its undergraduate 17432 paper 804218
DESCRIPTION
karya nuri anggi nirmalasariberjudul analisis aliran dan perpindahan panas fluida sisco dalam keadaan stediTRANSCRIPT
1
ANALISIS ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS FLUIDA SISKO DALAM KEADAAN STEDI
Nama Mahasiswa : Nuri Anggi Nirmalasari
NRP : 1207 100 017
Jurusan : Matematika FMIPA-ITS
Dosen Pembimbing : Prof. DR. Basuki Widodo, M.Sc.
Drs. Kamiran, M.Si.
Abstrak
Fluida Sisko dikatakan sebagai fluida non-Newtonian karena perilakunya yang menyimpang dari
hukum Newton. Pada aliran fluida Sisko dalam pipa, hubungan antara besar tegangan geser dan regangan
gesernya akan linear bila batas tegangan geser mulai terlampaui. Oleh sebab itu perlu diketahui bagaimana
profil kecepatan dan perpindahan panas yang terjadi pada aliran fluida sisko di dalam pipa. Pada Tugas
Akhir ini dikaji tentang model kecepatan aliran dan perpindahan panas fluida sisko yang mengalir dalam
pipa untuk mengetahui bagaimana profil kecepatan dan perpindahan panasnya. Untuk itu dibuat asumsi dan
batasan masalah serta digunakan hukum kekekalan massa, persamaan momentum linier, persamaan tekanan
pada fluida bergerak dan persamaan konveksi panas. Model yang diperoleh merupakan sistem persamaan
diferensial biasa (PDB). Model tersebut selanjutnya diselesaikan secara numerik menggunakan metode beda
hingga dengan skema pusat dan divisualisasikan dengan bantuan program Matlab 7.10. Dari visualisasi
hubungan antara jari-jari silinder dengan kecepatan aliran fluida yang ditunjukkan dalam bentuk grafik,
kecepatan fluida Newtonian lebih besar daripada fuida sisko saat n=1, dan sebaliknya untuk n=0. Temperatur
fluida sisko selalu lebih besar daripada fluida Newtonian. Dengan demikian terlihat bahwa profil kecepatan
dan temperatur fluida sisko dipengaruhi oleh besarnya tekanan yang diberikan dan nilai parameter material b,
selain itu distribusi panas juga dipengaruhi oleh bilangan Brinkman.
Kata kunci: fluida sisko, kecepatan aliran, perpindahan panas, metode beda hingga.
1. PENDAHULUAN
Seiring perkembangan jaman, maka sektor
industri dan teknik berkembang dengan pesat. Dan
fluida berbentuk cairan (liquid) banyak digunakan
pada bidang industri dan teknik. Misalnya dalam
bidang industri fluida digunakan sebagai bahan
pembuatan plastik, cairan pelumas pada sistem
pelumasan, pembuatan lilin, dan lain sebagainya.
Fluida sendiri pada dasarnya terdiri atas dua
macam, yaitu cair dan gas. Dan fluida fase cair
dibagi lagi menjadi dua karakteristik yaitu fluida
Newtonian dan fluida non-Newtonian. Fluida
Newtonian merupakan fluida yang perilakunya
sesuai dengan hukum Newton, dalam hal ini
contohnya adalah air, sedangkan fluida yang banyak
digunakan pada bidang industri adalah fluida non-
Newtonian. Dan salah satu fluida non-Newtonian
yang digunakan adalah fluida sisko. Akan tetapi
perilaku fluida sisko yang menyimpang dari hukum
Newton membuat fluida tersebut sulit mengalir
dalam pipa . Dikatakan menyimpang karena fluida
tersebut tidak dapat mengalir dalam pipa tanpa
adanya energi panas atau kerja yang diberikan pada
fluida sisko sebelum dialirkan dalam pipa . Masalah
yang timbul akibat perilaku fluida sisko yang tidak
wajar akan menjadi penghambat bagi kerja industri
tersebut.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah
tersebut yaitu dengan memberikan energi panas pada
fluida sisko sebelum fluida dialirkan ke dalam pipa ,
karena fluida sisko memiliki sifat unik yaitu dapat
menahan tegangan geser tertentu tanpa dapat
mengalir, namun bila tegangan luluhnya terlewati
fluida tersebut akan mengalir seperti air. Hal ini
menyebabkan sulitnya memprediksi bagaimana
profil kecepatan aliran dan perpindahan panas dalam
pipa . Bagaimanapun profil kecepatan aliran dan
perpindahan panas sangat dibutuhkan guna
mengetahui langkah-langkah yang efektif dalam
mengatasi masalah yang timbul akibat perilaku
fluida sisko yang tidak wajar. Oleh karena itu model matematika dibuat
berdasarkan persamaan fluida sisko yang telah
ditentukan, dan persamaan yang berlaku terhadap
fluida secara umum seperti hukum kekekalam massa,
persamaan momentum linier, persamaan tekanan
fluida bergerak dan persamaan konveksi panas.
Diharapkan terbentuk model matematika yang dapat
menjelaskan bagaimana hubungan antara parameter-
parameter yang berlaku dengan kecepatan aliran dan
temperatur fluida sisko dalam pipa . Dibuat beberapa
asumsi berdasarkan kondisi ideal sehingga
memudahkan dalam pemodelan serta perhitungan
numeriknya. Model matematika yang didapat
2
diselesaikan menggunakan metode beda hingga
dengan skema pusat, dan hasil penyelesaian dari
model ini divisualisasikan menggunakan bantuan
program Matlab 7.10. Pada penelitian ini diberikan batasan masalah
dan asumsi sebagai berikut :
1. Tipe aliran fluida sisko yang mengalir dalam
pipa adalah seragam stedi.
2. Diasumsikan pipa yang digunakan adalah pipa
annulus dengan panjang (L).
3. Penampang pipa berupa silinder dengan
diameter (D).
4. Luas penampang pipa adalah konstan .
2. DASAR TEORI
2.1 Fluida
Zat yang tersebar di alam dibedakan dalam tiga
fase, yaitu fase padat, cair dan gas. Karena fase cair
dan gas memiliki karakter tidak mempertahankan
bentuk yang tetap, maka keduanya mempunyai
kemampuan untuk mengalir, dengan demikian
keduanya disebut fluida. Fluida merupakan zat yang
berubah bentuk secara kontinu (terus menerus) bila
terkena tegangan geser, betapapun kecilnya tegangan
geser itu.
Perbedaan zat cair dan gas ialah zat cair merupakan
zat yang tak mampu mampat (incosmpressible)
sedangkan gas merupakan zat yang mampu mampat
(compressible). Kemampatan sendiri adalah
perubahan (pengecilan) volume karena adanya
perubahan (penambahan) tekanan. Untuk fluida cair
tekanan dapat diabaikan dan viskositasnya akan
turun dengan cepat bila temperaturnya dinaikkan.
Viskositas atau kekentalan adalah sifat dari fluida
untuk melawan tegangan geser pada waktu bergerak
atau mengalir. Contoh dari fluida kental, dimana
mempunyai kekentalan besar adalah : minyak, oli,
sirup dan sebagainya, sedangkan air merupakan
contoh dari fluida encer, dimana mempunyai
kekentalan kecil.
Untuk fluida pada umumnya, tegangan dan laju
regangan geser (gradient kecepatan) dapat dikaitkan
dalam suatu hubungan dalam bentuk (Munson,2004):
(2.1)
Dimana :
= tegangan geser
= kekentalan (viskositas)
= laju regangan geser
2.2 Fluida Sisko
Fluida sisko merupakan salah satu fluida yang
termasuk kedalam karakterikstik bingham plastic.
Dimana seperti telah dijelaskan sebelumnya, fluida
ini akan mengalir seperti air pada saat mencapai
regangan geser tertentu. Fluida sisko merupakan
fluida yang sangat langka sehingga untuk
mendapatkannya pun sangat sulit. Pada beberapa
kasus fluida ini digunakan untuk melapisi pipa dalam
pada pipa annulus Dengan demikian untuk aliran
fluida sisko dalam pipa annulus dengan gerakan yang
dimulai dari luar pipa memiliki persamaan tensor
tegangan sebagai berikut (M.khan, 2010):
(2.2)
Dimana p adalah tekanan, I tensor identitas dan
S merupakan tensor tegangan extra (tegangan yang
terjadi pada aliran fluida sisko) yang didefinisikan
sebagai berikut :
[ |√
(
)|
] (2.3)
Dimana:
(2.4)
dan (2.5)
Pada persamaan diatas , V adalah kecepatan, A1
merupakan tensor Rivlin-Erickson pertama,
sedangkan n, a dan b merupakan beberapa parameter
yang didefinisikan berbeda untuk beberapa fluida
yang berbeda pula.
Aliran fluida sisko yang akan dianalisis ialah
kecepatan aliran dan temperatur fluida dalam
keadaan steady, berikut persamaan dari kecepatan
( ) dan temperatur ( ) fluida terhadap jari-jari pipa:
( ) (2.6)
( ) (2.7)
2.3 Koordinat Polar Silinder
Dalam beberapa persoalan hubungan diferensial
dapat dijelaskan dalam koordinat polar silinder.
Dengan koordinat silinder, tempat kedudukan sebuah
titik ditunjukkan oleh koordinat-koordinat dan .
Koordinat adalah jarak radial dari sumbu ,
adalah sudut yang diukur dari sebuah garis sejajar
dengan sumbu- (dengan arah yang berlawanan
perputaran jarum jam dianggap positif), dan adalah
koordinat sepanjang sumbu- . Komponen-
komponen kecepatan adalah kecepatan radial, , kecepatan tangensial, , dan kecepatan aksial, . Jadi, kecepatan pada sebuah titik sembarang dapat
dinyatakan sebagai :
(2.8)
Dimana , , dan masing-masing adalah vektor-
vektor satuan dalam arah dan . Untuk fluida tak
mampu-mampat aliran steady, kerapatan fluida, ,
konstan disuluruh medan aliran sehingga persamaan
menjadi:
( )
(2.9)
3
r
2.4 Persamaan Dasar Aliran Fluida
2.4.1 Persamaan Kontinuitas (Hukum Kekekalan
Massa)
Massa fluida yang bergerak tidak berubah
ketika mengalir. Dengan demikian persamaan
kontinuitas adalah pernyataan bahwa massa adalah
kekal, berikut persamaan kontinuitas:
(2.10)
2.4.2 Persamaan Tekanan Fluida Bergerak
Pada aliran fluida dalam suatu pipa, gradient
tekanan aliran hanya terjadi sepanjang sumbu- ,
dengan demikian berlaku :
(2.11)
2.4.3 Persamaaan Momentum Linier
Persamaan Navier-Stokes (dinamakan dari
Claude-Louis Navier dan George Gabriel Stokes)
adalah serangkaian persamaan yang menjelaskan
pergerakan dari suatu fluida baik cairan ataupun gas.
Persamaan-persamaan ini menyatakan bahwa
perubahan dalam momentum partikel-partikel fluida
bergantung hanya kepadagaya viskos yang bekerja
pada fluida. Oleh karena itu, persamaan Navier-
Stokes menjelaskan kesetimbangan gaya-gaya yang
bekerja pada fluida. Bentuk umum persamaan
Navier-Stokes untuk momentum linier adalah:
(2.12)
Dimana:
adalah densitas fluida,
adalah vektor kecepatan,
adalah tensor yang menyatakan gaya-gaya yang
bekerja pada aliran fluida
2.5 Aliran di Dalam Pipa Annulus
Aliran fluida tak mampu mampat melalui
tabung bundar lurus dengan luas penampang konstan
biasanya disebut sebagai aliran Hagen-Poiseulli,
atau singkatannya aliran Poiseulli. Aliran tersebut
dinamakan demikian untuk menghormati J.L.
Poiseulli (1799-1869), seorang ahli fisiska Prancis,
dan G.H.L Hagen (1797-1884), seorang insinyur
hirolik Jerman. Poiseulli tertarik pada aliran darah
melalui pembuluh-pembuluh kapiler dan mendeduksi
secara eksperimental hukum hambatan untuk aliran
laminar melalui tabung bundar. Penelitian Hagen
mengenai aliran dalam tabung juga dilakukan dengan
eksperimen.
Pada aliran melalui pipa annulus yaitu pipa
yang terdiri dari dua silinder tetap yang sepusat
(Gambar ) koordinat yang digunakan adalah
koordinat silinder karena akan lebih mudah untuk
geometri yang silinder. Diasumsikan bahwa aliran
sejajar dengan dinding sehingga dan ,
akibatnya
. Dengan kondisi-kondisi ini,
persamaan Navier-Stokes pada fluida Newtonian
berubah menjadi:
*
(
)+ (2.13)
Dengan kondisi batas pada dan
pada , dimana adalah jari-jari
silinder dalam dan dan merupakan kecepatan
dan jari-jari silinder luar.
Gambar 2.1 Aliran fluida melalui annulus
2.6 Persamaan Distribusi Panas Pada Fluida
Pada aliran fluida, perpindahan panas termasuk
salah satu faktor yang sangat penting. Berikut
persamaan distribusi panas secara umum pada benda
tiga dimensi (Lienhard, 2005):
(2.14)
Atau pada fluida sisko persamaan perpindahan panas
dinyatakan dalam bentuk (M.Khan, 2010):
(2.15)
Dimana
adalah densitas,
adalah kapasitas panas pada tekanan konstan,
adalah fluks panas yang persamaannya ditentukan
sebagai berikut:
(2.16)
2.7 Metode Beda Hingga Pusat
Suatu fungsi dari suatu variabel bebas
didiferensialkan kali di dalam interval [ ], dengan cukup kecil, dapat diuraikan
dalam bentuk deret pangkat menurut deret Taylor
sebagai berikut:
( ) ( ) ( )
( )+
( ) (2.17)
( ) ( ) ( )
( )-
( ) (2.18)
Dengan mengurangkan persamaan (2.17) dan (2.18),
diperoleh pendekatan turunan pertama : ( )
( ) ( )
(2.19)
( )( ) (
) (2.20)
Dengan menambahkan persamaan (2.17) dan (2.18),
diperoleh pendekatan turunan kedua sebagai berikut:
𝑧
4
( )
( ) ( ) ( )
(2.21)
( )( ) (
) (2.22)
Pendekatan bentuk turunan fungsi dari fungsi
variabel lebih dari dua dapat dilakukan dengan cara
yang sama.
3. PROSEDUR KERJA
1. Studi literatur.
2. Pemodelan kecepatan aliran dan perpindahan
panas fluida sisko.
3. Penyelesaian numerik.
4. Visualisasi hasil penyelesaian.
4. PEMODELAN DAN PENYELESAIAN
NUMERIK
4.1.1 Pemodelan Matematika Kecepatan Aliran
Persamaan kecepatan aliran fluida sisko
dalam pipa diturunkan dari persamaan kontinuitas
(Hukum Kekekalan Massa) dan persamaan tekanan
fluida bergerak yang dibentuk kedalam koordinat
polar silinder, sehingga didapat model kecepatan
aliran dengan mensubtitusikan persamaan tekanan
tensor fluida sisko pada persamaan yang telah
didapat. Pada Tugas Akhir ini didasarkan pada
model kecepatan aliran fluida tak mampu mampat
steady dengan beberapa asumsi sebagai berikut:
1. Pipa lurus dan horizontal.
2. Luas penampang pipa konstan.
3. Pipa berbentuk annulus dengan pusat jari-jari
sama.
4. Jenis alirannya merupakan aliran seragam stedi.
5. Variabel bebas yang berpengaruh hanya jari-jari
pipa.
6. Fluida aliran adalah fluida sisko.
Akan tetapi pada Tugas Akhir ini, fluida
yang digunakan adalah fluida sisko, dimana
meskipun fluida ini termasuk kedalam karakteristik
fluida non-Newtonian akan tetapi pada saat batas
tegangan gesernya terlampaui aliran fluida mirip
seperti air. Dengan demikian, berdasarkan asumsi-
asumsi yang telah dibuat, model matematika yang
dikembangkan untuk menjelaskan profil kecepatan
aliran fluida sisko dalam pipa annulus terdiri dari
persamaan tekanan pada fluida bergerak dalam
koordinat polar silinder pada bab 2. Karena fluida
hanya bergerak sepanjang sumbu- , maka percepatan
radial dan tangensialnya adalah nol, sehingga
tekanan pada arah dan juga nol seperti pada
persamaan (2.11).
Dari persamaan Navier-Stokes (2.13) , dapat
ditulis kembali sebagai berikut:
*
(
)+ (4.1)
Dimana
, merupakan tegangan geser
aliran fluida Newtonian. Karena pada tugas akhir ini
yang digunakan adalah fluida sisko dengan tegangan
geser , maka persamaan (4.1), menjadi:
( ) (4.2)
Karena tekanan hanya terjadi sepanjang sumbu-
dengan menggunakan aturan rantai, diferensial
tekanan menjadi:
(4.3)
Dengan mensubtitusikan persamaan (2.11) pada
(4.3), sehingga didapatkan:
(4.4)
Dengan demikian didapat persamaan diferensial
kecepatan aliran fluida berdasarkan persamaan
momentum linier adalah sebagai berikut:
( ) (4.5)
merupakakn tegangan geser yang berlaku pada
fluida sisko, mengacu pada persamaan sebelumnya
didapat:
[ (
)
]
(4.6)
Dari persamaan (4.5) dan (4.6) didapat persamaan
diferensial kecepatan aliran fluida sisko sebagai
berikut:
( ( (
) )
) (4.7)
Dari model kecepatan aliran fluida sisko dalam pipa
yang ditunjukkan oleh persamaan (4.7), dapat
disimpulkan bahwa profil kecepatan dipengaruhi
oleh jari-jari penampang pipa, , tekanan aliran, ,
dan tegangan geser fluida sisko, selain itu terdapat
parameter material, a dan b yang mana untuk setiap
fluida memiliki parameter yang berbeda-beda. Untuk
fluida Newtonian memiliki nilai b=0, sedangkan
untuk fluida sisko yang merupakan fluida non-
Newtonian nilai b≠0.
4.1.2 Pemodelan Matematika Perpindahan
Panas
Telah dijelaskan sebelumnya persamaan
perpindahan panas secara umum, sedangkan
persamaan perpindahan panas untuk fluida sisko
mengacu pada persamaan (2.15) yaitu
dimana ,
sehingga persamaan (2.15) dapat ditulis menjadi:
( )
(4.8)
Sehingga didapat persamaan distribusi panas sebagai
berikut:
(
) [ (
)
] (
) (4.9)
5
4.2 Model Kecepatan Aliran dan Perpindahan
Panas Non-dimensional
Model kecepatan aliran dan perpindahan panas
yang telah didapat masih tergantung pada satuan,
sehingga belum bisa diterapkan pada berbagai kasus,
supaya model matematika kecepatan aliran dan
perpindahan panas tersebut dapat diterapkan pada
berbagai kondisi dengan satuan yang bervariasi,
maka persamaan (4.7) dan (4.9) akan dibentuk
kedalam persamaan non-dimensional. Berikut
variabel non-dimensional yang akan disubtitusikan
pada persamaan (4.7) dan (4.9):
( )
( ⁄ )
( )
Dimana merupakan bilangan Brinkman.
Dengan demikian didapat model matematika
kecepatan aliran fluida sisko non-dimensional
sebagai berikut:
(( (
) )(
))
( (
) )(
) (4.10)
dan persamaan perpindahan panas sebagai berikut:
(
) ( (
) ) (
) (4.11)
4.3 Penyelesaian Numerik
4.3.1 Penyelesaian Numerik kecepatan Aliran
Pada persamaan kecepatan aliran (4.10)
terdapat nilai power index . Pada Tugas Akhir ini
akan dibandingkan bagaimana profil kecepatan
antara fluida sisko dan fluida non-Newtonian pada
saat dan . Dengan demikian saat
persamaan (4.10) menjadi:
(4.12)
Sedangkan untuk persamaan (4.24) menjadi:
(4.13)
Pada persamaan tersebut, tiap kondisi dapat didekati
dengan skema beda hingga. Dengan menerapkan
pendekatan metode beda hingga pusat untuk model
kecepatan aliran fluida sisko menjadi:
(4.14)
Karena aliran fluida sisko terjadi diluar silinder
dalam, maka , dimana ⁄ ,
untuk pendiskritan sebanyak . Dengan demikian
persamaan (4.14) menjadi:
(
( ) ) (
) (
( ) )
(4.15)
Maka selanjutnya didapatkan skema numerik untuk
adalah:
( ) ( ) (
)
(4.16)
Dengan
dan
diperoleh matriks tridiagonal secara umum sebagai
berikut:
[ ( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )]
[
]
[
( )]
[
]
(4.17)
Dengan definisi dan cara yang sama didapat skema
numerik untuk persamaan (4.13) sebagai berikut:
(
( ) ) (
) (
( ) )
(4.18)
Dan selanjutnya didapatkan skema numerik untuk
adalah:
( ) ( ) (
)
(4.19)
diperoleh matriks tridiagonal sebagai berikut:
[ ( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )]
[
]
[
]
[
( )]
(4.20)
4.3.2 Penyelesaian Numerik Perpindahan Panas
persamaan perpindahan panas disini juga
dipengaruhi oleh index power , sehingga akan
dilakukan penyelesaian secara numerik pada
persamaan (4.11) untuk dan . Dengan
demikian untuk , persamaan (4.11), menjadi:
(
) (
) (
) (4.21)
Sedangkan untuk , persamaan (4.11), menjadi:
(
) ( ) (
) (4.22)
didapat skema numerik untuk persamaan (4.21),
sebagai berikut:
6
(
( ) ) (
) (
( ) ) [(
)
(
)] (4.23)
Dan selanjutnya didapatkan skema numerik untuk
adalah:
( ) ( ) (
)
[(
) (
)] (4.24)
diperoleh matriks tridiagonal sebagai berikut:
[ ( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )]
[
]
[
( ( ))
( ( ))
( ( ))
( ( ))
( ( ))
]
[
( ) ( ) ( ) ( )
( )]
[
( )]
(4.25)
Selanjutnya dilakukan pendiskritan pada persamaan
(4.22), yaitu persamaan perpindahan panas fluida
sisko dengan power index . Sehingga didapat
skema numerik persamaan (4.22) sebagai berikut:
(
( ) ) (
) (
( ) ) ( ) (
) (4.26)
Dengan demikian didapatkan skema numerik untuk
sebagai berikut:
( ) ( ) (
)
( ) (
) (4.27)
Dari skema numerik diatas dibentuk suatu sistem
persamaan perpindahan panas dalam bentuk matriks
sebagai berikut:
[ ( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )]
[
]
( )
[
( ( ))
( ( ))
( ( ))
( ( ))
( ( ))
]
[
( )]
(4.28)
5. VISUALISASI DAN PEMBAHASAN
5.1 Algoritma Program
Disusun algoritman penyelesaian sebagai berikut:
1. Mendefinisikan parameter-parameter yang
dibutuhkan.
2. Mendefinisiskan kondisi batas yang telah
ditentukan pada bab 4.
3. Memasukkan kondisi batas ke dalam skema
numerik penyelesaian model matematika
kecepatan aliran, yaitu persamaan (4.17).
4. Skema numerik yang berupa matrik tridiagonal
diselesaikan, sehingga didapat nilai kecepatan
pada titik-titik sepanjang jari-jari pipa.
5. Selanjutnya nilai kecepatan dimasukkan ke
dalam skema numerik penyelesaian model
matematika perpindahan panas yaitu
persamaan (4.25)
6. Selanjutnya dihitung nilai error berdasarkan
penyelesaian numerik dan penyelesaian eksak.
Selanjutnya untuk persamaan kecepatan aliran
dan perpindahan dengan power index , yang
ditunjukkan oleh persamaan (4.20) dan (4.28)
diselesaiakan dengan algoritma diatas.
5.2 Visualisasi Distribusi Kecepatan Aliran
Dengan Power Index n=0
Diberikan tekanan
. dengan variasi
parameter material untuk fluida Newtonian,
dan dan untuk fluida Sisko.
Berdasarkan grafik akan dianalisis distribusi
kecepatan untuk banyak pendiskritan dan jari-jari
silinder luar yang berbeda-beda, sebagai berikut:
Gambar 5.1 Distribusi kecepatan aliran dengan
power index , dan
Gambar 5.2 Distribusi kecepatan aliran dengan
power index , dan
7
Gambar 5.3 Distribusi kecepatan aliran dengan
power index , dan
Pada gambar (5.1) sampai dengan (5.3) diberikan
jumlah pendiskritan yang berbeda untuk
pendefinisian parameter yang sama. Dari ketiga
grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin
banyak dilakukan pendiskritan maka kelengkungan
kurva semakin landai. Sedangkan pada gambar (5.3)
diberikan panjang jari-jari silinder yang berbeda
yaitu , terlihat perbedaan antara grafik dengan
dan . Pada gambar (5.2) terlihat
kecepatan disekitar jari-jari masih belum mendekati
satu, sedangkan pada gambar (5.3) kecepatan
mendekati 1 pada jari-jari dsekitar 20. Dengan
demikian dapat disimpulkan kecepatan akan
mencapai kondisi batas akhir pada jari-jari disekitar
20.
Selain itu dengan power index sama dengan nol,
kecepatan aliran pada fluida sisko lebih besar
dibandingkan fluida Newtonian, dengan kata lain
semakin besar nilai b maka kecepatan aliran fluida
semakin besar.
5.3 Visualisasi Distribusi Kecepatan Aliran
Dengan Power Index n=1
Diberikan tekanan
. dengan variasi
parameter material untuk fluida Newtonian,
dan dan untuk fluida Sisko.
Berdasarkan grafik akan dianalisis distribusi
kecepatan untuk banyak pendiskritan dan jari-jari
silinder luar yang berbeda-beda, sebagai berikut:
Gambar 5.4 Distribusi kecepatan aliran dengan
power index , dan
Gambar 5.5 Distribusi kecepatan aliran dengan
power index , dan
Gambar 5.6 Distribusi kecepatan aliran dengan
power index , dan
Tidak jauh berbeda seperti distribusi kecepatan
aliran fluida dengan power index , pada
gambar (5.6) dapat diketahui kecepatan mendekati 1
pada jari-jari dsekitar 20. Dengan demikian dapat
disimpulkan kecepatan akan mencapai kondisi batas
akhir pada jari-jari disekitar 20. Akan tetapi beda
kecepatan tiap nilan b disini sangat jauh. Berbeda
dengan distribusi kecepatan dengan power index
, dari grafik dapat disimpulkan bahwa untuk
power index , kecepatan aliran pada fluida
sisko lebih kecil dibandingkan fluida Newtonian,
atau dengan kata lain semakin besar nilai b, maka
kecepatan aliran semakin kecil
.
5.4 Visualisasi Distribusi Panas Dengan Power
Index n=0
Diberikan tekanan
dan bilangan
Brinkman 1, dengan variasi parameter material
untuk fluida Newtonian, dan dan
untuk fluida Sisko. Berdasarkan grafik akan
dianalisis distribusi panas untuk banyak pendiskritan
dan jari-jari silinder luar yang berbeda-beda, sebagai
berikut:
8
Gambar 5.7 Distribusi panas dengan power index
, dan
Gambar 5.8 Distribusi panas dengan power index
, dan
Gambar 5.9 Distribusi panas dengan power index
, dan
Dari grafik yang ditunjukkan pada gambar
(5.7) sampai (5.9) terlihat bahwa kurva semakin
landai dengan pendiskritan yang lebih banyak.
Dengan demikian semakin banyak pendiskritan, hasil
perhitungan secara numerik akan semakin mendekati
hasil yang sebenarnya.
Dengan memberikan nilai parameter material
yang berbeda-beda terlihat bahwa semakin besar
nilai b yang diberikan maka distribusi temparatur
semakin besar, yang berarti pada distribusi panas,
temperatur fluida sisko lebih besar dari temperatur
fluida Newtonian.
5.5 Visualisasi Distribusi Panas Dengan Power
Index n=1
Diberikan tekanan
dan bilangan
Brinkman 1, dengan variasi parameter material
untuk fluida Newtonian, dan dan
untuk fluida Sisko. Berdasarkan grafik akan
dianalisis distribusi panas untuk banyak pendiskritan
dan jari-jari silinder luar yang berbeda-beda, sebagai
berikut:
Gambar 5.10 Distribusi panas dengan power index
, dan
Gambar 5.11 Distribusi panas dengan power index
, dan
Gambar 5.12 Distribusi panas dengan power index
, dan
Dari grafik distribusi temperatur diatas terlihat
bahwa gafik yang dihasilkan tidak berbeda dengan
grafik distribusi temperatur untuk power index
, berbeda dengan distribusi kecepatan aliran,
untuk distribusi panas dengan power index
dan power index , temperataur semakin tinggi
untuk nilai parameter material b yang lebih besar.
9
Dengan demikian dapat disimpulkan temperatur
fluida sisko selalu lebih tinggi dari fluida Newtonian.
Selain itu akan dianalisis bagaimana pengaruh
bilangan Brikman terhadap distribusi panas fluida.
Karena dari grafik distribusi panas diatas tidak
berbeda untuk pemberian power index, maka dapat
diambil salah satu saja untuk menganalisis pengaruh
bilangan Brinkman terhadap distribusi panas.
Gambar 5.13 Distribusi panas dengan dengan variasi
Bilangan Brikman
Bilangan Brinkman merupakan bilangan yang
mempengaruhi besarnya temperatur pada fluida. Dari
grafik distribusi panas pada gambar (5.13) terlihat
bahwa semakin besar bilangan Brinkman yang
diberikan, maka temperatur fluida sisko semakin
besar.
Dengan membandingkan antara hasil
penyelesaian numerik dan eksak untuk distribusi
kecepatan aliran didapat error rata-rata 0.0534 dan
distribusi panas didapat error 0.0697. Melihat nilai
error rata-rata yang dihasilkan dari kecepatan aliran
dan perpindahan panas fluida sisko, maka terlihat
bahwa ketepatan perhitungan secara numerik
dipengaruhi oleh banyaknya pendiskritan. Dari
besarnya nilai error yang didapat maka metode beda
hingga dengan skema pusat dapat digunakan untuk
menyelesaiakan model matematika kecepatan aliran
dan distribusi panas fluida sisko dalam pipa.
6. SIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari bab sebelumnya maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Model matematika yang menggambarkan
perilaku kecepatan aliran fluida sisko dalam
pipa dapat dinyatakan sebagai berikut:
*( (
)
)
+
( (
)
)
2. Sedangkan model matematika yang
menggambarkan perpindahan panas yang terjadi
ketika fluida sisko mengalir dalam pipa
dinyatakan sebagai berikut:
(
) ( (
)
)(
)
3. Dari penyelesaian numerik dan visualisinya
dalam bentuk grafik dengan menggunakan
bantuan program Matlab 7.10, terlihat bahwa:
a. untuk power index , distribusi
kecepatan fluida sisko lebih besar dibandingkan
fluida Newtonian, atau dapat disimpulkan
semakin besar nilai parameter material b, maka
kecepatan aliran fluida semakin besar. Begitu
juga dengan temperatur, semakin besar seiring
kenaikan nilai b.
b. Sebaliknya untuk power index , semakin
besar nilai parameter b, maka kecepatan aliran
fluida semakin kecil. Namun untuk temperatur
semakin tinggi untuk nilai b yang semakin
besar.
c. Temperatur juga dipengaruhi oleh bilangan
Brinkman, semakin besar bilangan Brinkman
yang diberikan, maka temperatur semakin
tinggi.
Dengan demikian terlihat bahwa distribusi kecepatan
aliran dan temperatur fluida Sisko dipengaruhi oleh
nilai parameter-parameter yang diberikan.
6.2 Saran
Untuk pengembangan penelitian selanjutnya,
disarankan:
1.Pada Tugas Akhir ini analisis yang dilakukan
menggunakan asumsi bahwa aliran fluida sisko
dalam pipa annulus dalam keadaan steady,
selanjutnya dapat dikembangkan penelitian untuk
menganalisis profil kecepatan aliran dan perpindahan
panas fluida sisko dalam pipa dalam keadaan
unsteady.
2.Tugas Akhir ini masih bersifat analitis pada tahap
pemodelan dan numerik untuk penyelesaiannya,
belum ada data laboraturium yang dipakai sebagai
pembanding. Diharapkan kedepannya bisa dilakukan
uji laboraturium sehingga model tersebut dapat
diterapkan di lapangan.
Daftar Pustaka
Abdia, Gunaidi. 2006. Matlab Programming.
Bandung: Informatika.
Alfijar, Julian. Mekanika Fluida II.
http://alfijar.files.wordpress.com/2008/01/pe
rtemuan-iii-dan-iii.ppt-Mirip. Diakses pada
tanggal 1 Maret 2011 pukul 11.00 WIB.
Arhami, Muhammad dan Desiani, Anita. 2005.
Pemrograman Matlab. Yogyakarta: ANDI.
Khan, M. et. al. 2010. Steady Flow and Heat
Transfer of a Sisko Fluid In Annular Pipe.
Journal of Heat and Mass Transfer. 53:
10
1290-1297. Departmen of Mathematics,
Pakistan.
Lienhard IV, John H dan Lienhard V, John H. 2005.
A Heat Transfer Textbook. University of
Houston. USA.
Munson, Bruce R. et. al. 2004. Mekanika Fluida.
Edisi Keempat Harinaldi dan Budiarso,
penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan
dari: Fundamental of Fluid Mechanics.
Sajid, M and Hayat, T. 2008. Wire Coating
Analysis by Withdrawal From A Bath of
Sisko Fluid. Journal of Applied
Mathematics and Computation. 199: 13-22.
Departmen of Mathematics, Pakistan.
Saragi, Elfrida. Solusi Analitik dan Numerik
Konduksi Panas Pada Pembangkit
Energi.
http://www.batan.go.id/ppin/lokakarya/LKST
N_
10/Elfrida-.pdf. Diakses pada tanggal 2
Maret 2011 pukul 12.00 WIB.
Siddiq, A.m. et. al. 2009. On Taylor’s Scraping
Problem and Flow of A Sisko Fluid.
Journal of Mathe matical Modelling and
Analysis. 14: 515-529. Department of
Mthematics, York Campus, York, PA 17403,
USA.
Streeter, Victor L and Wylie, E Benjamin. 1999.
Mekanika Fluida. Edisi Delapan Arko
Prijono, penerjemah. Jakarta: Erlangga.
Terjemahan dari: Fluid Mechanics.
Sweet, Erik. 2003. Analytical and Numerical
Solutions of Differential Equations
Arising In Fluid Flow and Heat Transfer
Problems. University of Central Florida
Orlando, Florida.
Ruwanto, Bambang. 2003. Matematika Untuk
Fisika dan Teknik. Yogyakarta: Adicita
Karya Nusa.