isu feminisme dalam novel bumi manusia karya pramodya ananta toer melalui pendekatan sosiologi...

Upload: irvan-putra

Post on 15-Oct-2015

122 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

sebuah tugas Jurnal Sosiologi sastra mengenai Isu feminisme dalam novel BUMI MANUSIA oleh Jajang Juhana

TRANSCRIPT

Jajang JuhanaBSI/B/VI/ Jurnal Sosiologi SastraIsu Feminisme dalam Novel Bumi Manusia karya Pramodya Ananta Toer melaui pendekatan Sosiologi Sastra

AbstrakPenelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui dan memahami unsur Feminisme dalam Novel Bumi Manusia karangan Pramoedya Ananta Toer. Adapun alas an yang melatar belakangi penelitian ini dilakukan yaitu, pertama Novel yang telah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa didunia dan dijadikan rujukan kesusastraan ini jelas merupakan salah satu karya terbesar milik Indonesia sebagai cikal bakal lahirnya nation di abad ke -20an. Kedua dilihat dari isi novel tetralogi ini terutama bagian pertama, disuguhkan dengan bentuk Roman yang sangat menarik dan menyentuh. Namun, kisah cinta dalam novel ini memiliki isu utama yang menjadi benang merah secara keseluruhan isi novel yaitu Feminism dan perjuangan melawan kolonial. Kesadaran untuk mencintai dan mempertahankan Negara Indonesia dari penjajah dan kesadaran akan ketidak adilan yang dialami pribumi . Ketiga, Novel Bumi Manusia ini pernah dikutuk seperti apa yang terjadi pada novel Uncle Toms Cabinnya Stowe pada jamannya, disamping itu berdasarkan pengakuan dari pengarang novel ini yaitu Ananta Toer bahwa novel tersebut ditulis dengan penuh perjuangan dalam tahanan. Dunia sastra berkembang sesuai zaman yang sedang terjadi di masyarakat. Karya adalah refleksi dari kejadian dan pengalaman yang ada di masyarakat. Seperti halnya penulis juga merupakan angota masyarakat itu sendiri.Dengan demikian, maka kami bermaksud untuk meneliti lebih lanjut struktur pembangun karya sastra (intrinsik dan ekstrinsik) serta persoalan-persoalan sosial tentang diskriminasi terutama isu feminism yang terdapat dalam novel Bumi Manusia karya Pramoediya Ananta Toer. Penulis akan menganalisis novel ini lebih jauh lagi sehingga mendapat pemahaman yang bermanfaat dengan penelitian yang berjudul :Isu Feminisme dalam Novel Bumi Manusia Karya Pramodya Ananta Toer Melalui Pendekatan Sosiologi SastraUntuk mendapatkan pemaknaan yang sesuai dengan pendekatan yang digunakan, penelitian ini mengunakan berbagai teori yang terkait dengan beberapa kajian teori Analisis Wacana sosiologis. Sastra dalam perspektif sosiologi sastra merupakan cermin dari realitas yang terjadi di masyarakat. Menurut Lowethal ( Laurenson dan Swingewood dalam Endraswara, 2004 :88 ) sastra sebagai cermin nilai dan perasaan, akan merujuk pada tingkatan perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang berbeda dan cara individu mensosialisasikan diri melalui struktur social. Hal ini memberikan penerangan bahwa realitas yang terdapat dalam sebuah karya sastra tidak jauh berbeda dengan realitas nyata yang terjadi di masyarakat. Sastra pada konteks ini akan melahirkan nilai historis yang tinggi yang akan menjadi saksi jaman dan sejarah suatu bangsa atau kaum tertentu.

PendahuluanSastra sebagai cerminan suatu masyarakat tidak pernah terlepas dari peran seorang pengarang. Karena sastra merupakan penggabungan antara dua hal yaitu fakta yang terjadi dan fiksi ( imajinasi pengarang ) dan dua hal tersebut sulit untuk dipisahkan.Pramoedya Ananta Toer dalam novelnya juga telah menggabungkan dua elemen tersebut. Yaitu realitas yang terjadi di alam nyata dalam hal ini semua hal kejadian yang terjadi pada masa colonial. Selain itu juga novel Bumi Manusia ini bisa mencerminkan keadaan masyarakat sekitar Jawa Tengah khususnya pada masa itu.Keberadaan masyrakat pribumi yang diceritakan dalam Novel Bumi Manusia, tidak terlepas dari persoalan yang hadir dalam dunia nyata. Kajian sosiologi sastra dengan demikian memiliki relevansinya yang kuat terhadap kehadiran novel itu. Disini penulis akan menerapkan beberapa pendekatan yang di usung oleh Umar Junus ( 1986 : 112 ). Menurutnya, pendekatan sosiologi sastra dibedakan menjadi :Sosiologi sastra yang mengkaji karya sastra sebagai dokumen social budayaSosiologi sastra yang mengkaji penerimaan masyarakat terhadap karya seseorang dan sebab-sebabnyaSosiologi sastra mengkaji pengaruh social budaya terhadap penciptaan karya sastra. ( dst )

Hanya tiga pendekatan yang akan penulis gunakan dalam meneliti novel Bumi manusia karya Pramoedya Ananta Toer guna menemukan isu-isu feminism.Dengan demikian asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial. Kehidupan sosial akan menjadi pemicu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil atau sukses adalah karya sastra yang mampu merefleksikan zamannya. Itulah sebabnya, sangatlah beralasan jika penelitian sosiologi sastra lebih banyak memperbincangkan hubungan antara pengarang dengan kehidupan sosialnya (Endraswara,2003:77). Adapun tujuan dan hasil dari peneliti adalah untuk mendapatkan dan mengetahui isu feminism dalam novel Bumi Manusia. Selanjutnya untuk mengetahui unsure intrinsic dan ekstrinsik seta korelasi karya dengan realitas social yang ada.

Isi dan Pembahasan

Analisis Struktural Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta ToerTemaTema adalah ide-ide yang mendasari sebuah cerita atau berperan sevagai pangkal tokoh pengarang dalam memaparkan karya yang di buatnya. Tema juga merupakan makna pokok dari seluruh cerita sebuah karya. Tema ini sifatnya objektif karena penafsiran pembaca cenderung relatif sama terhadap sebuah karya dalam ini novel.Sebenarnya tema utama novel Bumi Manusia ini adalah Roman. Namun jika di teliti lebih lanjut lagi ternyata banyak sekali sub tema lainnya yang berbeda. Namun meskipun terdapat sub tema yang menghiasi novel ini, isu nasionalism tetap menjadi pokok utama tema dalam novel ini.Tema tentang cinta menjadi tema pokok dalam novel Bumi Manusia. Perjalanan kisah cinta antara Minke dan Annelies digambarkan sedemikian indahnya hingga akhir bab yaitu Annelies di bawa menjauh ke Belanda berpisah dengan suaminya dan akhirnya meninggal.Diskriminasi sosial juga menjadi tema yang menghiasi novel ini. Kesenjangan sosial dan perbedaan status jelas terjadi antara masyarakat pribumi ( lower class ) dengan masyarakat priyayi dan belanda ( high class). Aku mengangkat sembah sebagaimana aku lihat dilakukan punggawa terhadap terhadap kakekku dan nenekku dan orangtuaku. Dalam mengangkat sembah serasa hilang seluruh ilmu dan pengetahuan yang kupelajari tahun demi tahun belakangan ini. hilang indahnya dunia sebagaimana dijanjikan oleh kemajuan ilmu.... Sembahpengagungan pada leluhur dan pembesar melalui perendahan dan penghinaan diri sampai sedatar tanah kalau mungkin! Uh, anak-cucuku tak kurelakan menjalani kehinaan ini. (Bumi Manusia, 2000:132)Kutipan diatas merupakan salah satu keinginan untuk merubah paradigm dan pandangan hidup masyarakat jawa terhadap perbedaan kedudukan. Perendahan dan penghinaan bersumber dari kepatuhan terhadap feudalism yang menjalar dan mengakar di Jawa. Kemajuan ilmu tentu yang di inginkan sebagai pembeda namun bukan berarti harus ada seseorang yang di hinakan dan di agung-agungkan hanya karena perbedaan status. Selain itu terdapat diskriminasi juga terhadap perempuan dimana semua kehidupan mereka di tentukan oleh idealisme. Sebagai contoh, nyai ontosoroh dengan kehidupannya yang miskin, kakak dan adiknya yang banyak, tidak bisa menentukan jalan hidupnya sendiri hanya karena keinginan orang tua. Dia tak bisa menentukan jodoh sesuai harapan dan keinginannya. Pernikahannya yang tidak syah di mata hukum dengan Mellema dengan sebab dia hanya seorang pribumi. Semua itu atas dasar paksaan semata ayahnya yang menginginkan kedudukan tinggi sebagai juru kasir pabrik gula di Tulangan, Sidoarjo. Namun, di samping itu ada unsur yang menjadi penyebab semua itu terjadi. Yaitu penjajahan. Penjajah mengambil alih kekuasaan dan menerapkan aturan dan kebiasaannya di tanah yang di jajahnya.

PenokohanDalam novel ini terdapat banyak sekali tokoh yang ditampilkan. Namun tokoh-tokoh tersebut bisa dikategorikan menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh pendukung. Tokoh utama adalah tokoh-tokoh yang digambarkan secara detail serta terus menerus muncul dalam cerita. Sedangkan tokoh pendukung hanya muncul di beberapa scene saja dan penggambarannya juga tidak mendetail seperti tokoh utama.Tokoh utama dalam novel ini diantaranya :Minke Sanikem atau Nyai Ontosoroh Annelies Mellema

Sedangkan tokoh pendukung dalam novel ini yaitu :Robert SurhoofJean MaraisPanji DarmanMaesyaroh MaraisDarsamMaikoIr. Maurits MellemaBabah Ah TjongDst

Sudut PandangPada novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama. Alasannya, Aku selalu diulang-ulang dalam narasi.Isu Feminisme dalam novel Bumi ManusiaFeminismeKata Feminisme berasal dari bahasa latin Feminin yang berarti memiliki kualitas perempuan. Dalam perkembangannya, terdapat tiga definisi. Pertama, Feminisme didefinisikan sebagai teori-teori yang mempertanyakan pola hubungan kekuasaan perempuan dan laki-laki. Kedua, di artikan sebagai cap terhadap seseorang feminism dari pemikiran dan tindakannya contohnya, feminisme liberal, radikal dan sosial. Dan yang ketiga, adalah pandangan yang antara kedua diatas. Yaitu suatu gerakan atas kesadaran adanya penindasan terhadap perempuan lalu kemudian dilanjutkan dengan aksi.Disamping itu, dalam perkembangan karya feminisme, juga dibagi menjadi beberapa fase. Yaitu Pase awal atau Androsentrik dimana pola narasi pada sebuah karya terpokus kepada laki-laki. Sebelumnya yang selalu di telanjangi dan di ekploitasi adalah wanita dan kemolekan tubuhnya dan pada fase ini pola narasi di balikan menjadi laki-laki. Kemudian Fase ke-2 yaitu para penulis wanita harus mulai mendeskripsikan The body side tapi bukan dari pandangan laki-laki tetapi dari pandangan diri sendiri. Artinya perempuan harus berani mendeskripsikan dirinya sesuai dengan keingin pendeskripsi. Contohnya para pengarang yang sudah seperti itu seperti Ayu Utamidan Genar Maesa Ayu. Dan Fase ketiga yaitu mulai menjalar pandangan bahwa antara laki-laki dan perempuan itu no seggregations and essentialisme. Yaitu kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.Dunia perempuan dalam novel Bumi Manusia berada dalam masa yang kelam. Yang pertama mereka terdiskriminasikan oleh patriarkinya orang Jawa yaitu tidak ada kebebasan bagi perempuan karena ide dan gagasan yang menyatakan perempuan sebagai objek dan inferior sudah di terimanya semenjak dia lahir hingga beranjak dewasa yang cukup untuk di pinang. Kemudian dilanjutkan oleh kejamnya kolonialisme. Ketika Nyai Ontosoroh berumur masih belia dipaksa harus tinggal di rumah orang yang tak dikenali sama sekali yaitu Mellema. Tanpa status yang jelas, dia menjadi gundiknya penjajah ditanah milik sendiri.Namun Pram menggambarkan Nyai bukan hanya sebagai yang lain, sebagai objek ataupun yang menyerah dengan keadaan. Nyai di gambarkan sebagai seorang perempuan yang haus ilmu pengetahuan. Mempelajari segala ilmu dari Mellema hingga penjajah itu meninggalpun dia tetap membaca ilmu-lmu terutama dari barat yang sudah maju.Nyai Ontosoroh bukan hanya seorang nyai biasa yang nasibnya menjadi gundik sampah tiada arti. Perempuan ini menjelma menjadi wanita yang hebat. Selain bisa menulis dan fasih berbahasa Belanda, dia juga seorang pemimpin perusahaan.Dan yang mengagetkan aku adalah Belandanya yang beik, dengan tekanan sekolah yang benarDan ia berjalan menghampiri aku dengan sederhananya. Dan inilah rupanya Nyai Ontosoroh yang banyak dibicarakan orang, buah bibir penduduk Wonokromo dan Surabaya, Nyai penguasa Boerderij Buitenzorg Disana seorang nyai di deskripsikan dengan sedemikian indah dan berwibawa. Namun yang paling menarik yaitu kelugasan dan kebebasan yang Nyai perlihatkan pada tokoh Minke membuat dia terheran. Umumnya seorang wanita di jawa saat itu tak sebebas Nyai.Penjualan Sanikem oleh ayahnya merupakan potret sekaligus sample yang memperlihatkan pada kita bahwa masih banyak sanikem-sanikem lain yang bernasib sepertinya yaitu menjadi gundik. Mungkin banyak beberapa orang yang memiliki statement bahwa feminis itu bertentangan dengan Agama khususnya di dalam Islam. Mereka melandaskan pemikiran itu pada kitab suci yang menjelaskan bahwa Arrijalu Qowwamuna alannisa Namun dari berbeagai kajian telah membuat kejelasan bahwa Islam sama sekali tidak membatasi wanita untuk bergerak bebas. Kata Qowwamun disini menurut Quraisy Syihab bukan berarti lebih utama melainkan diartikan dengan kata menyayangi. Kemudian masalah polygami yang gencar terjadi sebagai bentuk diskriminasi pada perempuan, pada kenyataannya memang buah dari Patriarki. Namun pada kenyataanya yang sebenarnya terjadi pada orang yang pertama melakukan poligami ini jelas tidak ada unsur pendiskriminasian. Selain tokoh Nyai Ontosoroh yang begitu hebat, disini ada sosok Annelies yaitu anak Nyai yang masih muda dan cantik. Dari berbagai pendapat banyak yang menyebutkan Pram membuat tokoh ini seakan-akan tunduk dengan pendiskriminasian yang terjadi. Namun pada kenyataannya ternyata Annelies juga berperan penting sebagai tokoh yang merepresentasikan kesetaraan gender.Annelies putus sekolah atas kehendak ibunya. Namun, diluar sekolah yaitu di lingkungan perusahaan dia tumbuh menjadi wanita yang hebat juga. Gadis kekanak-kanakan yang belum menamatkan SD ini tiba-tiba muncul di hadapankan sebagai gadis yang luar biasa. Bukan hanya mengatur pekerjaan begitu banyak, juga seorang penunggang kuda, dapat memerah lebih banyak daripada semua pemerahKutipan di atas adalah ungkapan minke yang takjub melihat seorang wanita cantik,kecil dan kekanak-kanakan namun berubah menjadi wanita hebat saat bekerja. Annelies bisa menjadi seorang mandor yang di segani. Artinya wanita itu bisa menjadi pemimpin. Selain itu, tokoh Nyai yang hanya seorang gundik, ternyata juga sosok yang amat luar biasa dengan kebiasaannya membaca buku di perpustakaan miliknya, mengurus masalah administrasi di kantor, pemimpin perusahaan Boerderij Buitenzorg namun rasa kejawaannya sama sekali kental dan tidak hilang. Artinya dia ini dalam ilmu pengetahuan memang berkiblat ke eropa yang memang sudah sangat modern namun tetap mempertahankan jati diri atau identitas diri sebagai orang jawa dan seorang ibu.Pramoedya dan FeminismPerjalanan Pram dengan Feminism pasti ada hal kejadian sosial yang melatar belakangi munculnya isu tersebut dalam novel Bumi Manusia. Pram memiliki pemahaman yang begitu mulia yaitu membela yang lemah dan tertindas.Pram lahir di Blora, Jawa Timur. Menghabiskan hidupnya selama 18 tahun di penjara tanpa proses pengadilan. Dia memiliki pandangan hidup yang jauh berbeda dengan pemerintahan yang kala itu sedang di pegang oleh totaliter Suharto. Tokoh Minke dalam novel ini merupakan perwujudan seorang aktivis dan jurnalis muda bernama Tirto Adisuryo. Dialah anak muda pertama yang menyemangati dan memotivasi semangat nation di Indonesia, namun seakan-akan terlupakan dengan pengambilan alih para orang tua dan militer . Padahal perkumpulan anak mudalah yang menjadi pemicu dan berperan penting dalam pembentukan semangat nation.Kehidupannya dalam keluarga memberikan pengaruh terciptanya novel ini, disamping penahanan di pulau buru. Pram adalah salah satu anak yang lebih dekat dengan ibunya. Kekaguman pram begitu besar terhadap ibunya, yang selalu menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh dalam setiap novelnya. Terutama tokoh wanita. Nyai Ontosoroh yang di gambarkan sebagai nyai yang hebat dan kuat merupakan pencerminan ibunya yang selama hidupnya selalu tegar dan sabar dalam menjalani kehidupan, bahkan sampai dia menjelang wafat dengan penyakitnya. Pengalaman hidup yang di alami Pram dalam lingkungan keluarganya merupakan realitas dan fakta yang terjadi pada jiwa pengarang yang dituangkan dalam novelnya Bumi Manusia.Dan inilah rupanya Nyai Ontosoroh yang banyak dibicarakan orang, buah bibir penduduk Wonokromo dan Surabaya, Nyai penguasaBoerderij Buitenzorg. Aku masih terpesona melihat seorang wanita Pribumi bukan saja bicara Belanda, begitu baik, lebih karena tidak mempunyai suatu komplex terhadap tamu pria. Di mana lagi bisa ditemukan wanita semacam dia? Apa sekolahnya dulu? Dan mengapa hanya seorang nyai, seorang gundik? Siapa pula yang telah mendidiknya bebas seperti wanita Eropa? (Toer, 2005: 33-34)Dengan mengambil latar daerah jawa yang merupakan lingkungan tempat dia tinggal, kemudian hal ini yang menjadikan dia begitu ahli dalam pendeskripsian segala hal yang ada di daerah Jawa. Latar belakang kerajaan yang terdapat di Jawa menjadikan masyarakat patuh terhadap kebijakan apapun dari pemimpin walaupun itu merugikan . Ditambah kolonialisme yang memberikan pengaruh terhadap kebijakan-kebijakan itu. Feodalisme sebelum belanda datang memang sudah mendarah daging dalam nadi masyarakat Jawa. Wanita menjadi orang kedua atau The others dan di anggap sebagai objek.

Jadi, kaitannya latar belakang penulis yang pernah mengecap kemiliteran melahirkan jiwa nasionalis yang begitu tinggi. Perasaan untuk membela yang lemah dan tertindas begitu menggebu-gebu dalam benaknya. Pandangan masyarakat pribumi yang telah terdoktrin oleh Faham Feodalism, sehingga pandangan sebelah mata terhadap wanita cukup kuat dan sulit untuk di hilangkan.Wanita adalah fihak yang tertindas dan terpinggirkan karena hanya dianggap sebagai alat produksi. Tidak ada kebebasan untuk bersekolah, memperoleh kedudukan hanya di jadikan barang yang ketika sudah di pakai di buang. Namun Nyai Ontosoroh berbeda. Perempuan yang selama ini menjadi gundik, hanya asrah saja terhadap keadaan mungkin harus mencontoh Nyai yang memanfaatkan keadaan tersebut dengan belajar sehingga tak ada lagi pendiskriminasian. Karena dengan ilmu, wanita akan sadar dan berusaha berontak . seperti contoh RA. Kartini dan Dewi Sartika. Mereka berilmu dulu sehingga memperoleh pencerahan yang mengarahkan pemikirannya tentang keutuhan seorang wanita.

KesimpulanFeminisme memang sudah meradang di Indonesia mulai dari jaman RA. Kartini hingga mungkin sekarang ini. Bumi Manusia merupakan salah satu novel yang menyerukan kesetaraan di antara umat manusia. Baik itu tentang perbedaan kelas, gender dan semua yang berbeda.Feodalisme yang bersumber dari Patriarki di pulau jawa memang yang menjadi penyebab lahirnya pembeda-pembeda suatu golongan. Ditambah dengan datangnya colonial, hal itu dimanfaatkan dengan mengambil alih kekuasaan melalui para golongan atas demi merauk keuntungan yang banyak.Nyai Ontosoroh dan Annelies merupakan para wanita yang menjadi contoh bahwa wanita tidak selamanya menjadi The Others. Mereka bisa seperti Nyai Ontosoroh yang bisa memimpin perusahaan sekaligus mendidik kedua anaknya. Artinya, wanita bisa berkarir sekaligus melaksanakan kewajibannya sebagai Ibu. Meskipun mereka akhirnya kalah dengan hukum di Belanda, tapi disana ada satu hal yang harus di pelajari. Yakni usaha untuk membawa perubahan. Layaknya Ananta Toer yang begitu menggebu-gebu memotivasi sekaligus berharap pada para pemuda untuk bisa membawa perubahan lewat segala hal terutama tulisannya. Pengaruh kehidupan dalam lingkungan Pram jelas memberikan pengaruh pada setiap novel-novelnya. Ibunya merupakan salah satu contoh menjadikan tokoh Ontosoroh di buat sebegitu hebat dan kuat. Pengalaman dalam tahanan selama hampir setengah hidupnya memberikan suntikan motipasi yang begitu meletup-letup akan datangnya perubahan. Yakni melawan ketidak adilan.

Daftar PustakaNurrachman, Dian. 2013. Classical Critical Theory. Bandung:ElsaKurniawan, Eka. 2002.Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis.Ananta Toer, Pramoedya, Bumi Manausia, Cet 9 Yogyakarta: Hasta Mitra, 2002.Tong, Putnam Rosemarie. 1998. Feminist Thought :A More Comprehensive Introduction. Bandung : Jalasutra