islam yatahadda
DESCRIPTION
Islam BerkemajuanTRANSCRIPT
ISLAM YATAHADDA
AL QURAN; FIRMAN ALLAH
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester pada mata kuliah Pendidikan Islam Kontemporer
Dosen PengampuProf. Dr. H. Sanusi Uwes, M. Pd
Disusun Oleh:Deni Nursamsi
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG2013
AL QURAN; FIRMAN ALLAH
A. Kilas Biografi
Wahiduddin Khan lahir di Azamgarh, Uttarprades, India, pada 1 januari
1925, tercatat sebagai aktifis Islam yang masih hidup sampai sekarang.
Wahiduddin Khan adalah seorang pemikir Islam, abad modren. Ia selalu
mengkaitkan penafsiran al Qur'an dengan Sains modren. Ia berpendapat alam ini
sangat teratur, dan dipenuhi ketentuan-ketentuan yang akurat, yang ia tafsirkan
sebagai sunnatullah. Pemikirannya hampir mirip dengan pemikiran Abul A'la Al
Maududi, seorang pemikir dan pejuang Islam di India, Sekarang jadi Pakistan.
Pemikiran Wahiduddin Khan banyak mengkritik pemikiran Islam yang taklid buta
dan tidak sesuai lagi dengan zaman modren sekarang.
Pengalaman da’wah yang panjang membuatnya yakin bahwa aktifitas
pemikiran adalah satu-satunya jalan untuk dapaat membina perasaan (tarbiyatul
Syu’ur) dan membangkitkan kesadaran kaum muslimin baik dalam skala individu
maupun kolektif. Karena untuk sampai pada tingkat aktualisasi (amali) mustahil
dapat dilakukan tanpa adanya perubahan pemikiran. Dan perubahan dalam skala
kolektif (jama’i) hanya dapat didahului dengan perubahan dalam skala individu
dan tidak sebaliknya. Oleh karena itu ia selalu menyerukan pentingnya
pembangunan umat dari dalam (tarbiyatul dakhiliyah). Tarbiyah ini merupakan
metode yang paling memungkinkan untuk merealisasikan tujuan diatas. Tarbiyah
yang dimaksud adalah tarbiyatul syu’ur (pembangunan perasaan) atau yang
klebih tepat Itiqazul Wa’yi (membangun kesadaran).
Ia melihat bahwa umat Islam memiliki potensi-potensi pemikir yang
sangat besar dalam skala individu. Tetapi potensi individu belum berubah menjadi
kekuatan yang menyatu (amal jama’i / aktaualisasi kolektif). Padahal tanpa itu
mustahil didapat karya yang besar. Salah satu penyebab utamanya adalah
kepekaan yang tidak perlu terhadap kritik. Padahal kritik adalah syarat utama bagi
lahirnya suatu masyarakat sehat. Jadi menurutnya umat harus menghilangkan
kepekaan yang berlebihan terhadap kritik, apalagi mematikan kritik itu sendiri.
Tentang penemuan-penemuan ilmiyah modern, menurutnya jika umat
Islam dapat memamfaatkan penemuan-penemuan ilmiyah modern untuk
kepentingan Islam, maka akan muncul Ilmu Kalam baru yang sekarang
dibutuhkan. Ilmu kalam yang lama telah membuktikan kebenaran-kebenaran
ajaran Islam melalui pemakaian metode logika analisa. Sedangkan ilmu
pengetahuan modern akan membuktikan kebenaran ajaran-ajaran Islam dalam
konteks kebenaran ilmu yang eksak dan dapat diterima secara ilmiyah.
B. Alasan Ilmiah tentang Firman Allah
Perkara yang tidak mungkin sampai kepada Muhammad Saw melalui
kecerdasan fitrah dan akal yang cemerlang adalah perkara ilmiah yang tertera di
dalam Al Qur’anul Karim. Perkara-perkara ilmiah itu membuktikan kebenaran
Kitab Suci tersebut dan membuktikan secara umum bahwa Al Qur’an memang
benar-benar diwahyukan dari sisi Allah Azza wajalla. Sekalipun Al Qur’an turun
berabad-abad sebelum ilmu pengetahuan modern namun tidak ada seorangpun
yang mampu menetapkan satu kesalahan ilmiah yang ada di dalamnya.
Seandainya Al Qur’an ucapan manusia biasa tentu sesuatu yang mustahil.
Pemikiran-pemikiran manusia pada jaman Muhammad Saw tentang
masalah alam dan cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain akan merupakan
suatu permainan yang batil seandainya diterapkan melalui kacamata ilmu
pengetahuan modernsekarang ini.
1. Informasi Allah tentang Bersatu-padunya Alam pada Awalnya
Allah Swt berfirman :
“Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulunya adalah sesuatu yang padu kemudian Kami pisahkan antara keduanya.” (Al Anbiya 30)
Berdasarkan tafsir ayat tersebut diatas, maka alam pada mulanya bersatu
padu, kemudian terpisah dan terhampar di angkasa raya. Ini adalah suatu teori
ilmiah modern tentang alam. Para ilmuwan berpendapat , berdasarkan
penyelidikannya terhadap penomena alam berpendapat, pada mulanya “bendanya”
pada, tidak bergerak, berbentuk gas panas dan tebal serta bersatu padu. Dalam
alam ini telah terjadi suatu ledakan teramat dahsyat, minimal sebelum
5.000.000.000.000 tahun. Kemudian baru terpisah dan saling berjauhan
bagianbagiannya. Hal itu menghasilkan gerakan benda tersebut menjadi sesuatu
yang harus tetap berlanjut sesuai dengan hukum alam yang mengatakan bahwa
kekuatan gravitasi yang terdapat di dalam bagian-bagian benda tersebut berkurang
secara bertahap karena saling berjauhan. Oleh karena jaraknya menjadi luas. (Al
Islam Yatahadda: 214)
Barangkali saja dalam hal ini adalah tafsiran ayat kauniyah: “Dan langit itu
Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan sesungguhnya Kami benar-benar
telah meluaskannya”.(Adz Dzariyat 47). Maksudnya, Allah Azza Wajalla telah
menjadikan langit itu luas atau dia memperluas di dalamnya , Wallahu A’lam.
2. Informasi Allah tentang Pergantian yang Cepat Antara Siang dan
Malam.
Allah Swt berfirman:
“Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat.” (Al
A’raf 54)
Maksud ayat di atas adalah bahwa siang dan malam , masing2 mengikuti
secara cepat dengan tidak terputus. Ayat tsb mengandung suatu isyarat tentang
rotasi bumi yang menyebabkan datangnya siang dan malam. Ayat ini sesuai
dengan ilmu pengetahuan modern kita. Demikian pula firman Allah Swt:
“Dia menutupkan malam kepada siang dan menutupkan siang kepada malam.” (Az Zumar 5)“Dia memasukkan malam kedalam siang dan memasukkan siang ke dalam
malam.” (Faathir 13)
“Dan Dialah yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masingmasing beredar pada garis edarnya.” (Al Anbiya 33)
Seorang angkasawan Rusia, Gagarin setelah terbang ke angkasa sekitar
bumi mengatakan bahwa dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri pergiliran
gelap dan cahaya yang cepat dipermukaan bumi karena adanya rotasi bumi. (Al
Islam Yatahadda 213)
3. Informasi Allah tentang Tiang Langit yang Tak Terlihat
Allah Swt berfirman:
“Allah lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat.” (Ar Ra’ad 2)
Ayat tersebut sesuai dengan pendapat orang dahulu bahwa dia pernah
menyaksikan alam yang besar yang berdiri tegak di angkasa raya yang terdiri dari
matahari, bulan dan planet-planet, namun dia tidak melihat satu tiang pun. Di
dalam ayat tsb orang modern mendapatkan tafsiran penyelidikannya yang
menetapkan bahwa benda2 langit berdiri tegak tanpa tiang di angkasa. Hanya saja
disana ada “tiang yang tak terlihat” yang etrcermin di dalam hukum gravitasiyaitu
yangmembantu setiapbenda tsb untuk tetap berada pada tempatnya yang telah
ditentukan. (AL Islam Yatahadda: 212)
Al Hafidzh Ibnu KatsirRahimahullah berkata dalam tafsir ayat tersebut,
“Diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas, Mujahid, Hasa, dan Qotadah mengatakan
bahwa langit mempunyai tiang namun tidak terlihat.” (Tafsir Ibnu Katsir surat Ar
Ra’ad 2).
Cobalah anda perhatikan persesuaian antara tafsir lama tersebut dengan
apa yang di tetapkan oleh penemuan ilmiah modern.
4. Informasi Allah tentang Tekanan Udara
Allah Swt berfirman:
“Dan barangsiapa yang di kehendaki Allah kesesatannya niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit.” (Al An’am 125)
Sekarang ini yang kami ketahui, gas oksigen yang amat penting untuk
bernafas dan hawa udara (secara umum) semakin jauh dari permukaan bumi
semakin berkurang. Oleh karena itu menusia akan merasakan sesak bila
naiksemakin tinggi, bahkan bias mengakibatkan pingsan. Ayat tsb mengandung
suatu dalil nubuwah dan sebagai bukti bahwa Al Qur’an berasal dari sisi Robb
langit dan bumi. Pada jaman Muhammad Saw ilmu tsb tidak dikenal, baik oleh
orang alim maupunjahil. Ilmu ini hanya diketahui setelah manusia naik ke tingkat
udara yang lebih tinggi pada jaman modern. Maha benar Allah dengan
Firmannya:
“Katakanlah:”Al Qur’an itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia langit dan bumi. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Furqan 6)
5. Informasi Allah tentang Peredaran Bumi
Allah Swt berfirman:
“Dan kamu lihat gunung- gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan seperti jalannya awan. Begitulah perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (An Naml 88)
Demi jiwaku yang ada di tangan Nya. Ayat tersebut merupakan ayat yang
paling agung yang menunjukan kebenaran Rasulullah Saw dalam hal bahwa Al
Qur’an adalah firman Allah, bukan ucapan manusia. Seperti yang telah diketahui
sekarang ini, bumi berputar pada garis edarnya secara sempurna setiap 24 jam.
Hal ini (Wallahu’alam) sesuai dengan yang disyariatkan Allah Swt dalam ayat
diatas. Orang yang melihat ke gunung secara dekat mengira gunung tetap pada
tempatnya, tidak bergerak. Tetapi seorang antariksawan memastikan bahwa
sekalipun gunung tersebut dilihatnya tetap pada tempatnya namun sebenarnya dia
berjalan seperti jalannya awan. Maha Suci Allah Yang Maha Mengetahui segala
sesuatu. Sesungguhnya Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
6. Informassi Allah tentang Fungsi Angin bagi Tumbuhan.
Allah Swt berfirman
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuhtumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpan nya.” (Al Hijr 22)
Orang2 dahulu berpendapat, kalau awan tebal maka akan turun hujan,
Namun sekarang sudah maklum. Ketebalan uap air dalam bentuk titik-titik hujan
tidak akan menimbulkan hujan sekalipun kadar kelembaban yang ada di dalam
gumpalan udara tsb mencapai 400 % kalau tidak mengandung unsur garam atau es
yang sangat kecil. Sesungguhnya anginlah berperan memindahkan unsur2 tsb
sampai apabila bertemu dengan ijin Allah di gumpalan udara yang lembab terjadi
kondensasi kemudian turun hujan. Angin juga berperan membentuk awan yang
berguruh. Angin memindahkan udara panas yang sangat lembab dari permukaan
bumi ke tingkat udara yang tertinggi yang sangat dingin. Kemudian uap air yang
dibawanya berkondensi membentuk awan yang berguruh, lalu turun hujan dengan
ijin Allah. Disamping itu angina juga memindahkan tepung2 sari dari bunga
jantan ke bunga betina, yang kemudian dengan ijin Allah menghasilkan buah.
Ilmu semacam ini bagaimana terlintas di akal orang-orang buta huruf?
7. Informasi Allah tentang Angin Pembawa Hujan
Allah Swt berfirman:
“Dan Dia lah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rachmat-Nya (hujan) hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu.” (Al A’raf 57)
Ini adalah yang kita lihat sekarang melalui foto bumi dan awan yang ada
di atasnya, dan yang di siarkan pula oleh satelit buatan sehari-hari. Kemudian kita
lihat, suhu yang rendah dan awan yang dikandungnya yang ada di atas Aljazair di
ujung barat mulai bergerak menuju arah timur melalui timur afrika, lalu ke Mesir,
jazirah Arab, kemudian ke Negara Persi. Ini semua dalam rangka memberi hujan
yang telah ditakdirkan Allah Bagi daerah-daerah tersebut. Demikianlah Allah Swt
mengendalikan awan mendung. Semua ini tidak diketahui oleh orang2 terdahulu
yang ada di wilayah timur, seperti jazirah Arab, pada musim dingin langit cerah
apabila angina barat laut. Namun mendekatidaerah2 yang bersuhu rendah sampai
angina tersebut beralih menuju barat daya, langit berawan, kemudian turunlah
hujan. Angin tersebut pembawa berita gembira akan turunnya hujan. Maha Suci
Allah yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
8. Informasi Allah tentang Langit Sebagai “Atap”
Allah Swt berfiman:
“Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.” (Al Anbiya 32)
Para ilmuwan sekarang menjelaskan kepada kita bahwa udara yang
bertumpuktumpuk di atas bumi, seandainya ketinggiannya lebih rendah dari yang
ada maka berjutajuta meteor yang setiap hari terbakar di angkasa akan jatuh
mengenai seluruh bagian bola bumi dan mungkin akan membakar segala sesuatu.
Namun karena langit adalah atap yang kokoh maka bumi dan segala isinya
terpelihara dari meteor-meteor tersebut.
9. Informasi Allah tentang Jarak Antar Planet
Allah Swt berfirman:
“Maka Aku bersumpah dengan letak planet-planet, sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui.” Al Waqiah 75-76)
Orang2 dahulu jika melihat langit dan segala planet yang ada di dalamnya
seperti melihat lampu2, namun mereka belum mengetahui jarak masing2 antara
planet itu dan berapa besarnya planet-planet tersebut. Akalnya tidak mengetahui
berapa jarak antara planet-planet tersebut. Mereka hanya mengatakan bahwa
jaraknya mencapai batas yang hayali. Maka selayaknyalah jika Allah bersumpah
dengannya karena keagungannya (karena sangat jauhnya). Kelompok planet yang
paling dekat saja dengan kita jaraknya sekitar 700.000 tahun cahaya, padahal satu
tahun cahaya sama dengan 10.000.000.000.000 km (sepuluh Triliun km).
Abul Hasan Al Mawardi Rahimahullah berkata di dalam A’lamun
Nubuwah, “Apabila telah terbukti kemukjizatan Al Qur’an dari segi ini secara
keseluruhan, maka masingmasing layak untuk menjadi mukjizat. Kalau AL
Qur’an mencakup seluruhnya maka kemukjizatannya berarti lebih kuat, hujjah-
hujjahnya lebih jelas, dan seolah-olah seperti membelah lautan dan menghidupkan
orang mati.” (A’lamun Nubuwah: 73). Namun saya berpendapat, Al Qur’an lebih
besar dan lebih jelas dari pada itu karena Al Qur’an adalah mukjizat yang tetap
ada sampai sekarang dan seterusnya, sekalipun mukjizat para Rasul yang
terdahulu telah lenyap dengan kematian mereka.
C. Implikasinya Terhadap Ilmu Pendidikan
Sejak awal kelahirannya Islam baik secara normatip filosopis maupun
aplikatif telah memberikan perhatian yang besar terhadap pentingnya sains dan
teknologi. Ayat yang pertama kali turun yaitu ayat 1-5 surat Al-alaq (96) antara
lain perintah membaca dan menulis dalam arti yang seluas-luasnya. Kata
“membaca” yang diulang sebanyak dua kali (ayat 1-3) bukan hanya berarti
membaca rangkaian huruf menjadi kata-kata, atau rangkaian kata-kata menjadi
kalimat sebagaimana yang umumnya dipahami orang kebanyakan, melainkan juga
berarti meneliti, mengobservasi, menelaah, mengklasifikasi, membandingkan,
menyimpilkan dan mengverifikasi. Semua kegiatan yang terdapat dalam arti
membaca ini merupakan kegiatan dalam rangka menghasilkan sain dan teknologi.
Selain itu, kata kerja perintah (bacalah), sebagaimana terdapat dalam surat Al-alaq
tersebut tidak memiliki maf’ul (objek). Menurut para mufasir, kata kerja perintah
(fi’il Amar) yang tidak memiliki maf’ul (objek) tersebut menunjukan bahwa yang
dibaca itu amat luas, yakni selain Al-Qur’an, juga fenomena atau ayat-ayat tuhan
yang terdapat dalam jagat raya (sunattullah) ayat-ayat Tauhan yang terdapat pada
masyarakat (ayat insaniyah), tanda-tanda zaman, dan lain sebagainya.
Demikian pula kata menulis (al-qalam) sebagaimana yang tedapat pada
ayat 4 surat al-alaq tersebut, tidak hanya berarti menulis, sebagaimana yang
umumnya dipahami, yakni menulis huruf-huruf, kata-kata atau kalimat, melainkan
juga membuat rekaman, foto, gambar, menggambar, menyimpannya dalam disket,
VCD, dan lain sebagainya.semua kegiatan ini amat erat kaitannya dengan kerja
sais dan teknologi.
Selanjutnya islam juga mengajarkan bahwa dengan bantuan sain dan
teknologi seseorang akan dapat menyelsaikan dan memecahkan masalah keduiaan
dan akhirat. Karenanya setiap pekerjaan dalam Islam harus berbasis sains dan
teknologi. Pekerjaan dalam Islam harus memanfaatkan dan motivasi yang tulus
karena panggilan tuhan. Namun dalam dalam mengerjakan pekerjaan tersebut
harus memanfaatkan sains dan teknologi. Pekerjaan, bahkan ibadah dalam Islam
tidak akan diterima Tuhan jika tidak disertai ilmu pengetahuan. Pekerjaan yang
didasarkan pada iman dan ilmu pengetahuan itu lah yang memiliki nilai disisi
tuhan.
Selanjutnya, Al-Qur’an mengunakan kata ilmu dalam berbagai bentuk dan
artinya sebanyak 854 kali, dengan arti antara lain sebagai “Proses pencapaian
pengetahuan dan objek pengetahuan (QS Al-baqarah [2]: 31-32). Pembicaraan
tentang ilmu mengantarkan kita kepada pembicaraan tentang sumber-sumber ilmu
disamping klasifikasi dan ragam disiplinnya.
Namun demikian, harus diingat bahwa membahas antara Al-Qur’an dan
ilmu pengetahuan bukan dengan melihat, misalnya adakah teori relativitas atau
komsep tentang angkasa luar; atau adakah ilmu komputer tercantum dalam Al-
Qur’an; tetapi yang lebih utama adalah melihat adakah jiwa ayat-ayatnya
menghalangi ilmu pengetahuan atau sebaliknya, serta adakah ayat Al-Qur’an yang
bertentangan dengan penemuan ilmiah yang telah mapan? Dengan kata lain,
meletakannya pada sisi “social psycology” (psikologi sosial) bukan pada sisi
“history of scientific progress” (sejarah perkembangan ilmu pengetahuan).
Anggaplah bahawa setiap ayat dari 6.226 ayat yang tercantum dalam Al-
Qur’an(menurut perhitungan ulama kufah) mengandung suatu teori ilmiah ,
kemudian apa hasilnya? Apakah keuntungan dengan mengetahuai teori-teori
tersebut bila masyarakat tidak diberi “hidayah” atau petunjuk guna kemajuan ilmu
pengetahuan atau menyingkirkan hal-hal yang dapat menghambatnya?
Sejarah membuktikan bahwa Galileo, ketika mengungkapkan penemuannya
bahwa bumi ini beredar, tidak mendapat counter (penolakan) dari suatu lembaga
ilmiah . tetapi masyarakat tempat ia hidup malah memberikan tantangan
kepadanya atas dasar-dasar kepercayaan dogma, sehingga akhirnya menjadi
korban tantangan tesebut atau korban penemuannya sendiri. Hal ini adalah akibat
dari belum terwujudnya syarat-syarat sosial dan psikologis yang diebutkan diatas.
Dari segi inilah kita dapat menilai hubugan Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan.
Salah satu faktor terpenting yang dapat menghalangi perkembangan ilmu
pengetahuan terdapat dalam diri manusia sendiri. Para psikolog menerangkan
bahwa tahap-tahap perkembangan kejiwaan dan alam fikiran manusia dalam
menilai suatu ide umumnya melalui tiga fase. Fase pertama, menilai baik
buruknya suatu ide dengan ukuran yang mempunyai hubungan dengan alam
kebendaan (materi) atau berdasarkan pada pancaindera yang timbul dari
kebutuhan-kebutuhan primer. Fase kedua, menilai idfe tersebut dari penjelmaan
diri pribadi seseorang. Ia menjadi baik, bila tokoh A yang melakukan atau
menyatakannya baik, dan menjadi buruk bila dinyatakannya buruk. Fase ketiga,
(fase kedewasaan) adalah suatu penilaian tentang ide yang didasarkan atas nilai-
nilai yang terdapat pada unsur-unsur itu sendiri, tanpa terpengaruh oleh faktor-
faktor eksternal yang menguatkan atau melemahkannya (materi dan pribadi). Hal
ini sejalan dengan pernyataan Rasulullah SAW. Lihatlah apa yang dikatakan , dan
jangan lihat orang yang mengatakannya. (HR Abu Hurairah). Dengan demikian,
secara normatif, (berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Sunnah), bahwa ajaran Islam
memiliki tingkat berfikir yang sangat dewasa yang selanjutnua menjadi salah satu
syarat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Selanjutnya, secara historis umat Islam selain sangat berjasa dalam
menyelamatkan ilmu pengetahuan dari kepunahan sebagai akibat dari
pertentangan politik dan ideologis, juga telah memberikan sumbangan yang besar,
baru, dan orisinal dalam bidang ilmu pengetahuan. Sejarah mencatat bahwa
pengetahuan pernah berkembang di Yunani, Romawi, Cina, India dan Persia.
Namun, ilmu pengetahuan tersebut, pada saat Islam datang, sedang berada
diambang kehancuran. Umat Islam lah yang menyelamatkan warisan ilmu
pengetahuan tersebut, dengan cara menumbuhkan kembali semangat dan jiwa
meneliti dan mengembangkan ilmu pengetahuan, serta memberikan apresiasi dan
penghargaan yang tinggi bagi orang yang melakukannya. Apresiasi yang
diberikan Islam ini merata diseluruh wilayah kekuasaan Islam pada masa itu,
seperti di Baghdad (Irak), Cardova (Spanyol), Mesir, Persia (Iran sekarang) dan
sebagainya. Beberapa khalifah berusaha memberikan dukungan dan fasilitas yang
cukup besar bagi kegiatan tersebut. Berbagai warisan ilmu pengetahuan tersebut
telah diolah, disegarkan, didialektikan, dan diberikan spirit dan jiwa sesuai dengan
karakter ajaran Islam yang memadukan antara iman, ilmu dan amal, material dan
spiritual; transedenental dan profan; kebutuhan individu dan masyarakat,
keterbukaan, objektivitas, berbasis riset dan penalaran, dan seterusnya. Melalui
proses ini umat Islam berhasil memelihara, menumbuhkan dan mengembangkan,
menciptakan dan menemukan temuan-temuan yang baru yang bukan hanya dalam
bidang ilmu agama Islam seperti tafsir, hadis, fikih, kalam, filsafat dan tasawuf,
melainkan juga dalam bidang matematika, fisika, kimia, biologi, pertanian,
astronomi, kedokteran, dan sebagainya. Berbagai hasil usaha dan nkerja keras
umat Islam masa lalu hingga saat ini masih dapat dijumpai dengan mudah
diberbagai belahan dunia, yaitu pada berbagai perpustakaan Universitas, pusat-
pusat riset, kajian dan sebagainya.
Dengan mengemukakan informasi normatif dan historis tersebut diatas,
kiranya dapat dikatakan, bahwa umat Islam bukanlah penghambat perkembangan
ilmu pengetahuan, malah justru sebaliknya sebagai penggagas, pelopor, pioner,
pengembang, penemu, dan sekaigus pengguna ilmu pengetahuan. Melalui proses
ini umat Islam tampil sebagai pengawal jalan sejarah dan peradaban umat manusia
selama kurun waktu lebih dari tujuh abad (mulai dari abad ke 7 s.d 13 masehi).
Spanyol (Andalus) pada masa itu tak ubahnya seperti America Serikat pada zaman
sekarang. Demikian pula Baghdad pada masa itu tak ubahnya seperti Jerman dan
Itali; dan Mesir pada masa itu tak ubahnya seperti Jepang dimasa sekarang.
Mulai abad ke 14, ilmu pengetahuan tersebut terlepas dari gemgaman umat
Islamdengan segala akibatnya berupa keterbelakangan dalam bidang politik,
ekonomi, kebudayaan, sosial, dan lain sebagainya.dan mulai abad ke- 20 timbul
kembali kesadaran dari sebagian kecil umat Islam untuk merebut kembali
kejayaaan Islam dalam bidang ilmu pengetahuan dengan jalan selain mengambil
alih ilmu pengetahuan Islam yang telah diambil oleh Erofa dan barat dengan cara
terlebih dahulu di Islam-kan, juga dengan cara menumbuhkan kreativitas dan
pradigma baru dalam ilmu pengetahuan sesuai dengan ajaran Islam. Berbagai
studi dan kajian tentang sebab-sebab kemerosotan umat Islam dalam bidang ilmu
pengetahuan masih terus dikaji hingga sekarang. Hasilnya antara lain, karena
umat islam lebih berorientasi pada akhirat, agama, moral, akhlak, tasawuf, dan
hati nurani tanpa mengimbanginya dengan orientasi keduniaan, ilmu pengetahuan,
keberanian berijtihad, dan menggunakan akal fikiran. Sebab lainnya, karena sikap
aprirori dan buruk sangka terhadap segala sesuatu yang berasal dari asing
(khususnya dari Erofa dan Barat) , karena Erofa dan Barat pernah menjajah umat
Islam. Sebab lainnya, adalah mereka tidak mau peduli terhadap berbagai problema
yang dihadapi masyarakat.
Pemahaman terhadap ayat-ayat al Qur'an dalam hubungannya dengan
pengembangan ilmu pengetahuan tersebut amat erat kaitannya dengan kegiatan
pendidikan. Keterkaitan ini dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:
1. Tujuan dari pendidikan adalah mengubah sikap mental dan perilaku tertentu
yang dalam konteks Islam adalah agar menjadi sorang muslim yang terbina
seluruh potensi dirinya sehingga dapat melaksanakan fungsinya sebagai
khalifah dalam rangka beribadah kepada Allah, namun dalam proses menuju ke
arah tersebut diperlukan adanya upaya pengajaran. Dengan kata lain
pengajaran adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Bahwa dalam kegiatan pengajaran tersebut, seorang guru mau tidak mau harus
mengajarkan ilmu pengetahuan, karena dalam ilmu pengetahuan itulah akan
dijumpai berbagai informasi, teori, rumus, konsep-konsep dan sebagainya yang
diperlukan untuk untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Dari proses
pengajaran yang demikian akan terciptanya pemahaman, penghayatan, dan
pengalaman.
3. Bahwa melalui pendidikan diharapkan pula lahir manusia yang kreatif,
sanggup berfikir sendiri, walaupun kesimpulannya lain dari yang lain, sanggup
mengadakan penelitian, penemuan dan seterusnya. Sikap yang demikian itu
sangat dianjurkan dalam al Qur'an.
4. Bahwa dalam pelaksanaan pendidikan harus mempertimbangkan prinsip
pengembangan ilmu pengetahuan sesuai dengan petunjuk al Qur'an. Yaitu
mengembangkan ilmu pengetahuan yang ditujukan bukan semata-mata untuk
pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri, melainkan untuk membawa
manusia semakin mampu menangkap hikmah di balik ilmu pengetahuan, yaitu
rahasia keagungan Allah SWT. Maka ilmu pengetahuan tersebut akan
memperkokoh akidah, meningkatkan ibadah, dan akhlak mulia.
5. Pengajaran berbagai ilmu pengetahuan dalam proses pendidikan yang sesuai
dengan ajaran al Qur'an, akan menjauhkan manusia dari sikap takabur, sekuler,
dan ateistik, sebagaimana yang dijumpai pada pengembangan ilmu
pengetahuan di Barat.
6. Pendidikan harus mampu mendorong anak didik agar mencitai ilmu
pengetahuan, yang terlihat dari ciptaannya semangat dan etos keilmuan yang
tinggi, memelihara, menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya, bersedia mengajarkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya itu
untuk kepetingan dirinya, agama, bangsa, dan negara
Wallahu A’lam