isolasi dan identifikasi bakteri endosimbion pada …repository.ub.ac.id/7179/1/miranti...

94
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES SEHAT DAN TERINFEKSI WHITE SYNDROME DI PERAIRAN KONDANG MERAK MALANG SELATAN SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN Oleh : MIRANTI HERDIUTAMI NIM. 135080600111077 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES

SEHAT DAN TERINFEKSI WHITE SYNDROME DI PERAIRAN KONDANG MERAK –

MALANG SELATAN

SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Oleh :

MIRANTI HERDIUTAMI

NIM. 135080600111077

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES

SEHAT DAN TERINFEKSI WHITE SYNDROME DI PERAIRAN KONDANG MERAK –

MALANG SELATAN

SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kelautan (S.Kel)

di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan - Universitas Brawijaya

Oleh :

MIRANTI HERDIUTAMI

NIM. 135080600111077

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 3: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

IDENTITAS TIM PENGUJI

Judul : ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG

PORITES SEHAT DAN TERINFEKSI WHITE SYNDROME DI PERAIRAN KONDANG MERAK –

MALANG SELATAN

Nama Mahasiswa : MIRANTI HERDIUTAMI

NIM : 135080600111077

Program Studi : Ilmu Kelautan

PENGUJI PEMBIMBING:

Pembimbing 1 : FENI IRANAWATI,S.Pi.,M.Si.,Ph.D

Pembimbing 2 : MULIAWATI HANDAYANI,S.Pi.,M.Si

PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:

Dosen Penguji 1 : OKTIYAS MUZAKY LUTHFI,ST.,M.Sc

Dosen Penguji 2 : RARASRUM DYAH K,S.Kel.,M.Sc.,M.Si

Tanggal Ujian : 23 Oktober

Page 4: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

i

IDENTITAS TIM PENGUJI

Judul : ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA

KARANG PORITES SEHAT DAN TERINFEKSI WHITE

SYNDROME DI PERAIRAN KONDANG MERAK – MALANG

SELATAN

Nama Mahasiswa : MIRANTI HERDIUTAMI

NIM : 135080600111077

Program Studi : Ilmu Kelautan

PENGUJI PEMBIMBING:

Pembimbing 1 : FENI IRANAWATI,S.Pi.,M.Si.,Ph.D

Pembimbing 2 : MULIAWATI HANDAYANI,S.Pi.,M.Si

PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:

Dosen Penguji 1 : OKTIYAS MUZAKY LUTHFI,ST.,M.Sc

Dosen Penguji 2 : RARASRUM DYAH K,S.Kel.,M.Sc.,M.Si

Tanggal Ujian : 23 Oktober 2017

Page 5: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

ii

PERNYATAAN ORIGINALITAS

Dengan ini, saya yang bernama dibawah ini:

Nama : Miranti Herdiutami

NIM : 135080600111077

Angkatan : 2013

Program Studi: Ilmu Kelautan

menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini benar-benar hasil dari

penelitian dan pemikiran yang saya lakukan sendiri. Sepanjang pengetahuan saya

tidak pernah terdapat tulisan, pendapat, atau karya orang lain yang pernah diterbitkan

oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam kutipan sebagai literatur dalam skripsi ini

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau

dapat dibuktikan bahwa skripsi ini merupakan hasil plagiasi, maka saya bersedia

menerima sanksi atas perbuatan tersebut, sesuai dengan hukum yang berlaku di

Indonesia.

Penulis,

Miranti Herdiutami

Page 6: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Miranti Herdiutami

NIM : 135080600111077

Tempat / Tgl Lahir : Bandung / 27 Desember 1995

No. Tes Masuk P.T. : 1133410790

Jurusan : Manajemen Sumberdaya Perairan / Pemanfaatan

SumberdayaPerikanan dan Kelautan / Sosial Ekonomi

Perikanan dan Kelautan *)

Program Studi : Ilmu Kelautan

Status Mahasiswa : Biasa / Pindahan / Tugas Belajar / Ijin Belajar

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *)

Agama : Islam

Status Perkawinan : ( Sudah Kawin / Belum Kawin *)

Alamat : Jl. Permata Tamansari I No. 12 RT.03 / RT.11 Arcamanik -

Bandung

RIWAYAT PENDIDIKAN

No Jenis Pendidikan Tahun

Keterangan Masuk Lulus

1 S.D 2001 2007 SD Santo Yusup 2

2 S.L.T.P 2007 2010 SMP Santo Yusup

3 S.L.T.A 2010 2013 SMA Santa Maria 2

4 Perguruan Tinggi ..........

5 Perguruan Tinggi (Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan)

2013 2017 Universitas Brawijaya

Page 7: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

iv

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian hingga penyusunan Skripsi ini tidak

akan tersusun tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang telah menghendaki serta selalu me-Ridhoi penulis dari mulai

perencanaan pelaksanaan penelitian hingga penyusunan Skripsi ini berlangsung.

2. Keluarga penulis (Mamah, Bapak, Mas, Adik) yang me-Ridhoi setiap langkah

penulis dan mendoakan penulis meskipun terpaut jarak yang cukup jauh.

3. Ibu Feni Iranawati,S.Pi.,M.Si.,Ph.D selaku dosen pembimbing I penulis yang telah

membimbing penulis sejak penyusunan proposal hingga penyusunan Skripsi dan

tak henti-hentinya memberikan masukan, bimbingan dan semangat secara moril.

4. Ibu Muliawati Handayani,S.Pi.,M.Si selaku dosen pembimbing II penulis yang telah

membimbing, memberi arahan dan masukan positif bagi penulis sejak penentuan

topik, penyusunan proposal hingga penyusunan skripsi

5. Saudara/i saya tercinta Mayda Ria, Arizal Mahendra, Rifki N, Yusuf, Nyoman, Feri,

Puspa Khaerani, Seananda Firly, Mutiara Nurul, Zefanya N, Sanido P, Fikerman L,

Haris Maulana, dan teman-teman Ilmu Kelautan 2013 ATLANTIK yang telah

membantu penulis dalam menghadapi masa-masa sulit selama melaksanakan

penelitian maupun selama penyusunan skripsi.

Serta pihak-pihak lain yang turut serta membantu penulis selama pelaksanaan

penelitian hingga penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih. Penulis

tidak dapat membalasnya selain dengan doa, semoga semua pihak yang telah

membantu penulis diberikan balasan oleh Allah SWT.

Page 8: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

v

ABSTRAK

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES SEHAT

DAN TERINFEKSI WHITE SYNDROME DI PERAIRAN KONDANG MERAK MALANG

SELATAN

Miranti Herdiutami1, Feni Iranawati1, Muliawati Handayani1

Terumbu Karang ialah suatu bagian dari organisme bawah laut yang banyak

berasosiasi dengan berbagai makhluk hidup dan mudah untuk terinfeksi oleh bakteri yang

menyebabkan terjadinya suatu syndrome. Bakteri dapat bersimbion dan salah satunya menjadi

penyebab White Syndrome (WS) yang menjadikan karang memiliki bercak berwarna putih

pada skeletonnya dan hilangnya sebagian jaringan hidup pada polyp karang. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui nilai prevalensi White Syndrome (WS), dan mengisolasi serta

mengidentifikasi bakteri yang bersimbion pada karang yang terinfeksi White Syndrome di

Perairan Kondang Merak – Malang Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan mulai dari

studi lapang, pendekatan Mikrobiologi, dan pendekatan Molekular yang dilakukan di

laboratorium. Hasil dari penelitian diketahui bahwa nilai prevalensi White Syndrome pada

stasiun 1 sebesar 37%, dan pada stasiun 2 sebesar 18%. Uji aktivitas daya hambat antara

bakteri dari sampel karang sehat dalam melawan bakteri dari sampel karang terinfeksi WS

menunjukkan zona bening terbesar pada sampel D 1.1 dengan H 1.1. Rata-rata nilai zona

bening dalam waktu inkubasi 1 x 24 jam hingga 4 x 24 jam ialah sebesar 5 mm, 4,5 mm, 4,5

mm, dan 4 mm, dan keduanya tergolong pada gram bakteri positif. Hasil molekular

menunjukkan bahwa isolat bakteri D1.1 653 (bp) 81% anggota Vibrio azureus (accession

number gi|1032655614KU845391.1), dan isolat H1.1 359 (bp) 98% adalah anggota

Streptomyces sp. (accession number GiJ1032528973JKX 279646.1).

ABSTRACT

ISOLATION AND IDENTIFICATION OF ENDOSIMBIONT BACTERIA ON HEALTH AND

INFECTED BY WHITE SYNDROME ON PORITES AT KONDANG MERAK BEACH – SOUTH

MALANG

Miranti Herdiutami1, Feni Iranawati1, Muliawati Handayani1

Coral reef is consortium of reef and others marine organisms, which is have high risk

to infect diseases. White Syndrome is one of the disease would infect by bacteria. It caused

losses tissue and white spot color on their skeleton. This research aims to determine

prevalence WS, to isolate and to identify symbiont of bacteria caused WS disease in Porites sp.

at Kondang Merak Beach – South Malang. Method are devided into three step, 1). Field

sampling to calculate prevalence and collect sample, 2) microbiology to culture bacteria, 3).

Molecular approach to identify bacteria which is causing and potential antibacterial of WS using

16rRNA. Prevalence of WS show that 37% at station 1 and 18% at station 2. Challenge test

between bacteria from heath and disease bacteria determined from size of inhibit zona. Isolate

D 1.1 and H 1.1 are pairs of isolate which have largest inhibit zone on 24 – 96 hours

approximatelly 5; 4.5; 4.5, and 4 mm and both of them is include on positive gram bacteria.

Molecular approach successfully to sequence 653 bp from D 1.1 in 81% similarity with Vibrio

azureus (accession number gi|1032655614KU845391.1) and 359 bp from H 11 in 98%

similarity with Streptomyces sp. (accession number GiJ1032528973JKX 279646.1).

Page 9: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini

dengan judul “Isolasi dan Identifikasi Bakteri Endosimbion pada Karang Porites

Sehat dan Terinfeksi White Syndrome di Perairan Kondang Merak – Malang

Selatan”. Skripsi ini disusun secara sistematis sebagai berdasarkan pelaskanaan

penelitian skripsi untuk mengetahui tahapan maupun prosedur kerja dalam isolasi dan

identifiksai secara mikrobiologi molekular penyebab syndrome pada Terumbu Karang

White Syndrome di Perairan Kondang Merak, Malang Selatan – Jawa Timur.

Semoga skripsi yang telah disusun ini dapat dipergunakan sebagai acuan,

petunjuk maupun pedoman dalam pelaksanaan penelitian skripsi penulis. Penulis

mengucapkan terima kasih semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

skripsi ini hingga pelaksanaan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. Apabila

terdapat kata – kata yang kurang berkenan, baik dari segi isi maupun penulisan,

penulis memohon maaf. Semoga skripsi ini menjadi ilmu pengetahuan yang

bermanfaat bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Malang, 6 Juli 2017

Penulis

Page 10: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

vii

DAFTAR ISI

Isi Halaman

IDENTITAS TIM PENGUJI ........................................................................................... 3

PERNYATAAN ORIGINALITAS .....................................................................................i

UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................................. iii

ABSTRAK .....................................................................................................................v

KATA PENGANTAR .................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ...........................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xi

1. PENDAHULUAN ....................................................... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang .................................................... Error! Bookmark not defined.

1.2 Pendekatan Masalah ........................................... Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Penelitian ................................................. Error! Bookmark not defined.

1.4 Manfaat Penelitian ............................................... Error! Bookmark not defined.

2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................... Error! Bookmark not defined.

2.1 Kondisi Karang di Perairan Kondang Merak ....... Error! Bookmark not defined.

2.1.1 Ekologi dan Parameter lingkungan bagi Karang ........... Error! Bookmark not

defined.

2.2 White Syndrome .................................................. Error! Bookmark not defined.

2.3 Bakteri endosimbion penyebab syndrome karang Error! Bookmark not defined.

2.3.1 Morfologi bentuk bakteri ................................ Error! Bookmark not defined.

2.4 Uji aktivitas daya hambat pada bakteri penyakit karang dengan metode difusi

kertas cakram....................................................... Error! Bookmark not defined.

2.5 Identifikasi morfologi bakteri dengan teknik pewarnaan gramError! Bookmark not defined.

2.5.1 Perbedaan bakteri gram positif dan negatif ... Error! Bookmark not defined.

2.6 Identifikasi bakteri secara molekular .................... Error! Bookmark not defined.

3. METODE PENELITIAN ............................................. Error! Bookmark not defined.

Page 11: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

viii

3.1 Lokasi Penelitian ................................................. Error! Bookmark not defined.

3.2 Waktu Penelitian ................................................. Error! Bookmark not defined.

3.3 Diagram Alir Penelitian ........................................ Error! Bookmark not defined.

3.4 Metode Penelitian ................................................ Error! Bookmark not defined.

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ................................... Error! Bookmark not defined.

3.5.1 Alat ............................................................... Error! Bookmark not defined.

3.5.2 Bahan ........................................................... Error! Bookmark not defined.

3.6 Variabel dan rancangan sampel penelitian .......... Error! Bookmark not defined.

3.7 Prosedur Penelitian .............................................. Error! Bookmark not defined.

3.7.1. Survey Lokasi Penelitian dan Penentuan Titik Sampling ... Error! Bookmark

not defined.

3.7.2. Metode pengambilan data dan sampel......... Error! Bookmark not defined.

3.7.4. Sterilisasi Alat dan Bahan ............................ Error! Bookmark not defined.

3.7.5. Studi Mikrobiologi ......................................... Error! Bookmark not defined.

3.7.6 Studi Molekular ............................................. Error! Bookmark not defined.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................... Error! Bookmark not defined.

4.1 Prevalensi penyakit White Syndrome .................. Error! Bookmark not defined.

4.2 Data pendukung parameter perairan Perairan Kondang MerakError! Bookmark not defined.

4.3 Studi Mikrobiologi ................................................ Error! Bookmark not defined.

4.3.1 Hasil isolasi bakteri karang sehat dan terinfeksi White Syndrome .........Error!

Bookmark not defined.

4.3.2 Hasil uji aktivitas daya hambat dengan metode difusi kertas cakram ...Error!

Bookmark not defined.

4.3.3 Karakterisasi hasil pewarnaan strain gram bakteri ....... Error! Bookmark not

defined.

4.4 Studi Molekular .................................................... Error! Bookmark not defined.

4.4.1 Hasil sequencing dan BLAST ........................ Error! Bookmark not defined.

4.4.2 Pohon Filogenetik kekerabatan isolat bakteri Error! Bookmark not defined.

5. PENUTUP ................................................................. Error! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan ......................................................... Error! Bookmark not defined.

5.2 Kendala dan Saran .............................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ...................................................... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN ................................................................... Error! Bookmark not defined.

Page 12: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Karang Porites ............................................ Error! Bookmark not defined.

Gambar 2. White Syndrome pada karang Massive ....... Error! Bookmark not defined.

Gambar 3. White Syndrome pada karang Branching .... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. Penyakit Karang dan Patogen Penyebabnya. ............ Error! Bookmark not

defined.

Gambar 5. Jenis morfologi bentuk, ukuran, elevasi, dan margin bakteri ................Error!

Bookmark not defined.

Gambar 6. Zona bening hasil uji antimikroba dengan difusi agar. Error! Bookmark not

defined.

Gambar 7. Peta lokasi pengambilan sampel ................. Error! Bookmark not defined.

Gambar 8. Diagram alir penelitian ................................. Error! Bookmark not defined.

Gambar 9. Transek yang akan digunakan .................... Error! Bookmark not defined.

Gambar 10. Sampel karang terinfeksi White Syndrome Error! Bookmark not defined.

Gambar 11. Pengamatan hasil penanaman isolat dominan ......... Error! Bookmark not

defined.

Gambar 12. Perbandingan morfologi isolat bakteri ukuran small, large, moserate.

..................................................................................... Error! Bookmark not defined.

Gambar 13. Morfologi bentuk spindle, circular, dan irregular ...... Error! Bookmark not

defined.

Gambar 14. Perbandingan isolat elevasi flat dan raised Error! Bookmark not defined.

Gambar 15. Perbandingan margin isolat lobate, entire, serate, dan undulate .......Error!

Bookmark not defined.

Gambar 16. Hasil uji daya hambat dengan zona bening terbesar Error! Bookmark not

defined.

Page 13: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

x

Gambar 17. Elektroforegram baik hasil sequence isolat D.1.1 ..... Error! Bookmark not

defined.

Gambar 18. Elektroforegram baik hasil sequence isolat H.1.1 ..... Error! Bookmark not

defined.

Gambar 19. Pohon filogenik kekerabatan isolat D 1.1 ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 20. Pohon filogenik kekerabatan isolat D 1.1 ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Jenis – jenis pathogen yang menyebabkan penyakit pada karang ..........Error!

Bookmark not defined.

Tabel 2. Perbedaan sifat bakteri gram positif dan negatif ............. Error! Bookmark not

defined.

Tabel 3. Alat yang digunakan dalam penelitian ............ Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. Bahan yang digunakan dalam penelitian ......... Error! Bookmark not defined.

Tabel 5. Rancangan variabel kode sampel ................... Error! Bookmark not defined.

Tabel 6. Hasil pengukuran nilai absorbansi ................... Error! Bookmark not defined.

Tabel 7. Data prevalensi penyakit karang White Syndrome di lokasi stasiun

pengambilan sampel ...................................... Error! Bookmark not defined.

Tabel 8. Data hasil pengukuran nilai parameter ........... Error! Bookmark not defined.

Tabel 9. Data hasil pengamatan morfologi isolat bakteri Error! Bookmark not defined.

Tabel 10. Tabel nilai rata-rata aktivitas daya hambat ( standar deviasi) dengan

metode difusi kertas cakram ........................ Error! Bookmark not defined.

Page 14: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

xi

Tabel 11. Hasil karakterisasi pewarnaan gram bakteri positif dan negatif .............Error!

Bookmark not defined.

Tabel 12. Data hasil BLAST isolat bakteri target ........... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Dokumentasi ............................................. Error! Bookmark not defined.

Lampiran 2.Data bentuk isolasi isolat dominan ............. Error! Bookmark not defined.

Lampiran 3. Data perhitungan uji daya hambat bakteri . Error! Bookmark not defined.

Lampiran 4. Hasil pengamatan pewarnaan gram bakteri ............. Error! Bookmark not

defined.

Lampiran 5. Hasil BLAST isolat bakteri H1.1 ................ Error! Bookmark not defined.

Lampiran 6. Hasil BLAST isolat bakteri H1.1 ................ Error! Bookmark not defined.

Page 15: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

12

Page 16: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terumbu karang merupakan salah satu komponen ekologi bawah laut yang

kadangkala diibaratkan sebagai ekosistem hutan hujan tropis dimana merupakan

salah satu ekosistem bawah laut yang paling beragam, produktif dan memiliki

keindahan yang khusus di dunia. Kondisi lingkungan tersebut di samping

menyebabkan tekanan pada ekosistem karang, juga dapat berpengaruh terhadap

sensitivitas inang dan meningkatnya virulensi pathogen. Perubahan kondisi

lingkungan justru lebih memungkinkan pathogen berkembang biak lebih cepat dan

meningkatkan kemampuan pathogen di dalam menginfeksi karang yang sensitif

menyebabkan munculnya penyakit pada karang (Soenardjo, 2013). Syndrome

karang dapat timbul dalam suatu ekosistem dikarenakan adanya sinergitas dari

“Triangle disease”, yaitu hubungan antara pathogen, lingkungan dan karang (Putra,

2014). Selain itu, Usman (2015) mengatakan bahwa bakteri di perairan laut dapat

mendiami seluruh bagian laut mulai dari permukaan laut hingga dasar baik hidup

bebas maupun bersimbioni dengan organisme. Menurut Hazrul (2016), munculnya

syndrome pada karang salah satunya disebabkan oleh interaksi antara host atau

inang dalam biota karang, agen / pembawa yang bersifat pathogen juga bagi

lingkungan.

Menurut Richardson (2017), beberapa penyakit karang baru dilaporkan

terjadi di beberapa lokasi pada tahun 1990-an. Penyakit tersebut antara lain Red

Band (RBD), White Band Tipe-II (WBD-II), White Plague Tipe-II (WP-II), Yellow

Page 17: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

2

Blotch (YBS), Dark Spot (DSD), White Pox (WPX), Aspergillosis (ASP) dan Patchy

Nekrosis (PNE). Penyakit White Syndrome menyebar secara cepat oleh asosiasi

dari bakteri hingga di Perairan Caribean. Penyakit WS ini menyerang karang melalui

jaringan yang utuh hingga jaringan karang yang sedang terluka (Gignoux-Wolfsohn,

2012). Berbeda dengan gangguan pada karang lainnya, White Syndrome dapat

diketahui melalui identifikasi secara visual yang dimana terdapat bagian bercak

berwarna putih secara jelas yang memisahkan antara jaringan yang hidup dan

jaringan mati secara pada karang (Lentz, 2011). Di era globalisasi ini, dengan

semakin menurunnya kualitas perairan, White Syndrome pada karang mulai banyak

ditemukan salah satunya di Perairan Kondang Merak – Malang Selatan

Pantai Kondang Merak yang terletak di Kecamatan Bantur, Kabupaten

Malang Selatan merupakan salah satu wilayah pesisir yang memiliki potensi bagi

habitat terumbu karang. Menurut Nugraha (2017), tutupan karang di perairan

Kondang Merak tersebar pada jarak >50 meter dari garis pantai dengan variasi suhu

27o – 29o C. Terdapat daerah tidak ditemukan karang dan tergantikan oleh alga, dan

diduga terjadi kompetisi secara ruang antara karang dengan alga sehingga

berpotensi untuk meningkatkan tingkat penyakit serta kerusakan pada karang di

Perairan Kondang Merak.

Bakteri yang bersimbion dengan karang telah banyak dikarakterisasi dan

diketahui beberapa berpotensi sebagai sumber kimia bahan hayati laut, terutama

setelah diketahui permukaan karang lebih kaya akan nutrisi daripada di sedimen dan

badan air. Informasi lebih lanjut menyebutkan dapat ditarik kesimpulan bahwa

bakteri-bakteri tersebut merupakan sumber metabolit sekunder untuk senyawa-

senyawa antibiotik baru (Sabdono dan Radjasa, 2006). Asosiasi bakteri dapat

menyebabkan penyakit karang yang merusak jaringan pada bagian karang, salah

Page 18: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

3

satunya menyerang jaringan hidup pada karang (tissue loss). Analisa secara

mikrobiologi dan molekular menjadi suatu tahapan metode dalam menganalisa jenis

bakteri simbion pada karang sehat yang memiliki potensi menghambat pertumbuhan

bakteri dari karang terinfeksi White Syndrome. Hal ini dibuktikan dengan uji daya

hambat antibakteri menggunakan kertas cakram dan dilanjutkan dengan

karakterisasi melalui prinsip pewarnaan gram bakteri serta proses molekular.

Pendekatan molekular dimulai dari proses isolasi DNA, metode PCR yang

dilanjutkan hingga hasil sequencing serta dilakukan proses BLAST. Proses BLAST

(Basic Local Alignment Search Tools) dilakukan untuk mendapatkan informasi

genetik berupa homology kekerabatan dari jenis bakteri endosimbion pada karang

terkena Syndrome.

Penelitian ini menjadi cukup penting untuk mengetahui tingkat kerentanan

karang dari bakteri yang bersimbion pada karang sehingga menyebabkan White

Syndrome. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi genetik

dari bakteri yang bersimbion pada karang yang memiliki aktivitas daya hambat

dengan bakteri karang terinfeksi White Syndrome. Dalam hal ini, Perairan Kondang

Merak – Malang Selatan menjadi suatu lokasi yang tepat untuk dijadikan tempat

pengamatan serta pengambilan sampel pada karang yang terinfeksi White

Syndrome dan patahan karang yang masih sehat untuk dapat dijadikan suatu studi

pembandingan dalam kajian karakterisasi bakteri simbion pada karang yang

menyebabkan terjadinya WS.

1.2 Pendekatan Masalah

Syndrome pada karang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan

protozoa. Selain menyebabkan hilangnya jaringan karang, suatu syndrome karang

juga dapat menyebabkan perubahan yang signifikan pada tingkat reproduksi,

Page 19: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

4

pertumbuhan, struktur komunitas, keanekaragaman spesies serta kelimpahan

organisme karang yang mengacu pada keadaan ekosistem terumbu karang

(Wangpraseurt, 2012). Pendekatan secara mikrobiologi dan molekular akan

memberikan gambaran tentang karakter serta jenis bakteri yang bersimbion dalam

karang. Pendekatan pada teknik mikrobiologi dikembangkan sebagai bentuk

pemahaman mendalam bakteri yang bersimbion pada karang mulai dari

dilakukannya ekstraksi sampel, penanaman pada media, peremajaan isolat murni,

uji aktivitas daya hambat hingga klasifikasi pewarnaan gram bakteri. Dalam

penelitian terapan selanjutnya dilakukan pendekatan pada teknik molekular untuk

mendapatkan materi dasar plasma dengan informasi genetik bakteri mulai dari

proses isolasi DNA hingga sequencing. Pada intinya, penelitian ini bertujuan untuk

mengisolasi dan identifikasi bakteri yang bersimbion pada karang yang sehat dan

terinfeksi White Syndrome.

Menurut Pichon (2014), Porites adalah Genus yang memiliki spesies

terbanyak setelah Acropora. Berdasarkan hasil survey dan studi literatur penulis,

diketahui bahwa karang jenis Porites cukup banyak ditemukan di perairan Kondang

Merak dan memiliki sistem adaptasi yang mudah serta rentan terhadap ancaman

serta gangguan. Genus Porites adalah salah satu jenis karang yang sering terinfeksi

penyakit karang dan memiliki sistem adaptasi yang cepat dengan lingkungan tempat

habitatnya dimana berperan sebagai bentuk ekosistem terumbu karang salah

satunya ialah mikroatol.

Adapun yang dijadikan sebagai rumusan masalah penelitian dalam skripsi ini

ialah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kondisi kerusakan karang yang disebabkan oleh penyakit White

Syndrome pada karang Porites di perairan Kondang Merak ?

Page 20: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

5

2. Apakah bakteri yang berasosiasi pada karang Porites sehat mampu

menghambat aktivitas bakteri endosimbion dari karang Porites yang terinfeksi

White Syndrome ?

3. Bagaimana mengidentifikasi bakteri berdasarkan prinsip pewarnaan gram serta

molekular dari bakteri karang Porites sehat dan karang Porites yang terjangkit

White Syndrome ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini ialah sebagai

berikut:

1. Mengetahui kondisi kerusakan karang Porites yang terjangkit White Syndrome

melalui hasil perhitungan prevalensi di Perairan Kondang Merak.

2. Mengetahui daya hambat bakteri endosimbion dari karang Porites sehat

terhadap aktivitas bakteri endosimbion dari karang Porites yang terinfeksi White

Syndrome

3. Mengidentifikasi bakteri endosimbion dari karang Porites sehat dan yang

terinfeksi White Syndrome berdasarkan pewarnaan gram dan molekular.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

berupa:

1. Sebagai materi dasar penerapan bioteknologi di dalam upaya pemulihan

terumbu karang yang disebabkan oleh bakteri endosimbion pada karang.

2. Menyediakan referensi dalam skala metode mikrobiologi dan molekular

mengenai bakteri simbion pada karang yang terinfeksi syndrome.

Page 21: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

6

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Karang di Perairan Kondang Merak

Kondang Merak secara administratif masuk ke dalam wilayah Malang

Selatan yang mempunyai karakter pantai berbatu (rocky shore), dimana terhubung

langsung dengan Samudera Hindia dan berombak besar serta arus deras. Hal ini

sangat mungkin, dikarenakan perairan Kondang Merak berhubungan langsung

dengan Samudera Hindia. Perairan Kondang Merak merupakan sebuah teluk

dengan garis pantai sepanjang 3 km. Zonasi terumbu karang di wilayah Kondang

Merak tersebar di wilayah Back Reef, Reef Flat, Reef Crest Dan Reef Slope (Luthfi,

2016). Kondang Merak merupakan salah satu pantai di sebelah selatan Kabupaten

Malang yang landai dengan daerah pantai yang berpasir, dan berbatu dengan

keanekaragaman terumbu karang yang beranekaragam (Hazrul, 2016).

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu di Perairan Kondang Merak,

tidak menutup kemungkinan bahwa berbagai kerusakan dan syndrome pada Karang

terjadi hingga menghasilkan sebuah data prevalensi penyakit karang. Menurut

Priono and Satyani (2010), berbagai faktor lingkungan sebagai penyebab terjadinya

penyakit karang di antaranya disebabkan oleh faktor abiotik yaitu oleh temperatur,

sedimentasi, zat kimia, nutrien tidak seimbang, radiasi ultra-violet, dan faktor biotik

seperti predasi, kompetisi dengan alga, dan terinfeksi oleh bakteri. Penyakit yang

disebabkan oleh faktor biotik, agen etiologinya adalah makhluk hidup seperti

pathogen atau parasit. Banyak organisme yang hidup bersimbion dengan organisme

lain, di antaranya ada yang bersimbiosis mutualisme (saling menguntungkan) di

mana organisme mendapatkan nutrisi dari tubuh inangnya. Jika parasit dapat

menyebabkan penyakit dan kematian pada tubuh inangnya misalnya adanya virus,

Page 22: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

7

bakeri, jamur dan protozoa (mikroparasit) serta metazoan seperti cacing helminthes

dan arthtopods (makroparasit).

Menurut Nugraha (2017), tutupan karang perairan Kondang Merak tergolong

buruk hingga sedang berkisar 0,4 - 9%. Hal ini berkaitan dengan tutupan alga pada

karang di Kondang Merak yang dikategorikan berbanding terbalik, dimana ketika

tutupan alga tinggi maka tutupan karang menunjukkan nilai rendah dan sebaliknya.

Berbagai gangguan yang sering terjadi pada karang di perairan Kondang Merak

yang paling mendoninasi ialah sedimentasi dan tutupan alga. Hal tersebut

dipengaruhi oleh kondisi hidrodinamika dan pasang surut di perairan Pantai

Kondang Merak yang membentuk Teluk. Berdasarkan studi lapang, gangguan

lainnya yang paling berpotensi bagi kerusakan karang di Kondang Merak ialah

Bleaching dan beberapa penyakit yang disebabkan oleh bakteri seperti Pink Line

Syndrome, White Syndrome dan Brown Band Disease. Berbagai biota yang

seringkali menjadi predator bagi karang ialah teritip (barnacle) dan worm yang

menyebabkan lubang-lubang pada polyp karang.

2.1.1 Ekologi dan Parameter lingkungan bagi Karang

Adapun menurut Suharsono (2008), karang Porites diklasifikasikan sebagai

berikut :

Filum : Cnidaria

Kelas : Anthozoa

Ordo : Scleractinia (Madreporaria)

Famili : Poritidae

Genus : Porites (Sumber: Google images, 2017)

Gambar 1. Karang Porites

Page 23: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

8

Porites merupakan salah satu genus dari karang batu (stony coral) biasa

juga dikenal dengan istilah karang SPS (small polyp stony) yang menjadi salah satu

ekologi yang mendominasi ekosistem Terumbu Karang. Genus Porites membentuk

karang batu yang sangat besar (massive), selain itu Porites juga berbentuk karang

branching, encrusting atau digitata. Memiliki polip (koralit) kecil (kurang dari 2 mm).

Genus Porites banyak tersebar di Indo-Pasifik dan Atlantik. Warna dominan krem,

kuning, coklat atau ungu.

Keberadaan faktor biotik dan abiotik dalam ekosistem terumbu karang adalah

bagian yang saling mempengaruhi. Hal ini berkaitan dengan strategi adaptasi karang

dengan bentuk pertumbuhan tertentu yang mempresentasikan dimana zonasi

karang berada. Bentuk pertumbuhan yang dimiliki karang adalah sebagai strategi

ekspansi untuk menguasai ruang baik secara vertikal maupun horizontal. Pada

terumbu karang di daerah tropis, pembentukan zonasi pertumbuhan vertikal

komunitas karang merupakan pola yang umum dijumpai. Hal ini merupakan toleransi

antar spesies karang terhadap faktor fisika perairan seperti gelombang, arus,

pasang surut, cahaya, temperatur, dan sedimentasi. Semua aspek tersebut adalah

faktor pembatas pertumbuhan karang dan mempengaruhi bentuk pertumbuhannya

(Luthfi, 2016).

Faktor pembatas keberadaan terumbu karang sangat berpengaruh

terhadap pertumbuhan karang itu sendiri, berikut beberapa parameter pembatas

terumbu karang menurut Irwan, Kelvin, and Kamal (2012) adalah sebagai berikut:

1. Suhu, perkembangan terumbu karang yang paling optimal terjadi di perairan

yang rata-rata suhu tahunannya 23-25°C, terumbu karang dapat mentoleransi

suhu 36- 40°C.

Page 24: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

9

2. Kedalaman, terumbu karang tidak dapat berkembang di perairan yang lebih

dalam dari 50-70 m, kebanyakan terumbu karang tumbuh pada kedalaman 25 m

atau kurang.

3. Cahaya, cahaya merupakan salah satu faktor yang paling penting yang

membatasi terumbu karang, cahaya yang cukup harus tersedia agar fotosintesis

oleh zooxanthella simbiotik dalam jaringan karang dapat terlaksana, titik

kompensasi untuk karang merupakan kedalaman dengan intensitas cahaya

berkurang sampai 15- 20% dari intensitas di permukaan.

4. Salinitas, salinitas lingkungan terumbu karang hampir menyerupai tingkat

salinitas air laut yang normal, yakni 32-35‰.

5. Sedimen atau pengendapan, akibat sedimentasi atau pengendapan mempunyai

pengaruh negatif terhadap karang, endapan dalam air berakibat negatif, yaitu

mengurangi cahaya yang dibutuhkan untuk fotosintesis oleh zooxanthellae

dalam jaringan karang.

2.2 White Syndrome

Syndrome pada karang yang terjadi dimana menyerang jaringan karang

hingga berwarna putih salah satunya ialah White Syndrome. Berbeda dengan coral

bleaching, White Syndrome terjadi akibat hilangnya jaringan hidup (tissue loss) pada

polyp karang karena gangguan dari bakteri yang berasosiasi dilingkungan ekosistem

terumbu karang. Menurut Richardson (2017), tingkat jaringan karang yang hilang

pada White Syndrome sebesar 1/8 – ¼ inci/hari, dan rangka karang yang kosong

segera akan diganti dengan alga berfilamen. Bercak berwarna putih pada polyp

karang lebarnya dapat mencapai antara 5-10 cm.

White Syndrome pada karang terjadi banyak di laut Carribean pada tahun

1970an dan meningkat serta semakin menyebar hingga ke Samudera Hindia.

Page 25: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

10

Diketahui bahwa White Syndrome terjadi disebabkan salah satunya oleh faktor

asosiasi pathogen yang menyerang mortalitas dan jaringan tissue pada karang

(Bruckner, 2009). White Syndrome banyak terjadi pada jenis karang Acropora.

Penyakit ini menyerang tidak pada seluruh bagian karang, namun hanya pada

sebagian bagian polyp karang yang memberi batasan antara jaringan karang yang

sehat dengan karang yang sudah mati. Jaringan karang yang tersisa pada cabang

tidak menunjukkan adanya pemutihan, walaupun koloni yfang terpengaruh secara

keseluruhan terlihat adanya goresan berwarna putih.

Menurut Raymundo (2008), White Syndrome mematikan jaringan hidup di

sekeliling karang dan meninggalkan kerangka karang yang berwarna putih. White

Syndrome diyakini disebabkan oleh bakteri pathogen yang belum diketahui, memiliki

pengaruh yang sama terhadap karang, dengan meninggalkan kerangka karang

berwarna putih yang mati. Syndrome ini menghancurkan struktur terumbu karena

kerangka koral yang mati yang dibawa alga kemudian dikoloni oleh alga,

invertebrata, jenis-jenis siput, dan spons cloinid yang membuat lubang dan

melemahkan kerangka karang, sehingga kerangka karang menjadi rapuh dan patah

saat badai terjadi. Contoh gambar dari White Syndrome dapat dilihat pada Gambar 2

dan Gambar 3 sebagai berikut.

Gambar 2. White Syndrome pada karang Massive

Page 26: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

11

Gambar 3. White Syndrome pada karang Branching

(Sumber: Google images, 2017)

2.3 Bakteri endosimbion penyebab syndrome karang

Munculnya syndrome pada karang dicirikan dengan adanya perubahan

warna, kerusakan dari skeleton biota karang, sampai dengan kehilangan

jaringannya. Syndrome salah satunya merupakan faktor dari interaksi antara host

atau inang dalam biota karang, agen / pembawa yang bersifat pathogen juga bagi

lingkungan. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa penurunan kualitas

lingkungan perairan sangat berperan terhadap munculnya agen atau

mikroorganisme pembawa pathogen terhadap karang (Hazrul, 2016). Selain itu

sedimentasi, polusi yang ditimbulkan oleh limbah domestik, sampah, sampai dengan

air ballast yang masuk ke ekosistem terumbu karang berpotensi munculnya bakteri

pathogen pemicu terjadinya syndrome pada karang. Bakteri merupakan komunitas

agent (pathogen) yang hidup bersama dengan biota lain dan melakukan berbagai

interaksi yang paling penting dan mendasar dalam ekologi di lingkungan laut hingga

bersimbion didalamnya. Bakteri dapat mempengaruhi proses metabolism organisme

lain disekitarnya, oleh karena itu beberapa bakteri simbion memiliki kecenderungan

Page 27: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

12

menghasilkan senyawa bioaktif yang dapat digunakan sebagai pertahanan terhadap

patogen dan organisme fouling.

Menurut Santavy (2005), ketika terumbu karang mengalami luka pada bagian

koloninya maka karang akan mengeluarkan lendir yang disebut dengan Muccus dan

akan mengalami stress. Luka dan stress tersebut menyebabkan virus dan bakteri

mudah menyerang biota karang. Menurut Ritchie (1998), masuknya pathogen baru

ke wilayah ekosistem terumbu karang dapat dibawa oleh organisme laut yang lain.

Mekanisme ini dapat terjadi ketika organisme pembawa pathogen yang berasal dari

karang berpenyakit masuk atau berinteraksi dengan karang yang sehat. Selain itu,

pathogen yang masuk ke laut juga dapat terbawa melalui run-off dari darat, water

ballast dari kapal, debu dan pembuangan limbah.

Pengetahuan tentang komunitas mikrobia yang bersimbion dengan karang

masih sangat sedikit, dan sebagian besar penelitian yang sampai saat ini dilakukan

masih mengalami hambatan oleh keterbatasan teknik mikrobiologi tradisional yang

berbasis pada mikroskopi dan kultivasi (Soenardjo, 2013). Pendekatan secara

mikrobiologi akan memberikan gambaran tentang populasi bakteri yang bersimbion

dengan karang. Contoh bakteri simbion yang bertindak sebagai pathogen pada

syndrome karang hingga menyebabkan penyakit karang menurut (Raymundo 2008),

dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut.

a. b.

Page 28: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

13

c. d.

Gambar 4. Penyakit Karang dan Patogen Penyebabnya. Ket. (a.) Aurantimonas

coralicida (bacterium) Bakteri Penyebab Penyakit White Plague II pada

Diploria labyrinthiformis (b.) dan (c.) Vibrio carchariae (bacterium)

Bakteri Penyebab Penyakit (d.) White Syndrome pada Acropora

cervicornis (Sumber: Raymundo, 2008)

Menurut ICRI (2010), beberapa jenis pathogen yang menyebabkan penyakit

pada karang atau Coral Desease adapun dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis – jenis pathogen yang menyebabkan penyakit pada karang

No. Penyakit dan Lokasi Patogen Host

1. Bleaching (Mediterania Timur)

Vibrio shiloi Oculina patagonica

2. Bleaching dan lisis (Samudra Hindia dan Laut Merah)

Vibrio coralliilyticus Pocillopora damicornis

3. Aspergillosis (Karibia) Aspergillus sydowii Gorgonians (kipas laut)

4. White Syndrome (Karibia) Vibrio spp Acropora sp.

5. White plague (Karibia)

Aurantimonas coralicida

Beberapa jenis karang

6. White plague (Laut Merah)

Thalassomonas loyana

Beberapa jenis karang

7. White patches (Karibia)

Serratia marcescens

Acropora palmata

Page 29: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

14

8. Yellow band disease (Karibia dan Laut Merah)

Vibrio spp.

Montastrea spp.

9. Black band disease Konsorsium Beberapa jenis karang

2.3.1 Morfologi bentuk bakteri

Bakteri termasuk dalam golongan prokariota yang strukturnya lebih

sederhana dari eukariota. Morfologi bakteri dapat dibagi ke dalam 3 bentuk utama,

yaitu kokus, batang, dan spiral. Dengan diameter umumnya 1 – 10 um, bakteri jenis

pathogen biasa tumbuh baik pada suhu 37oC. Bakteri dapat ditumbuhkan dalam

suatu medium agar dan akan membentuk penampakan berupa koloni. Koloni sel

bakteri merupakan sekelompok masa sel yang dapat dilihat dengan mata langsung.

Semua sel dalam koloni itu sama dan dianggap semua sel itu merupakan keturunan

(progeny) satu mikroorganisme dan karena itu mewakili sebagai biakan murni.

Penampakan koloni bakteri dalam media lempeng agar menunjukkan bentuk dan

ukuran koloni yang khas, dapat dilihat dari bentuk keseluruhan penampakan koloni,

tepi dan permukaan koloni. Koloni bakteri dapat berbentuk bulat, tak beraturan

dengan permukaan cembung, cekung atau datar serta tepi koloni rata atau

bergelombang dan sebagainya. Pada medium agar miring penampakan koloni

bakteri ada yang serupa benang (filamen), menyebar, serupa akar dan sebagainya

(Cervino et al.,2008).

Menurut Dwidjoseputro (1981), penjelasan mengenai bentuk morfologi

bakteri adalah sebagai berikut:

1 Ukuran. Mengacu berdasarkan ukuran bakteri pada cawan petri yang telah

ditanam pada media, ukuran bakteri terbagi kedalam titik (pinpoint), kecil

(small), sedang (moderate), dan besar (large).

Page 30: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

15

2 Form (bentuk), mengacu kepada bentuk dari suatu koloni bakteri, yaitu

melingkar (circular), tidak menentu (irregular), benang (filamentous),

memanjang (spindle), dan berakar (rhizoid). Form tersebut adalah bentuk-

bentuk dari koloni bakteri yang mungkin akan sering kita jumpai.

3 Elevasi. Untuk mendeskripsikan tampak samping dari suatu koloni. Jenis

elevasi adalah rata (flat), timbul (raised), timbul dan memiliki tonjolan kecil

(unbonate), dan cembung (convex).

4 Margin. Margin atau tepi suatu koloni juga merupakan karakteristik yang penting

dalam mengidentifikasi suatu organisme. Margin dari suatu bakteri antara lain

penuh (entire), bergelombang (undulate), berlekuk (lobate), keriting (curled),

dan seperti kawat (filiform).

Adapun gambar dari jenis-jenis ukuran, bentuk, elevasi, dan margin bakteri

yang dapat diamati seperti pada Gambar 5.

Sumber: (Dwidjoseputro, 1981)

Gambar 5. Jenis morfologi bentuk, ukuran, elevasi, dan margin bakteri

Page 31: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

16

2.4 Uji aktivitas daya hambat pada bakteri penyakit karang dengan metode

difusi kertas cakram

Penelitian mengenai uji daya hambat antara isolat bakteri dari karang sehat

dengan isolat bakteri dari karang sakit bertujuan untuk mengetahui potensi aktivitas

daya hambat antar bakteri dengan prinsip uji antibakteri. Hal ini dibuktikan dengan

tingkat kemunculan zona bening dengan metode difusi kertas cakram. Menurut

Brock, Thomas D, and Madigan (2004), pengujian antibakteri adalah teknik untuk

mengukur berapa besar potensi atau konsentrasi suatu senyawa dapat memberikan

efek bagi mikroorganisme yang dimana menggunakan prinsip metode difusi.

Metode difusi adalah salah satu metode pengujian kerentanan bakteri

terhadap antimikroba atau sering juga dinamakan uji daya hambat. Metode ini

digunakan untuk menetukan resistensi atau sensivitas bakteri aerob dan fakultatif

anaerob terhadap bahan kimia tertentu. Metode difusi agar dilakukan dengan bahan

uji yang telah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai dimasukkan kedalam sumuran

atau diteteskan pada paper disk. Kemudian ditanam dalam medium padat yang telah

berisi mikroba uji. Setelah inkubasi diamati adanya zona bening di sekitar sumuran

atau paper disk. Kemampuan bahan uji menghambat bakteri uji ditandai dengan

terbentuknya zona jernih disekitar cakram uji dan dievaluasi : >20 mm (strong

inhibition), 5-10 mm (moderate inhibition) and <5 mm (weak inhibition) (Pelczar,

1998). Hasil dari cara kerja tersebut dapat dilihat pada Gambar.6.

Page 32: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

17

Gambar 6. Zona bening hasil uji antimikroba dengan difusi agar.

Penggunaan zat atibiotik dapat digunakan sebagai kontrol positif untuk

mengkoreksi uji kemunculan zona hambat yang muncul. Pada kontrol positif,

diharuskan memiliki zona hambat dikarenakan penggunaan zat antibiotik yang

bersifat membunuh bakteri. Menurut Pelczar (1998), zat kimia akan menghambat

atau mematikan mikroorganisme berkisar dari unsur logam berat, seperti perak dan

tembaga sampai kepada molekul organik yang kompleks seperti persenyawaan

amonium. Mikroorganisme dapat disingkirkan, dihambat, atau dibunuh dengan

sarana atau proses fisik, atau bahan kimia. Beberapa contoh sarana fisik ialah suhu,

tekanan, radiasi, dan penyaringan. Suatu proses fisik adalah suatu prosedur yang

mengakibatkan perubahan, misalnya pembakaran, sterilisasi, dan sanitasi. Suatu

keadaan yang menghambat pertumbuhan bakteri yang ditandai dengan adanya

zona bening,disebut bakteriostatis

Antibiotik adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu

dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan

mikroorganisme yang lain. Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri, baik

kokus, basil, maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum yang luas. Sebaliknya,

suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut antibiotik yang

spektrumnya sempit. Antibiotik pertama adalah penisilin, suatu zat yang dihasilkan

Page 33: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

18

oleh jamur Penicillium. Penggunaan kontrol sebagai tolak ukur dalam pengujian

zona hambat sangat penting dan menjadi faktor dalam keberhasilan untuk menarik

sebuah kesimpulan. Kontrol positif dalam uji zona hambat menggunakan variabel

yang secara positif akan memunculkan zona hambat, dan kontrol negatif

menggunakan variabel yang tidak akan memunculkan zona hambat. Maka dari itu,

akan diambil kesimpulan dari hasil uji zona hambat yang muncul dari uji daya

hambat antarbakteri uji dan kontrol positif yang digunakan (Dwidjoseputro, 1981).

Pada penelitian mikrobiologi karang sebelumnya, banyak hal difokuskan

pada lapisan mucuss struktur karang dengan menggunakan teknik kultur tradisional.

Banyaknya bakteri di lapisan mukus diperkirakan mencapai 105–106 (cfu) per mil

(Rosenberg, 2007). Pengamatan tentang komunitas mikroba yang bersimbion

dengan karang hingga saat ini masih sangat sedikit, sebagian besar penelitian yang

telah dilakukan masih mengalami hambatan oleh keterbatasan teknik mikrobiologi

tradisional yang berbasis pada mikroskopi dan kultivasi. Komunitas mikroba yang

bersimbion dengan karang yang terkena syndrome berbeda dengan karang yang

sehat meskipun tidak terlihat adanya gejala (symptom) dari syndrome. Senyawa

antimikroba yang dihasilkan oleh karang mungkin berfungsi dalam mengendalikan

mikrobiota terkait, misalnya antimikroba Peptide damicornis paling aktif terhadap

jamur dan beberapa bakteri gram-positif (tetapi tidak semua). Mukus karang juga

mengandung antimikroba yang ampuh, dimana bakteri yang bersimbion dengan

karang berada di dalam Mucus atau lendir pada polyp karang (Pantos, 2003).

2.5 Identifikasi morfologi bakteri dengan teknik pewarnaan gram

Menurut Dwidjoseputro (1981), mikroorganisme yang ada di alam ini

mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri.

Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel

Page 34: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

19

bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri

sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau

pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu

mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.

Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak mengadsorpsi

ataupun membiaskan cahaya. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan

struktur sel seperti spora dan bahan infeksi yang mengandung zat pati dan granula

fosfat.

Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun

1884. Dengan metode ini bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri

gram positif dan bakteri gram negatif yang dibedakan berdasarkan dari reaksi atau

sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh

komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bisa dilakukan pada

mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp.

Pewarnaan gram merupakan pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling

banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Pewarnaan merupakan tahap

penting dalam pencirian dan identifikasi bakteri. Pewarnaan gram memberikan hasil

yang baik, bila digunakan biakan segar yang berumur 24-48 jam. Bila digunakan

biakan tua, terdapat kemungkinan penyimpanan hasil pewarnaan gram. Pada biakan

tua, banyak sel mengalami kerusakan pada dinding-dinding selnya. Kerusakan pada

dinding sel ini menyebabkan zat warna dapat keluar sewaktu dicuci dengan lartan

pemucat. Ini berarti bahwa bakteri gram positif dengan dinding sel yang rusak tidak

lagi dapat memertahankan kristal violet sehingga terlihat sebagai bakteri gram

negatif. Sebelum dilakukan pewarnaan, ulasan bakteri dibuat di atas kaca objek

yang kemudian difiksasi. Jumlah bakteri yang terdapat pada ulasan haruslah cukup

Page 35: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

20

banyak sehingga dapat terlihat bentuk dan penataanya sewaktu diamati. Kesalahan

yang sering kali dibuat adalah menggunakan suspensi bakteri yang terlalu padat

terutama bila suspensi tersebut berasal dari bukan media padat. Sebaliknya pada

suatu suspensi bakteri bila terlalu encer, maka akan diperoleh kesulitan sewaktu

mencari bakteri pada preparatnya (Waluyo, 2004).

Untuk pewarnaan yang mengamati morfologi sel mikroorganisme maka

seringkali setelah pembuatan preparat ulas dilakukan fiksasi diikuti oleh pewarnaan.

Fiksasi dapat dilakukan dengan cara melewatkan preparat diatas api atau

merendamnya dengan metanol. Fiksasi digunakan untuk :

1. Mengamati bakteri oleh karena sel bakteri lebih jelas terlihat setelah diwarnai

2. Melekatkan bakteri pada glass objek

3. Mematikan bakteri

Pada bakteri gram positif akan mengikat reagent warna ungu dari kristal

ungu, dan pada bakteri gram negatif akan mengikat reagent warna merah dari

safranin. Proses pewarnaan gram ini melalui proses fiksasi, pemberian reagent

serta pengawetan oleh lugol dan alkohol 96% agar bentuk morfologi bakteri dapat

daiamati melalui mikroskop (Pelczar, 1998).

2.5.1 Perbedaan bakteri gram positif dan negatif

Ada beberapa hal yang membedakan karakter bakteri berdasarkan jenis

bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Menurut (Klien, 2017), menyatakan

bahwa gram positif dinding selnya mengandung peptidoglikan dan juga asam teikoat

serta asam teikuronat. Oleh sebab itu, dinding sel bakteri gram positif sebagian

adalah polisakarida. Pada beberapa bakteri asam teikoat merupakan antigen

permukaan (antigen dinding sel), dan ada yang merupakan selaput pada selnya.

Asam teikoat ini pada umumnya terdiri dari gula netral seperti galaktosa, manosa,

Page 36: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

21

ramnosa, arabinosa dan glukosamin. Lapisan seperti itu akan menyelimuti seluruh

sel bakteri sehingga menyerupai selubung yang kuat dan dinamakan murein. Untuk

dinding sel bakteri gram negatif terdapat peptidoglikan yang sedikit sekali dan

berada diantara selaput luar dan selaput dalam dinding sel. Dinding sel bakteri gram

negatif sebelah luar merupakan komponen yang terdiri dari fosfolipid dan beberapa

protein yang sering disebut sebagai auto layer. Bakteri gram positif yang mengikat

warna ungu dari reagent kristal ungu biasa tergolong bakteri non-pathogen,

sedangkan bakteri gram negatif yang mengikat warna merah dari reagent safranin

biasa tergolong ke dalam bakteri pathogen. Perbedaan secara relatif sifat antara

bakteri gram positif dan bakteri gram negatif menurut Madigan et al., (2017) dapat

dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2. Perbedaan sifat bakteri gram positif dan negatif

SIFAT Sifat Perbedaan Relatif

Bakteri gram positif Bakteri gram negatif

Komposisi dinding sel Kandungan lipid rendah

(1-4 %)

Kandungan lipid tinggi

(11 – 22 %)

Ketahanan terhadap

penisilin

Lebih sensitif Lebih tahan

Penghambatan oleh

pewarna basa

Lebih dihambat Kurang dihambat

Kebutuhan Nutrien Kebanyakan spesies

relatif kompleks

Relatif sederhana

Ketahanan terhadap

perlakuan fisik

Lebih tahan Kurang tahan

2.6 Identifikasi bakteri secara molekular

Untuk mengetahui karakter bakteri dan jenis dari isolat bakteri yang telah

dikultur, identifikasi secara molekular ialah salah satu cara yang dapat dilakukan

agar didapat pula informasi genetik dari jenis bakteri yang sedang dikaji. Proses

identifikasi secara molekular dimulai dari proses ekstraksi dan isolasi DNA, PCR,

Page 37: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

22

Elektroforesis, yang kemudian dilanjutkan dengan Sequencing untuk mendapatkan

data berupa elektrogram dari basa nitrogen dari sampel bakteri untuk dapat diolah

dalam software dan dilakukan proses BLAST untuk mengetahui kesamaan

pasangan basa dengan isolat referensi yang terdapat di bank gen (Sabdono and

Radjasa, 2006).

Menurut Nugroho (2015), isolat yang menunjukkan potensi adanya zona

bening terbesar dalam uji daya hambat, dilanjutkan pada identifikasi secara

molekular. Ekstraksi DNA dilakukan dengan metode chelex kemudian suspensi DNA

yang diperoleh dilakukan amplifikasi menggunakan metode PCR. Primer yang

digunakan untuk PCR 16S rDNA adalah primer adalah primer universal 27F (5'-

AGAGTTTGATCMTGGCTCAG-3') dan primer spesifik eubacteria 1492R (5'-

CTGTTTGCTCCCCACGCTTTC-3'). Produk reaksi PCR kemudian diamati dengan

elektroforesis gel dengan menggunakan konsentrasi agarosa 0,8% yang dilanjutkan

dengan proses sequencing. Sekuens yang diperoleh dianalisis dengan

menyejajarkan urutan nukleotida dengan sekuens yang diduga yang terdapat dalam

bank gen menggunakan program MEGA, kemudian daerah yang memiliki kesamaan

urutan sekuens dianalisis lagi menggunakan penyejajaran yang terdapat dalam

fasilitas penyejajaran Basic Local Allignment Search Tool (BLAST) untuk

menentukan persentase kesamaan pasangan basa dengan isolat referensi yang

terdapat di bank gen.

Page 38: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

22

3. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Tempat yang menjadi lokasi penelitian ini terbagi menjadi 2, yaitu skala

lapangan untuk pengambilan sampel dan skala laboratorium untuk melakukan

penelitian dan pengamatan. Lokasi lapangan yang dijadikan tempat untuk

pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah di Pantai Kondang Merak –

Kecamatan Bantur, Malang Selatan. Lokasi dilakukan pengamatan secara

Mikrobiologi dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran,

Universitas Brawijaya – Malang dan pengujian secara molekular dilakukan di

Laboratorium Biologi dan Molekular Fakultas SAINTEK – UIN Maulana Malik

Ibrahim, Malang. Peta lokasi dari tempat pengambilan sampel dapat dilihat pada

Gambar 7.

Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel

Page 39: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

23

3.2 Waktu Penelitian

Penelitian terbagi ke dalam 2 kurun waktu, yaitu pengambilan sampel di

lapangan serta penelitian dan pengamatan skala mikrobiologi dan molekular di

laboratorium. Adapun pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 17 – 18 April

2017. Untuk penelitian dan pengamatan mikrobiologi dilakukan pada tanggal 19

April 2017 – 27 Mei 2017, dan pengujian molekular dilakukan pada tanggal 1

Juni 2017 – 10 Agustus 2017.

Page 40: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

24

3.3 Diagram Alir Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara runtut sesuai metode yang telah ditentukan.

Runtutan dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram alir pada Gambar 8.

Gambar 2. Diagram alir penelitian

Pengambilan

Sampel

Inokulasi kutur bakteri dari agar miring ke media cair

Peremajaan 3 koloni dominan ke agar miring

Penanaman kultur bakteri metode pour plate

Penghancuran sampel

Penentuan lokasi Stasiun Perairan Malang Selatan

Penghitungan nilai absorbansi kultur bakteri

media cair

Uji daya hambat bakteri penyakit karang

Pewarnaan bakteri gram positif dan gram negatif

Pengukuran parameter

lingkungan

Identifikasi molekular (Isolasi DNA, PCR,

Elektroforesis, Sequencing, Blast)

Analisis

Penghitungan prevalensi

penyakit karang

Kesimpulan

Page 41: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

25

3.4 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena dan

mencari secara ekstensif tentang penyebab atau apa saja yang mempengaruhi

terjadinya fenomena tersebut (Arikunto, 1992). Pengambilan sampel menggunakan

metode purposive sampling method yaitu metode pengambilan sampel yang

dilakukan dengan mengambil subyek bukan berdasarkan strata, random atau

daerah, tetapi berdasarkan tujuan tertentu. Kelebihan teknik purposive sampling

dibandingkan dengan random sampling karena teknik ini terfokus pada seleksi

biota/sampel dengan pertimbangan tertentu, sehingga lokasi pengambilan sampel

yang telah ditentukan memberikan informasi yang diperlukan dan memiliki peluang

yang sama bagi setiap biota/sampel. Untuk Rancangan sampel, digunakan dalam

rancangan uji daya hambat dimana menantang antara 3 isolat bakteri dari sampel

karang terinfeksi White Syndrome dengan 3 isolat bakteri dari sampel karang sehat

menggunakan metode difusi kertas cakram. Uji daya hambat tersebut melibatkan

kontrol positif serta negatif yang diambil dari Ampicilin dan air laut steril.

Metode uji daya hambat dilakukan dengan pengulangan 2 kali (Duplo).

Analisa statistik dalam penelitian ini dititikberatkan pada hasil zona bening pada

masa inkubasi selama 4x24 jam. Reaksi dari semua sampel tersebut temasuk

pengulangan yang dilakukan, diukur dan diinput dalam tabel dan dicari nilai rata-

rata dari hasil kedua pengulangan pada setiap sampel tersebut. Hal ini bertujuan

agar didapat kesimpulan potensi daya hambat dari bakteri endosimbion karang

sehat untuk menghambat pertumbuhan bakteri dari karang terinfeksi White

Syndrome. Selain itu, karakter dari isolat bakteri dari karang sakit dan karang sehat

diketahui karakternya secara pewarnaan gram dan molekular untuk mendapatkan

Page 42: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

26

informasi genetik dari isolat bakteri mulai dari proses isolasi DNA sampel, PCR,

elektroforesis, sequencing, dan proses BLAST homology.

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari alat dan bahan

pada saat pengambilan sampel di lapangan dan penelitian secara mikrobiologi di

laboratorium

3.5.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian saat pengambilan sampel di lapang

dan pengamatan di laboratorium disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian

No Nama Alat Spesifikasi Kegunaan

1. Alat selam dasar - Perlengkapan manta taw

2. Tatah dan Palu - Pengambilan sampel karang

3. Kamera under

water

Canon

Powershoot

Dokumentasi

4. Cool box - Penyimpan sampel sementara

5. pH meter - Mengukur pH air

6. DO meter LUTRON – 5510 Mengukur oksigen trelarut

7. Termometer

digital

- Mengukur suhu air

8. Salinometer Ketelitian 0,01 0/00 Mengukur salinitas

9. GPS (Global

Positioning

System)

GARMIN Oregon

650

Survey positioning

10.

Buku identifikasi

karang

Coral Finder by

Veron

Mengidentifikasi karang

11. Buku ID Cards of

Coral Diseases

CRTR Indo-Pacific

by Roger Beeden

Mengidentifikasi jenis penyakit

karang

Page 43: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

27

No Nama Alat Spesifikasi Kegunaan

12. Roll meter Bison 30 m Sebagai Line Transect

pengukuran Preevlansi

penyakit karang

13. Sabak / akrilik - Mencatat data dalam air

14. Autoklaf Tommy ES-315 Mensterilisasi alat dan bahan

15. Laminair Flow BIOBASE AHC-

4D1

Tempat steril melakukan

penanaman dan isolasi bakteri

16. Inkubator Memmert ICP 600 Tempat inkubasi sampel bakteri

17. Vortex mixer Mediline scientific

vortex mixer VM

3000-D

Menghomogenkan kultur cair

pada tabung reaksi

18. Timbangan

digital

BOECO Germany

ketelitian 0,1 mg

Menimbang berat bubuk media

dan berat sampel

19. Kulkas - Menyimpan media steril dan

bahan

20. Tabung

Erlenmeyer

PHYREX 250ML,

500ML

Tempat membuat media dan

larutan

21. Beaker glass PYREX 250ML,

500ML

Tempat larutan dan air laut

steril

22. Cawan petri ANUMBRA

Glasses 80 mm

Tempat penanaman isolate

bakteri dan uji antipathogen

23. Tabung reaksi PYREX IWAKI

Asahi Glass TE-32

Tempat kultur media cair dan

peremajaan bakteri pada agar

miring

24. Jarum ose bulat - Alat menggores media dan

mengambil isolate bakteri

25. Bunsen - Pengkondisian aseptis

26. Sprayer - Tempat alkohol sebagai

pengkondisian aseptis

27. Object glass NORMAX Tempat meletakan bakteri pada

proses pewarnaan gram

Tabel 3. Lanjutan

Page 44: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

28

No Nama Alat Spesifikasi Kegunaan

28. Magnetic stirrer

dan hotplate

IKAMAG

Janke&Kunkel-IKA

Labortechnik

Menghomogenkan larutan

29. Mikroskop Olympus CX22 Alat untuk mengamati hasil

pewarnaan gram bakteri

30. Bak pengecatan Wheaton 900303 Tempat untuk pewarnaan gram

bakteri

31. Rak tabung

reaksi

- Tempat meletakkan tabung

reaksi

32. Corong HERMAX 75 mm Membantu menuangkan larutan

33. Penjepit - Menjepit object glass

34. Mortar dan Alu - menghancurkan sampel karang

35. Gelas ukur PYREX 10 ml Mengukur larutan dan media

36. Pipet volume

dan bola hisap

PYREX 10 ml Mengambil larutan dan media

37. Mikropipet Dragon Lab 20ul,

100 ul

Mengambil larutan dalam

volume kecil

38. Tabung

Ependorf

Ependorf 1,5 ml Tempal sampel

39. Centrifuge Hettich EBA 200 Peluruh ekstrak

40. Waterbath Memert WNB7 Inkubasi larutan

41. Mesin DNA

Thermal Eyeler

Major Science

Thermal Cycler

PCR

Mesin PCR

42. Elektroforesis YAMABISHI Proses running elektroforesis

43. UV-illuminator PCF Cabinet UV3 Membaca hasil elektroforesis

3.5.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian saat pengambilan sampel di lapang

dan pengamatan di laboratorium disajikan pada Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 3. Lanjutan

Page 45: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

29

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian

No. Nama Bahan Kuantitas Kegunaan

1. Sampel karang

sakit dan sehat

12 gram Media isolasi, media uji dan

kultur bakteri

2. Air laut steril 5 liter Sebagai pembilas sampel

3. Plastik zip 20 buah Wadan sampel karang

4. Kertas Label 1 pack Memberi tanda dan nama

sampel

5. Aquades 2 liter Sebagai pelarut dan untuk

mengkalibrasi alat dan bahan

6. Tissue 1 pack Membersihkan alat dan bahan

7. Tagging 2 buah Penanda lokasi stasiun

pengambilan sampel

8. Kabel tis 1 pack Merekatkan tangging

9. Sampel karang

sakit dan sehat

12 Gram Media isolasi, dan bahan kultur

bakteri

10. Air laut steril 5 liter Sebagai pelaut untuk membuat

media Zobell 2261 E

11. Pepton 25 gram Bahan media Zobell 2261 E

12. Yeast Extract 25 gram Bahan media Zobell 2261 E

13. Bubuk Agar 50 gram Bahan media Zobell 2261 E

14. Aquades 3 liter Membilas alat dan bahan serta

membilas saat pewrnaan gram

15. Alkohol 70 % 2 liter Pengkondisian aseptis

16. Kristal ungu 10 ml Reagent pewarnaan gram

pengikat bakteri gram positif

17. Lugol / Iodine 10 ml Reagent pewarnaan gram

sebagai pengawet bakteri

18. Alkohol 96 % 10 ml Reagent pembilas lugol

19. Safranin 10 ml Reagent pewarnaan gram

pengikat bakteri gram negatif

Page 46: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

30

No. Nama Bahan Kuantitas Kegunaan

20. Immersed oil 10 ml Minyak yang memperjelas

pengamatan melalui object

glass oleh lensa mikroskop

21. Kertas cakram 60 buah Media difusi bakteri dalam

metode uji antipathogen

22. Cotton swab 12 buah Meratakan bakteri sampel

karang sakit ke media agar

23. Ampicilin 1 tablet kontrol positif uji antipathogen

24. Alumunium foil 1 pack Sebagai pembungkus dan alas

25. Plastik wrap 1 pack pembungkus bagian tepi cawan

petri dan alat yang steril

26. Plastik anti

panas

1 pack Pembungkus alat dan bahan

yang akan disterilisasi

27. Kertas label 1 pack Memberi tanda nama pada

sampel

28. Tissue 1 pack Membersihkan alat dan bahan

29. Kapas 1 pack Menutup bibir tabung reaksi

dan Erlenmeyer

30. Primer 27 F

dan 1492 R

1 Set Primer

31. Primer Box Air 1 Set Primer rep-PCR

32. Ready To Go

(RTG)Kit

1 Set Reagen PCR

33. Megamix

Bromide

1 Set Reagen PCR

34. Ethidium

Bromide

1 Set Pewarna Berkas DNA

35. Loading Buffer 10 ul Buffer Sampel dan Marker

36. Agarose 1 Set Bahan Gel Elektoforesis

37. Buffer TAE 1x 500 ml Buffer Elektroforesis

38. Purfication Kit 1 Set Purification Produk PCR

Tabel 4. Lanjutan

Page 47: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

31

No. Nama Bahan Kuantitas Kegunaan

39. Buffer TE 1 Set Ekstraksi DNA

40. Lysozym 1 Set Ekstraksi DNA

3.6 Variabel dan rancangan sampel penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah bakteri yang bersimbion

pada sampel karang Porites (massive) sehat dan yang terinfeksi White Syndrome

disertai dengan data bentuk morfologi dari penanaman hasil pengenceran

bertingkat, data hasil pewarnaan gram, serta data resistensi berupa zona hambat

bakteri. Variabel sebagai data pendukung yang dianalisa adalah tingkat pravelansi

penyakit karang, parameter kualitas perairan (pH, salinitas, DO, suhu). Uji daya

hambat dilakukan antara isolat bakteri dari sampel karang terinfeksi White Syndrome

dengan isolat bakteri dari karang sehat pada masing-masing stasiun pengambilan

sampel di pantai Kondang Merak. Pada uji daya hambat, disertai variabel kontrol

positif dan negatif dari Ampicilin dan air laut steril. Rancangan 12 sampel dan kode

yang tertera pada setiap sampel dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 3. Rancangan variabel kode sampel

Lokasi Jenis karang Kode sampel bakteri karang sehat

Stasiun 1

Sampel karang sehat

H 1.1

H 1.2

H 1.3

Sampel karang sakit

D 1.1

D 1.2

D 1.3

Stasiun 2

Sampel karang sehat

H 2.1

H 2.2

H 2.3

Sampel karang sakit

D 2.1

D 2.2

D 2.3

Tabel 4. Lanjutan

Page 48: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

32

Pada rancangan sampel ini, kode sampel yang dituliskan berdasarkan pada

jenis sampel bakteri dari sampel karang Porites sehat dan karang terinfeksi White

Syndrome pada 2 stasiun berbeda di Perairan Kondang Merak. Untuk bakteri dari

karang sehat, diberi kode H dan kode D untuk bakteri dari karang terinfeksi White

Syndrome. Seperti pada kode H 1.1 dimana merupakan kode isolat bakteri 1 dari

karang Porites sehat pada stasiun 1. Angka pertama pada kode sampel merupakan

kode dari lokasi stasiun dan angka kedua merupakan nomor isolat bakteri dominan

dari sampel karang.

3.7 Prosedur Penelitian

Adapun prosedur yang dilakukan selama penelitian ini berlangsung terdiri

dari prosedur di lapangan dan di laboratorium. Prosedur di lapangan dimulai dari

survey lokasi, pengambilan sampel karang sakit dan sehat. dilanjutkan dengan

prosedur di laboratorium mulai dari ekstraksi sampel, pengenceran bertingkat,

penanaman, isolasi dan purifikasi bakteri, pewarnaan gram bakteri hingga uji daya

hambat antara isolat bakteri sampel karang terinfeksi White Syndrome dengan

karang sehat yang kemudian dilanjutkan dengan analisa molekular mulai dari isolasi

DNA sampel hingga BLAST data dari hasil sequencing. Adapun penjelasan dari

setiap prosedur tersebut dijelaskan sebagai berikut:

3.7.1. Survey Lokasi Penelitian dan Penentuan Titik Sampling

Survey di lakukan di Perairan Kondang Merak, Kecamatan Bantur - Malang

Selatan pada kedalaman 1-5 meter menggunakan skin dive. Skin dive digunakan

untuk mengamati daerah terumbu karang yang berada di perairan yang dangkal

(Santavy, 2005). Survey lokasi dilakukan secara insitu di perairan Kondang Merak

untuk mengetahui titik lokasi yang terinfeksi White Syndrome . Selain itu, dihitung

prevelansinya pada setiap titik stasiun di Perairan Malang Selatan dan dilakukan

Page 49: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

33

dokumentasi pengambilan foto sampel karang yang diambil menggunakan kamera,

lalu melakukan tagging (pemberian tanda) serta koordinat lokasi stasiun.

3.7.2. Metode pengambilan data dan sampel

Karang didokumentasikan dan dicatat hingga tingkat genus kemudian

diidentifikasi dengan menggunakan coral finder dari Russel Key. Identifikasi penyakit

karang dilakukan dengan mendokumentasikan karang yang terkena penyakit,

kemudian di identifikasi menggunakan Underwater Cards for Assessing Coral Health

on Indo-Pacific Reefs (Moelyaningrum, 2016).

Pengambilan sampel karang sakit dan sehat dilakukan dengan

menggunakan skin dive pada kedalaman 1-5 m. Sampel karang diambil

menggunakan tatah dan palu dengan metode pengerukan (scraping) pada karang

yang sehat dan karang yang terkena penyakit. Setelah mendapatkan sampel

karang yang terinfeksi White Syndrome, ambil patahan karang yang sehat dengan

jenis yang sama dengan rentan jarak sekitar 10 m. Kemudian sampel karang sakit

maupun sehat dari setiap stasiun dimasukkan ke dalam plastik zip lock kemudian

dibilas dengan air laut steril dan diusapi oleh alkohol untuk membersihkan bakteri

perairan yang masih menempel pada permukaan karang. Setelah diibersihkan oleh

alkohol dan diberi air laut steril pada plastik zip lock, sampel karang dari setiap

stasiun diberi label dan disimpan dengan aman di dalam coolbox yang sudah

dibersihkan agar terhindar dari kontaminasi bakteri. Pengukuran parameter

lingkungan yaitu meliputi suhu, pH, DO, dan salinitas sebagai data pendukung. Data

pravelensi penyakit White Syndrome di tiap stasiun pun dihitung sebagai data

pendukung dari penelitian. Metode pengambilan data prevalensi penyakit karang

dilakukan dengan menggunakan metode transek sabuk (belt transect) dengan

Page 50: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

34

modifikasi plot 5x2m (Raymundo, 2008). Gambar dari bentuk metode belt transect

yang digunakan saat di lapang dapat dilihat pada Gambar 9 sebagai berikut.

Gambar 3. Transek yang akan digunakan

Adapun rumus perhitungan prevelansi dari penyakit White Syndrome pada

karang Porites saat di lapang adalah sebagai berikut:

(Raymundo, 2008)

3.7.4. Sterilisasi Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang akan digunakan harus disterilkan agar terhindar dari

kontaminasi berbagai mikroba dan bakteri yang tidak diinginkan. Disamping itu,

setiap pembuatan media yang akan digunakan selalu disterilisasi agar terhindar dari

mikroba atau bakteri yang tidak diinginkan. Sterilisasi dapat dilakukan dengan 2

cara, yaitu sterilisasi basah dengan autoklaf pada suhu 121 oC selama 20 menit dan

tekanan 1,5 atm serta sterilisasi kering menggunakan oven pada suhu 180 oC

selama 30 menit.

3.7.5. Studi Mikrobiologi

Hal – hal yang dilakukan pada studi mikrobiologi dalam penelitian ini dimulai

dari pembuatan media Zobell 2261E, pengolahan sampel, pengenceran bertingkat,

2

m

5 m

5 m

25 m

2 m

Page 51: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

35

isolasi dan purifikasi, uji daya hambat, hingga pewarnaan gram bakteri positif serta

negatif. Adapun penjelasan dari studi mikrobiologi pada penelitian ini ialah sebagai

berikut:

3.5.7.1 Pembuatan media dan pengolahan sampel

Sebelum mengolah sampel yang akan dikultur, media disiapkan

menggunakan media Zobell 2261E. Media dibuat dan dituang ke dalam cawan petri

yang telah disterilisasi. Media yang digunakan untuk mengkultur ialah media agar

Zobell 2261E yang dimana menurut Usman (2015), terdiri dari 2,5 gr Pepton, 0,5 gr

Yeast Extract, dan 15 gr bubuk agar, yang dilarutkan dengan per 1000 ml air laut

steril. Diketahui bahwa media tersebut cukup baik sebagai media bagi

mikroorganisme yang hidup dalam lingkungan bersalinitas. Semua komposisi

tersebut dihomogenkan dengan magnetic stirrer yang kemudian dipanaskan

menggunakan microwave dan disterilisasi kembali sebelum akhirnya dituangkan ke

dalam cawan petri sebagai media kultur bakteri dari sampel. Setiap satu cawan petri

berisi 20 ml media agar Zobell 2261E yang kemudian didinginkan ke dalam lemari

pendingin dengan dibungkus plastik wrap sebelumnya.

Setiap sampel karang yang sehat dan terinfeksi White Syndrome diekstrak

dengan cara dihaluskan. Sampel yang masih terdapat dalam plastik zip dan telah

dibilas dengan alkohol dan air laut steril disiapkan untuk dihaluskan. Setiap sampel

potongan fragmen karang Genus Porites yang terinfeksi White Syndrome dan yang

sehat dihancurkan sedikit demi sedikit hingga halus dan diambil sebanyak 5 gram

untuk dilanjutkan kepada proses pengenceran 10-3 dalam setiap 9 ml aquades steril

pada tabung reaksi. Menurut Sabdono dan Radjasa (2006), setiap pengenceran

hingga 10-5 dihomogenkan menggunakan Vortex Mixer agar larutan pengenceran

Page 52: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

36

tersebut tersuspensi dengan baik dan bakteri yang akan dikultur tidak terlalu padat

ketika ditanam pada media agar Zobell 2261E di dalam cawan petri yang steril.

3.5.7.2 Isolasi dan Purifikasi Bakteri

Penanaman bakteri yang berasal dari karang yang sehat dengan karang

yang sakit dengan menggunakan metode penyebaran (spread plate). Dari seri

pengenceran 10-3 tersebut selanjutnya diambil 100 µL (0.1 mL) sampel dan

disebarkan ke dalam cawan petri steril berisi media agar Zobell 2261E

menggunakan spreader. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 26°C selama 7 hari.

Untuk menghindari kontaminasi maka cawan petri ditutup dengan parafilm

selanjutnya dibungkus dengan plastik wrap. Setelah diinkubasi, koloni bakteri yang

tumbuh diamati bentuk koloni, warna dan permukaan koloninya. Setiap koloni yang

mempunyai bentuk dan warna yang berbeda dipisahkan. Kemudian metode goresan

dilakukan untuk pemisahan dan pemurnian isolat tiap-tiap bakteri (Sabdono dan

Radjasa, 2006).

Setiap koloni bakteri yang berbeda digoreskan pada permukaan media

Zobell 2261E steril pada masing-masing cawan petri yang telah disiapkan. Setelah

itu, cawan-cawan tersebut diinkubasikan pada suhu kamar (30oC) selama 2 x 24

jam dan diamati pertumbuhannya. Apabila tumbuh koloni-koloni baru, maka

dilakukan penggoresan ulang pada media agar Zobell 2261E hingga terdapat koloni

tunggal. Berdasarkan gambaran morfologi isolat bakteri menurut Dwidjoseputro

(1981), diambil 3 isolat dominan yang paling mendominasi dari hasil penanaman

tersebut berdasarkan dari ukuran, bentuk, margin, warna dan elevasi isolat yang

tumbuh tersebut. Setelah dilakukan pengamatan dan pendataan 3 isolat dominan

dari sampel karang sakit dan sehat dari setiap stasiun, dilakukan peremajaan bakteri

dari isolat pada media agar miring untuk berlanjut ke proses selanjutnya pada uji

Page 53: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

37

daya hambat antara bakteri endosimbion karang sehat dengan bakteri dari karang

terinfeksi penyakit White Syndrome.

3.5.7.3 Uji aktivitas daya hambat bakteri endosimbion karang sehat terhadap

bakteri karang Porites terinfenksi penyakit White Syndrome

Uji daya hambat untuk mengetahui potensi hambat yang dimiliki antar isolat

bakteri. Untuk itu, kultur bakeri pada media cair yang telah diinkubasi selama 2 x 24

jam diukur nilai absorbansinya dan dilakukan peyetaraan agar uji aktivitas daya

hambat dilakukan dengan jumlah bakteri yang sama. Pengukuran nilai absorbansi

tersebut diukur dengan prinsip densitas sampel menggunakan alat spektrofotometer.

Penyetaraan nilai absorbansi pada sampel kultur bakteri dilakukan dengan rumus

pengenceran antara volume dan nillai absorbansi V1 x N1 = V2 x N2 dkimana dicari

nilai V2 sebagai volume media Zobell cair yang ditambahkan untuk menyetarakan.

Pengukuran absorbansi dengan spektrofotometer menggunakan panjang

gelombang 600 nm untuk bakteri. Penyetaraan dilakukan dengan tujuan untuk

mengubah nilai absorbansi menjadi nilai terendah yang ada pada hasil pengukuran

sebesar 0,200 nm. Hasil dari pengukuran nilai absorbansi dapat dilihat pada Tabel 6

sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil pengukuran nilai absorbansi

Lokasi Kode sampel Nilai

Stasiun 1

H 1.1 0.272

H 1.2 0.526

H 1.3 0.516

D 1.1 0.721

D 1.2 0.880

D 1.3 0.688

Stasiun 2

H 2.1 0.526

H 2.2 0.629

H 2.3 0.711

D 2.1 0.569

Page 54: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

38

D 2.2 0.730

D 2.3 0.612

Setelah mengisolasi isolat bakteri dominan yang tumbuh dari hasil

penanaman dan pengamatan, selanjutnya adalah melakukan uji konfirmasi

menggunakan metode difusi agar dengan kertas cakram (Sabdono dan Radjasa,

2006). Sebanyak 100µL biakan cair bakteri dari sampel White Syndrome yang

sedang dalam masa pertumbuhan atau berumur 1 sampai dengan 2 hari diratakan di

atas media Agar Zobell 2261E hingga merata dan didiamkan selama 30 menit. Hal

ini dilakukan agar bakteri meresap pada media. Selanjutnya, kertas cakram steril

diletakkan di atas permukaan media agar Zobell 2261E yang sama, setelah itu 20 µL

bakteri dari sampel karang Porites sehat diteteskan di atas kertas cakram. Media

agar Zobell 2261E tersebut, kemudian diinkubasi 2 x 24 jam dan diamati

pembentukan zona hambatnya. Zona hambat yang terbentuk diukur menggunakan

jangka sorong.

Dalam uji aktivitas daya hambat, digunakan kontrol positif dari antibiotik

turunan Ampicilin dan kontrol negatif dari air laut steril. Menurut Wijaya and

Nopriansyah (2012), ampicilin merupakan salah satu antibiotik yang cukup banyak

diregistrasikan di Kementerian Pertanian, baik dalam bentuk tunggal maupun

kombinasi. Ampicilin merupakan antibiotik berspektrum luas yang aktif terhadap

bakteri Gram positif yang tidak menghasilkan β-laktamase. Dosis standar bagi

penggunaan Ampicilin ialah pada range 30–35% atau 0.3 mg/ml pelarut. Dalam

pengujian daya hambat ini, dosis ampicillin dibuat dengan komposisi 0,3 mg/ 1 ml

aquades steril. Sedangkan penggunaan air laut steril sebagai kontrol negatif ialah 20

ul setara dengan jumlah kultur isolat bakteri sehat yang didifusikan ke kertas

cakram.

Page 55: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

39

Dalam rentan waktu inkubasi hingga 1 x 24 jam, reaksi yang terjadi pada

cawan petri dengan metode difusi kertas cakram diamati dan diukur setiap diameter

zona bening dan reaksi yang terjadi di sekeliling kertas cakram. Uji daya hambat ini

dilakukan secara duplo atau dua kali pengulangan dimana pada tabel pegamatan

dihitung rata-rata setiap reaksi daya hambat yang terjadi antara pengulangan 1 dan

pengulangan 2. Yang menjadi output dalam uji daya hambat ini ialah untuk

mengetahui potensi daya hambat dari bakteri karang sehat dalam menghambat

pertumbuhan bakteri dari karang terinfeksi White Syndrome. Zona hambat yang

ditandai dengan adanya bagian bening paling besar disekeliling kertas cakram

dicatat dan isolat dari karang sehat dan karang sakit terkait ditindaklanjuti untuk

dilakukan pengamatan lebih lanjut ke arah molekular.

3.5.7.4 Karakterisasi Bakteri

Karakterisasi bakteri yang diamati ialah secara morfologi, hal ini dilakukan

untuk mengetahui ciri-ciri fisik dari bakteri tersebut. Morfologi bakteri dapat dilakukan

ketika sel bakteri telah dilakukan pengecatan. Pewarnaan atau pengecatan gram

menggunakan 4 jenis pewarna yaitu kristal ungu, lugol, etanol 96% dan Safranin.

Bakteri yang akan diidentifikasi menggunakan biakan bakteri yang berumur antara

24-48 jam (Sabdono dan Radjasa, 2006).

Langkah pertama dalam pengecatan gram adalah dengan membuat preparat

ulas dari bakteri tersebut kemudian difiksasi di atas api. Kemudian diberi larutan

Kristal violet selama satu menit. Setelah satu menit, preparat tersebut dibilas dengan

air mengalir sampai warna ungu tidak mengalir lagi dan dikeringkan. Preparat yang

telah kering ditetesi lugol selama 2 menit, kemudian dibilas menggunakan air yang

mengalir kemudian dikeringkan. Preparat yang telah kering selanjutnya ditetesi

etanol 96% selama 30 detik, kemudian dibilas menggunakan air yang mengalir dan

Page 56: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

40

dikeringkan. Selanjutnya, preparat yang telah kering ditetesi safarin selama 30 detik,

setelah 30 detik preparat tersebut dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan untuk

diamati.

Pewarnaan gram bakteri akan menentukan jenis gram positif serta negatif

dari isolat bakteri yang sedang diamati (Ben-Haim 2003). Untuk bakteri gram positif

akan ditunjukan dengan warna ungu, dan untuk bakteri gram negatif akan

ditunjukkan dengan warna merah pada pengamatan di mikroskop setelah dilakukan

proses fiksasi dan pewarnaan. Proses pewarnaan strain gram bakteri diawali

dengan pengambilan bakteri isolat murni pada cawan petri menggunakan jarum ose

dan dilarutkan dengan 2 tetes aquades pada object glass. Fiksasi object glass hasil

campuran tersebut dilakukan diatas Bunsen menggunakan penjepit. Setelah

difiksasi, tetesi object glass tersebut dengan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam

proses pewarnaan seperti amilum, alkohol 96%, kristal ungu, dan safranin. Setelah

dikeringkan, amati object glass hasil pewarnaan pada mikroskop dengan perbesaran

1000x.

Pewarnaan Gram merupakan pewarnaan diferensial yang bayak digunakan

dalam laboratorium mikrobiologi guna pencirian dan identifikasi bakteri. Perbedaan

hasil dalam pewarnaan ini disebabkan perbedaan struktur dinding sel bakteri dan

perbedaan kandungan asam ribonukleat antara bakteri Gram positif dan Gram

negatif. Pewarnaan dengan zat warna yang mengandung iodium menyebabkan

amilopektin berwarna biru atau keunguan, sedangkan glikogen berwarna merah

kecoklatan atau merah keunguan. Dengan melakukan pewarnaan sangat

memungkinkan kita untuk melihat bakteri dengan jelas, tetapi tidak dapat

membedakan jenis-jenis bakteri yang berbeda dengan morfologi yang sama

(Machmud, 2001). Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan

Page 57: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

41

zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan

mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol,

sementara bakteri gram-negatif tidak.

3.7.6 Studi Molekular

Pendekatan secara molekular dilakukan untuk mendapatkan informasi

genetik bakteri yang memiliki daya hambat paling optimal dari kemunculan diameter

zona bening terbesar. Bakteri endosimbion karang sehat yang mampu menghambat

pertumbuhan bakteri endosimbion karang yang terinfeksi White Syndrome dengan

baik disiapkan dalam bentuk kultur media cair pada umur 2x24 jam. Sepasang

bakteri dari karang sehat dan bakteri dari karang terinfeksi White Syndrome diisolasi

untuk didapatkan ekstrak DNA dengan ampifikasi PCR menggunakan primer 16S

yang kemudian diketahui panjang untai DNA nya melalui proses elektroforesis dan

dilanjutkan dengan sequencing untuk mendapatkan informasi genetik yang

kemudian diakhiri dengan proses BLAST dan pembuatan pohon filogenetik.

3.7.6.1 Ekstraksi DNA dan Amplifikasi PCR 16S rDNA

Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) merupakan senyawa kimia yang paling

penting dalam makhluk hidup. DNA merupakan senyawa yang mengandung

informasi genetik makhluk hidup dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Metode

ekstraksi DNA dilakukan dengan modifikasi dari metode (Oikonomou et al., 2012).

DNA dari masing-masing kultur bakteri yang baru tumbuh diekstraksi dengan

menggunakan QIAamp DNA (QIAGEN) (Altschul et al., 1997).

Sebelum digunakan, ekstrak DNA disimpan pada suhu -20 oC. Perlakuan

temperatur yang digunakan pada PCR ini adalah : denaturasi yaitu memanaskan

DNA supaya untai ganda DNA terpisah pada 94o C selama 2 menit, kemudian 30

siklus (annealing pada 50o C selama 40 detik, extension pada 72o C selama 1 menit

Page 58: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

42

dan denaturasi kembali pada 94o C selama 40 detik), serta 42o C selama 1 menit,

72o C selama 5 menit dan terakhir 4o C Primer yang digunakan untuk PCR 16S rDNA

adalah primer universal 27F (5'-AGAGTTTGATCCTGGCTCAG-3') dan primer

spesifik eubacteria 1492R (5'-TGGTTACCTTGTTACGACTT-3') (Roff et al., 2011).

Visualisasi produk PCR 16S rDNA ini dilakukan melalui elektroforesis dengan cara

memasukkan 5 μl produk PCR ke dalam sumur gel agarose 1 % yang telah

direndam larutan buffer TAE 1 X, gel kemudian dielektroforesis dengan voltase

sebesar 100 V selama ± 45 menit. Setelah elektroforesis, gel direndam ethidium

bromide selama 10 menit untuk memberikan warna pada pita DNA yang

terperangkap pada gel. Terakhir, pita hasil PCR dapat dilihat dengan menggunakan

alat UV-illuminator.

3.7.6.2 Elektroforesis

Secara umum, elektroforesis digunakan untuk memisahkan, mengidentifikasi,

dan memurnikan fragmen DNA. Elektroforesis dilakukan dengan gel agarose

berkonsentrasi 1 %. Untuk gel bervolume 20 ml cara pembuatannya adalah dengan

melarutkan agarose sebanyak 0,4 gr ke dalam buffer TAE 1x dan memanaskannya

hingga homogen. Setelah homogen, tuang larutan ke dalam cetakan gel yang telah

tersedia lalu biarkan hingga mengeras sebelum digunakan. Sebelum elektroforesis

dijalankan, terlebih dahulu produk PCR dan marker dimasukkan ke dalam sumur gel.

Apabila produk PCR dan marker tidak mengandung loading buffer maka dapat

ditambahkan 1 μl loading buffer dengan cara mencampurkannya terlebih dahulu di

atas mika atau parafilm. Setelah itu kemudian alat dijalankan dengan voltase 100 V

selama ± 45 menit. Hasil elektroforesis tersebut diamati dengan UVIlluminator.

Page 59: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

43

3.7.6.4 Sekuensing DNA

Sekuensing dilakukan dengan menggunakan siklus PCR sekuensing

menggunakan Big Dye Terminator v.3.1. dan sekuen analisis secara otomatis (ABI

3130XL, Applied Biosystem). Formula untuk reaksi PCR sekuensing yaitu: 2 μl big

dye 2 μl buffer 10x, 4 μl template DNA, 1 μl primer dengan konsentrasi 3,2 pmol,

ddH2O hingga volume akhir 10 μl. Proses sequencing akan menghasilkan

elektogram dari informasi geentik yang berisikan basa nitrogen (ACGT) dari sampel

1 isolat bakteri karang Porites sehat dan 1 isolat bakteri karang Porites terinfeksi

White Syndrome.

3.7.6.5 BLAST Homology

Hasil sequencing yang didapatkan diolah dalam software MEGA dan diambil

bagian elektrogram dari basa nitrogen terbaik untuk selanjutnya dilakukan

penelusuran (BLAST). Penelusuran dilakukan dengan menggunakan internet melalui

program pelacakan database Basic Local Alignment Search Tool (BLAST) pada

National Center for Biotechnology Information, National Institute for Health, USA

(www.ncbi.nlm.nih.gov). Data hasil kemiripan dengan suatu spesies yang diperoleh

melalui hasil BLAST dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif. Beberapa

data hasil BLAST yang paling berkerabat, diunduh dalam format Fasta dan

ditindaklanjut diolah hingga ke dalam format Mega untuk dibuat dalam pohon

filogenik kekerabatan.

Page 60: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

44

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Prevalensi penyakit White Syndrome

Prevalensi ialah nilai luasan yang dimana dihitung berdasarkan pada panjang

transek yang digunakan. Nilai prevalensi didapat melalui pengukuran menggunakan

Belt Transect sejajar dengan garis pantai di setiap stasiun pengambilan sampel.

Berdasarkan rumus penghitungan prevalensi menurut Raymundo (2008), dihitung

jumlah koloni sakit dari satu transek sepanjang 25 m dibagi dengan jumlah total semua

koloni dan dikalikan dengan 100%.

Nilai prevelansi dihitung di 2 stasiun lokasi pengambilan sampel dimana

dihitung jumlah koloni karang sakit dan jumlah total semua koloni karang. Lokasi dari

stasiun 1 berada di sebelah Timur dari tebing di Pantai Kondang Merak dengan jarak

sekitar 300 m dari bibir pantai pada titik koordinat -8.397441o ; 112.517473o. Lokasi

stasiun 2 berada di sebelah Barat Daya dari tebing Pantai Kondang Merak dengan

jarak 500 m dari bibir pantai pada titik koordinat -8.397569o ; 112.516610o. Berikut

data hasil perhitungan prevalensi karang terinfeksi White Syndrome pada stasiun

lokasi pengambilan sampel yang disajikan pada Tabel 7.

Tabel 1. Data prevalensi penyakit karang White Syndrome di lokasi stasiun

pengambilan sampel

Stasiun

Jumlah Koloni Sakit

(Porites) JumlahTotal Koloni Sehat

Jumlah total

koloni

Prevalensi penyakit karang

WBD

1 14 24

38 37%

2 8 37 45 18%

Page 61: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

45

Berdasarkan hasil perhitungan data prevalensi karang yang terinfeksi penyakit

White Syndrome di 2 lokasi stasiun pengambilan sampel, didapatkan nilai prevalensi

pada stasiun 1 sebesar 37% dengan jumlah koloni di terinfeksi White Syndrome ialah

14 dari jumlah total sebanyak 38 koloni. Pada stasiun 2, didapatkan nilai prevalensi

sebesar 18% dengan jumlah koloni terinfeksi White Syndrome sebanyak 8 dari jumlah

total sebanyak 45 koloni. Hal ini menjadi data pendukung sebagai dasar kajian dari

penyakit White Syndrome pada karang yang terdapat di perairan Kondang Merak.

Foto karang terinfeksi penyakit White Syndrome di lapang yang diambil sebagai

sampel pada penelitian dapat dilihat pada Gambar 10 sebagai berikut.

(a) (b)

(c)

Gambar 1. Sampel karang terinfeksi White Syndrome. Ket. (a) di lokasi stasiun I, (b)

di lokasi stasiun II, (c) White Syndrome menurut Raymundo (2008)

Page 62: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

46

Sampel karang terinfeksi White Syndrome yang diambil, memiliki ciri-ciri

hilangnya jaringan hidup yang ditunjukkan dengan adanya bercak rata berwarna putih.

Ketika polyp karang disentuh, bagian bercak berwarna putih akan mengeluarkan

mucuss atau lendir lebih banyak dari karang pada umumnya. Selain itu, Hazrul (2016)

mengatakan bahwa White Syndrome merupakan hilangnya jaringan karang dengan

ciri bercak putih atau garis tebal putih tidak teratur. Penyakit ini ditemukan menyerang

karang bercabang dan karang massive. Menurut Raymundo (2008), penampakan

karang yang terinfeksi White Syndrome memiliki gradiasi warna hingga berwarna putih

dan biasa membentuk melingkar secara linear. Selain itu, Bruckner (2009)

mengatakan bahwa White Syndrome banyak terjadi pada jenis karang Acropora dan

dilaporkan menyebabkan kematian karang Acropora cervicornis sebesar 85 % pada

tahun 1980 di U.S. Virgin Islands. Namun, Ben-Haim (2003) mengatakan bahwa

peningkatan patogenitas dari komunitas mikroba sangat mudah terjadi pada karang

salah satunya bergantung pada ukuran dan kerentanan karang tersebut dengan

lingkungannya, salah satunya dapat terjadi pada karang massive.

Selain White Syndrome, menurut Luthfi (2016) beberapa zona reef flat di

Perairan Kondang Merak akan sangat dangkal ketika surut sehingga akan terpapar

sinar matahari, paparan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan karang

mengalami gangguan hingga stress dan bleaching akibat paparan sinar matahari dan

surut ekstrim, sesuai dalam penelitian NOAA.

4.2 Data pendukung parameter perairan Perairan Kondang Merak

Parameter lingkungan merupakan suatu aspek penting sebagai data

pendukung kualitas air yang mempengaruhi keaadan ekologi kehidupan makhluk

hidup di bawah laut salah satunya terumbu karang. Parameter umum yang mutlak

diketahui sebagai data pendukung penggambaran kualitas perairan laut ialah suhu,

Page 63: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

47

pH, salinitas, dan DO. Keempat dari parameter tersebut sebagai tolak ukur kualitas

perairan di titik lokasi stasiun pengambilan sampel. Dalam penelitian ini, karang sehat

dan karang sakit yang terjangkit White Syndrome sangat rentan terhadap lingkungan

disekitarnya. Parameter yang dihitung pada saat pengambilan sampel ialah suhu, pH,

salinitas, serta DO yang dimana 4 parameter insitu tersebut ialah parameter kualitas

air yang sangat berpengaruh pada keberlangsungan hidup berbagai organisme di

perairan laut serta menjadi parameter mendasar bagi kualitas perairan laut. Adapun

tabel nilai parameter di perairan Kondang Merak disajikan pada Tabel 8 sebagai

berikut.

Tabel 2. Data hasil pengukuran nilai parameter

Pada kondisi ini, perbandingan hasil pengukuran kualitas air Perairan Kondang

Merak dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:

- Suhu

Nilai pengukuran suhu saat pengambilan sampel di perairan Kondang Merak ialah

sebesar 29,9o C. Hasil pengukuran suhu pada penelitian-penelitian sebelumnya di

perairan Kondang Merak yaitu sebesar 27,01⁰C oleh Cleopatria (2015), 28,6oC

oleh Widyawati (2015), dan 27,8oC oleh Luthfi (2016). Hal ini menunjukkan bahwa

dari hasil pengukuran suhu mulai tahun 2015 hingga tahun 2017 terdapat kenaikan

suhu di perairan Kondang Merak sebesar 2,8OC. Menurut Brown (1997), faktor-

faktor kunci yang diduga dapat mempengaruhi terumbu karang selama periode

Parameter

Rata – rata

Suhu (oC) 29.9

Salinitas (o/oo) 35

pH (-) 6.78

DO (mg/L) 5.9

Page 64: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

48

perubahan iklim adalah naiknya permukaan laut (Sea level rise), peningkatan suhu

air laut, perubahan kelarutan mineral karbonat, bertambahnya radiasi ultraviolet

dan kemungkinan menguatnya aktivitas badai dan arus. Kerusakan yang terjadi

pada ekosistem terumbu karang dapat disebabkan oleh perubahan iklim secara

global. Menurut Gilman et al. (2008), kenaikan permukaan air laut yang ekstrim,

badai, curah hujan (presipitasi), perubahan suhu, peningkatan konsentrasi CO2,

pola sirkulasi air laut dan tanggapan ekosistem merupakan dampak dari

perubahan iklim secara global. Perubahan iklim global menyebabkan perubahan

struktur komunitas ekosistem pesisir dan laut. Peningkatan suhu dan naiknya

muka air laut menyebabkan kerusakan pada ekosistem terumbu karang dengan

hilangnya zooxanthella pada jaringan karang.

- pH

Hasil pengukuran rata-rata nilai pH perairan Kondang Merak ialah 6,8 dimana

dapat disimpulkan bahwa nilai pH di perairan Kondang Merak cenderung asam.

Perbandingan nilai pH yang didapat dari hasil pengukuran pada penelitian

sebelumnya di perairan Kondang Merak yaitu sebesar 8 oleh Cleopatria (2015),

7,33 oleh Widyawati (2015), 8,7 oleh Luthfi (2016), dimana dari hasil pengukuran

pH di Perairan Kondang Merak mulai tahun 2015 – 2017 mengalami penurunan

nilai pH sebesar 2,2. Hubungan antara nilai pH dengan kondisi karang sangat

berpengaruh pada proses kalsifikasi pembentukan zat kapur pada karang. Menurut

Souhoka and Patty (2013), variasi dari nilai derajat keasaman (pH) air laut dapat

dijadikan sebagai salah satu identifikasi kualitas air laut. Pada kisaran nilai pH

tertentu dapat diindikasikan terjadinya suatu perubahan dalam kualitas air.

Meningkatnya suhu suatu perairan menyebabkan penurunan nilai pH dan memberi

dampak pada kondisi ekologi karang serta biota.

Page 65: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

49

- DO

Kadar oksigen terlarut atau DO (Dissolved Oxygen) pada air laut sangat berkaitan

dengan proses fotosintesis di kolom perairan. Pada hasil pengukuran, didapatkan

nilai DO rata-rata sebesar 5,9 mg/L. Hal ini disimpulkan bahwa nilai kandungan DO

di perairan Kondang Merak mengalami penurunan sebesar 1,6 mg/L dari hasil

pengukuran dalam penelitian-penelitian sebelumnya sebesar 7,54 mg/L oleh

Cleopatria (2015), 5,7 mg/L oleh Widyawati (2015), dan sebesar 8,3 mg/L oleh

Luthfi (2016). Kandungan oksigen terlarut sangat dipengaruhi oleh suhu,

turbulensi, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen di perairan berkaitan dengan

proses fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air yang lainnya berlangsung

optimal karena ketersediaan cahaya matahari yang cukup. Menurut Septyadi

(2013), pertumbuhan karang di tempat yang berarus lebih baik dibandingkan

dengan perairan yang tenang. Adanya arus berfungsi untuk mensuplai nutrien dan

oksigen yang sangat dibutuhkan oleh organisme di daerah terumbu karang.

- Salinitas

Hasil pengukuran nilai salinitas saat pengambilan sampel di perairan Kondang

Merak ialah sebesar 35 o/oo. Jika dibandingkan dengan hasil pengukuran pada

penelitian sebelumnya sebesar 35 o/oo oleh Cleopatria (2015), 34,4 o/oo oleh

Widyawati (2015), dan 26 o/oo oleh Luthfi (2016) dapat diketahui bahwa terjadi

perubahan nilai salinitas di perairan Kondang Merak berdasarkan hasil studi

terdahulu. Supriharyono (2007), menyatakan, binatang karang hidup subur pada

kisaran salinitas antara 34–36 0/00. Namun pengaruh salinitas terhadap kehidupan

karang sangat bervariasi tergantung pada kondisi perairan laut sekitar dan

pengaruh alam seperti hujan.

Page 66: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

50

4.3 Studi Mikrobiologi

4.3.1 Hasil isolasi bakteri karang sehat dan terinfeksi White Syndrome

Hasil dari penanaman setelah diinkubasi selama 2x24 jam dalam media agar

Zobell 2261E pada cawan, selanjutnya diamati bentuk morfologinya mulai dari ukuran,

bentuk, elevasi, serta warna berpacu pada gambar morfologi bakteri menurut

Dwidjoseputro (1981). Pada penelitian ini, diambil 3 isolat dominan yang tumbuh pada

media penanaman. Isolat hasil penanaman dari larutan pengenceran bertingkat, dapat

dilihat pada Gambar 11 sebagai berikut.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2. Pengamatan hasil penanaman isolat dominan. Ket. (a) Sampel St.1 H, (b)

sampel St.1 D, (c) sampel St.2 H, (d) sampel St.2 D

Page 67: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

51

Selanjutnya, isolat yang dipilih dimurnikan dengan metode gores kuadran untuk

memisahkan koloni tunggal pada setiap sampel. Dari hasil pengamatan secara visual

pada isolat yang tumbuh, diperoleh data morfologi pada setiap isolat dominan. Proses

selanjutnya dilakukan kultur pada media cair dan uji daya hambat untuk mengetahui

potensi daya hambat antara isolat bakteri dari karang sehat dengan isolat bakteri

karang terinfeksi White Syndrome. Dalam pengamatan isolat bakteri, data morfologi

isolat dominan pada setiap sampel dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut.

Tabel 3. Data hasil pengamatan morfologi isolat bakteri

Ket. Variabel huruf merupakan kode jenis karang dimana H (Health) sampel

karang sehat, dan D (Disease) sampel karang terinfeksi White Syndrome. Untuk

variabel angka terdiri dari 2 angka, dimana angka pertama menunjukkan kode stasiun

sampel dan kode angka kedua menunjukkan kode nomor isolat dominan. yang

dijelaskan sebagai berikut.

Lokasi Kode sampel Ukuran Bentuk Elevasi Margin Warna

Kondang Merak 1

H 1.1 Moderate Irregular Raised Lobate Putih susu

H 1.2 Moderate Irregular Raised Undulate Putih susu

H 1.3 Small Irregular Raised Lobate Putih susu

D 1.1 Moderate Spindle Raised Serate Putih susu

D 1.2 Moderate Irregular Flat Entire Putih susu

D 1.3 Moderate Irregular Flat Undulate Putih susu

Kondang Merak 2

H 2.1 Small Circular Raised Lobate Putih susu

H 2.2 Large Irregular Raised Lobate Putih susu

H 2.3 Moderate Irregular Raised Lobate Putih susu

D 2.1 Moderate Irregular Raised Undulate Putih susu

D 2.2 Small Irregular Raised Lobate Putih susu

D 2.3 Moderate Irregular Raised Lobate Putih susu

Page 68: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

52

a. Ukuran

1. Moderate

Jenis bakteri ukuran Moderate (sedang) terdapat pada 8 isolat dari 12 isolat

yang diamati. Rata-rata isolat bakteri ukuran moderate yang ditemukan dari

hasil pengamatan memiliki diameter tidak lebih dari 10 mm dan tidak kurang

dari 5 mm. Contoh dari isolat Moderate dapat dilihat pada Gambar 12.

2. Small

Bakteri ukuran small (kecil) ditemukan pada 3 dari 12 isolat bakteri yang

diamati. Diameter dari isolat bakteri ukuran small yang ditemukan pada

pengamatan kurang dari 5 mm.

3. Large

Bakteri ukuran Large (besar) hanya ditemukan pada 1 dari 12 isolat yang ada.

Diameter dari isolat bakteri ukuran large yang ditemukan pada pengamatan

lebih dari 10 mm.

(a) (b)

Gambar 3. Perbandingan morfologi isolat bakteri ukuran small, large, moserate. Ket.

(a) Isolat pada cawan sampel St.2 H, (b) Isolat pada cawan sampel St.1 H

Moderate

Small

Large

e

Page 69: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

53

b. Bentuk

1. Irregular

Isolat bakteri yang tergolong dalam bentuk Irregular (tidak beraturan)

ditemukan pada 10 dari 12 isolat yang diamati. Gambar dari isolat bakteri

irregular dapat dilihat pada Gambar 13.

2. Spindle

Isolat bakteri yang tergolong dalam bentuk spindle (memanjang) ditemukan

pada 1 dari 12 isolat yang diamati. Contoh isolat bentuk Spindle dapat dilihat

pada Gambar 13 sebagai berikut.

3. Circular

Isolat bakteri yang tergolong dalam bentuk b Circular (bulat) ditemukan pada

1 dari 12 isolat yang diamati. Bentuk circular pada isolat yang ditemukan

tampak bulat kecil. Isolat bentuk Circular dapat dilihat pada Gambar 13

sebagai berikut.

(a) (b)

Gambar 4. Morfologi bentuk spindle, circular, dan irregular. Ket. (a) pada cawan St.1

D, (b) pada cawan St.2 H

Irregular

Circular Spindle

Page 70: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

54

c. Elevasi

1. Raised

Isolat bakteri yang tergolong dalam elevasi Raised (timbul atau memiliki

tonjolan kecil) ditemukan pada 11 dari 12 isolat yang diamati. Gambar dari

isolat bakteri raised dapat dilihat pada Gambar 14.

2. Flat

Isolat bakteri yang tergolong dalam elevasi rata atau flat ditemukan pada 1

dari 12 isolat yang ada saat pengamatan dan terlihat tipis dari isolat lainnya.

Gambar dari isolat flat dapat dilihat pada Gambar 14 sebagai berikut.

(a)

(b) Gambar 5. Perbandingan isolat elevasi flat dan raised. Ket. (a) pada cawan St.2 H, (b)

pada cawan St.1 D

d. Margin

1. Lobate

Isolat bakteri yang tergolong dalam margin lobate, memiliki bentuk pinggiran

berlekuk. Isolat dengan margin lobate ditemukan pada 7 dari 12 isolat bakteri

yang ada. Gambar dari isolat margin lobate dapat dilihat pada Gambar 15.

Raised

Flat

Page 71: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

55

2. Undulate

Isolat bakteri yang tergolong dalam margin Undulate (bergelombang)

ditemukan pada 3 isolat dari 12 isolat yang diamati. Gambar dari isolat bakteri

undulate dapat dilihat pada Gambar 15.

3. Serate

Bentuk pinggiran atau margin Serate pada isolat bakteri terlihat seperti

pinggiran yang lebih tajam dan lancip. Isolat dengan margin serate ditemukan

pada 1 dari 12 isolat bakteri yang diamati.

4. Entire

Isolat bakteri yang tergolong dalam bentuk pinggiran atau margin entire

memiliki pinggiran yang berbentuk penuh atau terlihat lebih rapi sempurna

dibandingkan margin lainnya. Isolat bakteri dengan margin Entire ditemukan

pada 1 dari 12 isolat bakteri yang ada. Gambar isolat margin Entire dapat

dilihat pada Gambar 15 sebagai berikut.

(a) (b)

Gambar 6. Perbandingan margin isolat lobate, entire, serate, dan undulate. Ket. (a)

cawan sampel St. 1 H, (b) cawan sampel St.2 D

e. Warna

Lobate

Serate

Entire

Undulate

Page 72: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

56

Rata – rata warna dari setiap isolat bakteri yang ditemukan saat pengamatan

ialah berwarna putih susu. Baik dari berbagai ukuran, bentuk, elevasi, serta

margin yang ada, seluruh isolat yang ditemukan dalam pengamatan semua

berwarna putih susu.

4.3.2 Hasil uji aktivitas daya hambat dengan metode difusi kertas cakram

Uji aktivitas daya hambat dilakukan untuk melihat isolat bakteri yang

berlawanan dimana akan membentuk zona bening terhadap bakteri uji. Isolat bakteri

dari karang sehat ditantang dengan isolat bakteri dari karang terinfeksi White

Syndrome mengunakan metode difusi kertas cakram. Sebanyak 3 isolat bakteri dari

karang sehat pada satu stasiun ditantang dengan 3 isolat bakteri terkena White

Syndrome dari stasiun yang sama, dan diamati zona bening / resistensi yang muncul

mulai dari waktu inkubasi 1x24 jam – 4x24 jam. Menurut Cappuccino and Sherman

(1987), beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya zona hambat bakteri

diantaranya ialah difusi bahan antimikroba ke dalam media dan interaksinya dengan

mikroorganisme uji, jumlah mikroorganisme yang digunakan, kecepatan tumbuh

mikroorganisme yang diuji, dan sensitifitas miikroorganisme terhadap bahan

antimikroba yang diuji. Tingginya tingkat keanekaragaman komunitas bakteri yang

berasosiasi pada karang, akan memungkinkan banyaknya penghambatan bakteri dan

terjadi secara bersamaan secara kompleks dalam holobiont karang.

Uji aktivitas daya hambat dengan metode difusi kertas cakram dimana terdapat

kemunculan zona bening / resistensi, diamati dan diukur menggunakan jangka sorong.

Menurut Pelczar (1998), kemampuan bahan uji menghambat bakteri uji ditandai

dengan terbentuknya zona jernih disekitar cakram uji dan dievaluasi : >20 mm (strong

inhibition), 5-10 mm (moderate inhibition) and <5 mm (weak inhibition). Dalam metode

difusi kertas cakram ini, setiap 3 isolat bakteri karang sehat ditantang masing-masing

Page 73: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

57

dengan 3 isolat bakteri karang terinfeksi White Syndrome pada stasiun yang sama.

Hasil pengukuran uji daya hambat dapat dilihat pada Tabel 10 sebagai berikut.

Tabel 4. Tabel nilai rata-rata aktivitas daya hambat ( standar deviasi) dengan metode

difusi kertas cakram

Sample 1x24 Jam 2x24 jam 3x24 jam 4x24 jam

D 1.1

H 1.1 5 0.00 4.5 0.71 4.5 0.71 4 1.41

H 1.2 2.5 2.12 3.5 0.71 4 1.41 4.5 2.12

H 1.3 2 0.00 3 1.41 3 1.41 3 1.41

+ 7 0.00 7.5 0.71 8 0.00 8.5 0.71

- 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00

D 1.2

H 1.1 3 1.41 3.5 0.71 6 0.00 6 0.00

H 1.2 3 1.41 4.5 2.12 4.5 2.12 4.5 2.12

H 1.3 2.5 0.71 3 0.00 3 0.00 3 0.00

+ 5 1.41 5 1.41 5 1.41 5 1.41

- 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00

D 1.3

H 1.1 3 0.00 3.5 0.71 4.5 0.71 4.5 0.71

H 1.2 3 0.00 3.5 0.71 3.5 0.71 3.5 0.71

H 1.3 2.5 0.71 4 0.00 4 0.00 4 0.00

+ 5.5 0.71 5 0.00 4.5 0.71 4 0.00

- 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00

D 2.1

H 1.1 1.5 2.12 1.5 2.12 1.5 2.12 1.5 2.12

H 1.2 3 1.41 3 1.41 3 1.41 1.5 0.71

H 1.3 3 0.00 3 0.00 3 0.00 3 0.00

+ 3.5 0.71 3.5 0.71 3.5 0.71 3 0.00

- 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00

D 2.2

H 1.1 1.5 0.71 1.5 2.12 1.5 2.12 1.5 2.12

H 1.2 3 2.83 3 2.83 3.5 3.54 2 1.41

H 1.3 4 1.41 4 1.41 4 1.41 3.5 0.71

+ 4 0.00 4 0.00 3 0.00 3 0.00

- 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00

D 2.3

H 1.1 1.5 0.71 2 0.00 2 0.00 3 0.00

H 1.2 1 1.41 1 1.41 1 1.41 0 0.00

H 1.3 1 1.41 3.5 0.71 3.5 0.71 3.5 0.71

+ 2.5 0.71 2.5 0.71 2.5 0.71 3 1.41

- 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00

Berdasarkan data pada tabel diatas, terdapat 3 nilai daya hambat paling besar

dari isolat kode sampel Health dalam melawan isolat Disease. Pasangan isolat

Page 74: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

58

tersebut ialah D 1.1 dengan H 1.1, isolat D 1.2 dengan H 1.1, dan isolat D 1.3 dengan

H 1.2. Pada pasangan isolat H 1.2 dengan D 1.2 dan H 1.1 dengan D 1.3,

menunjukkan adanya daya hambat oleh isolat Health pada waktu inkubasi 1x24

sebesar 3 mm. Pada inkubasi 4x24 jam, terdapat kenaikan pada kedua pasangan

isolat tersebut menjadi 4 mm. Akantetapi, pasangan isolat H 1.1 dengan D 1.1 memiliki

nilai daya hambat optimal pada waktu inkubasi 1x24 jam sebesar 5 mm. Namun, pada

waktu inkubasi 4x24 jam, terdapat penurunan nilai daya hambat menjadi 4 mm.

Dari data aktivitas daya hambat tersebut, dapat disimpulkan bahwa isolat

bakteri H1.1 tergolong ke dalam daya hambat bakteriostatis dimana hanya berpotensi

menghambat namun tidak membunuh isolat D 1.1. Hal tersebut dilihat dari

menurunnya nilai diameter zona bening pada umur inkubasi 4 x 24 jam namun

memiliki nilai daya hambat paling optimal pada inkubasi 1x24 jam. Oleh karena itu, hal

tersebut menjadi alasan pemilihan isolat H 1.1 dan D 1.1 untuk diuji secara molekuler.

Aktivitas zona hambat antara isolat H 1.1 D 1.1 dapat dilihat pada Gambar 17.

(a) (b)

Gambar 7. Hasil uji daya hambat dengan zona bening terbesar. Ket. (a) pada cawan

pengulangan I (b) pada cawan pengulangan II

Berdasarkan referensi menurut Pelczar (1998) mengenai zona hambat bakteri,

diameter zona bening antara isolat H 1.1 dengan D 1.1 tergolong ke dalam jenis daya

c

Page 75: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

59

hambat lemah (>5mm). Menurut Geffen, Ron, and Rosenberg (2009), beberapa

bakteri mampu menghambat berbagai bakteri asosiasi disekitarnya. Hal ini berpotensi

mempengaruhi struktur komunitas mikroba secara keseluruhan secara in situ melalui

penghambatan langsung beberapa spesies bakteri yang berkompetisi. Selain itu,

analisis gen fungsional menunjukkan bahwa stres meningkatkan kelimpahan gen

mikroba yang terlibat dalam virulensi, resistensi stres dan metabolisme sekunder.

Stres atau gangguan yang dialami oleh karang (scleractinian) menyebabkan karang

tersebut akan melepaskan dengan cepat bahan antibakteri (coral antibacterial activity

atau CAA) yang mampu menewaskan berbagai jenis bakteri, termasuk patogen

karang Vibrio coralliilyticus. Karang dapat mengeluarkan CAA secara aktif ketika

mengalami kondisi stress, dimana Mucus pada karang menjadi salah satu bagian yang

berasoisiasi dengan adanya CAA.

4.3.3 Karakterisasi hasil pewarnaan strain gram bakteri

Hasil pewarnaan gram bakteri diamati melalui mikroskop untuk mengetahui

warna yang mengikat setiap isolat bakteri setelah dilakukan fiksasi dan pengecatan

dengan reagent. Berdasarkan hasil uji daya hambat yang dibahas pada subbab

sebelumnya, diketahui bahwa isolat H 1.1 berpotensi dalam menghambat isolat D 1.1.

Hasil pewarnaan gram bakteri kedua isolat tersebut dapat dilihat pada Tabel 11

sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil karakterisasi pewarnaan gram bakteri positif dan negatif

Kode sampel Warna Gram

H 1.1 Ungu Positif

D 1.1 Ungu Positif

Dari hasil pewaranan gram yang dilakukan pada setiap isolat, diketahui bahwa

isolat H 1.1 dan D 1.1 berada pada jenis bakteri gram positif. Pada hasil pewarnaan

gram, kedua isolat tersebut diamati pada mikroskop dan terlihat mengikat warna ungu.

Page 76: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

60

Hal tersebut menunjukkan bahwa antara isolat H 1.1 dan D 1.1 kecil kemungkinan

tergolong ke pada jenis bakteri pathogen. Bakteri yang berasimbion pada karang

sangat beragam dan juga memiliki karakter yang beragam. Kondisi lingkungan

perairan dari habitat karang turut akan mempengaruhi karakternya, salah satunya jenis

gram bakteri. Isolat bakteri D 1.1 yang berasal dari sampel karang terinfeksi White

Syndrome tergolong pada bakteri gram positif, hal tersebut kembali lagi kepada

karakter bakteri yang berasosiasi dimana sangat beragam.

Bakteri Gram positif adalah bakteri yang dinding selnya menyerap warna violet

dan memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal, sedangkan bakteri Gram negatif adalah

bakteri yang dinding selnya menyerap warna merah, dan memiliki lapisan

peptidoglikan yang tipis. Lapisan peptidoglikan pada bakteri Gram negatif terletak

diantara membran plasma dengan membran luar. Menurut Sridiati (2016), bakteri

Gram negatif yang bersifat lebih berbahaya daripada bakteri Gram positif berpotensi

sebagai bakteri pathogen. Hal tersebut karena membran luar pada dinding sel bakteri

gram negatif dapat melindungi bakteri sebagai sistem pertahanan inang, dan

menghalangi masuknya obat-obatan antibiotik. Senyawa lipopolisakarida pada

membran luar bakteri Gram negatif juga dapat bersifat toksik (racun) bagi inang.

4.4 Studi Molekular

Dalam hasil dari penelitian ini, dilibatkan studi molekular melalui berbagai

proses dan metode untuk mengetahui jenis isolat bakteri yang memiliki potensi daya

hambat. Hasil proses molekular ini digunakan untuk mengetahui kemiripan informasi

genetik isolat yang diujikan dengan salah satu spesies bakteri, sehingga diketahui

jenis spesies dari isolat bakteri yang memiliki potensi daya hambat. Selain itu,

informasi homology bakteri yang didapat digunakan untuk mengetahui kekerabatan

diantaranya yang digambarkan dalam pohon filogenik.

Page 77: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

61

4.4.1 Hasil sequencing dan BLAST

Hasil ekstraksi dari isolat karang sehat dan karang terinfeksi White Syndrome

dengan zona hambat terbaik ditindaklanjut untuk analisis molekular. Pasangan isolat D

1.1 dan H 1.1 dipilih untuk diuji molekular karena memiliki daya hambat besar pada

waktu inkubasi 1x24 jam. Hal tersebut menjadi alasan untuk mengetahui identitas

secara molekuler dari isolat D 1.1 dan H 1.1 hasil isolasi. Melalui hasil ekstraksi DNA,

PCR, hingga sequencing, didapatkan data berupa elektroforegram berisi untaian basa

nukleotida untuk mengetahui susunan basa isolat yang diteliti dan selanjutnya

dilakukan identifikasi dengan membandingkan sequence yang diperoleh dengan data

sequence di Gene Bank (BLAST). Adapun penjelasan informasi genetik yang

didapatkan dari hasil proses BLAST ialah sebagai berikut.

a. Isolat bakteri D 1.1

Berdasarkan hasil sequencing, diperoleh panjang untaian DNA yang ada

dalam elektroforegram dari isolat D 1.1 sebesar 653 bp. Elektroforegram isolat D 1.1

memiliki noise yang tidak terlalu banyak, namun terdapat beberapa basa nukleotida

yang tidak terbaca (N). Hal ini dapat diatasi dengan melakukan pengecekan

elektroforegram pada posisi yang tidak terbaca dengan perbesaran peak yang lebih

tinggi untuk memastikan basa nukleotida yang tepat. Sebelum dilakukan BLAST,

dilakukan pemotongan pada awal dan akhir sequence 30 bp untuk menghilangkan

noise yang ada. Sebagian elektroforegram hasil sequencing isolat D 1.1 dan urutan

basa nukleotidanya dapat dilihat dalam potongan elektroforegram pada Gambar 17

sebagai berikut.

Page 78: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

62

Gambar 8. Elektroforegram baik hasil sequence isolat D.1.1

Hasil potongan elektroforegram yang sudah baik dan rapih dari noise dipilih

dan dilakukan Alignment by Muscle pada toolbar Alignment untuk mengkoreksi ulang

basa nukleotida yang ada. Hasil BLAST menunjukkan bahwa untai nukleotida dari

isolat D 1.1 sepanjang 653 bp (base pairs) memiliki kekerabatan terdekat sebesar 81%

dengan spesies Vibrio azureus yang tertera pada Lampiran 5. Berdasarkan referensi

dari hasil BLAST menurut Aznar et al. (1994), spesies bakteri Vibrio azureus banyak

ditemukan di perairan baik tawar maupun di laut. Sebagai bakteri pathogen, spesies

bakteri Vibrio sp. memiliki kecenderungan mudah untuk bersimbiosis dengan

lingkungan disekitarnya, salah satunya pada sponge dan karang. Selain itu, bakteri

Vibrio sp. dapat diisolasi pada kondisi lingkungan yang bersuhu dan bersalinitas sama

seperti lingkungan habitat tiram, kerang dan ikan. Bakteri spesies tersebut biasa

banyak berakumulasi pada sedimen dan plankton. Isolat yang muncul pada 5 urutan

pertama dari hasil BLAST isolat D 1.1 yang lainnya ialah spesies Vibrio

parahaemolyticus strain NSTH08 16S, Vibrio sp. SD21 16S, Vibrio parahaemolyticus

strain N8B 16S, dan Vibrio parahaemolyticus strain TVS8 16S.

b. Isolat bakteri H 1.1

Untuk hasil sequencing isolat H 1.1, diperoleh panjang untaian DNA yang ada

dalam elektroforegram dari isolat D 1.1 sebesar 359 bp. Elektroforegram isolat D 1.1

Page 79: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

63

juga memiliki noise dan terdapat beberapa basa nukleotida yang tidak terbaca (N). Hal

tersebut juga diatasi dengan pengecekan ulang basa nukleotida yg tidak terbaca pada

urutan elektroforegram. Pemotongan sequence juga dilakukan pada bagian awal dan

akhir sebesar 30 bp untuk menghilangkan noise yang ada. Panjang basa nukleotida

hasil pengolahan sequence isolat H 1.1 pada penelitian ini lebih pendek dari basa

nukeotida isolat D 1.1. Sebagian elektroforegram hasil sequencing isolat H 1.1 dan

urutan basa nukleotidanya dapat dilihat dalam potongan elektroforegram pada

Gambar 18 sebagai berikut.

Gambar 9. Elektroforegram baik hasil sequence isolat H.1.1

Berdasarkan hasil BLAST dari hasil sequence isolat bakteri H 1.1 (Lampiran 6),

diketahui bahwa panjang nukleotida isolat tersebut sepanjang 359 bp (base pairs)

memiliki kekerabatan terdekat 98% dengan bakteri spesies Streptomyces sp.

Berdasarkan referensi dari hasil BLAST, diketahui bahwa spesies bakteri

Streptomyces sp. merupakan isolat bakteri non-pathogen yang biasa banyak

ditemukan dan hidup pada tanah dan perairan. Bakteri tersebut biasa berada di danau

maupun perairan laut dan juga memiliki kemamapuan mereduksi Hidrogen (H2).

Menurut Constant, Poissant, and Villemur (2008), spesies bakteri Streptomyces sp.

diketahui memiliki potensi sebagai antimicrobial terutama di perairan dan lingkungan

tanah. Selain itu, Higginbotham and Murphy (2010) menyatakan bahwa bakteri

Page 80: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

64

Streptomyces sp. memiliki kandungan bioaktif yang dapat dimanfaatkan sebagai

antibiotik, akan tetapi lebih dari 100.000 jenis antibiotiknya tersebut belum

diidentifikasi. Pada proses BLAST isolat H 1.1, terdapat 9 hasil BLAST yang muncul

dan hanya dipilih 5 hasil yang memiliki nilai E-Value lebih kecil dari 10-5. Menurut

Iranawati et al., (2012) pencarian dari hasil BLAST yang menunjukkan kesamaan

signifikan memiliki nilai E-Value <10-5 dengan protein pada database dari Gene Bank.

Secara signifikan, proses analisa kekerabatan dicocokan dengan data sequence

sampel. Spesies bakteri yang muncul pada 5 urutan pertama dari hasil BLAST isolat H

1.1 yang lainnya ialah Uncultured bacterium clone oc5 16S, Uncultured bacterium

clone 282 16S, Uncultured Methylobacterium sp. partial 16S, dan Bacillus thuringiensis

strain SM5 16S.

Primer yang digunakan untuk mengidentifikasi kedua isolat yang diteliti

merupakan primer spesifik 16 rDNA dengan target sequence sebesar 1000 bp.

Sequence16S rDNA mempunyai daerah sekuen yang terkonservasi, sehingga mutasi

akan terbatas dan dapat mengklasifikasikan bakteri pada tingkat famili, genus maupun

spesies. Hasil sekuen 16S rDNA dapat digunakan untuk menduga hubungan

kekerabatan secara alami antara spesies yang mempunyai hubungan kekerabatan

jauh serta dapat digunakan untuk membedakan spesies yang mempunyai kekerabatan

dekat dari berbagai daerah (Sabdono and Radjasa, 2006).

Pada penelitian ini, hasil elektroforegram dari kedua isolat memiliki panjang

kurang dari 1000 bp. Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh kurangnya kuantitas DNA

sampel yang diektraksi, sehingga kurangnya basa nukleotida template yang

diamplifikasi. Selain itu, terjadinya troubleshooting pada proses PCR pun

mempengaruhi hasil sequencing dan menjadi salah satu alasan panjang

elektroforegram yang didapat tidak mencapai sebesar 1000 bp. Selain itu, Negritto

Page 81: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

65

(2010) mengatakan salah satu hal yang dapat menyebabkan kerusakan DNA ialah

patahnya DNA yang dapat terjadi saat proses isolasi DNA atau pada proses

amplifikasi. Proses isolasi DNA menggunakan bahan-bahan untuk menghancurkan

sel, protein, dan debris sel yang dapat menyebabkan patahnya untaian DNA.

Patahnya untaian DNA juga dapat terjadi karena proses amplifikasi dengan PCR

dalam tahapan denaturasi dan renaturasi yang berkaitan dengan permainan suhu.

Menurut Rinanda (2011), identifikasi dengan analisis sekuensing gen 16S

rRNA dinilai memberikan hasil yang sangat akurat dan dapat dijadikan sebagai

metode diagnosis dalam aplikasi klinis. Analisis sekuensing dinilai dapat menjawab

berbagai permasalahan yang berkaitan dengan identifikasi berbasis mikrobiologi

konvensional. Metode ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu tidak dapat digunakan

pada mikroorganisme sensitif yang sulit untuk dikultur serta menunjukkan hasil uji

biokimia yang tidak dapat digolongkan pada genus atau spesies tertentu (secara

fenotipik membingungkan atau belum pernah ditemukan sebelumnya).

Hasil BLAST kekerabatan dari kedua isolat tersebut dapat dilihat pada Tabel

12 sebagai berikut.

Tabel 6. Data hasil BLAST isolat bakteri target

Kode Isolat

Description Max Score

Total Score

Query Cover

E value

Indent Accession Number (Gen

Bank)

D1.1 Vibrio azureus 357 357 81% 2e-94 81% gi|1032655614|KU845391.1

H.1.1 Streptomyces sp.

73.1 73.1 10% 5e-09 98% gi|1032528973|KX279646.1

Berdasarkan referensi dari (ICRI 2010), diketahui bahwa bakteri penyebab

penyakit White Syndrome ialah Vibrio carchariae. Hasil BLAST menunjukkan bahwa

isolat D 1.1 dekat dengan spesies Vibrio azureus. sedangkan isolat bakteri H1.1 dekat

dengan spesies Streptomyces sp. Menurut Sagita (2016), informasi dari hasil BLAST

Page 82: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

66

tersebut berupa Score, Query Coverage, E-value dan Maximum identity. Score adalah

jumlah keselarasan semua segmen dari urutan database yang cocok dengan urutan

nukleotida. Nilai skor menunjukkan keakuratan nilai penjajaran sequence berupa

nukleotida yang tidak diketahui dengan sekuens nukleotida yang terdapat di dalam

Gene Bank. Semakin tinggi nilai skor yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat

homologi kedua sequence. Query coverage adalah persentasi dari panjang nukleotida

yang selaras dengan database yang terdapat pada BLAST. Max identity adalah nilai

tertinggi dari persentasi identitas atau kecocokan antara sekuen query dengan sekuen

database yang tersejajarkan. Nilai E-value merupakan nilai dugaan yang memberikan

ukuran statistik yang signifikan terhadap kedua sekuen. Nilai E-value yang semakin

tinggi menunjukkan tingkat homologi antar sequence semakin rendah, sedangkan

nilai E-value yang semakin rendah menunjukkan tingkat homologi antar sequence

semakin tinggi. Nilai E-value bernilai 0 (nol) menunjukkan bahwa kedua sekuens

tersebut identik.

4.4.2 Pohon Filogenetik kekerabatan isolat bakteri

Berdasarkan hasil BLAST, diambil beberapa urutan hasil BLAST teratas seperti

yang terdapat pada Lampiran 5. Setelah itu, selanjutnya dilakukan analisis filogeni

dengan menggunakan data sequence masing –masing isolat H 1.1 dan D 1.1 dengan

data di beberapa file informasi genetik isolat bakteri yang berkerabat dari Lampiran 5

menggunakan software MEGA 6. Hasil filogenik disajikan berbentuk pohon filogenetik

pada Gambar 19 dan Gambar 20.

Page 83: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

67

a. Pohon Filogenetik isolat D 1.1

Gambar 10. Pohon filogenik kekerabatan isolat D 1.1

Page 84: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

68

Teknik dalam mengidentifikasi bakteri berbasis sequence, umumnya

menggunakan informasi berupa gen pengkode spesifik. Filogeni sangat bermanfaat

dalam mengetahui diversitas biologis, menyusun klasifikasi, dan menjelaskan

fenomena yang terjadi selama proses evolusi Informasi kekerabatan (Emerson et al.,

2008). Dari hasil pohon filogenik pada Gambar 19, diketahui bahwa isolat D 1.1

memiliki kekerabatan dengan beberapa spesies bakteri hasil BLAST yang data

informasinya dimasukkan ke dalam pohon filogenik. Isolat bakteri D 1.1 memiliki

kekerabatan dengan panjang cabang 0.020 daripada pusat pohon filogenik isolat D

1.1, dimana berarti terdapat 20 kali terbentuknya cabang yang sama dari 1000 kali

pengulangan dalam pembentukan pohon filogenetik. Secara umum, cabang yang

dapat dikatakan akurat apabila peluang terbentuknya percabangan diatas 80%.

Menurut Iranawati et al., (2012), dalam pencarian BLAST yang menunjukkan

kesamaan yang signifikan dalam database Gene Bank sebesar 87 %, mayoritas cocok

dengan urutan sampel yang diujikan.

Akan tetapi, melihat hasil BLAST yang menunjukan bahwa 10 urutan teratas

merupakan spesies dari genus Vibrio sp., maka kemungkinan besar isolat D 1.1

merupakan anggota dari genus Vibrio sp. Pembuatan pohon filogenetik dalam

penelitian ini dilakukan dengan metode Maximum Likelihood Tree. Menurut Yang and

Rannala (2012), Maximum Likelihood merupakan metode statistik berbasis karakter

yang membandingkan seluruh sequence dalam penyejajaran untuk memperhitungkan

nilai kemungkinan pada setiap pohon filogenetik.

Page 85: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

69

b. Pohon Filogenetik isolat H 1.1

Gambar 11. Pohon filogenik kekerabatan isolat D 1.1

Page 86: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

70

Dengan cara yang sama seperti yang dilakukan untuk isolat D 1.1, dilakukan

analisa filogenik untuk isolat H 1.1. Dari hasil pohon filogenetik pada Gambar 20,

diketahui bahwa isolat H 1.1 memiliki kekerabatan dengan beberapa spesies bakteri

hasil BLAST yang data informasinya dimasukkan ke dalam pohon filogenik

(Lampiran 6). Isolat bakteri H 1.1 memiliki kekerabatan sebesar 0.331 dengan data

hasil BLAST pada Lampiran 6. Nilai ini menunjukkan bahwa terdapat 331 kali

terbentuknya cabang yang sama dari 1000 kali pengulangan (bootstrap) dalam

pembentukan pohon filogenetik. Percabangan yang dapat dipercaya apabila nilai

query cover >80%. Menurut Asthari (2014), sampel yang memiliki nilai identity 99%,

nilai query cover 100%, dan nilai E value (expect value) 0.0, menunjukkan bahwa

hasil identifikasi DNA dari sampel tersebut memiliki tingkat kesamaan yang tinggi

dengan data DNA yang terdapat pada GenBank.

Hasil BLAST pada urutan kedua menunjukkan bahwa isolat H 1.1 diduga

merupakan spesies Streptomyces sp. Akan tetapi, berdasarkan nilai query covernya

yang sangat kecil (10%), maka identifikasi ini harus ditinjau ulang dengan hati-hati.

Untuk itu, perlu dilakukan analisa identifikasi lebih lanjut seperti identifikasi secara

biokimia dan molekuler dengan menggunakan primer yang lain.

Page 87: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang

dapat ditarik adalah :

1 Prevalensi White Syndrome di perairan Kondang Merak – Kabupaten Malang

Selatan (stasiun I sebesar 37% dan stasiun sebesar II 18%) dengan data

pendukung dari parameter perairan dari suhu sebesar 29,9oC, salinitas 35

ppt, pH 6,78, serta DO 5,9 mg/L.

2 Isolat H 1.1 (Isolat 1 dari sampel karang sehat di stasiun I) memiliki potensi

daya hambat terbesar terhadap bakteri dari sampel terinfeksi White

Syndrome pada isolat D 1.1 (solat 1 dari sampel karang sakit di stasiun 1).

Daya hambat antar isolat tersebut memiliki nilai rata-rata zona bening /

resistensi paling besar yaitu sebesar 4.5 ±0.41mm.

3 Terdapat 2 isolat dari sampel H 1.2 dan H 1.3 tergolong bakteri gram negatif

dan 10 isolat bakteri dari sampel H 1.1, D 1.1, D 1.2, D 1.3, H 2.1, H 2.2, H

2.3, D 2.1, D 2.2, serta D 2.3 tergolong ke dalam jenis bakteri gram positif.

Hasil analisis BLAST menunjukkan bahwa isolat bakteri D1.1 653 (bp) 81%

adalah anggota Vibrio azureus (accession number

gi|1032655614|KU845391.1), sedangkan isolat bakteri H1.1 359 (bp) 98%

adalah anggota Streptomyces sp. (accession number GiJ1032528973JKX

279646.1).

Page 88: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

5.2 Kendala dan Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya mengenai uji daya hambat antar bakteri dengan

bakteri, perlu adanya penghitungan fase bakteri yang sama dengan

pembuatan kurva antara nilai absorbansi dengan hasil TPC isolat bakteri.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji histopatologi pada

penyakit karang yang menjadi target dalam penelitian sebagai pembuktian

dari bakteri yang menyebabkan penyakit White Syndrome atau bukan, dan

melakukan identifikasi secara molekular dengan menggunakan primer lain

sebagai bahan pertimbangan pada kualitas hasil sequencing.

Page 89: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

73

DAFTAR PUSTAKA

Altschul, S F, T L Madden, A A Schäffer, J Zhang, Z Zhang, W Miller, and D J

Lipman. 1997. “Gapped BLAST and PSI-BLAST: A New Generation of

Protein Database Search Programs.” Nucleic Acids Research 25

(17):3389–3402.

Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Rineka

Cipta.

Asthari Kris Hardani, Cynthia. 2014. “„Analisis Data Dna.‟” Buku Panduan

Praktikum Mata Kuliah Bioteknologi Kelautan, 2014. FPIK UB: Malang

Aznar, R., W. Ludwig, R. I. Amann, and K. H. Schleifer. 1994. “Sequence

Determination of rRNA Genes of Pathogenic Vibrio Species and Whole-

Cell Identification of Vibrio Vulnificus with rRNA-Targeted Oligonucleotide

Probes.” International Journal of Systematic and Evolutionary

Microbiology 44 (2):330–337.

Ben-Haim, Y. 2003. “Vibrio Coralliilyticus Sp. Nov., a Temperature-Dependent

Pathogen of the Coral Pocillopora Damicornis.” International Journal Of

Systematic And Evolutionary Microbiology 53 (1):309–15.

Brock, Thomas D, and Madigan. 2004. “Biology of Microorganisms, 6th Edition.”

2004. https://www.abebooks.com. Diakses pada 23 Juli 2017. Pukul

18.00 WIB

Brown, Barbara E. 1997. “Disturbances to Reefs in Recent Times.” Life and

Death of Coral Reefs, 354–379.

Bruckner, Andrew. 2009. “The Global Perspective of Incidence and Prevalence of

Coral Diseases.” Coral Health and Disease in the Pacific: Vision for

Action, 90.

Cappuccino, James G., and Natalie Sherman. 1987. Microbiology: A Laboratory

Manual. Benjamin/Cummings: New York

Cervino, J.M., F.L. Thompson, B. Gomez-Gil, E.A. Lorence, T.J. Goreau, R.L.

Hayes, K.B. Winiarski-Cervino, G.W. Smith, K. Hughen, and E. Bartels.

2008. “The Vibrio Core Group Induces Yellow Band Disease in Caribbean

and Indo-Pacific Reef-Building Corals.” Journal of Applied Microbiology

105 (5):1658–71.

Page 90: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

74

Cleopatria, Kapti. 2015. “Studi Tentang Penyakit Karang Scleractinia Di Perairan

Kondang Merak Kabupaten Malang.” Sarjana, Universitas Brawijaya.

Constant, Philippe, Laurier Poissant, and Richard Villemur. 2008. “Isolation of

Streptomyces Sp. PCB7, the First Microorganism Demonstrating High-

Affinity Uptake of Tropospheric H2.” The ISME Journal 2 (10):1066.

Dwidjoseputro, D. 1981. Dasar-dasar mikrobiologi. Penerbit Djambatan: Jakarta

Emerson, David, Liane Agulto, Henry Liu, and Liping Liu. 2008. “Identifying and

Characterizing Bacteria in an Era of Genomics and Proteomics.”

BioScience 58 (10):925–936.

Geffen, Yuval, Eliora Z. Ron, and Eugene Rosenberg. 2009. “Regulation of

Release of Antibacterials from Stressed Scleractinian Corals.” FEMS

Microbiology Letters 295 (1):103–9.

Gignoux-Wolfsohn, S. A. 2012. “White Syndrome Transmission in the Threatened

Coral, Acropora Cervicornis.” Scientific Reports 2 (November).

Gilman, Eric L., Joanna Ellison, Norman C. Duke, and Colin Field. 2008. “Threats

to Mangroves from Climate Change and Adaptation Options: A Review.”

Aquatic Botany 89 (2):237–50.

Google images. 2017. www.googleimages.com. Diakses pada 2 Juni 2017.

Pukul 18.00 WIB

Hazrul, Hazrul. 2016. “Identifikasi Penyakit Karang (Scleractinia) Di Perairan

Pulau Saponda Laut, Sulawesi Tenggara.” Jurnal Sapa Laut (Jurnal Ilmu

Kelautan) 1 (2). http://ojs.uho.ac.id. Diakses pada 12 Juni 2017. Pukul

19.20 WIB

Higginbotham, Sarah J., and Cormac D. Murphy. 2010. “Identification and

Characterisation of a Streptomyces Sp. Isolate Exhibiting Activity against

Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus.” Microbiological Research

165 (1):82–86.

ICRI. 2010. “ICRI News | International Coral Reef Initiative.”

http://www.icriforum.org. Diakses pada 22 Juli 2017. Pukul 13.00 WIB

Iranawati, Feni, Hyungtaek Jung, Vincent Chand, David A. Hurwood, and Peter

B. Mather. 2012. “Analysis of Genome Survey Sequences and SSR

Marker Development for Siamese Mud Carp, Henicorhynchus Siamensis,

Using 454 Pyrosequencing.” International Journal of Molecular Sciences

13 (12):10807–27.

Page 91: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

75

Irwan, Asep, Jaya Kelvin, and Ghalib Kamal. 2012. “Analisis Kualitas Air Dengan

Pendekatan Statistik Pada Ekosistem Terumbu Karang Di Pulau Biawak

Indramayu.” UNPAD. Jawa Barat. http://www.digilib.itb.ac.id. Diakses

pada 17 Mei 2017. Pukul 14.00 WIB

Klien. 1999. “Perbedaan Bakteri Gram Positif Dan Bakteri Gram Negatif.” E-

Jurnal. http://www.e-jurnal.com. Diakses pada 7 Mei 2017. Pukul 22.00

WIB

Lentz, Jennifer A. 2011. “Evaluating Patterns of a White-Band Disease (WBD)

Outbreak in Acropora Palmata Using Spatial Analysis: A Comparison of

Transect and Colony Clustering.” PLoS ONE 6 (7):e21830.

Luthfi, Oktiyas Muzaky. 2016. “Bentuk Pertumbuhan Karang Di Wilayah Rataan

Terumbu (Reef Flat) Perairan Kondang Merak, Malang, Sebagai Strategi

Adaptasi Terhadap Lingkungan.” ResearchGate.

https://www.researchgate.net. Diakses pada 24 Mei 2017. Pukul 14.00

WIB

Machmud, Muhammad. 2001. “Teknik Penyimpanan Dan Pemeliharaan

Mikroba.” Buletin AgroBio 4 (1):24–32.

Madigan, Michael T., Kelly S. Bender, Daniel H. Buckley, W. Matthew Sattley,

and David A. Stahl. 2017. Brock Biology of Microorganisms. Pearson

Education: New York

Moelyaningrum, Anita Dewi. 2016. “Kajian Potensi Pengembangan Mangrove Di

Pesisir Puger Kabupaten Jember, Jawa Timur, Indonesia.”

http://repository unej.ac.id. Diakses pada 16 Juli 2017. Pukul 12.00 WIB

Negritto, Cristina. 2010. “Double-Strand DNA Breaks | Learn Science at

Scitable.” Scitable by Nature Education. 2010. https://www.nature.com.

Diakses pada 12 Juni 2017. Pukul 12.00 WIB

Nugraha, Dias Alfian. n.d. “Analisis Sebaran Karang Di Perairan Kondang Merak,

Malang Selatan.” Accessed February 12, 2017.

https://www.researchgate.net. Diakses pada 13 Juli 2017. Pukul 19.00

WIB

Nugroho, Rizky Pandji. 2015. “Bioprospeksi Dan Identifikasi Molekuler Bakteri

Yang Berasosiasi Dengan Alga Hijau Sebagai Penghasil Senyawa

Antibakteri.” Prosiding KPSDA 1 (1). http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id.

Diakses pada 20 Juli 2017. Pukul 17.00 WIB

Page 92: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

76

Oikonomou, Nikos, Marios-Angelos Mouratis, Argyris Tzouvelekis, Eleanna

Kaffe, Christos Valavanis, George Vilaras, Andreas Karameris, Glenn D.

Prestwich, Demosthenes Bouros, and Vassilis Aidinis. 2012. “Pulmonary

Autotaxin Expression Contributes to the Pathogenesis of Pulmonary

Fibrosis.” American Journal of Respiratory Cell and Molecular Biology 47

(5):566–74.

Pantos, Olga. 2003. “The Bacterial Ecology of a Plague-like Disease Affecting the

Caribbean Coral Montastrea Annularis.” Environmental Microbiology 5

(5):370–82.

Pelczar, Michael. E, Chan. 1998. Dasar- dasar Microbiology. Penerbit Universitas

Indonesia: Jakarta

Pichon, Michel. n.d. “Recent Changes in Scleractinian Coral Nomenclature and

classification.(A Practical Guide for Coral and Reef Ecologists).”

http://www.mideastcrs.org. Diakses pada 13 Juli 2017. Pukul 19.00 WIB

Priono, Bambang, and Darti Satyani. 2010. “Sekilas Tentang Beberapa Jenis

Ikan Hias Air Tawar Yang Dilarang Masuk Ke Indonesia.” Media

Akuakultur 5 (2):102–108.

Putra P., Yesaya. 2014. Aktivitas Bakteri Karang sebagai Agen Antipatogen

Ulcerative White Spots di Perairan Pulau Panjang, Jepara. Fakultas

Biologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

http://repository.uksw.edu. Diakses pada 13 Juni 2017. Pukul 12.30. WIB

Raymundo, Laurie. 2008. “A Coral Disease Handbook: Guidelines for

Assessment, Monitoring and Management | Biological.” 2008.

https://www.sprep.org. Diakses pada 13 Juni 2017. Pukul 12.30. WIB

Richardson, L. n.d. “Proceedings of the 1997 Science Meeting.” http://www.amlc-

carib.org. Diakses pada 13 Juni 2017. Pukul 12.30. WIB

Rinanda, Tristia. 2011. “Analisis Sekuensing 16s Rrna Di Bidang Mikrobiologi.”

Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 11 (3):172–177.

Ritchie, R. 1998. “Proceedings of the 1997 Science Meeting.” 1998.

http://www.amlc-carib.org. Diakses pada 13 Juni 2017. Pukul 12.30. WIB

Roff, George, E. Charlotte E. Kvennefors, Maoz Fine, Juan Ortiz, Joanne E.

Davy, and Ove Hoegh-Guldberg. 2011. “The Ecology of „Acroporid White

Syndrome‟, a Coral Disease from the Southern Great Barrier Reef.”

Edited by Richard K. F. Unsworth. PLoS ONE 6 (12):e26829.

Page 93: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

77

Rosenberg, Eugene. 2007. “The Role of Microorganisms in Coral Health,

Disease and Evolution.” Nature Reviews Microbiology 5 (5):355–62.

Sabdono, Agus, and Ocky Karna Radjasa. 2006. “Karakterisasi Molekuler Bakteri

Yang Berasosiasi Dengan Penyakit Bbd (Black Band Disease) Pada

Karang Acropora Sp Di Perairan Karimunjawa.” Ilmu Kelautan:

Indonesian Journal of Marine Sciences 11 (3):158–162.

Sagita, Dian. 2016. “Analisis Hasil BLAST.” 2016.

http://diansagitafitri.blogspot.com. Diakses pada 13 Juli 2017. Pukul 10.00

WIB

Santavy, Deborah L. 2005. “The Condition of Coral Reefs in South Florida (2000)

Using Coral Disease and Bleaching as Indicators.” Environmental

Monitoring and Assessment 100 (1):129–152.

Septyadi, Agoes. 2013. “Analisis Perbedaan Morfologi Dan Kelimpahan Karang

Pada Daerah Rataan Terumbu (Reef Flate) Dengan Daerah Tubir (Reef

Slope) Di Pulau Panjang, Jepara.” http://www.academia.edu. Diakses

pada 13 Juni 2017. Pukul 12.30. WIB

Soenardjo, Nirwani. 2013. “Karakterisasi Bakteri Yang Berasosiasi Dengan

Penyakit Pink-Blotchdi P. Sambangan, Karimunjawa.” Buletin

Oseanografi Marina 2 (1):58–65.

Souhoka, Jemmy, and Simon I. Patty. 2013. “Hydrology Monitoring In

Conjunction With The Condition Of Coral Reefs In The Waters of Talise

Island, North Sulawesi.” Jurnal Ilmiah Platax 1 (3):138–147.

Sridiati, Fitria. 2016. “Pengertian Bakteri Gram Positif Dan Negatif.” Pengertian

Bakteri Gram Positif Dan Negatif. 2016. http://www.sridianti.com. Diakses

pada 13 Juni 2017. Pukul 12.30. WIB

Suharsono. 2008. Jenis-Jenis Karang Di Indonesia. Jakarta: LIPI, Coremap

Program.

Supriharyono. 2007. Pengelolaan ekosistem terumbu karang. Djambatan:

Jakarta

Usman, Wulan Sari. 2015. “Bakteri Asosiasi Karang Yang Terinfeksi Penyakit

Brown Band (Brb) Di Perairan Pulau Barranglompo Kota Makassar.”

http://repository.unhas.ac.id. Diakses pada 13 Juni 2017. Pukul 12.30.

WIB

Waluyo. 2004. Mikrobiologi Kesehatan: Peran Mikrobiologi Dalam Bidang

Kesehatan. Penerbit Andi: Jakarta

Page 94: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA …repository.ub.ac.id/7179/1/Miranti Herdiutami.pdf · ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOSIMBION PADA KARANG PORITES ... SumberdayaPerikanan

78

Wangpraseurt, Daniel. 2012. “In Situ Oxygen Dynamics in Coral-Algal

Interactions.” PLoS ONE 7 (2):e31192.

Widyawati, Trias. 2015. “Analisis Hubungan Faktor Lingkungan Dengan

Komposisi Plankton Di Perairan Kondang Merak, Malang.” Sarjana,

Universitas Brawijaya. http://repository.ub.ac.id. Diakses pada 13 Juni

2017. Pukul 12.30. WIB

Wijaya, Surya, and Hendra Nopriansyah. 2012. “Uji Invitro Efek Antibakteri

Ekstrak Daging Muda Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa)

Terhadap Klebsiella Pneumoniae.” JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Kedokteran Indonesia 1 (1):1–9.

Yang, Ziheng, and Bruce Rannala. 2012. “Molecular Phylogenetics: Principles

and Practice.” Nature Reviews Genetics 13 (5):303–14.