isolasi dan identifikasi dasar mikroba
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mikroorganisme sangat erat kaitanya dengan kehidupan kita, ada
beberapa diantaranya bermanfaat dan ada pula yang merugikan. Mikroorganisme
terdapat dimana-mana didalam lingkungan kita, mereka ada pada tubuh kita, di
dalam tubuh kita dan di sekeliling kita, contohnya pada air (Dwidjoseputro, 1988).
Air merupakan komponen esensial bagi kehidupan jasad hidup. Akan
tetapi air juga merupakan suatu substansia yang membawa malapetaka, karena air,
antara lain bakteri, fungi, mikroalga, protozoa, dan virus (Dwidjoseputro, 1988).
Mereka merupakan komponen penting dalam ekosistem. Di habitat
alamiahnya, mereka hidup dalam suatu komunitas yang terdiri dari berbagai jenis
mokroorganisme, bersama spesies-spesies biologi lainnya. Di dalam komunitas
ini, satu spesies mikroba dapat mempengaruhi spesies lain dengan berbagai cara.
Beberapa bersifat menguntungkan beberapa merugikan. Hal inilah yang
melatarbelakangi praktikan untuk mengidentifikasi mikroba (jamur dan bakteri)
dengan cara isolasi dasar (Dwidjoseputro, 1988).
Hal yang melatarbelakangi dari praktikum ini adalah mengetahui
bagaimana karakteristik koloni mikroorganisme atau bentuk-bentuk koloni bakteri
tersebut.
1.2. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui apa saja yang dilakukan agar pertumbuhan koloni bakteri
tumbuh dengan baik.
2. Mengetahui mengapa pertumbuhan koloni bakteri bermacam-macam
bentuknya dan jumlahnya.
3. Mengetahui faktor-faktor perbedaan dari pertumbuhan koloni bakteri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Mikroba didalam air
Air tanah mangandung zat-zat anorganik maupun zat-zat organik yang
merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme (kehidupan mikroorganisme). Mikroorganisme yang autotrof
merupakan penghuni pertama dalam air yang mangandung zat-zat anorganik. Sel-
sel yang mati merupakan bahan organik yang memungkinkan kehidupan
mikroorganisme yang heterotrof. Temperatur juga ikut menentukan populasi
mikroorganisme didalam air. Pada temperatur sekitar 30oC merupakan temperatur
yang baik bagi kehidupan bakteri patogen yang berasal dari hewan maupun
manusia. Sinar matahari (terutama sinar ultraviolet) memang dapat mematikan
bakteri, akan tetapi daya tembus sinar ultraviolet ke dalam air tidak maksimal. Air
yang berarus deras kurang baik bagi kehidupan bakteri. Hal ini berkaitan dengan
tidak maksimalnya perkembangbiakan bakteri, karena kebanyakan bakteri
memerlukan media/substrat yang tenang untuk perkembangbiakannya (Anonim b,
2010).
Kandungan mikroorganisme dalam air alami sangat berbeda tergantung
pada lokasi dan waktu. Apabila air merembes dan meresap malalui tanah akan
membawa sebagaian mikroorganisme bagian tanah yang lebih dalam. Air tanah
pada umumnya paling sedikit mengandung mikroorganisme dan air tanah yang
terdapat pada bagian yang dalam sekali hampir tidak mengandung
mikroorganisme. Sebaliknya air permukaan sering banyak mengandung
mikroorganisme yang berasal dari tanah dan dari organisme yang terdapat di
danau-danau dan sungai-sungai. Kehadiran mikroba di dalam air akan
mendatangkan keuntungan dan kerugian (Anonim, b 2010).
2.2. Isolasi Mikroba
Untuk meneliti sifat-sifat mikroorganisme, mikroorganisme tersebut perlu
dibiakan terlebih dahulu dalam biakan murni yang terbebas dari jenis-jenis bakteri
lain. Oleh karena itu, sel dari sel-sel yang lain dan dibiakan sedemikian rupa
sehingga turunannya juga tetap terpisah dari bakteri-bakteri lain (Entjang, 1998).
Kulturisasi bakteri untuk keperluan yang bermanfaat, pada umumnya
dilakukan dengan biakan murni. Biakan murni hanya mengandung satu jenis.
Untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni, umumnya digunakan dua
prosedur yaitu : metode agar cawan dengan goresan dan metode agar tuang
(Entjang, 1998).
Biakan adalah medium yang mengandung organisme hidup. Medium itu
menyediakan zat makanan untuk pertumbuhan bakteri. Berbagai resep ramuan
untuk membuat media telah dibuat untuk memungkinkan tumbuhnya jenis-jenis
tertentu. Medium pilihan dan diferensial bermanfaat untuk memisahkan beberapa
jenis (Entjang, 1998).
Identifikasi jenis menggunakan semua sifat yang berkaitan dengan jenis.
Hal ini mencakup morfologi, daya gerak, sifat biokimianya, kebutuhan akan
oksigen, reaksi pewarnaan gram, dan beberapa diantaranya sifat kekebalan.
Dalam pemeliharaan kultur terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
sehingga tidak hanya mempertahankan sel agar tetap hidup, tetapi dapat juga
mempertahankan sifat-sifat genotip dan fenotipnya (Dwidjoseputro, 1998).
2.3. Pertumbuhan dan Multiplikasi
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen
seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti
pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan
parameter lain. Sebagai hasil pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau
pertambahan jumlah sel maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba (Anonim,
2007).
Pertumbuhan mikroba dalam suatu medium mengalami fase-fase yang
berbeda, yang berturut-turut disebut dengan fase lag, fase eksponensial, fase
stasioner dan fase kematian. Pada fase kematian eksponensial tidak diamati pada
kondisi umum pertumbuhan kultur bakteri, kecuali bila kematian dipercepat
dengan penambahan zat kimia toksik, panas atau radiasi (Anonim, 2007).
Metode pengukuran pertumbuhan yang sering digunakan adalah dengan
menentukan jumlah sel yang hidup dengan jalan menghitung koloni pada pelat
agar dan menentukan jumlah total sel/jumlah massa sel. Selain itu dapat dilakukan
dengan cara metode langsung dan metode tidak langsung. Dalam menentukan
jumlah sel yang hidup dapat dilakukan penghitungan langsung sel secara
mikroskopik, melalui 3 jenis metode yaitu metode: pelat sebar, pelat tuang dan
most-probable number (MPN). Sedang untuk menentukan jumlah total sel dapat
menggunakan alat yang khusus yaitu bejana Petrof-Hausser atau hemositometer.
Penentuan jumlah total sel juga dapat dilakukan dengan metode turbidimetri yang
menentukan : Volume sel mampat, berat sel, besarnya sel atau koloni, dan satu
atau lebih produk metabolit. Penentuan kuantitatif metabolit ini dapat dilakukan
dengan metode Kjeldah (Anonim, 2007).
2.4. Isolasi Bakteri
Mikroorganisme sangat erat kaitanya dengan kehidupan kita, ada beberapa
diantaranya bermanfaat dan adapula yang merugikan. Salah satu teknik untuk
membiakan (menumbuhkan) bakteri, yang menjadi padat dan tetap tembus
pandang pada suhu inkubasi. Media yang baik adalah agar, dapat dilarutkan dalam
larutan nutrien dan bilamana menjadi gel akan tetap padat dalam kisaran
temperatur yang luas (Pelezar, 1988).
Mikroorganisme terdapat dimana-mana di dalam lingkungan kita mereka
ada pada tubuh kita, didalam tubuh kita, dan disekeliling kita. Mereka merupakan
komponen penting dalam ekosistem. Di habitat alamiahnya, mereka hidup dalam
suatu komunitas yang terdiri dari berbagai jenis mokroorganisme, bersama
spesies-spesies biologi lainnya. Di dalam komunitas ini, satu spesies mikroba
dapat mempengaruhi spesies lain dengan berbagai cara-cara beberapa bersifat
menguntungkan beberapa merugikan (Pelezar, 1988).
BAB III
METODE KERJA
3.1. Waktu dan tempat praktikum
Praktikum Isolasi dan Identifikasi Dasar Mikroba kali ini dilakukan pada
hari senin tanggal 4 April 2011 pukul 15.00-17.30 WITA di Laboratorium
Mikrobiologi dan Bioteknologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mulawarman, Samarinda.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat-alat yang digunakan, antara lain :
- Laminar air flow cabinet
- Cawan petri
- Lampu bunsen
- Pipet tetes
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Inkubator
- Inoculation box
3.2.2. Bahan yang digunakan, antara lain :
- Media NA (Nutrien Agar)
- Media PDA (Potato Dextrose Agar)
- Sampel (Air PDAM)
- Aqua destilata
- Alkohol 70%
- Kertas HP
3.3. Cara kerja
1. Disiapkan 3 tabung reaksi yang telah diisi aqua destilata dan disterilkan
tangan praktikan dengan alkohol 70 %.
2. Dibuat pengenceran sampel (air bendungan) sampai 10-3 dengan cara
dimasukan satu pipet sampel ke dalam tabung reaksi yang berisi aqua
destilata, kemudian dihomogenkan, begitu seterusnya sampai 10-3.
3. Diambil 1 pipet dari pengenceran 10-2 dan 1 pipet dari pengenceran 10-3
secara aseptis, lalu masing-masing dituangkan pada cawan petri, kemudian
dituangkan media NA sampai dasar cawan petri tertutup media. Proses ini
dilakukan di dekat api lampu spiritus.
4. Diberi label pada tiap-tiap cawan petri.
5. Diputar masing-masing cawan petri dengan membentuk angka 8.
6. Diambil 1 pipet dari pengenceran 10-2 dan 1 pipet dari pengenceran 10-3
secara aseptis, lalu masing-masing dituangkan pada cawan petri, kemudian
dituangkan media PDA sampai dasar cawan petri tertutup media. Proses
ini dilakukan di dekat api lampu spiritus.
7. Diputar masing-masing cawan petri dengan membentuk angka 8.
8. media NA diinkubasi selama 24 jam pada suhu kamar (350C-370C) dan
media PDA selama 48 jam pada suhu 30oC
9. Dilakukan pengamatan mikroba yang tumbuh pada masing-masing cawan
petri.
10. Dicatat semua bentuk koloni dari mikroba yang tumbuh yaitu bentuk
koloni dari pengamatan secara vertikal ataupun horizontal kemudian
dilaporkan dalam lembar laporan praktikum sementara.
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
4.2. Pembahasan
Pada percobaan isolasi dan identifikasi dasar mikroba kali ini digunakan
sampel berupa air bendungan, media dasar NA untuk membiakan bakteri dan
media dasar PDA untuk membiakan jamur. Dalam pengerjaannya, pertama tangan
praktikan disterilkan dengan etanol 70% agar bebas dari segala bentuk kehidupan
terutama mikroba sebelum kontak langsung dengan alat dan bahan yang
digunakan dalam praktikum, kemudian dilakukan pengenceran sampel air
bendungan sebanyak 1 pipet, pengenceran dilakukan sebanyak tiga kali.
Pengenceran ini bertujuan agar meminimalkan jumlah sampel sehingga
memudahkan dalam mengisolasi bakteri yang ada dalam sempel tersebut. Berbeda
dengan pengenceran yang dilakukan pada sampel tanah, untuk sampel air
bendungan ini cukup dilakukan sampai dengan 10-3 saja karena mikroba dalam air
lebih sedikit dibandingkan dengan mikroba yang hidup di dalam tanah. Hal ini
dikarenakan pada tanah lebih banyak mengandung mineral dan nutrisi yang
diperlukan untuk pertumbuhan bakteri dibandingkan ketersediaan nutrisi dan
mineral di dalam air. Berbicara mengenai sampel yang kami gunakan dalam
praktikum, sampel ini di ambil dari bendungan dengan arus yang cukup deras.
Sedangkan dari literatur yang kami dapat menjelaskan bahwa air yang berarus
deras kurang baik bagi kehidupan bakteri. Hal ini berkaitan dengan tidak
maksimalnya perkembangbiakan bakteri, karena kebanyakan bakteri memerlukan
media/substrat yang tenang untuk perkembangbiakannya (Anonim, 2010c).
Sehingga mikroba (bakteri maupun jamur) yang hidup di dalam sampel yang kami
gunakan tidak terlalu banyak, dan setelah kami melakukan pengamatan pada hasil
akhir isolasi, hanya ada beberapa bakteri dan jamur yang ditemukan pada media
NA maupun PDA. Media NA (Nutrien Agar) sebagai media pertumbuhan bakteri
terdiri dari beef ekstrak, pepton, dan agar. Sedangkan media PDA (Potato Dextose
Agar) sebagai media pertumbuhan jamur terdiri dari ekstrak kentang, gula
golongan dektrosa, dan agar.
Pengenceran dilakukan dengan cara diambil 1 pipet sampel dan
dipindahkan ke tabung reaksi 1 yang telah berisi aquades kemudian
dihomogenkan agar sampel tercampur merata dengan aquades, dengan kata lain
mikroba yang terdapat dalam sampel menyebar merata dengan akuades.
Selanjutnya, diambil 1 pipet dari pengenceran pertama dan dipindahkan ke tabung
reaksi 2 yang telah berisi aquades, lalu dihomogenkan. Terakhir, diambil 1 pipet
dari pengenceran kedua dan dipindahkan ke tabung reaksi 3 yang juga telah berisi
aquades kemudian dihomogen. Volume aquades yang dimasukan pada tabung
reaksi 1, 2, dan 3 adalah sama banyak. Langkah berikutnya, tuangkan hasil
pengenceran sampel 10-2 ke dalam dua cawan petri masing-masing 1 pipet. Cawan
petri 1 dituang dengan media NA yang telah dicairkan sedangkan cawan petri 2
dituang dengan media PDA yang telah dicairkan. Kemudian dilakukan penandaan
pada masing-masing cawan dengan keterangan pengenceran 10-2 pada media NA
dan pengenceran 10-2 pada media PDA. Langkah berikutnya, tuangkan hasil
pengenceran sampel 10-3 ke dalam dua cawan petri masing-masing 1 pipet. Cawan
petri 1 dituang dengan media NA yang telah dicairkan sedangkan cawan petri 2
dituang dengan media PDA yang telah dicairkan. Kemudian dilakukan penandaan
pada masing-masing cawan dengan keterangan pengenceran 10-3 pada media NA
dan pengenceran 10-3 pada media PDA. Penambahan media baik NA maupun
PDA pada cawan petri cukup sampai menutupi dasar cawan saja. Penanaman
sampel pada media NA dan PDA menggunakan pengenceran 10 -2 dan 10-3 karena
kadar bakteri maupun jamur pada pengenceran ini tidak terlalu banyak
dibandingkan dengan mikroba yang ada pada pengenceran 1 atau bahkan yang
tidak diencerkan sama sekali, sehingga mempermudah dalam proses isolasi dan
identifikasi mikroba. Setelah masing-masing cawan dituang dengan media NA
dan PDA, kemudian dihomogenkan dengan cara memutar seperti angka delapan,
agar sampel dan media tercampur homogen atau merata. Proses dari awal
pengenceran sampai pada pemutaran angka delapan, dilakukan di dalam laminar
air flow cabinet agar proses berjalan dalam keadaan steril. Selain itu, segala
proses baik dalam hal pengenceran sampai pada penuangan media ke dalam
peridish, dilakukan dengan mendekatkan mulut tabung reaksi, pepet dan cawan
petri pada api yang dihasilkan oleh lampu bunsen. Hal ini bertujuan agar tidak ada
mikroba yang mengkontaminasi proses isolasi dan identifikasi mikroba ini. Media
ini diinkubasikan secara terbalik agar uap air yang terbentuk pada tutup cawan
tidak menetes ke media dan cawan tertutup lebih rapat. Juga supaya bakteri dan
jamur dapat tumbuh dengan cepat dan pada saat pendinginan terjadi penguapan di
dalam cawan petri yang menyebabkan air menetes dan mengakibatkan
kontaminasi terhadap media. Pada media NA diinkubasi selama 24 jam pada suhu
kamar yaitu 35-37°C, didapatkan beberapa bentuk koloni bakteri, antara lain
koloni bakteri dengan form circular, irregular, dan filamentous, koloni bakteri
dengan margin entire, filamentous, dan lobate, koloni bakteri dengan elevation
convex dan flat, koloni bakteri yang berwarna putih dan kuning serta koloni
bakteri dengan permukaan rata dan cembung. Sedangkan pada media PDA
diinkubasi selama 48 jam pada suhu 370C. Diperoleh beberapa bentuk koloni
jamur dengan form circular dan punctiform, koloni jamur dengan margin entire,
koloni jamur dengan elevation convex dan flat, koloni jamur yang berwarna putih
dan kuning serta koloni jamur dengan permukaan rata dan cembung.
Waktu yang diperlukan untuk membiakan bakteri dan jamur dalam proses
isolasi berbeda. Waktu untuk membiakan bakteri lebih cepat dibandingkan waktu
yang diperlukan untuk membiakan jamur, karena bakteri lebih cepat tumbuh
dibandingkan jamur. Hal ini disebabkan bakteri memiliki kemampuan untuk
menggandakan diri secara eksponensial dikarenakan sistem reproduksinya adalah
pembelahan biner melintang, di mana tiap sel membelah diri menjadi dua sel.
Sedangkan jamur melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi
secara aseksual terjadi dengan pembentukan kuncup atau tunas pada jamur
uniseluler serta pemutusan benang hifa (fragmentasi miselium) dan pembentukan
spora aseksual (spora vegetatif) pada fungi multiseluler. Reproduksi jamur secara
seksual dilakukan oleh spora seksual (Anonim, 2010a). Selain itu, alat yang
digunakan untuk inkubasi bakteri dengan media NA berbeda dengan alat inkubasi
jamur dengan media PDA. Alat yang digunakan untuk inkubasi bakteri dengan
media NA menggunakan alat yaitu inkubator, sedangkan alat yang digunakan
untuk inkubasi jamur dengan media PDA menggunakan alat yaitu inoculation
box.
Setelah dilakukan pengamatan terhadap sampel, dapat disimpulkan bahwa
mikroba yang tumbuh pada pengenceran 10-2 lebih banyak ditemukan
dibandingkan pada cawan dengan pengenceran 10-3. Hal ini dikarenakan pada
pengenceran 10-2 mengandung lebih banyak bakteri dibandingkan pengenceran
10-3. Tujuan dari pengenceran itu sendiri adalah meminimalkan jumlah sampel
sehingga memudahkan dalam mengisolasi bakteri yang ada dalam sempel
tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum isolasi dan identifikasi mikroba, kami
dapat menarik suatu kesimpulan, antara lain :
- Isolasi dan identifikasi dasar mikroba dapat dilakukan dengan
menggunakan metode cawan tuang dengan tingkat pengenceran sample
tertentu.
- Isolasi mikroba dilakukan dengan penanaman sampel pada media. Sampel
jamur pada media PDA dan sampel bakteri pada media NA.
- Identifikasi mikroba dilakukan melalui pengamatan bakteri dan jamur
yang tumbuh pada masing-masing pengenceran.
- Pada media NA dengan inkubasi 24 jam diperoleh koloni bakteri.
- Pada media PDA dengan inkubasi 48 jam diperoleh koloni jamur.
- Semakin tinggi tingkat pengenceran maka jumlah mikroba yang ada
semakin sedikit dan sebaliknya.
- Mikroba yang tumbuh pada pengenceran 10-2 lebih banyak ditemukan
dibandingkan pada cawan dengan pengenceran 10-3.
5.2. Saran
Diharapkan agar praktikan benar-benar menjaga kesterilan proses isolasi
dan identifikasi dasar agar tidak terjadi kegagalan dalam praktikum ini
dikarenakan kontaminasi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan kehadirannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2007.Pertumbuhan Bakteri. Http://google.com.Diakses 18 / 03 / 2010.
Anonim.2009a.Tekhnik Dasar Isolasi Mikrobiologi. Http://blogger.com. Diakses
18/03/2010.
Anonim.2009b. Isolasi Bakteri. Http://iqbalali.com. Diakses 18/03/2010.
Anonim.2010a.Fungi. Http://fungi_blog.com.Diakses 20/03/2010.
Anonim.2010b.Kehidupan Mikroorganise Dalam Air. Http://brawijaya.com.
Diakses 20/03/2010.
Anonim.2010c. Mengenal Media pertumbuhan Mikrobial. Http://diantika.com.
Diakses 17/03/2010.
Anonim.2010d. Pembuatan Media PDA. Http://google.com. Diakses 17/03/2010.
Hadioetomo, R.S. 1993.Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia: Jakarta.
Nurwatoro dan Siregar A.1997. Mikrobiologi Pangan Hewan dan Nabati.
Kanisius: Yogyakarta.
Pelczar,M. 2006. Mikrobiologi Dasar. Universitas Indonesia Press: Jakarta.