j 410050022

Upload: amoet122

Post on 04-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 j 410050022

    1/104

    SKRIPSI

    BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

    DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO

    KECAMATAN PACITAN TAHUN 2009

    Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Ijasah SI Kesehatan Masyarakat

    Disusun Oleh :

    WIDIA EKA WATI

    J 410 050 022

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2009

  • 7/31/2019 j 410050022

    2/104

    ABSTRAK

    WIDIA EKA WATI. J 410 050 022

    BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

    DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO

    KECAMATAN PACITAN TAHUN 2009

    xvii+65+20

    Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan

    salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kejadian DBD di

    Kelurahan Ploso tahun 2008 sebanyak 37 kasus. Dari 15 desa, Kelurahan Ploso

    termasuk daerah dengan kasus paling tinggi di wilayah kerja Puskesmas

    Tanjungsari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor yangberhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue di Kelurahan Ploso

    Kecamatan Pacitan tahun 2009. Jenis penelitian ini adalah observasi dengan

    menggunakan metode survei dan wawancara dengan pendekatan cross sectional

    study. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 75 ibu rumah tangga. Teknik

    pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling. Pengumpulan data

    dilakukan dengan wawancara dan pengamatan secara langsung pada kontainer.

    Hasil penelitian di uji secara statistik dengan uji chi square pada tingkat

    kepercayaan 95% menggunakan program SPSS versi 14.0. Hasil penelitian

    menunjukkan Ada hubungan antara keberadaan jentik Aedes aegypti pada

    kontainer (p=0,001), kebiasaan menggantung pakaian (p=0,001), ketersediaan

    tutup pada kontainer (p=0,001), frekuensi pengurasan kontainer (p=0,027),

    pengetahuan responden tentang DBD (p=0,030) dengan kejadian DBD di

    Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009. Saran kepada masyarakat

    bahwa aktif dalam kegiatan 3M plus harus lebih diintensifkan secara mandiri agar

    dapat mengurangi keberadaan jentik, masyarakat juga harus merubah kebiasaan

    menggantung pakaian dengan maksud untuk menekan penularan penyakit DBD.

    Kata kunci : Kejadian DBD, Faktor lingkungan, Pengetahuan, Ibu rumah tangga.

    Surakarta, 1 November 2009

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dwi Astuti, S. Pd, M. Kes Sri Darnoto, SKM

    NIK. 756 NIK. 100.1015

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

    Yuli Kusumawati, SKM, M. Kes (Epid)

    NIK. 863

  • 7/31/2019 j 410050022

    3/104

    ABSTRACT

    WIDIA EKA WATI. J 410 050 022

    FACTORS RELATED TO THE OCCURRENCE OF DENGUE

    HEMORRHAGIC FEVER (DHF) IN PLOSO VILLAGE OF PACITAN

    SUBDISTRCT IN 2009

    At the present, the Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of health problem In

    Indonesia.In 2008, The Incident of DHF in Ploso village have 37 cases. From 15

    villages, Ploso village is including area with highest DHF case in Puskesmas

    Tanjungsari area. This research purpose is to know some factors related to withincident DHF in Ploso village, Pacitan subdistric in 2009. Type of research is

    observational research with using survey and interview method which the

    approach research is a cross sectional study. Amount of Samples are 75

    housewives. The Sampling technique uses a Simple Random Sampling. The data is

    Collected with interview and live monitoring at container. The data is analyzed

    with Chi Square test at level confident 95% which SPSS program version 14.0

    analyzes the data. The conclusion represents that existence of mosquito Aedes

    aegypti larva at container (p=0,001), hanging clothes (p=0,001), container cover

    availability (p=0,001), frequency of cleaning the container (p=0,027), knowledge

    of respondent about DHF (p=0,030) have connected to incident of DHF in Ploso

    village, Pacitan subdistric in 2009. The suggestion to the people that the 3 M plus

    activity more intensively to decrease the number of DHF spreading. Thus, the

    community must reduce of clothes hanging habit.

    Keyword : Incident DHF, Environment factor, Knowledge, Housewives.

  • 7/31/2019 j 410050022

    4/104

    i

    SKRIPSI

    BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

    DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO

    KECAMATAN PACITAN TAHUN 2009

    Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Ijazah SI Kesehatan Masyarakat

    Disusun Oleh :

    WIDIA EKA WATI

    J 410 050 022

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2009

  • 7/31/2019 j 410050022

    5/104

    ii

    @ 2009

    Hak Cipta Pada Penulis

  • 7/31/2019 j 410050022

    6/104

    iii

    PERNYATAAN PERSETUJUAN

    Skripsi dengan judul :

    BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

    DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO

    KECAMATAN PACITAN TAHUN 2009

    Disusun Oleh : Widia Eka Wati

    NIM : J 410 050 022

    Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan

    Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

    Surakarta, 1 November 2009

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dwi Astuti, S. Pd, M. Kes Sri Darnoto, SKM

    NIK. 756 NIK. 100.1015

  • 7/31/2019 j 410050022

    7/104

    iv

    PERNYATAAN PENGESAHAN

    Skripsi Dengan Judul :

    BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

    DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO

    KABUPATEN PACITAN TAHUN 2009

    Disusun Oleh : Widia Eka WatiNIM : J 410 050 022

    Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan

    Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada

    tanggal 1 November 2009 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim

    Penguji.

    Surakarta, 1 November 2009

    Ketua Penguji : Dwi Astuti, S.Pd, M. Kes ( )

    Anggota Penguji I : Sri Darnoto, SKM ( )

    Anggota Penguji II : Noor Alis S. SKM ( )

    Mengesahkan

    Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

    Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Arif Widodo, A. Kep, M. Kes

    NIK. 630

  • 7/31/2019 j 410050022

    8/104

    v

    PERSEMBAHAN

    1. Setiap lembaran dan goresan tinta ini merupakan wujud dari keagungan dankasih sayang yang diberikan Allah SWT kepada umat-Nya.

    2. Setiap detik waktu penyelesaian karya ini merupakan hasil doa kedua orangtua dan adik-adikku yang selalu memberikan kasih sayang, semangat dan

    dorongan yang tiada henti kepadaku.

    3. Rasa terima kasih juga ku persembahkan pada suamiku yang sudahmemberikan doa, dukungan dan selalu setia memberikan semangat padaku

    untuk bisa menyelesaikan karya ini.

    4. Teman-teman Kesehatan Masyarakat angkatan 2005 UMS, hari-hari bersamakalian membuatku bahagia, dan selalu bersemangat aku takkan pernah

    melupakan kalian.

    5. Almamaterku UMS.

  • 7/31/2019 j 410050022

    9/104

    vi

    MOTTO

    Janganlah bersikap lemah, janganlah pula bersedih hati, pada hal kamu orang-

    orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman.

    (QS. AlImron : 139)

    Janganlah pernah merasakan masa depan kita, karena ia pasti datang. Namun

    risaukanlah sudah seberapa jauh kita mempersiapkan diri sehingga masa

    depan akan datang dengan kualitas yang baik.

    (Mario Teguh)

    Kemarin adalah masa lalu dan masa lalu adalah sejarah yang dapat dijadikan

    contoh bagi kita. Hari ini adalah perjuangan untuk masa depan dan masa

    depan adalah cita-citaku.

    (Kahlil Gibran)

    Kebahagiaan yang paling sempurna adalah melihat orang tuaku dan orang

    yang kusayangi bisa tersenyum akan keberhasilanku.

    (Penulis)

  • 7/31/2019 j 410050022

    10/104

    vii

    RIWAYAT HIDUP

    Nama : Widia Eka Wati

    Tempat/Tanggal Lahir : Malang, 04 September 1986

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Alamat : Jl. A. Yani No. 06 Pacitan Jawa Timur

    Riwayat Pendidikan : 1. Lulusan MIN Jombang I tahun 1998

    2. Lulusan SMPN 2 Pacitan tahun 2001

    3. Lulus SMAN 1 Punung Pacitan tahun 2004

    4. Menempuh pendidikan di Program Studi

    Kesehatan Masyarakt FIK UMS sejak tahun

    2005.

  • 7/31/2019 j 410050022

    11/104

    viii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah hirobbilalamin yang selalu penulis panjatkan atas nikmat yang

    senantiasa Allah limpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

    yang berjudul Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

    Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan

    Tahun 2009.

    Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam menempuh derajat

    Sarjana S-1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

    Muhammadiyah Surakarta.

    Dalam pembuatan skipsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan serta

    bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis

    mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Bpk. Arif Widodo, A.Kep, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta.

    2. Ibu Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid) selaku Ketua Program StudiKesehatan Mayarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

    Surakarta.

    3. Ibu Dwi Astuti, S.Pd., M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikanbimbingan, pengarahan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

    4. Bapak Sri Darnoto, SKM selaku pembimbing II yang telah memberikanbimbingan, pengarahan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

    5. Bapak dan ibu dosen Kesehatan Masyarakat (Bu Ambar, Bu Azizah, Bu Dwi,Bu Lina, Pak Dar, Pak Alis, Pak Joko) terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah

    diberikan.

    6. Dr. M. Mansyur selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan yang telahmemberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian.

    7. Bapak Baskoro bagian P2M Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan yang telahmembantu penulis dalam mencari data.

  • 7/31/2019 j 410050022

    12/104

    ix

    8. Dr. Kusnadi S selaku Kepala Puskesmas Tanjungsari yang telah memberikanijin penulis dalam melakukan penelitian.

    9. Bapak Suryono, AMK bagian P2P Puskesmas Tanjungsari yang telahmembantu penulis dalam mencari data.

    10.Bapak Priyo Agus Triwibowo, S.Sos selaku Kepala Desa Ploso yang telahmemberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian.

    11.Ayahanda dan Ibundaku tercinta, terima kasih atas dukungan dansemangatnya yang tak pernah henti berdoa dan mencurahkan perhatian, cinta

    dan kasih sayangnya tanpa batas dengan Ridho-Nya.

    12.Suamiku tercinta yang terus memberiku semangat terima kasih untuksemuanya.

    13.Adikku Anita dan Nugroho, terus semangat demi tercapainya cita dancintamu, serta keluarga besarku terima kasih dukungan semangatnya.

    14.Teman-teman Kesehatan Masyarakat angkatan 2005 (Anjar, Aput, Irfan,Farid, Pambudi) dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima

    kasih atas kebersamaannya dan tetap semangat.

    15.Semua pihak yang telah memberikan semangat dan memberi bantuan sehinggadapat terselesaikannya skripsi ini.

    Semoga Allah SWT membalas jasa serta budi baik yang setimpal kepada

    semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

    Amin.

    Harapan penulis, semoga karya sederhana ini dapat memberikan

    sumbangan dan manfaat khususnya bagi pengembangan dunia Kesehatan

    Masyarakat.

    Surakarta, Oktober 2009

    Penulis

  • 7/31/2019 j 410050022

    13/104

    x

    DAFTARI ISI

    Halaman

    ABSTRAK

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

    HALAMAN HAK CIPTA .............................................................................. ii

    PERNYATAAN PERSETUJUAN................................................................. iii

    PERNYATAAN PENGESAHAN .................................................................. iv

    PERSEMBAHAN............................................................................................ v

    MOTTO ........................................................................................................... vi

    RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

    DAFTAR ISI.................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiiDAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

    DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv

    BAB I PENDAHULUAN

    A.Latar Belakang .............................................................................. 1B. Perumusan Masalah ...................................................................... 5C.

    Tujuan Penelitian .......................................................................... 5D.Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

    E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 7BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Definisi Penyakit Demam BerdarahDengue (DBD) .................. 8B. Etiologi DBD ............................................................................... 8C. Vektor Penular Penyakit DBD .................................................... 9D. Ciri-Ciri NyamukAedes aegypti .................................................. 9E. Tanda dan Gejala Penyakit DBD ................................................ 10F. Penularan Penyakit DBD ............................................................ 11G. Bionomik Vektor .......................................................................... 13H. Epidemiologi Penyakit DBD ....................................................... 14I. Cara-cara Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD ......... 18J. Faktor Penulran Penyakit DBD .................................................. 21K. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian DBD ...................... 24L. Kerangka Teori ............................................................................ 28M.Kerangka Konsep ........................................................................ 29N. Hipotesis ...................................................................................... 29

  • 7/31/2019 j 410050022

    14/104

    xi

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................... 30B. Subjek Penelitian .......................................................................... 30C. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................ 30D. Populasi dan Sampel .................................................................... 31E. Variabel Penelitian ....................................................................... 33F. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 33G. Pengumpulan Data ...................................................................... 35H. Jalannya Penelitian ....................................................................... 39I. Pengolahan Data ........................................................................... 39J. Analisis Data ............................................................................... 40

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 41B. Hasil Analisis Univariat ................................................................ 43C. Hasil Analisis Bivariat .................................................................. 48D. Ringkasan Hasil Uji Bivariat Faktor-faktor yang

    Berhubungan Dengan Kejadian DBD Di Kelurahan

    Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009 ......................................... 53

    BAB V PEMBAHASAN

    A. Karakteristik Responden ............................................................... 54B. Hubungan Antara Keberadaan JentikAedes aegypti pada

    Kontainer dengan Kejadian DBD ................................................ 54

    C. Hubungan Antara Kebiasaan Menggantung Pakaian denganKejadian DBD .............................................................................. 56

    D. Hubungan Antara Ketersediaan Tutup pada Kontainer denganKejadian DBD .............................................................................. 58

    E. Hubungan Antara Frekuensi Pengurasan Kontainer denganKejadian DBD .............................................................................. 59

    F. Hubungan Antara Pengetahuan Responden tentang DBDDengan Kejadian DBD ................................................................ 60G. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 62

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ................................................................................... 64B. Saran ............................................................................................. 64

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 7/31/2019 j 410050022

    15/104

    xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Variabel Y ........................... 372. Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Ploso Tahun 2008 ......................... 423. Mata Pencaharian Penduduk Desa Ploso Tahun 2008 ................................ 434. Karakteristik Responden Menurut Umur dan Tingkat Pendidikan ............. 445. Distribusi Hasil Perhitungan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

    Kejadian DBD Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009 ........ 47

    6. Hubungan Antara Keberadaan JentikAedes aegypti pada Kontainerdengan Kejadian DBD ................................................................................ 48

    7. Hubungan Antara Kebiasaan Menggantung Pakaian denganKejadian DBD ............................................................................................. 49

    8. Hubungan Antara Ketersediaan Tutup pada Kontainer denganKejadian DBD ............................................................................................. 50

    9. Hubungan Antara Frekuensi Pengurasan Kontainer denganKejadian DBD ............................................................................................. 51

    10.Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Responden Tentang DBDDengan Kejadian DBD ............................................................................... 52

    11.Ringkasan Hasil Uji Bivariat Faktor-faktor yang Berhubungandengan Kejadian DBD Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan

    Tahun 2009 ................................................................................................. 53

  • 7/31/2019 j 410050022

    16/104

    xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Kerangka Teori ............................................................................................. 28

    2. Kerangka Konsep ......................................................................................... 29

  • 7/31/2019 j 410050022

    17/104

    xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden2. Kuesioner Pengumpulan Data3. Lembar Pemeriksaan Jentik4. Surat Ijin Mencari Data di Puskesmas Tanjungsari Pacitan5. Surat Ijin Peminjaman Profil Kelurahan Ploso6. Surat Ijin Penelitian7.

    Analisis Data

    8. Dokumentasi Penelitian

  • 7/31/2019 j 410050022

    18/104

    xv

    DAFTAR SINGKATAN

    Bti :Bacillus thuringiensis var israeliensis

    CFR : Case Fatality Rate

    DBD : Demam BerdarahDengue

    DD : DemamDengue

    DHF :Dengue Hemorrhagic Fever

    IR :Incidence Rate

    JUMANTIK : Juru Pemantau Jentik

    KK : Kepala Keluarga

    KLB : Kejadian Luar Biasa

    PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk

    P2M : Pemberantasan Penyakit Menular

    P2PL : Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

    TPA : Tempat Penampungan Air

    3M : Menguras, Mengubur, Menutup

  • 7/31/2019 j 410050022

    19/104

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangPenyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atauDengue Hemorrhagic

    Fever (DHF) sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan

    masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah pasien serta

    semakin luas penyebarannya. Penyakit DBD ini ditemukan hampir di seluruh

    belahan dunia terutama di negaranegara tropik dan subtropik, baik sebagai

    penyakit endemik maupun epidemik. Hasil studi epidemiologik menunjukkan

    bahwa DBD menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur sekitar 15

    tahun. Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue biasanya terjadi di daerah endemik

    dan berkaitan dengan datangnya musim hujan, sehingga terjadi peningkatan

    aktifitas vektor dengue pada musim hujan yang dapat menyebabkan terjadinya

    penularan penyakit DBD pada manusia melalui vektor Aedes. Sehubungan

    dengan morbiditas dan mortalitasnya, DBD disebut the most mosquito

    transmitted disease (Djunaedi, 2006).

    Penyakit DBD di Indonesia pertama kali terjadi di Surabaya pada

    tahun 1968, dan di Jakarta dilaporkan pada tahun 1969. Pada tahun 1994 kasus

    DBD menyebar ke 27 provinsi di Indonesia. Sejak tahun 1968 angka kesakitan

    kasus DBD di Indonesia terus meningkat, tahun 1968 jumlah kasus DBD

    sebanyak 53 orang (Incidence Rate (IR) 0.05/100.000 penduduk) meninggal

    24 orang (42,8%). Pada tahun 1988 terjadi peningkatan kasus sebanyak 47.573

  • 7/31/2019 j 410050022

    20/104

    2

    orang (IR 27,09/100.000 penduduk) dengan kematian 1.527 orang (3,2%)

    (Hadinegoro dan Satari, 2002). Jumlah kasus DBD cenderung menunjukkan

    peningkatan baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit, dan

    secara sporadis selalu terjadi KLB. KLB terbesar terjadi pada tahun 1988

    dengan IR 27,09/100.000 penduduk, tahun 1998 dengan IR 35,19/100.000

    penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) 2 %, pada tahun 1999 IR menurun

    sebesar 10,17/100.000 penduduk (tahun 2002), 23,87/100.000 penduduk

    (tahun 2003) (Kusriastusi, 2005).

    Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, seperti DBD masih menjadi

    masalah kesehatan masyarakat di Provinsi Jawa Timur baik di perkotaan

    maupun di pedesaan. Pada beberapa tahun terakhir, penyakit yang ditularkan

    oleh nyamuk cenderung mengalami peningkatan jumlah kasus maupun

    kematiannya. Seperti KLB, DBD secara nasional juga menyebar di beberapa

    kabupaten/kota di Jawa Timur. Penyebaran kasus DBD di Jawa Timur

    terdapat di 38 kabupaten/kota (semua kabupaten/kota) dan juga di beberapa

    kecamatan atau desa yang ada di wilayah perkotaan maupun di pedesaan.

    Jumlah kasus dan kematian akibat penyakit DBD di Jawa Timur selama 5

    tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 dan 2004

    terjadi lonjakan kasus yang cukup drastis, yaitu tahun 2001 sebanyak 8246

    kasus (IR 23,50/100.000 penduduk), dan tahun 2004 (sampai dengan Mei)

    sebanyak 7180 kasus (IR 20,34/100.000 penduduk). Berdasarkan penyebaran

    kasus DBD di Jawa Timur, Kabupaten Pacitan termasuk salah satu daerah

    penyebaran kasus DBD dengan IR

  • 7/31/2019 j 410050022

    21/104

    3

    Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan tahun 2007

    kasus DBD di daerah tersebut dari tahun ke tahun cenderung mengalami

    peningkatan. Pada tahun 2007 KLB DBD terjadi di semua Kecamatan yang

    ada di wilayah Kabupaten Pacitan, dan kasus terbanyak terjadi di Kecamatan

    Pacitan pada wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari. Dalam profil dinas

    kesehatan disebutkan jumlah kasus DBD dalam 3 tahun terakhir mengalami

    peningkatan. Pada tahun 2005 ditemukan 82 kasus, tahun 2006 ditemukan 156

    kasus, pada tahun 2007 ditemukan 362 kasus dan pada tahun 2008 ditemukan

    449 kasus. Pada tahun 2007 jumlah kematian akibat penyakit DBD ditemukan

    sebanyak 2 orang, attack rate 0,07%, CFR 0,55% dan pada tahun 2008 jumlah

    kematian ditemukan sebanyak 4 orang, attack rate 0,083% dan CFR 0,75%.

    Dari standar WHO, sebuah daerah dapat dikatakan baik penanganan kasus

    DBD bila nilai CFR-nya di bawah 1%. Jadi penanganan kasus DBD di

    Kabupaten Pacitan dapat dikatakan baik. Sesuai dengan indikator keberhasilan

    propinsi Jawa Timur untuk angka kesakitan DBD per-100.000 penduduk

    adalah 5 (Dinkes Jatim, 2006).

    Berdasarkan data penyebaran kasus DBD per desa dari Dinas

    Kesehatan Pacitan selama 3 tahun terakhir jumlah kasus DBD di Puskesmas

    Tanjungsari terus mengalami peningkatan, mulai dari tahun 2006 ditemukan

    sebanyak 72 kasus, tahun 2007 sebanyak 132 kasus dan tahun 2008 ditemukan

    kasus DBD sebanyak 218 kasus. Wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari yang

    melayani 15 desa/kelurahan merupakan daerah dengan jumlah kasus DBD

    terbanyak tiap tahunnya. Dari 15 desa/kelurahan terdapat 3 desa yang selama

  • 7/31/2019 j 410050022

    22/104

    4

    3 tahun terakhir mengalami peningkatan jumlah kasus DBD nya yaitu

    Kelurahan Tanjungsari pada tahun 2005 ditemukan 1 kasus, tahun 2006

    ditemukan 25 kasus, tahun 2007 ditemukan 22 kasus dan tahun 2008

    ditemukan 14 kasus; Kelurahan Pacitan pada tahun 2005 ditemukan 1 kasus,

    tahun 2006 ditemukan 5 kasus, tahun 2007 ditemukan 19 kasus dan tahun

    2008 ditemukan 45 kasus; dan Kelurahan Ploso tahun 2005 tidak ada kasus,

    tahun 2006 ditemukan 10 kasus, tahun 2007 ditemukan 32 kasus dan tahun

    2008 ditemukan 37 kasus.

    Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa kelurahan dengan

    jumlah kasus DBD paling banyak tiap tahunnya adalah Kelurahan Ploso.

    Melihat jumlah kasus DBD 3 tahun terakhir di Kelurahan Ploso yang selalu

    meningkat, hal ini disebabkan karena lokasi rumah warga yang dekat pasar,

    lingkungan sekitar rumah yang dekat dengan kebun, masyarakat masih terlihat

    membuang sampah sembarangan, peran serta masyarakat dalam pelaksanaan

    PSN kurang (JUMANTIK tidak berjalan), kurangnya penyuluhan tentang

    DBD. Sehingga dapat digambarkan bahwa perilaku masyarakat Ploso

    khususnya kepala keluarga kurang memperhatikan kebersihan lingkungan dan

    belum melakukan pencegahan serta pemberantasan sarang nyamuk (PSN-

    DBD) dengan mengendalikan nyamuk vektorAedes aegypti.

    Dari beberapa faktor lingkungan yang ada di kelurahan Ploso peneliti

    ingin meneliti lebih lanjut mengenai beberapa faktor lain yang berhubungan

    dengan kejadian DBD di kelurahan Ploso yang meliputi keberadaan jentik

    Aedes aegypti pada kontainer, kebiasaan menggantung pakaian, ketersediaan

  • 7/31/2019 j 410050022

    23/104

    5

    tutup pada kontainer, frekuensi pengurasan kontainer dan pengetahuan

    responden tentang DBD, sehingga dapat membantu dalam menurunkan

    jumlah kesakitan dan kematian akibat penyakit DBD serta membantu

    masyarakat untuk lebih memperhatikan faktor-faktor apa saja yang bisa

    menjadi penyebab penularan penyakit DBD.

    B. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah:

    1. Adakah hubungan antara keberadaan jentikAedes aegypti pada kontainerdengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan?

    2. Adakah hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadianDBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan?

    3. Adakah hubungan antara ketersediaan tutup pada kontainer dengankejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan?

    4. Adakah hubungan antara frekuensi pengurasan kontainer dengan kejadianDBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan?

    5.

    Adakah hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD dengan

    kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan?

    C. Tujuan Penelitian1. Untuk mengetahui hubungan antara keberadaan jentikAedes aegypti pada

    kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

  • 7/31/2019 j 410050022

    24/104

    6

    2. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan menggantung pakaiandengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

    3. Untuk mengetahui hubungan antara ketersediaan tutup pada kontainerdengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

    4. Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi pengurasan kontainerdengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

    5. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan responden tentang DBDdengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

    D. Manfaat Penelitian1. Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan

    Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam pemecahan

    masalah pada program kesehatan bidang penyakit menular, khususnya

    masalah pencegah penyakit DBD agar dapat dijadikan sebagai monitoring

    dan evaluasi program pemberantasan penyakit menular (P2M).

    2. Bagi MasyarakatSebagai dasar pengetahuan dan pemikiran serta menjadi informasi

    dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD.

    3. Bagi Peneliti lainMenambah pengetahuan dan pengalaman khusus dalam melakukan

    penelitian ilmiah terhadap beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya

    peningkatan kasus DBD.

  • 7/31/2019 j 410050022

    25/104

    7

    E. Ruang Lingkup PenelitianRuang lingkup materi dalam penelitian ini dibatasi pada pembahasan

    mengenai beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD yang

    meliputi keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer, kebiasaan

    menggantung pakaian, ketersediaan tutup pada kontainer, frekuensi

    pengurasan kontainer dan pengetahuan responden tentang DBD terhadap

    kejadian DBD.

  • 7/31/2019 j 410050022

    26/104

    8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Definisi Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)Penyakit DBD atau DHF ialah penyakit yang disebabkan oleh virus

    dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamukAedes aegypti dan Aedes

    albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok

    Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas

    permukaan air laut (Kristina et al, 2004).

    Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus

    dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan

    demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu,

    gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan dikulit berupa bintik

    perdarahan, lebam/ruam. Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah,

    kesadaran menurun atau shock(Depkes RI, 1992).

    B. Etiologi DBDPenyakit Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)

    disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthopod Borne Virus

    (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili

    Flaviviricae, dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-3,

    DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap

    serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap

  • 7/31/2019 j 410050022

    27/104

    9

    serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan

    yang memadai terhadap serotipe lain. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe

    yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik

    yang berat (Hadinegoro et al, 2001).

    C. Vektor Penular Penyakit DBDVektor penyakit DBD adalah nyamuk jenis Aedes aegypti dan Aedes

    albopictus terutama bagi Negara Asia, Philippines dan Jepang, sedangkan

    nyamuk jenis Aedes polynesiensis, Aedes scutellaris dan Aedes

    pseudoscutellaris merupakan vektor di negara-negara kepulauan Pasifik dan

    New Guinea. Vektor DBD di Indonesia adalah nyamuk Aedes (Stegomya)

    aegypti dan albopictus (Djunaedi, 2006).

    D. Ciri-ciri NyamukAedes aegyptiMenurut Nadezul (2007), nyamukAedes aegypti telah lama diketahui

    sebagai vektor utama dalam penyebaran penyakit DBD, adapun ciri-cirinya

    adalah sebagai berikut:

    1.

    Badan kecil berwarna hitam dengan bintik-bintik putih.

    2. Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter.3. Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan.4. menghisap darah pada pagi hari sekitar pukul 09.00-10.00 dan sore hari

    pukul 16.00-17.00.

  • 7/31/2019 j 410050022

    28/104

    10

    5. Nyamuk betina menghisap darah unuk pematangan sel telur, sedangkannyamuk jantan memakan sari-sari tumbuhan.

    6. Hidup di genangan air bersih bukan di got atau comberan.7. Di dalam rumah dapat hidup di bak mandi, tempayan, vas bunga, dan

    tempat air minum burung.

    8. Di luar rumah dapat hidup di tampungan air yang ada di dalam drum, danban bekas.

    E. Tanda dan Gejala Penyakit DBDDiagnosa penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan kriteria diagnosa

    klinis dan laboratoris. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD yang dapat

    dilihat dari penderita kasus DBD dengan diagnosa klinis dan laboratoris :

    1. Diagnosa Klinisa. Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (3840 C).b. Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji Tourniquet positif , Petekie

    (bintik merah pada kulit), Purpura(pendarahan kecil di dalam kulit),

    Ekimosis, Perdarahan konjungtiva (pendarahan pada mata), Epistaksis

    (pendarahan hidung), Perdarahan gusi, Hematemesis (muntah darah),

    Melena (BAB darah) dan Hematuri (adanya darah dalam urin).

    c. Perdarahan pada hidung dan jusi.d. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada

    kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

    e. Pembesaran hati (hepatomegali).

  • 7/31/2019 j 410050022

    29/104

    11

    f. Renjatan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg ataukurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.

    g. Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnyaselera makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit

    kepala.

    2. Diagnosa Laboratorisa. Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan

    trombosit hingga 100.000 /mmHg.

    b. Hemokonsentrasi, meningkatnya hematrokit sebanyak 20% atau lebih(Depkes RI, 2005).

    F. Penularan Penyakit DBDPenularan penyakit DBD memiliki tiga faktor yang memegang peranan

    pada penularan infeksi virus, yaitu manusia, virus dan vektor perantara

    (Hadinegoro et al, 2001). Lebih jelasnya Depkes RI, 2005 menjelaskan

    mekanisme penularan penyakit DBD dan tempat potensial penularannya.

    1. Mekanisme Penularan DBD

    Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue

    merupakan sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah

    selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita DBD

    digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk

    ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri

    dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk, termasuk di dalam

  • 7/31/2019 j 410050022

    30/104

    12

    kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah menghisap darah penderita,

    nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi

    ekstrinsik). Virus ini akan berada dalam tubuh nyamuk sepanjang

    hidupnya. Oleh karena itu, nyamukAedes aegypti yang telah menghisap

    virus dengue menjadi penular sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi

    karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelumnya menghisap

    darah akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis), agar

    darah yang dihisap tidak membeku. Bersamaan air liur tersebut virus

    dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain

    2. Tempat potensial bagi penularan DBDPenularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat

    nyamuk penularnya. Oleh karena itu tempat yang potensial untuk terjadi

    penularan DBD adalah:

    a. Wilayah yang banyak kasus DBD (rawan/endemis).b. Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orang-

    orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan

    terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue yang cukup besar

    seperti: sekolah, RS/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan

    lainnya, tempat umum lainnya (hotel, pertokoan, pasar, restoran,

    tempat ibadah dan lain-lain).

    c. Pemukiman baru di pinggir kota, penduduk pada lokasi ini umumnyabarasal dari berbagai wilayah maka ada kemungkinan diantaranya

  • 7/31/2019 j 410050022

    31/104

    13

    terdapat penderita yang membawa tipe virus dengue yang berbeda dari

    masing-masing lokasi.

    G. Bionomik VektorBionomik vektor meliputi kesenangan tempat perindukan nyamuk,

    kesenangan nyamuk menggigit dan kesenangan nyamuk istirahat.

    1. Kesenangan tempat perindukan nyamukTempat perindukan nyamuk biasanya berupa genangan air yang

    tertampung disuatu tempat atau bejana. Nyamuk Aedes tidak dapat

    berkembangbiak digenangan air yang langsung bersentuhan dengan tanah.

    Macam-macam tempat penampungan air:

    a. Tempat penampungan air (TPA), untuk keperluan sehari-hari seperti:drum, bak mandi/WC, tempayan, ember dan lain-lain

    b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti:tempat minuman burung, vas bunga, ban bekas, kaleng bekas, botol

    bekas dan lain-lain

    c. Tempat penampungan air alamiah seperti: lubang pohon, lubang batu,pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu dan

    lain-lain (Depkes RI, 1992).

    2. Kesenangan nyamuk menggigitNyamuk betina biasa mencari mangsanya pada siang hari.

    Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan

    puncak aktivitasnya antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. Berbeda

  • 7/31/2019 j 410050022

    32/104

    14

    dengan nyamuk yang lainnya, Aedes aegypti mempunyai kebiasaan

    menghisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus

    gonotropik untuk memenuhi lambungnya dengan darah.

    3. Kesenangan nyamuk istirahatNyamukAedes hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang di luar

    rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya, biasanya di

    tempat yang agak gelap dan lembab. Di tempat-tempat tersebut nyamuk

    menunggu proses pematangan telur. Setelah beristirahat dan proses

    pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakan telurnya di

    dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di atas permukaan air. Pada

    umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu 2 hari setelah

    telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan

    telur sebanyak 100 butir. Telur tersebut dapat bertahan sampai berbulan-

    bulan bila berada di tempat kering dengan suhu -2C sampai 42C, dan bila

    di tempat tersebut tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur

    dapat menetas lebih cepat (Depkes RI, 2005).

    H.Epidemiologi Penyakit DBD

    Timbulnya suatu penyakit dapat diterangkan melalui konsep segitiga

    epidemiologik, yaitu adanya agen (agent), hostdan lingkungan (environment).

    1. Agent(virus dengue)Agen penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari Genus

    Flavivirus (Arbovirus Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae.

  • 7/31/2019 j 410050022

    33/104

    15

    Dikenal ada empat serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan

    Den-4.

    Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama

    yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam

    masa tersebut penderita merupakan sumber penular penyakit DBD.

    2. HostHost adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue.

    Beberapa faktor yang mempengaruhi manusia adalah:

    a. UmurUmur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan

    terhadap infeksi virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang

    virus dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir. Saat

    pertama kali terjadi epdemi dengue di Gorontalo kebanyakan anak-

    anak berumur 1-5 tahun. Di Indonesia, Filipina dan Malaysia pada

    awal tahun terjadi epidemi DBD penyakit yang disebabkan oleh virus

    dengue tersebut menyerang terutama pada anak-anak berumur antara

    5-9 tahun, dan selama tahun 1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD

    menyerang anak-anak di bawah 15 tahun.

    b. Jenis kelaminSejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap

    serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di

    Philippines dilaporkan bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di

    Thailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan

  • 7/31/2019 j 410050022

    34/104

    16

    DBD antara laki-laki dan perempuan, meskipun ditemukan angka

    kematian yang lebih tinggi pada anak perempuan namun perbedaan

    angka tersebut tidak signifikan. Singapura menyatakan bahwa insiden

    DBD pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan.

    c. NutrisiTeori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan

    ada hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik

    mempengaruhi peningkatan antibodi dan karena ada reaksi antigen dan

    antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi virus dengue yang

    berat.

    d. PopulasiKepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah

    terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat

    akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut.

    e. Mobilitas pendudukMobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi

    penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi

    penyebaran epidemi dari QueenslandkeNew South Wales pada tahun

    1942 adalah perpindahan personil militer dan angkatan udara, karena

    jalur transportasi yang dilewati merupakan jalul penyebaran virus

    dengue (Sutaryo, 2005).

  • 7/31/2019 j 410050022

    35/104

    17

    3. Lingkungan (environment)Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue

    adalah:

    a. Letak geografisPenyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di

    berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak

    antara 30 Lintang Utara dan 40 Lintang Selatan seperti Asia

    Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar

    50-100 juta kasus setiap tahunnya (Djunaedi, 2006).

    Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18

    seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter

    berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan

    penyakit yang disebut penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts)

    kadang-kadang disebut demam sendi (knokkel koorts). Disebut

    demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari,

    disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai

    saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan

    masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang

    menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke

    negara lain (Hadinegoro dan Satari, 2002).

    b. MusimNegara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada

    musim panas, meskipun ditemukan kasus DBD sporadis pada musim

  • 7/31/2019 j 410050022

    36/104

    18

    dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim hujan,

    seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD

    terjadi beberapa minggu setelah musim hujan.

    Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim

    hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal

    tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit

    karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi.

    I. Cara-cara Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBDStrategi pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dapat

    dilakukan melalui beberapa cara yaitu:

    1. Cara pemutusan rantai penularanAda lima kemungkinan cara memutuskan rantai penularan DBD:

    a. Melenyapkan virus dengue dengan cara mengobati penderita. Tetapisampai saat ini belum ditemukan obat anti virus tersebut

    b. Isolasi penderita agar tidak digigit vektor sehingga tidak menularkankepada orang lain

    c.

    Mencagah gigitan nyamuk sehingga orang sehat tidak ditulari

    d. Memberikan imunisasi dengan vaksinasie. Memberantas vektor agar virus tidak ditularkan kepada orang lain.

  • 7/31/2019 j 410050022

    37/104

    19

    2. Cara pemberantasan terhadap jentikAedes aegyptiPemberantasan terhadap jentik nyamuk Aedes aegypti dikenal

    dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

    (PSN DBD) dilakukan dengan cara (Depkes RI, 2005).

    a. FisikCara ini dikenal dengan kegiatan 3M, yaitu: Menguras (dan

    menyikat) bak mandi, bak WC, dan lain-lain; Menutup tempat

    penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, dan lain-lain); dan

    Mengubur barang-barang bekas (seperti kaleng, ban, dan lain-lain).

    Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur

    sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat

    berkembangbiak di tempat itu. Pada saat ini telah dikenal pula istilah

    3M plus, yaitu kegiatan 3M yang diperluas. Bila PSN DBD

    dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk Aedes

    aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga penularan DBD tidak

    terjadi lagi. Untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat

    harus dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan, karena

    keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat.

    b. KimiaCara memberantas jentikAedes aegypti dengan menggunakan

    insektisida pembasmi jentik (larvasida) ini antara lain dikenal dengan

    istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan antara lain adalah

    temephos. Formulasi temephos yang digunakan adalah granules (sand

  • 7/31/2019 j 410050022

    38/104

    20

    granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (1 sendok makan

    rata) untuk tiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai

    efek residu 3 bulan.

    c. BiologiPemberantasan jentik nyamukAedes aegypti secara biologi dapat

    dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah,

    ikan gupi, ikan cupang atau tempalo, dan lain-lain). Dapat juga digunakan

    Bacillus thuringiensis var israeliensis (Bti).

    3. Cara pencegahana. Memberikan penyuluhan serta informasi kepada masyarakat untuk

    membersihkan tempat perindukan nyamuk dan melindungi diri dari

    gigitan nyamuk dengan memasang kawat kasa, perlindungan diri

    dengan pakaian dan menggunakan obat gosok anti nyamuk.

    b. Melakukan survei untuk mengetahui tingkat kepadatan vektor nyamuk,mengetahui tempat perindukan dan habitat larva dan membuat rencana

    pemberantasan sarang nyamuk serta pelaksanaannya.

    4. Penanggulangan wabaha. Menemukan dan memusnahkan spesies Aedes aegypti di lingkungan

    pemukiman, membersihkan tempat perindukan nyamuk atau taburkan

    larvasida di semua tempat yang potensial sebagai tempat perindukan

    larvaAedes Aegypti.

    b. Gunakan obat gosok anti nyamuk bagi orang-orang yang terpajan

    dengan nyamuk (Kandun, 2000).

  • 7/31/2019 j 410050022

    39/104

    21

    J. Faktor Penularan Penyakit DBDAda dua faktor yang menyebabkan penyebaran penularan penyakit

    DBD adalah :

    1. Faktor InternalFaktor internal meliputi ketahanan tubuh atau stamina seseorang.

    Jika kondisi badan tetap bugar kemungkinannya kecil untuk terkena

    penyakit DBD. Hal tersebut dikarenakan tubuh memiliki daya tahan cukup

    kuat dari infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, parasit, atau virus

    seperti penyakit DBD. Oleh karena itu sangat penting untuk meningkatkan

    daya tahan tubuh pada musim hujan dan pancaroba. Pada musim itu terjadi

    perubahan cuaca yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

    virus dengue penyebab DBD. Hal ini menjadi kesempatan jentik nyamuk

    berkembangbiak menjadi lebih banyak.

    2. Faktor EksternalFaktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar tubuh

    manusia. Faktor ini tidak mudah dikontrol karena berhubungan dengan

    pengetahuan, lingkungan dan perilaku manusia baik di tempat tinggal,

    lingkungan sekolah, atau tempat bekerja.

    Faktor yang memudahkan seseorang menderita DBD dapat dilihat

    dari kondisi berbagai tempat berkembangbiaknya nyamuk seperti di

    tempat penampungan air, karena kondisi ini memberikan kesempatan pada

    nyamuk untuk hidup dan berkembangbiak. Hal ini dikarenakan tempat

  • 7/31/2019 j 410050022

    40/104

    22

    penampungan air masyarakat indonesia umumnya lembab, kurang sinar

    matahai dan sanitasi atau kebersihannya (Satari dan Meiliasari, 2004).

    Menurut Suroso dan Umar (Tanpa tahun), nyamuk lebih menyukai

    benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti gorden, kelambu dan

    baju/pakaian. Maka dari itu pakaian yang tergantung di balik pintu

    sebaiknya dilipat dan disimpan dalam almari, karena nyamuk Aedes

    aegypti senang hinggap dan beristirahat di tempat-tempat gelap dan kain

    yang tergantung untuk berkembangbiak, sehingga nyamuk berpotensi

    untuk bisa mengigit manusia (Yatim 2007).

    Menurut Hadinegoro et al (2001), semakin mudah nyamukAedes

    menularkan virusnya dari satu orang ke orang lainnya karena pertumbuhan

    penduduk yang tinggi dapat meningkatkan kesempatan penyakit DBD

    menyebar, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali, tidak

    adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis,

    peningkatan sarana transportasi.

    Menurut penelitian Fathi, et al (2005) ada peranan faktor

    lingkungan dan perilaku terhadap penularan DBD, antara lain:

    1.Keberadaan jentik pada kontainer

    Keberadaan jentik pada container dapat dilihat dari letak, macam,

    bahan, warna, bentuk volume dan penutup kontainer serta asal air yang

    tersimpan dalam kontainer sangat mempengaruhi nyamukAedes betina

    untuk menentukan pilihan tempat bertelurnya. Keberadaan kontainer

    sangat berperan dalam kepadatan vektor nyamuk Aedes, karena

  • 7/31/2019 j 410050022

    41/104

    23

    semakin banyak kontainer akan semakin banyak tempat perindukan dan

    akan semakin padat populasi nyamukAedes. Semakin padat populasi

    nyamukAedes, maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD

    dengan waktu penyebaran lebih cepat sehingga jumlah kasus penyakit

    DBD cepat meningkat yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya

    KLB. Dengan demikian program pemerintah berupa penyuluhan

    kesehatan masyarakat dalam penanggulangan penyakit DBD antara lain

    dengan cara menguras, menutup, dan mengubur (3M) sangat tepat dan

    perlu dukungan luas dari masyarakat dalam pelaksanaannya.

    2. Kepadatan vektorKepadatan vektor nyamuk Aedes yang diukur dengan

    menggunakan parameter ABJ yang di peroleh dari Dinas Kesehatan

    Kota. Hal ini nampak peran kepadatan vektor nyamukAedes terhadap

    daerah yang terjadi kasus KLB. Sesuai dengan hasil penelitian yang

    dilakukan oleh para peneliti sebelumnya yang menyatakan bahwa

    semakin tinggi angka kepadatan vektor akan meningkatkan risiko

    penularan.

    3.Tingkat pengetahuan DBD

    Pengetahuan merupakan hasil proses keinginan untuk mengerti,

    dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terutama

    indera pendengaran dan pengelihatan terhadap obyek tertentu yang

    menarik perhatian terhadap suatu objek.

  • 7/31/2019 j 410050022

    42/104

    24

    Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan respons

    seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat

    terselubung, sedangkan tindakan nyata seseorang yang belum terwujud

    (overt behavior). Pengetahuan itu sendiri di pengaruhi oleh tingkat

    pendidikan, dimana pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada

    perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari

    pendidikan kesehatan, selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh

    pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran dari

    pendidikan.

    K. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian DBDHasil penelitian Duma et al (2007) tentang analisis faktor yang

    berhubungan dengan kejadian DBD di Kecamatan Baruga Kota Kendari

    menyatakan bahwa faktor pengetahuan, kebiasaan menggantung pakaian,

    kondisi TPA, kebersihan lingkungan berhubungan dengan kejadian DBD.

    Faktor TPA yang merupakan faktor paling berpengaruh dengan kejadian

    DBD.

    Menurut hasil penelitian Sumekar (2007) tentang faktor-faktor yang

    berhubungan dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Studi Kelurahan

    RajaBasa menyatakan bahwa Jentik nyamukAedes di kelurahan Rajabasa ada

    hubungannya dengan kejadian DBD, dan terdapat hubungan antara

    pelaksanaan PSN dan keberadaan jentik di TPA.

  • 7/31/2019 j 410050022

    43/104

    25

    Menurut hasil penelitian Widyana (1998), faktor-faktor risiko yang

    mempengaruhi kejadian DBD adalah:

    1. Kebiasaan menggantung pakaianKebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah merupakan

    indikasi menjadi kesenangan beristirahat nyamukAedes aegypti. Kegiatan

    PSN dan 3M ditambahkan dengan cara menghindari kebiasaan

    menggantung pakaian di dalam kamar merupakan kegiatan yang mesti

    dilakukan untuk mengendalikan populasi nyamukAedes aegypti, sehingga

    penularan penyakit DBD dapat dicegah dan dikurangi.

    2. Siklus pengurasan TPA > 1 minggu sekali.Salah satu kegiatan yang dianjurkan daelam pelaksanaan PSN adalah

    pengurasan TPA sekurang-kurangnya dalam frekuensi 1 minggu sekali

    3. TPA yang berjentik, halaman yang tidak bersih dan anak dengan golonganumur 5-9 tahun.

    Hasil penelitian Nugroho (1999) faktorfaktor yang mempengaruhi

    penyebaran virus dengue antara lain:

    1. Kepadatan nyamukKepadatan nyamuk merupakan faktor risiko terjadinya penularan

    DBD. Semakin tinggi kepadatan nyamukAedes aegypti, semakin tinggi

    pula risiko masyarakat untuk tertular penyakit DBD. Hal ini berarti apabila

    di suatu daerah yang kepadatan Aedes aegypti tinggi terdapat seorang

    penderita DBD, maka masyarakat sekitar penderita tersebut berisiko untuk

    tertular. Kepadatan nyamuk dipengaruhi oleh adanya kontainer baik itu

  • 7/31/2019 j 410050022

    44/104

    26

    berupa bak mandi, tempayan, vas bunga, kaleng bekas yang digunakan

    sebagai tempat perindukan nyamuk. Agar kontainer tidak menjadi tempat

    perindukan nyamuk maka harus di kuras satu minggu satu kali secara

    teratur dan mengubur barang bekas.

    2. Kepadatan rumahNyamukAedes aegypti merupakan nyamuk yang jarak terbangnya

    pendek (100 meter). Oleh karena itu nyamuk tersebut bersifat domestik.

    Apabila rumah penduduk saling berdekatan maka nyamuk dapat dengan

    mudah berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya. Apabila penghuni

    salah satu rumah ada yang terkena DBD, maka virus tersebut dapat

    ditularkan kepada tetangganya.

    3. Kepadatan hunian rumahNyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang sangat aktif

    mencari makan, nyamuk tersebut dapat menggigit banyak orang dalam

    waktu yang pendek. Oleh karena itu bila dalam satu rumah ada penghuni

    yang menderita DBD maka penghuni lain mempunyai risiko untuk tertular

    penyakit DBD.

    Menurut hasil penelitian yang dilakukan di Makasar tentang faktor-

    faktor yang berpengaruh terhadap kejadian DBD, peneliti menyimpulkan

    bahwa kejadian DBD dipengaruhi oleh (1) Faktor keadaan lingkungan

    yang meliputi kondisi fasilitas TPA, kemudahan memperoleh air bersih,

    pengetahuan masyarakat, kualitas pemukiman dan pendapat keluarga. (2)

    Faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian DBD adalah adanya

  • 7/31/2019 j 410050022

    45/104

    27

    kondisi fasilitas TPA yang baik yang disebabkan karena pengurasannya

    yang lebih dari satu minggu sekali, tidak ditutup rapat dan terdapatnya

    jentik pada fasilitas TPA (Arsin dan Wahiduddin, 2004).

  • 7/31/2019 j 410050022

    46/104

    28

    L. Kerangka Teori

    Gambar 1. Kerangka Teori

    Faktor internal :

    1. Ketahanan tubuh2. Stamina

    Manusia terinfeksi

    Penyakit DBD

    Virus

    Dengue

    NyamukAedes

    aegypti

    Lingkungan Sumber

    penular DBD

    Faktor eksternal :

    1. Kondisi tempat penampungan air2. Kebiasaan menggantung pakaian3. Frekuensi pengurasan kontainer4. Keberadaan jentik pada

    kontainer

    5. Ketersediaan tutup kontainer6. Kemudahan memperoleh air bersih7. Pengetahuan DBD masyarakat8. Kualitas pemukiman9. Pendapatan keluarga10.Pertumbuhan penduduk11.Urbanisasi12.Transportasi13.Kepadatan vektor

  • 7/31/2019 j 410050022

    47/104

    29

    M.Kerangka KonsepVariabel Bebas Variabel Terikat

    Gambar 2. Kerangka Konsep

    N. HipotesisHipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

    berikut:

    1. Ada hubungan antara keberadaan jentikAedes aegypti pada kontainerdengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

    2. Ada hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadianDBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

    3.

    Ada hubungan antara ketersediaan tutup pada kontainer dengan kejadian

    DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

    4. Ada hubungan antara frekuensi pengurasan kontainer dengan kejadianDBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

    5. Ada hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD dengankejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

    Pengetahuan responden tentang DBD

    Frekuensi pengurasan kontainer

    Ketersediaan tutup pada kontainer

    Kebiasaan menggantung pakaian

    Kejadian DBD

    Keberadaan jentik Aedes aegypti pada

    kontainer

  • 7/31/2019 j 410050022

    48/104

    30

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan PenelitianJenis penelitian yang dilakukan adalah observasional dengan

    menggunakan metode survei dan wawancara dengan pendekatan cross

    sectional study, yaitu rancangan studi epidemiologi yang mempelajari

    hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati

    status paparan dan penyakit pada individu-individu dari populasi tunggal pada

    satu saat atau periode (Murti, 1997).

    B. Subjek PenelitianSubjek dalam penelitian ini adalah Ibu rumah tangga yang memenuhi

    kriteria inklusi sebagai berikut:

    1. Ibu rumah tangga yang bertempat tinggal dan tercatat sebagai penduduk diwilayah Kelurahan Ploso.

    2. Dapat berkomunikasi dengan baik.3.

    Bersedia menjadi responden.

    C. Lokasi dan Waktu Penelitian1. Lokasi penelitian di wilayah Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.2. Waktu penelitian pada bulan Agustus 2009.

  • 7/31/2019 j 410050022

    49/104

    31

    D. Populasi dan Sampel1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang sesuai

    dengan kriteria inklusi dengan jumlah sebanyak 441 orang.

    2. SampelSampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi

    (Santoso, 2005). Menurut Kothari dalam Murti (2006), rumus ukuran

    sampel untuk menaksir proporsi sebuah populasi sebagai berikut:

    n =qpZNd

    qpZN

    ..)1(

    ...2

    2/1

    2

    2

    2/1

    Dimana:

    n = Ukuran sampel

    N = Besar sampel populasi sasaran

    p = Perkiraan proporsi (prevalensi) variabel dependen pada populasi

    q = 1- p

    Z a1 = Statistik Z (misalnya Z = 1,96 untuk = 0,05)

    d = Delta, presisi absolut atau margin of error yang diinginkan di

    kedua sisi proporsi (misalnya 10%)

    Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel pada penelitian ini

    adalah :

  • 7/31/2019 j 410050022

    50/104

    32

    n =33,0.67,0.)96,1()1441.()1,0(

    33.0.67,0.)96,1.(44122

    2

    =24937776,5

    575592,374

    = 3561891,71

    Jadi sampel yang diambil adalah sebanyak 75 ibu rumah tangga di

    Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan. Kelurahan Ploso terdiri dari 3 RW

    dan 13 RT dan setiap RT jumlah kepala keluarganya berbeda-beda.

    3. Teknik Pengambilan SampelTeknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

    Simple Random Sampling, yaitu metode pengambilan sampel secara acak

    sederhana dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama

    besar untuk terpilih sebagai sampel (Sugiarto, et al. 2001).

    Langkah-langkah pengambilan sampel yaitu dengan membuat

    undian sejumlah ibu rumah tangga yang ada di Kelurahan Ploso sebanyak

    441, kemudian dari jumlah tersebut di kocok dan diambil 75 ibu rumah

    tangga yang kemudian dijadikan sampel pada saat penelitian.

  • 7/31/2019 j 410050022

    51/104

    33

    E. Variabel PenelitianPenelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

    1. Variabel bebas: keberadaan jentik pada kontainer, kebiasaan menggantungpakaian, ketersediaan tutup pada kontainer, frekuensi pengurasan

    kontainer dan pengetahuan responden tentang DBD.

    2. Variabel terikat: kejadian DBD.

    F. Definisi Operasional Variabel1. Keberadaan jentik pada kontainer

    Deskripsi: Ada atau tidaknya jentik dalam tempat penampungan air di

    setiap rumah yang diperiksa.

    Cara pengukuran: Lembar observasi berdasarkan keberadaan jentik pada

    kontainer.

    Skala: Nominal

    Kategori: 1. Tidak ada jentik

    2. Ada jentik

    2. Kebiasaan menggantung pakaianDeskripsi: Praktek sehari-hari responden dalam menggantung pakaian di

    dalam rumah (bukan di dalam almari).

    Cara pengukuran: Pemeriksaan tempat responden menggantung pakaian

    di dalam rumah (bukan di almari).

    Skala: Nominal

  • 7/31/2019 j 410050022

    52/104

    34

    Kategori: 1. Tidak biasa menggantung

    2. Biasa menggantung

    3. Ketersediaan tutup pada kontainerDeskripsi: terdapat tutup atau tidaknya tutup pada kontainer.

    Cara pengukuran: Pemeriksaan ada atau tidak tutup kontainer.

    Skala: Nominal

    Kategori: 1. Tidak ada tutup

    2. Ada tutup

    4. Frekuensi pengurasan kontainerDeskripsi: Angka yang menunjukkan berapa kali responden

    membersihkan /menguras kontainer dalam ukuran waktu 1

    minggu.

    Cara pengukuran:Wawancara

    Skala: Nominal

    Kategori: 1. < 1 kali dalam 1 minggu

    2. > 1kali dalam 1 minggu

    5. Pengetahun responden tentang DBDDeskripsi: Pemahaman responden tentang demam berdarah yang meliputi

    pengertian, tanda dan gejala, cara penularan, pemberantasan,

    vektor penular dan kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang

    Nyamuk).

    Cara pengukuran: Wawancara

    Skala: Nominal

  • 7/31/2019 j 410050022

    53/104

    35

    Kategori: 1. Kurang (jika nilai rata-rata < 50%)

    2. Baik (jika nilai rata-rata > 50%)

    6. Kejadian DBDDeskripsi: Keadaan dimana responden pernah terkena penyakit DBD yang

    ada di Kelurahan Ploso.

    Cara pengukuran: Wawancara

    Skala: Nominal

    Kategori: 1. Tidak pernah sakit

    2. Pernah sakit

    G. Pengumpulan Data1. Jenis Data

    Jenis data yang akan dikumpulkan dan dianalisis berupa data

    kualitatif yaitu skor dari variabel yang diteliti, meliputi keberadaan jentik

    pada kontainer, kebiasaan menggantung pakaian, ketersediaan tutup pada

    kontainer, frekuensi pengurasan kontainer dan tingkat pengetahuan

    responden tentang DBD terhadap kejadian DBD.

    2. Sumber Dataa. Data Primer

    Data primer diperoleh dari survei ke lokasi di Kelurahan Ploso

    Kecamatan Pacitan dan wawancara langsung kepada responden dengan

  • 7/31/2019 j 410050022

    54/104

    36

    menggunakan pedoman wawancara semi terstruktur dan disesuaikan

    dengan tujuan penelitian.

    b. Data Sekunder

    Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Tanjungsari maupun data

    yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, serta data

    penduduk atau monografi yang diperoleh dari Kelurahan Ploso.

    3. Cara Pengumpulan DataCara pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan

    pengamatan secara langsung pada kontainer serta observasi untuk

    mengetahui faktor lingkungan di rumah responden.

    4. Instrumen PenelitianInstrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    a. Kuesioner berupa sejumlah pertanyaan yang telah disediakan olehpeneliti, melalui wawancara langsung dan pengisian kuesioner

    pengamatan langsung terhadap faktor lingkungan. Kuesioner diuji

    dengan uji validitas dan reliabilitas.

    1) Uji validitasSifat valid memberikan pengertian bahwa alat ukur yang

    digunakan mampu memberikan nilai yang sesungguhnya dari nilai

    yang diinginkan. Instrumen uji validitas menggunakan uji korelasi

    product moment person (Muhidin dan Abdurahman, 2007).

  • 7/31/2019 j 410050022

    55/104

    37

    Rumus korelasiproduct moment person

    rxy = 2222 )()(

    )()(

    YYNXXN

    YXXYN

    Dimana :

    rxy : korelasi antara variabel x dan y

    X dan Y : Skor masing-masing skala

    N : Banyaknya subjek

    Tabel 1. Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Variabel Y

    Besar rxy Keterangan

    0,00 - < 0,20 Hubungan sangat lemah (diabaikan,

    dianggap tidak ada)

    > 0,20 - < 0,40 Hubungan rendah

    > 0,40 - < 0,70 Hubungan sedang

    > 0,70 - < 0,90 Hubungan kuat

    > 0,90 - < 1,00 Hubungan sangat kuat

    Hasil uji kuesioner dilaksanakan di luar sampel penelitian,

    selanjutnya uji validitasnya menggunakan uji korelasi product

    moment. Suatu item dinyatakan valid jika nilai korelasi product

    momentyang dihasilkan lebih besar dari nilai r tabel 0.444 dengan

    jumlah sampel N=25 dan signifikasinya 5%. Hasil uji validitas

    menyatkan bahwa nilai rata-rata rxy = 0.527, karena rxy > 0.444

    maka kuesioner tersebut dikatakan valid.

  • 7/31/2019 j 410050022

    56/104

    38

    2) ReliabilitasReliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana

    suatu alat ukur dapat dipercaya dengan menunjukkan hasil

    pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali

    atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama.

    Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alfa

    Cronbach.

    RumusAlfa Cronbach :

    r11 =

    2

    2

    11

    t

    i

    k

    k

    Keterangan :r11 : reliabilitas instrumen

    k : banyaknya bulir soal

    2

    i : jumlah varians bulir

    2

    t : Varians total

    Standar reliabilitas adalah jika nilai hitung r lebih besar (>)

    dari nilai tabel r (0,444), maka instrumen dinyatakan reliabel

    (Muhidin dan Abdurahman, 2007).

    Hasil uji reliabilitas kuesioner menunjukkan r11= 0.484

    sehingga di nyatakan reliabel dan memiliki hubungan yang sangat

    kuat.

    b. Senter untuk memeriksa jentik pada kontainer dan formulirpemerikasaan jentik.

  • 7/31/2019 j 410050022

    57/104

    39

    H. Jalannya Penelitian1. Peneliti melakukan studi pendahuluan ke Puskesmas Tanjungsari Pacitan

    dan DKK Kabupaten Pacitan mencari tahu desa dengan jumlah kasus

    DBD tertinggi selama 3 tahun terakhir dari data kasus DBD.

    2. Peneliti datang ke desa dengan jumlah kasus DBD-nya tinggi yaitu DesaPloso, lalu mencari data monografi dan data jumlah Ibu rumah tangga dan

    KK masing-masing RT di Desa Ploso. Peneliti meminta ijin ke kelurahan

    untuk melakukan penelitian kepada ibu rumah tangga yang ada di

    kelurahan ploso dengan jumlah sampel 75 responden.

    3. Penelitian dilakukan dengan wawancara kepada responden dan observasi.Setelah selesai dilakukan penelitian, peneliti merekap hasil kuesioner dan

    observasi untuk dilakukan analisis data.

    I. Pengolahan DataData yang dikumpulkan kemudian diolah menggunakan program SPSS

    versi 14.0. Tahap-tahap pengelolahan data adalah sebagai berikut:

    a. Editing, yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk ditelitikelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi maupun kesalahan

    antar jawaban pada kuesioner.

    b. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan prosespengolahan data.

    c. Entry, yaitu memasukkan data untuk diolah menggunakan komputer.

  • 7/31/2019 j 410050022

    58/104

    40

    d. Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan ditelitiagar mudah dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisis

    (Budiarto, 2001).

    J. Analisis Dataa. Analisis Univariat

    Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi

    frekuensi masing-masing variabel, baik variabel bebas, variabel terikat dan

    karakteristik responden.

    b. Analisis BivariatAnalisis bivariat dilakukan dengan uji chi square untuk

    mengetahui hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel

    bebas dengan variabel terikat. Dasar pengambilan hipotesis penelitian

    berdasarkan pada tingkat signifikan (nilai p), yaitu:

    1) Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.2) Jika nilai p 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.

  • 7/31/2019 j 410050022

    59/104

    41

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian1. Keadaan geografi

    Desa Ploso terletak di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan,

    Provinsi Jawa Timur. Batas Desa Ploso adalah sebelah utara berbatasan

    dengan Desa Baleharjo, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra

    Indonesia, sebelah timur berbatasan dengan Desa Sirnoboyo, dan sebelah

    barat berbatasan dengan Desa Sidoharjo. Desa Ploso memiliki 8 dusun

    yaitu Dusun Blumbang, Dusun Temon, Dusun Kebon, Dusun Krajan lor,

    Dusun Krajan Kidul, Dusun Peden, Dusun Ngampel, dan Dusun Barean.

    Desa Ploso memiliki luas wilayah penggunaan yaitu pemukiman

    79,75ha/m2

    , luas persawahan 103,02 ha/m2, luas perkebunan 81 ha/m

    2,

    luas kuburan 0,5 ha/m2, luas pekarangan, 60,100 ha/m

    2, luas perkantoran

    0,5 ha/m2

    , dan luas prasarana umum 0,13 ha/m2.

    2. Keadaan demografia. Jumlah penduduk

    Desa Ploso terdiri dari 1.758 KK dengan jumlah penduduk

    sebanyak 6.415 jiwa, dengan perincian jumlah penduduk laki-laki

  • 7/31/2019 j 410050022

    60/104

    42

    sebanyak 3.128 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 3287

    jiwa.

    b. Tingkat pendidikanDistribusi tingkat pendidikan penduduk Desa Ploso sebagian

    besar telah mengenyam pendidikan dasar 9 tahun, yaitu pada

    pendidikan SLTA sebanyak 2866 orang (51%) dan SLTP sebanyak

    740 orang (13%). Data mengenai tingkat pendidikan penduduk Desa

    Ploso selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Ploso Tahun 2008

    No. PendidikanJumlah

    (orang)%

    1. Tamat SD/Sederajat 562 10

    2. Tamat SLTP/Sederajat 740 133. Tamat SLTA/Sederajat 2866 51

    4. Tamat Perguruan Tinggi/Akademi 1505 27

    Jumlah 5673 100

    Sumber : data demografi Kelurahan Ploso (2008)

    c. Mata pencaharianDistribusi penduduk Desa Ploso menurut pekerjaan nampak

    bahwa sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani yaitu sebanyak

    3475 orang (69,61%). Data mengenai mata pencaharian penduduk di

    Desa Ploso selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

  • 7/31/2019 j 410050022

    61/104

    43

    Tabel 3. Mata Pencaharian Penduduk Desa Ploso Tahun 2008

    No. Mata Pencaharian Jumlah(orang)

    %

    1. Petani 3475 69,61

    2. Buruh tani 200 4,01

    3. Pegawai Negeri 573 11,48

    4. TNI/ Polri 22 1,10

    5. Pensiunan 120 2,40

    6. Pedagang 136 2,72

    7. Pengusaha / Industri 24 1,60

    8. Buruh Industri 135 2,70

    9. Pengangkutan / Transportasi 62 123,00

    10 Lain-lain 156 3,13

    Jumlah 4903 100

    Sumber : data demografi Kelurahan Ploso (2008)

    B. Hasil Analisis UnivariatVariabel yang diteliti pada penelitian ini adalah beberapa faktor yang

    berhubungan dengan kejadian DBD di Desa Ploso Kecamatan Pacitan tahun

    2009. Data tentang variabel yang diteliti diambil dengan melakukan

    wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner dan melakukan

    observasi disetiap tempat penampungan air yang ada di setiap rumah

    responden. Sampel sebanyak 75 ibu rumah tangga di Kelurahan Ploso

    Kecamatan Pacitan. Kelurahan Ploso terdiri dari 3 RW dan 13 RT dan setiap

    RT jumlah kepala keluarganya berbeda-beda.

    Sebelum dilakukan pembahasan pada setiap variabel penelitian,

    terlebih dahulu didiskripsikan karakteristik personal responden yang meliputi

    umur dan tingkat pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data

    sebagai berikut:

  • 7/31/2019 j 410050022

    62/104

    44

    1. Karakteristik Respondena. Umur responden

    Responden rata-rata berumur 36 tahun dengan usia termuda adalah 22

    tahun dan usia tertua umur 62 tahun.

    b. Tingkat pendidikan respondenTingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SLTA sebanyak

    30 orang (40%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada Tabel 4.

    Tabel 4. Karakteristik Responden Menurut Umur dan Tingkat

    Pendidikan

    Karakteristik Frekuensi Persen (%)

    a. Umur

    20-30 tahun

    31-40 tahun

    >40 tahun

    Jumlah

    18

    29

    28

    75

    24.00

    38.67

    37.33

    100

    b. Tingkat Pendidikan

    SD

    SLTP

    SLTA

    Perguruan Tinggi

    Jumlah

    9

    26

    30

    10

    75

    12.00

    34.67

    40.00

    13.33

    100

    2. Keberadaan JentikAedes aegypti Pada KontainerHasil penelitian mengenai pemeriksaan jentikAedes aegypti pada

    kontainer diperoleh dari penghitungan jumlah kontainer seperti di bak

    mandi, drum, tempayan dan lain-lain. Setelah dilakukan perhitungan

  • 7/31/2019 j 410050022

    63/104

    45

    dengan kontainer indek diperoleh hasil bahwa rumah responden yang

    terdapat jentik sebesar 48 responden (64%), sementara yang tidak ada

    jentik sebanyak 27 responden (36%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada

    Tabel 5.

    3. Kebiasaan Menggantung PakaianHasil penelitian mengenai kebiasaan menggantung pakaian

    diperoleh dari Pemeriksaan tempat responden menggantung pakaian di

    dalam rumah (bukan di almari), kemudian diperoleh hasil bahwa

    responden melakukan kebiasaan menggantung pakaian sebanyak 52

    responden (69,3%) dan yang tidak biasa sebanyak 23 responden (30,7%).

    Hasil selengkapnya ditampilkan pada Tabel 5.

    4. Ketersediaan Tutup Pada KontainerHasil penelitian mengenai ketersediaan tutup pada kontainer

    diperoleh dari pemeriksaan ada atau tidak tutup kontainer, kemudian

    diperoleh hasil bahwa rumah responden yang tidak ada tutup pada

    kontainer sebanyak 41 responden (54,7%) dan yang ada tutup kontainer

    sebanyak 34 responden (45,3%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada

    Tabel 5.

    5. Frekuensi Pengurasan KontainerHasil penelitian mengenai frekuensi pengurasan kontainer

    diperoleh dari hasil wawancara kepada responden, kemudian diperoleh

    hasil bahwa responden melakukan tindakan pengurasan pada kontainer

  • 7/31/2019 j 410050022

    64/104

    46

    dalam waktu lebih dari 1 minggu hanya 1 kali menguras sebanyak 47

    responden (62,7%), sementara responden yang melakukan pengurasan 1-2

    kali seminggu sebanyak 28 responden (37,3%). Hasil selengkapnya

    ditampilkan pada Tabel 5.

    6. Pengetahuan Responden Tentang DBDHasil penelitian mengenai pengetahuan responden tentang DBD

    diperoleh dari hasil wawancara kepada responden, kemudian diperoleh

    hasil bahwa tingkat pengetahuan responden dalam kategori baik sebanyak

    35 responden (46,7%) sedangkan tingkat pengetahuan responden kategori

    kurang sebanyak 40 responden (53,3%). Hasil selengkapnya ditampilkan

    pada Tabel 5.

    7. Kejadian DBDHasil penelitian mengenai kejadian DBD diperoleh dari hasil

    wawancara kepada responden, kemudian dari hasil wawancara diketahui

    bahwa kejadian DBD yang menyerang masyarakat Desa Ploso dimana

    yang tidak pernah sakit DBD sebanyak 21 responden (28%) dan yang

    pernah sakit 54 responden (72%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada

    Tabel 5.

  • 7/31/2019 j 410050022

    65/104

    47

    Tabel 5. Distribusi Hasil Perhitungan Faktor-faktor yang Berhubungan

    dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Ploso

    Kecamatan Pacitan tahun 2009

    No Faktor-faktor Frekuensi Persen (%)

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    Keberadaan jentikAedes aegypti

    pada kontainer

    a. Tidak ada jentikb. Ada jentikJumlah

    Kebiasaan menggantung pakaian

    a. Tidak biasa menggantungb. Biasa menggantungJumlah

    Ketersediaan tutup pada

    kontainer

    a. Tidak ada tutupb. Ada tutupJumlah

    Frekuensi pengurasan kontainer

    a. < 1 kali dalam 1 minggub. > 1kali dalam 1 mingguJumlah

    Pengetahuan responden tentang

    DBD

    a. Kurang (< 50%)b. Baik (> 50%)Jumlah

    Kejadian DBD

    a. Tidak pernah sakit DBDb. Pernah sakit DBDJumlah

    27

    48

    75

    23

    52

    75

    41

    34

    75

    47

    28

    75

    40

    35

    75

    21

    54

    75

    36

    64

    100

    30,7

    69,3

    100

    54,7

    45,3

    100

    62,7

    37,3

    100

    53,3

    46,7

    100

    28

    72

    100

  • 7/31/2019 j 410050022

    66/104

    48

    C. Hasil Analisis BivariatAnalisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel

    bebas dengan variabel terikat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-

    faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue di

    Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009. Pengujian hipotesis

    penelitian ini menggunakan uji Chi Square. Pengujian data penelitian

    menggunakan bantuan program SPSS versi 14.00 for Windows diperoleh

    hasil analisis sebagai berikut:

    1. Hubungan Antara Keberadaan Jentik Aedes aegypti Pada Kontainerdengan Kejadian DBD

    Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara

    keberadaan jentikAedes aegypti pada kontainer dengan kejadian DBD di

    Kelurahan Ploso disajikan pada Tabel 6 berikut ini.

    Tabel 6. Hubungan Antara Keberadaan Jentik Aedes aegypti Pada

    Kontainer Dengan Kejadian DBD

    Keberadaan jentikAedes aegypti

    pada kontainerTotal

    Tidak ada

    jentik

    Ada jentik

    Frek % Frek % Frek %

    Kejadian

    DBD

    Tidak

    pernah

    sakit

    19 25,3 2 2,7 21 28

    Pernah

    sakit

    8 10,7 46 61,3 54 72

    Jumlah 27 36 48 64 75 100

  • 7/31/2019 j 410050022

    67/104

    49

    Berdasarkan Tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa kejadian DBD

    pada responden yang pernah sakit DBD ada 54 responden, dimana 46

    responden (61,3%) dengan rumah ada jentik dan 8 responden (10,7%)

    dengan rumah tidak ada jentik. Hasil uji statistikChi Square menunjukkan

    bahwa p = 0,001 (p

  • 7/31/2019 j 410050022

    68/104

    50

    responden (13,3%) tidak biasa menggatung pakaian. Hasil uji statistikChi

    Square menunjukkan bahwa p = 0,001 (p

  • 7/31/2019 j 410050022

    69/104

    51

    Square menunjukkan bahwa p = 0,001 (p 1kali dalam 1

    minggu

    Frek % Frek % Frek %

    Kejadian

    DBD

    Tidak

    pernah

    sakit

    9 12,0 12 16,0 21 28

    Pernah

    sakit

    38 50,7 16 21,3 54 72

    Jumlah 47 62,7 28 37,3 75 100

    Berdasarkan Tabel 9 diatas dapat diketahui bahwa kejadian DBD

    pada responden yang pernah sakit DBD ada 54 responden, dimana 38

    responden (50,7%) menguras kontainer < 1 kali dalam 1 minggu dan 16

    responden (21,3%) menguras kontainer > 1kali dalam 1 minggu. Hasil uji

    statistikChi Square menunjukkan bahwa p = 0,027 (p

  • 7/31/2019 j 410050022

    70/104

    52

    artinya terdapat hubungan antara frekuensi pengurasan kontainer dengan

    kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.

    5. Hubungan Antara Pengetahuan Responden tentang DBD dengan KejadianDBD

    Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara

    pengetahuan responden tentang DBD dengan kejadian DBD di Kelurahan

    Ploso disajikan pada Tabel 10 berikut ini.

    Tabel 10. Hubungan Antara Pengetahuan Responden tentang DBD

    Dengan Kejadian DBD

    Pengetahuan responden tentang

    DBD Total

    Kurang Baik

    Frek % Frek % Frek %

    Kejadian

    DBD

    Tidak

    pernah

    sakit

    7 9,3 14 18,7 21 28

    Pernah

    sakit

    33 44,0 21 28,0 54 72

    Jumlah 40 53,3 35 46,7 75 100

    Berdasarkan Tabel 10 diatas dapat diketahui bahwa kejadian DBD

    pada responden yang pernah sakit DBD ada 54 responden, dimana 33

    responden (44,0%) pengetahuannya tentang DBD kurang dan 21

    responden (21,8%) pengetahuannya tentang DBD baik. Hasil uji statistik

    Chi Square menunjukkan bahwa p = 0,030 (p

  • 7/31/2019 j 410050022

    71/104

    53

    D. Ringkasan hasil uji bivariat faktor-faktor yang mempengaruhi kejadianDBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009

    Hasil uji bivariat menggunakan chi square pada masingmasing

    variabel yaitu variabel keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer,

    kebiasaan menggantung pakaian, ketersediaan tutup pada kontainer, frekuensi

    pengurasan kontainer, pengetahuan responden tentang DBD ditampilkan pada

    Tabel 11.

    Tabel 11. Ringkasan Hasil Uji Chi Square antara faktor-faktor yang

    berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue di

    Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009

    Hubungan 2 p-value Keputusan

    Kejadian DBD dan

    Keberadaan jentikAedes

    aegypti pada kontainer

    37,568 0,001 Ho ditolak

    Kejadian DBD dan kebiasaanmenggantung pakaian

    13,386 0,001 Ho ditolak

    Kejadian DBD dan

    ketersediaan tutup pada

    kontainer

    11,206 0,001 Ho ditolak

    Kejadian DBD frekuensi

    pengurasan kontainer

    4,892 0,027 Ho ditolak

    Kejadian DBD pengetahuan

    responden tentang DBD

    4,687 0,030 Ho ditolak

  • 7/31/2019 j 410050022

    72/104

    54

    BAB V

    PEMBAHASAN

    A. Karakteristik RespondenData hasil penelitian menunjukkan bahwa 75 responden penelitian

    diketahui umur responden terbanyak antara 31-40 tahun sebanyak 29

    responden (38.67%).

    Hasil wawancara dari 75 responden di 13 RT Desa Ploso diketahui

    bahwa tingkat pendidikan responden terbanyak adalah SLTA yaitu sebesar 30

    responden (40%). Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan responden di Desa

    Ploso tergolong tinggi. Seorang yang berpendidikan ketika menemui suatu

    masalah akan berusaha dipikirkan sebaik mungkin dalam menyelesaikan

    masalah tersebut. Orang yang berpendidikan cenderung akan mampu berpikir

    tenang terhadap suatu masalah. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan

    lebih tinggi lebih berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih

    banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih

    baik (Widyastuti, 2005).

    B. Hubungan Antara Keberadaan JentikAedes aegypti Pada Kontainerdengan Kejadian DBD

    Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan keberadaan jentik

    Aedes aegypti pada kontainer menunjukkan bahwa nilai p = 0,001. Dengan

    demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga

  • 7/31/2019 j 410050022

    73/104

    55

    faktor keberadaan jentikAedes aegypti pada kontainer mempunyai hubungan

    terhadap kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.

    Dari hasil tersebut dimungkinkan bahwa responden belum secara maksimal

    memutus rantai perkembangbiakan nyamuk dengan cara membasmi jentik-

    jentik nyamuk dengan melakukan 3 M plus sehingga tidak sampai menjadi

    nyamuk dewasa. Kegiatan 3 M plus harus sering dilakukan oleh masyarakat di

    lingkungan tempat tinggalnya masing-masing.

    Keberadaan jentik nyamuk yang hidup sangat memungkinkan

    terjadinya demam berdarah dengue. Jentik nyamuk yang hidup di berbagai

    tempat seperti bak air, atau hinggap di lubang pohon, lubang batu, pelepah

    daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu (Depkes RI, 1992).

    Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara

    3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia (Sutaryo, 2005). Oleh

    kerena itu apabila keberadaan jentik nyamuk dibiarkan maka yang terjadi

    adalah kejadian demam berdarah dengue yang akan terus meningkat. Hasil

    pengujian hipotesis memperlihatkan bahwa dari 75 rumah responden yang

    diperiksa ada jentik dengan responden pernah sakit DBD sebanyak 46 rumah

    responden 61.3%. Hal ini dikarenakan masih banyak ditemukan jentikAedes

    setiap kontainer yang diperiksa di rumah responden saat dilakukan observasi.

    Sehingga hal tersebut dapat menggambarkan bahwa kejadian demam berdarah

    dengue di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009 disebabkan oleh

    keberadaan jentikAedes aegypti yang ada pada kontainer.

  • 7/31/2019 j 410050022

    74/104

  • 7/31/2019 j 410050022

    75/104

    57

    Kebiasaan masyarakat menggantung pakaian sudah lama terjadi baik

    masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan. Kebisaaan yang tidak

    baik ini sudah berlangsung cukup lama. Pengamatan responden selama

    penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di Kelurahan Ploso masih banyak

    yang menggantung pakaiannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 75

    responden penelitian yang biasa menggantung pakaian dan pernah sakit DBD

    sebanyak 44 responden (58.7%). Kondisi ini yang menyebabkan keberadaan

    nyamuk untuk dapat hidup dengan menempel di pakaian responden yang

    selanjutnya dari media ini responden menjadi sakit akibat kebiasaan

    menggantung pakaian. Oleh karena itu dengan responden yang masih

    memiliki kebiasaan menggantung pakaian tersebut maka dapat

    menggambarkan bahwa kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan

    Tahun 2009 disebabkan kebiasaan menggantung pakaian yang masih

    dilakukan masyarakat.

    Nyamuk dalam hidupnya seringkali hinggap pada pakaian. Nyamuk

    lebih tertarik pada cahaya terang, pakaian, dan suhu badan manusia.

    Perangsang jarak jauh karena adanya zat amino, suhu yang hangat serta

    keadaan yang lembab (Sutaryo, 2005). Penelitian ini sejalan dengan penelitian

    yang dilakukan oleh Widyana (1998), tentang faktor-faktor yang

    mempengaruhi kejadian DBD di Kabupaten Bantul. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa kebiasaan menggantung pakaian berpengaruh terhadap

    kejadian DBD di Kabupaten Bantul.

  • 7/31/2019 j 410050022

    76/104

    58

    D. Hubungan Antara Ketersediaan Tutup pada Kontainer dengan KejadianDBD

    Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan ketersediaan tutup

    pada kontainer menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersediaan tutup

    pada kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan

    Tahun 2009 dimana nilai p = 0,001. Dengan demikian dapat disimpulkan

    bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

    Pentingnya ketersediaan tutup pada kontainer sangat mutlak

    diperlukan untuk menekan ju