penderita TB paru dengan BTA + (CDR=Case Detection Rate)

pada tahun 2008 sebanyak 381 (69,5%). Jika dibandingkan angka penemuan

Page 20: j 410050016

3

tahun 2007 (70,1%) terjadi penurunan. Hasil tersebut belum mencapai target

yang ditetapkan yaitu sebesar 70% (Dinkes, 2009).

Hasil pengamatan Murti, dkk (2007) di Jawa Tengah banyak penderita

TBC yang masih aktif berdagang di pasar dan tempat umum lainnya seperti

Hidangan Istimewa Kampung (HIK). Hal ini sangat berisiko terhadap

kesehatan masyarakat umum. Rendahnya angka penemuan TBC berarti

masih banyak kasus TBC yang belum terdeteksi dan belum terobati

sehingga dapat menjadi sumber penularan bagi lingkungan sekitar para

penderita tersebut (Dinkes Jawa Tengah, 2007).

Berdasarkan laporan hasil pengamatan penyakit diare selama tahun

2008, ditemukan kasus diare sebanyak 12.253 (38,11%) dari perkiraan

jumlah kasus diare, padahal cakupan penemuan yang diharapkan adalah

80%. Kasus diare mempunyai korelasi dengan perilaku masyarakat dan

penyediaan kualitas air. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka

penanggulangan diare adalah upaya promosi perilaku hidup bersih dan sehat

pada para pedagang makanan (Dinkes, 2009).

Selama ini upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi masalah

penyakit menular, masih banyak berorientasi pada penyembuhan penyakit.

Upaya ini dirasa kurang efektif karena banyak mengeluarkan biaya.

Sedangkan upaya yang lebih efektif dalam mengatasi masalah kesehatan

dengan memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan berperilaku hidup

sehat. Namun, hal ini ternyata belum disadari dan dilakukan sepenuhnya

oleh masyarakat (Kusumawati, 2004).

Page 21: j 410050016

4

Menurut Budihardja (2004), berdasarkan beberapa survei di Dinas

Kesehatan, masyarakat yang berperilaku hidup sehat masih kurang dari

10%. Kurangnya perilaku hidup sehat itu mengundang munculnya

kebiasaan-kebiasaan tidak sehat di masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan itu

cenderung mengabaikan keselamatan diri dan lingkungan sehingga

memudahkan terjadinya penularan penyakit.

Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat Surakarta masih perlu

ditingkatkan. Rumah tangga berPHBS pada tahun 2008 baru mencapai

12,37% pada strata paripurna. Jika dibandingkan pada tahun 2007, yang

mencapai 14,77%, maka tahun 2008 terjadi penurunan. Upaya yang dapat

dilakukan dalam rangka peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat adalah

dengan peningkatan promosi perilaku hidup bersih dan sehat pada

masyarakat khususnya para pedagang makanan (Dinkes, 2009).

Perilaku hidup seseorang, termasuk dalam hal kesehatan dipengaruhi

oleh banyak faktor. Faktor tersebut dapat berasal dari orang itu sendiri,

pengaruh orang lain yang mendorong untuk berperilaku baik atau buruk,

maupun kondisi lingkungan sekitar yang dapat mendukung terhadap

perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2005).

Kota Surakarta merupakan kota pusat perdagangan tekstil dan

makanan. Setiap malam terdapat pedagang malam yang menjual makanan.

Perdagangan masyarakat ekonomi lemah yang berupa jajanan makanan

dikenal sebagai hidangan istimewa kampung (HIK). Usaha perdagangan

HIK memudahkan orang untuk mendapatkan makanan jajanan dengan harga

Page 22: j 410050016

5

terjangkau. Namun, perdagangan HIK biasa berada ditepi-tepi atau pojok

jalan tercemar dan tidak sehat. Kondisi tersebut berisiko terhadap terjadinya

penularan penyakit dikarenakan faktor lingkungan yang tidak sehat.

Penyakit menular yang terjadi antara lain TBC dan diare yang mudah

menyerang pada semua kelompok umur.

(Murti, 2009).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada pedagang

hidangan istimewa kampung (HIK) di Pasar Kliwon dan Jebres ditemukan

bahwa pedagang HIK belum berperilaku hidup besih dan sehat. Hal ini

dikarenakan di tempat kerja pedagang HIK belum menjaga kebersihan

peralatan alat makan dan minum, masih terdapat kualitas fisik sumber air

yang tidak memenuhi syarat dan belum semua mempunyai saluran air kotor.

Partisipasi masyarakat dalam menjaga pola hidup bersih sehat belum

sepenuhnya sesuai anjuran Depkes maupun WHO (WHO, 1992). Peran

penyedia makanan dan minuman seperti warung Hidangan Istimewa

Kampung (HIK) ikut berperan dalam keberhasilan program pengendalian

penyakit menular. Namun, pedagang HIK sangat terbatas kemampuannya

untuk menjamin dagangannya tetap aman, sehat dan bergizi untuk

dikonsumsi setiap saat oleh semua golongan umur, sehingga penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara pendidikan,

pendapatan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada pedagang

hidangan istimewa kampung (HIK).

Page 23: j 410050016

6

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut “Apakah ada hubungan antara pendidikan,

pendapatan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada pedagang

hidangan istimewa kampung (HIK) di Kecamatan Pasar Kliwon dan Jebres

Kotamadia Surakarta?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan

Mengetahui hubungan antara pendidikan, pendapatan dan perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) pada pedagang hidangan istimewa

kampung (HIK) di Kecamatan Pasar Kliwon dan Jebres Kotamadia

Surakarta

2. Tujuan khusus:

a. Mengetahui pendidikan pedagang hidangan istimewa kampung

(HIK) di Kecamatan Pasar Kliwon dan Jebres Kotamadia

Surakarta.

b. Mengetahui pendapatan pedagang hidangan istimewa kampung

(HIK) di Kecamatan Pasar Kliwon dan Jebres Kotamadia

Surakarta.

c. Mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pedagang

hidangan istimewa kampung (HIK).

Page 24: j 410050016

7

d. Menganalisis hubungan antara pendidikan dan PHBS pada

pedagang hidangan istimewa kampung (HIK).

e. Menganalisis hubungan antara pendapatan dan PHBS pada

pedagang hidangan istimewa kampung (HIK).

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan

Menambah wacana/informasi mengenai hubungan antara pendidikan,

pendapatan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

2. Bagi masyarakat

Sebagai informasi tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) dan mencegah penularan penyakit.

3. Bagi Dinas Kesehatan Surakarta

Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya promosi perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) bagi masyarakat.

4. Bagi peneliti lain

Sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya tentang hubungan

antara pendidikan, pendapatan dan perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS).

E. Ruang Lingkup

Lingkup penelitian ini dibatasi pada hubungan pendidikan, pendapatan

dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pedagang hidangan istimewa

kampung.

Page 25: j 410050016

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan

Tingkat pendidikan berhubungan dengan kemampuan menerima

informasi kesehatan dari media massa dan petugas kesehatan. Banyak kasus

kesakitan dan kematian masyarakat diakibatkan rendahnya tingkat

pendidikan penduduk. Suatu laporan dari negara bagian Kerala di India

Utara menyatakan bahwa status kesehatan disana sangat baik, jauh diatas

rata-rata status kesehatan nasional. Setelah ditelusuri ternyata tingkat

pendidikan kaum wanitanya sangat tinggi diatas kaum pria (Widoyono,

2008).

Tingkat pendidikan dapat berkaitan dengan kemampuan menyerap dan

menerima informasi kesehatan serta kemampuan dalam berperan serta dalam

pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan

yang lebih tinggi pada umumnya mempunyai wawasan luas sehingga lebih

mudah menyerap dan menerima informasi, serta dapat ikut berperan serta

aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya (Dinkes

Jawa Tengah, 2007).

Jenjang pendidikan memegang peranan penting dalam kesehatan

masyarakat. Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit

diberi tahu mengenai pentingnya higyene perorangan dan sanitasi

lingkungan untuk mencegah terjangkitnya penyakit menular. Dengan

Page 26: j 410050016

9

sulitnya mereka menerima penyuluhan, menyebabkan mereka tidak peduli

terhadap upaya pencegahan penyakit menular (Sander, 2005).

Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi berorientasi

pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah

kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. Pada perempuan,

semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah angka kematian bayi dan

kematian ibu (Widyastuti, 2005).

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap

menuju perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang tinggi akan

memudahkan seseorang atau masyarakat memperoleh dan mencerna

informasi untuk kemudian menentukan pilihan dalam pelayanan kesehatan

dan menerapkan hidup sehat. Tingkat pendidikan, khususnya tingkat

pendidikan wanita mempengaruhi derajat kesehatan (Depkes RI, 1999).

Pendidikan dapat meningkatkan kematangan intelektual seseorang.

Kematangan intelektual ini berpengaruh pada wawasan, cara berfikir, baik

dalam cara pengambilan keputusan maupun dalam pembuatan kebijakan.

Semakin tinggi pendidikan formal, akan semakin baik pengetahuan tentang

kesehatan (Hastono, 1997).

B. Pendapatan

Bila ditinjau dari faktor sosial ekonomi, maka pendapatan merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat wawasan masyarakat

mengenai sanitasi, lingkungan dan perumahan. Kemampuan anggaran

Page 27: j 410050016

10

rumah tangga juga mempengaruhi kecepatan untuk meminta pertolongan

apabila anggota keluarganya sakit (Widoyono, 2008).

Menurut Grossman dalam Murti (2005) terdapat perbedaan antara

upah minimum dengan pendapatan, jika pendapatan adalah uang yang

diterima tanpa bekerja permintaan untuk modal kesehatan mungkin lebih

kecil karena pendapatan tidak secara langsung mengurangi status kesehatan.

Pendapatan yang diterima tidak secara langsung berhubungan dalam

memberi keuntungan atau kerugian atau memberi manfaat kesehatan.

Akibatnya, tingkat optimalisasi dalam permintaan kesehatan untuk setiap

individu menurun dan penurunan dalam permintaan perawatan kesehatan.

Menurut Faturrahman dan Mollo (1995) tingkat pendapatan berkaitan

dengan kemiskinan yang akan berpengaruh pada status kesehatan

masyarakat. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah jenis

pekerjaan, pendidikan formal kepala keluarga, jumlah anggota keluarga dan

lain-lain (Sumiarto, 1993).

C. Pengertian Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organism)

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Simons-Morton et al.,

1995). Perubahan-perubahan perilaku kesehatan dalam diri seseorang dapat

diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan

melalui panca indera. Dalam aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan

Page 28: j 410050016

11

atau aktifitas organisme atau mahluk hidup yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2005).

Menurut Mubarok et.al (2007) perilaku seseorang/masyarakat tentang

kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari

orang atau masyarakat yang bersangkutan, ketersediaan fasilitas, sikap dan

perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga mendukung dan

memperkuat terbentuknya perilaku. Perilaku manusia secara operasional

dapat dikelompokkan menjadi 3 macam domain, yaitu perilaku dalam

bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan nyata/perbuatan.

Menurut Machfoed (2005), perilaku sehat adalah perilaku yang

didasarkan oleh prinsip-prinsip kesehatan. Perilaku adalah suatu respon

seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Respon atau reaksi

manusia bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, sikap) maupun bersikap aktif

(tindakan yang nyata).

Menurut Machfoed (2005), pengertian perilaku kesehatan mempunyai

dua unsur pokok, yaitu:

1. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi,

dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau praktis)

2. Stimulus atau rangsangan, terdiri dari 4 unsur pokok yaitu sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan.

Page 29: j 410050016

12

D. Bentuk-bentuk Perilaku Kesehatan

Perilaku manusia menurut Notoatmodjo (2005), dapat dikelompokkan

menjadi dua, yaitu:

1. Perilaku Tertutup (Convert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih

belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon

seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,

pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

2. Perilaku Terbuka (Overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa

tindakan atau peraktik ini dapat diamati orang lain dari luar

“observable behavior”. Contoh: seorang ibu hamil memeriksakan

kehamilannya ke puskesmas atau bidan praktik.

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2005), mencakup:

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit

yaitu bagaimana manusia berespons, baik secara pasif (mengetahui,

bersikap dan mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada

dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan

sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.

Perilaku terhadap sakit dan penyakit yang dilakukan manusia, sesuai

dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit antara lain berupa:

a. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (Health

promotion behavior)

Page 30: j 410050016

13

b. Perilaku pencegahan penyakit (Health preventions behavior).

Misalnya tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan

nyamuk malaria, imunisasi dan sebagainya, juga termasuk

perilaku untuk menularkan penyakit kepada orang lain.

c. Perilaku pencarian pengobatan (Health seeking behavior). Yaitu

perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya

usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya atau mencari

pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas,

mantra, dokter praktek, RS dan sebagainya), maupun kefasilitas

kesehatan tradisional (dukun, sinshe).

d. Perilaku pemulihan kesehatan (Health rehabilitations), yaitu

perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan

kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya

melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam rangka

pemulihan kesehatannya.

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan, baik sistem pelayanan kesehatan

modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap

fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-

obatannya.

3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yaitu respon

seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan,

yang meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek terhadap

Page 31: j 410050016

14

makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya (zat gizi),

pengolahan makanan.

4. Perilaku terhadap kesehatan lingkungan (environmental health

behavior) adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai

determinan kesehatan manusia.

Perilaku ini meliputi :

a. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya

komponen, manfaat dan penggunaan air bersih untuk

kepentingan kesehatan.

b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang

menyangkut segi-segi higiene, pemeliharaan, teknik dan

penggunaannya.

c. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun

limbah cair. Termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah

dari air limbah yang sehat, serta dampak pembuangan limbah

yang tidak baik.

d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi

ventilasi, pencahayaan, lantai dan sebagainya.

e. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk

(vektor) dan sebagainya.

Page 32: j 410050016

15

E. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kesehatan

Menurut Lawrene Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005), perilaku

ditentukan 3 faktor yaitu:

1. Faktor Predisposisi (Predisforsing Factors)

Faktor yang dapat memudahkan atau memprodisposisi terjadinya

perilaku pada diri seseorang atau masyarakat adalah pengetahuan dan

sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang akan

dilakukan.

2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)

Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas,

sarana dan prasarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya

perilaku seseorang atau masyarakat.

3. Faktor Penguat (Reinforsing Factors)

Tokoh masyarakat merupakan faktor penguat bagi terjadinya perilaku

seseorang atau masyarakat peraturan perundang-undangan, Surat

Keputusan dari para pejabat pemerintah daerah atau pusat juga

termasuk faktor penguat perilaku.

F. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk

memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi

perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur

komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk

Page 33: j 410050016

16

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan

pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan

masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup

sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan

masyarakat (Dinkes, 2006).

G. Tujuan dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan

kemauan masyarakat agar hidup sehat, serta meningkatkan peran aktif

masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan

derajat hidup yang optimal (Dinkes, 2006).

H. Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga

Dalam tatanan rumah tangga, yang menjadi indikator PHBS adalah

(Dinkes, 2006):

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

2. Imunisasi dan penimbangan

3. Jamban keluarga

4. Air bersih

5. Penanganan sampah

6. Kebersihan kuku

7. Gizi keluarga

8. Kebiasaan merokok dan menyalahgunakan Napza

Page 34: j 410050016

17

9. Informasi PMS/AIDS

10. JPKM/Dana sehat/Askes lainnya.

Indikator lingkungan menurut Dinkes (2006), dalam PHBS, meliputi:

1. Terdapat jamban, termasuk penggunaan dan pemeliharaanya

2. Terdapat air bersih dan pemanfaatan untuk kesehatan

3. Terdapat tempat sampah dan pengelolaannya

4. Terdapat saluran pembuangan air limbah dan pengelolaannya

5. Terdapat ventilasi

6. Kepadatan penghuni

7. Lantai bukan tanah

I PHBS Di Tempat Kerja

PHBS di tempat kerja merupakan upaya memberdayakan para pekerja

agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam

mewujudkan tempat kerja sehat. Penerapan PHBS di tempat kerja

diperlukan untuk menjaga, memelihara dan mempertahankan kesehatan

pekerja agar tetap sehat dan produktif (Dinkes, 2009).

Manfaat PHBS di tempat kerja diantaranya masyarakat di sekitar

tempat kerja menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit, serta lingkungan di

sekitar tempat kerja menjadi lebih bersih, indah dan sehat.

Page 35: j 410050016

18

Syarat tempat umum yang sehat menurut Dinkes (2009) yaitu:

1. Mengkonsumsi makanan bergizi

2. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

3. Tidak merokok di tempat kerja

4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

5. Menggunakan air bersih

6. Memberantas jentik di tempat kerja

7. Menggunakan jamban

8. Membuang sampah pada tempatnya

J. Hubungan Pendidikan dengan Perilaku Hidup Sehat

Menurut hasil penelitian Ulfa (2009) pada 48 siswa-siswi SDN

Pajagalan I dan SDN Pajagalan II yang bertempat tinggal di Kelurahan

Pajagalan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan

dan pengetahuan orang tua terhadap PHBS anak di SDN Pajagalan I dan

SDN Pajagalan II di Kabupaten Sumenep.

Hasil penelitian Kusumawati (2004) dengan sampel sebanyak 175

kepala keluarga (KK) di Kelurahan Joyotakan Surakarta mengemukakan

bahwa ada hubungan antara pendidikan kepala keluarga dengan PHBS.

Zaahara (2001) mengemukakan pula bahwa ada hubungan positif sikap

terhadap kebersihan lingkungan dengan perilaku hidup sehat ibu dalam

keluarga. Sikap seseorang terhadap sesuatu hal akan positif apabila

didukung dengan pengetahuan atau pemahaman yang baik akan hal tersebut.

Page 36: j 410050016

19

Makin positif sikap ibu terhadap kebersihan lingkungan, maka makin tinggi

pula kualitas perilaku hidup sehat ibu dan sebaliknya makin negatif sikap

ibu terhadap kebersihan lingkungan, maka makin buruk pula perilaku hidup

sehatnya dalam keluarga.

K. Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Hidup Sehat

Hasil penelitian Zaahara yang dilakukan di Bekasi (2001), status sosial

ekonomi yang meliputi (1) jenis pekerjaan, (2) pendidikan, (3) pemilikan

aset dan (4) prestis berupa penghormatan masyarakat dilihat dari kedudukan

formal, informal maupun lembaga adat dan agama mempunyai hubungan

positif dan signifikan dengan perilaku hidup sehat ibu dalam keluarga.

Makin tinggi status sosial ekonomi ibu, maka makin tinggi pula atau

semakin baik perilaku hidup sehat ibu dan sebaliknya semakin rendah

tingkat sosial ekonomi ibu makin buruk perilaku hidup sehatnya.

L. Hidangan Istimewa Kampung/HIK

Dalam lingkup Joglosemar (Jogja – Solo – Semarang), warung ini

dikenal sangat akrab bagi rakyat, karena mayoritas penikmatnya adalah

masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah. Di kota semarang warung

ini disebut dengan sego kucing, di Jogjakarta ini disebut dengan angkringan

dan di Solo sering disebut dengan HIK, kesemuanya menuju pada satu

tempat dimana masyarakat berkumpul untuk makan sambil mengobrol

dengan penerangan seadanya berupa sentir atau lampu minyak, bermacam

Page 37: j 410050016

20

makanan kecil, 3 buah teko atau biasa disebut dengan ceret dan yang

menjadikan warung ini disebut sego kucing adalah bungkusan nasi yang

berisi nasi sekepel (segenggaman orang dewasa) dengan lauk ikan teri,

makanan seperti ini identik dengan makanan kucing sehingga masyarakat

lebih mudah mengingat sebagai sego kucing (Anonim, 2009).

Keunikan dari warung ini adalah dimana tidak hanya sebagai tempat

masyarakat mencari makanan, namun merupakan arena berkumpul untuk

membicarakan apapun yang dapat dibahas di sini tanpa perlu memikirkan

pedagang akan mengusirnya, walaupun hanya membeli teh satu gelas.

Kenikmatan seperti inilah yang biasanya tidak didapatkan di restauran atau

tempat makan lainnya, atas dasar keinginan untuk berbagi dan

bersilaturahmi maka terjalinlah keakraban di bawah tenda kuning bernama

warung sego kucing, di sini semuanya dapat dibicarakan dan biasanya antara

pedagang dan pembeli atau pembeli dan pembeli akan membahas berita

yang sedang menjadi pembicaraan umum saat itu, semua dapat berbicara

baik pedagang, tukang becak yang ada di sana hingga mahasiswa dan

pemuda-pemudi yang berwawasan luas. Ada satu keunikan yang sering

terjadi pada masyrakat yang berkumpul di warung ini, ketika semua bahan

pembicaraan habis maka muncul inisiatif pembicaraan yang bermula dari

bungkus nasi yang biasanya terbuat dari kertas koran (Anonim, 2009).

Setting di warung HIK diyakini memiliki pengaruh terhadap budaya

guyub yang dihasilkan dari kegiatan berkumpul dan makan di HIK ini,

banyaknya pengunjung yang duduk di depan gerobak yang menyediakan

Page 38: j 410050016

21

makanan akan terasa intim ketika duduk saling berhimpit dengan konsumen

lainnya, mengambil makanan dan dekatnya pedagang dengan konsumen

menimbulkan interaksi yang kadang sulit didapatkan di lain tempat.

Menurut penuturan pedagang HIK, mereka berdagang tujuannya untuk

menambah persaudaraan, menyediakan tempat bagi pengunjung yang ingin

makan murah dan lengkap, dengan modal senyuman semuanya bisa menjadi

akrab dan guyub (Anonim, 2009).

M. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori (Sumber: Notoatmodjo, 2005)

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Faktor Pendukung • Sarana-sarana

kesehatan

Faktor Pendorong • Sikap petugas

kesehatan • Perilaku petugas kesehatan

Faktor Predisposisi • Pengetahuan • Sikap • Kepercayaan • Norma sosial • Faktor demografi

(umur, pendidikan, Sosial ekonomi, pekerjaan, pendapatan)

Page 39: j 410050016

22

N. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

O. Hipotesis

1. Ada hubungan antara pendidikan dan PHBS pada pedagang hidangan

istimewa kampung (HIK).

2. Ada hubungan antara pendapatan dan PHBS pada pedagang hidangan

istimewa kampung (HIK).

Pendidikan Pedagang HIK Pendapatan Pedagang HIK

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Variabel Bebas Variabel Terikat

Page 40: j 410050016

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

rancangan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan cross sectional

karena variabel bebas dan variabel terikat diambil dalam waktu bersamaan

sekaligus pada saat itu (point time approach) (Pratiknya, 2001).

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pedagang hidangan istimewa kampung (HIK)

yang berdagang dan bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Pasar Kliwon

dan Jebres.

C. Waktu dan Tempat

Waktu penelitian dilakukan dari bulan Agustus sampai dengan

Oktober 2009. Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Pasar Kliwon dan

Jebres, Surakarta, Jawa Tengah.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah pedagang HIK yang berdagang dan

bertempat tinggal di Kecamatan Pasar Kliwon dan Jebres, Surakarta.

Page 41: j 410050016

24

2. Sampel

Analisis dalam penelitian ini adalah analisis bivariat, maka

sampel yang digunakan minimal 30 sampel. Data yang didapat akan

dianalisis dengan uji statistik chi square.

3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode exhaustive

sampling yaitu peneliti melakukan survei kepada seluruh populasi

sumber (Murti, 2006).

E. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah gejala yang digunakan sebagai ciri, sifat

atau ukuran yang menjadi fokus penelitian. Variabel dalam penelitian ini

terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel bebas

Pendidikan dan pendapatan pedagang hidangan istimewa

kampung (HIK).

2. Variabel terikat

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pedagang hidangan

istimewa kampung (HIK).

Page 42: j 410050016

25

F. Definisi Operasional Variabel

1. Pendidikan

a Definisi: jenjang pendidikan formal yang telah ditamatkan

responden dengan mendapatkan ijasah.

b Alat ukur: dengan menggunakan pedoman waancara dan

dilakukan dengan wawancara.

c Skala pengukuran: kategorikal

0 = tidak sekolah sampai SD

1 = SMP sampai SMA

2 = Perguruan Tinggi (PT)

2. Pendapatan

a Definisi: seluruh uang yang diperoleh keluarga responden dalam

satu bulan baik dari hasil pekerjaan maupun pendapatan lain

yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

b Alat ukur: dengan menggunakan pedoman wawancara dan

dilakukan dengan wawancara.

c Skala pengukuran: kontinu diubah menjadi kategorikal

0 = di bawah UMR

1 = di atas atau sama dengan UMR

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

a Definisi: respon pedagang HIK terhadap lingkungan tempat

tinggal dan tempat kerja yang diukur dengan skor perilaku.

Page 43: j 410050016

26

b Alat ukur: dengan menggunakan pedoman wawancara, dilakukan

dengan wawancara dan pengamatan/observasi.

c Skala pengukuran: kategorikal

0 = kurang sehat

1 = sehat

G. Pengumpulan Data

1. Jenis data

Jenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yaitu pendapatan

dan data kualitatif yang meliputi tingkat pendidikan pedagang HIK.

2. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang berasal dari

wawancara dan pengamatan langsung dengan subjek penelitian dengan

menggunakan kuesioner yang terstruktur.

3. Cara pengumpulan data

Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung pada subjek

penelitian. Pengumpulan data dengan wawancara langsung

menggunakan kuesioner terstruktur untuk mengukur variabel-variabel

yang diteliti. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan

mendatangi instansi terkait untuk mengumpulkan data yang

dibutuhkan.

Page 44: j 410050016

27

H. Langkah-langkah Penelitian

1. Jalannya penelitian

Jalannya penelitian meliputi 4 tahap, yaitu:

a. Tahap persiapan

Tahap tahap persiapan dilakukan pada bulan pertama yang

dilaksanakan antara minggu ke-tiga sampai minggu ke-empat

bulan Agustus 2009. Pada tahap tersebut dilaksanakan revisi

proposal dan survei tempat penelitian di Kecamatan Pasar

Kliwon dan Jebres.

b. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada minggu ke-

tiga Agustus hingga minggu ke-dua September 2009. Pada tahap

pelaksanaan dilakukan wawancara dengan menggunakan

kuesioner yang terstruktur. Wawancara dilakukan dengan

mendatangi tiap tempat tinggal dan tempat kerja subjek

penelitian.

c. Tahap analisis data

Analisis data dilaksanakan pada minggu ke-tiga sampai minggu

ke-empat bulan September 2009. Kuesioner yang telah

terkumpul dilakukan pencatatan skor masing-masing kuesioner,

diteruskan dengan memasukkan data menggunakan software

komputer SPSS versi 17. Setelah data terkumpul dilakukan

Page 45: j 410050016

28

analisis data untuk menentukan korelasi antara variabel yang

akan diukur.

d. Tahap penyelesaian akhir

Tahap akhir terdiri dari penulisan laporan dan penyajian hasil.

Penulisan laporan dilaksanakan pada minggu ke-empat bulan

September 2009.

2. Pengolahan data

Pengolahan dan analisis data dengan menggunakan software komputer

yaitu SPSS versi 17.

I. Analisis data

1. Analisis univariat

Analisis univariat bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi dan

persentase tiap variabel yang diteliti.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan sebuah variabel

dependen dan sebuah variabel independen. Untuk menguji hubungan

antara variabel variabel bebas dengan variabel terikat digunakan

analisis statistik dengan uji chi square. Dasar pengambilan hipotesis

penelitian berdasarkan tingkat signifikansi (nilai p), yaitu:

a. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.

b. Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.

Page 46: j 410050016

29

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan geografi

Secara geografis wilayah Kota Surakarta berada antara

110˚45’15’’-110˚45’35’’ dengan luas wilayah 44,04 Km2. Luas

wilayah dari 5 Kecamatan di Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel 1

sebagai berikut:

Tabel 1. Luas Wilayah 5 Kecamatan di Kota Surakarta

Kecamatan Luas Wilayah Kecamatan Laweyan Kecamatan Serengan Kecamatan Pasar Kliwon Kecamatan Jebres Kecamatan Banjarsari

8,64 Km2

3,19 Km2

4,82 Km2

12,58 Km2

14,81 Km2 Total 44,04 Km2

Berdasarkan Tabel 1 diketahui kecamatan yang memiliki luas

wilayah paling besar adalah Kecamatan Banjarsari sedangkan

kecamatan dengan luas wilayah paling kecil adalah Kecamatan

Serengan.

Luas wilayah Kecamatan Pasar Kliwon 4,815 Km2 memiliki

9 Kelurahan. Luas wilayah dari 9 Kelurahan di Kecamatan Pasar

Kliwon dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:

Page 47: j 410050016

30

Tabel 2. Luas Wilayah di Kecamatan Pasar Kliwon

Kelurahan Luas Wilayah Kelurahan Joyosuran Kelurahan Semanggi Kelurahan Pasar Kliwon Kelurahan Gajahan Kelurahan Baluarti Kelurahan Kampung Baru Kelurahan Kedung Lumbu Kelurahan Sangkrah Kelurahan Kauman

0,540 Km2

1,668 Km2

0,360 Km2

0,339 Km2 0,407 Km2 0,306 Km2 0,551 Km2

0,452 Km2

0,192 Km2 Total 4,815 Km2

Berdasarkan Tabel 2 diketahui kelurahan yang memiliki luas

wilayah paling besar adalah Kelurahan Semanggi sedangkan

kelurahan dengan luas wilayah paling kecil adalah Kelurahan

Kauman

Luas wilayah Kecamatan Jebres 12,582 Km2 memiliki 11

Kelurahan. Luas wilayah dari 11 Kelurahan di Kecamatan Jebres

dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Luas Wilayah di Kecamatan Jebres

Kelurahan Luas Wilayah Kelurahan Kepatihan Kulon Kelurahan Kepatihan Wetan Kelurahan Sudiroprajan Kelurahan Gandekan Kelurahan Sewu Kelurahan Pucang Sawit Kelurahan Jagalan Kelurahan Purwodiningratan Kelurahan Tegalharjo Kelurahan Jebres Kelurahan Mojosongo

0,175 Km2

0,225 Km2

0,320 Km2

0,350 Km2

0,350 Km2 1,270 Km2

0,650 Km2 0,373 Km2

0,325 Km2

3,170 Km2

5,329 Km2 Total 12,582 Km2

Page 48: j 410050016

31

Berdasarkan Tabel 3 diketahui kelurahan yang memiliki luas

wilayah paling besar adalah Kelurahan Mojosongo sedangkan

kelurahan dengan luas wilayah paling kecil adalah Kelurahan

Kepatihan Kulon.

2. Batas wilayah Kota Surakarta

Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar dan Boyolali

Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar

Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar

3. Keadaan demografi

Jumlah penduduk di Kota Surakarta sebesar 554.630 jiwa.

Wilayah dengan penduduk terpadat adalah Kecamatan Serengan

19.394 jiwa/Km2 sedangkan wilayah dengan kepadatan terendah

adalah Kecamatan Jebres 10.271 jiwa/Km2.

Kecamatan Pasar Kliwon mempunyai jumlah penduduk 85.593

jiwa. Kelurahan dengan penduduk terpadat adalah Kelurahan

Semanggi 31.715 jiwa/Km2 sedangkan wilayah dengan kepadatan

terendah adalah Kelurahan Kauman 3.233 jiwa/Km2.

Kecamatan Jebres mempunyai jumlah penduduk 136.762 jiwa.

Kelurahan dengan penduduk terpadat adalah Kelurahan Mojosongo

40.872 jiwa/Km2 sedangkan wilayah dengan kepadatan terendah

adalah Kelurahan Kepatihan Kulon 3.093 jiwa/Km2.

Page 49: j 410050016

32

B. Gambaran Umum Pedagang HIK

1. Umur

Hasil penelitian menunjukkan umur pedagang HIK rata-rata

adalah 41 tahun dengan umur termuda 21 tahun dan umur tertua 54

tahun.

2. Jenis Kelamin

Tabel 4. Distribusi Pedagang HIK Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%) Laki-laki 31 77,5 Perempuan 9 22,5 Total 40 100

Berdasarkan tabel 4 diatas diketahui jenis kelamin pedagang

HIK sebagian besar berjenis kelamin yaitu laki-laki 31 orang (77,5%)

dan perempuan hanya 9 orang (22,5%).

3. Lama bekerja

Hasil penelitian menunjukkan lama bekerja pedagang HIK rata-

rata adalah 5 tahun dengan lama bekerja terbaru 1 bulan dan terlama

20 tahun. Para pedagang HIK sebagian besar berdagang dimalam hari

yaitu 35 orang (87,5%) dan hanya sebagian kecil berdagang malam

dan pagi hari 5 orang (12,5%).

Page 50: j 410050016

33

4. Pendapatan Pedagang HIK

Tabel 5. Pendapatan Pedagang HIK

Variabel n Mean SD Min Maks Pendapatan Perhari (Rp)

40 43.125 37.067 10.000 200.000

Pendapatan Perbulan (Rp)

40 1.121.250 963.740 260.000 5.200.000

Gambaran subjek penelitian berdasarkan pendapatan dari

penelitian ini adalah diperoleh hasil pada tabel 5 bahwa pendapatan

perhari tertinggi pedagang HIK yaitu Rp. 200.000 dan pendapatan

terendah Rp.10.000. Sedangkan pendapatan perbulan tertinggi

pedagang HIK yaitu Rp.5.200.000 dan pendapatan terendah

Rp. 260.000.

5. Kondisi Lingkungan

Tabel 6. Kondisi Lingkungan Rumah Pedagang HIK

Frekuensi Persentase Kriteria n %

a. Dinding rumah 1). Anyaman bambu

2). Papan/seng 3). Batu bata b. Cahaya matahari di dalam rumah 1). Cukup 2). Kurang c. Jendela dibuka di dalam rumah 1). Ya 2). Tidak d. Lubang ventilasi udara selain jendela 1). Ada 2). Tidak ada e. Rumah berlantai

1). Tanah 2). Plester semen 3). Ubin/keramik

4

10 26

20 20

19 21

32 8

7 17 16

10 25 65

50 50

47.5 52.5

80 20

17.5 42.5

40

Page 51: j 410050016

34

f. Kondisi lantai 1). Kering dan kotor 2). Basah dan kotor

g. Terdapat air bersih dari PAM 1). Ya 2). Tidak

h. WC/kakus terletak lebih dari 5 meter dari tempat pembuangan/penyimpanan HIK 1). Ya 2). Tidak

i. Terdapat tempat pembuangan sampah 1). Ya 2). Tidak

j. Terdapat tempat pembuangan air limbah 1). Ya 2). Tidak

27 13

33 7

8 32

31 9

32 8

67.5 32.5

82.5 17.5

20 80

77.5 22.5

80 20

Berdasarkan tabel 6 di atas bahan dasar dinding rumah

pedagang HIK yaitu 4 rumah dari anyaman bambu (10%) , 10 rumah

dari papan/seng (25%) dan 26 rumah dari batu bata (65%). Para

pedagang HIK dapat berisiko terpapar ISPA dikarenakan masih

terdapat 4 rumah dari anyaman bambu (10%) dan 10 rumah dari

papan/seng (25%). Penyebab terpapar ISPA dikarenakan debu yang

berasal dari bahan dasar dinding dapat masuk ke saluran pernafasan.

Sirkulasi rumah pedagang HIK seperti 20 rumah cukup cahaya

matahari didalam (50%), 19 rumah membuka jendela setiap hari

(47,5%), 32 rumah memiliki lubang ventilasi lain selain jendela

(80%). Sirkulasi udara rumah pedagang HIK belum optimal karena

masih terdapat 21 rumah (52,5%) yang tidak membuka jendela setiap

hari minimal 1 kali dipagi hari.

Lantai rumah pedagang HIK yaitu 7 rumah dari tanah (17,5%),

17 rumah plester semen (42,5%) dan 16 rumah berlantai

Page 52: j 410050016

35

ubin/keramik (40%). Para pedagang HIK dapat berisiko terpapar,

penyakit cacingan, ISPA dan gangguan pernafasan lainnya

dikarenakan masih terdapat 17,5% dari tanah. Hal ini dikarenakan

adanya telur-telur cacing yang ada ditanah, gangguan ISPA

dikarenakan adanya debu yang berasal dari tanah dapat masuk

kesaluran pernafasan. Keadaan ini diperparah dengan kondisi lantai

rumah pedagang HIK yaitu 27 rumah (67,5%) dengan kondisi lantai

kering serta kotor dan 13 rumah (32,5%) dengan kondisi lantai basah

serta kotor.

Ketersediaan air bersih rumah pedagang HIK sudah cukup

bagus dikarenakan 33 rumah (82,5%) telah mendapat air dari PAM

namun masih terdapat 7 rumah (17,5%) yang tidak mendapat air

bersih dari PAM. Pedagang HIK yang belum mendapat air bersih dari

PAM dapat terpapar penyakit diare karena air yang kurang bersih

mengandung kuman-kuman penyakit. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Robert (2005) bahwa di wilayah Asia Tenggara, akses

yang kurang terhadap air bersih merupakan faktor yang turut

berkontribusi terhadap kematian dan kesakitan karena diare.

Letak WC/kakus di rumah pedagang HIK sebagian besar 32

rumah (80%) kurang terletak lebih dari 5 meter dari tempat

pembuangan/penyimpanan HIK. Hal ini mengakibatkan

terkontaminasinya hidangan HIK yang akan dijual kepada para

pelanggan. Kondisi ini diperparah dengan masih terdapat 9 rumah

Page 53: j 410050016

36

(22,5%) yang tidak memiliki tempat pembuangan sampah dan 8

rumah (20%) yang tidak memiliki tempat pembuangan limbah rumah

tangga.

C. Hasil Analisis Univariat

Analisis univariat dimaksudkan untuk mengetahui gambaran

karakteristik responden yang meliputi:

1. Pendidikan Pedagang HIK

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh adanya variasi tingkat

pendidikan pedagang HIK. Menurut Keputusan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan No.0306/V/1995, tentang pelaksanaan wajib belajar

pendidikan dasar adalah 9 tahun, maka pendidikan responden dapat

dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 7. Distribusi Pedagang HIK Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%) Tidak Sekolah 6 15,0 SD 16 40,0 SLTP 5 12,5 SLTA 13 32,5

Total 40 100

Gambaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dari

penelitian ini adalah diperoleh hasil pada tabel 4 bahwa sebagian

besar pedagang HIK berpendidikan dasar yaitu sebanyak 16 orang

(40%), SLTA 13 orang (32,5%), SLTP 5 orang (12,5%) dan masih

Page 54: j 410050016

37

terdapat pedagang HIK yang tidak sekolah yaitu sebanyak 6 orang

(15%).

2. Pendapatan Pedagang HIK

Tabel 8. Distribusi Pendapatan Pedagang HIK

Pendapatan Frekuensi (n) Persentase (%) < Rp 780000 16 40,0 ≥ Rp 780000 24 60,0

Total 40 100

Berdasarkan tabel 8 diatas diketahui pendapatan rata-rata

pedagang HIK Rp.780.000. Pendapatan pedagang HIK ≥ Rp. 780.000

adalah 24 orang (60%) dan < Rp. 780.000 adalah 16 orang (40%).

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Gambaran perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berdasarkan

hasil wawancara diperoleh, skor minimal 10 dan skor maksimal 100.

Setelah dikategorikan berdasarkan 15 pertanyaan perilaku yang

meliputi 10 perilaku yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan

dan 5 indikator lingkungan di tempat kerja menurut Dinkes (2009),

maka perilaku yang sehat adalah ≥ 70 skor jawaban, cukup sehat

adalah antara 35 sampai 65 skor jawaban dan kurang sehat < 35 skor

jawaban. Kategori PHBS dapat dilihat pada tabel 9

Tabel 9. Distribusi Pedagang HIK Berdasarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

PHBS Frekuensi (n) Persentase (%) Kurang Sehat 30 75,00 Sehat 10 25,00 Total 40 100

Page 55: j 410050016

38

Tabel 9 diatas menunjukkan pedagang HIK sebagian besar

berperilaku kurang sehat sebanyak 30 orang (75%) dan hanya 10

orang (25%) yang berperilaku sehat.

D. Hasil Analisis Bivariat

1. Hubungan Pendidikan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Hubungan antara pendidikan dengan perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS) pada pedagang HIK dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Hubungan Pendidikan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

PHBS Kurang sehat Sehat

Variabel

N % n %

X2 p

Tingkat pendidikan - SD/ tak sekolah 20 50,0 2 5,0 10,1 0,003 - SLTP/ SLTA 10 25,0 8 20,0

Tabel 10 menunjukkan proporsi PHBS berdasarkan tingkat

pendidikan yaitu pedagang HIK berpendidikan SLTP/ SLTA

memiliki PHBS lebih baik daripada pedagang HIK berpendidikan

SD/tak sekolah. Pedagang HIK yang berperilaku sehat lebih banyak

yang berpendidikan SLTP/SLTA yaitu 8 orang (20%) daripada yang

berpendidikan SD/tak sekolah yaitu hanya 2 orang (5%). Berdasarkan

proporsi tersebut menunjukkan adanya hubungan yang sangat

signifikan antara tingkat pendidikan dengan PHBS dengan nilai p

sebesar 0,003.

Page 56: j 410050016

39

2. Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Hubungan pendapatan dengan PHBS dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

PHBS Kurang sehat Sehat

Variabel

N % n %

X2 p

Tingkat pendapatan - < Rp 780000 12 30,0 5 12,5 4,25 0,049 - ≥ Rp 780000 11 27,5 12 30,0

Tabel 11 menunjukkan proporsi PHBS berdasarkan tingkat

pendapatan yaitu pedagang HIK yang berpendapatan ≥ Rp 780000

memiliki PHBS lebih baik daripada pedagang HIK yang

berpendapatan < Rp 780000. Pedagang HIK yang berperilaku sehat

lebih banyak yang berpendapatan ≥ Rp 780000 yaitu 12 orang (30%)

daripada yang berpendapatan < Rp 780000 yaitu hanya 5 orang

(12,5%). Berdasarkan proporsi tersebut menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan PHBS

dengan nilai p sebesar 0,049.

Page 57: j 410050016

40

BAB V

PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis

1. Pendidikan Pedagang HIK

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya variasi tingkat

pendidikan pedagang HIK. Menurut Keputusan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan No.0306/V/1995, tentang pelaksanaan wajib belajar

pendidikan dasar adalah 9 tahun, diperolah bahwa sebagian besar

pedagang HIK berpendidikan dasar yaitu sebanyak 16 orang (40%)

sedangkan pedagang yang berpendidikan SLTA 13 orang (32,5%),

SLTP 5 orang (12,5%) dan masih terdapat pedagang HIK yang tidak

sekolah yaitu sebanyak 6 orang (15%).

Pendidikan sebagian besar pedagang HIK rendah karena

sebanyak 16 orang (40%) hanya sampai berpendidikan SD. Hal ini

mempengaruhi kualitas PHBS karena pendidikan merupakan salah

satu faktor yang berhubungan erat dengan kualitas PHBS (Daud,

2000). Pendidikan yang rendah ini juga mempengaruhi tingkat

wawasan mengenai sanitasi lingkungan (Sumiarto, 1993).

Jenjang pendidikan pedagang HIK memegang peranan penting

dalam kesehatan masyarakat. Pendidikan pedagang HIK yang rendah

menjadikan mereka sulit memahami akan pentingnya higyene

perorangan dan sanitasi lingkungan untuk mencegah terjangkitnya

Page 58: j 410050016

41

penyakit menular. Dengan sulit memahami arti penting PHBS

menyebabkan pedagang HIK tidak peduli terhadap upaya pencegahan

penyakit menular (Sander, 2005).

Hal diatas akan berbeda dengan pedagang HIK yang memiliki

tingkat pendidikan lebih tinggi karena memiliki PHBS lebih baik. Hal

ini sesuai dengan penelitian Goodman (2001), bahwa seseorang yang

berpendidikan tinggi dapat lebih memelihara tingkat kesehatannya

daripada seseorang yang berpendidikan lebih rendah. Orang yang

berpendidikan lebih tinggi lebih mudah untuk menjaga kesehatan di

lingkungannya.

2. Pendapatan Pedagang HIK

Pedagang HIK di Pasar Kliwon dan Jebres Kota Surakarta

memperoleh pendapatan perhari tertinggi yaitu Rp. 200.000 dan

pendapatan terendah Rp.10.000. Pendapatan pedagang HIK mengalami

penurunan dikarenakan sakit (65%) dan faktor lain (35%). Pendapatan

pedagang HIK dapat ditingkatkan dengan menjaga kesehatan pedagang

HIK melalui PHBS sehingga produktifitas pedagang HIK dapat

ditingkatkan.

Pendapatan merupakan faktor yang berhubungan dengan kualitas

PHBS (Daud, 2000). Pendapatan pedagang HIK tergolong dalam

kelompok masyarakat berpenghasilan rendah sehingga mengakibatkan

kurang terpenuhinya kebutuhan pokok dalam jumlah cukup. Hal ini

juga menyebabkan pedagang HIK kurang memperhatikan PHBS

Page 59: j 410050016

42

karena pedagang HIK lebih berorientasi dengan perbaikan

penghasilan.

Bila ditinjau dari faktor sosial ekonomi, maka pendapatan

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat wawasan

masyarakat mengenai kesehatan lingkungan (Sumiarto, 1993). Hal ini

juga sesuai dengan pendapat Faturahman dan Mollo (1995) bahwa

tingkat pendapatan berkaitan dengan kemiskinan yang berpengaruh

pada status kesehatan.

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

PHBS pada pedagang HIK yang diperoleh dengan wawancara

memperlihatkan bahwa pedagang HIK sebagian besar yaitu 30 orang

(75%) kurang berperilaku hidup bersih dan sehat dan hanya 10 orang

(25%) yang berperilaku hidup bersih dan sehat sehat.

Perilaku pedagang HIK yang kurang sehat, berdasarkan hasil

wawancara yaitu batuk tanpa menutup dengan tangan, meludah atau

membuang dahak dilantai, menggunakan air mentah untuk membuat

minuman, tidak mengganti air cucian setelah digunakan lebih dari 10

kali, membuang sampah di sembarang tempat dan membuang air

limbah di sembarang tempat. Sedangkan untuk mencuci tangan

sebelum membuat atau menghidangkan panganan belum menjadi

kebiasaan yang harus dilakukan.

Perilaku yang termasuk kategori sehat ditunjukkan oleh

pedagang HIK yang telah melakukan tindakan meliputi menutup

Page 60: j 410050016

43

tangan bila batuk, tidak meludah atau membuang dahak dilantai,

menggunakan air PAM untuk membuat makanan atau minuman,

menggunakan air matang untuk membuat minuman, membuang

sampah di tempat pembuangan sampah, membuang air limbah di

tempat yang semestinya dan membiasakan mencuci tangan sebelum

membuat atau menghidangkan panganan HIK.

4. Hubungan Pendidikan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Proporsi PHBS berdasarkan tingkat pendidikan yaitu pedagang

HIK berpendidikan SLTP/ SLTA memiliki PHBS lebih baik daripada

pedagang HIK berpendidikan SD/tak sekolah. Proporsi tersebut

menunjukkan adanya hubungan sangat signifikan antara tingkat

pendidikan dan perilaku hidup bersih dan sehat dengan nilai p sebesar

0,003.

Tingkat pendidikan pedagang HIK sangat berpengaruh terhadap

perubahan sikap menuju perilaku hidup bersih dan sehat. Tingkat

pendidikan pedagang HIK yang rendah akan mempengaruhi pedagang

HIK dalam memperoleh dan mencerna informasi untuk kemudian

menentukan pilihan dalam menerapkan hidup sehat.

Hasil penelitian pada pedagang HIK, proporsi pedagang HIK

yang berpendidikan SD/tak sekolah berperilaku kurang sehat lebih

tinggi (50%) dibanding dengan pedagang HIK berpendidikan

SLTP/SLTA. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sander

(2005) yang menyimpulkan bahwa jenjang pendidikan memegang

Page 61: j 410050016

44

peranan penting dalam kesehatan masyarakat. Pendidikan masyarakat

yang rendah menjadikan pedagang HIK sulit memahami akan arti

pentingnya higyene perorangan dan sanitasi lingkungan untuk

mencegah terjangkitnya penyakit menular. Penelitian ini juga sesuai

dengan hasil penelitian Hardiyanto (2003), bahwa tingkat pendidikan

yang kurang mendukung merupakan salah satu penyebab rendahnya

kesadaran kesehatan lingkungan, karena kesadaran memerlukan

pemahaman yang baik akan arti pentingnya kondisi lingkungan yang

sehat. Semakin baik tingkat pendidikan formal, maka semakin baik

pengetahuan tentang kesehatan, sehingga akan mematangkan

pemahaman tentang pengetahuan kesehatan lingkungan dan kesadaran

menjaga kesehatan lingkungan termasuk penerapan prinsip-prinsip

hidup sehat.

Pada penelitian ini pedagang HIK yang berpendidikan

SLTP/SLTA berperilaku sehat (20%) lebih banyak daripada pedagang

yang HIK berpendidikan SD/tak sekolah (5%). Hal ini sesuai dengan

penelitian Goodman (2001), bahwa seseorang yang berpendidikan

tinggi dapat lebih memelihara tingkat kesehatannya daripada seseorang

yang berpendidikan lebih rendah. Orang yang berpendidikan lebih

tinggi lebih mudah untuk menjaga kesehatan dilingkungannya.

Tingkat pendidikan yang lebih tinggi pada pedagang HIK

menjadikan pedagang HIK lebih berorientasi pada tindakan preventif,

mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki

Page 62: j 410050016

45

status kesehatan yang lebih baik (Widyastuti, 2005). Pendidikan dapat

meningkatkan kematangan intelektual seseorang. Kematangan

intelektual ini berpengaruh pada wawasan, cara berfikir, baik dalam

cara pengambilan keputusan maupun dalam pembuatan kebijakan.

Semakin tinggi pendidikan formal, akan semakin baik pengetahuan

tentang kesehatan (Hastono, 1997).

Hasil penelitian pedagang HIK sesuai dengan hasil penelitian

Ulfa (2009) yang menemukan adanya keterkaitan antara pendidikan

dan perilaku hidup bersih dan sehat didukung pada 48 siswa-siswi

SDN Pajagalan I dan SDN Pajagalan II yang bertempat tinggal di

Kelurahan Pajagalan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua terhadap PHBS anak di

SDN Pajagalan I dan SDN Pajagalan II di Kabupaten Sumenep.

Hasil penelitian Daud (2009) juga menemukan adanya hubungan

tingkat pendidikan masyarakat dengan perilaku hidup bersih dan sehat.

Penelitian in menggunakan sampel sebanyak 86 orang masyarakat di

pesisir pantai Desa Huangobotu Kecamatan Kabila Kabupaten

Gorontalo. Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian

Kusumawati (2004), mengemukakan bahwa ada hubungan antara

pendidikan kepala keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS). Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 175 kepala

keluarga (KK) di Kelurahan Joyotakan Surakarta.

Page 63: j 410050016

46

5. Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Proporsi PHBS berdasarkan tingkat pendapatan yaitu pedagang

HIK berpendapatan ≥ Rp 780000 memiliki PHBS lebih baik daripada

pedagang HIK berpendapatan < Rp 780000. Proporsi tersebut

menunjukkan adanya hubungan signifikan antara tingkat pendapatan

dengan PHBS dengan nilai p sebesar 0,049.

Tingkat pendapatan pedagang HIK sangat berpengaruh terhadap

perubahan sikap menuju perilaku hidup bersih dan sehat. Tingkat

pendapatan pedagang HIK yang rendah akan mempengaruhi pedagang

HIK dalam memperoleh dan mencerna informasi untuk kemudian

menentukan pilihan dalam menerapkan hidup sehat. Pedagang HIK

(30%) berusaha menambah penghasilan di luar berdagang HIK

(Rp.221.000 per bulan), namun pendapatan pedagang HIK tetap belum

mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Pedagang HIK yang belum

dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari juga mengakibatkan pedagang

HIK lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan hidup daripada

pengobatan penyakit dan pencegahan penyakit berupa PHBS baik di

rumah maupun di tempat kerja.

Orientasi pedagang HIK pada pemenuhan kebutuhan hidup dapat

dilihat dari hasil pengeluaran pedagang HIK per bulan untuk makanan

Rp. 638.750, namun pengeluaran untuk biaya kesehatan per bulan

hanya Rp.3.700. Hal inilah yang mengakibatkan pedagang HIK

Page 64: j 410050016

47

menjadi lebih mudah terpapar penyakit seperti diare, TBC, ISPA dan

penyakit menular lainnya.

Hasil penelitian pada pedagang HIK di Pasar Kliwon dan Jebres

diketahui bahwa proporsi pedagang HIK yang berpendapatan rendah

lebih banyak yang berperilaku kurang sehat (50%). Hasil penelitian ini

mendukung penelitian Faturrahman dan Mollo (1995) bahwa tingkat

pendapatan berkaitan dengan kemiskinan yang akan berpengaruh pada

status kesehatan masyarakat. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi

antara lain adalah jenis pekerjaan, pendidikan formal kepala keluarga,

jumlah anggota keluarga dan lain-lain (Sumiarto, 1993). Hasil

penelitian ini juga mendukung penelitian Widoyono (2008) bahwa

pendapatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat

wawasan masyarakat mengenai sanitasi lingkungan.

Kondisi sanitasi lingkungan rumah pedagang HIK di Pasar

Kliwon dan Jebres belum dijaga dengan baik karena lantai rumah

pedagang HIK yaitu 27 rumah (67,5%) dengan kondisi lantai kering

serta kotor dan 13 rumah (32,5%) dengan kondisi lantai basah serta

kotor. Sirkulasi udara rumah pedagang HIK juga belum optimal

karena masih terdapat 21 rumah (52,5%) yang tidak membuka

jendela setiap hari minimal 1 kali dipagi hari.

Letak WC/kakus di rumah pedagang HIK sebagian besar 32

rumah (80%) tidak terletak lebih dari 5 meter dari tempat

pembuangan/penyimpanan HIK. Hal ini mengakibatkan

Page 65: j 410050016

48

terkontaminasinya hidangan HIK yang akan dijual kepada para

pelanggan. Kondisi ini diperparah dengan masih terdapat 9 rumah

(22,5%) yang tidak memiliki tempat pembuangan sampah dan 8

rumah (20%) yang tidak memiliki tempat pembuangan limbah rumah

tangga.

Tingkat pendapatan berhubungan dengan PHBS juga sesuai

dengan hasil penelitian Nasrul (2007) bahwa terdapat hubungan

antara pendapatan atau kemampuan finansial dengan PHBS dengan

sampel sebanyak 45 orang di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok.

Hasil penelitian hubungan antara pendapatan dan PHBS pada

pedagang HIK, juga didukung oleh hasil penelitian Daud (2009)

dengan sampel sebanyak 86 orang masyarakat dipesisir pantai Desa

Huangobotu Kecamatan Kabila Kabupaten Gorontalo menunjukkan

bahwa adanya hubungan tingkat pendapatan masyarakat dengan

perilaku hidup bersih dan sehat.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini hanya meneliti pendidikan dan pendapatan yang

berhubungan dengan PHBS, penelitian ini belum meneliti faktor predisposisi

lain seperti sikap, kepercayaan, dan norma sosial.

Page 66: j 410050016

49

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan maka dapat

diambil kesimpulan yaitu

1. Pendidikan pedagang hidangan istimewa kampung (HIK)

di Kecamatan Pasar Kliwon dan Jebres Kotamadia Surakarta sebagian

besar berpendidikan sekolah dasar yaitu sebanyak 16 orang (40%).

2. Pendapatan perhari tertinggi pedagang hidangan istimewa kampung

(HIK) yaitu Rp. 200.000 dan pendapatan terendah Rp.10.000.

3. Pedagang HIK sebagian besar berperilaku kurang sehat sebanyak 30

orang (75%) dan hanya 10 orang (25%) yang berperilaku sehat.

4. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dan PHBS (p = 0,003) pada

pedagang HIK.

5. Ada hubungan antara tingkat pendapatan dan PHBS (p = 0,049) pada

pedagang HIK.

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS) dan selektif dalam memilih warung atau kedai

tempat makan.

Page 67: j 410050016

50

2. Bagi Dinas Kesehatan Surakarta

Meningkatkan inspeksi pada para pedagang HIK dan upaya promosi

kesehatan khususnya di tempat kerja sehingga masyarakat lebih paham

akan arti pentingnya menciptakan dan menjaga kesehatan lingkungan

di tempat kerja.

3. Bagi peneliti lain

Mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang

berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.

Page 68: j 410050016

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Sego-Kucing-Angkringan-Hidangan Istimewa Kampung. Tersedia dalam:http://www.facebook.com/pages/Sego-kucing-angkringan60697165928 Diakses tanggal 17 juli 2009.

Budihardja. 2004. Perilaku Hidup Sehat Masyarakat Kurang. http://suara merdeka.com/harian/0310/02/kot18.htm. Semarang: Diakses tanggal 14 Maret 2009.

Daud, R. 2009. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Pendapatan Dan Perilaku

Masyarakat Dengan Kualitas Sanitasi Lingkungan Di Pesisir Pantai Desa Huangobotu Kecamatan Kabila Kabupaten Gorontalo. [Tesis] Yogyakarta: UGM.

Depkes RI. 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat

2010. Jakarta: Depkes RI. _________. 2009. Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat.

Tersedia dalam: http:// www.depkes.go.id Diakses tanggal 17 Juli 2009. Dinkes. 2006. Pedoman Program Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Tatanan Rumah Tangga. Semarang: Dinas Kesehatan Jawa Tengah. _____. 2007. Profil Kesehatan Jawa Tengah. Jawa Tengah: Dinkes Jateng. _____. 2009. Profil Kesehatan Kota Surakarta. Surakarta: Dinkes Kota Surakarta. _____. 2009. Pengembangan PHBS Di Tempat Kerja. Lampung: Dinas Kesehatan

Lampung. Faturahman dan Mollo. 1995. Kemiskinan dan Kependudukan di Pedesaan Jawa:

Analisis Data Suseno 1992. Pusat Penelitian Kependudukan. Yogyakarta: UGM.

Goodman, A. 2001. The Economics of Health And Health Care. Third edition.

New Jersey: Upper Saddle River. Hardiyanto. 2003. Rendah Kesadaran Kesehatan Lingkungan. Tersedia dalam:

http://suaramerdeka.com/hrian/0305/25/kol3.htm. Semarang. Diakses tanggal 15 September 2009.

Hastono, PS. 1997. Hubungan Faktor Sosial Demografi Ibu Dengan Pemanfaatan

Penolong Persalinan di Kabupaten Cianjur 1995. Jurnal Penelitian UI. Makaro no I seri A.

Page 69: j 410050016

Kusumawati, Y. 2004. Hubungan Antara Pendidikan dan Pengetahuan Kepala Keluarga Tentang Kesehatan Lingkungan Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Di Kelurahan Joyotakan Surakarta. [Laporan Penelitian]. Surakarta: UMS.

Machfoed. 2005. Perilaku Sehat Dalam Prinsip-prinsip Kesehatan. Yogyakarta:

UGM. Mubarok, W.I, Chayatin. N, Rozikin, K., Supradi. 2007. Promosi Kesehatan.

Yogyakarta: Graha Ilmu. Murti, B. 2005. The Family As Health Producer in Indonesia: A An Examination

Using The Grossman Model And Its Extension. [Disertation] Australia: University of Newcastle.

Nasrul, M. 2007. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Pendapatan dan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Masyarakat Kecamatan Sangir Kabupaten Solok. [Skripsi] Yogyakarta: UGM.

______. 2006. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. _____. 2009. Model Optimalisasi Daya Ungkit Kampung-Kampung Hidangan

Ekonomi Kecil (HEK) Bebas Tuberculosis Di Kota Solo. Surakarta: UNS.

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

____________. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

____________. 2005. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset. Pratiknya, AW. 2001. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia. Robert, N. 2005. Global and Local: Food Safety Around The World. Washington

DC: CSPI. Sander M.A. 2005. Hubungan Faktor Sosio Budaya Dengan Kejadian Diare di

Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Jurnal MedikaI. Vol 2. No.2. Juli-Desember 2005: 163-193.

Page 70: j 410050016

Simons-Morton B.G., Greene, W.H. and Gottlieb, N.H. 1995. Introduction to Health Education and Health Promotion. Second edition. Waveland Press, Inc. Illinois, USA.

Sumiarto. 1993. Perumahan dan Pemukiman, Sejarah dan Tantangan di Depan,

Forum Perencanaan Pembangunan Vol 1 Nomor 2, Desember 1993, Yogyakarta: UGM.

Ulfa, M. 2009. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Orang

Tua Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Anak di SDN Pajagalan I Dan II di Kabupaten Sumenep. [Skripsi] Jember: Universitas Jember.

WHO. 1992. Pendidikan Kesehatan (terjemahan). Bandung: ITB Press.

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya. Semarang: Penerbit Erlangga.

Widyastuti P (ed). 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Zaahara, T. 2000. Upaya Peningkatan Perilaku Hidup Sehat Dalam Keluarga Dalam Rangka Pembangunan Keluarga Sejahtera. http://www. Depdiknas.go.id/jurnal/30/upaya peningkatan_perilaku_hidup.htm. Jakarta. Diakses tanggal 14 Juni 2009.

Page 71: j 410050016
Page 72: j 410050016

Lampiran 1

PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN, PENDAPATAN DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA PEDAGANG HIDANGAN

ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) DI PASAR KLIWON DAN JEBRES

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

PENELITIAN TENTANG : Hubungan Antara Pendidikan, Pendapatan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Pedagang Hidangan Istimewa Kampung (HIK) Di Pasar Kliwon dan Jebres

Yang bertanda tangan dibawah ini, Saya :

Nama :

Umur :

Alamat :

Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Nama : Imanda Amalia NIM : J.410.050.016 Mahasiswa S1 dari Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta, ………………2009 Peneliti Responden

(Imanda Amalia) (____________________)

Page 73: j 410050016

Lampiran 2

KUISIONER

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN, PENDAPATAN DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA PEDAGANG HIDANGAN

ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) DI PASAR KLIWON DAN JEBRES

Nama pedagang HIK : ………………………………………

Alamat : ………………………………………

Pewawancara : ………………………………………

Tanggal wawancara : ………………………………………

A. Data Demografi Subjek

Instruksi bagi pewawancara: isilah atau lingkarilah untuk pilihan jawaban

setiap pertanyaan di bawah ini menyangkut pedagang HIK

1. Umur pedagang HIK : …………………tahun

2. Jenis Kelamin :

a. Laki-laki, b. Perempuan

3. Pendidikan :

a. Tidak sekolah, b. SD, c. SLTP, d. SLTA, e. Perguruan tinggi

4. Berapa lama bekerja sebagai pedagang HIK: …………….tahun

B. Kondisi Lingkungan

Instruksi bagi pewawancara: berikan tanda contreng (√) sesuai dengan hasil

pengamatan, tentang kondisi lingkungan tempat tinggal pedagang HIK

No. Variabel Ya Tidak

1. Apakah dinding rumah terbuat dari anyaman bambu ? 2. Apakah dinding rumah terbuat dari papan/seng ?

Page 74: j 410050016

3. Apakah dinding rumah terbuat dari batu bata ? 4. Apakah terdapat cukup cahaya matahari didalam rumah ? 5. Apakah terdapat jendela yang dibuka didalam rumah ? 6. Apakah terdapat lubang ventilasi udara selain jendela ? 7. Apakah rumah berlantai tanah ? 8. Apakah rumah berlantai plester semen ? 9. Apakah rumah berlantai ubin/keramik ? 10. Apakah lantai rumah kering dan kotor ? 11. Apakah lantai rumah basah dan kotor ? 12. Apakah terdapat air bersih dari PAM ? 13.

Apakah WC/kakus terletak lebih dari 5 meter dari tempat pembuangan/penyimpanan panganan HIK ?

14. Apakah terdapat tempat pembuangan sampah ? 15. Apakah terdapat tempat pembuangan air limbah ?

C. Pendapatan

Instruksi bagi pewawancara: Isilah besaran nominal uang dalam rupiah (Rp)

di dalam kolom untuk masing-masing pertanyaan.

No. Variabel Nominal (Rp).

1.

Berapa besar rata-rata belanja bahan-bahan makanan per hari yang diperlukan untuk membuat atau menjual panganan dan minuman HIK ?

Rp…………….

2.

Berapa keuntungan bersih per hari dari berdagang panganan HIK ?

Rp…………….

3.

Berapa rata-rata pendapatan per bulan dari pekerjaan saudara di luar pedagang HIK ?

Rp…………….

4.

Berapa rata-rata pengeluaran keluarga per bulan untuk makanan ?

Rp…………….

5.

Berapa rata-rata pengeluaran keluarga per bulan untuk biaya kesehatan ?

Rp…………….

Page 75: j 410050016

D. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Instruksi bagi pewawancara: berikan tanda contreng (√) sesuai dengan hasil

pengamatan, tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pedagang HIK

No. Variabel Ya Tidak

1. Apakah saudara biasa batuk tanpa menutup dengan tangan ?

2. Apakah biasa meludah atau membuang dahak dilantai ? 3. Apakah biasa memegang panganan/hidangan beberapa

kali dengan tangan ketika menyiapkan, menjual atau membeli panganan HIK ?

4. Apakah menutup tempat panganan/hidangan HIK ?

5. Apakah mencuci tangan dulu ketika membuat panganan HIK ?

6. Apakah mencuci tangan dulu ketika menyiapkan panganan HIK sebelum dijual ?

7. Apakah menggunakan air PAM yang bersih dalam membuat atau menyiapkan makanan/minuman ?

8. Apakah mencuci alat makan yang akan digunakan untuk menyajikan atau menyimpan panganan HIK ?

9. Apakah menggunakan air PAM yang bersih untuk mencuci piring dan gelas ?

10. Apakah baru mengganti air pencuci setelah digunakan lebih dari 10 kali mencuci piring dan gelas ?

11. Apakah menggunakan air mentah untuk hidangan minuman dingin/es yang dijajakan ?

12. Apakah membuang sampah di sembarang tempat ? 13. Apakah membuang air limbah disembarang tempat ? 14. Apakah pernah mendapat penyuluhan tentang makanan

sehat dan bergizi dari petugas kesehatan pemerintah ?

15. Apakah berkeinginan meningkatkan mutu panganan/ Minuman HIK sehingga lebih sehat dan bergizi ?

Page 76: j 410050016

Lampiran 4 Tabel Frekuensi

Umur Valid 40 N

Missing 0 Mean 40.68 Median 41.00 Std. Deviation 9.253 Minimum 21 Maximum 54

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Laki-laki 31 77.5 77.5 77.5

Perempuan 9 22.5 22.5 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

21 1 2.5 2.5 2.5

25 1 2.5 2.5 5.0

27 2 5.0 5.0 10.0

29 1 2.5 2.5 12.5

31 3 7.5 7.5 20.0

32 1 2.5 2.5 22.5

33 1 2.5 2.5 25.0

34 1 2.5 2.5 27.5

35 4 10.0 10.0 37.5

36 1 2.5 2.5 40.0

37 1 2.5 2.5 42.5

38 1 2.5 2.5 45.0

40 2 5.0 5.0 50.0

42 1 2.5 2.5 52.5

43 1 2.5 2.5 55.0

45 5 12.5 12.5 67.5

49 3 7.5 7.5 75.0

50 3 7.5 7.5 82.5

52 4 10.0 10.0 92.5

53 2 5.0 5.0 97.5

54 1 2.5 2.5 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

Page 77: j 410050016

Lama Bekerja

Valid 40 N

Missing 0

Mean 5.042

Median 2.250

Std. Deviation 4.9679

Minimum .1

Maximum 20.0

Lama Bekerja Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

.1 2 5.0 5.0 5.0

.3 1 2.5 2.5 7.5

.4 3 7.5 7.5 15.0

.5 1 2.5 2.5 17.5

1.0 5 12.5 12.5 30.0

1.5 2 5.0 5.0 35.0

2.0 6 15.0 15.0 50.0

2.5 1 2.5 2.5 52.5

4.0 1 2.5 2.5 55.0

5.0 3 7.5 7.5 62.5

6.0 1 2.5 2.5 65.0

7.0 2 5.0 5.0 70.0

8.0 2 5.0 5.0 75.0

10.0 5 12.5 12.5 87.5

11.0 1 2.5 2.5 90.0

12.0 1 2.5 2.5 92.5

14.0 1 2.5 2.5 95.0

15.0 1 2.5 2.5 97.5

20.0 1 2.5 2.5 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

Page 78: j 410050016

Pendapatan Per Bulan

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pendapatan per bulan (Rupiah)

40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 1121250.00 152380.759

Lower Bound 813030.82 95% Confidence Interval for Mean

Upper Bound 1429469.18 5% Trimmed Mean 978611.11 Median 780000.00 Variance 9.288E11 Std. Deviation 963740.543 Minimum 260000 Maximum 5200000 Range 4940000 Interquartile Range 780000 Skewness 2.690 .374

Pendapatan per bulan (Rupiah)

Kurtosis 8.739 .733

Extreme Values

Case Number Value

1 17 5200000

2 29 3900000

3 34 2600000

4 8 1950000

Highest

5 35 1950000

1 37 260000

2 13 260000

3 23 390000

4 21 390000

Pendapatan per bulan (Rupiah)

Lowest

5 15 390000

Page 79: j 410050016

Pendapatan Selain Keuntungan Bersih Pedagang HIK

C1_INCOME C3_INCOME C4_INCOME C5_INCOME

Valid 40 40 40 40 N

Missing 0 0 0 0 Mean 181125.00 221000.00 638750.00 3687.50 Median 150000.00 .00 500000.00 .00 Std. Deviation 98335.425 334869.282 413937.859 16879.926 Minimum 20000 0 100000 0 Maximum 400000 1300000 1500000 100000

C1_INCOME

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

20000 1 2.5 2.5 2.5

50000 2 5.0 5.0 7.5

60000 2 5.0 5.0 12.5

100000 6 15.0 15.0 27.5

125000 3 7.5 7.5 35.0

150000 7 17.5 17.5 52.5

180000 1 2.5 2.5 55.0

200000 9 22.5 22.5 77.5

300000 6 15.0 15.0 92.5

400000 3 7.5 7.5 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

C3_INCOME

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

0 21 52.5 52.5 52.5

30000 1 2.5 2.5 55.0

60000 1 2.5 2.5 57.5

100000 1 2.5 2.5 60.0

150000 3 7.5 7.5 67.5

300000 2 5.0 5.0 72.5

400000 2 5.0 5.0 77.5

500000 2 5.0 5.0 82.5

600000 3 7.5 7.5 90.0

750000 1 2.5 2.5 92.5

900000 1 2.5 2.5 95.0

1050000 1 2.5 2.5 97.5

1300000 1 2.5 2.5 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

Page 80: j 410050016

C4_INCOME

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

100000 4 10.0 10.0 10.0

150000 2 5.0 5.0 15.0

200000 1 2.5 2.5 17.5

300000 3 7.5 7.5 25.0

400000 4 10.0 10.0 35.0

450000 1 2.5 2.5 37.5

500000 6 15.0 15.0 52.5

600000 4 10.0 10.0 62.5

750000 2 5.0 5.0 67.5

800000 1 2.5 2.5 70.0

900000 2 5.0 5.0 75.0

1000000 5 12.5 12.5 87.5

1200000 1 2.5 2.5 90.0

1500000 4 10.0 10.0 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

C5_INCOME

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

0 37 92.5 92.5 92.5

7500 1 2.5 2.5 95.0

40000 1 2.5 2.5 97.5

100000 1 2.5 2.5 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

Page 81: j 410050016

Dinding Rumah Dari Anyaman Bambu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

tidak 36 90.0 90.0 90.0

ya 4 10.0 10.0 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

Dinding Rumah Dari Papan/Seng

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

tidak 24 60.0 60.0 60.0

ya 16 40.0 40.0 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

Dinding Rumah Dari Batu Bata

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

tidak 3 7.5 7.5 7.5

ya 37 92.5 92.5 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

Terdapat Cukup Cahaya Matahari Didalam Rumah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

tidak 20 50.0 50.0 50.0

ya 20 50.0 50.0 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

Terdapat Jendela Didalam Rumah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

tidak 21 52.5 52.5 52.5

ya 19 47.5 47.5 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

Page 82: j 410050016

Terdapat Lubang Ventilasi Udara Selain Jendela

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

tidak 8 20.0 20.0 20.0

ya 32 80.0 80.0 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

Rumah Berlantai Tanah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

tidak 33 82.5 82.5 82.5

ya 7 17.5 17.5 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

Rumah Berlantai Plester Semen

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

tidak 23 57.5 57.5 57.5

ya 17 42.5 42.5 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

Rumah Berlantai Ubin/Keramik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

tidak 21 52.5 52.5 52.5

ya 19 47.5 47.5 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

Kondisi Lantai Kering dan Kotor

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

tidak 27 67.5 67.5 67.5

ya 13 32.5 32.5 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

Page 83: j 410050016

Kondisi Lantai Basah dan Kotor

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

tidak 34 85.0 85.0 85.0

ya 6 15.0 15.0 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

Terdapat Air Bersih Dari PAM

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

tidak 7 17.5 17.5 17.5

ya 33 82.5 82.5 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

WC/kakus Terletak Lebih Dari 5 Meter Dari Tempat Penyimpanan HIK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

tidak 32 80.0 80.0 80.0

ya 8 20.0 20.0 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

Terdapat Tempat Pembuangan Sampah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

tidak 9 22.5 22.5 22.5

ya 31 77.5 77.5 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

Terdapat Tempat Pembuangan Air Limbah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

tidak 8 20.0 20.0 20.0

ya 32 80.0 80.0 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

Page 84: j 410050016

Pendapatan per bulan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

< Rp 780000 16 40.0 40.0 40.0

>= Rp 780000 24 60.0 60.0 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Tidak Sekolah 6 15.0 15.0 15.0

SD 16 40.0 40.0 55.0

SLTP 5 12.5 12.5 67.5

SLTA 13 32.5 32.5 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

PHBS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Kurang sehat 30 75.0 75.0 75.0

Sehat 10 25.0 25.0 100.0

Valid

Total 40 100.0 100.0

Page 85: j 410050016

Uji Statistik Uji Chi square a. Pendidikan dengan PHBS

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pendidikan (dikotomi) *

PHBS

40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

PHBS Kurang sehat Sehat Total

Count 20 2 22 SD/

tak sekolah % of Total 50.0% 5.0% 55.0%

Count 10 8 18

Pendidikan

(dikotomi)

SLTP/SLTA

% of Total 25.0% 20.0% 45.0%

Count 30 10 40 Total

% of Total 75.0% 25.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 10.117 1 .003

Likelihood Ratio 9.781 1 .004

Linear-by-Linear Association 9.728 1 .004

N of Valid Cases 40

Page 86: j 410050016

b. Pendapatan dengan PHBS

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pendapatan per bulan

(dikotomi) * PHBS

40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

PHBS Kurang sehat Sehat Total

Count 12 5 17 < Rp 780000

% of Total 30.0% 12.5% 42.5%

Count 11 12 23

Pendapatan per

bulan (dikotomi)

>= Rp 780000

% of Total 27.5% 30.0% 57.5%

Count 23 17 40 Total

% of Total 57.5% 42.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 4.257 1 .049

Likelihood Ratio 7.637 1 .023

Linear-by-Linear Association 4.089 1 .053

N of Valid Cases 40

Page 87: j 410050016

Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian

Gambar 2. Pembeli HIK Gambar 1. Warung HIK

Gambar 3. Pedagang HIK Gambar 4. Panganan HIK

Page 88: j 410050016

Gambar 5. Pembeli menyantap HIK Gambar 6. Nasi Bungkus Pedagang HIK

Gambar 7. Dinding Rumah Anyaman Bambu Pedagang HIK

Gambar 8. Dinding Rumah Dari Seng Pedagang HIK

Page 89: j 410050016

Gambar 9. Lantai Rumah Dari Keramik Gambar 10. Lantai Rumah Dari Semen

Gambar 11. Kamar Mandi Gambar 12. Bak Mandi dan Kakus

Page 90: j 410050016

Gambar 13. Dapur Gambar 14. Penampungan Air

Gambar 15. Atap Rumah Gambar 16. Buku Penjualan HIK