iv. hasil dan pembahasan 4repository.ub.ac.id/280/5/051704158 bab iv.pdf · 2020. 8. 31. · jamur...
TRANSCRIPT
25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Eksplorasi Jamur Patogen pada Daun Ubi Kayu di Kabupaten Malang
Jamur patogen pada daun tanaman ubi kayu diperoleh dari tiga gejala yang
ditemukan di lapang, yaitu: gejala bercak coklat, bercak baur dan antraknosa. Dari
tiga gejala yang telah diisolasi didapatkan 2 genus jamur yang dapat
menyebabkan penyakit pada daun tanaman ubi kayu, yaitu Cercospora dan
Colletotrichum.Berdasarkan sumber inokulumnya, jamur Cercosspora sp.
1diisolasi dari daun dengan gejala penyakit bercak coklat, Cercospora sp.
2diisolasi dari daun ubi kayu dengan gejala penyakitbercak baur dan jamur
Colletotrichum sp. dari daun ubi kayu dengan gejala penyakitantraknosa.
Tabel 2. Hasil survei gejala, isolasi dan identifkasi jamur patogen pada daun ubi kayu di Kabupaten Malang
Titik Lokasi
Gejala Penyakit
Rata-rata Intensitas Penyakit
(%)
Hasil Isolasi dan Identifkasi
Pujon Bercak coklat 24,21 Cercospora sp. 1isolat Pujon Jabung 1 Bercak baur 32,33 Cercospora sp. 2isolat Jabung 1 Jabung 2
Bercak coklat Bercak baur
16,95 Cercospora sp. 1isolat Jabung 2 15,02 Cercospora sp. 2isolat Jabung 2
Poncokusumo Bercak coklat Bercak baur
1,08 Cercospora sp. 1isolat Poncokusumo 16,47 Cercospora sp. 2isolat Poncokusumo
Wajak 1
Bercak coklat Bercak baur
15,19 Cercospora sp. 1isolat Wajak 1 13,7 Cercospora sp. 2isolat Wajak 1
Wajak 2 Bercak coklat Becak baur Antraknosa
15,06 14,65
Cercospora sp. 1isolat Wajak 2 Cercospora sp. 2isolat Wajak 2
2,43 Colletotrichum sp. isolat Wajak 2 Gondanglegi
Bercak coklat Antraknosa
- Cercospora sp. 1isolat Gondanglegi - Colletotrichum sp. isolat Gondanglegi
Pagak Bercak coklat Antraknosa
15,72 Cercospora sp. 1isolat Pagak 2,7 Colletotrichum sp. isolat Pagak
4.1.1 Titik lokasi 1 : Pujon
Pada titik lokasi1,didapatkan gejala penyakit pada daun ubi kayu berupa bercak
coklat.Bercak tersebut berwarna kuning kecoklatan dengan bagian tengah
berwarna lebih gelap, pada bagian tepi terdapat batas tipis dan jelas berwarna
26
coklat gelap.Bercak berbentuk bulat sampai tidak beraturan yang berukuran 3 8
mm (Gambar 15).
Gambar 15. Gejala penyakit bercak coklat pada daun ubi kayu dari Pujon
Gambar 16. Jamur Cercospora sp. 1 isolat Pujon. (A) Isolat umur 10 hari pada
media PDA tampak permukaan atas dan (B) konidia Cercosporasp.1 pada fase germinasi
Secara makroskopik, koloni jamur yang tumbuh pada media PDA memiliki
ciri-ciri berwarna putih pada awal pemurnian dengan bagian dasar koloni
berwarna abu-abu.Pada hari ketiga setelah pemurnian, warna koloni jamur
bewarna keabu-abuan, kemudian warna koloni jamur berubah menjadi kecoklatan
pada permukaan atas dan abu-abu sampai kehitaman pada bagian bawah. Koloni
jamur tumbuh tidak kosentris karena terdapat jamur kontaminan di sekitar isolat
sebelum jamur memenuhi cawan. Pada bagian tengah isolat, miselium lebih tebal
dibandingkan dengan bagian tepi (Gambar 16A). Dan berdasarkan pengamatan
secara mikroskopik, jamur yang berhasil diisolasi merupakan jamur Cercospora
sp. 1. Jamur tersebut memiliki karakteristik konidia hialin, silindris, lurus dengan
bagian dari salah satu ujung tumpul, bersekat 1 4(Gambar 16B), berukuran 3,70
4,41 x 28,37 30,17 µm dan konidia tersusun soliter 1-2 pada ujung konidiofor.
27
Berdasarkan ciri-ciri makroskopis dan mikroskopis tersebut diketahui jamur
yang memyebabkan penyakit bercak coklat pada daun ubi kayu dari Pujon
merupakan jamur Cercospora sp..Hal tersebut sesuai dengan yang dilaporkan oleh
Lozano dan Booth (1976), yang menyatakan penyakit bercak coklat pada daun
tanaman ubi kayu disebabkan oleh jamur Cercospora henningsii.Jamur tersebut
menginfeksi daun ubi kayu dengan membentuk tabung kecambah dengan
apresorium maupun tanpa apresorium yang mempenetrasi jaringan epidermis
daun (Babuet al., 2009). Menurut Souza (2011), pada umumnya penyakit yang
disebabkan oleh jamur cercospora akan membentuk lesi yang kemudian akan
berubah menjadi gelap.
4.1.2 Titik lokasi 2 : Jabung 1
Pada titik lokasi 2 didapatkan gejala penyakit bercak baur dengan gejala berupa
bercak coklat berukuran 2 6 cm. Bercak menyerang dari bagian tepi dan ujung
daun, pada bagian tepi daun terdapat halo area berwarna kuning(Gambar 17a).
Daun yang terserang menjadi kering dan rapuh, sehingga mudah robek jika tertiup
angin.Beberapa daun yang terserang pada bagian ujung juga tampak seperti
terpotong (Gambar 17a).Gejala tersebut sesuai dengan laporan Setyowahyuani
(1982), bahwa pada gejala yang masih awal, bercak seperti tersiram air panas dan
setelah lanjut berwarna coklat keabu-abuan yang kering.Bila serangan parah daun
menjadi kuning dan mudah gugur.
Pada pengamatan makroskopis didapatkan jamur dengan karakteristik
miselium berwarna putih yang lama kelamaan berubah menjadi abu-abu
kecoklatan.Miselium jamur memiliki warna yang lebih gelap pada bagian tengah,
miselium tumbuh ke arah samping membentuk lingkaran konsentris.Dan pada
pengamatan mikroskopis, diketahui bahwa jamur yang didapat merupakan jamur
Cercospora sp. 2.Jamur Cercospora sp. 2 isolat Jabung 1 tersebut memiliki
konidia hialin, silindris, lurus sampai agak lurus dengan salah satu ujung runcing,
bersekat 1-6, berukuran 3,97 5,34 x 26,89 31,73 µm dan konidia tersusun
soliter 1-2 pada ujung konidiofor. Konidiofor berwarna coklat, tidak bersekat
sampai bersekat 2, berukuran 4,29 - 6,11 x 9,94 - 36,89 µm ujung konidiofor
membulat dan ada yang membengkok. Hifa hialin, bersekat dan
bercabang.Berdasarkan ciri-ciri mikroskopis tersebut, hasil pengamatan sesuai
28
dengan laporan Lozano dan Booth (1976)yang menyatakan bahwa gejala penyakit
bercak baur pada daun ubi kayu tersebut disebabkan oleh jamur Cercospora
viscosae.
Gambar 17.Gejala penyakit bercak baur pada daun ubi kayu dari Jabung 1. (a)
gejala seperti terpotong dan (b) terdapat halo area berwarna kuning
Gambar 18. Jamur Cercospora sp. 2 isolat Jabung 1. (A) Isolat umur 7 hari pada
media PDA tampak permukaan atas dan (B) kenampakan mikroskopis hifa, konidiofor dan konidia jamur
4.1.3 Titik lokasi 3 : Poncokusumo
Pada titik lokasi 3 ditemukan dua gejala penyakit yang disebabkan oleh jamur,
yaitu bercak coklat dan bercak baur pada daun ubi kayu.
1. Penyakit bercak coklat
Gejala penyakit bercak coklat berupa bercak berwarna kuning kecoklatan
dengan bagian tengah berwarna lebih gelap, pada bagian tepi terdapat batas jelas
berwarna coklat gelap sampai kehitaman (Gambar 19).Bercak berbentuk bulat
sampai tidak beraturan yang berukuran 4-12 mm. Pada area bercak terdapat titik
abu-abu kehitaman.
a
b
b
B
29
Pada media PDA jamur isolat Poncokusumo memiliki ciri-ciri koloni berwarna
putih pada awal pemurnian dengan bagian dasar koloni berwarna abu-abu
kecoklatan. Kemudian warna koloni jamur berubah menjadi abu-abu sampai
kecoklatan pada permukaan atas dan pada bagian bawah miselium berwarna abu-
abu sampai coklat kehitaman (Gambar 20A).
Gambar 19. Gejala penyakit bercak coklat pada daun ubi kayu dari Poncokusumo
Gambar 20. Jamur Cercospora sp. 1 isolat Poncokusumo. (A) Isolat umur 7 hari
pada media PDA tampak permukaan atas dan (B) kenampakan mikroskopis hifa dan konidia jamur
Pada pengamatan mikroskopik, menunjukkan adanya konidia jamur berwarna
hialin, berbentuk silindris, agak lurusdengan bagian dari kedua ujung tumpul,
bersekat 2-3, berukuran 3,97 4,53 x 32,34 37,23 µm dan konidia tersusun
soliter 2-4 pada ujung konidiofor. Konidiofor berwarna gelap, bergerombol, tidak
bersekat sampai bersekat 2, berukuran 3,36 3,74 x 9,07 21,56 µm ujung
konidiofor membulat dan ada yang membengkok. Hifa hialin, bersekat dan
bercabang (Gambar 24B).
Berdasarkan ciri-ciri mikroskopis jamur yang ditemukan merupakan jamur
Cercospora sp. 1.Dan dari gejala yang ditemukan di lapang, jamur tersebut
B
30
merupakan spesies Cercospora henningsii. Menurut Setyowahyuani (1982), batas
yang jelas pada bercak tersebut merupakan gejala khas penyakit bercak coklat
yang disebabkan oleh jamur C. henningsii.
2. Penyakit bercak baur
Pada daun ubi kayu yang terserang penyakit bercak baur terdapat bercak
berukuran 1,2 7 cm, berwarna coklat dengan bagian tepi bercak terdapat halo
area berwarna kuning. Bercak berbentuk tidak beraturan dan umumnya
menyerang dari bagian tepi dan ujung belahan daun. Menurut (Sastrahidayat,
1979 dalam Setyowahyuani, 1982), gejala peyakit bercak baur pada daun ubi
kayu hampir sama dengan gejala yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum sp.
yang membedakan adalah warna daun lebih coklat, terang dan kering.
Pada media PDA isolat jamur memiliki ciri-ciri koloni berwarna putih pada
awal pemurnian dengan bagian dasar koloni berwarna kuning kecoklatan.
Kemudian warna koloni jamur berubah menjadi abu-abu pada permukaan atas
pada bagian bawah miselium berwarna abu-abu sampai coklat kehitaman.
Miselium jamur tumbuh kosentris dengan bagian tengah miselium lebih tebal dan
memiliki warna cenderung lebih gelap dibandingkan dengan bagian tepi (Gambar
22A).
Pada pengamatan mikroskopik, diketahui jamur tersebut merupakan jamur
Cercospora sp. 2isolat Poncokusumo yang memiliki konidia hialin, silindris, agak
lurus dengan salah satu ujung runcing, bersekat 1-7, berukuran 4,5 6,07 x 24,83
32,36 µm dan konidia tersusun soliter 1-2 pada ujung konidiofor (Gambar 26C).
Konidiofor berwarna hialin, tidak bersekat, berukuran2,87 6 x 24,79 31,55 µm
ujung konidiofor membulat dan ada yang membengkok (Gambar 22B). Miselium
hialin, bersekat dan bercabang.
Berdasarkan ciri-ciri mikroskopis dan gejala yang ditemukan di lapang,
Cercospora sp. 2isolat Poncokusumo tersebut merupakan jamur Cercopora
viscosae.Jamur C.viscosaemerupakan penyebab penyakit bercak daun baur pada
ubi kayu (Alvares et al., 2012).Jamur tersebut memiliki konidia silindris dan
berukuran 4 6 x 25 100 µm (Lozano dan Booth, 1976).
31
Gambar 21. Gejala penyakit bercak baur pada daun ubi kayu dari Poncokusumo
Gambar 22. Jamur Cercospora sp. 2 isolat Poncokusumo. (A) Isolat umur 8 hari
pada media PDA tampak permukaan atas, (B)kenampakan konidiofor dengan metode cross section dan (C) kenampakan mikroskopis konidia jamur
4.1.4 Titik lokasi 4 : Jabung 2
Pada titik lokasi4, ditemukan 2 gejala penyakit, yaitu bercak coklat dan bercak
baur pada daun ubi kayu.
1. Penyakit bercak coklat
Gejala penyakit bercak coklat pada daun berupa bercak berukuran 4 - 8 mm
berwarna coklat dan berbentuk bulat sampai tidak beraturan.Pada area bercak
B
C
32
vena daun berwarna coklat gelap dan terdapat titik-titik berwarna coklat
kehitaman. Menurut Setyowahyuani (1982), pada bagian tengah bercak nampak
benang-benang halus yang merupakan kumpulan konidia dan konidiofor.
Sedangkan, pada bagian tepi bercak terdapat batas yang jelas berwarna coklat
sampai kehitaman (Gambar 23).
Gambar 23. Gejala penyakit bercak coklat pada daun dari Jabung 2
Gambar 24. Jamur Cercospora sp. 1 isolat Jabung 2. (A) Isolat umur 10 hari pada
media PDA tampak permukaan atas dan (B) kenampakan mikroskopis hifa dan konidia jamur
Jamur Cercospora sp. 1 isolat Jabung 2 yang diisolasi dari daun bergejala
penyakit bercak coklat memiliki ciri-ciri miselium berwarna putih pada awal
pemurnia di media PDA.Selanjutya, miselium berangsur-angsur berubah menjadi
coklat keabu-abuan.Pertumbuhan miselium jamur ke arah samping dan
membentuk lingkaran konsentris (Gambar 24A). Sedangkan, pada pengamatan
secara mikroskopis, jamur tersebut memiliki karakteristik konidia berwarna hialin
dengan 1-3 sekat, silindris, lurus dengan bagian dari kedua ujung tumpul,
berukuran 3,26 5,57 x 26,76 56,08 µm dan konidia tersusun soliter 2-5 pada
ujung konidiofor. Konidiofor berwarna gelap, bergerombol, tidak bersekat sampai
A B
33
bersekat 2, berukuran 2,94 4,67 µm ujung konidiofor membulat dan ada yang
membengkok. Hifa hialin sampai subhialin, bersekat dan bercabang (Gambar
24B).
Berdasarkan gejala dan ciri-ciri makroskopis maupun mikroskopis yang
ditemukan, jamur yang menyebabkan gejala penyakit bercak coklat pada daun ubi
kayu dari Jabung 2 adalah jamur Cercospora henningsii. Hal tersebut sesuai
dengan laporan Offei dan Boasiako (1996), bahwa C. henningsiimerupakan jamur
parasit obligat yang menyebabkan penyakit bercak coklat pada daun tanaman ubi
kayu di Ghana.Penyakit tersebut dapat ditemukan dimana pun tanaman ubi kayu
tumbuh.
2. Penyakit bercak baur
Daun yang bergejala penyakit bercak baur terdapat gejala berupa bercak
berwarna coklat berukuran 2 7cm. Bercak menyerang pada bagian tepi dan
ujung daun (Gambar 25).Pada daun yang terserang biasanya terdapat 1 sampai 3
bercak dalam satu belahan daun.Daun yang terserang pada bagian tepi biasanya
berbentuk setengah lingkaran, bercak tersebut mudah sobek jika tertiup oleh
angin.Menurut Lozano dan Booth (1976), pada beberapa varietas ubi kayu yang
rentan, serangan penyakit tersebut dapat menyebabkan defoliasi selama musim
kemarau.
Pada pengamatan mikroskopis menunjukkan adanya konidia hialin, silindris,
lurus dan ada beberapa agak membengkok dengan salah satu ujung runcing,
bersekat 1-6, berukuran 3,75- 5,92 x 33,29 70,8 µm dan konidia tersusun soliter
1-2 pada ujung konidiofor. Konidiofor jamur tersebut berwarna hialin, tidak
bersekat sampai bersekat 2, berukuran3,73 5,12 x 29,37 41,3 µm ujung
konidiofor membulat (Gambar 26A).
Berdasarkan ciri-ciri mikroskopis tersebut diketahui jamur yang ditemukan
adalah jamur Cercospora sp. 2 isolat Jabung 2.Pada umumnya jamur Cercospora
sp. mengandung cercosporin yang dapat menyebabkan kerusakan pada daun baik
berupa bercak maupun hawar daun (Agrios, 2005).Menurut Lozano dan Booth
(1976), penyakit bercak daun baur atau bercak difus pada ubi kayu disebabkan
oleh jamur Cercospora viscosae.Jamur tersebut banyak menyerang di daerah
pertanaman ubi kayu yang bertemperatur hangat.
34
Gambar 25.Gejala penyakit bercak baur pada daun ubi kayu dari Jabung
Gambar 26. Jamur Cercospora sp. 2 isolat Jabung 2. (A) Kenampakan
konidioforpada pengamatan secara langsungdan (B) kenampakan mikroskopis hifa dan konidia jamur
4.1.5 Titik lokasi5 : Wajak 1
Pada titik lokasi 5 didapatkan 2 gejala penyakit, yaitu penyakit bercak coklat
dan bercak baur pada daun ubi kayu.
1. Penyakit bercak coklat
Gejala penyakit bercak coklat pada daun dari Wajak 1 terdapat bercak
berwarna coklat dengan tepi bercak berwarna coklat gelap.Pada area bercak
terdapat titik-titik halus berwarna abu-abu kehitaman dan vena daun tampak
berwarna coklat lebih gelap dari warna bercak.Bercak berbentuk bulat sampai
tidak beraturan berukuran 3 8 mm. bercak-bercak yang berdekatan biasanya
dapat menyatu membentuk bercak yang lebih besar dengan bentuk yang tidak
beraturan (Gambar 27).
Pada media PDA jamur Cercospora sp. 1isolat Wajak 1 memiliki ciri-ciri
koloni berwarna putih pada awal pemurnian dengan bagian dasar koloni berwarna
abu-abu. Kemudian warna koloni jamur berubah menjadi abu-abu sampai
A B
35
kecoklatan pada permukaan atas dan dan abu-abu sampai kehitaman pada bagian
bawah. Miselium jamur tumbuh tidak kosentris karena terdapat jamur kontaminan
di sekitar isolat sebelum jamur memenuhi media. Pada bagian tengah isolat,
miselium lebih tebal dibandingkan dengan bagian tepi (Gambar 28A).
Gambar 27. Gejala penyakit bercak coklat pada daun ubi kayu dari Wajak 1
Gambar 28. Jamur Cercospora sp. 1 isolat Wajak 1. (A) Isolat umur 7 hari pada
media PDA tampak permukaan atas dan (B) Kenampakan mikroskopis hifa dan konidia jamur
Pada pengamatan mikroskopik, jamur Cercospora sp. 1isolat Wajak 1
memiliki konidia hialin, silindris, agak lurus sampai lurus dengan bagian dari
kedua ujung tumpul, bersekat 2-3, berukuran 3,60 4,73 x 30,18 35,73 µm dan
konidia tersusun soliter 2-6 pada ujung konidiofor (Gambar 28D). Konidiofor
berwarna hialin, bergerombol, tidak bersekat sampai bersekat 2, berukuran 3,98
4,02 x 18,05 21,13 µm ujung konidiofor membulat dan ada yang membengkok
(Gambar 28C). Hifa hialin, bersekat dan bercabang.
Berdasarkan ciri-ciri mikroskopis tersebut, jamur Cercospora sp. 1isolat Wajak
1 merupakan spesies jamur Cercospora henningsii.Ciri-ciri morfologi tersebut
didasarkan pada deskripsi Lozano dan Booth (1976), jamur C. henningsiimemiliki
B
36
konidia silindris, lurus atau agak bengkok dan kedua ujungnya tumpul
mempunyai alas bertangkai pendek dan bersekat 2 8.Dan menurut Alvares et al.
(2012), C. henningsiimerupakan jamur penyebab penyakit bercak coklat pada
daun ubi kayu.
2. Penyakit bercak baur
Daun yang bergejala penyakit bercak baur terdapat gejala berupa bercak
berwarna coklat berukuran 0,5 4 cm. Bercak menyerang pada bagian tepi dan
ujung daun. Daerah sekitar bercak biasanya terdapat halo area berwarna kuning
(Gambar 29). Pada daun yang terserang biasanya terdapat 1 sampai 3 bercak
dalam satu belahan daun.Daun yang terserang pada bagian tepi biasanya
berbentuk setengah lingkaran, bercak tersebut mudah sobek jika tertiup oleh
angin.
Pada media PDA jamur Cercospora sp. 2isolat Wajak 1 memiliki ciri-ciri
koloni berwarna putih pada awal pemurnian dengan bagian dasar koloni berwarna
kuning kecoklatan. Kemudian warna koloni jamur berubah menjadi abu-abu pada
permukaan atas pada bagian bawah miselium berwarna abu-abu sampai coklat
kehitaman. Miselium jamur tumbuh kosentris dengan bagian tengah miselium
lebih tebal dan memiliki warna cenderung lebih gelap dibandingkan dengan
bagian tepi (Gambar 30A).
Pada pengamatan mikroskopik, jamur Cercospora sp. 2isolat Wajak 1
memiliki konidia hialin, silindris, agak lurus sampai lurus dengan salah satu ujung
runcing, bersekat 1-6, berukuran 4,53 6,18 x 23,46 44,38µm dan konidia
tersusun soliter 1-2 pada ujung konidiofor (Gambar 30B). Konidiofor berwarna
hialin, tidak bersekat sampai bersekat 2, berukuran 3,43 6,07 x 26,37 58,66
µm, ujung konidiofor membulat dan ada yang membengkok. Hifa hialin, bersekat
dan bercabang.Ciri-ciri morfologi tersebut sesuai dengan deskripsi Agrios (2005),
jamur cercospora menghasilkan konidia panjang, silindris dan hialin sampai
berwarna gelap.Jamur tersebut merupakan C. viscosae penyebab penyakit bercak
baur pada daun ubi kayu di daerah tropis (Thruston, 1984).
37
Gambar 29. Gejala penyakit bercak baur pada daun ubi kayu dari Wajak 1
Gambar 30. Jamur Cercospora sp. 2 isolat Wajak 1. (A) Isolat umur 7 hari pada
media PDA tampak permukaan atas dan (B) kenampakan mikroskopis konidia jamur
4.1.6 Titik lokasi6 : Wajak 2
Pada titik lokasi 6ditemukan 3 gejala penyakit pada lahan tersebut, yaitu bercak
coklat, bercak baur dan antraknosa.
1. Penyakit bercak coklat
Daun ubi kayu yang terserang penyakit bercak coklat umumnya terdapat
bercak berwarna kuning kecoklatan, terdapat titik-titik halus berwarna abu-abu
kehitaman pada permukaan atas maupun bawah bercak.Pada permukaan atas titik-
titik tersebut lebih banyak dijumpai pada bagian tengah bercak, sedangkan pada
permukaan bawah tersebar merata.Bercak memiliki batas yang jelas pada
permukaan atas maupun bawah bercak daun (Gambar 31).
Pada media PDA, isolatjamurmemiliki ciri-ciri koloni berwarna putih pada
awal pemurnian dengan bagian dasar koloni berwarna abu-abu kecoklatan.
Kemudian warna koloni jamur berubah menjadi abu-abu sampai kecoklatan pada
permukaan atas dan pada bagian bawah miselium berwarna abu-abu sampai coklat
38
kehitaman. Miselium jamur agak kasar, tumbuh kosentris dengan bagian tengah
miselium lebih tebal dibandingkan dengan bagian tepi (Gambar 32A).
Gambar 31.Gejala penyakit bercak coklat pada daun ubi kayu dari Wajak 2
Gambar 32. Jamur Cercospora sp. 1 isolat Wajak 2.(A) Isolat umur 12 hari pada
media PDA tampak permukaan atas dan (B) Kenampakan mikroskopis kondia dan konidiofor jamur
Pada pengamatan mikroskopik, didapatkan jamur Cercospora sp. 1isolat
Wajak 2 dengan ciri-ciri konidia hialin, silindris, lurus dan ada yang agak
bengkok dengan bagian dari kedua ujung tumpul, bersekat 1- 3, berukuran 4,16
4,63 x 28,75 48,15 µm dan konidia tersusun soliter 1-4 pada ujung konidiofor
(Gambar 32D). Konidiofor berwarna hialin sampai subhialin, bergerombol, tidak
bersekat, berukuran 3,57 4,54 x 24,57 39,01 µm, ujung konidiofor membulat
dan ada yang membengkok (Gambar 32.C). Hifa hialin, bersekat dan bercabang.
Berdasarkan ciri-ciri mikroskopis tersebut, jamur Cercospora sp. 1isolat Wajak
2 merupakan jamur C. henningsii, jamur penyebab penyakit bercak daun coklat
pada tanaman ubi kayu. Hal tersebut didasarkan pada deskripsi Lozano dan Booth
(1976), jamur C. henningsiimemiliki konidia ampigena yang tersusun soliter di
atas konidiofor dan berbentuk lurus atau agak bengkok.
39
2. Penyakit bercak baur
Pada daun ubi kayu yang terserang penyakit bercak baur terdapat bercak
berukuran 0,5 - 5 cm, berwarna coklat dengan bagian tepi bercak terdapat halo
area berwarna kuning. Bercak berbentuk tidak beraturan dan umumnya
menyerang dari bagian tepi dan ujung belahan daun (Gambar 33).
Gambar 33. Gejala bercak baur pada daun ubi kayu dari Wajak 2
Gambar 34. Jamur Cercospora sp. 2 isolat Wajak 2. (A) Isolat umur 7 hari pada
media PDA tampak permukaan atas dan (B) kenampakan mikroskopis hifa dan konidia jamur
Pada media PDA didapatkan isolat jamur dengan ciri-ciri koloni berwarna
putih pada awal pemurnian dengan bagian dasar koloni berwarna kuning
kecoklatan. Kemudian warna koloni jamur berubah menjadi abu-abu pada
permukaan atas pada bagian bawah miselium berwarna abu-abu sampai coklat
kehitaman. Miselium jamur tumbuh kosentris dengan bagian tengah miselium
lebih tebal dan memiliki warna cenderung lebih gelap dibandingkan dengan
bagian tepi (Gambar 34A).
Dari pengamatan mikroskopik, didapatkan jamur Cercospora sp. 2isolat Wajak
2 yang memiliki ciri-ciri konidia hialin, silindris, agak lurus sampai lurus dengan
salah satu ujung runcing, bersekat 1-7, berukuran 3,60 4,96 x 25,76 33,85 µm
40
dan konidia tersusun soliter 1-2 pada ujung konidiofor (Gambar 34B). Jamur
tersebut memiliki hifa hialin, bersekat dan bercabang.
Berdasarkan ciri-ciri gejala yang ditemukan di lapang dan hasil pengamatan
secara mikroskopis jamur Cercospora sp. 2isolat Wajak 2 merupakan jamur C.
viscosae.Ciri-ciri tersebut sesuai dengan deskripsi Setyowahyuani (1982), secara
mikroskopis konidia berwarna hialin, berbentuk silindris yang terdiri 1- 9 sekat.
3. Penyakit antraknosa
Pada daun tanaman ubi kayu yang terserang antraknosa, terdapat bercak
berwarna kecoklatan berukuran lebih kurang 0,5 - 6cm, bercak berwarna
kecoklatan (lebih gelap dibandingkan bercak baur), gejala bercak kebanyakan
terdapat pada tepi daun yang melebar ke dalam, beberapa bercak dapat menyerang
dari bagian tengah daun (Gambar 35A). Pada jaringan daun di sekitar bercak
tampak berkerut, seakan-akan bercak membentuk cekungan.Serangan yang
berkelanjutan dapat menyebabkan daun mengalami klorosis (Gambar 35B).Selain
itu, ciri khas dari gejala antraknosa adalah terdapat titik-titik hitam pada
permukaan atas maupun bawah bercak.Hasil pengamatan mikroskopik dengan
mengiris daun secara melintang (cross section), terdapat seta berwarna coklat
gelap-sampai kehitaman dengan ujung sedikit runcing pada aservulus (Gambar
36C). Menurut Agrios (2005), penyakit antraknosa pada umumnya disebabkan
oleh jamur yang membentuk konidia dan aservulus berwarna hitam. Jamur
tersebut biasanya menyerang secara sistemik sehingga sulit untuk dikendalikan
(Walker, 1957).
Jamur Colletotrichum sp. isolat Wajak 2 pada media PDA berwarna putih
dengan dasar abu-abu pada awal pemurniaan, kemudian 4 hari setelah pemurnian
permukaan bagian atas isolat jamur berubah menjadi putih keabu-abuan dengan
bagian dasar koloni jamur berwarna coklat sampai kehitaman. Jamur
Colletotrichum sp. isolat Wajak 2 memiliki miselium agak kasar, pertumbuhan
miselium tidak rata, dan bagian tepi isolat lebih tipis dibandingkan bagian tengah.
Berdasarkan pengamatan secara mikroskopik, jamur Colletotrichum sp. Isolat
Wajak 2 memiliki konidia hialin, berbentuk oval-ramping, dan berukuran 1,91
2,62 x 5,11 8,60 µm. Jamur Colletotrichum sp. isolat Wajak 2 memiliki seta
41
berwarna gelap dengan panjang 6,41 12,03 µm (Gambar 36C). Hifa hialin,
bersekat dan bercabang.
Gambar 35. Gejala antraknosa pada daun ubi kayu dari Wajak 2. (A) Bercak
berwarna coklat sedikit cekung dan (B) daun mengalami klorosis
Gambar 36. Jamur Colletotrichum sp. IsolatWajak 2 (A) Isolat umur 7 hari pada
media PDtampak permukaan atas, (B) konidia, (C) kenampakan seta pada metode cross section,dan (D) seta Colletotrichum sp. pada daun gandum (Agrios, 2005).
D C
42
4.1.7 Titik lokasi7 : Gondanglegi
Pada titik lokasi 7 didapatkan 2 gejala penyakit, yaitu penyakit bercak coklat
dan antraknosa.
1. Penyakit bercak coklat
Daun ubi kayu yang terserang penyakit bercak coklat terdapat bercak berwarna
putih kecoklatan, terdapat titik-titik halus berwarna abu-abu kehitaman pada
permukaan atas maupun bawah bercak.Pada permukaan atas titik-titik tersebut
lebih banyak dijumpai pada bagian tengah bercak, sedangkan pada permukaan
bawah tersebar merata.Bercak memiliki batas yang jelas berwarna coklat gelap
pada permukaan atas maupun bawah bercak daun (Gambar 37).
Pada media PDA,isolat jamur memiliki ciri-ciri koloni berwarna putih pada
awal pemurnian dengan bagian dasar koloni berwarna abu-abu kecoklatan.
Kemudian warna koloni jamur berubah menjadi abu-abu sampai kecoklatan pada
permukaan atas bagian tengah sedangkan bagian tepi berwarna putih keabu-
abuan. Dan pada bagian bawah misilium berwarna abu-abu sampai coklat
kehitaman. Miselium jamur tumbuh kosentris dengan bagian tengah miselium
lebih tebal dibandingkan dengan bagian tepi (Gambar 38A).Pada pengamatan
mikroskopik, didapatkan jamur yang diisolasi merupakan jamur Cercospora sp.
1yang memiliki ciri-ciri konidia berwarna hialin, silindris, lurus sampai agak lurus
dengan bagian dari kedua ujung tumpul, bersekat 1-4, berukuran 3,27 5,28 x
28,73 51,00 µm dan konidia tersusun soliter 2-5 pada ujung konidiofor (Gambar
38D). Konidiofor berwarna gelap, bergerombol, tidak bersekat sampai bersekat 2,
berukuran3,49 5,31 x 11,43 30,25 µm ujung konidiofor membulat dan ada
yang membengkok (Gambar 38C). Jamur tersebut memiliki hifa hialin, bersekat
dan bercabang.Dari ciri-ciri tersebut Cercospora sp. 1 isolat Gondanglegi tersebut
merupakan C. henningsii yang merupakan jamur penyebab bercak daun coklat
pada tanaman ubi kayu (Alvares et al., 2012).Kerusakan yang diakibatkan oleh
jamur tersebut tidak signifikan.Namun, jamur C. henningsii dianggap penting
karena dapat menyerang tanaman ubi kayu dimanapun tanaman tersebut tumbuh
(Offei dan Boasiako, 1996).
43
Gambar 37.Gejala penyakit bercak coklat pada daun ubi kayu dari Gondanglegi.
Gambar 38. Jamur Cercospora sp. 1 isolat Gondanglegi.(A) Isolat umur 7 hari
pada media PDA tampak permukaan atas dan (B) Kenampakan mikroskopis hifa dan konidiajamur.
2. Penyakit antraknosa
Pada daun tanaman ubi kayu yang terserang antraknosa, terdapat bercak
berwarna kecoklatan berukuran lebih kurang 0,5 - 6cm, bercak berwarna
kecoklatan (lebih gelap dibandingkan dengan bercak baur), gejala bercak
kebanyakan terdapat pada tepi daun yang melebar ke dalam. Pada jaringan daun di
sekitar bercak tampak berkerut, seakan-akan bercak membentuk cekungan
(Gambar 39).Pada gejala dan perkembangan penyakit antraknosa dimulai dengan
munculnya bercak hitam konsentris, cekung kemudian gejala berkembang secara
cepat pada organ yang diserang. Patogen membentuk massa konidia pada
aservulus di jaringan tanaman terutama saat kondisi lembab (Nelson, 2008).
Jamur Colletotrichum sp. isolat Gondanglegi pada media PDA berwarna putih
seperti kapas pada permukaan atas, sementara bagian bawah berwarna abu-abu
pada awal pemurniaan, kemudian permukaan bagian atas isolat jamur berubah
menjadi putih keabu-abuan dengan bagian dasar koloni jamur berwarna coklat
sampai kehitaman. Jamur Colletotrichum sp. isolat Gondanglegi memiliki
44
miselium agak kasar, pertumbuhan miselium membentuk lingkaran konsentris,
dengan bagian tengah isolat lebih tebal dibandingkan dengan bagian tepi (Gambar
40A).
Gambar 39.Gejala penyakit antraknosapada daun ubi kayu dari Gondanglegi.
Gambar 40. Jamur Colletotrichum sp. IsolatGondanglegi. (A) Isolat umur 10 hari
pada media PDA tampak permukaan atas dan (B) kenampakan konidia dan seta.
Berdasarkan pengamatan secara mikroskopik, jamur Colletotrichum sp. isolat
Gondanglegi memiliki konidia hialin, berbentuk oval-ramping, dan berukuran
1,83 2,15 x 4,37 6,49 µm. Jamur Colletotrichum sp. isolat Gondanglegi
memiliki seta berwarna gelap (Gambar 40B) serta memiliki hifa hialin, bersekat
dan bercabangHasil pengamatan Hardaningsih et al. (2011) secara langsung
dengan mikroskop dan setelah dilakukan isolasi jaringan ternfeksi ditemukan
setae berwarna coklat tua yang merupakan ciri khas jamur dari
genusColletotrichum sp.
45
4.1.8 Titik lokasi 8 : Pagak
Pada titik lokasi 8 ditemukan 2 gejala penyakit yang diduga terserang oleh
jamur, yaitu gejala bercak coklat dan antraknosa.
1. Penyakit bercak coklat
Gejala penyakit bercak coklat pada daun ubi kayu dari Pagak berupa bercak
berwarna coklat, berukuran sekitar 4-10 mm dan dengan bentuk yang cenderung
bulat.Pada permukaan atas maupun bawah bercak terdapat titik-titik abu-abu
kehitaman yang merupakan konidia dan konidiofor jamur.Bercak coklat memiliki
batas jelas berwarna coklat gelap sampai kehitaman pada tepi bercak.Daun yang
terserang penyakit tersebut seringkali terlihat berlubang (Gambar 41).Hal tersebut
dikarenakan daun yang terserang penyakit tersebut kering dan rapuh sehingga
mudah sobek saat terkena gesekan ataupun tiupan angin.
Gambar 41.Gambar gejala bercak coklat pada daun ubi kayu dari Pagak
Gambar 42. Jamur Cercospora sp. 1 isolat Pagak. (A) Isolat umur 7 hari pada
media PDA (A) tampak permukaan atas dan (B)kenampakan mikroskopis hifa dan konidiajamur
Pada media PDA, isolat jamur memiliki ciri-ciri koloni berwarna putih pada
awal pemurnian dengan bagian dasar koloni berwarna abu-abu kecoklatan.
46
Kemudian warna koloni jamur berubah menjadi abu-abu sampai kecoklatan pada
permukaan atas bagian tengah sedangkan bagian tepi berwarna putih keabu-
abuan. Dan pada bagian bawah miselium berwarna abu-abu sampai coklat
kehitaman. Miselium jamur tumbuh kosentris dengan bagian tengah miselium
lebih tebal dibandingkan dengan bagian tepi (Gambar 4A).
Pada pengamatan mikroskopik, didapatkan jamur Cercospora sp. 1isolat Pagak
yang memiliki konidia hialin, silindris, lurus sampai agak bengkok dengan bagian
dari kedua ujung tumpul, bersekat 1-4, berukuran 3,44 4,23 x 14 41,12 µm dan
konidia tersusun soliter 2-5 pada ujung konidiofor. Konidiofor berwarna gelap,
bergerombol, tidak bersekat sampai bersekat 2, berukuran3,88 4,42 x 13,22
27,3 µm ujung konidiofor membulat dan ada yang membengkok. Miselium hialin,
bersekat dan bercabang (Gambar 42B).
Berdasarkan gejala dan ciri-ciri mikroskopis jamur yang didapatkan, jamur
Cercospora sp. 1isolat Pagak merupakan jamur C. henningsii yang merupakan
jamur penyebab penyakit bercak daun coklat pada tanaman ubi kayu di daerah
tropis (Thruston, 1984). Hal tersebut didasarkan pada deskripsi Lozano dan Booth
(1976), Jamur C. henningsiimemiliki konidia ampigena yang tersusun soliter di
atas konidiofor dan berbentuk lurus atau agak bengkok.
2. Penyakit antraknosa
Pada daun tanaman ubi kayu yang terserang antraknosa, terdapat bercak
berwarna kecoklatan berukuran lebih kurang 0,5 - 6cm, bercak berwarna
kecoklatan (lebih gelap dibandingkan dengan bercak baur), gejala bercak
kebanyakan terdapat pada tepi daun yang melebar ke dalam. Pada jaringan daun di
sekitar bercak tampak berkerut, seakan-akan bercak membentuk cekunganterdapat
titik-titik hitam pada permukaan bercak (Gambar 43). Selain itu, terdapat pustul
berwarna hitam yang merupakan aservulus Colletotrichum sp,.aservulustersebut
tersusun di bawah epidermis daun dan akan pecah bila konidium sudah matang
(Alexopoulus et al., 1996).
Jamur Colletotrichum sp. isolat Pagak pada media PDA berwarna putih dengan
dasar abu-abu pada awal pemurniaan, kemudian 4 hari setelah pemurnian
permukaan bagian atas isolat jamur berubah menjadi putih keabu-abuan dengan
bagian dasar koloni jamur berwarna coklat sampai kehitaman. Jamur
47
Colletotrichum sp. isolat Pagak memiliki miselium agak kasar, pertumbuhan
miselium tidak rata, dan bagian tepi isolat lebih tipis dibandingkan bagian tengah.
Gambar.43. Gejala penyakit Antraknosa pada daun ubi kayu dari Pagak
Gambar 44. Jamur Colletotrichum sp. IsolatPagak. Isolat umur 7 hari pada media
PDA (A) tampak permukaan atas dan (B) tampak bagian bawah, (C) kenampakan konidia dan hifa, dan(D) ilustrasi Colletotrichum sp. (Barnett dan Hunter, 1972).
Berdasarkan pengamatan secara mikroskopik, jamur Colletotrichum sp. isolat
Pagak memiliki konidia hialin, berbentuk oval-ramping, terdapat satu sel pada
masing-masing ujung, kedua ujung tumpul dan berukuran 1,83 2,15 x 3,83
6,69 µm. Jamur Colletotrichum sp. isolat Pagak memiliki seta berwarna gelap
dengan panjang 6,53 12,03 µm. Hifa hialin, bersekat dan
bercabang.Berdasarkan hasil penelitian Irawan et al. (2015), jamur Colletotrichum
sp. memiliki konidia berbentuk bulat lonjong, bersel dua dan membulat pada
kedua ujungnya.
D C
48
4.2 Postulat Koch
Pada isolasi dan identifikasi jamur dari daun tanaman ubi kayu didapatkan 12
isolat jamur dari genus Cercospora dan 3 isolat jamur dari genus Colletotrichum.
Masing-masing isolat jamur dibuat suspensi dan diinokulasikan pada daun
tanaman sehat kemudian dilakukan pengamatan setiap hari pada perubahan fisik
daun yang telah diinokulasikan.
Berdasarkan hasil uji postulat Koch, tidak semua isolat jamur hasil isolasi
dapat menimbulkan gejala setelah diinokulasikan pada daun tanaman ubi kayu
yang sehat (Tabel 3). Hal tersebut diduga karena beberapa faktor seperti waktu
inokulasi, kondisi lingkungan, umur isolat yang tidak seragam saat dilakukan
inokulasi, beberapa isolat telah dilakukan pemurnian beberapa kali untuk
mendapatkan isolat murni, contohnya pada Cercospora sp. 1 isolat Pujon yang
dilakukan pemurnian sampai 11 kali. Menurut Abadi (2003), biakan jamur dapat
kehilangan patogenesitasnya jika dilakukan pemurnian pada media buatan berkali-
kali, khususnya untuk jamur yang bersifat saproba fakultatif. Selain faktor-faktor
tersebut, faktor yang dapat mempengaruhi hasil inokulasi tersebut adalah varietas
tanaman yang tidak sama dengan varietas asal isolat. Hal tersebut berdasarkan
laporan Saleh et al. (2012) bahwa setiap varietas tanaman ubi kayu memiliki
karakteristik yang berbeda antar varietas, termasuk ketahanan/kerentanan tanaman
terhadap serangan hama dan penyakit.
Tabel 3. Uji postulat Koch isolat jamur patogen pada daun ubi kayu Isolat Jamur Hasil Pengujian Gejala Penyakit
Cercospora sp. 1isolat Pujon Tidak bergejala Tidak ada Cercospora sp. 1isolat Jabung 2 Bergejala Bercak coklat Cercospora sp. 1isolat Poncokusumo Tidak bergejala Tidak ada Cercospora sp. 1isolat Wajak 1 Tidak bergejala Tidak ada Cercospora sp. 1isolat Wajak 2 Bergejala Bercak coklat Cercospora sp. 1isolat Gondanglegi Tidak bergejala Tidak ada Cercospora sp. 1isolatPagak Bergejala Bercak coklat Cercospora sp. 2isolat Jabung 1 Tidak bergejala Tidak ada Cercospora sp. 2isolat Jabung 2 Bergejala Bercak baur Cercospora sp. 2isolat Poncokusumo Bergejala Bercak baur Cercospora sp. 2isolat Wajak 1 Bergejala Bercak baur Cercospora sp. 2isolat Wajak 2 Bergejala Bercak baur Colletotrichum sp. isolat Wajak 2 Bergejala Antraknos Colletotrichum sp. isolat Gondanglegi Tidak bergejala Tidak ada Colletotrichum sp. isolat Pagak Tidak bergejala Tidak ada
49
Pada inokulasi jamur Cercospora sp. 1, dari 7 isolat hanya 3 isolat yang
bergejala, yaitu isolat Cercospora sp. 1dari Jabung 2, Wajak 2dan Pagak. Gejala
dari isolat tersebut secara berurutan muncul pada hari ke-6 hsi, 7hsi, 9 hsi, dan 7
hsi. Gejala awal dari inokulasi isolat Cercospora sp. 1, mula-mula terdapat bercak
kecil lebih kurang 1 mm berwarna coklat gelap, kemudian bercak tersebut meluas
sampai berukuran lebih kurang 1 cm, berwarna orange muda yang kemudian
berubah menjadi kecoklatan. Bercak tersebut dapat bertahan lebih dari 3 minggu
sebelum bercak tersebut sobek akibat gesekan ataupun hembusan angin.
Gambar 45.Hasil inokulasi cercospora sp. 1 pada uji postulat Koch. (A) Isolat
Jabung 1, (B) isolat Wajak 2 dan (C) isolat Pagak
Pada inokulasi jamur Cercospora sp. 2, dari 5 isolat yang diinokulasikan, 4 isolat
menunjukkan adanya gejala, yaitu isolat Jabung 2, Poncokusumo, Wajak 1, dan
Wajak 2. Gejala dari isolat tersebut secara berurutan muncul pada hari ke-7 hsi, 9
hsi, 9 hsi, dan 9 hsi. Gejala awal dari inokulasi isolat Cercospora sp. 2, mula-mula
terdapat bercak pada tepi daun kemudian bercak tersebut meluas, berwarna oranye
muda yang kemudian berubah menjadi kecoklatan. Pada daerah sekitar bercak
terdapat halo area berwarna kuning.Bercak tersebut dapat bertahan lebih dari 3
minggu sebelum bercak tersebut sobek akibat gesekan ataupun hembusan angin.
C
A B
50
Gambar 46. Hasil inokulasi Cercospora sp. 2 pada uji postulat Koch. (A) Isolat
Jabung 2, (B) isolat Poncokusumo, (C) isolat Wajak 1, dan (D) isolat Wajak 2
Gambar 47. Hasil inokulasi Colletotrichum sp. IsolatWajak 2 pada uji postulat Koch
Pada inokulasi jamur Colletotrichum sp., dari 4 isolat hanya 1 isolat yang
bergejala, yaitu isolat Wajak 2. Gejala tersebut baru muncul pada hari ke-18 hsi,
gejala mula-mula muncul dari bagian tepi daun yang kemudian melebar. Gejala
awal dari inokulasi Colletotrichum sp., daun terdapat bercak ukuran lebih kurang
1 cm seperti tersiram air panas, bercak berwarna hijau muda dan pembuluh daun
tampak gelap menyebar. Selanjutnya bercak melebar dan berangsur-angsur
berubah warna menjadi coklat.Pada bagian atas permukaan bercak terdapat titik-
titik hitam yang merupakan acervulus jamur.
C
B A
D
51
4.3 Pembahasan Umum
Berdasarkan hasil eksplorasi di lapangditemukan 3 gejala penyakit, yaitu:
bercak coklat, bercak baur dan antraknosa. Masing-masing gejala penyakit
tersebut menunjukkan gejala yang berbeda karena karakteristiknya yang
khas.Gejala yang khas dari penyakit bercak coklat adalah terdapat bercak kecil
berukuran 2 12 mm dan terdapat batas yang jelas pada tepi bercak berwarna
coklat gelap sampai kehitaman.Sedangkan, gejala dari penyakit bercak baur
berupa bercak berwarna coklat dengan batas yang tidak jelas dan berukuran 10-70
mm. Selain penyakit bercak coklat dan bercak baur juga terdapat penyakit
antraknosa. Gejala penyakit tersebut terkadang sulit dibedakan dengan penyakit
bercak baurkarena memiliki ukuran dan warna yang hampir sama. Namun,
penyakit tersebut dapat dibedakan dengan bentuknya yang agak cekung serta
terdapat pustul berwarna hitam yang merupakan aservulus jamur terutama pada
tepi bercak, akan tetapi pustul-pustul tersebut dapat tercuci oleh air pada musim
hujan ataupun terbawa angin pada musim kemarau (Lozano dan Booth, 1976).
Berdasarkan hasil survei gejala penyakit dari 8 titik lokasi di Kabupaten
Malang, gejala penyakit bercak coklat ditemukan hampir di semua titik
lokasi.Menurut Offei dan Boasiako (1996), penyakit bercak coklat merupakan
penyakit paling penting di Ghana.Hal tersebut dikarenakan gejala penyakit bercak
coklat dapat ditemukan dimanapun tanaman ubi kayu tumbuh. Dari 8 titik lokasi,
gejala penyakit bercak coklat ditemukan pada 7 titik lokasi di Kabupaten Malang,
yaitu: Pujon, Jabung 2, Poncokusumo, Wajak 1, Wajak 2, Gondanglegi dan
Pagak.Gejala penyakit tersebut tidak ditemukan pada titik lokasi Jabung 1.Hal
tersebut diduga karena intensitas serangan penyakit yang rendah ataupun karena
faktor lain seperti faktor lingkungan.Berdasarkan kenampakan gejala di lapang
dan ciri mikrosopis jamur yang ditemukan, penyakit bercak coklat tersebut
disebabkan oleh jamur Cercospora henngsii.
Gejala penyakit bercak baur ditemukan di 4 titik lokasi, yaitu: Jabung 1,
Jabung 2, Poncokusumo, Wajak 1, dan Wajak 2. Intensitas serangan penyakit
tertinggi berada pada Jabung 2, yaitu sebesar 32,33 % dan intensitas terendah
berada pada lokasi Wajak 1 dengan intensitas serangan 13,7 % (Tabel 2).
Intensitas yang tinggi pada Jabung 2 tersebut dikarenakan umur tanaman yang
52
sudah mendekati panen, sedangkan pada lokasi Wajak 1 tanaman ubi kayu masih
berumur 3 bulan. Menurut Alvares et al. (2012), penyakit bercak baur tersebut
disebabkan oleh jamur Cercospora viscosae. Jamur tersebut umumnya menyerang
tanaman ubi kayu di daerah dengan temperatur hangat (Lozano dan Booth,
1976).Istikorini (2008) menyatakan bahwa temperatur dan kelembapan udara
merupakan faktor lingkungan yang penting untuk pertumbuhan, reproduksi, dan
patogenesitas jamur patogen.
Menurut Agrios (2005), penyakit Cercosporapada umumnya berbentuk bercak
daun. Bercak berukuran relatif kecil dan menyebar, beberapa bercak dapat
membentuk hawar daun.Pada umumnya, kehilangan hasil yang disebabkan oleh
Cercospora kurang berarti (kecil).Namun, pada beberapa kasus penyakit
Cercospora dapat menyebabkan kehilangan hasil yang cukup signifikan.Hal
tersebut dikarenakan kehilangan hasil yang disebabkan oleh suatu penyakit sangat
dipengaruhi oleh varietas tanaman, fase pertumbuhan tanaman, bagian yang
diserang dan musim (Msikita, 2000).
Jamur Cercospora sp. sebagian besar menghasilkan toksin cercosporin yang
bersifat tidak spesifik.Cercosporin menyerang agen fotosintesis dalam sel
tanaman hanya dalam kondisi cukup cahaya, yakni dengan menyerap energi
cahaya pada inang (Agrios, 2005).Sehingga, dapat dikatakan bahwa cahaya
merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya
penyakit oleh jamur Cercospora sp. pada daun tanaman ubi kayu. Menurut Burton
(2010), selain berperan dalam aktifasi toksin cercosporin, cahaya juga
berpengaruh terhadap morfologi dari jamur cercospora.
Dan berdasarkan hasil survei di lapang, gejala penyakit antraknosa ditemukan
pada 3 titik lokasi, yaitu: Wajak 2, Gondanglegi dan Pagak. Berdasarkan laporan
(Lozano dan Booth, 1976) penyakit antraknosa disebabkan oleh jamur
Colletotrichum gloeosporioides.Penyakit tersebut dapat tumbuh secara optimal
apabila kondisi lingkunganmendukung. Menurut Anggraeni (2009). Kondisi yang
sesuai untuk perkembangan antraknosa adalah pada kelembaban relatif 98 100
%, dengan suhu optimum 28 36 C.
Selain Cercospora, ditemukan jamur Colletotrichum sp. yang juga merupakan
jamur yang sering menyebakan penyakit tanaman. Jamur tersebut merupakan
53
jamur penyebab antraknosapada berbagai tanaman (Agrios, 2005).Menurut lozano
dan Booth (1976), antraknosapada daun ubi kayu disebabkan oleh jamur
Colletotrichum gloeosporioides.Jamur C. gloeosporioidestelah dikenal secara luas
sebagai penyebab penyakit Antraknosa pada berbagai spesies tanaman di daerah
tropis maupun subtropis (Hossein, 2011).