its undergraduate 10149 paper

10
 1 KAJIAN DEVIASI VERTIKAL ANTARA PETA TOPOGRAFI DENGAN DATA SITUASI  ORIGINAL TAMBANG BATUBARA Putra Nur Ariffianto 1 , Khomsin 1 , Fathur Rohman 2 1 Program Studi Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya – 60111 2 PT. Berau Coal, Jalan Pemuda No.40 Tanjung Redeb, Kab. Berau, Kalimantan Timur Abstrak Tugas survey tambang dalam pelaksanaan eksplorasi batubara adalah melaksanakan penempatan titik bor di lapan gan dan mengh itung volume pemindah an tanah penut up batub ara. Maka, data topografi awal diperlukan dalam kegiatan tersebut. Idealnya, data pada peta topografi hutan dan data situasi original tambang batubara merupakan  permukaan yang sama (terutama elevasinya), tapi kenyataannya terdapat perbedaan tinggi permukaan antara kedua data tersebut. Oleh sebab itu, penentuan kedalaman titik bor di lahan original akan berbeda dengan data pada peta topografi, dan jika digunakan untuk penghitungan volume tanah penutup juga mengalami perbedaan. Dalam penelitian ini, hasil kajian deviasi berupa penghitungan nilai selis ih elevasi rata-r ata antara data topografi hutan dengan data situasi original tambang di areal Pit T LMO (Lati Mine Operation) adalah sebes ar 1,869 m denga n kemiringan lereng rata- rata sebesa r 13,3 % yang terdi ri atas tiga blok, yaitu : Blok T5, T6, dan T7. Sebagian besar permukaan topografi hutan berada di bawah permukaan lahan original di semua blok dengan prosentase 73 % (T5), 69,3 % (T6), dan 79 % (T7). Jumlah prosentase penyimpangan elevasi di luar batas deviasi biasa dari luas daerah untuk setiap blok di areal Pit T LMO adalah : Blok T5 (28%), T6 (41,6%), T7 (49,4%). Kata Kunci : Deviasi, Origina l, Topografi PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak dahulu topografi bumi disajikan dengan pe ta-p eta topogr afi. Dewasa ini pe ta-peta topografi ini diturunkan dari berbagai kumpulan data yang di ke na l s eb ag ai d at a k er an gk a topogra fi (topogr aph ic fr ame work dat a), inti geospasial (geo spa tial cor e) atau da ta da sar (  foundation data) (Groot dan McLaughlin, 2000 dalam Kraak dan Ormelling, 2007). Pada tahap eksplorasi, salah satu tugas  mine survey  diantaranya adalah melaksanakan penempatan titik bor di lapangan (stake out ) se suai de ngan rencana yang diberikan dan pengukuran tit ik bor pada lokasi dimana telah dilakukan pemboran. Tugas  mine survey  yang lain adalah melakukan perhitungan volume hasil sur vey . Perhit ung an volume ter sebut biasan ya berupa volume galian dan timbunan. Untuk melaksanakan penempatan titik bor di lapangan dan menghitung volume tersebut diperlukan data topografi awal (original topography ).  Original topog raphy  terseb ut bisa berupa top ogr afi lahan yan g belum di ganggu manusia seperti hutan atau topografi lahan yang tel ah diganggu seperti pada daerah timbunan atau galian dimana pada lahan tersebut akan dilakukan kegiatan penggalian atau penimbunan. Data pada peta topografi yang masih hutan dan data  original  tambang seharusnya mer upa kan permukaan yan g sama (terutama el ev asi n ya ), tapi k eny a ta a nny a te r da pat perbedaan atau penyimpangan antara data topogr afi awal (y ang masih berupa hutan) dengan data situasi  original  tambang, ada yang leb ih tinggi ada juga yang leb ih rendah . Mak a, untuk menentukan kedalaman ti ti k bor di lap angan akan ter jadi per bedaan den gan data pada model topogr afi awal , sedan gkan evaluasi

Upload: danapratama-kukar

Post on 12-Jul-2015

79 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ITS Undergraduate 10149 Paper

5/12/2018 ITS Undergraduate 10149 Paper - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/its-undergraduate-10149-paper 1/10

 

1

KAJIAN DEVIASI VERTIKAL ANTARA PETA TOPOGRAFI

DENGAN DATA SITUASI ORIGINAL TAMBANG BATUBARA

Putra Nur Ariffianto1, Khomsin

1, Fathur Rohman

2

1Program Studi Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Kampus ITS Sukolilo,

Surabaya – 601112PT. Berau Coal, Jalan Pemuda No.40 Tanjung Redeb, Kab. Berau, Kalimantan Timur

Abstrak

Tugas survey tambang dalam pelaksanaan eksplorasi batubara adalah melaksanakan penempatan

titik bor di lapangan dan menghitung volume pemindahan tanah penutup batubara. Maka, data topografi 

awal diperlukan dalam kegiatan tersebut.

Idealnya, data pada peta topografi hutan dan data situasi original tambang batubara merupakan permukaan yang sama (terutama elevasinya), tapi kenyataannya terdapat perbedaan tinggi permukaan

antara kedua data tersebut. Oleh sebab itu, penentuan kedalaman titik bor di lahan original akan berbeda

dengan data pada peta topografi, dan jika digunakan untuk penghitungan volume tanah penutup juga

mengalami perbedaan.

Dalam penelitian ini, hasil kajian deviasi berupa penghitungan nilai selisih elevasi rata-rata antara

data topografi hutan dengan data situasi original tambang di areal Pit T LMO (Lati Mine Operation) adalah

sebesar 1,869 m dengan kemiringan lereng rata-rata sebesar 13,3 % yang terdiri atas tiga blok, yaitu : Blok 

T5, T6, dan T7. Sebagian besar permukaan topografi hutan berada di bawah permukaan lahan original di 

semua blok dengan prosentase 73 % (T5), 69,3 % (T6), dan 79 % (T7). Jumlah prosentase penyimpangan

elevasi di luar batas deviasi biasa dari luas daerah untuk setiap blok di areal Pit T LMO adalah : Blok T5

(28%), T6 (41,6%), T7 (49,4%).

Kata Kunci : Deviasi, Original, Topografi 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejak dahulu topografi bumi disajikan dengan

peta-peta topografi. Dewasa ini peta-peta

topografi ini diturunkan dari berbagai kumpulan

data yang dikenal sebagai data kerangkatopografi (topographic frame work data), inti

geospasial (geospatial core) atau data dasar

( foundation data) (Groot dan McLaughlin, 2000

dalam Kraak dan Ormelling, 2007).

Pada tahap eksplorasi, salah satu tugas mine

survey  diantaranya adalah melaksanakan

penempatan titik bor di lapangan (stake out )

sesuai dengan rencana yang diberikan dan

pengukuran titik bor pada lokasi dimana telah

dilakukan pemboran. Tugas mine survey yang lain

adalah melakukan perhitungan volume hasilsurvey. Perhitungan volume tersebut biasanya

berupa volume galian dan timbunan.

Untuk melaksanakan penempatan titik bor di

lapangan dan menghitung volume tersebut

diperlukan data topografi awal (original 

topography ). Original topography  tersebut bisa

berupa topografi lahan yang belum diganggu

manusia seperti hutan atau topografi lahan yang

telah diganggu seperti pada daerah timbunanatau galian dimana pada lahan tersebut akan

dilakukan kegiatan penggalian atau penimbunan.

Data pada peta topografi yang masih hutan

dan data original  tambang seharusnya

merupakan permukaan yang sama (terutama

elevasinya), tapi kenyataannya terdapat

perbedaan atau penyimpangan antara data

topografi awal (yang masih berupa hutan)

dengan data situasi original  tambang, ada yang

lebih tinggi ada juga yang lebih rendah. Maka,

untuk menentukan kedalaman titik bor dilapangan akan terjadi perbedaan dengan data

pada model topografi awal, sedangkan evaluasi

Page 2: ITS Undergraduate 10149 Paper

5/12/2018 ITS Undergraduate 10149 Paper - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/its-undergraduate-10149-paper 2/10

 

2

model geologi aktual di lapangan menggunakan

data situasi original . Selain itu, jika digunakan

untuk perhitungan volume juga akan mengalami

perbedaan.

Hal yang dilakukan untuk mengkajipenyimpangan peta topografi areal tambang

yang masih berupa hutan dengan data situasi

original  tambang batubara adalah menampalkan

keadaan permukaan tanah (terrain) yang dibuat

dari kedua data tersebut untuk satu wilayah yang

sama dan menghitung selisih elevasi yang terjadi

pada wilayah tersebut untuk titik-titik yang sama

posisi planimetriknya (koordinat x dan y sama).

Dengan melakukan pekerjaan ini, diharapkan

akan dapat dilakukan suatu kesimpulan terhadap

penyimpangan koordinat z (elevasi) pada petatopografi areal tambang dengan data situasi

original tambang batubara tersebut.

Rumusan Permasalahan

”Berapa besar deviasi/penyimpangan

elevasi/tinggi permukaan tanah antara peta

topografi hutan dengan data situasi original 

tambang batubara.”

Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian tugas akhirini adalah :

1. Daerah studi adalah areal Pit  T Lati Mine

Operation (LMO) PT. Berau Coal, Kalimantan

Timur

2. Penelitian dilakukan terhadap posisi

planimetrik yang sama

3. M etode yang digunakan pada saat

pengukuran topografi hutan dan pengukuran

situasi original  tambang batubara areal Pit  T

LMO adalah metode terestris dengan total 

station4. Kajian deviasi vertikal meliputi nilai rata-rata

dan standar deviasi dari selisih elevasi/tinggi

permukaan tanah antara peta topografi areal

tambang yang masih hutan dengan data

situasi original  tambang batubara,

prosentase ketinggian antara kedua

permukaan dan prosentase klasifikasi selisih

elevasinya, visualisasi selisih elevasi dari luas

daerah penelitian, serta kondisi medan di

areal Pit T LMO.

Tujuan

Tujuan dari penelitian yang dilaksanakan

adalah :

Mengkaji besarnya penyimpangan

elevasi/tinggi permukaan tanah yang terjadiantara peta topografi hutan dengan data situasi

original tambangnya.

METODOLOGI

Lokasi Penelitian

Penelitian tugas akhir ini mengambil lokasi di

Pit  T Site Lati Mine Operation (LMO) PT. Berau

Coal, Kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten

Berau, Kalimantan Timur. Luas daerah penelitian

sekitar 100 hektar dengan batas wilayahpenelitian : 2

019’7’’ – 2

019’56’’ LU dan

117032’39’’ – 117

034’3’’ BT.

Gambar 1 Lokasi Penelitian

Alat

1. Perangkat keras (Hardware) :

a. Personal Computer  Simbadda, prosesorAMD Sempron 2500+ 1,4 GHz, memori

896 MB

b. Printer HP Deskjet 3920

c. Kalkulator Scientific Casio fx-350MS.

2. Perangkat lunak (Software) :

a. Autodesk Land Desktop 2004

b. Surfer 8

c. Microsoft Excel 2007 

d. Microsoft Word 2007 .

Bahan1. Peta Topografi Area Pit T LMO Skala 1: 1000

2. Data Situasi Original Area Pit T Site LMO.

Page 3: ITS Undergraduate 10149 Paper

5/12/2018 ITS Undergraduate 10149 Paper - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/its-undergraduate-10149-paper 3/10

 

3

Pelaksanaan Penelitian

Gambar 2 Diagram Alir Penelitian

Penjelasan dari diagram alir penelitian di atas

adalah sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan Awal

Kegiatan yang dilakukan pada tahap

persiapan awal adalah :

1. Perumusan Masalah dan Penetapan

Tujuan

Hal ini dilakukan terutama untuk

mendapatkan pemahaman konsep yang

matang dan gambaran awal tentang

bidang yang akan diteliti sehingga dapat

diketahui prosedur penelitian yang

nantinya berguna sebagai acuan dalam

pengolahan data dan untuk mengkaji

masalah yang akan dibahas.

2. Studi Literatur

Persiapan yang lain adalah dengan

mempelajari studi literatur. Hal ini

bertujuan untuk menentukan dasar teori

yang akan digunakan dalam penyusunanlaporan dan agar penelitian yang

dilakukan mempunyai pondasi yang jelas.

b. Tahap Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan untuk penelitian

tugas akhir ini antara lain :

1. Peta Topografi Area Pit  T LMO Skala

1:1000Pada tahap praeksplorasi batubara,

dilakukan pengukuran topografi di area

rencana tambang untuk lokasi Pit  T LMO

yang secara fisik kondisinya masih berupa

hutan. Data topografi ini telah diukur

dengan alat total station dengan waktu

pekerjaan dari bulan Februari hingga

Agustus 2003 dan disajikan dalam peta

topografi areal tambang batubara skala

1:1000 yang dibuat oleh PT. Hadano

Putra Perdana (Jakarta) pada tahun 2003.Data yang didapat berupa data kontur

topografi digital dengan selang/interval

kontur sebesar dua meter yang diekspor

menjadi kumpulan titik koordinat X, Y, Z

(Easting, Northing, Elevation) dan dibuat

surfacenya di dalam komputer. Wilayah

penelitian akan dibagi menjadi tiga blok

sesuai dengan data situasi original nya.

Peta ini dibuat berdasarkan pengukuran

topografi yang kerangka kontrolnya

berbentuk poligon, dimana terdiri atastitik-titik poligon utama dan titik-titik

poligon cabang. Kerangka kontrol

tersebut telah dihitung / diolah data

pengukurannya.

Peta topografi ini dibuat dalam proyeksi

UTM dengan sistem referensi World 

Geodetic System ’84 (WGS ’84). Referensi

tinggi menggunakan model geoid Earth

Gravitational Model ‘96 (EGM ’96). Untuk

LMO , koordinatnya ditransformasi ke

lokal.2. Data Situasi Original Area Pit T Site LMO

Kegiatan pembersihan lahan (land 

clearing) dilakukan untuk daerah yang

akan ditambang mulai dari semak belukar

hingga pepohonan yang berukuran besar.

Alat yang digunakan adalah buldozer 

ripper  dan dengan menggunakan

bantuan mesin potong chainsaw  untuk

menebang pohon dengan diameter lebih

besar dari 30 cm.

Selanjutnya area yang sudah di-clearingtersebut diambil lagi data topografinya

(selanjutnya disebut data situasi original 

Page 4: ITS Undergraduate 10149 Paper

5/12/2018 ITS Undergraduate 10149 Paper - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/its-undergraduate-10149-paper 4/10

 

4

tambang) menggunakan alat total 

station.

Data yang diambil adalah semua

permukaan tanah. Data original tambang

ini diukur kontinu sesuai kemajuantambang dan dalam sebulan prosesnya

dapat mencapai 25 hektar (ha).

Pengukuran Original  di area Pit  T ini

dimulai pada Agustus 2007 (Blok T5),

kemudian dilanjutkan pada tahun 2008

(Blok T6) dan pada tahun 2009 (Blok T7).

Data situasi original  ini berupa titik-titik

koordinat elevasi / spot height  hasil

pengukuran original topography  di area

Pit  T LMO. Pengukuran titik elevasi ini

diambil dengan kerapatan minimalsepuluh meter.

Data titik-titik tersebut dibuat surfacenya

di dalam komputer dan wilayah

penelitian dibagi menjadi tiga blok, yaitu:

Blok T5, Blok T6, dan Blok T7.

Kerangka kontrol untuk pengukuran

situasi original ini berbentuk poligon, baik

poligon terbuka maupun tertutup.

Pengukuran kerangka kontrol tersebut

dilakukan berdasarkan rekomendasi dari

survey supervisor  perusahaan dan datapengukurannya telah dihitung / diolah.

Titik-titik koordinat detail situasi ini

merupakan titik koordinat X, Y, Z yang

telah ditransformasi ke lokal.

c. Tahap Pengolahan Data

Pelaksanaan tahap pengolahan data

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pembuatan Kisi/Grid Untuk Tiap Blok

Tiap-tiap blok hasil pembagian area Pit  T

LMO mempunyai boundary /batas

wilayah penelitian yang sama (koordinatx dan y sama). Dengan menggunakan

piranti lunak Autodesk Land Desktop

(ALD), masing-masing blok di dalamnya

dibuat kisi/grid berukuran 10 m x 10 m

dari surface topografi dan original  yang

telah dibentuk. Jadi, terdapat tiga blok

surface topografi dan tiga blok surface

original . Metode yang digunakan dalam

penentuan titik tinggi / elevasi di tiap grid

dari surface yang telah dibentuk adalah

prinsip TIN dengan interpolasi linier. Darititik pertemuan kisi/grid yang telah

dibuat, didapatkan informasi

koordinatnya dengan menggunakan

perintah list pada ALD.

2. Elevasi Permukaan Topografi Tanah

Titik koordinat z (elevasi) menjadi fokus

utama dalam pengolahan data ini Padasaat mengaktifkan surface topografi,

informasi koordinat yang didapat dari list 

dikopikan ke Perangkat Lunak Microsoft 

Excel  dan dibuat grafik cross section /

potongan melintangnya sebagai

visualisasi.

3. Elevasi Permukaan Original Tanah

Pada saat mengaktifkan surface original ,

informasi koordinat yang didapat dari list 

dikopikan ke software Microsoft Excel 

dan dibuat grafik cross section /potongan melintangnya sebagai

visualisasi. Kemudian, grafik permukaan

original  tersebut ditampalkan dengan

grafik permukaan topografinya agar

terlihat penyimpangan yang terjadi.

d. Tahap Pembahasan dan Kesimpulan

Dari pengolahan data yang telah

dilakukan, maka kajian deviasi yang dibahas

ialah selisih elevasi permukaan tanah (deviasi

vertikal) antara topografi hutan dengan

permukaan original  tambang. Selisih elevasiantara kedua permukaan tanah yang terjadi

dari tiap titik grid pada model potongan

melintangnya, selanjutnya diklasifikasikan

sesuai dengan hasil selisih elevasi di setiap

blok yang dihitung nilai rata-ratanya. Lalu,

dihitung juga prosentase kemiringan lereng

untuk mengetahui kondisi medan di areal Pit 

T dan nilai simpangan baku dari selisih elevasi

tiap blok.

Setelah hasil pembahasan telah tercapai,

kemudian diambil kesimpulan secarakeseluruhan terhadap proses penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Selisih Elevasi Antara Data Topografi Hutan

Dengan Data Situasi Original Tambang Area Pit T

Page 5: ITS Undergraduate 10149 Paper

5/12/2018 ITS Undergraduate 10149 Paper - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/its-undergraduate-10149-paper 5/10

 

5

1. Blok T5, data diolah dalam 108 seksi (Row  1 -

Row 108).

Tabel 1 Hasil Pengolahan Data Blok T5

Besaran

dari

Tiap

Seksi

(row )

X awal

(meter)

X akhir

(meter)

Koord. Y

(meter)

Rerata

Selisih

Elevasi

(meter)

Rerata

Kemiringan

Lereng

μ

(Mean)

1,403 0,132

Median 562319,116 562694,116 256859,584 1,394 0,124

Min. 561734, 116 562474, 116 256324,584 0,537 0, 082

Maks. 562784, 116 563014, 116 257394,584 2,851 0, 282

σ ±0,476

2. Blok T6, data diolah dalam 94 seksi (Row  4 -

Row 97).

Tabel 2 Hasil Pengolahan Data Blok T6

Besaran

dari

Tiap

Seksi

(row )

X awal

(meter)

X akhir

(meter)

Koord. Y

(meter)

Rerata

Selisih

Elevasi

(meter)

Rerata

Kemiringan

Lereng

μ

(Mean)

1,974 0,148

Median 561379,116 561914,116 256819,584 1,847 0,146

Min. 561144, 116 561454, 116 256354,584 1,076 0, 004

Maks. 561664, 116 562174, 116 257284,584 3,847 0, 317

σ ±0,616

3. Blok T7, data diolah dalam 35 seksi (Row 106 -

Row 140).

Tabel 3 Hasil Pengolahan Data Blok T7

Keterangan :

X awal = Koordinat X awal pada satu blok dari

tiap seksi (row )

X akhir = Koordinat X akhir pada satu blok dari

tiap seksi (row )

Koord. Y = Posisi satu blok dari seksi (row ) dalam

koordinat Y

μ (Mean) = Nilai rata-rata selisih elevasi dan rata-

rata kemiringan lereng untuk satu

blok yang didapat dari data nilai

selisih elevasi titik-titik di semua seksi

(row )

Median = Nilai tengah dari kumpulan data tiap

seksi (row )Min. = Nilai minimum dari data tiap seksi untuk

satu blok

Maks. = Nilai maksimum dari data tiap seksi

untuk satu blok

σ = Standar deviasi / simpangan baku dari nilai

rata-rata selisih elevasi semua seksi (row )

untuk satu blok.

Nilai rata-rata selisih elevasi untuk Pit T (dari

hasil Blok T5, T6, dan T7)

= (1,403 m + 1,974 m + 2,231 m) : 3= 1,869 meter.

Nilai rata-rata kemiringan lereng untuk Pit T

(dari hasil Blok T5, T6, dan T7)

= (0,132 + 0,148 + 2,231) : 3

= 0,133 = 13,3 %.

Grafik Permukaan (Surface) Antara Topografi

Hutan dan Original Tambang Area Pit T

Berikut adalah contoh grafik potongan

melintang antara permukaan topografi hutandengan original tambang :

1. Blok T5

Luas daerah = 481.500 m2

Gambar 3 Grafik Potongan Melintang Salah Satu Seksi di Blok T5

2. Blok T6

Luas daerah = 437.650 m2

Besaran

dari Tiap

Seksi

(row )

X awal

(meter)

X akhir

(meter)

Koord. Y

(meter)

Rerata

Selisih

Elevasi

(meter)

Rerata

Kemiringan

Lereng

μ

(Mean)

2,231 0,120

Median 561644,116 561924,116 257544,584 2,154 0,113

Min. 561604, 116 561824,116 257374,584 0, 843 0, 003

Maks. 561864, 116 562034,116 257714,584 5, 080 0, 229

σ ±1,699

Page 6: ITS Undergraduate 10149 Paper

5/12/2018 ITS Undergraduate 10149 Paper - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/its-undergraduate-10149-paper 6/10

 

6

Gambar 4 Grafik Potongan Melintang Salah Satu Seksi di Blok T6

3. Blok T7

Luas daerah = 89.800 m2

Gambar 5 Grafik Potongan Melintang Salah Satu Seksi di Blok T7

Klasifikasi, Statistik dan Visualisasi dari Selisih

Elevasi Tiap Blok Untuk Areal Pit T

1. Klasifikasi selisih elevasi untuk semua blok

(areal Pit T) :

Gambar 6 Klasifikasi Selisih Elevasi Untuk Areal Pit T

Angka pada range yang tertera pada Gambar

6 merupakan nilai selisih elevasi yang selanjutnya

dinamakan dengan deviasi vertikal (ΔZ), dalam

penelitian ini menggunakan persamaan:

ΔZ = Zt   – Zo (1)dimana:

Zt = Elevasi permukaan topografi hutan

Zo = Elevasi permukaan original tambang.

Interval nilai klasifikasi selisih elevasi untuk

semua blok (areal Pit  T) sesuai Gambar 6

merupakan nilai rata-rata selisih elevasi yang

diperoleh dari hasil pengolahan data pada Blok

T5, T6 dan T7. Nilai rata-rata yang diperoleh

sebesar 1,869 m. Akan tetapi nilai yang

dimasukkan di sini cukup berupa pembulatan dua

angka di belakang koma. Titik deviasi maksimumuntuk semua blok (areal Pit  T) ini adalah 15 (lima

belas) meter (Range 1 dan Range 8) yang didapat

berdasarkan pada titik grid di Blok T7 Seksi Row 

120.

2. Statistik dari selisih elevasi untuk Blok T5 :

Gambar 7 Hasil Statistik dari Nilai Selisih Elevasi

Untuk Blok T5

3. Statistik dari selisih elevasi untuk Blok T6 :

Page 7: ITS Undergraduate 10149 Paper

5/12/2018 ITS Undergraduate 10149 Paper - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/its-undergraduate-10149-paper 7/10

 

7

Gambar 8 Hasil Statistik dari Nilai Selisih Elevasi

Untuk Blok T6

4. Statistik dari selisih elevasi untuk Blok T7 :

Gambar 9 Hasil Statistik dari Nilai Selisih Elevasi

Untuk Blok T7

5. Berikut adalah visualisasi range/klasifikasi

selisih elevasi ketiga blok dimana permukaan

topografi berada di atas permukaan

original nya (kondisi normal):

Gambar 10 Visualisasi Range Selisih Elevasi Ketiga Blok

(Permukaan Topografi di Atas Permukaan Original )

Keterangan Gambar 10 ;

: Deviasi Biasa (0 m s.d. 1,87 m)

: Deviasi Cukup Ekstrem (1,87 m s.d. 3,74 m)

: Deviasi Ekstrem (3,74 m s.d. 5,61 m)

: Deviasi Sangat Ekstrem (> 5,61 m)

6. Berikut adalah visualisasi range/klasifikasi

selisih elevasi ketiga blok dimana permukaan

topografi berada di bawah permukaan

original nya (kondisi anomali):

Gambar 11 Visualisasi Range Selisih Elevasi Ketiga Blok

(Permukaan Topografi di Bawah Permukaan Original )

Page 8: ITS Undergraduate 10149 Paper

5/12/2018 ITS Undergraduate 10149 Paper - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/its-undergraduate-10149-paper 8/10

 

8

Keterangan Gambar 11 ;

: Deviasi Biasa (-1,87 m s.d. 0 m)

: Deviasi Cukup Ekstrem (-3,74 m s.d. -1,87 m)

: Deviasi Ekstrem (-5,61 m s.d. -3,74 m)

: Deviasi Sangat Ekstrem (< -5,61 m)

Angka range/klasifikasi pada keterangan

Gambar 10 bernilai positif (+) berarti permukaan

topografi di atas permukaan original . Begitu pula

sebaliknya, angka range/klasifikasi pada

keterangan Gambar 11 bernilai negatif (-) berarti

permukaan topografi di bawah permukaan

original .

Kondisi normal yang berada di areal Pit  T

hanya sebagian kecil daripada kondisi

anomalinya, dengan jumlah prosentase dari luasdaerah untuk Blok T5 sebesar 27 %, Blok T6

sebesar 30,7 %, dan Blok T7 sebesar 21 %.

Berarti, dalam selang waktu antara

pengukuran topografi hutan dan pengukuran

original  tambang di areal Pit  T yaitu selama

empat hingga enam tahun terjadi pergeseran

permukaan tanah yang cenderung menaik.

Secara keseluruhan, jika berdasarkan pada

kondisi permukaan/medan di dalam ketiga blok

(T5, T6, dan T7), penyimpangan yang terjadi

masih sebagian kecil (kurang dari 50 %) berada diluar batas deviasi biasa, yaitu deviasi cukup

ekstrem, ekstrem, hingga sangat ekstrim.

Akan tetapi, hal yang perlu lebih diperhatikan

di sini adalah keadaan permukaan tanah pada

ketiga blok secara umum cukup banyak terdapat

lereng, baik curam maupun landai yang

membentuk bukit dan lembah sehingga dapat

memungkinkan terjadinya kesalahan dalam

pengukuran. Kondisi permukaan tanah yang

seperti ini dapat dilihat pada setiap potongan

melintang (cross section) yang sebagian besarpermukaannya bergelombang / tidak landai.

Untuk Blok T5, besar penyimpangan yang

terjadi di luar batas deviasi biasa adalah 28 % dari

luas daerahnya. Variasi relief dari kondisi

permukaan Blok T5 relatif lebih sederhana

daripada Blok T6 dan tidak jauh berbeda dengan

Blok T7.

Untuk Blok T6, besar penyimpangan yang

terjadi di luar batas deviasi biasa adalah 41,6 %

dari luas daerahnya. Hal ini dikarenakan variasi

relief dari kondisi permukaan Blok T6 relatif lebihkompleks daripada Blok T5 dan T7.

Untuk Blok T7, besar penyimpangan yang

terjadi di luar batas deviasi biasa adalah 49,4 %

dari luas daerahnya. Hal ini kemungkinan

disebabkan adanya pergeseran permukaan tanah

yang signifikan walaupun relief dari kondisipermukaan Blok T7 relatif lebih sederhana

daripada Blok T6.

Pada grafis potongan melintang / cross

section di setiap blok juga terdapat kedua

permukaan topografi dan original  yang saling

berhimpitan (selisih elevasinya nol) atau tidak

ada deviasi vertikal dalam jarak tertentu. Hal ini

dapat terjadi karena pada jarak tertentu itu tidak

terjadi pergeseran permukaan tanah atau

kemungkinan disebabkan adanya galian tanah

yang tertimbun maupun timbunan tanah yangtergali pada saat dozer  melakukan pembersihan

lahan (land clearing).

KESIMPULAN

1. Secara keseluruhan, kondisi medan di areal

Pit  T Lati Mine Operation (LMO) yang terdiri

atas Blok T5, T6 dan T7 adalah

berbukit/bergelombang dengan kemiringan

lereng rata-rata (dari ketiga blok tersebut)

sebesar 0,133 atau 13,3 % dan nilai rata-rataselisih elevasinya sebesar 1,869 meter

2. Dilihat dari nilai standar deviasi antara ketiga

blok, dapat dikatakan bahwa secara umum

keandalan pengukuran yang dilakukan di Blok

T5 lebih baik daripada T6, dan pengukuran di

Blok T6 lebih baik daripada Blok T7

3. Berdasarkan hasil statistik dan visualisasi,

sebagian besar permukaan ketiga blok di

areal Pit  T LMO berada dalam kondisi

anomali yang berarti terjadi pergeseran

permukaan tanah yang cenderung menaik,dengan prosentase dari luas daerah ketiga

blok adalah sebagai berikut :

~ Blok T5 = 73 %

~ Blok T6 = 69,3 %

~ Blok T7 = 79 %

4. Jika selang waktu antara pengukuran

topografi hutan dengan pengukuran original 

tambang di tiap wilayah semakin besar, maka

makin besar pula deviasi vertikal yang terjadi.

Hal ini terlihat dari jumlah prosentase

penyimpangan selisih elevasi mulai dari yangcukup ekstrim hingga sangat ekstrim dari luas

Page 9: ITS Undergraduate 10149 Paper

5/12/2018 ITS Undergraduate 10149 Paper - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/its-undergraduate-10149-paper 9/10

 

9

daerah untuk setiap blok di areal Pit  T LMO,

yaitu :

~ Blok T5 = 28 %; selang waktu empat tahun

~ Blok T6 = 41,6 %; selang waktu lima tahun

~ Blok T7 = 49,4 %; selang waktu enam tahun.

SARAN

1. Pola pengukuran yang baik perlu

dipertahankan untuk kondisi medan

bergelombang seperti di areal Pit  T LMO ini

agar nantinya tidak terjadi perbedaan volume

tanah yang signifikan, terutama dalam

pengukuran detail situasi, stick / pole yang

digunakan harus dilengkapi dengan nivo dan

dipasang tegak lurus serta ujung bawahnyaharus menyentuh tanah. Hal ini untuk

mengurangi kesalahan akibat kemiringan

reflektor jika stick  dipasang dengan tinggi

maksimum.

2. Penelitian lebih lanjut untuk mengetahui

faktor yang menyebabkan terrain /

permukaan original tambang cenderung lebih

tinggi daripada permukaan topografi hutan di

areal Pit T LMO

3. Untuk keperluan eksplorasi selanjutnya, perlu

adanya monitoring pergerakan tanah dalampenempatan titik bor di lahan original 

tambang, mengingat dapat terjadi selisih

elevasi kedalaman titik bor dari model

topografi hutan.

DAFTAR PUSTAKA

Dadang Rahmat dan Ferry D.J. Alis, 2004. Standard

Operation Procedure Survey Section. Berau : TSP PT.

Berau Coal

Darmadji, Agus, 2006. Aplikasi Pemetaan Digital dan

Rekayasa Teknik Sipil dengan AutoCAD Land

Development. Bandung : Penerbit ITB

Handoko, Eko Yuli, 2005. Sistem Tinggi dan

Pengukuran Tinggi Teliti. Surabaya : Program Studi

Teknik Geodesi FTSP-ITS

Ilmustatistik.com. ”Ukuran Keragaman". 2008.

http://www.ilmustatistik.com/simpangan.htm. (7 Jan.

2010)

Kraak, Menno-Jan dan Ferjan Ormelling, 2007.Kartografi: Visualisasi Data Geospasial. Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press

Melandi, Rico Jefysa, 2007. Tugas Akhir: Analisa Teknis

dan Ekonomis Pengukuran Kerangka Vertikal Dengan

Menggunakan Total Station dan Waterpas. Surabaya :

Teknik Geomatika ITS

NASA GSFC and NIMA. ”EGM96: The NASA and NIMA

Joint Geopotential Model”. 2004. http://

cddis.nasa.gov/926/egm96/egm96.html (26 Jan. 2010)

Nurjati, Chatarina, 2004. Modul Ajar: Ilmu Ukur Tanah

1. Surabaya : Program Studi Teknik Geodesi ITS

PT. Lautan Teknologi. “Mengenal Datum”. 2009.

http://www.lautanteknologi.com/articles/74-

datum.pdf (26 Jan. 2010)

Purworahardjo, Umaryono, 1986. Ilmu Ukur Tanah

Seri C. Bandung : Institut Teknologi Bandung

Sosrodarsono, Suyono dan Masayoshi Takasaki, 1997.

Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. Jakarta :

PT. Pradnya Paramita

Soedomo, Agoes Soewandito, 2003. Dasar-dasar

Perpetaan. Bandung : Institut Teknologi Bandung

Supranto, J, 2000. Statistik: Teori dan Aplikasi Jilid 1.

Jakarta : Penerbit Erlangga

Taufik, M, 2006. Catatan Kuliah Geografi. Surabaya :Teknik Geomatika ITS

Wisayantono, D, 1994. Total Station. Bandung :

Institut Teknologi Bandung

Wirshing, James dan Roy Wirshing, 1995. Pengantar

Pemetaan. Jakarta : Penerbit Erlangga

Wongsotjitro, Soetomo, 1977. Ilmu Ukur Tanah.

Yogyakarta : Kanisius

Yuwono, 2001. Kartografi Dasar. Surabaya : ProgramStudi Teknik Geodesi FTSP – ITS

Page 10: ITS Undergraduate 10149 Paper

5/12/2018 ITS Undergraduate 10149 Paper - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/its-undergraduate-10149-paper 10/10

 

10