iv. hasil dan pembahasaneprints.stiperdharmawacana.ac.id/165/10/10. bab iv stpls.pdfsedangkan...

30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Percobaan 4.1.1. Jumlah larva (30 HSA) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah larva pada 30 HSA, sedangkan media penyimpanan menunjukkan pengaruh nyata dan interaksi antara kedua faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah larva pada 30 HSA (Tabel 7, Lampiran ). Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbedaan varietas beras memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah larva pada 30 HSA. Media penyimpanan kaleng kemasan menghasilkan jumlah larva pada 30 HSA lebih tinggi 79,30% dibandingkan media kertas kemasan, sedangkan pada perbandingan karung plastik dan toples tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah larva 30 HSA. Sedangkan perbandingan pengaruh sederhana pada varietas beras menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap semua perbandingan yang diujikan. Perbandingan pengaruh sederhana pada media penyimpanan diperoleh v 1 m 3 , v 2 m 1 , v 2 m 3 , dan v 3 m 3 berbeda nyata. Pengaruh sederhana beras Mentikwangi yang disimpan dalam kaleng kemasan menghasilkan jumlah larva pada 30 HSA lebih tinggi 88,85% dibandingkan kertas kemasan, pada beras Ciherang kaleng kemasan dan kertas

Upload: vuongtu

Post on 29-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Percobaan

4.1.1. Jumlah larva (30 HSA)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh

nyata terhadap jumlah larva pada 30 HSA, sedangkan media penyimpanan

menunjukkan pengaruh nyata dan interaksi antara kedua faktor perlakuan

memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah larva pada 30 HSA (Tabel 7,

Lampiran ).

Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbedaan varietas beras

memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah larva pada 30 HSA. Media

penyimpanan kaleng kemasan menghasilkan jumlah larva pada 30 HSA lebih

tinggi 79,30% dibandingkan media kertas kemasan, sedangkan pada perbandingan

karung plastik dan toples tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah larva 30 HSA.

Sedangkan perbandingan pengaruh sederhana pada varietas beras menunjukkan

tidak berbeda nyata terhadap semua perbandingan yang diujikan. Perbandingan

pengaruh sederhana pada media penyimpanan diperoleh v1m3, v2m1, v2m3, dan

v3m3berbeda nyata. Pengaruh sederhana beras Mentikwangi yang disimpan dalam

kaleng kemasan menghasilkan jumlah larva pada 30 HSA lebih tinggi 88,85%

dibandingkan kertas kemasan, pada beras Ciherang kaleng kemasan dan kertas

38

kemasan lebih rendah dengan total persentase 77,25% dan pada beras

Pandanwangi dengan sebesar 66,84% (Tabel 2).

4.1.2. Jumlah larva (40 HSA)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis berasdan interaksi antara kedua

faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah larva pada 40

HSA sedangkan media penyimpanan menunjukkan pengaruh nyata (Tabel 13,

Lampiran).

Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbedaan varietas beras

memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah larva pada 40 HSA, begitu

pula penggunaan media penyimpanan (Tabel 2).

Pengaruh sederhana varietas beras menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap

semua perbandingan yang diujikan. Pengaruh sederhana media penyimpanan

diperoleh beras varietas Mentikwangi kemasan toples berbeda dengan kemasan

kaleng dan kertas kemasan. Media penyimpanan kaleng kemasan dan kertas

kemasanmenekan jumlah larva pada 40 HSA terendah 26,02% pada beras

Mentikwangi dibandingkan media penyimpanan lainnya (Tabel 2).

39

40

Gambar 3. Jumlah larva akibat perbedaan berbagai varietas beras pada berbagaimedia penyimpanan

Keterangan:v1m1= Beras varietas Mentikwangi dan karung plastik.v1m2= Beras varietas Mentikwangi dan toples.v1m3= Beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan.v1m4= Beras varietas Mentikwangi dan kertas kemasanv2m1= Beras varietas Ciherang dan karung plastik.v2m2= Beras varietas Ciherang dan toples.v2m3= Beras varietas Ciherang dan kaleng kemasan.v2m4= Beras varietas Ciherang dan kertas kemasan.v3m1= Beras varietas Pandanwangi dan karung plastik.v3m2= Beras varietas Pandanwangi dan toples.v3m3= Beras varietas Pandanwangi dan kaleng kemasan.v3m4= Beras varietas Pandanwangi dan kertas kemasan.

Gambar 3 memperlihatkan bahwa setiap varietas beras memiliki jumlah larva

yang berbeda yang dipengaruhi oleh media penyimpanan. Pada 20 HSA,

kombinasi perlakuan beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan (v1m3)

memiliki jumlah larva tertinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan yang

lainnya, pada 30 HSA, jumlah larva tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan

0

10

20

30

40

50

60

Lar

va (b

uah)

40

Gambar 3. Jumlah larva akibat perbedaan berbagai varietas beras pada berbagaimedia penyimpanan

Keterangan:v1m1= Beras varietas Mentikwangi dan karung plastik.v1m2= Beras varietas Mentikwangi dan toples.v1m3= Beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan.v1m4= Beras varietas Mentikwangi dan kertas kemasanv2m1= Beras varietas Ciherang dan karung plastik.v2m2= Beras varietas Ciherang dan toples.v2m3= Beras varietas Ciherang dan kaleng kemasan.v2m4= Beras varietas Ciherang dan kertas kemasan.v3m1= Beras varietas Pandanwangi dan karung plastik.v3m2= Beras varietas Pandanwangi dan toples.v3m3= Beras varietas Pandanwangi dan kaleng kemasan.v3m4= Beras varietas Pandanwangi dan kertas kemasan.

Gambar 3 memperlihatkan bahwa setiap varietas beras memiliki jumlah larva

yang berbeda yang dipengaruhi oleh media penyimpanan. Pada 20 HSA,

kombinasi perlakuan beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan (v1m3)

memiliki jumlah larva tertinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan yang

lainnya, pada 30 HSA, jumlah larva tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan

Perlakuan

40

Gambar 3. Jumlah larva akibat perbedaan berbagai varietas beras pada berbagaimedia penyimpanan

Keterangan:v1m1= Beras varietas Mentikwangi dan karung plastik.v1m2= Beras varietas Mentikwangi dan toples.v1m3= Beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan.v1m4= Beras varietas Mentikwangi dan kertas kemasanv2m1= Beras varietas Ciherang dan karung plastik.v2m2= Beras varietas Ciherang dan toples.v2m3= Beras varietas Ciherang dan kaleng kemasan.v2m4= Beras varietas Ciherang dan kertas kemasan.v3m1= Beras varietas Pandanwangi dan karung plastik.v3m2= Beras varietas Pandanwangi dan toples.v3m3= Beras varietas Pandanwangi dan kaleng kemasan.v3m4= Beras varietas Pandanwangi dan kertas kemasan.

Gambar 3 memperlihatkan bahwa setiap varietas beras memiliki jumlah larva

yang berbeda yang dipengaruhi oleh media penyimpanan. Pada 20 HSA,

kombinasi perlakuan beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan (v1m3)

memiliki jumlah larva tertinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan yang

lainnya, pada 30 HSA, jumlah larva tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan

20 Hsa

30 Hsa

40 Hsa

41

beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan (v1m3), dan pada 40 HSA,

jumlah larva tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan beras varietas Ciherang

dan kaleng kemasan (v2m3).

4.1.3. Jumlah pupa (30 HSA)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis berasdan interaksi antara kedua

faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah pupa pada 30

HSA sedangkan media penyimpanan menunjukkan pengaruh nyata (Tabel 19,

Lampiran).

Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbedaan varietas beras

memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah pupa pada 30 HSA. Media

penyimpanan kaleng kemasan menghasilkan jumlah pupa 30 HSA lebih tinggi

92,23% dibandingkan media penyimpanan kertas kemasan (Tabel 3).

Pengaruh sederhana varietas beras menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap

semua perbandingan yang diujikan. Sedangkan pengaruh sederhana media

penyimpanan diperoleh v1m3vs. v1m4, dan v2m3 vs. v2m4 berbeda nyata. Beras

Ciherang yang disimpan dalam kemasan kalengmenghasilkan jumlah pupa pada

30 HSA lebih rendah 94,70%, sedangkan media penyimpanan kemasan kaleng

beras Mentikwangi hanyalebih tinggi 95,02% daripada kertas kemasan, secara

berurutan (Tabel 3).

42

43

Gambar 4. Jumlah pupa akibat perbedaan berbagai varietas beras pada berbagaimedia penyimpanan

Keterangan:v1m1= Beras varietas Mentikwangi dan karung plastik.v1m2= Beras varietas Mentikwangi dan toples.v1m3= Beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan.v1m4= Beras varietas Mentikwangi dan kertas kemasanv2m1= Beras varietas Ciherang dan karung plastik.v2m2= Beras varietas Ciherang dan toples.v2m3= Beras varietas Ciherang dan kaleng kemasan.v2m4= Beras varietas Ciherang dan kertas kemasan.v3m1= Beras varietas Pandanwangi dan karung plastik.v3m2= Beras varietas Pandanwangi dan toples.v3m3= Beras varietas Pandanwangi dan kaleng kemasan.v3m4= Beras varietas Pandanwangi dan kertas kemasan.

Gambar 4 memperlihatkan bahwa setiap varietas beras memiliki jumlah pupa

yang berbeda yang dipengaruhi oleh media penyimpanan. Pada 30 HSA, jumlah

pupa tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan beras varietas Mentikwangi dan

kaleng kemasan (v1m3), dan pada 40 HSA, jumlah pupa tertinggi terdapat pada

kombinasi perlakuan beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan (v1m3).

0

5

10

15

20

25

Pup

a (b

uah)

43

Gambar 4. Jumlah pupa akibat perbedaan berbagai varietas beras pada berbagaimedia penyimpanan

Keterangan:v1m1= Beras varietas Mentikwangi dan karung plastik.v1m2= Beras varietas Mentikwangi dan toples.v1m3= Beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan.v1m4= Beras varietas Mentikwangi dan kertas kemasanv2m1= Beras varietas Ciherang dan karung plastik.v2m2= Beras varietas Ciherang dan toples.v2m3= Beras varietas Ciherang dan kaleng kemasan.v2m4= Beras varietas Ciherang dan kertas kemasan.v3m1= Beras varietas Pandanwangi dan karung plastik.v3m2= Beras varietas Pandanwangi dan toples.v3m3= Beras varietas Pandanwangi dan kaleng kemasan.v3m4= Beras varietas Pandanwangi dan kertas kemasan.

Gambar 4 memperlihatkan bahwa setiap varietas beras memiliki jumlah pupa

yang berbeda yang dipengaruhi oleh media penyimpanan. Pada 30 HSA, jumlah

pupa tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan beras varietas Mentikwangi dan

kaleng kemasan (v1m3), dan pada 40 HSA, jumlah pupa tertinggi terdapat pada

kombinasi perlakuan beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan (v1m3).

Perlakuan

43

Gambar 4. Jumlah pupa akibat perbedaan berbagai varietas beras pada berbagaimedia penyimpanan

Keterangan:v1m1= Beras varietas Mentikwangi dan karung plastik.v1m2= Beras varietas Mentikwangi dan toples.v1m3= Beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan.v1m4= Beras varietas Mentikwangi dan kertas kemasanv2m1= Beras varietas Ciherang dan karung plastik.v2m2= Beras varietas Ciherang dan toples.v2m3= Beras varietas Ciherang dan kaleng kemasan.v2m4= Beras varietas Ciherang dan kertas kemasan.v3m1= Beras varietas Pandanwangi dan karung plastik.v3m2= Beras varietas Pandanwangi dan toples.v3m3= Beras varietas Pandanwangi dan kaleng kemasan.v3m4= Beras varietas Pandanwangi dan kertas kemasan.

Gambar 4 memperlihatkan bahwa setiap varietas beras memiliki jumlah pupa

yang berbeda yang dipengaruhi oleh media penyimpanan. Pada 30 HSA, jumlah

pupa tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan beras varietas Mentikwangi dan

kaleng kemasan (v1m3), dan pada 40 HSA, jumlah pupa tertinggi terdapat pada

kombinasi perlakuan beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan (v1m3).

20 Hsa

30 Hsa

40 Hsa

44

4.1.4. Jumlah pupa (40 HSA)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras, media penyimpanan, dan

interaksi antara kedua faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata

terhadap jumlah pupa pada 40 HSA (Tabel 25, Lampiran).

Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbedaan varietas beras

memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah pupa pada 40 HSA, begitu

pula penggunaan media penyimpanan memberikan pengaruh tidak nyata (Tabel

3).

Sedangkan perbandingan pengaruh utama dan sederhana pada varietas beras dan

media penyimpanan menunjukkan tidak berbeda nyata (Tabel 3).

4.1.5. Jumlah imago dewasa (20 HSA)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras dan interaksi antara kedua

faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah imago

dewasa pada 20 HSA, sedangkan media penyimpanan menunjukkan pengaruh

nyata (Tabel 31, Lampiran).

Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbedaan varietas beras

memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah imago dewasa pada 20 HSA.

Penggunaan media penyimpanan toples, kaleng kemasan dan kertas kemasan

berbeda nyata. Media penyimpanan kaleng kemasan menghasilkanjumlah imago

dewasa20 HSA lebih tinggi 86,31% dibandingkan media penyimpanan kertas

kemasan (Tabel 4).

45

Tabel 4 memperlihatkan bahwa pengaruh sederhana varietas beras menunjukkan

tidak berbeda nyata terhadap jumlah imago dewasa 20 HSA. Media penyimpanan

kaleng kemasanmenghasilkan jumlah imago dewasa pada 20 HSA lebih tinggi

86,30%, 86,23 dan 86,40% dibandingkan media penyimpanan kertas kemasan

pada ketiga varietas asal beras masing-masing Mentikwangi, Ciherang, dan

Pandanwangi (Tabel 4).

4.1.6. Jumlah imago dewasa (30 HSA)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras dan interaksi antara kedua

faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah imago

dewasa pada 30 HSA, sedangkan media penyimpanan menunjukkan pengaruh

nyata (Tabel 37, Lampiran).

Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbedaan varietas beras

memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah imago dewasa pada 30 HSA.

Media penyimpanan menghasilkan jumlah imago dewasa30 HSA pada semua

media penyimpanan berbeda nyata, media penyimpanan kaleng kemasanlebih

tinggi 84,76% dari pada kertas kemasan. Dipihak lain ternyata media

penyimpanan kaleng kemasan dan kertas kemasan lebih tinggi 24,08% dari pada

media penyimpanan toples (Tabel 4).

Pengaruh sederhana varietas beras menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap

semua perbandingan yang diujikan. Beras varietas Mentikwangi yang disimpan

dalam kaleng kemasan menghasilkan jumlah imago dewasa pada 30 HSA lebih

tinggi 86,41% dibandingkan beras varietas Mentikwangi yang disimpan dalam

46

kertas kemasan, beras varietas Ciherang lebih tinggi 17,27%, dan beras varietas

Pandanwangi lebih tinggi 80,30% secara berurutan (Tabel 4).

4.1.7. Jumlah imago dewasa (40 HSA)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras dan interaksi antara kedua

perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah imago dewasa pada

40 HSA, sedangkan media penyimpanan menunjukkan pengaruh nyata (Tabel 43,

Lampiran).

Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbandingan varietas beras

memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah imago dewasa pada 40 HSA.

Penggunaan media penyimpanan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap

jumlah imago dewasa pada 40 HSA. Sedangkan varietas beras menunjukkan tidak

berbeda nyata terhadap semua perbandingan yang diujikan. Media penyimpanan

beras varietas Pandanwangi dalamkaleng kemasan menghasilkan jumlah imago

dewasa pada 40 HSA lebih tinggi 68,29% dibandingkan beras varietas

Pandanwangi yang disimpan dalam kertas kemasan (Tabel 4). Media

penyimpanan beras varietas Mentikwangi dalam toples menghasilkan jumlah

imago dewasa pada 40 HSA lebih tinggi 33,15% dibandingkan beras varietas

Mentikwangi yang disimpan dalam kaleng kemasan dan kertas kemasan (Tabel

4).

47

48

Gambar 5. Jumlah imago dewasa akibat perbedaan berbagai varietas beras padaberbagai media penyimpanan

Keterangan:v1m1= Beras varietas Mentikwangi dan karung plastik.v1m2= Beras varietas Mentikwangi dan toples.v1m3= Beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan.v1m4= Beras varietas Mentikwangi dan kertas kemasanv2m1= Beras varietas Ciherang dan karung plastik.v2m2= Beras varietas Ciherang dan toples.v2m3= Beras varietas Ciherang dan kaleng kemasan.v2m4= Beras varietas Ciherang dan kertas kemasan.v3m1= Beras varietas Pandanwangi dan karung plastik.v3m2= Beras varietas Pandanwangi dan toples.v3m3= Beras varietas Pandanwangi dan kaleng kemasan.v3m4= Beras varietas Pandanwangi dan kertas kemasan.

Gambar 5 memperlihatkan bahwa setiap varietas beras memiliki jumlah imago

dewasa yang berbeda yang dipengaruhi oleh media penyimpanan. Pada 20 HSA,

kombinasi perlakuan beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan (v1m3)

memiliki jumlah imago dewasa tertinggi dibandingkan dengan kombinasi

perlakuan yang lainnya, pada 30 HSA, jumlah imago dewasa tertinggi terdapat

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

160,00

180,00

200,00

Imag

o D

ewas

a (e

kor)

48

Gambar 5. Jumlah imago dewasa akibat perbedaan berbagai varietas beras padaberbagai media penyimpanan

Keterangan:v1m1= Beras varietas Mentikwangi dan karung plastik.v1m2= Beras varietas Mentikwangi dan toples.v1m3= Beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan.v1m4= Beras varietas Mentikwangi dan kertas kemasanv2m1= Beras varietas Ciherang dan karung plastik.v2m2= Beras varietas Ciherang dan toples.v2m3= Beras varietas Ciherang dan kaleng kemasan.v2m4= Beras varietas Ciherang dan kertas kemasan.v3m1= Beras varietas Pandanwangi dan karung plastik.v3m2= Beras varietas Pandanwangi dan toples.v3m3= Beras varietas Pandanwangi dan kaleng kemasan.v3m4= Beras varietas Pandanwangi dan kertas kemasan.

Gambar 5 memperlihatkan bahwa setiap varietas beras memiliki jumlah imago

dewasa yang berbeda yang dipengaruhi oleh media penyimpanan. Pada 20 HSA,

kombinasi perlakuan beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan (v1m3)

memiliki jumlah imago dewasa tertinggi dibandingkan dengan kombinasi

perlakuan yang lainnya, pada 30 HSA, jumlah imago dewasa tertinggi terdapat

Perlakuan

48

Gambar 5. Jumlah imago dewasa akibat perbedaan berbagai varietas beras padaberbagai media penyimpanan

Keterangan:v1m1= Beras varietas Mentikwangi dan karung plastik.v1m2= Beras varietas Mentikwangi dan toples.v1m3= Beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan.v1m4= Beras varietas Mentikwangi dan kertas kemasanv2m1= Beras varietas Ciherang dan karung plastik.v2m2= Beras varietas Ciherang dan toples.v2m3= Beras varietas Ciherang dan kaleng kemasan.v2m4= Beras varietas Ciherang dan kertas kemasan.v3m1= Beras varietas Pandanwangi dan karung plastik.v3m2= Beras varietas Pandanwangi dan toples.v3m3= Beras varietas Pandanwangi dan kaleng kemasan.v3m4= Beras varietas Pandanwangi dan kertas kemasan.

Gambar 5 memperlihatkan bahwa setiap varietas beras memiliki jumlah imago

dewasa yang berbeda yang dipengaruhi oleh media penyimpanan. Pada 20 HSA,

kombinasi perlakuan beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan (v1m3)

memiliki jumlah imago dewasa tertinggi dibandingkan dengan kombinasi

perlakuan yang lainnya, pada 30 HSA, jumlah imago dewasa tertinggi terdapat

0 Hsa

20 Hsa

30 Hsa

40 Hsa

49

pada kombinasi perlakuan beras varietas Pandanwangi dan kaleng kemasan

(v3m3), dan pada 40 HSA, jumlah imago dewasa tertinggi terdapat pada

kombinasi perlakuan beras varietas Pandanwangi dan kaleng kemasan (v3m3).

4.1.8. Jumlah mortalitas imago (20 HSA)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras, media penyimpanan dan

interaksi antara kedua faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata

terhadap jumlah mortalitas imago pada 20 HSA (Tabel 49, Lampiran).

Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa varietas beras memberikan

pengaruh tidak nyata terhadap jumlah mortalitas imago pada 20 HSA, begitu pula

penggunaan media penyimpanan. Media penyimpanan kaleng kemasan

menghasilkan jumlah mortalitas imago pada 20 HSA lebih tinggi 67,14%

dibandingkan media penyimpanan kertas kemasan (Tabel 5).

4.1.9. Jumlah mortalitas imago (30 HSA)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras dan interaksi antara kedua

faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah mortalitas

imago pada 30 HSA, sedangkan media penyimpanan menunjukkan pengaruh

nyata (Tabel 55, Lampiran).

Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbedaan varietas beras

memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah mortalitas imago pada 30

HSA. Penggunaan media penyimpanan juga tidak memberikan pengaruh nyata

terhadap jumlah mortalitas imago pada 30 HSA (Tabel 5).

50

Media penyimpanan kemasan kaleng menghasilkan jumlah mortalitas imago pada

30 HSA lebih tinggi 66,67% daripada kertas kemasan pada beras mentik wangi

(Tabel 5).

4.1.10. Jumlah mortalitas imago (40 HSA)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras, media penyimpanan, dan

interaksi antara kedua faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata

terhadap jumlah mortalitas imago pada 40 HSA (Tabel 61, Lampiran).

Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbedaan varietas beras

memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah mortalitas imago pada 40

HSA. Penggunaan media penyimpanan memberikan pengaruh tidak nyata

terhadap jumlah mortalitas imago pada 40 HSA (Tabel 5).

Beras varietas Mentikwangi yang disimpan pada kertas kemasan imago pada 40

HSA lebih tinggi 69,73% dibandingkan varietas lainnya (Tabel 5).

51

52

Gambar 6. Mortalitas imago akibat perbedaan berbagai varietas beras padaberbagai media penyimpanan

Keterangan:v1m1= Beras varietas Mentikwangi dan karung plastik.v1m2= Beras varietas Mentikwangi dan toples.v1m3= Beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan.v1m4= Beras varietas Mentikwangi dan kertas kemasanv2m1= Beras varietas Ciherang dan karung plastik.v2m2= Beras varietas Ciherang dan toples.v2m3= Beras varietas Ciherang dan kaleng kemasan.v2m4= Beras varietas Ciherang dan kertas kemasan.v3m1= Beras varietas Pandanwangi dan karung plastik.v3m2= Beras varietas Pandanwangi dan toples.v3m3= Beras varietas Pandanwangi dan kaleng kemasan.v3m4= Beras varietas Pandanwangi dan kertas kemasan.

Gambar 6 memperlihatkan bahwa setiap varietas beras memiliki jumlah mortalitas

imago yang berbeda yang dipengaruhi oleh media penyimpanan. Pada 20 HSA,

kombinasi perlakuan beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan (v1m3)

memiliki jumlah mortalitas imago tertinggi dibandingkan dengan kombinasi

perlakuan yang lainnya, pada 30 HSA, jumlah mortalitas imago tertinggi terdapat

pada kombinasi perlakuan beras varietas Ciherang dan kaleng kemasan (v2m3),

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

Mor

talit

as I

mag

o (e

kor)

52

Gambar 6. Mortalitas imago akibat perbedaan berbagai varietas beras padaberbagai media penyimpanan

Keterangan:v1m1= Beras varietas Mentikwangi dan karung plastik.v1m2= Beras varietas Mentikwangi dan toples.v1m3= Beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan.v1m4= Beras varietas Mentikwangi dan kertas kemasanv2m1= Beras varietas Ciherang dan karung plastik.v2m2= Beras varietas Ciherang dan toples.v2m3= Beras varietas Ciherang dan kaleng kemasan.v2m4= Beras varietas Ciherang dan kertas kemasan.v3m1= Beras varietas Pandanwangi dan karung plastik.v3m2= Beras varietas Pandanwangi dan toples.v3m3= Beras varietas Pandanwangi dan kaleng kemasan.v3m4= Beras varietas Pandanwangi dan kertas kemasan.

Gambar 6 memperlihatkan bahwa setiap varietas beras memiliki jumlah mortalitas

imago yang berbeda yang dipengaruhi oleh media penyimpanan. Pada 20 HSA,

kombinasi perlakuan beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan (v1m3)

memiliki jumlah mortalitas imago tertinggi dibandingkan dengan kombinasi

perlakuan yang lainnya, pada 30 HSA, jumlah mortalitas imago tertinggi terdapat

pada kombinasi perlakuan beras varietas Ciherang dan kaleng kemasan (v2m3),

Perlakuan

52

Gambar 6. Mortalitas imago akibat perbedaan berbagai varietas beras padaberbagai media penyimpanan

Keterangan:v1m1= Beras varietas Mentikwangi dan karung plastik.v1m2= Beras varietas Mentikwangi dan toples.v1m3= Beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan.v1m4= Beras varietas Mentikwangi dan kertas kemasanv2m1= Beras varietas Ciherang dan karung plastik.v2m2= Beras varietas Ciherang dan toples.v2m3= Beras varietas Ciherang dan kaleng kemasan.v2m4= Beras varietas Ciherang dan kertas kemasan.v3m1= Beras varietas Pandanwangi dan karung plastik.v3m2= Beras varietas Pandanwangi dan toples.v3m3= Beras varietas Pandanwangi dan kaleng kemasan.v3m4= Beras varietas Pandanwangi dan kertas kemasan.

Gambar 6 memperlihatkan bahwa setiap varietas beras memiliki jumlah mortalitas

imago yang berbeda yang dipengaruhi oleh media penyimpanan. Pada 20 HSA,

kombinasi perlakuan beras varietas Mentikwangi dan kaleng kemasan (v1m3)

memiliki jumlah mortalitas imago tertinggi dibandingkan dengan kombinasi

perlakuan yang lainnya, pada 30 HSA, jumlah mortalitas imago tertinggi terdapat

pada kombinasi perlakuan beras varietas Ciherang dan kaleng kemasan (v2m3),

20 Hsa

30 Hsa

40 Hsa

53

dan pada 40 HSA, jumlah mortalitas imago tertinggi terdapat pada kombinasi

perlakuan beras varietas Mentikwangi dan kertas kemasan (v1m4).

4.1.11. Beras rusak (40 HSA)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras dan interaksi antara kedua

faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah beras rusak

pada 40 HSA, sedangkan media penyimpanan menunjukkan pengaruh nyata

(Tabel 67, Lampiran).

Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbedaan varietas beras

memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah beras rusak pada 40 HSA.

Media penyimpanan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah beras

rusak pada 40 HSA (Tabel 6).

Beras rusak pada 40 HSA varietas Mentikwangi yang disimpan dalam kaleng

kemasan lebih tinggi 74,31% daripada kertas kemasan (Tabel 6).

54

Tabel 6. Jumlah beras rusak (40 HSA) akibat perbedaan jenis beras dan mediapenyimpanan (transformasi log (x) )

Perlakuan/Perbandingan Beras Rusak 40 HSA

F-hitung Persentase (%)1. Pengaruh varietas beras:

a. v1 vs. v2 v3 1< ns

b. v2 vs. v3 1< ns

2. Pengaruh media penyimpanan:

a. m1 vs. m2 m3 m4 1< ns

b. m2 vs. m3 m4 1< ns

c. m3 vs. m4 2,771 ns

3. Interaksi varietas vs.media

a. 1a x 2a 1< ns

b. 1a x 2b 1< ns

c. 1a x 2c 1< ns

d. 1b x 2a 1< ns

e. 1b x 2b 1< ns

f. 1b x 2c 1< ns

4. Pengaruh sederhana V pada:

a. m1: v1 vs. v2 v3 1< ns

b. m1: v2 vs. v3 1< ns

c. m2: v1 vs. v2 v3 1< ns

d. m2: v2 vs.v3 1< ns

e. m3: v1 vs.v2 v3 1,182 ns

f. m3: v2 vs.v3 1< ns

g. m4: v1 vs.v2v3 1< ns

h. m4: v2 vs.v3 1< ns

5. Pengaruh sederhana M pada:

a. v1: m1 vs. m2 m3 m4 1< ns

b. v1: m2 vs. m3 m4 1< ns

c. v1: m3 vs.m4 4,304 * -74,31

d. v2: m1 vs. m2 m3 m4 1< ns

e. v2: m2 vs. m3 m4 1< ns

f. v2: m3 vs. m4 2,902 ns

g. v3: m1 vs. m2 m3 m4 1< ns

h. v3: m2 vs. m3 m4 1< ns

i. v3: m3 vs. m4 1,520 ns

Keterangan:v1 = Varietas Mentikwangi; v2= Varietas Ciherang; v3= Varietas Pandanwangi; m1= KarungPlastik; m2= Toples; m3= Kaleng Kemasan; m4= Kertas Kemasan; ns = Tidak berbeda nyata;* = Berbeda nyata; F-tabel(1;24:5%) = 4,26

55

4.1.12. Beras utuh (40 HSA)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras dan interaksi antara kedua

faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah beras utuh

pada 40 HSA, sedangkan media penyimpanan menunjukkan pengaruh nyata

(Tabel 73, Lampiran).

Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa perbandingan varietas beras

memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah beras utuh pada 40 HSA.

Penggunaan media penyimpanan kertas kemasan menghasilkan jumlah beras utuh

pada 40 HSA lebih tinggi 54,32% dibandingkan media penyimpanan kaleng

kemasan 45,32% (Tabel 7).

Varietas beras menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap semua perbandingan

yang diujikan. Media penyimpanan beras varietas Mentikwangi dalam kertas

kemasanmenghasilkan jumlah beras utuh pada 40 HSA lebih sedikit 44,82%

dibandingkan beras varietas Mentikwangi yang disimpan dalam kaleng

kemasan.Media penyimpanan beras varietas Ciherang dalam kertas

kemasanmenghasilkan jumlah beras utuh pada 40 HSA lebih sedikit 43,85%

dibandingkan beras varietas Ciherang yang disimpan dalam kaleng kemasan

(Tabel 7).

56

Tabel 7. Jumlah beras utuh (40 HSA) akibat perbedaan jenis beras dan mediapenyimpanan (transformasi √ )

Perlakuan/Perbandingan Beras Utuh 40 HSA

F-hitung Persentase (%)1. Pengaruh varietas beras:

a. v1 vs. v2 v3 1 < ns

b. v2 vs. v3 1 < ns

2. Pengaruh media penyimpanan:

a. m1 vs. m2 m3 m4 1< ns

b. m2 vs. m3 m4 1,627 ns

c. m3 vs. m4 5,264 * -45,32

3. Interaksi varietas vs.media

a. 1a x 2a 1 < ns

b. 1a x 2b 1 < ns

c. 1a x 2c 1 < ns

d. 1b x 2a 1 < ns

e. 1b x 2b 1 < ns

f. 1b x 2c 1,344 ns

4. Pengaruh sederhana V pada:

a. m1: v1 vs. v2 v3 1< ns

b. m1: v2 vs. v3 1< ns

c. m2: v1 vs. v2 v3 1< ns

d. m2: v2 vs.v3 1< ns

e. m3: v1 vs.v2 v3 1< ns

f. m3: v2 vs.v3 2,245 ns

g. m4: v1 vs.v2v3 1< ns

h. m4: v2 vs.v3 1< ns

5. Pengaruh sederhana M pada:

a. v1: m1 vs. m2 m3 m4 1< ns

b. v1: m2 vs. m3 m4 1,535 ns

c. v1: m3 vs.m4 7,013 * 44,82

d. v2: m1 vs. m2 m3 m4 1< ns

e. v2: m2 vs. m3 m4 1,917 ns

f. v2: m3 vs. m4 7,302 * 43,85

g. v3: m1 vs. m2 m3 m4 1< ns

h. v3: m2 vs. m3 m4 1,432 ns

i. v3: m3 vs. m4 2,181 ns

Keterangan:v1 = Varietas Mentikwangi; v2= Varietas Ciherang; v3= Varietas Pandanwangi; m1= KarungPlastik; m2= Toples; m3= Kaleng Kemasan; m4= Kertas Kemasan; ns = Tidak berbeda nyata;* = Berbeda nyata; F-tabel(1;24:5%) = 4,26

57

4.1.13. Susut bobot (40 HSA)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras dan interaksi antara kedua

faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah susut bobot

pada 40 HSA, sedangkan media penyimpanan menunjukkan pengaruh nyata

(Tabel 79, Lampiran).

Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa varietas beras memberikan

pengaruh tidak nyata terhadap jumlah susut bobot pada 40 HSA. Jumlah susut

bobot pada 40 HSA dalam media penyimpanan kaleng kemasan lebih tinggi

24,79% dibandingkan media kertas kemasan (Tabel 8).

Varietas beras menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap semua perbandingan

yang diujikan. Media penyimpanan beras varietas Mentiwangi dalam kaleng

kemasanmenghasilkan jumlah susut bobot pada 40 HSA lebih tinggi 84,71%

dibandingkan beras varietas Mentikwangi yang disimpan dalam kertas kemasan.

Media penyimpanan beras varietas Pandanwangi dalam toples menghasilkan

jumlah susut bobot pada 40 HSA lebih tinggi 72,73% dibandingkan beras varietas

Pandanwangi yang disimpan dalam kaleng kemasan dan kertas kemasan (Tabel

8).

58

Tabel 8. Jumlah susut bobot (40 HSA) akibat perbedaan jenis beras dan mediapenyimpanan (transformasi log (x+1))

Perlakuan/Perbandingan Susut Bobot 40 HSA

F-hitung Persentase (%)1. Pengaruh varietas beras:

a. v1 vs. v2 v3 1< ns

b. v2 vs. v3 1< ns

2. Pengaruh media penyimpanan:

a. m1 vs. m2 m3 m4 1< ns

b. m2 vs. m3 m4 3,589 ns

c. m3 vs. m4 7,587 * 24,79

3. Interaksi varietas vs.media

a. 1a x 2a 1< ns

b. 1a x 2b 1< ns

c. 1a x 2c 1,351 ns

d. 1b x 2a 1< ns

e. 1b x 2b 1< ns

f. 1b x 2c 1< ns

4. Pengaruh sederhana V pada:

a. m1: v1 vs. v2 v3 1< ns

b. m1: v2 vs. v3 1< ns

c. m2: v1 vs. v2 v3 1< ns

d. m2: v2 vs.v3 1< ns

e. m3: v1 vs.v2 v3 1< ns

f. m3: v2 vs.v3 1< ns

g. m4: v1 vs.v2v3 1,051 ns

h. m4: v2 vs.v3 1< ns

5. Pengaruh sederhana M pada:

a. v1: m1 vs. m2 m3 m4 1< ns

b. v1: m2 vs. m3 m4 3,967 ns

c. v1: m3 vs.m4 15,704 * -84,71

d. v2: m1 vs. m2 m3 m4 1< ns

e. v2: m2 vs. m3 m4 1,526 ns

f. v2: m3 vs. m4 3,665 ns

g. v3: m1 vs. m2 m3 m4 1< ns

h. v3: m2 vs. m3 m4 6,318 * -27,73

i. v3: m3 vs. m4 6,853 * -75,78Keterangan:v1 = Varietas Mentikwangi; v2= Varietas Ciherang; v3= Varietas Pandanwangi; m1= KarungPlastik; m2= Toples; m3= Kaleng Kemasan; m4= Kertas Kemasan; ns = Tidak berbeda nyata;* = Berbeda nyata; F-tabel(1;24:5%) = 4,26

59

4.1.14. Kadar air (40 HSA)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras, media penyimpanan

memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah kadar air pada 40 HSA, sedangkan

interaksi antara kedua faktor perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata

terhadap jumlah kadar air pada 40 HSA (Tabel 85, Lampiran).

Hasil uji ortogonal kontras memperlihatkan bahwa varietas beras memberikan

pengaruh nyata terhadap kadar air pada 40 HSA, pada beras varietas Mentikwangi

menghasilkan kadar air tertinggi sebesar 50,62% dibandingkan beras varietas

Ciherangdanberas varietas Pandanwangi. Jumlah kadar air pada 40 HSA dalam

media penyimpanan karung plastik, toples dan kaleng kemasan berbeda nyata.

Media penyimpanan kaleng kemasan menghasilkan kadar air beraslebih tinggi

55,16% dibandingkan toples (Tabel 9).

Berbagai varietas beras yang disimpan pada media karung plastik, kaleng

kemasan dan kertas kemasan berbeda nyata dengan media penyimpanan lainnya.

Beras varietas Ciherang dan varietas Pandanwangi lebih tinggi 50,00% daripada

beras varietas Mentikwangi yang disimpan dalam kaleng kemasan kadar air pada

40 HSA beras varietas Mentikwangi lebih tinggi 51,05% daripada beras varietas

Ciherang dan Pandanwangi dalam kertas kemasan.

Media penyimpanan beras varietas Mentikwangi dalam kemasan kaleng, beras

varietas Ciherang kemasan kaleng, dan beras varietas Pandanwangimenghasilkan

jumlah kadar air pada 40 HSA lebih tinggi masing-masing 54,87%, 55,72%, dan

42,76% dibandingkan dalam kertas kemasan (Tabel 9).

60

Tabel 9. Persentase kadar air (40 HSA) akibat perbedaan jenis beras dan mediapenyimpanan (transformasi √ )

Perlakuan/Perbandingan Kadar Air 40 HSA

F-hitung Persentase (%)1. Pengaruh varietas beras:

a. v1 vs. v2 v3 5,018 * -50,62

b. v2 vs. v3 1,817 ns

2. Pengaruh media penyimpanan:

a. m1 vs. m2 m3 m4 24,221 * 48,65

b. m2 vs. m3 m4 175,809 * 46,21

c. m3 vs. m4 248,537 * -55,16

3. Interaksi varietas vs.media

a. 1a x 2a 1< ns

b. 1a x 2b 1,832 ns

c. 1a x 2c 1< ns

d. 1b x 2a 55,325 *

e. 1b x 2b 1,514 ns

f. 1b x 2c 2,968 ns

4. Pengaruh sederhana V pada:

a. m1: v1 vs. v2 v3 2,358 ns

b. m1: v2 vs. v3 64,067 * -47,43

c. m2: v1 vs. v2 v3 2,006 ns

d. m2: v2 vs.v3 3,267 ns

e. m3: v1 vs.v2 v3 5,832 * -50,60

f. m3: v2 vs.v3 2,563 ns

g. m4: v1 vs.v2v3 12,240 * -51,05

h. m4: v2 vs.v3 0,841 ns

5. Pengaruh sederhana M pada:

a. v1: m1 vs. m2 m3 m4 32,460 * -48,47

b. v1: m2 vs. m3 m4 217,360 * -45,95

c. v1: m3 vs.m4 263,761 * -54,87

d. v2: m1 vs. m2 m3 m4 92,369 * -47,30

e. v2: m2 vs. m3 m4 126,674 * -46,60

f. v2: m3 vs. m4 235,225 * -55,72

g. v3: m1 vs. m2 m3 m4 1< ns

h. v3: m2 vs. m3 m4 195,104 * -46,10

i. v3: m3 vs. m4 257,923 * -42,76Keterangan:v1 = Varietas Mentikwangi; v2= Varietas Ciherang; v3= Varietas Pandanwangi; m1= KarungPlastik; m2= Toples; m3= Kaleng Kemasan; m4= Kertas Kemasan; ns = Tidak berbeda nyata;* = Berbeda nyata; F-tabel(1;24:5%) = 4,26

61

Dipihak lain beras berbagai varietas beras yang disimpan dalam toples lebih tinggi

daripada penyimpanan dalam kaleng kemasan dan kertas kemasan masing-masing

45,95%, 46,60%, dan 46,10% untuk varietas Mentikwangi, varietas Ciherang, dan

varietas Pandanwangi, secara berurutan (Tabel 9).

4.2. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis beras memberikan pengaruh tidak

nyata terhadap serangan hama S. oryzae, yang ditunjukkan pada peubah jumlah

larva (30 HSA, 40 HSA), jumlah pupa (30 HSA, 40 HSA ), imago dewasa (20

HSA, 30 HSA, 40 HSA), mortalitas imago (20 HSA, 30 HSA, 40 HSA), beras

rusak 40 HSA, beras utuh 40 HSA, dan susut bobot 40 HSA, kecuali pada peubah

kadar air 40 HSA yang berbeda nyata. Hal ini diduga karena semua jenis beras

yang digunakan kurang disukai hama S. oryzae karena memiliki tingkat kekerasan

yang tidak jauh berbeda. Menurut Basri (2012), kandungan kalsium dalam bulir

padi (beras) merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kekerasan

beras. Menurut Damardjati dan Siwi (1982) kadar amilosa yang tinggi akan

menurunkan daya cerna pati oleh α-amilase yang terdapat dalam air liur serangga.

Dengan menurunnya daya cerna pati maka, kandungan gula perduksi yang

dihasilkan melalui pemecahan pati oleh α-amilase dan β-amilase menjadi rendah.

Berdasarkan hal ini, maka gula yang dikonversi oleh serangga untuk menjadi

energi menjadi rendah, maka perkembangan serangga menjadi lambat dan

populasi serangga menjadi rendah.

Perkembangan serangga, serangga hama gudang sangat menyukai beras pecah

kulit yang masih memiliki lapisan aleuron yang kaya akan protein. Ketebalan

62

lapisan ini tergantung pada varietas. Varietas yang memiliki bentuk beras yang

lebih pendek dan bulat cenderung mempunyai lapisan sel yang banyak

dibandingkan dengan varietas yang panjang dan lonjong. Perkembangan telur

sampai dewasa dari S. oryzae di dalam biji beras sehingga hama ini akan memilih

beras dengan ukuran dan bentuk yang mampu menjadi tempat perkembangnya

serta tempat makannya. Berdasarkan metode yang dikembangkan Haryadi dan

Fleurat-Lessard (1991), dapat diketahui bahwa beras yang berasal dari padi

varietas eksotis (ditanamdi daerah tropis) relatif lebih tahan serangan S. oryzae

dibanding beras varietas sub-tropis.

Kandungan amilosa dari ketiga jenis beras yang digunakan tidaklah jauh berbeda

sehingga ketahanan terhadap serangan hama S. oryzae relatif sama.Beras

Mentikwangi, Ciherang, dan Pandanwangi, termasuk dalam golongan kadar

amilosa menengah (17-25%) (Sari, 2008). Tingkat kekerasan beras sangat

ditentukan oleh lapisan aleuron (kulit ari). Aleuron sangat menentukan osmosis

air kedalam biji. Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan zat pelarut,

dan larutan yang berkonsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju larutan yang

konsentrasinya pelarutnya rendah melalui selaput atau membran selektif

permeabel atau semi permeabel (Salisbury dan Ross. 1995).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pupa tertinggi saat 30 HSA terjadi

pada media penyimpanan kaleng kemasan dibandingkan dengan media

penyimpanan kertas kemasan. Hal ini diuga kondisi kelembapan dalam kaleng

kemasan lebih cocok untuk larva merubah bentuknya menjadi pupa.

63

Jumah imago dewasa tertinggi terjadi pada media kaleng kemasan dengan

persentase pada 20 HSA 86,30%; 30 HSA 84,76%; dan 40 HSA 68,29%

dibandingkan dengan media penyimpanan kertas kemasan. Hal ini diduga media

kaleng kemasan memberikan kenyamanan S. oryzae untuk berkembang biak

dikarenakan kondisi yang gelap dibandingkan media yang lainnya. Harahap

(2006) menyatakan bahwa pada kondisi yang menguntungkan, yaitu tersedianya

makanan dan faktor lingkungan yang mendukung, populasi serangga hama

gudang akan segera bermetamorfosis dengan cepat setelah infestasi. Ini

menandakan bahwa hama tersebut pandai memanfaatkan cahaya yang gelap agar

aman bagi dirinya dalam melancarkan segala kegiatan pengerusakannya. Hama -

hama gudang terutama pada saat melakukan kopulasi atau perkawinan dan

meletakkan telurnya banyak yang menyukai keadaan atau tempat yang gelap,

demikian pula dalam kegiatan merusaknya (Kartasapoetra, 1991).

Warna cahaya yang berbeda akan memancarkan perbedaan panjang gelombang.

Semakin panjang gelombang yang dipancarkan maka akan semakin besar pula

energi yang dihasilkannya. Molekul energi yang dipancarkan juga akan semakin

rapat, semakin rapat pancaran molekul yang mengandung molekul energi ini akan

mengakibatkan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan mahluk hidup dalam

hal ini serangga. Semakin besar pula energi yang dipancarkan akan semakin besar

juga kenaikan suhu yang ditimbulkannya dalam satuan luas yang tetap atau

konstan (Annonimous, 2010). Setiap spesies serangga mempunyai suhu optimum

untuk berkembang biak dan melanjtkan siklus hidunya, (Syarief dan Halid, 1993).

Populasi S. oryzae bertambah seiring lamanya penyimpanan dan tingkat populasi

64

awal, S. oryzae tersebut akan lebih lama melakukan kopulasi dengan pasangannya

sehingga dapat menghasilkan generasi yang lebih banyak.

Mortalitas imago tertinggi terjadi pada media penyimpanan kaleng kemasan

dibandingkan kertas kemasan pada 20 HSA dan 30 HSA untuk varietas beras

Mentikwangi. Hal ini diduga karena dalam media penyimpanan kaleng kemasan

telah terjadi perkembang biakan hama gudang yang sangat tinggi yang

mengakibatkan terjadinya persaingan dalam mencukupi kebutuhan makanan

Makanan yang cukup dan sesuai dengan yang dibutuhkan hama pascapanen akan

mendukung perkembangan populasi hama, sebaliknya makanan yang cukup tetapi

tidak sesuai dengan yang dibutuhkan akan menyebabkan hama tidak menyukai

bahan simpan/makanan tersebut atau akan dapat menekan populasi hama tersebut

(Annisa, 2014). Menurut Rahayu, dkk (2011), penyimpanan menggunakan kaleng

kedap udara memberikan daya kecambah padi paling stabil dan jumlahbenih yang

terinfeksi jamur paling rendah (72%).

Selanjutnya hasil penelitian menunjukkan bahwa, media penyimpanan kaleng

kemasan menghasilkan beras varietas Mentikwangi yang rusak tertinggi 74,31%.

Hal ini diduga karena kelembapan udara kaleng kemasan yang sangat tinggi

sehingga kondisi beras cepat mengalami kerusakan. Menurut Brody dalam

Nurminah (2002), kerusakan terjadi karenapengaruh lingkungan luar dan

pengaruh kemasan yang digunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan

bahan pangan berhubungan dengan kemasan yang digunakan.

Media penyimpanan kertas kemasan menghasilkan beras varietas Mentikwangi

dan Ciherang yang utuh terendah 43,85% dibandingkan dengan media

65

penyimpanan kaleng kemasan. Hal ini diduga karena kertas kemasan tidak dapat

menyeimbangankan suhu didalam media penyimpanan.

Pada waktu penyimpanan 40 hari, media kaleng kemasan memberikan penyusutan

bobot beras terbesar 84,71% jika dibandingkan kertas kemasan. Pada waktu

penyimpanan 40 hari penyusutan beras ini mencapai dua kali lipat penyusutan

dengan media toples. Penyusutan yang relatif tinggi ini dipengaruhi oleh waktu

penyimpanan yang semakin lama dan populasi yang terus berkembang selama

masa penyimpanan. Peningkatan populasi hama menyebabkan meningkatan susut

berat pada beras dan disebabkan oleh S. oryzae. Makin tinggi populasi S. oryzae

maka makin besar susut berat pada beras. Makin banyak individu dalam populasi

makin banyak makanan yang dikonsumsi oleh hama, sehingga susut berat yang

hilang pun meningkat.

Menurut Nurrahman (2005) adanya aktifitas mikroorganisme menyebabkan beras

mengalami susut bobot selama penyimpanan. Dengan semakin banyak populasi S.

oryzae yang berada pada tempat penyimpanan menyebabkan penyusutan beras

semakin besar karena aktivitas serangga yang akan semakin banyak memakan

beras, apabila beras tersebut disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama maka

beras itu akan dimakan oleh hama gudang tersebut, dan hasilnya pun beras

tersebut menjadi pecah dan kebanyakan menjadi bubuk sehingga dapat

menyebabkan susut. Hasil penelitian Manueke (1993) mengenai hubungan antara

padat populasi hama S. oryzae dan Tribolium castaneun pada beberapa varietas

beras menunjukkan korelasi yang erat dan positif antara peningkatan padat

populasi hama dengan setiap varietas beras. Kerusakan beras oleh hama sering

66

diikuti oleh organisme lain seperti cendawan Aspergillus sp. yang menyebabkan

kualitas biji menurun, karena cendawan tersebut memproduksi senyawa beracun

yang disebut aflatoksin (Tandiabang et al. 1996).

Kandungan air bahan senantiasa berubah yang dipengaruhi oleh jenis bahan, suhu,

dan kelembaban (Suadnyana, 1998). Kadar air pada permukaan bahan dipengaruhi

oleh kelembaban nisbi (RH) udara sekitarnya, bila kadar air bahanrendah atau

suhu bahan tinggi sedangkan RH disekitarnya tinggi maka akan terjadi

penyerapan uap air dari udara sehingga bahan menjadi lembab atau kadar air

bahan menjadi tinggi (Winarno et al., 1980).