refrat bercak darah forensik.doc

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada kebanyakan kasus kejahatan dengan kekerasan fisik, seperti pembunuhan, penganiayaan, perkosaan, dan lain-lain, mungkin ditemukan darah, cairan mani, air liur, urin, rambut dan jaringan tubuh lain di tempat kejadian perkara (TKP). Bahan-bahan tersebut mungkin berasal dari korban atau pelaku kejahatan atau dari keduanya, dan dapat digunakan untuk membantu mengungkapkan peristiwa kejahatan tersebut secara ilmiah. Bahan-bahan sepeti ini umumnya dijumpai dalam jumlah yang sangat sedikit, tetapi semakin cermat dan terampil seorang ahli, semakin banyaklah yang dapat diungkapkan. 1 Di antara berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang paling penting karena merupakan cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk golongan manusia tertentu. Tujuan utama pemeriksaan darah forensik sebenarnya adalah untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut, dengan membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP pada obyek-obyek tertentu (lantai, meja, kursi, karpet, senjata dan sebagainya), manusia dan pakaiannya dengan darah korban atau darah tersangka pelaku kejahatan. 2 Saat tindak kekerasan kriminal terjadi, bukan sebuah hal yang tidak biasa jika pelakunya terluka. Jika luka ini disertai aliran darah, pola bercak darah tertentu dapat terbentuk dan digunakan untuk memberi informasi dalam investigasi mengenai kegiatan yang terjadi selama tindakan kriminal tersebut. Pola bercak darah tersebut timbul karena 1

Upload: abdurrahman-arsyad-as-siddiqi

Post on 26-Oct-2015

351 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Referat metode pengenalan bercak darah di TKP

TRANSCRIPT

Page 1: refrat bercak darah forensik.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada kebanyakan kasus kejahatan dengan kekerasan fisik, seperti pembunuhan, penganiayaan,

perkosaan, dan lain-lain, mungkin ditemukan darah, cairan mani, air liur, urin, rambut dan

jaringan tubuh lain di tempat kejadian perkara (TKP). Bahan-bahan tersebut mungkin berasal dari

korban atau pelaku kejahatan atau dari keduanya, dan dapat digunakan untuk membantu

mengungkapkan peristiwa kejahatan tersebut secara ilmiah. Bahan-bahan sepeti ini umumnya

dijumpai dalam jumlah yang sangat sedikit, tetapi semakin cermat dan terampil seorang ahli,

semakin banyaklah yang dapat diungkapkan.1

Di antara berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang paling penting karena merupakan

cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk golongan manusia tertentu.

Tujuan utama pemeriksaan darah forensik sebenarnya adalah untuk membantu identifikasi

pemilik darah tersebut, dengan membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP pada

obyek-obyek tertentu (lantai, meja, kursi, karpet, senjata dan sebagainya), manusia dan

pakaiannya dengan darah korban atau darah tersangka pelaku kejahatan.2

Saat tindak kekerasan kriminal terjadi, bukan sebuah hal yang tidak biasa jika

pelakunya terluka. Jika luka ini disertai aliran darah, pola bercak darah tertentu dapat

terbentuk dan digunakan untuk memberi informasi dalam investigasi mengenai kegiatan yang

terjadi selama tindakan kriminal tersebut. Pola bercak darah tersebut timbul karena adanya

properti fisik pada darah dan bagaimana darah akan bereaksi terhadap gaya yang diberikan.3

Darah adalah bahan yang paling penting untuk bukti pada peristiwa kriminal dewasa

ini. Di antara berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang paling penting karena merupakan

cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk golongan manusia tertentu.

Tujuan utama pemeriksaan darah forensik sebenarnya adalah untuk membantu identifikasi

pemilik darah tersebut, dengan membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP

(tempat kejadian perkara) pada obyek-obyek tertentu (lantai, meja, kursi, karpet, senjata, dan

sebagainya), manusia dan pakaiannya dengan darah korban atau darah tersangka pelaku

kejahatan.4

Darah sangat penting untuk tersangka maupun korban dari suatu kejahatan.

Pewarnaan darah akan dapat menceritakan mengenai posisi dan tindak suatu peristiwa

kejahatan/pembunuhan. Siapa yang membunuh dan siapa yang memulai. Pelaku tindak

1

Page 2: refrat bercak darah forensik.doc

kriminal berusaha menutupi dengan jalan menghilangkan tanda bukti yaitu dengan

membersihkan darah dan menghilangkan jejak.1

Pemeriksaan bercak darah merupakan salah satu pemeriksaan yang paling sering

dilakukan pada laboratorium forensik. Karena darah mudah sekali tercecer pada hampir

semua bentuk tindakan kekerasan, penyelidikan terhadap bercak darah ini sangat berguna

untuk mengungkapkan suatu tindakan kriminal.4

Bercak darah yang terdapat pada objek-objek di sekitar korban sering kali disamarkan

oleh pelaku. Objek yang paling sering adalah baju korban, seringkali pelaku kejahatan

menghilangkan barang bukti berupa darah tersebut dengan berbagai cara antara lain :

membuang baju korban, mencuci baju korban dengan tujuan untuk menghilangkan bercak

darah yang ada, sehingga pada saat dilihat tidak akan diketahui adanya darah.3

1.2. Batasan Masalah

Penulisan referat ini membahas tentang teknik pemeriksaan bercak darah dan aspek

medikolegalnya.

1.3. Tujuan Penulisan

Referat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang teknik

pemeriksaan bercak darah dan aspek medikolegalnya.

1.4. Metode Penulisan

Referat ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan dari berbagai literatur.

2

Page 3: refrat bercak darah forensik.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Darah adalah cairan serologis yang terdiri dari beberapa jenis sel disuspensikan dalam

larutan berair asin yang disebut plasma. Warna darah berasal dari sel-sel darah merah (RBC)

atau eritrosit (partikel berbentuk disk ditampilkan di atas). Sel darah merah memuat sekitar

40% dari darah (berdasarkan volume). Hal ini mudah terlihat dalam tes sentrifugal

sederhana. Setiap sel darah merah diisi dengan protein hemoglobin yang membawa oksigen

ke jaringan dan membawa karbon dioksida dari jaringan.5

Hemoglobin mengangkut oksigen dengan menggunakan heme, sebuah cincin dengan

4 molekul yang memiliki pusat atom tunggal dari besi (Fe), dan inilah yang sebenarnya

mengikat oksigen untuk membentuk besi (hydr) kompleks oksida, yang berperan dalam

ikatan kovalen ganda yang membentuk cincin. Ikatan ganda ini dapat digeser ke dalam

banyak konfigurasi berbeda. Hal ini memungkinkan lebih banyaknya oksigen yang diikat

dibanding bila hanya sekedar larut dalam darah.5

Ada berbagai sel ditemukan dalam darah. Sel darah putih berperan dalam sistem

kekebalan tubuh dengan memproduksi antibodi untuk melawan antigen berbahaya

pembawa penyakit seperti bakteri, virus, atau jamur. Trombosit adalah fragmen sel darah

putih yang bertugas membantu pembekuan darah dan menumpuk serta membentuk serat

dalam luka yang terbuka dan memerangkap sel-sel darah merah untuk membentuk padatan.5

Darah sedikit bersifat (alkali) terdiri dari 55% cairan (plasma, serum) dan 45%

padatan (sel, fibrin). Darah mengandung air, sel, enzim protein dan substansi organic yang

bersirkulasi keseluruh sistem vaskuler (pembuluh drah), membawa bahan mutrisi dan

menyalurkan oksigen serta bahan sisa untuk dibuang. Cairan darah terdiri dari plasma yang

sebagian besar adalah air dan serum yang berwarna kekuningan yang merupakan cairan

mengandung zat beku darah. Bahan padatan terdiri dari sel darah merah dan sel darah putih.

Di mana seorang ilmuwan (imunolog) tertarik untuk mempelajari sel darah putih, sedangkan

seorang ahli forensik tertarik pada sel darah merah. Pada serum, seorang analisis dapat

membedakan antara darah yang segar dan darah yang sudah beberapa menit kontak dengan

udara luar. Dalam serum juga ditemukan antibodi, yang penting untuk pemeriksan forensik.

Pada sel darah merah, analis dapat memeriksa suatu substansi yang terdapat pada permukaan

sel yaitu antigen yang sangat penting untuk pemeriksaan forensik.2,5

Pada hukum forensik, darah selalu dijadikan sebagai barang bukti, tetapi kekuatan

barang bukti adalah tipe golongan darah individu. Sampai sekarang serologik forensik dapat

3

Page 4: refrat bercak darah forensik.doc

dijadikan barang bukti yang kuat untuk memperkirakan hubungan antara orang tertentu

dengan orang lain. Bahkan pada kembar identik mungkin mempunyai DNA profil yang sama,

tetapi profil antibodinya berbeda.5,6

2.1 Manfaat Pemeriksan Darah untuk Kasus Kriminal

Darah segar mempunyai nilai yang lebih penting daripada darah kering, karena uji

darah segar dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Darah akan mengering setelah kontak

dengan udara luar dalam waktu 3-5 menit. Begitu darah mengering maka darah akan berubah

warna dari merah menjadai coklat kehitaman. Darah pada kasus kriminal dapat berbentuk

genangan darah, tetesan, usapan atau bentuk kerak. Dari genangan darah akan diperoleh nilai

yang lebih baik untuk mendapatkan darah segar. Tetesan darah akan dapat diperkirakan

jatuhnya darah dari ketinggian seberapa dan sudut seberapa. Ilmu forensik mengenai analisis

percikan darah dapat menduga bahwa jatuhnya darah tegak lurus ke lantai dan dalam jarak 0-

2 kaki akan membentuk percikan bulat dengan pinggir bergerigi. Usapan darah pada lantai

atau dinding akan dapat menunjukkan arah usapan, biasanya pada awal usapan adalah bentuk

yang besar dan kemudian mengecil pada akhir usapan. Kerak darah yang kering harus diuji

dengan tes kristalin untuk menentukan darah tersebut benar darah atau bukan.8

Pemeriksaan darah di tempat kejadian perkara kasus kriminal dapat memberikan

informasi yang berguna bagi proses penyidikan. Pemeriksaan yang sederhana dan dapat

dilakukan oleh setiap penyidik adalah:7

a. Dari bentuk dan sifat bercak dapat diketahui:

Perkiraan jarak antara lantai dengan sumber perdarahan

Arah pergerakan dari sumber perdarahan baik dari korban maupun dari pelaku

kejahatan

Sumber perdarahan, darah yang berasal dari pembuluh balik (pada luka yang

dangkal), akan berwarna merah gelap sedangkan yang berasal dari pembuluh nadi

(pada luka yang dalam) akan berwarna merah terang.

Darah yang berasal dari saluran pernapasan atau paru-paru berwarna merah terang

dan berbuih (jika telah mengering tampak seperti gambaran sarang tawon).

Darah yang berasal dari saluran pencernaan akan berwarna merah coklat sebagai

akibat dari bercampurnya darah dengan asam lambung.

Darah dari pembuluh nadi akan memberikan bercak kecil-kecil menyemprot pada

daerah yang lebih jauh dari daerah perdarahan; sedangkan yang berasal dari

pembuluh balik biasanya membentuk genangan (ini karena tekanan dalam

4

Page 5: refrat bercak darah forensik.doc

pembuluh nadi lebih tinggi dari tekanan atmosfer sedangkan tekanan dalam

pembuluh balik lebih rendah hingga tidak mungkin dapat menyemprot)

Perkiraan umur/tuanya bercak darah. Darah yang masih baru bentuknya cair

dengan bau amis, dalam waktu 12-36 jam akan mengering sedangkan warna darah

akan berubah menjadi coklat dalam waktu 10-12 hari.

b. Dari distribusi bercak darah pada pakaian dapat diperkirakan posisi korban sewaktu

terjadinya perdarahan. Pada orang yang bunuh diri dengan memotong leher pada

posisi tegak atau pada kasus pembunuhan di mana korbannya sedang berdiri, maka

bercak/aliran darah akan tampak berjalan dari atas ke bawah.

c. Dari distribusi darah yang terdapat di lantai dapat diduga apakah kasusnya kasus

bunuh diri (tergenang, setempat), ataukah pembunuhan (bercak dan genangan darah

tidak beraturan, sering tampak tanda-tanda bahwa korban tampak berusaha

menghindar atau tampak bekas diseret).

d. Pada kasus tabrak lari, pemeriksaan bercak darah dalam hal ini golongan darahnya

yang terdapat pada kendaraan yang diduga sebagai penabrak dibandingkan dengan

golongan darah korban akan bermakna dan memudahkan proses penyidik.

e. Dari distribusi bercak darah pada pakaian dapat diperkirakan posisi korban sewaktu

terjadinya perdarahan. Pada orang yang bunuh diri dengan memotong leher pada

posisi tegak atau pada kasus pembunuhan di mana korbannya sedang berdiri, maka

bercak/aliran darah akan tampak berjalan dari atas ke bawah.

2.3 Analisis Pola Bercak Darah

Analisis pola bercak darah adalah pemeriksaan bentuk, lokasi,dan distribusi pola bercak

darah dalam rangka memberikan penafsiran peristiwa fisik yang memunculkan bercak darah

tersebut.3,4,8

Informasi yang dapat diperoleh dari analisis pola bercak darah yang tepat:8

5

Page 6: refrat bercak darah forensik.doc

1. Jarak dari sumber darah ke target

2. Arah sudut jalan dan dampaknya

3. Sifat gaya digunakan untuk menyebabkan tertumpahnya darah

4. Urutan peristiwa tertumpahnya darah

5. Interpretasi pola kontak dan transfer

Jika didokumentasikan dengan benar, pola bercak darah yang ditemukan di TKP, atau pada

pakaian orang tertentu, dapat digunakan untuk :2

1. Mengkonfirmasi atau menyangkal posisi korban, saksi, tersangka atau terdakwa.

2. Menunjukkan adakah bukti perlawanan atau serangan tersebut berasal dari satu arah.

2.3.1 Penggolongan dari Bentuk/Pola Bercak Darah4,8

1. Bercak darah yang dihasilkan  dari  Extravasation Drops (Tetesan), Gushes & Spur

(Tetesan & semburan arteri; Pool (Genangan).

a. Drops (Tetesan)

Bercak tetesan  terbentuk sebagai akibat gaya gravitasi. Darah yg keluar  dari luka

memiliki massa  tertentu dan akan terjatuh sebagai bulatan berbentuk elips karena

gaya gravitasi. Besarnya bercak darah  tetesan tergantung pada volume arah yang

menetes dan sifat-seifat permuaan dimana darah menetes.

b. Pool (Genangan)

Aliran darah dari luka (tampa tekanan) yan tergenang di TKP karena faktor media

dan gaya gravitasi.

c. Aliran (flows)

Bentuk bercak darah yang seringkali ditemukan ditempat kejadian perkara adalah

pola aliran.  Pola  bercak darah ini sering ditemukan pada tubuh korban, pada objek-

objek tertentu di TKP atau  pada permukaan  tertentu  di TKP.  Terbentuknya pola

bercak darah tersebut diakibatkan oleh pengaruh gravitasi.

d. Drip (percikan cairan)

6

Page 7: refrat bercak darah forensik.doc

Bercak darah terbentuk ketika genangan darah terkena tetesan darah.

e. Saturation Stain (Serapan)

Bercak yang terjadi bila benda tertentu (yang dapat) menyerap menyentuh darah

dengan kuantitas yang besar (Genangan atau aliran darah).

f. Serum Separation (Pemisahan serum)

 Bercak darah yang terbentuk dari pemisahan antara cairan darah (Serum) dengan

komponen padatan darah (sel/Pellet).

2. Pola/bentuk bercak darah yang terlembar dari suatu benda

a. Pattern Transfer (Bercak salinan bentuk)

Adalah Bercak darah yang dihasilkan bila objek yg membawa darah cair 

bersentuhan dengan permukaan objek lain.

Gambar 1. Pola transfer4

b. Swipe (Bercak Gesekan/Polesan)

7

Page 8: refrat bercak darah forensik.doc

 Transfer  darah    pada   permukaan   target (Benda tertentu) diakibatkan   oleh

pergesekan antara permukaan target (Diam) dengan benda yang bergerak 

membawa darah.

Gambar 2. Pola swipe8

3. Bercak yang dihasilkan  dari  perpindahan/gerakan  darah

a. Bercak Saputan (Wipes)

 Bercak darah saputan terbentuk ketika suatu objek (diam) yang  membawa  darah

tergesek oleh suatu permukaan yang bergerak. Gerakan objek diperkirakan sebagai

gerakan Lateral.

Gambar 3. Pola saputan8

b. Cast – off (Lontaran)

8

Page 9: refrat bercak darah forensik.doc

 Bercak darah ini terbentuk bila benda membawa darah dikibaskan dan darah yang

terlontar dari objek menyentuk suatu permukaan. Umumnya Bercak lontaran

ditemukan sebagai serentetan bercak yang berurut sesuai dengan arah kibasan benda.

Gambar 4. Pola lontaran4

c. Spatter (Percikan)

Bercak darah  percikan terbagi menjadi 2, Forward spatter (percikan kedepan) dan

Back spatter (percikan kebelakang). Benturan yang terjadi pada suatu genangan darah

akan mengakibatkan pecahnya kumpulan darah menjadi butiran – butiran yang lebih

kecil dan terpercik kearah menjauhi pusat gaya.

Gambar 5. Pola spatter4

d. Bercak Expiratory (Bercak darah pernafasan)

9

Page 10: refrat bercak darah forensik.doc

 Bercak darah ini merupakan bercak darah yang disemburkan dari mulut, hidung atau

sistem pernapasan lainnya. Karena pengaruh tekanan pada saat pernapasan. Hal ini

menyebabkan pemecahan kumpulan darah menjadi bagian – bagian yang lebih kecil.

Sehingga bercak darah pernafasan disamping ditemukan bercak besar juga dijumpai

bintik – bintik kecil bercak darah disekitarnya.

Gambar 6. Bercak ekspiratori8

Jenis paling sederhana dari analisis darah menentukan percikan atau transfer. Percikan

tercipta ketika darah dihasilkan dari suatu gaya dan berjalan melalui udara sebelum

mendarat di permukaan target. Pola transfer terjadi ketika darah dari sumber darah datang

dalam kontak langsung dengan luas permukaan target.

2.3.2 Karakteristik Jalur Terbangnya Darah3,4,8

1. Tegangan Permukaan

Darah tidak akan terputus kecuali bila ada gaya yang mempengaruhi. Gaya yang

diperlukan cukup besar untuk mengatasi tegangan permukaan darah. Darah membentuk

seperti bola (bentuk melingkar sempurna) hampir segera setelah memisahkan diri dari

sumber darah, Bentuk bulat tersebut disebabkan oleh tegangan permukaan darah.

Tegangan permukaan menyebabkan darah yang jatuh untuk menarik dirinya baik

secara horizontal maupun vertikal. Jatuhnya darah akan tetap menjadi bentuk bola sebagai

akibat tegangan permukaan. Tegangan permukaan akan mempertahankan darah

berbentuk bola hingga darah jatuh dan menetes ke permukaan.

10

Page 11: refrat bercak darah forensik.doc

Gambar 7. Tegangan Permukaan Darah7

2. Angle of Impact (Sudut Dampak )

Bentuk bercak darah ditentukan oleh sudut antara jalur terbangnya dengan permukaan

yang dikenai.3 Tetesan darah yang membentur suatu permukaan pada sudut 90o akan

menghasilkan bercak darah yang pada dasarnya bulat dalam bentuk. Tetesan darah yang

membentur permukaan pada sudut kurang dari 90o akan lebih panjang atau berbentuk

oval.4

Dengan berkurangnya sudut antara tetesan darah dengan permukaan target,

panjang bercak darah yang terbentuk akan bertambah dan lebarnya berkurang. Dengan

kata lain bercak darah akan menjadi lebih panjang dan sempit seiring berkurangnya

besar sudut.3

Gambar 8. Angle of impact bercak darah terhadap target permukaan3

11

Page 12: refrat bercak darah forensik.doc

Gambar 9. Angle of Impact (Sudut Dampak)4

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Pola Bercak Darah4,8

1. Permukaan tekstur target :

a. Bercak darah dapat terjadi pada berbagai permukaan. Jenis permukaan tempat

darah jatuh/menetes mempengaruhi tampilan dari percikan darah yang dihasilkan.

Jika permukaan licin atau tidak kasar darah yang jatuh akan berbentuk melingkar

biasa.

b. Darah yang jatuh pada permukaan yang kasar dan tidak teratur akan membuat

sebuah bentuk bercak dengan bentuk kasar atau bergerigi.

Gambar 10. Permukaan tekstur target8

2. Kecepatan bercak darah

12

Page 13: refrat bercak darah forensik.doc

Bercak darah pasif / bercak darah dengan kecepatan rendah:

a. Darah jatuh pada kecepatan atau gaya gravitasi yang normal

b. Bercak / percikan biasanya berasal dari luka terbuka atau dari permukaan yang

jenuh dengan darah.

c. Bercak darah yang dihasilkan sebagian besar berukuran besar, berbentuk lingkaran,

dengan diameter percikan 4mm atau lebih.

d. Bercak darah akan bertambah ukurannya sesuai dengan jarak jatuh yang meningkat

pula. Namun ukuran percikan akan tetap konstan bila jarak jatuh sekitar 4 kaki.

Gambar 11. Bercak darah kecepatan rendah4

3. Bercak darah dengan kecepatan sedang :

a. Dihasilkan dengan kecepatan dan energi yang melebihi gaya gravitasi,

b. Jenis percikan ini biasanya terlihat pada penusukan,cedera benda tumpul dan

percikan sekunder.

c. Dihasilkan ketika banyak darah yang lebih besar terpecah menjadi percikan yang

lebih kecil dengan diameter 2-4 mm.

13

Page 14: refrat bercak darah forensik.doc

Gambar 12. Bercak darah kecepatan sedang4

4. Bercak darah dengan kecepatan tinggi :

a. Bercak percikan darah memiliki ukuran diameter kurang dari 2 mm.

b. Gaya yang diperlukan untuk menghasilkan percikan darah ini lebih besar dari 100

kaki per detik.

c. Jenis percikan ini biasanya berhubungan dengan tembakan, ledakan dan tabrakan

dengan kecepatan tinggi.

Gambar 13. Bercak darah kecepatan tinggi4

14

Page 15: refrat bercak darah forensik.doc

2.4 Pemeriksaan Laboratorium Darah

A. Persiapan

Bercak yang menempel pada suatu objek dapat dikerok kemudian direndam dalam

larutan fisiologis, atau langsung direndam dengan larutan garam fisiologis bila

menempel pada pakaian.6,9

B. Pemeriksaan Penyaringan (presumptive test)

Ada banyak tes penyaring yang dapat dilakukan untuk membedakan apakah

bercak tersebut berasal dari darah atau bukan, karena hanya yang hasilnya positif saja

yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.6

Prinsip pemeriksaan penyaringan:

H2O2 ——> H2O + On

Reagen —-> perubahan warna (teroksidasi)

Pemeriksaan penyaringan yang biasa dilakukan adalah dengan reaksi benzidine

dan reaksi fenoftalin. Reagen dalam reaksi benzidine adalah larutan jenuh Kristal

Benzidin dalam asetat glacial, sedangkan pada reaksi fenoftalin digunakan reagen

yang dibuat dari Fenolftalein 2g + 100 ml NaOH 20% dan dipanaskan dengan biji –

biji zinc sehingga terbentuk fenolftalein yang tidak berwarna.

Hasil positif menyatakan bahwa bercak tersebut mungkin darah sehingga perlu

dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sedangkan hasil negative pada kedua reaksi

tersebut memastikan bahwa bercak tersebut bukan darah.6

1. Reaksi Benzidine (Test Adler)

Dulu Benzidine test pada forensik banyak dilakukan oleh Adlers (1904). Tes

Benzidine atau Test Adlerlebih sering digunakan dibandingkan dengan tes tunggal

pada identifikasi darah lainnya. Karena merupakan pemeriksaan yang paling baik

yang telah lama dilakukan. Pemeriksaan ini sederhana, sangat sensitif dan cukup

bermakna. Jika ternyata hasilnya negatif maka dianggap tidak perlu untuk

melakukan pemeriksaan lainnya.

Cara pemeriksaan reaksi Benzidin:

Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai kemudian

diteteskan 1 tetes H202 20% dan 1 tetes reagen Benzidin.

15

Page 16: refrat bercak darah forensik.doc

Hasil:

Hasil positif pada reaksi Benzidin adalah bila timbul warna biru gelap pada kertas

saring.

2. Reaksi Phenolphtalein (Kastle – Meyer Test)

Prosedur test identifikasi yang sekarang ini, mulai banyak menggunakan

Phenolphtalein. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kastle (1901,1906), zat ini

menghasilkan warna merah jambu terang saat digunakan pada test identifikasi

darah.

Cara Pemeriksaan reaksi Fenolftalein:

Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai langsung diteteskan

reagen fenolftalein.

Hasil:

Hasil positif pada reaksi Fenoftalin adalah bila timbul warna merah muda pada

kertas saring.

3.Tes Luminol

Tujuan : Melihat bercak bersinar

Bahan yang diperiksa : Bercak darah yang kering

Metode : Test Luminol

a. Pakaian atau bahan yang mengandung bercak disemprot dengan reagensia

Luminol

b. Pemeriksaan dilakukan dalam ruang yang gelap

Hasil yang diharapkan :

Bercak darah kering tampak bersinar (Luminesence), Test Luminol merupakan test

yang paling sensitive untuk mendeteksi bercak darah.

Pembuatan reagensia :

100 mg 3 amino-phtalhydrazide dicampur dengan 5 gram sodium carbonate dalam

100 ml aquadest; sebelum digunakan larutan tersebut ditambah 700 mg sodium

perborate.6

16

Page 17: refrat bercak darah forensik.doc

Gambar 14. Test Luminol pada bercak darah kering di karpet

C. Pemeriksaan Meyakinkan/Test Konfirmasi PadaDarah

Setelah didapatkan hasil bahwa suatu bercak merah tersebut adalah darah maka

dapat dilakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan meyakinkan darah

berdasarkan terdapatnya pigmen atau kristal hematin (hemin) dan hemokhromogen.

Terdapat empat jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk memastikan bercak

darah tersebut benar berasal dari manusia, yaitu :6

1. Cara kimiawi

Terdapat dua macam tes yang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa yang

diperiksa itu bercak darah, atas dasar pembentukan kristal-kristal hemoglobin yang

dapat dilihat dengan mata telanjang atau dengan mikroskopik. Tes tersebut antara

lain tes Teichmann dan tes Takayama.

a. Test Teichman (Tes kristal haemin)

Pertama kali dilakukan oleh Teicmann (1853). Test diawali dengan

memanaskan darah yang kering dengan asam asetat glacial dan chloride untuk

membentuk derivate hematin. Kristal yang terbentuk kemudian diamati di

bawah mikroskop, biasanya kristal muncul dalam bentuk belah-belah ketupat

dan berwarna coklat.

Cara pemeriksaan:

Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek tambahkan 1 butir

kristal NaCL dan 1 tetes asam asetat glacial, tutup dengan kaca penutup dan

dipanaskan.

17

Page 18: refrat bercak darah forensik.doc

Hasil:

Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya Kristal hemin HCL yang berbentuk

batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskopik.

Kesulitan :

Mengontrol panas dari sampel karena pemanasan yang terlalu panas atau terlalu

dingin dapat menyebabkan kerusakan pada sampel.6

b. Test Takayama (Tes kristal B Hemokromogen)

Apabila heme sudah dipanaskan dengan seksama dengan menggunakan

pyridine dibawah kondisi basa dengan tambahan sedikit gula seperti glukosa,

Kristal pyridine ferroprotoporphyrin atau hemokromogen akan terbentuk. 

Cara kerja:

Tempatkan sejumlah kecil sampel yang berasal dari bercak pada gelas objek dan

biarkan reagen takayama mengalir dan bercampur dengan sampel. Setelah fase

dipanaskan, lihat di bawah mikroskop.6

Hasil :

Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya kristal halus berwarna merah jambu

yang terlihat dengan mikroskopik.

Kelebihan:

Test dapat dilakukan dan efektif dilakukan pada sampel atau bercak yang sudah

lama dan juga dapat memunculkan bercak darah yang menempel pada baju.

Selain itu test ini juga memunculkan hasil positif pada sampel yang mempunyai

hasil negative pada test Teichmann. 

Selain dua tes tersebut terdapat juga tes yang digunakan untuk memastikan bercak

tersebut berasal dari darah, yaitu :6,9

c. Pemeriksaan Wagenaar

Cara pemeriksaan:

Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, letakkan juga sebutir

pasir, lalu tutup dengan kaca penutup sehingga antara kaca obyek dan kaca

penutup terdapat celah untuk penguapan zat. Kemudian pada satu sisi diteteskan

aseton dan pada sisi lain di tetes kan HCL encer, kemudian dipanaskan.

Hasil:

18

Page 19: refrat bercak darah forensik.doc

Hasil positif bila terlihat Kristal aseton hemin berbentuk batang berwarna coklat.

Hasil negative selain menyatakan bahwa bercak tersebut bukan bercak darah,

juga dapat dijumpai pada pemeriksaan terhadap bercak darah yang struktur

kimiawinya telah rusak, misalnya bercak darah yang sudah lama sekali, terbakar

dan sebagainya.

2. Cara serologik

Pemeriksaan serologik berguna untuk menentukan spesies dan golongan

darah. Untuk itu dibutuhkan antisera terhadap protein manusia (anti human

globulin) serta terhadap protein hewan dan juga antisera terhadap golongan darah

tertentu.6

Prinsip pemeriksaan adalah suatu reaksi antara antigen (bercak darah) dengan

antibody (antiserum) yang dapat merupakan reaksi presipitasi atau reaksi

aglutinasi.6

a. Test Presipitin Cincin

Test Presipitin Cincin menggunakan metode pemusingan sederhana antara dua

cairan didalam tube. Dua cairan tersebut adalah antiserum dan ekstrak dari

bercak darah yang diminta untuk diperiksa.

Cara pemeriksaan :

Antiserum ditempatkan pada tabung kecil dan sebagian kecil ekstrak bercak

darah ditempatkan secara hati-hati pada bagian tepi antiserum. Biarkan pada

temperatur ruang kurang lebih 1,5 jam. Pemisahan antara antigen dan antibody

akan mulai berdifusi ke lapisan lain pada perbatasan kedua cairan.

Hasil:

Akan terdapat lapisan tipis endapan atau precipitate pada bagian antara dua

larutan. Pada kasus bercak darah yang bukan dari manusia maka tidak akan

muncul reaksi apapun.6

b. Reaksi presipitasi dalam agar.

Cara pemeriksaan :

Gelas obyek dibersihkan dengan spiritus sampai bebas lemak, dilapisi dengan

selapis tipis agar buffer. Setelah agak mengeras, dibuat lubang pada agar dengan

diameter kurang lebih 2 mm, yang dikelilingi oleh lubang-lubang sejenis.

Masukkan serum anti-globulin manusia ke lubang di tengah dan ekstrak darah

19

Page 20: refrat bercak darah forensik.doc

dengan berbagai derajat pengenceran di lubang-lubang sekitarnya. Letakkan

gelas obyek ini dalam ruang lembab (moist chamber) pada temperature ruang

selama satu malam.6

Hasil :

Hasil positif memberikan presipitum jernih pada perbatasan lubang tengah dan

lubang tepi.

Pembuatan agar buffer :

1 gram agar; 50 ml larutan buffer Veronal pH 8.6; 50 ml aqua dest; 100 mg.

Sodium Azide. Kesemuanya dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, tempatkan

dalam penangas air mendidih sampai terbentuk agar cair. Larutan ini disimpan

dalam lemari es, yang bila akan digunakan dapat dicairkan kembali dengan

menempatkan labu di dalam air mendidih. Untuk melapisi gelas obyek,

diperlukan kurang lebih 3 ml agar cair yang dituangkan ke atasnya dengan

menggunakan pipet.6,9

Selain dua tes tersebut terdapat juga tes yang digunakan untuk

mengkonfirmasi bercak darahtersebut, yaitu :6,9

3. Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologi sel darah merah.

Cara pemeriksaan :

Darah yang masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca obyek

kemudian ditambahkan 1 tetes larutan garam faal, dan ditutup dengan kaca

penutup, lihat dibawah mikroskop.

Cara lain, dengan membuat sediaan apus dengan pewarnaan Wright atau Giemsa.

Hasil :

Pemeriksaan mikroskopik kedua sediaan tersebut hanya dapat menentukan kelas

dan bukan spesies darah tersebut.

Kelas mamalia mempunyai sel darah merah berbentuk cakram dan tidak berinti,

sedangkan kelas lainnya berbentuk oval atau elips dan tidak berinti Bila terlihat

adanya drum stick dalam jumlah lebih dari 0,05%, dapat dipastikan bahwa darah

tersebut berasal dari seorang wanita.

Kelebihan:

Dapat terlihatnya sel –sel leukosit berinti banyak. Dapat terlihat adanya drum

stick pada pemeriksaan darah seorang wanita.

20

Page 21: refrat bercak darah forensik.doc

Golongan darah5,6

Tipe golongan darah yang disebut sistem A-B-O, telah ditemukan pada tahun 1901.

Beberapa tahun kemudian dimulai pada tahun 1937, reaksi antigen-antibodi dalam darah

ditemukan, dimana yang sering ditemukan adalah factor ABH, Mn, Rh dan Gm (diantara

lebih dari 100 antigen yang ada).Kebanyakan orang hanya mengenal factor Rh (Rhesus

factor), yang secara teknis disebut D-antigen. Ada lebih dari 256 antigen dan 23 sistem

penggolongan darah yang didasarkan pada antigen tersebut. Antigen adalah struktur

kimia yang melekat pada permukaan sel darah merah. Sedangkan antibody adalah

protein yang mengambang pada cairan darah (terutama serum yang berhubungan dengan

factor kloting/pembeku darah). Karena suatu individu kadang mengamai alergi atau

infeksi oleh agen penyakit (TB, smallpox dan hepatitis), sehingga substansi tersebut aktif

melawannya. Prinsip dasar dari serologi adalah setiap ada antigen akan terbentuk

terbentuk antibody yang spesifik. Sehingga dengan demikian “semua golongan darah

didefinisikan sebagai antigen pada sel darah merahnya dan ada antibody terhadap

antigen tersebut didalam serumnya”.

Tabel 1. Golongan darah, antigen dan antibodinya

Golongan

darah

Antigen pada sel darah merah Antibody dalam serum

A

B

AB

O

A

B

AB

O

Anti-B

Anti-A

Bukan anti-A/anti-B

Anti-A/anti-B

Pada tabel diatas terlihat bahwa darah golongan A akan teraglutinasi oleh serum anti

A, golongan B teraglutinasi serum anti B, golongan AB oleh anti-A/anti-B. Persentase

jumlah populasi penduduk dunia sangat berpengaruh terhadap ras dan variasi

geographis. Secara normal jumlah persentase tersebut sebagai berikut (Tabel2):

Tabel 2. Persentase jumlah penduduk yang mempunyai golongan darah A, B, AB dan O.

O A B AB

43-45% 40-42% 10-12% 3-5%

21

Page 22: refrat bercak darah forensik.doc

O+ 39%

O- 6%

A+ 35%

A- 5%

B+ 8%

B- 2%

AB+ 4%

AB- 1%

Diantara ras/suku bangsa golongan A adalah paling banyak ditemukan pada ras

kaukasia, golongan B paling banyak pada ras Asia dan Afrika. Tetapi yang paling sering

dijadikan pegangan adalah distribusi dari komponen Rhesus (Rh), yang diekspresikan

dalam bentuk (+) dan (-) yang ada pada setiap golongan darah dalam bentuk angka.

Tabel 3. Jumlah komponen Rh dalam setiap golongan darah

Golongan Jumlah

O+

O-

A+

A-

B+

B-

AB+

AB-

1 diantara 3 orang

1 diantar 15 orang

1 diantara 3 orang

1 diantara 16 orang

1 diantara 12 orang

1 diantara 67 orang

1 diantara 29 orang

1 diantara 167 orang

Sub kelompok juga terjadi diantara sistem ABO, Bebeberapa ekstrak dapat disintesis

dari tanaman atau biji-bijian untuk mendapatkan antiserum yang dapat mengkoagulasi

golongan darah O dan seterusnya. Hampir kebanyakan golongan darah paling tidak

mempinyai dua sub kelompok, misalnya O1, O2; A1, A2 dansebagainya. Antigen yang

paling banyak digunakan untuk penggolongan ini adalah “lectins”.

Penggolongan darah tersebut mungkin berdasarkan atas tipe protein dan enzim.

Serologi forensik hampir semuanya dilakukan pada nilai tiping dari komponen tersebut.

Protein darah dan enzim mempunyai karakteristik “polymorphisme” atau “iso enzim”,

yang artinya mereka selalu hadior dalam beberapa bentuk dan varian, sehingga setiap

kelompok mempunyai sub-tipe. Kebanyakan orang paling mengenal paling tidak satu

bentuk polymorphisme dalam darah: yaitu Hb, yang menyebabkan “sickle-cell anemia”.

Beberapa bentuk polymorfisme yang sering dijumpai adalah sebagai berikut:

PGM2-1

EAP

Phosphoglucomutase

Erytrocyt acid phosphatase

22

Page 23: refrat bercak darah forensik.doc

EsD

AK

ADA

GPT

G-PGD

G-6-PD

Tf

Esterase D

Adenyl kinase

Adenosin deaminase

Glutamic pyruvat transaminase

6- phosphoglucoronat dehydrogenase

Glucosa -6- phosphat dehydrogenase

Transferin

Setiap protein atau enzim variant begitu juga sub-tipe darah telah diketahui

distribusinya dalam suatu populasi. Dengan demikian kemungkinan batasan tipe darah

untuk setiap individu dapat diperkirakan. Misalnya:

“Seseorang diduga melakukan tindak kriminal dan pada pemeriksaan darahnya

mempunyai tipe golongan darah A (42%), sub tipe A2 (25%), Protein AK (15%) dan

enzim PGM2-1(6%). Kemungkinan untuk menemukan dua orang dalam satu populasi

dengan tipe darah yang tepat adalah sekitar 0,000945 (0,42x0,25x0,15x0,06). Semakin

dekat anda mendapatkan angka dibawah 6 desimal, akan lebih sulit menentukan siapa

yang bertindak kriminal tersebut.

23

Page 24: refrat bercak darah forensik.doc

BAB III

PENUTUP

Pemeriksaan darah guna kepentingan peradilan, pada umumnya ditujukan untuk mencari

kejelasan perihal masalah yang berkaitan dengan kasus-kasus : exclusion of paternity,

penculikan,kasus bayi tertukar dan lain-lain.

Selain itu pemeriksaan darah berguna untuk membuktikan apakah suatu tindak pidana

itu telah terjadi, misalnya pada kasus tabrak lari, perkosaan dan pembunuhan; dimana yang

terakhir yaitu kasus pembunuhan, dikaitkan dengan bercak darah yang ada pada senjata, pada

tubuh korban dan pada pakaian tersangka pelaku kejahatan serta pola bercak darahnya.

Pemeriksaan darah terdiri dari analisis pola bercak darah dan pemeriksaan

laboratorium. Analisis pola bercak darah diperlukan dalam membantu penafsiran rentetan

kejadian di TKP. Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan pada forensik bertujuan untuk

membantu identifikasi pemilik darah tersebut dengan cara memastikan apakah bercak

tersebut adalah darah, apakah bercak darah tersebut berasal dari manusia dan apa golongan

darahnya.

24

Page 25: refrat bercak darah forensik.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto, Arif, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

2. PV Guharaj,M R Chandran. Semen and other Biological Materials.Dalam: Forensic

Medicine. Blood, India: Himayatnagar, Hyderabad, 2003

3. Wolson, TL. Bloodstain Pattern Analysis. Dalam : Siegel, Jay, penyunting.

Encyclopedia of Forensic Sciences. USA : Elsevier, 2000. h. 1338-49.

4. James, Stuart H., Edel, Charles F. Bloodstain Pattern Interpretation. Dalam : Eckert,

William G, penyunting. Introduction to Forensic Sciences. New York : Elsevier,

2000. h.176-209.

5. Darmono. Serologi Forensik.

www.geocities.ws/kuliah_farm/farmasi_forensik/Serologi_forensik.doc.

6. Idris, Abdul Mun’im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama.

Jakarta : Binarupa Aksara.

7. Tjiptomartono AL. Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara. Dalam : Penerapan

Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan edisi revisi. Jakarta : Sagung

Seto. 2008.

8. Interpreting Bloodstain Patterns. Diunduh dari http://www.crimescene-

forensics.com/Blood_Stains.html

9. Rustyadi, Dudut. 2009. Laboratorium Kedokteran Forensik Sederhana. Catatan

Kuliah Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI.

10. James, Stuart H. Journal of Bloodstain Pattern Analysis.Tucson.Arizona.2012.

25