islam dan negara: polarisasi pemikiran politik...

134
ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM DALAM PILKADA DKI JAKARTA 2017 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) oleh Muhammad Alfrad Rusyd 1111112000052 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Upload: phungmien

Post on 01-May-2019

264 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN

POLITIK ISLAM DALAM PILKADA DKI JAKARTA

2017

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

oleh

Muhammad Alfrad Rusyd

1111112000052

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

DALAM PILKADA DKI JAKARTA 2017

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Mei 2018

Muhammad Alfrad Rusyd

Page 3: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Muhammad Alfrad Rusyd

NIM : 1111112000052

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

DALAM PILKADA DKI JAKARTA 2017

dan telah memenuhi persyaratan untuk d

Jakarta, 20 Mei 2018

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Ilmu Politik,

Dr. Iding Rosyidin, M.Si Dr. Nawiruddin, M.Ag

NIP: 197010132005011003 NIP: 197201052001121003

Page 4: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

DALAM PILKADA DKI JAKARTA 2017

oleh

Muhammad Alfrad Rusyd

1111112000052

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal . Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada

Program Studi Ilmu Politik.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Iding Rosyidin, M.Si Suryani, M.Si

NIP: 197010132005011003 NIP:197704242007102003

Penguji I Penguji II

Dr. Sirojuddin Aly, M.A Adi Prayitno M.Si

NIP: 195406052001121001 NIP: -

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 7 Juni 2018

Ketua Program Studi

Ilmu Politik,

Dr. Iding Rosyidin, M.Si

NIP: 197010132005011003

Page 5: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

v

ABSTRAK

Penggunaan isu agama pada kontestasi politik seperti pilkada bukanlah hal

yang baru dalam pilkada DKI Jakarta, dimana masyarakat DKI Jakarta memiliki

tingkat heterogenitas yang cukup tinggi baik suku, agama, dan ras,

penyelenggaraan pilkada DKI Jakarta 2017 diikuti oleh 3 pasangan calon kandidat

adalah sebagai berikut: 1. Agus Harimurti Yudhoyono-Sylvia Murni, 2. Basuki

Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, dan 3. Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga

Salahuddin Uno. Beberapa hal yang melatarbelakangi muculnya polarisasi adalah,

adanya calon kandidat yang berbeda agama dari beberapa calon lainnya, yang

membuat isu-isu kepemimpinan dalam agama kembali dimunculkan, hal ini

menjadi sebuah perdebatan dan kondisi yang beragam, perdebatan tersebut

dihadapkan dengan kondisi dan norma Islam di Indonesia yang memiliki

pandangan inklusif dan demokratis, sehingga hal ini menghasilkan sebuah sikap

penolakan dari kelompok-kelompok Islam. Beberapa faktor lain yang menunjang

hadirnya polarisasi pemikiran politik dalam Islam, adalah perbedaan sikap dan

pendapat keagamaan yang dihasilkan oleh lembaga dan ormas-ormas Islam dalam

bentuk himbauan keagamaan dan fatwa.

Pergolakan pemikiran tersebut, sesungguhnya menghasilkan tambahan

norma inklusifitas dalam Islam, karena tidak ada pertentangan antara ajaran Islam

dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya, hal ini

menjadi norma yang dianut oleh kelompok Islam akomodasionis, pandangan

mereka mengafirmasi kepemimpinan non-muslim, yang menyebabkan kelompok

Islam fundamentalis hampir kehilangan legitimasinya dalam penafsiran tentang

al-Ma‟idah ayat 51, akan tetapi beredarnya rekaman video yang isinya dianggap

menista agama, justru hal ini semakin memperkuat obsesi kelompok Islam

fundamentalis untuk menolak memilih calon yang berbeda agama dan menista

agama yang mana dengan segala fenomena itu terakumulasi dan mempengaruhi

masyarakat DKI Jakarta, sehingga memicu kekalahan Calon Gubernur incumbent.

Berbeda dengan kedua kelompok sebelumnya, pandangan kelompok Islam

reformis beranggapan bahwa kepemimpinan dalam Islam selama tidak

bertentangan terhadap aspek keIslaman akan selalu diterima selama aspek

kenegaraan tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Kemudian respon

menurut Islam reformis mengenai pidato tersebut hanyalah sebagai contoh

pendidikan yang kurang baik. Dengan demikian Pilkada DKI Jakarta secara tidak

langsung memunculkan polarisasi pemikiran politik Islam dari tiga spektrum,

yaitu kelompok fundamentalis, reformis dan akomodasionis.

Kata kunci: polarisasi, pilkada, kepemimpinan non-muslim, Islam dan negara

Page 6: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Tak lupa Shalawat dan salam penulis ucapkan kepada

Rasullah Muhammad SAW. karena berkat beliaulah kita bisa seperti sekarang ini.

Setelah melewati tahapan dan prosenya akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Islam dan Negara: Polarisasi Pemikiran

Politik dalam Pilkada DKI Jakarta 2017” penulisan skripsi ini sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultasa Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses menyelesaikan penelitian ini sehingga dapat menjadi sebuah

skripsi, banyak pihak dan lembaga yang turut membantu penulis sebagai perantara

dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Dengan segala kerendahan hati penulis

mohon maaf apabila tidak dapat menyebutkan nama mereka satu-persatu pada

bagian ini. Namun demikian penulis harus mengucapkan terima kasih kepada

beberapa diantara mereka yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Iding Rosyidin, S.Ag., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu

Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Ibu Suryani, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

vii

4. Kepada dosen pembimbing Dr. Nawiruddin, M.Ag. yang telah bersedia

menerima penulis sebagai mahasiswa bimbingannya untuk

menyelesaikan proses penelitian skripsi ini, serta Ibu Haniah Hanafie

yang juga turut membimbing serta membantu penulis dalam

menyelesaikan proses penelitian skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih atas bimbingan

dan semangat intelektual dalam mentransfer ilmu kepada kami.

6. Terimakasih kepada kedua orang tua penulis yaitu Ima Facariany

Gunawan dan Ramli Amir. Terima kasih telah menjadi orang tua yang

sangat luar biasa. Dengan penuh kesabaran tiada tara, mamah dan

papah tidak pernah berhenti mengingatkan penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada kakak kandung

penulis, Rashma Liandyati Putriana, terima kasih sudah menghibur

penulis. Teruntuk adik tersayang Aulia Syahrul Ramadhaan dan Zahra

Yasmin Ramadhan terima kasih atas candaan dan gurauannya selama

ini.

7. Ketiga narasumber yang paham mengenai pemikiran politik Islam

baik segi pemikiran maupun gerakan, yaitu Ali Munhanif, Adi

Prayitno, dan Rumadi Ahmad. Terima kasih telah memberikan penulis

pengetahuan dan informasi berbagai jawaban mengenai Islam dan

Negara: Polarisasi Pemikiran Politik Islam dalam Pilkada DKI Jakarta

2017.

Page 8: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

viii

8. Kepada kawan-kawan senior dan junior HMI KOMFISIP, kanda

Sopian Hadi Permana, Achmad Fatoni, Ferdian Ramadhani dan Choir

Al Ayyubi Yunda Aisyah Zhafira dan Dara Amalia Pratiwi. Kepada

adinda Fajar Fachrian, Rizki Ahmad Zainuri, Sofyan Hadi, Fauzan

Munif, Hasymi Ramadhoni, Rahmat Sahputra, Luthfi Hasanal Bolqiah

Riyan Hidayat, Hendri Satrio, Dendi Budiman, Juansyah Wiandi dan

Travelio Ryan Agusta. Terimakasih atas ilmunya, melalui diskusi

panjang beberapa tahun silam, terima kasih atas dukungan dan

semangatnya.

9. Kepada teman seperjuangan penulis, Abimanyu Aji Wisnu, Gerry

Novandika Age, Bayu Nanda Permana, Hijri Prakarsa, Irfan

Zharfandy, Afdal Fitrah, Handi Raitiardi dan Afina Fitriani

Rahmawati, serta seluruh teman-teman FISIP angkatan 2011 yang tak

bisa penulis ucapkan satu-satu, penulis mengucapkan terima kasih atas

dukungan semangat dan kebersamaannya.

10. Kepada Fenindya Nur Chalidah penulis banyak ucapkan terima kasih

atas kesabaran, keikhlasan, serta motivasi yang tiada henti diberikan

kepada penulis. Sehingga berkat ketulusannyalah penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada teman-teman Selasar, Hanif Kamal, Irshat Fitharyono, Aziz

Putro Asito, Adha Rifadly, Reza Maulana, Ronggur, Irfan Fahmi,

Firman Ihsan, Nabil Rahdiga, Muhammad Syauqi, Khoirul Ahsan,

Page 9: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

ix

Nurul FR, dan Apip Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas

canda, kebersamaan, dukungan yang tiada henti kepada penulis.

12. Kepada kawan-kawan Pensiunan, Humaedullah Irfan, Ismail, A Zakial

Pajir Nas, Husnul Qori, Ade Septiawan Putra, Kevin Dea Putra, Fariz

Abdurahman, dan Rois. Terima kasih atas dukungannya selama ini

tanpa mereka penulis merasa tak berarti.

Tanpa adanya ridho Allah SWT melalui perantara dukungan dan bantuan

tersebut, mustahil penelitian skripsi ini akan selesai. Semoga Allah SWT

membalas kebaikan mereka. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kata sempurna, maka demi memperbaiki kualitas skripsi ini penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun ke arah kesempurnaan.

Billahi Taufiq Walhidayah Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 20 Mei 2018

Muhammad Alfrad Rusyd

Page 10: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

x

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..............................................................................................................v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...........................................................................................................x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ........................................................................1

B. Pertanyaan Penelitian .....................................................................8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................................9

D. Tinjauan Pustaka ..........................................................................10

E. Metodelogi Penelitian ..................................................................13

F. Sistematika Penelitian ..................................................................16

BAB II TEORI DAN KONSEP

A. Polarisasi ......................................................................................18

B. Pemikiran Politik Islam ................................................................23

1. Pengertian Politik Islam........................................................23

2. Perspektif Trikotomi .............................................................27

C. Konsep Kepemimpinan dalam Tinjauan Islam ............................30

1. Definisi Pemimpin ................................................................30

2. Istilah Pemimpin dalam Islam ..............................................32

3. Hukum Islam Mengangkat Pemimpin ..................................35

BAB III PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH (PILKADA) DKI

JAKARTA 2017

A. Gambaran Umum Pilkada DKI Jakarta 2017 ...............................40

1. Pengertian Pilkada ................................................................40

2. Profil Kandidat Pilkada DKI Jakarta 2017 ...........................42

Page 11: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xi

B. Tahapan Pada Pilkada DKI Jakarta 2017 .....................................54

BAB IV POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM DAN BENTUK-

BENTUK POLARISASI PADA PILKADA DKI JAKARTA 2017

A. Faktor-Faktor Terjadinya Polarisasi .............................................61

B. Bentuk-Bentuk Polarisasi .............................................................72

1. Kelompok Fundamentalisme ................................................74

2. Kelompok Akomodasionis ....................................................78

3. Kelompok Reformis ..............................................................82

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................90

B. Saran .............................................................................................91

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... xix

Lampiran-Lampiran

Page 12: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xii

DAFTAR TABEL

Tabel III.B.1 Hasil Rekapitulasi KPU DKI Jakarta 2017 ………………… 58

Tabel III.B.2 Hasil Rekapitulasi KPU DKI Jakarta 2017 ………………. 59

Tabel V.A.1 Polarisasi Pemikiran Politik Islam Pilkada

DKI Jakarta 2017 ……………………………………….... 90

Page 13: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Transkip Wawancara dengan Adi Prayitno …………… xxvii

Lampiran 2 Transkip Wawancara dengan Ali Munhanif …………… xxxiii

Lampiran 3 Transkip Wawancara dengan Rumadi Ahmad …………. xxxviii

Page 14: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xiv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Pedoman Transliterasi Arab-Latin ini merujuk pada SKB Menteri Agama

dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, tertanggal 22 januari 1988 No:

158/1987 dan 0543b/U/1987.

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif ……….. tidak dilambangkan أ

Bā' B Be ب

Tā' T Te ت

Śā' Ś es titik atas ث

Jim J Je ج

Hā' H ح

ha titik di bawah

Khā' Kh ka dan ha خ

Dal D De د

Źal Ź zet titik di atas ذ

Rā' R Er ر

Zai Z Zet ز

Sīn S Es س

Syīn Sy es dan ye ش

Şād Ş es titik di bawah ص

Dād D ض

de titik di bawah

Tā' Ţ te titik di bawah ط

Page 15: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xv

Zā' Z ظ

zet titik di bawah

Ayn …‘… koma terbalik (di atas)' ع

Gayn G Ge غ

Fā' F Ef ف

Qāf Q Qi ق

Kāf K Ka ك

Lām L El ل

Mīm M Em م

Nūn N En ن

Waw W We و

Hā' H Ha ه

Hamzah …’… Apostrof ء

Yā Y Ye ي

II. Konsonan rangkap karena tasydīd ditulis rangkap:

ditulis muta„aqqidīn متعبقديه

ditulis „iddah عدح

III. Tā' mrabūtah di akhir kata.

1. Bila dimatikan, ditulis:

ditulis hibah هجخ

ditulis jizyah جسيخ

Page 16: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xvi

(ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti zakat, shalat dan sebagainya,

kecuali dikehendaki lafal aslinya).

2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain, ditulis:

ditulis ni'matullāh وعمخهللا

ditulis zakātul-fitri زكبحالفطر

IV. Vokal pendek

__ __ (fathah) ditulis a contoh رة ditulis daraba ض

__ __(kasrah) ditulis i contoh فهم ditulis fahima

__ __(dammah) ditulis u contoh كتت ditulis kutiba

V. Vokal panjang:

1. fathah + alif, ditulis ā (garis di atas)

ditulis jāhiliyyah جبهليخ

2. fathah + alif maqşūr, ditulis ā (garis di atas)

ditulis yas'ā يسعي

3. kasrah + ya mati, ditulis ī (garis di atas)

ditulis majīd مجيد

4. dammah + wau mati, ditulis ū (dengan garis di atas)

ditulis furūd فروض

Page 17: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xvii

VI. Vokal rangkap:

1. fathah + yā mati, ditulis ai

ditulis bainakum ثيىكم

2. fathah + wau mati, ditulis au

ditulis qaul قىل

VII. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan

apostrof.

ditulis a'antum ااوتم

ditulis u'iddat اعدد

ditulis la'in syakartum لئىشكرتم

VIII. Kata sandang Alif + Lām

1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al- :

ditulis al-Qur'ān القران

ditulis al-Qiyās القيبش

2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, sama dengan huruf qamariyah:

ditulis al-syams الشمص

'ditulis al-samā السمبء

Page 18: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xviii

IX. Huruf besar

Huruf besar dalam tulisan Latin digunakan sesuai dengan Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD)

X. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis menurut

penulisannya

ditulis zawi al-furūd ذوىبلفروض

ditulis ahl al-sunnah اهاللسىخ

Page 19: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi. Dalam

perkembangan dan prakteknya, sistem demokrasi di Indonesia telah banyak

mengalami perubahan baik secara sistem dan penerapan. Salah satu pilar

doemokrasi adalah adanya sistem pemilihan umum baik pemeilihan kepala daerah

dan pemilihan presiden dan ini diatur dalam konsitusi dan UUD 1945.

Pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Indonesia sebagai salah satu

instrumen demokrasi telah dilaksanakan secara serentak yang diawali pada tahun

2015 hingga kurun tahun 2027. Tiap-tiap daerah yang ada di Indonesia sudah

memiliki jadwal penyelenggaraannya berdasarkan berakhirnya masa jabatan

kepala daerah. Salah satu daerah yang mengikuti pilkada serentak adalah DKI

Jakarta, pada tahun 2017 penyelenggaraan pilkada DKI Jakarta diikuti oleh 3

pasangan calon kandidat adalah sebagai berikut 1. Agus Harimurti Yudhoyono-

Sylvia Murni, 2. Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, dan 3. Anies

Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno.1

Ketiga pasangan calon pilkada DKI Jakarta ini, salah satu calon

kandidatnya adalah petahana (Incumbent) yaitu, pasangan calon Basuki Tjahaja

Purnama-Djarot Saiful Hidayat sedangkan 2 kandidat lainnya sebagai kandidat

baru. Dukungan partai terhadap pasangan calon pada putaran pertama pasangan

1Budi Setiawanto, “Tujuh gelombang pilkada serentak 2015 hingga 2027,”

Antaranews.com, 17 Februari 2015; tersedia di http://www.antaranews.com/berita/480618/tujuh-

gelombang-pilkada-serentak-2015-hingga-2027 diunduh pada 9 November 2017.

Page 20: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

2

calon 1. Agus Harimurti Yudhoyono-Sylvia Murni (Demokrat, PKB, PPP, dan

PAN), 2. Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (PDI-P, Hanura, Golkar,

dan Nasdem), dan 3. Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Uno (Gerindra dan PKS).2

Hasil rekapitulasi yang diumumkan pada 26 Februari 2017 oleh KPUD

DKI Jakarta pasangan calon nomor urut 1. Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana

Murni: 937.955, 2. Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat: 2.364.577, dan

3. Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno: 2.197.333. Berdasarkan

ketentuan pasal 11 UU No. 29 Tahun 2007 menyebutkan pasangan calon gubernur

dan calon wakil gubernur yang memperoleh suara lebih dari 50% +1 sehinga baru

bisa dikatakan sebagai calon pasangan gubernur dan calon wakil gubernur

terpilih, jika perolehan suara tiap pasangan calon kurang dari 50% perolehan

suara, maka pasangan calon tersebut dianggap gugur karena tidak memenuhi

ketentuan yang berlaku. Sehingga pada pemilihan putaran diikuti oleh dua

psangan calon yaitu, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies

Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno.3

Pilkada yang terjadi di DKI Jakarta 2017 tidak terlepas dari begitu

banyaknya permasalahan serta isu dan fatwa yang beredar di tengah-tengah

masyarakat Ibukota. Dari sekian banyaknya permasalahan yang terjadi dan

berkembang, permasalahan isu sara dan fatwa yang banyak diperhatikan oleh

masyarakat DKI Jakarta, serta penggunaan isu-isu yang berbau agama sangatlah

2 Elza Astari Retaduari, “4 Partai Pengusung Siap Antar Ahok-Djarot ke KPU DKI,”

Detik.com, 21 September 2016; tersedia di https://news.detik.com/berita/d-3302879/4-partai-

pengusung-siap-antar-ahok-djarot-ke-kpu-dki diunduh pada 9 November 2017. 3 Micom, “Pilkada Serentak dengan Aturan Berbeda, Hanya Jakarta 50% Plus Satu,”

Media Indonesia, 24 Juni 2016; tersedia di http://mediaindonesia.com/news/read/52907/pilkada-

serentak-dengan-aturan-berbeda-hanya-jakarta-50-plus-satu/2016-06-24 diunduh pada 19 Januari

2018.

Page 21: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

3

memberikan dampak yang besar, hal ini kemudian mampu menarik perhatian

banyak kalangan dari berbagai segmen masyarakat baik di lingkup nasional

maupun internasional.

Penggunaan isu agama seperti yang terjadi dalam pilkada DKI Jakarta

sangat menjadi sorotan masyarakat, mengingat masyarakat DKI Jakarta tingkat

heterogenitasnya cukup tinggi baik suku, agama, dan ras.4 Berdasarkan sejarah

perkembangannya, sistem demokrasi yang di terapkan di negara-negara Islam

salah satu contohnya ialah negara Mesir, tidak selalu berjalan dengan baik dan

dianggap tidak sesuai penerapannya dalam sistem pemerintahan Islam. Ini

disebabkan atas kecurigaan Islam terhadap pemikiran barat, serta demokrasi yang

dianggap tidak sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Hal ini senada dengan yang

dikatakan oleh John L. Esposito;“Tangkisan pihak muslim terhadap kekuasaan

dan dominasi Eropa-Kristen itu memperlihatkan dirinya pada penolakan adaptasi,

penolakan terhadap akulturasi dan reformasi”.5

Berbeda halnya dengan negara Indonesia, Islam di Indonesia mengalami

banyak proses pergelutan pemikiran antara tokoh pemikir Islam dan pendiri

bangsa, hal ini dikarenakan adanya penyesuaian-penyesuaian dengan nilai dan

prinsip demokrasi. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi,

4 Kahfi Dirga Cahya, “Agama Disebut Jadi Isu Utama Putaran Kedua Pilkada DKI

Jakarta,” Kompas.com, 2 Maret 2017; tersedia di

http://megapolitan.kompas.com/read/2017/03/02/17144891/agama.disebut.jadi.isu.utama.putaran.k

edua.pilkada.dki.jakarta diunduh pada 27 Mei 2017. 5 John L. Esposito, Islam dan Politik (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990), 57.

Page 22: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

4

terlebih Indonesia adalah salah satu negara yang menganut sistem demokrasi dan

mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Islam.6

Pada 27 September 2016 Gubernur Basuki Tjahaja Purnama

melaksanakan tugas kunjungan kerja di Pulau Pramuka, tetapi dalam pidato

kunjungan kerja Basuki Tjahaja Purnama menyinggung tentang surat al-Maidah

ayat 51 sebagai berikut: “Kan bisa saja dalam hati kecil, bapak, ibu tidak bisa

pilih saya karena dibohongi (orang) dengan surat Al-Maidah (ayat) 51 macam-

macam itu. Itu hak bapak dan ibu”7

Pernyataan tersebut menimbulkan respon serta tanggapan yang beragam,

ada yang pro dan kontra. Respon yang beragam ini hadir dari masyarakat tokoh

ulama dan ormas-ormas Islam. Salah satunya adalah demonstrasi turun ke jalan

dengan membawa beberapa tuntutan.yang diikuti Majelis Ulama Indonesia

(MUI), Front Pembela Islam (FPI), Forum Umat Islam (FUI), Gerakan Nasional

Pengawal Fatwa dan Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI), Hizbut Tahrir

Indonesia (HTI), dan dari banyaknya pemahaman masyarakat dalam menanggapi

isu tersebut sehingga menimbulakan polarisasi atau perbedaan pandangan yang

berbeda-beda.

Pergelutan pemikiran politik Islam yang terjadi pada pilkada DKI Jakarta

dengan hadirnya isu-isu tidak lepas dari pemahaman masyarakat khususnya

pemeluk agama Islam tentang kepemimpinan dalam Islam. Pergelutan pemikiran

6 “Model Demokrasi di Negara Muslim,” Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 30 Agustus 2016; tersedia di http://www.uinjkt.ac.id/id/model-demokrasi-di-negara-

muslim/ diunduh pada 25 Mei 2017. 7 Pernyataan lengkap ini diambil dari video pidatonya, pada saat Basuki Tjahaja Purnama

berada di Kepulauan Seribu pada 27 September 2016. Tersedia di

https://youtu.be/MNdJv3ZAqQE diunduh pada 29 Mei 2017.

Page 23: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

5

politik Islam tersebut memuncak dalam perdebatan mengenai arti kandungan yang

ada pada surat al-Maidah ayat 57, sebagai berikut:

أب ۞ ٱنز كى فئ ى ي ن ي ت ۥءايا ء بعط ى إ ي ل ٱلل

ٱند تتخزا ش ذ ٱنص نب ل نبء بعضى أ و أ ٱنق

ه ١٥ ٱنظ

Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-

orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu);

sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain.

Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka

sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah

tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.QS. Al-

Maidah ayat 51

Namun pada pilkada DKI Jakarta salah satu calon kandidat yaitu Basuki

Tjahaja Purnama kandidat yang berasal dari suku Tionghoa dan beragamakan

Kristen Protestan.8

Dalam sikap dan tanggapannya terhadap dugaan kasus penistaan agama

yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama, Majelis Ulama Indonesia (MUI)

memberikan beberapa pendapat dan sikap keagamaannya, mengenai pandangan

tentang makna yang terkandung di dalam surat al-Maidah ayat 51. MUI

mengatakan dalam hal ini ulama wajib menyampaikan makna yang terkandung di

dalam surat al-Maidah bahwa memilih pemimpin Muslim adalah wajib

hukumnya.9

Sedangkan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang terwakilkan

oleh Said Aqil Siradj beliau berpendapat bahwa tidak menjadi persoalan bila

8 Rita Ayuningtyas, “Mengulik Kembali Perjalanan Kasus Ahok,” Liputan6, 26 Februari

2018; tersedia di https://www.liputan6.com/news/read/3322122/mengulik-kembali-perjalanan-

kasus-ahok diunduh pada 27 Mei 2017. 9 “Pendapat dan Sikap Keagamaan MUI terhadap Ahok Bukan Fatwa, Benarkah Surat Al

Maidah Ayat 51 tentang Pemilihan Pemimpin?,” Kompasiana.com, 12 November 2016; tersedia di

http://www.kompasiana.com/blackdiamond/pendapat-dan-sikap-keagamaan-mui-terhadap-ahok-

bukan-fatwa-benarkah-surat-al-maidah-ayat-51-tentang-pemilihan-

pemimpin_5826d1a54423bd79346e4821 diunduh pada 26 Mei 2017.

Page 24: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

6

calon kepala daerah itu berasal dari Non-Muslim tetapi jujur, adil dan dapat

dipercaya oleh rakyat.10

Beda halnya dengan pendapat Said Aqil Siradj, Habib

Rizieq selaku Imam besar FPI berpendapat bahwa Indonesia tidak pernah

kehabisan sosok putra-putri yang jujur serta beragama Islam, sehingga tidak perlu

umat Islam memilih pemimpin Non-Muslim.11

Bergulirnya polarisasi pemikiran politik Islam dari berbagai macam ormas

Islam berhasil mengelompokkan masyarakat DKI Jakarta pada penyelenggaraan

pilkada DKI Jakarta 2017 dalam berbagai sikap dan pemikiran. Ormas-ormas,

kelompok, dan tokoh agama yang terhimpun dan selalu terus menerus

mengkampanyekan pemimpin harus muslim.

Syarat utama seorang pemimpin yang layak dipilih oleh umat Islam adalah

yang berasal dari golongannya sendiri (Islam) jika berkaitan dengan ketentuan-

ketentuan yang berada di dalam al-Qur‟an dan hadits.12

Polarisasi pemikiran

politik Islam teridentifikasi dari tanggapan-tanggapan dan sikap keagamaan dari

berbagai ormas yang turut serta memainkan perannya dalam konteks menafsirkan

pemimpin yang harus dipilih oleh umat Islam.13

Ketiga pasangan calon pilkada DKI Jakarta ini, salah satu calon

kandidatnya adalah petahana (Incumbent) yaitu, pasangan calon Basuki Tjahaja

10

Hardani Triyoga, “Said Aqil: Mending Pemimpin Non-Muslim Tapi Jujur daripada

Muslim Tapi Zalim,” Detik.com, 16 April 2016; tersedia di

https://news.detik.com/berita/3189642/said-aqil-mending-pemimpin-non-muslim-tapi-jujur-

daripada-muslim-tapi-zalim diunduh pada 26 Mei 2017. 11

“Habib Rizieq: Umat Islam Tak Kehabisan Pemimpin yang Jujur,” Viva.co.id, 18

September 2016; tersedia di https://www.viva.co.id/berita/nasional/823308-habib-rizieq-umat-

islam-tak-kehabisan-pemimpin-yang-jujur diunduh pada 26 Mei 2017. 12

Jumal Ahmad, “Tentang Fatwa Dar Ifta‟ Mesir, Bolehnya Pemimpin Non Muslim,” 11

Februari 2017; tersedia di https://ahmadbinhanbal.wordpress.com/tag/fatwa-muhammadiyah-

tentang-pemimpin-non-muslim/ diunduh pada 28 Mei 2017. 13

Bahtiar Effendy, Islam dan Negara, Transformasi Gagasan dan Praktik Politik Islam

di Indonesia (Jakarta: Democracy Project, 2011), 44.

Page 25: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

7

Purnama-Djarot Saiful Hidayat sedangkan 2 kandidat lainnya sebagai kandidat

baru. Dukungan partai terhadap pasangan calon pada putaran pertama pasangan

calon 1. Agus Harimurti Yudhoyono-Sylvia Murni (Demokrat, PKB, PPP, dan

PAN), 2. Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (PDI-P, Hanura, Golkar,

dan Nasdem), dan 3. Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Uno (Gerindra dan

PKS).14

Hasil rekapitulasi yang diumumkan pada 26 Februari 2017 oleh KPUD

DKI Jakarta pasangan calon nomor urut 1. Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana

Murni: 937.955, 2. Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat: 2.364.577, dan

3. Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno: 2.197.333. Berdasarkan

ketentuan pasal 11 UU No. 29 Tahun 2007 menyebutkan pasangan calon gubernur

dan calon wakil gubernur yang memperoleh suara lebih dari 50% +1 sehinga baru

bisa dikatakan sebagai calon pasangan gubernur dan calon wakil gubernur

terpilih, jika perolehan suara tiap pasangan calon kurang dari 50% perolehan

suara, maka pasangan calon tersebut dianggap gugur karena tidak memenuhi

ketentuan yang berlaku. Sehingga pada pemilihan putaran diikuti oleh dua

psangan calon yaitu, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies

Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno.15

Pilkada yang terjadi di DKI Jakarta 2017 tidak terlepas dari begitu

banyaknya permasalahan serta isu dan fatwa yang beredar di tengah-tengah

masyarakat Ibukota seperti . Dari sekian banyaknya permasalahan yang terjadi

dan berkembang, permasalahan isu sara dan fatwa yang banyak diperhatikan oleh

14

Retaduari, “4 Partai Pengusung,” Detik.com. 15

Micom, “Pilkada Serentak dengan Aturan Berbeda,” Media Indonesia.

Page 26: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

8

masyarakat DKI Jakarta, serta penggunaan isu-isu yang berbau Suku Ras dan

Agama (SARA) sangatlah memberikan dampak yang besar,16

Hadirnya pemikiran politik Islam yang beragam dalam menanggapi isu

kepemimpinan dalam Islam tentang boleh atau tidaknya masyarakat DKI Jakarta

khususnya masyarakat yang memeluk agama Islam memilih pemimpin non-

Muslim, menjadi pemicu munculnya sikap dan pendapat keagamaan dari berbagai

tokoh, ormas-ormas keagamaan dan masyarakat DKI Jakarta, hal ini menjadikan

perhatian yang sentral di pilkada DKI Jakarta 2017, kemudian dari uraian di atas

maka peneleti tertarik untuk mengklasifikasikan pemikiran politik Islam serta

berbagai macam sikap dan pendapat keagamaan tersebut lebih ke arah mana

kecenderungannya sesuai dengan paradigma perspektif trikotomi fundamentalis,

reformis dan akomodasionis.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pemaparan masalah di atas maka penulis membatasi

penelitian ini berdasarkan dengan fokus masalah yang ingin penulis teliti dengan

instrumen pertanyaan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang melatarbelakangi munculnya polarisasi pemikiran politik

Islam dalam pilkada DKI Jakarta 2017?

2. Bagaimana bentuk polarisasi pemikiran politik Islam dalam pilkada DKI

Jakarta 2017?

16

Kahfi Dirga Cahya, “Agama Disebut Jadi Isu Utama,” Kompas.com.

Page 27: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Penelitian yang berjudul “Polarisasi Pemikiran Politik Islam dalam

Pilkada DKI Jakarta 2017” memiliki 2 tujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana polarisasi pemikiran politik Islam yang

terjadi dalam pilkada DKI Jakarta 2017, serta bagaimana perbedaan

pandangan tokoh ulama dalam menafsirkan pandangannya terhadap

konsep kepemipinan melalui sudut pandang Islam.

b. Untuk mengetahui beberapa pandangan yang berbeda dari berbagai

macam lembaga dan ormas Islam memberikan dampak polarisasi. Dari

polarisasi yang hadir dalam pilkada DKI Jakarta 2017 adakah varian

pemikiran politik Islam yang hadir.

2. Manfaat

Adapun manfaat serta kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini

bertujuan untuk memperkaya khazanah intelektual umat Islam dalam

melihat pemikiran politik umat Islam yang sangat beragam di Indonesia.

Penulis mengharapkan agar dapat memberikan sumbangsih pemikiran

sebagai tambahan referensi dan perbandingan bagi studi-studi selanjutnya

yang akan menambah informasi dan wawasan tentang anjuran Islam dalam

memilih pemimpin.

a. Akademis

Page 28: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

10

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

politik khususnya tentang konsep pemikiran politik Islam yang

diterapkan dalam konsep berpolitik dewasa ini.

b. Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan untuk intelektual

Islam lainnya di Indonesia. Serta memberikan wawasan yang luas

terhadap masyarakat sebagai informasi awal bagi kajian-kajian serupa di

masa mendatang, terutama bagi polarisasi pemikiran politik Islam serta

anjuran Islam dalam memilih pemimpinnya.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian ini, terdapat beberapa literature yang terdiri

dari jurnal dan skripsi yang juga membahas dan meneliti mengenai relasi Islam

dan Negara, terutama di Indonesia. Jurnal dan skripsi ini sebagai tinjauan pustaka

yang berguna bagi penulis sebagai tambahan informasi dan bahan referensi dalam

melakukan penelitian ini. Selain itu sumber-sumber literatu polarire ini meskipun

dengan tema yang sama namun memiliki fokus pembahasan yang berbeda dan

dapat menjadi perbandingan dalam melakukan penelitian ini.

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Rohmat Syarifuddin dari UIN

Walisongo, Semarang. Dalam penelitian ini mengungkapkan hubungan Muslim

dan non Muslim, yang kerap diwarnai dengan isu-isu negatif. Banyak yang

berpandangan dengan salah satu aspek dalil al-Qur‟an bahwa tidak

memperbolehkan Muslim bergaul dengan non-Muslim dengan berbagai macam

Page 29: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

11

alasan apapun, apalagi mengangkat non-Muslim sebagai pemimpin Muslim.

Rohmat mengatakan bahwa al-Qur‟an sebagai kitab suci yang sudah dijamin

keasliannya akan tetap relevan disetiap tempat dan waktu. Persoalan-persoalan

yang akan dibahas ialah bagaimana pemahaman dan penafsiran M. Quraish

Shihab terhadap ayat-ayat al-Qur‟an yang melarang non-Muslim diangkat

menjadi pemimpin Muslim. Serta bagaimana tahapan pengangkatan non-Muslim

menjadi pemimpin dalam pemerintahan menurut M. Quraish Shihab. 17

Kedua, skripsi yang ditulis oleh Lukman Santoso dari UIN Sunan Kalijaga

Jogjakarta. Dalam penelitian ini turut membahas relasi antara Islam dan Negara

berdasarkan pemikiran tokoh Benazir Bhutto yang berasal dari Pakistan.

Penelitian ini juga berusaha mengkaji pemikiran Benazir Bhutto serta

kontribusinya terhadap politik Pakistan. Disebutkan bahwa pemikiran Benazir

adalah cenderung substantivik dimana bertentangan dengan mayoritas muslim

Pakistan yang tradisionalis dan fundamentalis. Benazir berusaha membawa

perubahan politik di Pakistan dengan gagasan yang modern baik dalam

lingkungan politik, ekonomi dan sosial yang kemudian dapat melahirkan

demokratisasi di negara Islam. Sedangkan relevansi pemikiran Benazir di

Indonesia lebih menekankan bahwa Islam tidak selalu harus menjadi dasar negara

sepanjang negara tersebut berpegang teguh terhadap prinsip-prinsip universal

17

Rohmat Syarifuddin,”Pengangkatan Pemimpin Non-Muslim dalam Al-Qur‟an”,

(Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang,

2016).

Page 30: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

12

mengenai demokrasi, keadilan, egalitarianisme, persaudaraan, dan kebebasan

maka sistem negara tersebut benar menurut Islam.18

Ketiga, artikel dalam jurnal yang ditulis oleh Hamsah Hasan dari IAIN

Palopo Sulawesi Selatan. Dalam artikel ini membahas isu tentang hubungan

Islam dan Negara dalam perspektif politik Islam di Indonesia. Perspektif politik

Islam dalam penelitian ini untuk memahami hubungan Islam dan Negara tidak

dimaksudkan untuk mendirikan negara agama di Indonesia. Namun diharapkan

hubungan antara Islam dan negara dapat terintergrasi dalam relasi fungsional

sebagai bentuk yang saling melengkapi demi menciptakan keluhuran. Selain itu

politik Islam di Indonesia juga harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan

masyarakat di era kontemporer serta isu-isu kontemporer baik secara global

maupun nasional, seperti isu globalisasi ekonomi-politik dunia, sains dan

teknologi, isu-isu demokrasi, gender, HAM, dan pluralisme.19

Keempat, adalah skripsi yang ditulis oleh Muhammad Hijri Prakarsa dari

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa

pemikiran FPI mengenai hubungan Islam dan Negara adalah merupakan suatu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. FPI di Indonesia yang berlandaskan ahlus

sunnah wal jamaah dengan menerapkan amar ma‟ruf nahi munkar, tidak

bermaksud untuk mengubah sistem negara dan ideologi negara Indonesia secara

total. Menurut FPI, Indonesia sudah merupakan negara Islam berdasarkan

mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. FPI bagi masyarakat bertindak

18

Lukman Santoso, “Pemikiran Benazir Bhutto tentang Relasi Islam dan Negara”,

(Skripsi S1, Fakultas Syari‟ah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Jogjakarta, 2009). 19

Hamsah Hasan, “Hubungan Islam dan Negara: Merespons Wacana Politik Islam

Kontemporer di Indonesia,” AL-AHKAM 25 (April, 2015): 19-42.

Page 31: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

13

sebagai organisasi yang membela kepentingan umat Islam di Indonesia dan

berupaya menjaga kestabilan moral bangsa agar tidak terjerumus kepada

kemunkaran. Sedangkan bagi pemerintah, FPI bertindak sebagai kelompok

kepentingan dan kelompok penekan untuk meluruskan kebijakan-kebijakan yang

tidak sesuai dengan syariat Islam.20

Berdasarkan literatur di atas, penelitian ini berupaya memberikan

sumbangsih pemikiran atas terjadinya polarisasi pemikiran politik Islam antara

konsep pemikiran politik Islam. Jika jurnal Ari Ganjar Herdiansyah melihat

terbentuknya partai Islam hasil dari sentimen agama dan politik aliran, skripsi

Dedy Faisal menuliskan tentang masuknya nilai-nilai Islam kedalam pancasila

dianggap sebagai jalan tengah, dan dalam skripsi Hijri Prakarsa menulis bahwa

ormas FPI di Indonesia sebagai kelompok penekan dan penegak syariat moral

bangsa dan tidak bermaksud merubah ideologi bangsa, maka penulis menuliskan

tentang polarisasi pemikiran politik Islam dalam pilkada DKI Jakarta 2017 dengan

menggunakan konsep pemikiran politik Islam serta konsep kepemimpinan dalam

Islam.

E. Metodelogi Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang akan digunakan adalah

metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang

hasilnya diperoleh tidak dengan menggunakan cara pengukuran atau statistik

20

Muhammad Hijri Prakarsa, “Pemikiran Front Pembela Islam (FPI) Tentang Hubungan

Islam dan Negara: Studi Terhadap FPI di Indonesia”, (Skripsi S1, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.

Page 32: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

14

seperti pada metode kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

karena data primer yang dihasilkan dari penelitian kualitatif adalah data-data

deskriptif berupa kalimat atau tulisan yang menggambarkan secara rinci dan

jelas mengenai perilaku subjek yang diamati.21

Dengan menggunakan metode

penelitian kualitatif ini, penelitian diharapkan mampu menghasilkan uraian

yang mendalam dalam suatu konteks tertentu dan kemudian dikaji secara

komperehensif.

2. Sumber dan Jenis Data

Dalam melakukan penelitian ini, penulis memperoleh data dari dua

sumber yakni data primer dan sekunder. Data primer yang dimaksud adalah

data yang didapat secara langsung dari sumber utama, dapat dilakukan dengan

melakukan wawancara, observasi, survey, kuesioner, dan lain-lain. Sedangkan

data sekunder didapat melalui jurnal, buku, internet, artikel, dan sumber-

sumber lain yang didapat tidak secara langsung.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian kualitatif, peneliti mengumpulkan data

berdasarkan fakta-fakta yang berada di lapangan yang kemudian penulis

konstruksikan menjadi hipotesis dan teori. Teknik pengumpulan data baik

primer dan sekunder yang dapat penulis lakukan melalui:

a. Studi Literatur

Melalui studi literatur penulis akan mengumpulkan data-data

primer maupun sekunder yang berasal dari buku, jurnal, media massa,

21

John W. Creswell, Research Design Qualitative, Quantitative and mixed methods

design (California: Safe Publications, Inc, 1998), 24.

Page 33: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

15

media online, website, skripsi, tesis, disertasi, dan dokumen yang

berkaitan dengan penelitian penulis.

b. Wawancara

Metode wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,

melibatkan satu orang yang ingin memperoleh informasi dari satu orang

lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan

tertentu. Teknik ini melakukan tanya jawab secara langsung dengan

narasumber yang tepat atau pihak-pihak yang bersangkutan dengan

penelitian penulis demi mendapatkan data yang valid sebagai data primer.

c. Observasi

Metode observasi yang digunakan penulis adalah dengan

mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis melalui pengamatan

dan pencatatan terhadap gejala-gejala sosial dan politik di tengah

masyarakat untuk memperoleh data sekunder.

d. Teknik Analisa Data

Dalam melakukan penelitian ini, metode yang digunakan untuk

menganalisa adalah deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis yang

dimaksud adalah kegiatan penelitian dengan melihat permasalahan yang

ada melalui pengumpulan data kemudian melakukan analisis dengan

mengaitkan data tersebut dengan teori yang digunakan.22

Data yang telah

diperoleh lalu penulis gambarkan secara umum untuk melihat fakta yang

terjadi di lapangan dan disusun secara sistmatis, faktual dan akurat.

22

R. Bogdan dan S. Biklen, Qualitative Research for Education (Boston, MA: Allyn and

Bacon, 1992), 21-22.

Page 34: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

16

F. Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan penulisan ini, maka penulis akan membagi skripsi ini

menjadi lima bab, tiap bab didalamnya terdiri dari beberapa sub bab.

Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

Bab I. Pada bab ini penulis memaparkan pernyataan penelitian,

pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta tinjauan pustaka yang

telah disusun yang terkait dengan, pemikiran politik Islam (Studi Kasus Polarisasi

Pemikiran Politik Islam dalam Pilkada DKI Jakarta 2017). Selain itu penulis juga

menyebutkan metode penelitian yang dilakukan dengan metode kualitatif dan

menggunakan teknik analisa deskriptif melalui studi literatur dan wawancara.

Bab II. Pada bab ini penulis memaparkan konsep dan teori yang berpijak

pada landasan teoritis dan kerangka konseptual yang menjelaskan fenomena yang

diangkat penulis adalah Islam dan Negara: Polarisasi Pemikiran Politik Islam

dalam Pilkada DKI Jakarta 2017). Dengan menggunakan konsep Islam dan negara

serta pemikiran politik Islam dengan konsep perspektif trikotomi.

Bab III. Pada bab ini penulis memaparkan kondisi politik yang sedang

terjadi dalam pilkada DKI Jakarta 2017 serta profil calon kandidat yang ikut

dalam pilkada DKI Jakarta 2017.

Bab IV. Pada bab ini penulis akan memaparkan hasil temuannya di

lapangan terkait dengan adanya polarisasi pemikiran politik Islam mengenai

kepemimpinan dalam Islam, serta pendapat dari berbagai macam pandangan

Page 35: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

17

pemikir politik Islam di Indonesia mengenai kepemimpinan dalam Islam. Serta

melihat bentuk dari polarisasi yang terjadi dalam pilkada DKI Jakarta 2017.

Bab V. Pada bab ini berisikan kesimpulan atas penelitian yang penulis

lakukan serta saran-saran yang dapat penulis berikan untuk perbaikan dan

perkembangan penelitian selanjutnya mengenai tema penelitian ini.

Page 36: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

18

BAB II

TEORI DAN KONSEP

A. Polarisasi

Polarisasi adalah proses perbedaan dalam cara pandang yang

menghasilkan pertentangan antar kedua belah pihak dalam memahami persoalan

tertentu. Polarisasi terjadi disebabkan oleh pertentangan atas berbagai sikap dan

pandangan yang berbeda-beda dari individu atau kelompok. Polarisasi yang ada

dimasyarakat atau kelompok, didalamnya terdapat individu-individu yang

memiliki pandangan yang berbeda-beda. Adanya tanggapan yang reaksioner atas

ketidaksetujuan atas satu dengan yang lainnya di dalam sebuah kelompok atau

yang berada di luar kelompok ini yang menyebabkan adanya respon negatif dari

berbagai pihak.

Polarisasi yang berkembang dalam masyarakat disebabkan oleh adanya

pengidentifikasian diri yang sangat kuat dalam individu atau kelompok. Dengan

demikian, individu atau kelompok secara tidak sadar menolak gagasan dan

pandangan yang berbeda dari pihak yang bertentangan dengan mereka. Hal ini

dapat menciptakan putaran ketidaksukaan terhadap satu sama lain, semakin kita

tidak menyukai individu atau kelompok tertentu, akan semakin tak terbendung

pandangan negatif tentang individu atau kelompok tersebut. Adanya penilaian-

penilaian sepihak antar individu atau kelompok yang bertentangan, semakin

Page 37: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

19

menguatkan identifikasi diri atas nilai-nilai yang selama ini mereka anggap

benar.23

Beberapa perselisihan atau pertentangan biasanya disebabkan oleh

ketidaksetujuan atas isu-isu yang berkembang luas dimasyarakat dan kelompok

tertentu, semakin individu atau kelompok berfikiran negatif atas isu yang belum

tentu benar dalam keabsahannya, semakin besar kemungkinannya menjadikan

individu atau kelompok berpandangan negatif atas ketidaksetujuan terhadap isu

yang berkembang. Penilaian-penilaian yang terjadi antar kedua belah pihak yang

berlawanan akan semakin memperburuk keadaan situasi dan kondisi yang terjadi

dan akan terus-menerus berputar dalam area ketidak-pahaman tersebut.24

Isu-isu tentang boleh atau tidaknya kepemimpinan non-Muslim yang

beredar luas dalam pilkada DKI Jakarta 2017 telah menyebabkan timbulnya

pandangan pro dan kontra antara pandangan yang membolehkan dan menolak

secara keras dengan secara perlahan mengemuka hal ini tidak secara faktual

terjadi menyebabkan ketidak-setujuan antar kedua pihak yang berlawanan, hal ini

lambat laun yang akan memicu adanya ambivalensi antar individu atau kelompok

tertentu. Kadang kala antara pihak yang berlawanan ini, disebabkan oleh

kurangnya pemahaman politik yang mendasar antara kedua belah pihak yang

berlawanan. Kemudian hal ini akan menunjukan identifikasi individu atau

23

Chloe Carmichael, “Political Polarization Is a Psychology Problem,” Huffpost, 8

November 2017; tersedia di https://www.huffingtonpost.com/entry/political-polarization-is-a-

psychology-problem_us_5a01dd9ee4b07eb5118255e5 diunduh pada 28 Desember 2017. 24

Piercarlo Valdesolo dan Jesse Graham, Social Psychology Of Political Polarization

(New York: Routledge, 2016), 25.

Page 38: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

20

kelompok yang sangat kuat. Berdasarkan pada keadaan emosi yang bias makna

dari pada fakta yang terjadi.25

Konsekuensi yang saling tidak menguntungkan antara kedua belah pihak,

yang menyebabkan antara individu atau kelompok tertentu, telah menimbulkan

rasa kurang percaya satu sama lain untuk membicarakan perbedaan yang telah

terjadi. Kemudian hal ini akan menempatkan kedalam posisi yang rentan akan

terjadinya konflik yang meluas. Dimana stereotip yang telah mereka dapat tentang

pendapat orang-orang yang berada di luar pemahamannya atau “sisi lain”, yang

telah diperkuat oleh paradigma serta kesepakatan sosial dan perhatian selektif

terhadap isu utama tertentu daripada dengan pemahaman lengkap tentang semua

fakta yang relevan dari kedua belah pihak yang berlawanan. Hal inilah yang

terjadi antar individu atau kelompok pada kedua sisi.

Polarisasi yang terdapat di dalam pemikiran politik Islam adalah sebuah

upaya memahami nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam yang berfungsi

sebagai pecerahan atau pedoman terhadap umat manusia yang merupakan ajaran

universal untuk kesejahteraan dan kebaikan hidup umat manusia di dunia.

Kehidupan pada hakikatnya ditentukan oleh individu itu sendiri, sehingga

pencapaian yang dihasilkan baik atau buruk dalam kehidupan itu ditentukan oleh

individu. Maka dari itu berawal dari hal terpenting dalam peran dan fungsi ajaran

Islam dalam mempengaruhi peningkatan kualitas diri seseorang agar dapat

25

Valdesolo dan Graham, Social Psychology, 42.

Page 39: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

21

memposisikan diri pada ketentuan dan martabatnya yang paling luhur dalam

memahami Islam.26

Untuk mencapai misi ajaran Islam yang membawa rahmat atau kebaikan

bagi sesama dalam tujuan pemahaman menyeluruh dalam nilai-nilai Islam yang

kemudian dikenal sebagai tradisi dalam pemikiran keIslaman, di dalam tradisi

keIslaman yang berkembang terdapat polarisasi interpretasi pemahaman yang

berbeda-beda. Terjadinya perbedaan pemikiran dalam Islam ini sesungguhnya

dipengaruhi oleh latar belakang pemikir itu sendiri, yang dalam prosesnya

menumbuhkan wacana dialektika pemikiran yang positif maupun negatif.

Sehingga menjadi sebuah khazanah intelektual dalam Islam. Khazanah intelektual

dalam Islam pada akhirnya akan menjadi sebuah peradaban dalam bidang

pemikiran yang akan menjadi alternatif budaya berfikir bagi umat Muslim. Oleh

sebab itu perubahan-perubahan dan penyesuaian dikemudian hari pada akhirnya

ajaran Islam tidak menjadi kaku dan bersifat dinamis sesuai perkembangan zaman

dalam kondisi ruang dan dimensi waktu tertentu.

Beragamnya kerumitan pemikiran Islam diilhami oleh dua aliran besar

dalam sejarah Islam yang mengiringi awal terjadinya perbedaan pendapat dalam

Islam. Kedua pemikiran aliran tersebut disebut sebagai ahlul hadits dan ahlul

ra‟yi. Pertama, Ahlul hadits yaitu adalah corak dan watak yang berkembang di

tanah kelahiran Islam itu sendiri yaitu Madinah yang tentunya tradisi-tradisi

keIslaman yang banyak dijadikan contoh dalam perilaku kehidupan para sahabat

menjadi sebuah pemikiran yang dominan dalam melatarbelakangi tradisi

26

Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan dan KeIndonesian (Bandung: Mizan, 1989), 25.

Page 40: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

22

pemikiran tersebut. Oleh karena itu pemikiran ahlul hadits disebut sebagai ajaran

yang terbilang statis dan tekstual terhadap pemahaman nash-nash yang ada.

Sehingga dalam perkembangannya aliran ini seringkali disebut sebagai gerakan

skriptualis yang bercirikan tradisionalis.27

Kedua, ahlul ra‟yi, yaitu gerakan pemikiran ke-Islaman yang berpusat di

Baghdad atau Irak dengan keadaan yang sangat jauh berbeda dengan Madinah

yang jarang sekali dijumpai tradisi-tradisi sahabat nabi Muhammad SAW yang

disebabkan oleh akulturasi budaya yang silih berganti. Berbagai persoalan

kehidupan, sehingga dalam penyelesaian persoalan kehidupan dalam tubuh umat

Islam terbagi kepada kemampuan tiap-tiap individu dalam memahami ajaran serta

nilai-nilai Islam sesuai dengan kapasitas akal atau rasio yang dimiliki seseorang.

Oleh karena itu tradisi pemikiran ke-Islaman aliran ini sangat kontekstual sesuai

dengan tuntutan perkembangan zamannya yang dikemudian hari dikenal sebagai

gerakan pemikiran rasionalis mengacu pada aspek kehidupan yang sedang

terjadi.28

Polarisasi yang terjadi pada pilkada DKI Jakarta 2017, sebenarnya secara

tidak langsung mengulang diskursus perdebatan lama, antara ajaran Islam yang

murni dengan pemikiran pembaharuan Islam. Secara tidak langsung fenomena

yang terjadi dalam pilkada DKI Jakarta 2017 memicu perdebatan lama untuk

dibahas kembali. Hal ini justru memberikan dampak polarisasi dalam hal

menanggapi boleh atau tidaknya pemimpin non-Muslim memimpin umat Islam.

27

Abdul Wahhab Khalaf, Khulasah Tarikh Al-Islami (Solo: Ramadhani, 1992), 75. 28

Hudhari Bik, Tarjamah Tarikh Al-Tasyri' Al-Islam: (Sejarah Pembinaan Hukum Islam)

(Jakarta: Darul Ikhya, 1980), 408.

Page 41: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

23

B. Pemikiran Politik Islam

1. Pengertian Politik Islam

Hubungan integral antara agama dengan politik dalam Islam, dengan

penegasan kembali pihak Muslim untuk merealisasikan ketetapan Allah. Berbagai

macamnya pandangan kesatuan agama dengan politik akan selalu memperlihatkan

entitas yang berbeda dalam memperjuangkan nilai-nilai Islam. Dalam sejarah

perkembangannya, sering kali memperlihatkan kontradiksi dengan idea Islam.

Permasalahan yang selalu ditimbulkan oleh perbedaan pemahaman serta

keyakinan dengan kenyataan telah menyebabkan bangkitnya perkembangan

pemikiran politik Islam.29

Beberapa tokoh pada zaman klasik hingga pertengahan seperti Ibnu Abi

Rabi‟, Ghazali dan Ibnu Taimiyah mengemukan pendapatnya dengan tegas

bahwa kekuasaan kepala negara atau raja itu merupakan mandat dari Allah yang

diberikan kepada hamba-hamba pilihannya. Ketiga pemikir yang sudah

disebutkan tadi mempunyai pendirian kuat bahwa khalifah itu adalah hasil

representasi Allah di muka bumi dengan kata lain semua ketentuan-ketentuan

yang ada di dunia harus berlandaskan ketentuan Allah yang tertuang dalam al

qur‟an dan hadits.30

Berakhirnya dinasti Abbasiyah kiranya belum berarti berakhirnya masa

keemasan Islam. Dampak perubahan yang terjadi merubah semua tatanan dan

watak Islam yang sudah bertahan lama. Kemudian dari peristiwa tersebut barulah

29 John L. Esposito, Islam dan Politik (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990), 39. 30

Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara Ajaran, Sejarah dan Pemikiran (Jakarta: UI-

Press, 2011), 108.

Page 42: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

24

hilangnya sistem ke-khalifahan yang mencerminkan kepemimpinan yang terpusat

dan tunggal bagi negara Islam di dunia. Hilangnya kelembagaan khalifah tak

semerta-merta meruntuhkan semangat dan terus mengembangkan pemikiran-

pemikiran politik Islam dengan semangat perkembangan zaman yang harus selalu

diimbangi.31

Islam memiliki keragaman wawasan pemikiran politik yang cukup luas,

diantaranya menyangkut pemikiran tentang hubungan agama dan negara. Dua

instrumen pemikiran yang mengemuka sejak lama dalam sejarah perkembangan

di dunia Islam dapat ditelusuri jejak pemikiran yang menginginkan adanya

pemisahan antara Islam dan politik dan begitupun sebaliknya.

Pemikiran seperti ini tidak dapat dilepaskan dari sifat Islam yang multi

interpretatif yang melekat pada ajaran Islam seperti terlihat dari mengemukanya

berbagai mazhab fiqh, teologis, dan berbagai macam lainnya. Kemudian sifat

multi interpretatif ini merupakan dasar kelenturan pemikiran Islam dalam sejarah

perkembangannya.

Topik pembahasan hubungan antara Islam dan negara selalu menimbulkan

perdebatan-perdebatan yang tidak ada habisnya, dikarenakan negara-negara

muslim yang ada di dunia khususnya negara Indonesia mengalami banyak

kesulitan dalam upaya mencari dan mengembangkan gagasan-gagasan politik

Islam dan negara dalam wilayah-wilayah tertentu yang mana ini disebabkan oleh

31

Sjadzali, Islam dan Tata Negara Ajaran, 111.

Page 43: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

25

perbedaan budaya, letak geografis dan pemikirannya, serta ditandai dengan

ketegangan-ketegangan yang terjadi diantara intelektual Muslim. 32

Dua buah institusi ini merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat

khususnya yang ada di dalam wilayah keduanya. Agama sebagai sumber etika

moral mempunyai kedudukan yang sangat penting karena berkaitan dengan

perilaku seseorang dalam melakukan interaksi sosial di dalam kehidupannya, yang

mana agama dijadikan sebagai pedoman sekaligus alat ukur atau pembenaran

dalam semua proses kehidupannya. Sebagaimana dinyatakan oleh banyak para

ahli, agama (din) dapat dipandang sebagai instrumen ilahiah untuk mempermudah

manusia memahami dunia.33

Secara keseluruhan, istilah mengenai negara merupakan terjemahan dari

kata asing, yaitu state (bahasa Inggris), staat (bahasa Belanda dan Jerman), dan

etat (bahasa Prancis). Asal kata state, staat, dan etat berasal dari kata bahasa latin,

yaitu status atau statum, yang berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatau

yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.34

Sedangkan negara (daulah) merupakan sebuah kontruksi yang mencakup

seluruh aturan mengenai tata kelola dalam kehidupan bernegara. Secara singkat

dapat diambil pemahaman bahwa negara adalah sebuah institusi yang dibentuk

oleh sekumpulan orang-orang yang dalam wilayah tertentu dengan tujuan yang

sama dan terikat taat terhadap perundang-undangan serta memiliki sistem

32

Bahtiar Effendy, Islam dan Negara, 2. 33

Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Kita Agama Masyarakat Demokrasi

(Jakarta: The Wahid Institute, 2006), 10. 34

Radian Syam dan Nurdin Muhamad, Pendidikan Kewarganegaraan (Jakarta: Dian

Rakyat, 2012), 8.

Page 44: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

26

pemerintahan sendiri. Negara dibentuk atas dasar kesepakatan bersama untuk

mengatur anggota masyarakat dalam memperoleh kesejahteraan hidup dan

memenuhi kebutuhan hidup dalam bernegara.35

Hubungan Islam dan negara terbilang sangat dinamis dikerenakan

pemikiran-pemikiran para ahli yang beragam. Ketegangan dan perdebatan tentang

relasi antara Islam dan negara dikalangan para ahli ini didasari oleh hubungan

yang kaku antara Islam, sebagai agama (din) dan negara (daulah). Hubungan

agama dan negara yang tidak dapat dipisahkan, keduanya merupakan instrumen

penting dan sekaligus perantara antara moral bangsa serta umatnya.36

Pemikiran politik Islam di Indonesia telah banyak mengalami perubahan

dan penyesuaian, serta teori-teori yang telah berkembang untuk menentukan

sejauh mana kegunaan teori dan konsep pemikiran politik Islam ini menjelaskan

fenomena-fenomena yang terjadi di Indonesia. Diantaranya beberapa pendekatan

muncul, seperti teori “dekonfessionalisasi” Islam yang dikembangkan oleh C.A.O.

Van Nieuwenhuijze; teori “domestikasi” yang dikemukan oleh Harry J. Benda

dimana Islam hanya terbagi kedalam aspek-aspek spiritual; teori “dikotomi”

Santri-Abangan dari Jay dan Geertz; teori “Islam kultural” yang dikembangkan

oleh Donald K. Emmerson; dan teori “perspektif trikotomi” yang mendapatkan

porsi banyak dalam karya Allan Samson. Sedangkan mengacu pada fenomena

yang terjadi dalam pilkada DKI Jakarta tahun 2017, baik dekonfessionalisasi,

35

A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan :Pancasila,

Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan KENCANA, 2003), 120. 36

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya (Jakarta: UI Press, 1985), 9.

Page 45: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

27

domestikasi, santri-abangan, ataupun Islam kultural37

tidak cukup mampu untuk

menjabarkan dan menjawab polarisasi yang terjadi dalam tubuh Islam. Oleh

karena itu, dari paparan diatas penulis berpandangan bahwa pendekatan yang

relevan untuk menjawab persoalan yang terjadi dalam pilkada DKI Jakarta 2017

adalah pendekatan perspektif trikotomi.

2. Perspektif Trikotomi

Paradigma-paradigma terdahulu telah bertranformasi dan berkembang

yang tampaknya telah dirumuskan berdasarkan interaksi antara Islam dan realitas-

realitas politik yang terjadi, maka “perspektif trikotomi” hadir dan mencoba untuk

melihat realitas yang terjadi sebagai respon terhadap berbagai tantangan yang

dihadapkan kepada para aktivis Muslim serta ormas-ormas Islam. Sebagaimana

para teoritikus terdahulu pendekatan ini mendukung obsesi masyarakat politik

Muslim dengan gagasan negara Islam, kemudian mereka juga menyadari bahwa

sifat antagonisme antar golongan santri dan abangan. Terlepas dari itu, mereka

tidak secara otomatis mengasumsikan bahwa semua aktivis politik Muslim tidak

otomatis memperlihatkan intesitas yang sama sehubungan dengan agenda negara

Islam mereka.38

37

Dekonfessionalisasi pada mulanya berkembang di Belanda untuk kemudian

menunjukan bahwa, untuk mencapai tingkat kebersamaan yang diambil dari wakil-wakil

kelompok peribadatan dalam mencapai landasan bersama untuk menghindari implikasi-implikasi

tertentu dari sejumlah peribadatan untuk menghindari perbedaan pendapat, Domestikasi tidak

terbatas kepada tema ke-Islam-an saja, tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur ke-Jawa-annya

walaupun telah memeluk agama Islam, Dikotomi menjelaskan bahwa adanya istilah Santri-

Abangan, yaitu Santri diibaratkan sebagai Muslim yang taat atau Islamis, sedangkan Abangan

diibaratkan dengan pengertian Muslim yang kurang taat, Perpektif trikotomi mengelompokkan

Islam kedalam tiga bentuk yaitu kelompok fundamentalis, kelompok reformis, dan kelompok

akomodasionis. Islam kultural menekankan kepada upaya umat Muslim dalam merealisasikan

nilai-nilainya tanpa harus merubah negara menjadi berlandaskan Islam. 38

Effendy, Islam dan Negara, 44-45.

Page 46: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

28

Demikian juga, mereka tidak menerima pandangan bahwa varian politik

santri dan abangan tidak punya ruang sama sekali untuk berkompromi. Dengan

memusatkan perhatian kepada keragaman dan kompleksitas politik Islam, mereka

menemukan tiga pendekatan politik fundamentalis, reformis,dan akomodasionis

yang tertuang dalam pemikiran politik Muslim.

Kemudian dalam struktur pemikiran, yang tampak menonjol dalam karya-

karya Allan Samson, dan beberapa pengamat lainnya yang melihat dalam contoh

kasus bahwa kekalahan partai-partai Islam disebabkan oleh perpecahan-

perpecahan politis dan ideologis internal. Dengan menganalisis perjalan partai

politik Islam “modern” terbesar dalam sejarah Indonesia, yakni Masyumi dan

Parmusi yang secara luas diklaim sebagai penerusnya Nahdlatul Ulama (NU)

yang “tradisionalis” terutama terlihat dengan pola interaksi terhadap watak

hegemonik negara di bawah kepemimpinan Soekarno dan Soeharto, Allan

Samson menemukan bahwa pandangan mereka terhadap politik, kekuasaan, dan

ideologi tidaklah tunggal.39

Peranan yang relevan untuk sebuah partai politik yang berlandaskan

agama khususnya Islam, pentingnya ideologi, dan pola interaksi antara kelompok-

kelompok Islam dan Non-Muslim memainkan peran cukup besar dalam

memunculkan dinamika pertentangan antar umat beragama dalam aspek religio-

politis internal. Munculnya orientasi bentuk fundamentalis, reformis, dan

akomodasionis dalam kelompok-kelompok pemikiran politik Islam. Allan

39

Effendy, Islam dan Negara, 45.

Page 47: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

29

Simson berpendapat, ciri-ciri pokok para pendukung ketiga pendekatan yang

berbeda, sebagai berikut:

1. Kelompok Fundamentalis, kelompok ini mendukung jenis penafsiran

atas Islam yang kaku dan murni, menentang pemikiran sekular,

pengaruh Barat dan sinkretisme kepercayaan tradisional dan

menekankan keutamaan agama atas politik.

2. Kelompok Reformis, secara teoritis juga menekankan keutamaan

agama atas politik, tetapi kelompok ini jaun lebih kooperatif dengan

kelompok-kelompok sekular berdasarkan kesepakatan yang sama-

sama disepakati dibandingkan dengan kelompok fundamentalis.

Kelompok ini juga selalu berusaha menjadikan agama relevan dengan

era modern.

3. Kelompok Akomodasionis memberi apresiasi yang tinggi terhadap

kerangka persatuan yang diberikan Islam, tetapi kelompok ini juga

mempertahankan pandangannya bahwa kepentingan-kepentingan

sosial dan ekonomi harus mendapat prioritas utama oleh organisasi-

organisasi Islam. Lebih jauh, kelompok ini menekankan keharusan

untuk mengakui kepentingan-kepentingan yang bisa dibenarkan oleh

kelompok sekular, ataupun pembenaran yang sifatnya illahiah, serta

bekerjasama dengan mereka atas landasan yang sama-sama

disepakati.”40

40

Effendy, Islam dan Negara, 46.

Page 48: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

30

Berdasarkan pandangan di atas kelompok-kelompok Islam dibagi menjadi

3 bentuk adalah fundamentalis, reformis, dan akomodasionis. Namun dalam

perkembangannya istilah ini bisa saja berbeda dengan realita yang terjadi tetapi

masih dengan pengidentifikasian yang sama.

C. Konsep Kepemimpinan dalam Tinjauan Islam

1. Definisi Pemimpin

Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam

memimpin diri dan orang lain disekitarnya serta memiliki kemampuan yang lebih

dalam menjawab semua persoalan yang sedang terjadi. Pandangan-pandangan

sebelumnya berpendapat mereka yang dianggap sebagai pemimpin adalah

individu yang paling cerdik dalam berbagai hal yang erat kaitannya kepada

kelompok, dan pemimpin harus pandai dalam melakukannya.

Kata pemimpin serta kepemimpinan adalah sesuatu hal yang tidak dapat

dipisahkan baik secara tugas serta fungsinya. Artinya kata pemimpin dan

kepemimpinan saling mempunyai keterkaitan yang erat. Pemimpin dapat pula

diartikan sebagai individu yang menduduki suatu posisi tertentu di atas individu-

individu yang lain di dalam kelompok, dapat dikatakan sebagai pimpinan atau

pemimpin. Hal ini memungkinkan bahwa dalam menduduki posisinya

memberikan instrumen-instrumen secara formal atau non formal.

Kepemimpinan dipahami dalam dua aspek yaitu sebagai kekuatan untuk

menggerakkan dan mempengaruhi individu atau kelompok. Kepemimpinan hanya

sebuah sarana proses untuk mengajak individu-individu agar bersedia melakukan

Page 49: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

31

sesuatu secara suka rela. Beberapa faktor yang dapat menggerakan seseorang

yaitu karena adanya intimidasi, penghargaan, otoritas dan adanya bujukan dalam

segi pendekata persuasif.41

Kepemimpinan ditinjau dari berbagai istilah dalam bahasa lain, berasal

dari kata leadership (kepemimpinan) berasal dari akar kata leader (pemimpin).

Asal mula kata ini muncul sekitar tahun 1300-an, sedangkan kata leadership

muncul kemudian pada tahun 1700-an. Hingga pada tahun 1940, kajian tentang

kepemimpinan berkembang yang didasarkan pada teori sifat. Teori ini terbatasa

hanya pada aspek mencari sifat-sifat kepribadian, sosial, fisik atau daya

intelektual yang membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin. Bahwa

pada artinya kepemimpinan dianggap sebagai bawaan sejak lahir atau bisa

dibilang sebagai bakat bawaan.42

Persoalan kepemimpinan dalam Islam yang selalu ditekankan oleh al-

Qur‟an dan al-Sunnah dalam proses melahirkan dan mewujudkan pemerintahan

Islam adalah selalu soal “kepemimpinan”, dikarenakan begitu pentingnya masalah

ini sehingga para ulama yang klasik hingga modern dirasa perlu untuk menulis

secara lebih khusu dan mendalam dalam beberapa karyanya.

Manusia diciptakan untuk menjadi khalifah dimuka bumi, kemudian maka

dari itu manusia tidak terlepas dari perannya sebagai pemimpin yang merupakan

peran yang sangat sentral dalam setiap upaya-upaya pembinaan manusia dalam

41

Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: Rajawali Pers, 2009),

30. 42

Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2003), 8.

Page 50: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

32

lingkup kecil yang tertuang dalam gerak langkah organisasi. Pentingnya masalah

kepemimpinan sehingga dalam al-Qur‟an, Allah telah mewajibkan dalam

firmannya akan kepatuhan terhadap pemimpin. Kepemimpinan dalam Islam, yang

terkenal dengan sebutan khalifah dan imamah adalah kepemimpinan tertinggi

yang erat kaitannya dengan urusan agama dan dunia.43

2. Istilah Pemimpin dalam Islam

Kata pemimpin dalam Islam yang sering digunakan dalam beberapa istilah

bahasa Arab yaitu sebagai berikut:

a. Istilah Khalifah

Asal mula kata khalifah berasal dari akar kata خهف yang berarti

dibelakang dari kata tersebut, kemudian lahir beberapa kata yang lain. Seperti

yang artinya lupa atau keliru, dan khalafa (خالف) khalāf ,(pengganti) خهفت

Dalam al-Qur‟an terdapat perkatan khalifah didalam bentuk mufrad .(خهف)

(tunggal), disebut sebanyak dua kali. Yaitu dalam QS. al-Baqarah ayat 30 dan

QS. Sad ayat 26. Kemudian ada dua bentuk jamak yang menunjukan banyak,

yaitu dalam perkataan khalā‟if yang disebutkan sebanyak empat kali. Yaitu

dalam QS. al-An‟am ayat 165, QS. Yunus ayat 14,73 dan QS. Fatir ayat 39

kemudian perkataan khulafa‟ disebut sebanyak tiga kali QS. al-A‟raf ayat

69,74 dan QS. an-Naml ayat 62.44

Khalifah dalam pengertiannya adalah bentuk mashdar dari kata kerja

lampau (khalafa), yang berarti menggantikan atau menempati tempatnya.,

43

Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, 35. 44

Yahaya Jusoh dan Kamarul Azmi Jasmi, Pendidikan Politik dan khilafah Islam dalam

Pelbagai Perspektif (Malaysia: Universiti Teknologi Malaysia, Johor Darul Ta‟zim, 2006), 1.

Page 51: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

33

kemudian makna dari kata ini merujuk kepada arti asal yaitu dibelakang.

Setelah nabi Muhammad SAW. wafat, dalam kepemimpinan Islam. Khalifah

juga sering diartikan sebagai Amīr al-Mu‟minīn (أيش انؤي) atau “pemimpin

orang yang beriman”.45

Khalifah dalam artian yang umum seseorang yang

dilantik sebagai pemimpin negara yang mempunyai otoritas dalam men-tadbir

urusan agama dan politik dunia secara adil. 46

b. Istilah Imām

Pengertian imām menurut etimologi kata imama diambil dari bahasa

Arab dan kata amama yang masdarnya imama yang berarti didepankan atau

maju kemuka (taqaddum) menuju ke penjurusan kata tertentu (al-Qashdu ila

jihatin mu‟aiyyanatin), hudayah, irsyad, qiyada (kapemimpinan), ah-liyah

(kemampuan), dan kecakapan untuk dijadikan teladan terhadap umat.

Menurut terminologi imām adalah “seorang yang memegang jabatan

umum dalam urusan agama dan dunia sekaligu.”penyetaraan kata imām dan

kata khalifah karena disejajarkan dengan kedudukan seorang imām shalat

jamaah dalam hal kepemimpinan yang harus diikuti .sebagaimana halnya

sebutan khalifah, muncul dari punngsinya menggantikan kepemimpinan rasul

bagi umat.47

45

Sahabuddin, Ensklopedi al-Qur‟an Kajian Kosa Kata (Jakarta: Lentera Hati, Juz III,

2007), 829. 46

Abul A‟la Al-Maududi, terj., Khilafah dan Kerajaan Evaluasi Kritis atas Sejarah

Pemerintahan Islam (Bandung: Mizan, 1998), 32. 47

Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu Kenegaraan dalam Fiqih Islam (Jakarta: Bulan Bintang,

1991), 26.

Page 52: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

34

Menurut pandangan Ali As-Salus yang tertuang dalam bukunya

menyatakan bahwa “imām artinya pemimpin seperti ketua atau yang lainnya,

baik dia memberikan petunjuk ataupun menyesatkan”. Sebagaimana yang

tertuang dalam firman Allah sebagai berikut:

و ب كت أت ى ف ۥذعا كم أبس بئي ئك ۦب ن فأ

كت فتالا قشء ل ظه ١٥بى

Artinya:“(ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat

dengan pemimpinnya; dan Barangsiapa yang diberikan kitab

amalannya di tangan kanannya Maka mereka ini akan membaca

kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.” QS. al-Isrā‟ ayat

71

Di dalam al-Quran kata imām disebutkan sebanyak tujuh kali. yaitu

dalam QS. al-Isrā‟ ayat 71, QS. al-Furqān ayat 74, QS. al-Ahqāf ayat 12, QS.

al-Hijr ayat 79, QS. al-Baqarah ayat 124, dan QS. Yāsīn ayat 12.

Kata imām mempunyai makna dasar, yaitu setiap individu yang diikuti

pemikirannya dan didahulukan urusannya, kemudian dalam shalat yang

memiliki banyak makna filosofi yang terkandung yang diantaranya mempunya

aspek spiritual yakni kedekatannya dengan Allah SWT. Ibadah tersebut juga

bermakna kepada makna jama‟ah yang berarti seorang imām haruslah diikuti,

sehingga istilah imām lebih dikonotasikan sebagai individu yang menempati

kedudukan atau jabatan tertentu yang diadakan untuk mengganti tugas

kenabian di dalam memelihara agama dan mengatur dunia.48

c. Istilah Amīr

Istilah amīr merupakan bentuk isimfi‟il yang berasal dari akar kata

amara yang berarti memberi perintah atau menguasai. Tetapi pada dasarnya

48

Ahmad Dzajuli, Fiqih Siyasah (Bandung: Prenada Media, 2003), 87.

Page 53: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

35

kata amara memiliki lima makna pokok yaitu lawan kata tumbuh atau

berkembang, larangan, urusan, tanda, dan hal yang mengesankan.

Namun, sekalipun tidak pernah ditemukan di dalam al-Qur‟an,

ternyata kata amīr itu sendiri seringkali digunakan dalam beberapa hadist.

Semisal, hadist riwayat al-Bukhari dari Abu Hurirah. Dalam hadis itu

disebutkan bahwa ulil amri atau pejabat wilayah adalah orang yang mendapat

amanah untuk mengurus urusan orang lain. Pemimpin yang dengan rasa penuh

tanggung jawab mengurus rakyatnya, tetapi jika ada pemimpin yang tidak

mengurus dan memperhatikan rakyatnya maka orang itu tidak bisa dikatakan

sebagai pemimpin lagi.49

3. Hukum Islam Mengangkat Pemimpin

Pada kalangan ulama terdapat pendapat yang berbeda-beda mengenai

hukum mengangkat pemimpin. menurut para ulama Sunni, Syi‟ah dan Murjiah,

mayoritas pengikut Mu‟tazilah dan Khawarij, kecuali pengikut sekte Najdat,

mengangkat kepala negara itu wajib hukumnya karena itu akan berdosa bila

meninggalkan kewajiban tersebut. Menurut kaum sunni, mengangkat kepala

negara itu merupakan suatu kewajiban yang berdasarkan dengan syariat atau

agama. Untuk melegitimasi pandangan tersebut, kaum sunni mengemukakan tiga

pendapatnya sebagai berikut:

49

Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik (Jakarta:

Gema Insani, 2003), 119.

Page 54: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

36

Pertama, dalam firman Allah, yang berbunyi sebagai berikut: “hai orang-

orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan Ulil Amrin

(pemerintah di antara kamu”, QS. an-Nisa‟ ayat 59

أب ا أطعا ٱنز ءاي أطعا ٱلل سل ن ٱنش أ يكى ٱليش

زعت إن فئ ت ء فشد ى ف ش سل ٱلل ب ٱنش إ كتى تؤي ٱلل

و أحس ٱلخش ٱن ش نك خال ر ١٥تأ

Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),

dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat

tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan

Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan

hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik

akibatnya”. QS. an-Nisa‟ ayat 59

Kedua, dalam hadist Nabi yang berbunyi sebagai berikut: “apabila ada

tiga orang yang melakukan perjalanan, maka hendaklah salah satu dari mereka

menajdi pemimpin perjalanan” HR. Abu Daud.50

Ketiga, ijma‟ sahabat dan tabi‟in. Dalil ketiga ini merujuk kepada

kesepakatan yang disepakati pada saat Abu Bakar berpidato di masjid bertepatan

dengan pelantikannya oleh seluruh umat Islam untuk mempertegas

pengangkatannya yang telah dilakukan oleh para sahabat tertua di Saqifah Bani

Saidah. Pada pidato pengukuhannya tersebut, Abu Bakar yang diantaranya

menyatakan sebagai berikut: “wahai sekalian manusia, siapa yang menyembah

Muhammad, kini Muhammad telah wafat. Tapi siapa yang menyembah Allah,

sesungguhnya Allah itu kekal selama-lamanya”. Kemudian di tengah-tengah

pidatonya tersebut, Abu Bakar melontarkan pertanyaan kepada segenap hadirin,

“(saudara-saudaraku), kini Muhammad telah tiada, tapi menurut pendapatku,”

50

Muhammad Nasiruddin al-Albani, Shahih Sunan Abu Daud (Jakarta: Pustaka Azzam,

2006), 192.

Page 55: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

37

tegas Abu Bakar, harus ada orang yang melanjutkan perjuangannya. Bagaimana

menurut saudara-saudara?”. Tanya Abu Bakar, lalu segenap hadirin serentak

menjawab, “anda benar ya Abu Bakar”.

Menurut al-Rais 1036 M begitu juga dengan pendapat al-Mawardi 1058 M

dan al-Ghazali 1111 M, kewajiban tersebut buku semata-semata kewajiban

individual saja tetapi (wajib aini), tetapi kewajiban kolektif (wajib kifa‟i atau

fardu kifayah). Kaum Syiah pun mempunyai pandangan yang sama dengan kaum

sunni, yakni mengangkat kepala negara itu merupakan kewajiban berdasarkan

syariat. Hanya saja, dalam hal ini syiah berpendapat pengangkatan kepala negara

yang wajib mengangkatnya adalah Allah, bukan umat ataupun rakyat.

Pada umumnya bahwa pengangkatan kepala negara itu merupakan

kebutuhan manusia yang terbilang cukup cenderung hidup bermasyarakat.

Manusia sebagai makhluk sosial, tidak mungkin manusia hidup seorang diri

melainkan saling berdampingan dan membutuhkan satu sama lain. Dalam

interaksi yang terjadi amat rentan dengan terjadinya perselisihan, pertikaian,

konflik, bahkan dapat juga menyulut dan menabuh genderang perang yang akan

menelan banyak korban jiwa baik materi atau pun yang lainnya, yang merusak

sendi-sendi- kehidupan. 51

Kaum rasionalitas Mu‟tazilah, mempunyai pandangan bahwa baik dan

buruk dapat diketahui oleh akal dan rasio manusia. Sedangkan wahyu tidak lebih

hanya bersifat penegasan terhadap segala-segala sesuatu yang telah diketahui akal.

51

Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman al-Qur‟an dan Hadis (Jakarta: PT Elex

Media Komputindo, 2014), 201.

Page 56: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

38

Karena itu, kewajiban mangangkat kepala negara dipandang sebagai suatu

kewajiban yang didasari oleh akal manusia.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bekenaan dengan

kewajiban mengangkat kepala negara dilandasi dengan tiga pemikiran yang

berbeda-beda sebagai berikut: pertama, wajib berdasarkan syariat, kedua, wajib

berdasarkan akal dan ketiga, berdasarkan rasio dan syariat. Islam adalah agama

yang paling sempurna, diantara kesempurnaannya Islam juga mengatur seluruh

aspek kehidupan manusia di dunia baik yang berhubungan dengan illahiah

(hablum minallah) serta hubungannya dengan sesama makhluk sosial (hablum

minannas), termasuk diantaranya masalah kepemimpinan di dalam negara.

52Kepemimpinan dilain sisi dapat bermakna pemegang kekuasaan, tetapi di sisi

lain juga bisa bermakna tanggung jawab. Ketika kepemimpinan dimaknai sebagai

kekuasaan, Allah SWT. mengingatkan kita bahwa dalam hakikatnya kekuasaan

itu adalah milik Allah semata. Allah SWT. yang memberikan kekuasaan kepada

setiap insan yang dikehendaki-Nya, dan Allah SWT. pula yang mencabut

kekuasaan itu.

قم تبذ عه إ تخفا يب ف صذسكى أ عهى يب ف ٱلل ث يب ف ٱنس ٱلسض ء قذش ٱلل كم ش ٩٥عه

Artinya:”Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan

kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut

kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang

yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau

kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya

Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. QS. Ali-Imran Ayat 29

52

Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyyasah Doktrin dan Pikiran Politik

Islam (Yogyakarta: Erlangga, 2008), 108.

Page 57: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

39

Kemudian dalam al-Qur‟an dan sunnah ada beberapa syarat dan ketentuan

yang disandang oleh seseorang untuk bisa mengajukan diri menjadi sebagai

pemimpin. syarat-syarat yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Pertama, harus seorang Muslim. Syarat ini antara lain ditemukan dalam

firmanNya berikut: “hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah

rasul-Nya dan ulil amri (pemerintah) di antara kamu....”QS. an-Nisa ayat 59.

Syarat-syarat kepala negara harus beragama Islam itu, disampaikan dari kata

minkum yang termaktub pada akhir ayat di atas, yang oleh para pendukung syarat

ini selalu ditafsirkan menjadi minkumayyuhalmukminūn yang berarti dari

kalanganmu sendiri wahai orang-orang Muslim.

Kedua, harus seorang laki-laki. Syarat ini tertuang dalam firman Allah

SWT. yeng berbunyi sebagai berikut: “kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi

kaum wanita....”QS an-Nisā‟ ayat 34

Ketiga, harus sudah dewasa syarat ini tertuang dalan firma sebagai berikut:

“dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna

akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu yang dijadikan Allah

sebagai pokok kehidupan.....”QS an-Nisā‟ ayat 553

Kepemimpinan dalam perspektif Islam merupakan sebuah amanat yang

diberikan kepada seseorang yang benar-benar ahli, berkualitas, mempunya daya

juang, dan memiliki tanggung jawab serta adil, jujur dan bermoral baik.

53

Syarif dan Zada, Fiqh Siyyasah, 248

Page 58: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

40

BAB III

PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH (PILKADA) DKI JAKARTA

2017

A. Gambaran Umum Pilkada DKI Jakarta 2017

1. Pengertian Pilkada

Disejumlah negara yang menganut sistem demokrasi, pemilihan umum

dianggap sebagai cara, sekaligus tolok ukur, dan keberhasilan terhadap sistem

demokrasi. Hasil pemilihan yang diselenggarakan secara langsung dan terbuka

dengan kebebasan berpendapat serta kebebasan berserikat, dianggap

mencerminkan aspirasi dan partisipasi. Sekalipun demikian, disadari bahwa

pemilihan umum tidak merupakan salah satu indikator, tetapi perlu dilakukan

pengukuran beberapa kegiatan lain yang lebih bersifat berkesinambungan dalam

berbagai aspek kegiatan yang dilakukan.54

Secara sederhana, pemilihan umum diartikan sebagai wadah atau suatu

cara bagi rakyat di dalam negara untuk memilih orang-orang yang pantas

mewakili rakyat dalam menjalankan roda pemerintahan. Merujuk pada UUD No.

7 tahun 2017 yang ditegaskan dalam Undang-Undang pemilu dilaksanakan

berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Kemudian

penyelenggara pemilu harus melaksanakan pemilu berdasarkan pada asas

sebagaimana yang tercantum dalam UUD. Penyelenggaraan pemilu harus

54

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2008), 461.

Page 59: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

41

memenuhi prinsip mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib, terbuka,

proporsional, profesional, akuntabel, efektif; dan efisien.55

Pengertian pemilihan kepala daerah (Pilkada), secara langsung baik

Gubernur, Wakil Gubernur ditingkat Provinsi, Bupati, Wakil Bupati, maupun

Walikota dan Wakil Walikota ditingkat kabupaten dan Kota. Kemudian yang

dilakukan secara langsung oleh penduduk daerah administratif setempat yang

memenuhi syarat-syarat tertentu. Dalam sejarah perkembangan di Indonesia pada

awalnya calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih melalui Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).56

Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah dipilih secara

langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

atau disingkat Pilkada, Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni

tahun 2005.

Kemudian pilkada selanjutnya dilaksanakan secara langsung dan tidak lagi

melalui DPRD, tetapi dilaksanakan pilkada secara langsung yang hasilnya

ditentukan oleh perolehan suara rakyat yang ada dimasing-masing daerah

setempat. Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang

Penyelenggara Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan pada rezim pemilu,

sehingga secara resmi bernama Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil

55

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum. 56

A. Rahman H.I, Sistem Politik Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 147.

Page 60: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

42

Kepala Daerah atau disingkat Pemilukada. Pemilihan kepala daerah pertama yang

diselenggarakan berdasarkan undang-undang pilkada DKI Jakarta 2007.57

2. Profil Kandidat Pilkada DKI Jakarta 2017

a. Agus Harimurti Yudhoyono – Sylviana Murni

1) Agus Harimurti Yudhoyono

Letkol Inf. Agus Harimurti Yudhoyono, M.Sc., MPA., M.A. Lahir

di Bandung, Jawa Barat, pada 10 Agustus 1978 beliau merupakan anak

pertama mantan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Pada

tahun 1997 beliau berhasil menyelesaikan pendidikan SMA di Taruna

Nusantara & Akademi Militer pada tahun 2000. Kemudian beliau

mengambil gelar master di Institute of Defence and Strategic Studies,

Nanyang Technological University, Singapura dan lulus pada tahun 2006,

kemudian pada mei 2010 beliau menyelesaikan pendidikannya dan meraih

gelar Master of Public Administration di John F. Kennedy School of

Government, Harvard University, Massachusetts, Amerika Serikat.

Karir di militer, beliau pernah menjabat menjadi Wadan Yonif

Mekanis 201/Jaya Yudha, Batalyon Infanteri (Yonif) Mekanis, Kepala

Operasi Infanteri 17 Brigade Airbone Kostrad TNI AD. Karir militernya

terbilang sangat singkat dikarenakan karir militernya yang terbilang masih

sangat panjang, tetapi beliau lebih memilih mengambil dan melanjutkan

57

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum.

Page 61: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

43

karirnya dipolitik serta mencalonkan diri sebagai kandidat pada pilkada

DKI Jakarta 2017.58

2) Sylviana Murni

Dr. Hj. Sylviana Murni, SH,M.Si. lahir di Jakarta 11 Oktober

1958, awal karir politiknya dengan menjadi PNS sebagai staf penatar BP-

7 DKI periode 1985-1987 kemudian naik menjadi Staf Biro Pembinaan

Mental DKI Jakarta. Beliau merupakan salah satu deputi gubernur DKI

Jakarta di Bidang Budaya dan Pariwisata satu dari dua wanita yang pada

masa jabatannya menduduki posisi tertinggi di pemprov DKI Jakarta.

Beliau juga pernah menduduki jabatan sebagai Walikota Jakarta Pusat

untuk periode 2008-2010 sebelum Rustam Effendi Anas.

Setelah lulus dari SMP 44 Jakarta dan SMA 12 Jakarta, Beliau

melanjutkan studinya di S1 Fakultas Hukum, Universitas Jayabaya,

Jakarta, kemudian mengambil gelar magister di Manajemen

Kependudukan Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia dan meraih gelar

doktor di Manajemen Pendidikan Fakultas Kependidikan, Universita

Jakarta. Keputusan beliau untuk mengundurkan diri dari jabatannya tidak

sedikit mengundang pro dan kontra karena banyak sekali yang

menyayangkan keputusan beliau untuk ikut dalam pilkada DKI Jakarta.59

58

“Pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta 2017 Nomor Urut 1,” Tirto.id, 2017; tersedia

di https://tirto.id/m/agus-harimurti-yudhoyono--sylviana-murni-Jo diunduh pada 20 Januari 2018. 59

“Profil Sylviana Murni,” Merdeka.com, 2017; tersedia di

https://www.merdeka.com/sylviana-murni/ diunduh pada 20 Januari 2018.

Page 62: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

44

b. Basuki Tjahaja Purnama – Djarot Saiful Hidayat

1) Basuki Tjahaja Purnama

Basuki Tjahaja Purnama atau yang lebih dikenal dengan panggilan

Ahok, beliau lahir di Manggar, Bangka Belitung, 28 Juni 1966 adalah

putra pertama dari pasangan Indra Tjahaja Purnama (Tjoeng Kiem Nam)

dan Buniarti Ningsing (Boen Nen Tjauw) dan memiliki tiga orang adik.

Mempunyai seorang istri bernama Veronica Tan, dengan dikaruniai tiga

orang anak.

Basuki Tjahaja menyelesaikan pendidikan SD dan SMP di

Belitung, kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA III

PSKD Jakarta, lalu melanjutkan pendidikannya lagi di Universitas

Trisakti, Jakarta dengan mengambil jurusan Teknik Geologi dan berhasil

mendapat gelar Insinyur pada tahun 1990. Pada usia 24 tahun beliau

berhasil memperoleh gelar Insinyur, dan kemudian kembali melanjutkan

pendidikan magisternya di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya

dan mendapatkan gelar master manajemen pada tahun 1994.60

Tidak berhenti di dunia bisnis saja beliau juga melangkahkan

karirnya politiknya dengan bergabung bersama Partai Indonesia Baru

(PIB) pada tahun 2004 kemudian beliau ditunjuk sebagai ketua DPC PIB

Kab. Belitung dan pada tahun yang sama beliau juga terpilih sebagai

anggota DPRD Kabupaten Belitun masa bakti 2004-2009. Pada tahun

60

Hedi Purnomo, “Menilik Latar Belakang Cagub dan Cawagub,” Kompasiana.com, 10

November 2016; tersedia di https://www.kompasiana.com/hedipurnomo45/menilik-latar-belakang-

cagub-dan-cawagub_58240fca6323bd54136ea20b diunduh pada 23 Januari 2018.

Page 63: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

45

2005 beliau maju dalam pilkada sebagai Bupati Kabupaten Belitung Timur

bersama pasangannya Khairul Effendi, B.Sc masa bakti 2005-2010. Tidak

berlangsung lama beliau menjabat sebagai Bupati Belitung Timur

kemudian memilih untuk maju dalam pemilihan Gubernur Bangka

Belitung tahun 2007, namun dalam pemilihan Gubernur kalah oleh

kandidat Eko Maulana Ali yang diusung oleh partai Golkar. Tidak

berhenti sampai di sana, pada 2009 beliau mencalonkan diri menjadi

anggota DPR-RI dari Partai Golkar dan berhasil mengumpulkan 119.232

suara dan mendapat jabatan di komisi II DPR-RI. Semakin lama karir

politiknya semakin cemerlang, pada tahun 2012 beliau mendurkan diri dari

partai Golkar dan bergabung kedalam partai Gerindra mencalonkan diri

sebagai calon wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Joko Widodo

sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Pasangan ini diusung oleh partai

PDIP dan Gerindra kemudian berhasil menyingkirkan empat pasangan

calon lainnya.61

Memasuki tahun 2014, tepatnya pada 14 November 2014 beliau

diumumkan secara resmi menjadi Gubernur DKI Jakarta, melalui rapat

paripurna istimewa di gedung DPRD DKI Jakarta menggantikan Jokowi

Dodo Gubernur sebelumnya yang mengundurkan diri dan ikut dalam

pemilihan presiden. Beliau resmi dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta

oleh Presiden terpilih Joko Widodo pada 19 November 2014 di Istana

61

“Profil Ir. Basuki Tjahaja Purnama,” Viva.co.id, 2017; tersedia di

https://www.viva.co.id/siapa/read/85-ahok diunduh pada 23 Januari 2018.

Page 64: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

46

Negara, setelah sebelumnya menjabat sebagai Pelaksana Tugas (PLT)

Gubernur sejak 16 Oktober hingga 19 November 2014.62

Sekitar 2 tahun menjabat, gelombang protes terus menerus

menerjang Basuki. Sikap ini terjadi atas reaksi berbagai kebijakan dan

pernyataan Basuki yang selalu mengundang kecaman dari berbagai

kalangan mulai dari DPRD, partai pengusung dan ornas-ormas baik ormas

primordial hingga ormas Islam.

Pada awal masa jabatannya Basuki sempat membongkar masjid-

masjid bersejarah yang telah berdiri selama puluhan tahun seperti masjid

Amir Hamzah di Taman Ismail Marzuki (TIM), kemudian masjid Baitul

Arif di Jatinegara, pembongkaran secara sepihak dan tidak adanya

kordinasi dengan warga setempat sehingga meimbulkan ketegangan

berbau SARA dengan alasan renovasi masjid tetapi tidak ada proses lebih

lanjut setelah pembongkaran itu dilaksanakan. Kontroversi berlanjut

hingga pelarangan kegiatan tabligh akbar dengan alasan akan membuat

kemacetan di area sekitar.63

Karir politiknya yang terbilang sangat berani dan berbeda dari

tokoh-tokoh politik yang ada di Indonesia, namun ini menjadikan beliau

sosok yang kontroversial dan penuh pro-kontra, yang membuat beliau

62

Ardhancn, “Harus Tau, Ini Biografi Calon Gubernur dalam Pilkada DKI 2017,” 24

September 2016; tersedia di http://ardhancn.blogspot.co.id/2016/09/harus-tau-ini-biografi-calon-

gubernur.html diunduh pada 24 Januari 2018. 63

Linclon Arsyad, “Daftar Kontroversi Ahok Tahun 2012-2014,” Kompasiana.com, 2

Oktober 2014; tersedia di https://www.kompasiana.com/proflincolinarsyad/daftar-kontroversi-

ahok-tahun-2012-2014_54f453e7745513942b6c8aa9 diunduh pada 24 Januari 2018.

Page 65: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

47

cukup terkenal adalah gaya bahasanya yang berani, asal bicara, tegas dan

cenderung tidak memperdulikan perasaan orang lain.64

Puncak dari kontroversi Basuki terjadi pada bulan Oktober 2016

yang lalu, saat Basuki sedang melaksanakan kunjungan kerja di Kepulauan

Seribu dengan tuduhan penistaan agama, melalui video yang diunggah ke

media sosial facebook yang melontarkan pernyataannya tentang sepenggal

ayat dari surat Al-Maidah ayat 51. Kemudian hal inilah yang menimbulkan

aksi demonstrasi besar-besaran dari para ulama dan umat Islam yang

terwakilkan melalui ormas-ormas Islam.65

2) Djarot Saiful Hidayat

Djarot Saiful Hidayat lahir di Kota Magelang, 6 Juli 1962 anak

keempat dari keluarga M. Thoyib pensiunan militer dari detasemen

perhubungan. Uniknya dulu beliau hanya diberikan nama Saiful Hidayat

saja, nama Djarot sendiri dipanggil oleh penjual tempe yang kala itu

sempat mengasuh beliau saat masih kecil dan kemudian nama Djarot

melekat hingga sekarang.

Dalam bidang pendidikan beliau sukses menamatkan pendidikan

sarjananya di Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya Malang,

Jawa Timur, kemudian melanjutkan jenjang S2 di Fakultas Ilmu Politik,

64

Arya Janson Medianta, “Fenomena Ahok yang Kontroversial dan Pilgub DKI Jakarta

yang Bercita Rasa Pilpres,” Plimbi, 17 Februari 2017; tersedia di

http://www.plimbi.com/article/167054/fenomena-ahok-yang-kontroversial-dan-pilgub-dki-jakarta-

yang-bercita-rasa-pilpres- diunduh pada 24 Januari 2018. 65

Pernyataan lengkap ini bisa dilihat dari video pidatonya, pada saat Basuki Tjahaja

Purnama berada di Kepulauan Seribu pada 27 September 2016. Tersedia di

https://youtu.be/MNdJv3ZAqQE diunduh pada 24 Januari 2018.

Page 66: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

48

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Memulai karirnya menjadi dosen

di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Jawa Timur. Karier dalam

bidang pendidikannyapun kiat menanjak dari dosen, dekan, hingga

pembantu rektor 1 Untag 1945.

Selain aktif menjadi dosen, beliau juga aktif dalam dunia politik.

Beliau seseorang yang berlatar belakang sebagai akademisi. Pada tahun

1999 Djarot aktif sebagai Ketua 1 Pappuda PDI-Perjuangan, Jawa Timur

pada pemilu 1999, pemilu pertama setelah reformasi 1998, beliau terpilih

menjadi anggota DPRD Jawa Timur dan menjabat sebagai Ketua A DPRD

Jawar Timur masa bakti 1999-2000. Selama satu tahun menjabat beliau

mendapat kepercayaan penuh dari partai pengusung PDI-P untuk

mencalonkan Djarot sebagai Wali Kota Blitar dan berhasil memenangkan

pemilu tersebut, masa bakti 2000-2005, yang kemudian beliau kembali

dipercaya oleh rakyat Blitar kembali menduduki jabatan Wali Kota Blitar

pada periode masa bakti 2005-2010.66

Setelah Joko Widodo terpilih menjadi Presiden pada tahun 2014,

Basuki Tjahaja Purnama yang sebelumnya menjabat menjadi Wakil

Gubernur Joko Widodo, yang kemudian menggantikan Joko Widodo

menjadi Gubernur DKI Jakarta. Kekosongan jabatan Wakil Gubernur

kemudian diisi oleh Djarot Saiful Hidayat, Djarot terpilih sebagai Wakil

Gubernur berkat rekam jejaknya memimpin Blitar dua periode. Kemudian

66

“Profil, Djarot Saiful Hidayat,” Viva.co.id, 2017; tersedia di

https://www.viva.co.id/siapa/read/124-djarot-saiful-hidayat diunduh pada 26 Januari 2018.

Page 67: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

49

Djarot saiful Hidayat secara resmi menggantikan Basuki Tjahaja Purnama

sebagai Gubernur DKI Jakarta. Djarot menjabat gubernur ketiga dalam

periode 2012-2017.67

Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, serta

sejumlah menteri Kabinet Kerja ikut hadir dalam acara pelantikan Djarot

di Istana Negara pada pagi ini. Acara dibuka dengan menyanyikan lagu

Indonesia Raya. Pelantikan tersebut sesuai Keputusan Presiden RI Nomor

76 P Tahun 2017 tentang pengesahan pemberhentian gubernur dan wakil

gubernur DKI Jakarta sisa masa jabatan tahun 2012-2017 dan pengesahan

gubernur DKI Jakarta sisa masa jabatan tersebut. Isi keputusan tersebut

yaitu mengesahkan pengangkatan Djarot Saiful sebagai gubernur DKI

Jakarta sisa masa jabatan 2012-2017. Beliau dilantik dikarenakan

terjeratnya Basuki yang saat itu sedang menjabat sebagai Gubernur DKI

Jakarta masa bakti 2012-2017 tentang kasus penistaan agama.68

c. Anies Rasyid Baswedan – Sandiaga Salahuddin Uno

1) Anies Rasyid Baswedan

Anies Rasyid Baswedan lahir di Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei

1969, dari pasangan Rasyid Baswedan dan Alliyah. Beliau tumbuh dan

berkembang di Kota Yogyakarta dari kecil hingga duduk dibangku

perkuliahan. Pada usia 5 tahun, beliau didaftarkan orang tuanya di taman

67

“Profil Biografi Djarot Siaful Hidayat,” Telegraf, 13 Oktober 2016; tersedia di

http://telegraf.co.id/profil-biografi-djarot-saiful-hidayat/ diunduh pada 26 Januari 2018. 68

Prima Gumilang, “Djarot Resmi Gantikan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta,” CNN

Indonesia, 15 Juni 2017; tersedia di https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170615092905-20-

221880/djarot-resmi-gantikan-ahok-sebagai-gubernur-dki-jakarta diunduh pada 26 Januari 2018.

Page 68: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

50

kanak-kanak Masjid Syuhada, Yogyakarta. Kemudian setelah tamat,

beliau meneruskan di SD Laboratori, SMP Negeri 5, dan SMA Negeri 2

yang semuanya berada di Kota Yogyakarta.

Pada saat beliau duduk dibangku SMA, beliau mendapat beasiswa

satu tahun di Amerika. Dimana ini menyebabkan kelulusannya di SMA

terlambat setahun, yang seharusnya lulus pada tahun 1988, tetapi beliau

baru lulus pada tahun 1989. Setelah lulus dari SMA beliau melanjutkan

jenjang pendidikan strata satu di Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah

Mada, dan lulus pada usia 26 tahun. Kemudian setelah lulus beliau turut

ikut serta dan aktif di dalam lembaga kajian ekonomi masih dengan

almamater yang sama di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi UGM.

Beliau kemudian mendapatkan beasiswa untuk jenjang pendidikan S2-S3,

S2 University of Maryland, School of Public Policy, College Park,

Amerika Serikat, dan jenjang S3 di Northern Illinois University,

Department of Political Science, Illinois, Amerika Serikat.69

Awal mula karirnya, setelah beliau menyandang gelar doktor di

Amerika kemudian kembali ke Indonesia, sekembalinya dari Amerika

beliau mengemban tugas di lembaga riset, The Indonesian Institute sebagai

Direktur Riset mengenai riset dan analisa kebijakan publik. Karirnya

dalam bidang akademisi berlanjut, beliau dilantik menjadi Rektor

Universitas Paramadina sekaligus Rektor termuda pada usia 38 tahun.

69

“Profil Anies Rasyid Baswedan,” Viva.co.id, 2017; tersedia di

https://www.viva.co.id/siapa/read/32-anies-baswedan diunduh pada 26 Januari 2018.

Page 69: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

51

Beliau dikenal luas sebagai tokoh yang berpengaruh dalam bidang

pendidikan Indonesia. Beliau menggagas program Indonesia Mengajar

sejak tahun 2009, beliau merekrut, melatih, dan mengirim generasi muda

terbaik bangsa untuk menajar ke berbagai pelosok terpencil di Indonesia.

Karir politiknya bermula pada tahun 2013 menjajaki dunia politik

dengan mengikuti konvensi Partai Demokrat dalam penjaringan Pilpres

2014, tetapi pada saat itu Partai Demokrat hanya memiliki 10 persen pada

pemilu legislatif, yang ini berdampak dengan tidak bisanya mengusung

calon sendiri. Kegagalannya dalam mengikuti konvensi dengan Partai

Demokrat hal ini tidak sama sekali menyurutkan niatnya untuk tetap

berkarir dalam bidang politik, beliau kemudian bergabung dalam tim

pemenangan Jokowi-JK kepiawaiannya dalam berorasi membuatnya

ditunjuk sebagai juru bicara Jokowi-JK pada pilpres 2014.

Pada pemilihan Presiden 2014 beliau berhasil menghantarkan

pasangan Jokowi-JK sebagai pemenang, mengalahkan pasangan Prabowo-

Hatta, kemudian setelah kabinet kerja resmi diumumkan pada Oktober

2014, beliau diangkat menjadi Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar

dan Menengah. Sebelum selesai masa tugasnya menjadi Menteri, beliau

kemudian diganti dalam penyusunan kembali kabinet kerja pada 27 Juli

2016 oleh mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Muhadjir

Effendy. Kemudian dalam jangka waktu dua bulan, nama beliau mendapat

sorotan lebih dari beberapa partai politik. Beberapa partai politik

mengajukan untuk menjadi partai pengusung beliau untuk maju dalam

Page 70: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

52

pilkada DKI Jakarta 2017, hanya saja partai Gerindra dan PKS saja yang

berhasil menarik perhatian beliau.70

2) Sandiaga Salahuddin Uno

Sandiaga Salahuddin Uno adalah seseorang sosok pengusaha muda

yang terjun dalam dunia politik. Beliau maju dalam pilkada DKI Jakarta

2017 mendampingi Anies Baswedan yang diusung oleh Partai Gerindra

dan PKS. Beliau lahir di Pekanbaru, 28 Juni 1969 seorang anak bungsu

dari dua bersaudara berasal dari pasangan Razif Halik Uno dan Rachmini

Rachma. Ayahnya bekerja di perusahaan Caltex di Riau dan ibunya

terkenal sebagai pakar pendidikan kepribadian.

Kemudian setelahnya tidak lagi bekerja di Caltex pada tahun 1970

keluargnya memutuskan untuk pindah ke Jakarta. Sandiaga mengenyam

bangku pendidikan di SD PSKD, SMPN Jakarta, dan SMA Katolik.

Jenjang strata satunya dilanjutkan oleh beliau di Amerika serikat, masuk di

Wichita State University, Amerika Serikat. Beliau mengambil gelar

Bachelor of Business Administration dan lulus pada tahun 1990.

Kemudian bekerja di Bank Summa kemudian bertemu dengan William

Soeryadjaya sekaligus berguru dengan beliau, beliau adalh pemilik Bank

Summa. Memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan melanjutkan

70

Rina Atriana, “Begini Profil dan Perjalanan Anies Baswedan Jadi Cagub DKI,”

Detik.com, 24 September 2016; tersedia di https://news.detik.com/berita/d-3305643/begini-profil-

dan-perjalanan-anies-baswedan-jadi-cagub-dki diunduh pada 26 Januari 2018.

Page 71: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

53

mengambil gelar Master of Business Administration dengan biaya

beasiswa di George Washington University.71

Pada tahun 1994 setelah kelulusannya beliau bekerja di Seapower

Asia Investment Limited di Singapura sebagai manajer investasi dan

sekaligus bekerja di MP Holding Limited Group setahun kemudia beliau

pindah ke perusahaan NTI Resources Ltd di Kanada menjabat sebagai

Executive Vice President, tahun-tahun sulit datang menghampiri beliau

karirnya terhalang oleh krisis moneter yang terjadi menyebabkan tempat

beliau mengalami kebangkrutan menjadikan beliau tidak lagi mempunyai

pekerjaan. Setelah kejadian tersebut beliau berusaha kembali dengan

mendirikan perusahaannya bersama dengan teman-temannya yaitu PT.

Recapital perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa konsultan

keuangan. Pada saat terjadi krisi banyak perusahaan di tanah air mendekati

ambang kebangkrutan, kondisi ini yang menjadi peluang dan pasar

perusahaan beliau.

Tidak hanya dalam dunia bisnis beliau juga dikenal sebagai

penggiat olahraga, khususnnya lari dan renang. Sukses di dunia bisnis dan

olahraga, beliau juga tertarik dengan duni politik. Beliau didaulat menjadi

pengurus Partai Gerindra oleh Prabowo Subianto yang kemudian pada

71

“Biografi Sandiaga Uno,” Biografi Tokoh, 2017; tersedia di http://bio.or.id/biografi-

sandiaga-uno/ diunduh pada 26 Januari 2018.

Page 72: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

54

pilkada DKI Jakarta 2017, beliau dicalonkan sebagai calon wakil

mendampingi Anies.72

B. Tahapan Pada Pilkada DKI Jakarta 2017

Pemilihan kepala daerah secara langsung akan dilaksanakan secara

serentak, dalam 7 tahapan. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah merumuskan

jadwal pelaksanaan berdasarkan masa jabatan kepala daerah yang berada

dimasing-masing daerah. Peraturan ini berdasarkan rapat paripurna DPR dan

pemerintah yang telah disepakati bersama. Kementerian Dalam Negeri

(Kemendagri) telah mencatat ada 280 kepala daerah yang akan dipilih pada tahun

2015, kemudian ada 204 kepala daerah yang habis masa jabatannya tahun 2015

serta 76 kepala daerah yang berakhir pada semester pertama tahun 2016. Di dalam

Pasal 201 UU No. 1 Tahun 2015 mengamanatkan tiga gelombang pelaksanaan

pilkada sebelum akhirnya dilaksanakannya pilkada serentak secara nasional.73

Pilkada akan di laksanakan pada tahun 2017 untuk masyarakat DKI

Jakarta dan beberapa daerah lainnya yang diselenggarakan secara serentak

mengikuti gelombang pelaksanaan pilkada serentak. Pilkada DKI Jakarta yang

sering sekali mendapatkan perhatian lebih dari berbagai elemen masyarakat, hal

ini dikarenakan Jakarta adalah Ibukota Indonesia selalu memiliki berbagai macam

dinamika sosial dan politik. Peran media sebagai wahana sosialisasi memeberikan

72

“Profil Sandiaga Salahudin Uno,” Viva.co.id, 2017; tersedia di

https://www.viva.co.id/siapa/read/130-sandiaga-uno diunduh pada 26 Januari 2018. 73

Peraturan komisi Pemilihan Umum Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Tahapan, Program

dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,

dan/atau Walikota dan Wakil Walikota.

Page 73: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

55

efek dan dampak tertentu dalam penyajian isi konten di dalam pemberitaan yang

disajikan.

Kemudahan masyarakat dalam memperoleh informasi, membantu

masyarakat untuk lebih mengenal calon pasangan kandidat yang akan dipilihnya.

Latar belakang kandidat akan memberikan gambaran dan pandangan dari setiap

pasangan calon kandidat untuk dijadikan sebagai pertimbangan masyarakat dalam

memilih calon manakah yang pantas untuk dipilih untuk menjadi pemimpin serta

membawa cita-cita dan harapan masyarakat kedepannya.74

Situasi dan kondisi, serta dinamika persaingan antar calon kandidat yang

tercipta dengan keterlibatan berbagai macam media informasi ini menyebabkan

adanya situasi menjelang pilkada DKI Jakarta 2017 dilaksanakan semakin sengit.

Beragam persoalan muncul sebelum, selama dan sesudah penyelenggaraan

pilkada DKI Jakarta 2017. Salah satu persoalan yang banyak mendapat perhatian

publik ialah adanya kasus penistaan agama yang dilakukan oleh salah satu calon

pasangan kandidat yaitu Basuki Tjahaja Purnama terkait dengan pidato kunjungan

kerjanya di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu dengan menyinggung salah satu

ayat yang ada di dalam kitab suci umat Islam, ini berpeluang memunculkan

polarisasi dukungan yang ada di dalam masyarakat DKI Jakarta.

Pernyataan Basuki Tjahaja Purnama tentang sepenggal kata dari surat al-

Maidah ayat 51 tentang:

74

Muhammad Fathan, “Dinamika Pilakda DKI,” Republika.co.id, 22 Oktober 2016;

tersedia di http://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/16/10/22/offn854-dinamika-

pilkada-dki diunduh pada 19 Januari 2018.

Page 74: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

56

أب ۞ ٱنز كى فئ ى ي ن ي ت ۥءايا ء بعط ى إ ي ل ٱلل

ٱن ٱند تتخزا ش ذ ص نب ل نبء بعضى أ و أ ٱنق

ه ١٥ ٱنظ

Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-

orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu);

sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain.

Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka

sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah

tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.QS. Al-

Maidah ayat 51

Dalam pidatonya yang menimbulkan berbagai macam reaksi dari berbagai

lapisan masyarakat, perbedaan pandangan dan pernyataan sikap serta berbagai

macam aksi merupakan bagian dari cara berdemokrasi. Mayoritas penduduk DKI

Jakarta adalah pemeluk agama Islam, yang membuat adanya aksi besar-besaran

umat Islam sepanjang sejarah era reformasi. Aksi yang dilakukan oleh umat Islam

sebagai respon atas pernyataan Basuki Tjahaja Purnama dilakukan dalam berbagai

macam jenis kegiatan.

Pernyataan Basuki Tjahaja Purnama yang tidak tepat sehingga

menimbulkan kontroversi dari berbagai macam segmen masyarakat. Hal inilah

yang menyebabkan adanya penolakan dari pemeluk agama Islam. Penolakan ini

dibuktikan dengan adanya aksi bela Islam jilid I, II dan III. Berbagai macam

ormas-ormas Islam hadir dan masing-masing memberikan pandangan dan sikap

yang berbeda-beda menanggapi kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan

oleh salah satu kandidat yang ikut dalam kontestasi pilkada DKI Jakarta 2017.75

75

“Analisis Pilkada DKI Jakarta; Ahok dan Anies Menuju putaran Dua,” HIMA

Indonesia, 13 Februari 2017; tersedia di http://himaindonesia.com/2017/02/13/analisis-pilkada-

dki-jakarta-ahok-dan-anies-menuju-putaran-dua/ diunduh pada 19 Januari 2018.

Page 75: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

57

Pilkada 9 Desember 2015 dilaksanakan untuk memilih kepala daerah yang

masa jabatannya berakhir pada tahun 2015 dan semester pertama tahun 2016.

Kemudian pilkada 15 Februari 2017 dilaksanakan untuk memilih pejabat yang

masa tugasnya berakhir pada semester kedua pada tahun 2016 dan sepanjang

tahun 2017. Sementara kepala daerah yang berakhir masa jabatannya pada tahun

2018 dan 2019 akan digantikan pada pemilihan juni 2018 dan seterusnya

gelombang ini akan kembali berulang dalam rentang waktu lima tahun hingga

pilkada serentak nasional terlaksanakan.76

Berdasarkan SK KPUD No. 02 Tahun 2017 telah menetapkan jadwal

pemilihan dilaksanakan pada 15 Februari 2017. Pemilihan akan dilaksanakan di 7

provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten atau daerah khusus. Untuk kepala daerah

yang masa jabatannya berakhir antara juli 2016 dan desember 2017. Tujuh

provinsi yang akan melaksanakan pilkada 2017 adalah Aceh (NAD), Bangka

Belitung, DKI Jakarta, Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.77

Pilkada serentak dilaksanakan dimasing-masing daerah, tetapi peraturan

yang ada disetiap daerah tidaklah sama, melainkan memiliki peraturan yang

berbeda serta berlaku bagi daerahnya. Pada undang-undang yang tercantum pada

UU No. 8 Tahun 2015 pasal 109 ayat (1) menyebutkan pasangan calon gubernur

dan calon wakil gubernur yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan sebagai

pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur terpilih. Ketentuan dan aturan

ini hanya berlaku pada enam provinsi saja. Provinsi DKI Jakarta tidak berkenaan

76

Putri Adityowati, “Ini Gelombang Pilkada Menuju 100% Total Serentak,” Tempo.co,

18 Februari 2015; tersedia di https://nasional.tempo.co/read/643402/ini-gelombang-pilkada-

menuju-100-total-serentak diunduh pada 19 Januari 2018. 77

Surat Keputusan PKPU Nomor 02 Tahun 2017.

Page 76: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

58

dengan UU No. 8 Tahun 2015 melainkan mengacu pada ketentuan pasal 11 UU

No. 29 Tahun 2007 tentang pemerintahan provinsi DKI Jakarta yang

menyebutkan pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur yang

memperoleh suara lebih dari 50% +1 sehinga baru bisa dikatakan sebagai calon

pasangan gubernur dan calon wakil gubernur terpilih, jika perolehan suara tiap

pasangan calon kurang dari 50% perolehan suara, maka pasangan calon tersebut

dianggap gugur karena tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.78

Perhelatan pemilihan kepala daerah (pilkada) DKI Jakarta 2017 yang

diikuti oleh tiga pasangan calon 1. Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni

2. Basuki Tjahaja Purnama – Djarot Saiful Hidayat dan 3. Anies Rasyid

Baswedan – Sandiaga Salahuddin Uno. Masing-masing calon kandidat didukung

oleh berbagai partai. Pada pasangan Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni

didukung oleh Partai Demokrat, PPP (Parta Persatuan Pembangunan), Partai

Kebangkitan Bangsa, dan Partai Amanat Nasional (PAN). Basuki Tjahaja

Purnama – Djarot Saiful Hidayat didukung oleh Partai Demokrasi Perjuangan

Indonesia (PDI-P), Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA), Partai Golongan

Karya (Golkar), dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dan Anies Rasyid

Baswedan – Sandiaga Salahuddin Uno didukung oleh Partai Gerakan Indonesia

Raya (Gerindra) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).79

78

Micom, “Pilkada Serentak dengan Aturan Berbeda,” Media Indonesia. 79

Jessi Carina, “Agus-Sylvi Nomor 1, Ahok-Djarot Nomor 2, dan Anies-Sandiaga

Nomor 3,” Kompas.com, 25 Oktober 2016; tersedia di

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/10/25/20421221/agus-sylvi.nomor.urut.1.ahok-

djarot.nomor.2.dan.anies-sandiaga.nomor.urut.3 diunduh pada 19 Januari 2018.

Page 77: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

59

Pada hari minggu 26 Februari 2017 yang bertempat di Puri Agung, Hotel

Grand Sahid Jaya, yang telah melalui Rapat Pleno yang dihadiri oleh 5 (lima)

orang anggota dan sekretaris Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi DKI

Jakarta yang telah dilaksanakan pada 15 Februari 2017 memutuskan dan

menetapkan hasil perolehan suara dari 3 pasangan calon kandidat sebagai berikut:

Tabel III.B.1 Hasil Rekapitulasi KPU DKI Jakarta 2017

Pasangan Calon Kandidat Hasil Perolehan Suara

1. Agus – Sylvia 937.955

2. Basuki – Djarot 2.364.577

3. Anies – Sandiaga 2. 197.333

Sumber: SK KPU DKI Jakarta No 40 2017

Hasil rekapitulasi KPU DKI Jakarta menunjukkan bahwa terjadi

perselisihan yang sangat kecil antara pasangan nomor urut 2 dan 3, dalam amanat

UU yang mengacu pada ketentuan pasal 11 UU No. 29 Tahun 2007 tentang

pemerintahan provinsi DKI Jakarta yang menyebutkan pasangan calon gubernur

dan calon wakil gubernur yang memperoleh suara lebih dari 50% +1 sehinga baru

bisa dikatakan sebagai calon pasangan gubernur dan calon wakil gubernur

terpilih. Sesuai dengan hasil rekapitulasi di atas, hasil menunjukan kemenengan

dengan selisih yang tipis antara pasangan dengan nomor urut 2 dan 3. Pasangan

dengan nomor urut 1 tidak bisa mengikuti kembali pilkada putaran kedua

dikarenakan perolehan suara yang tidak memenuhi syarat 50% +1. Pada tanggal

19 April 2017 pemungutan suara dilaksanakan, setelah melalui berbagai tahapan

yang telah dilakukan oleh KPU DKI Jakarta.

Page 78: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

60

KPU DKI Jakarta telah menyusun jadwal penyelenggaraan putaran kedua

melalui SK KPU DKI Jakarta No. 49 Tahun 2017, Adapun masa kampanye

dilakukan pada rentang waktu 7 Maret – 15 April 2017. Setelah masa kampanye

berakhir , pilkada DKI Jakarta putaran kedua akan memasuki masa tenang pada

16-18 April 2017, dan pemungutan dan penghitungan suara yang ada di TPS

dilaksanakan pada 19 April 2017.80

Adapun hasil rekapitulasi yang ditetapkan

oleh KPU DKI Jakarta sebagai berikut:

Table III.B.2 Hasil Rekapitulasi KPU DKI Jakarta 2017

Sumber: SK KPU DKI Jakarta No. 87 Tahun 2017

Berdasarkan table diatas perolehan suara nomor urut 2 Basuki Tjahaja

Purnama – Djarot Saiful Hidayat dengan pasangan nomor urut 3 Anies Rasyid

Baswedan – Sandiaga Salahuddin Uno memiliki selisih perolehan suara yang

terbilang sangat jauh, bila dibandingkan dengan perolehan suara pada putaran

pertama. Banyak faktor yang menyebabkan kekalahan pasangan calon kandidat

Basuki-Djarot. Ini berdasarkan temuan di lapangan yang dilakukan oleh berbagai

macam lembaga survei pada pilkada DKI Jakarta 2017.

80

Nursita Sari, “Ini Jadwal Putaran Kedua Pilkada DKI Jakarta 2017,” Kompas.com, 5

Maret 2017; tersedia di

http://megapolitan.kompas.com/read/2017/03/05/11043881/ini.jadwal.putaran.kedua.pilkada.dki.ja

karta.2017 diunduh pada 27 Januari 2018.

Pasangan Calon Kandidat Hasil Perolehan Suara

2. Basuki – Djarot 2.350.366

3. Anies – Sandiaga 3.240.987

Page 79: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

61

BAB IV

POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM DAN BENTUK-BENTUK

POLARISASI PADA PILKADA DKI JAKARTA 2017

A. Faktor-Faktor Terjadinya Polarisasi

Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi tetapi dengan

jumlah pemeluk agama Islam terbanyak dimana tingkat heterogenitas di Indonesia

yang sangat beragam. Umat Islam di Indonesia secara tidak langsung bisa

dikatakan sebagai mayoritas. Dalam perjalanannya, nilai-nilai yang terkandung

dalam Islam perlahan mempengaruhi kebudayaan, watak dan pemikiran umat

Islam dalam segala aspek baik itu sosio-kultural, ekonomi dan politik di

Indonesia.

Dalam wawancara dengan Ali Munhanif berpendapat “pada kenyataannya

demokrasi menghasilkan satu kondisi dimana komunitas-komunitas yang

berbeda-beda tidak sepakat dalam beberapa hal, dengan demikian tidak akan

mengahasilkan sebuah kesepakatan yang sama itu sudah pasti, bahwa salah satu

karakter demokrasi adalah kemampuan demokrasi untuk memecah pandangan

visioner, ideologi maupun sikap-sikap politik dalam sebuah kelompok tertentu,

agama tidak terkecuali”81

Hal ini juga tertulis di dalam buku yang ditulis oleh Prof. Azyumardi Azra,

beliau mengatakan sebagai berikut:

“...jelas, kaum Muslimin Indonesia umumnya menerima demokrasi. Mereka

memandang bahwa demokrasi kompatibel dengan Islam pada dasarnya tidak ada

masalah di antara Islam dan demokrasi. Dengan penerimaan dan penerapan

demokrasi, Indonesia bukan hanya merupakan negara dengan penduduk Muslim

81

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ali Munhanif di Ruang LP2M UIN Jakarta 3

April 2018 pukul 17.00 WIB.

Page 80: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

62

terbanyak di dunia, sekaligus juga negara demokrasi terbesar ketiga setelah India

dan Amerika Serikat.”82

Dalam implementasi kehidupan umat Islam mendasarkan sikap dan

pandangannya kepada ajaran serta norma-norma Islam dalam segala hal tanpa

terkecuali. Umat Islam di Indonesia melihat agama Islam dari sudut pandang

inklusif, kerelaan umat Islam dalam bergaul, berteman, dan beraktifitas, tetapi

perbedaan di dalam kehidupan sosial tidak menjadi penghalang umat Islam dalam

menjaga kerukunan umat antaragama. Tetapi pada sisi eksklusif umat Islam

terletak pada ritual keagamaan dan politik. Yang kemudian sifat ke-eksklusifan

umat Islam ini melahirkan perbedaan-perbedaan pandangan serta sikap

keagamaan yang beragam menanggapi keberadaan pemimpin non-Muslim di

Indonesia.83

Perbedaan-perbedaan yang terjadi dilandasi oleh berbagai faktor adalah

sebagai berikut:

“...perbedaan-perbedaan itu bersumber dari beberapa faktor. Pertama,

penafsiran dan pemahaman tentang hubungan antara Islam dan negara (din

siyâsah); kedua, corak keislaman arus utama penduduk Muslim; ketiga, tradisi dan

realitas sosial budaya dan keempat latar belakang historis.”84

Perbedaan-perbedaan yang turut hadir di Indonesia terletak pada sudut

pandang Islam itu sendiri, dikarenakan masyarakat Indonesia hampir semua

melandaskan segala sesuatunya berdasarkan kacamata agama (Islam). Masyarakat

yang berbasis keagamaan mempunyai peran penting dalam menyediakan

kepemimpinan alternatif dalam masa transisi dan konsolidasri demokrasi. Pada

82

Azyumardi Azra, Transformasi Politik Islam Radikalisme, Khilafatisme, dan

Demokrasi (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), 263. 83

Rumadi Ahmad, Fatwa Hubungan Antaragama di Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2016), 3. 84

Azra, Transformasi Politik, 270.

Page 81: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

63

Pilkada DKI Jakarta tahun 2017, terdapat 3 pasangan calon yang ditetapkan oleh

KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah); yaitu pasangan 1. Agus Harimurti

Yudhoyono-Sylvia Murni, 2. Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, dan

3. Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno.

Masing-masing calon kandidat diusung dari berbagai macam partai;

pasangan 1. Agus Harimurti Yudhoyono-Sylvia Murni yaitu Demokrat, PKB,

PPP, dan PAN, 2. Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yaitu PDI-P,

Hanura, Golkar, dan Nasdem, dan 3. Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga

Salahuddin Uno yaitu Gerindra dan PKS.85

Dalam undang-undang pilkada pasal 4 tentang persyaratan calon

menjelaskan bahwa syarat calon harus warga negara indonesia, bertakwa kepada

tuhan yang maha esa, setia kepada pancasila, undang-undang, sehat secara

jasmani dan rohani dan tidak pernah menjadi sebagai terpidana berdasarkan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.86

Dalam

wawancara dengan Rumadi Ahmad (ketua Lakpesdam PBNU) mengatakan:

“...hal itu menjadi konsekuensi dari konstitusionalisme Indonesia, yang

memperlakukan seluruh warga negara dalam posisi yang sama, mereka punya hak

untuk memilih dan mereka juga punya hak untuk dipilih. Ya itu konsekuensinya

jadi kalo ada orang yang menolak seseorang non-Muslim untuk menjadi pimpinan

publik termasuk gubernur termasuk bupati sampai walikota segala macamnya itu

justru menunjukan bahwa mereka belum sepenuhnya menerima implikasi dari

konstitusionalisme di Indonesia.”87

85

Jessi Carina, “Pilkada DKI 2017 Resmi Diikuti Tiga pasang Cagub-Cawagub,”

Kompas.com, 24 Oktober 2016; tersedia di

https://megapolitan.kompas.com/read/2016/10/24/17335191/pilkada.dki.2017.resmi.diikuti.tiga.pa

sang.cagub-cawagub diunduh pada 20 Mei 2018. 86

Berdasarkan Pasal 4 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2017 87

Berdasarkan hasil wawancara dengan Rumadi Ahmad di Ruang Dosen UIN Jakarta 3

Mei 2018 pukul 15.00 WIB.

Page 82: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

64

Mengacu pada PKPU pemilu tahun 2017 tidak ada pasal yang melarang

non-Muslim mencalonkan diri. Siapapun dengan latar belakang yang berbeda-

beda berhak mencalonkan diri dalam kontestasi pemilihan umum yang ada di

Indonesia.

Pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017 tidak dilakukan secara 1 (kali)

putaran, melainkan 2 kali putaran yang dikarenakan hasil perolehan suara pada

pemilihan pertama tidak melebihi ketentuan 50% + 1 dengan hasil rekapitulasi

yang diumumkan pada 26 Februari 2017 oleh KPUD DKI Jakarta pasangan calon

nomor urut 1. Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni: 937.955, 2. Basuki

Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat: 2.364.577, dan 3. Anies Rasyid

Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno: 2.197.333.

Berdasarkan ketentuan pasal 11 UU No. 29 Tahun 2007 menyebutkan

pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur yang memperoleh suara lebih

dari 50% + 1 sehingga baru bisa dikatakan sebagai calon pasangan gubernur dan

calon wakil gubernur terpilih, jika perolehan suara tiap pasangan calon kurang

dari 50% perolehan suara, maka pasangan calon tersebut dianggap gugur karena

tidak memenuhi ketentuan yang berlaku. Sehingga pada pemilihan putaran kedua

diikuti oleh dua psangan calon yaitu, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful

Hidayat dan Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno.88

Pilkada DKI Jakarta tidak hanya diikuti oleh calon kandidat Muslim

melainkan Non- Muslim. Salah satu calon petahana berasal dari non-Muslim. Hal

88

Micom, “Pilkada Serentak dengan Aturan Berbeda,” Media Indonesia.

Page 83: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

65

ini menjadi dinamika serta perdebatan dimasyarakat Muslim DKI Jakarta, serta

menjadi isu yang sangat sentral pada pilkada DKI Jakarta 2017. 89

Pencalonan Basuki Tjahaja Purnama pada pilkada DKI Jakarta 2017

memicu penolakan-penolakan serta respon dari tokoh ulama dan organisasi massa

(ormas) Islam di Jakarta tidak hanya dari tokoh ulama serta ormas-ormas Islam.

Seperti yang dijelaskan oleh Valdesolo dan Jesse Graham pada buku Social Psychology

Of Political Polarization,

“...Polarisasi terjadi disebabkan oleh pertentangan atas berbagai sikap dan

pandangan yang berbeda-beda dari individu atau kelompok. Polarisasi yang terjadi

dimasyarakat atau kelompok, didalamnya terdapat individu-individu yang memiliki

pandangan yang berbeda-beda. Adanya tanggapan yang reaksioner dan tidak setuju

atas satu dengan yang lainnya di dalam sebuah kelompok atau yang berada di luar

kelompok ini yang menyebabkan adanya respon negatif.” 90

Terjadinya ketidak-setujuan antar pihak yang berlawanan, lambat laun hal

ini yang akan memicu adanya polarisasi antar individu atau kelompok tertentu.

Kadang kala antara pihak yang berlawanan ini, disebabkan oleh kurangnya

pemahaman politik yang mendasar antara kedua belah pihak yang berlawanan.

Dapat dipahami bahwa polarisasi terjadi karena adanya perbedaan pandangan

mengenai suatu pemikiran, sehingga menimbulkan ketidak-setujuan dari

kelompok ormas, pada penelitian ini melihat adanya perbedaan pemahaman

mengenai kepemimpinan di Indonesia yang menganut sistem demokrasi.

Di sisi lain penolakan juga berasal dari masyarakat DKI Jakarta sendiri, ini

disebabkan oleh ketidaksukaan masyarakat pada saat Basuki Tjahaja Purnama

memimpin DKI Jakarta. Sosok Basuki Tjahaja Purnama yang terkenal dengan

sifat kearoganannya, seperti yang dijelaskan oleh Adi Prayitno”penolakan

89

Retaduari, “4 Partai Pengusung,” Detik.com. 90

Valdesolo dan Graham, Social Psychology, 25

Page 84: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

66

pencalonan Basuki Tjahaja Purnama kembali menjadi kepala daerah juga berasal

dari anggota legislatif yang mewakili sebagian kecil masyarakat DKI Jakarta.”91

Disamping itu, penolakan Basuki Tjahaja Purnama untuk tidak ikut pada

pilkada DKI Jakarta ini terjadi dalam koalisi yang dibentuk oleh 7 partai

pengusung jauh sebelum pilkada DKI Jakarta 2017 berlangsung. Ketujuh partai

tersebut adalah: 1 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), 2. Gerakan

Indonesia Raya (Gerindra), 3. Partai Amanat Nasional (PAN), 4. Partai Persatuan

Pembangunan (PPP), 5. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), 6. Partai Keadilan

Sejahtera (PKS) dan 7. Partai Demokrat.92

Kemudian dalam menanggapi isu tentang kepemimpinan non-Muslim

berbagai tokoh ulama dan ormas-ormas Islam berinisiatif mengadakan

silahturahmi akbar. Kegiatan silahturahmi akbar ini dilakukan pada 18 September

2016 bertempat di Masjid Istiqlal, yang kemudian diinisiasikan dengan istilah

“risalah Istiqlal”. Kegiatan silahturahmi akbar ini dipelopori oleh Imam besar FPI

Habib Rizieq Shihab untuk menyatukan umat Islam dalam menyambut pilkada

2017 yang akan datang agar umat Muslim tidak memilih pemimpin non-

Muslim.93

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengamat politik Ali Munhanif

91

Berdasarkan hasil wawancara dengan Adi Prayitno di Lobby Ruang Tata Usaha FISIP

UIN Jakarta 6 April 2018 pukul 13.00 WIB. 92

Egi Adyatama, “Pilkada DKI, 7 Partai Bentuk Koalisi Kekeluargaan Lawan Ahok,”

Tempo.co, 8 Agustus 2016; tersedia di https://metro.tempo.co/read/794172/pilkada-dki-7-partai-

bentuk-koalisi-kekeluargaan-lawan-ahok diunduh pada 2 Mei 2018. 93

Nursita Sari, “Ini 9 Poin "Risalah Istiqlal" dari Sejumlah Ormas Islam,” Kompas.com,

18 September 2016; tersedia di

https://megapolitan.kompas.com/read/2016/09/18/18165831/ini.9.poin.risalah.istiqlal.dari.sejumla

h.ormas.islam diunduh pada 2 Mei 2018.

Page 85: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

67

mengatakan “terlihat adanya ketakutan umat Islam dengan calon yang tidak

didukung oleh tokoh-tokoh umat Islam.”94

Kemudian kegiatan ini berlanjut, tetapi tidak jauh berbeda dengan kegiatan

sebelumnya, namun kegiatan kali ini dipelopori oleh Ust. Bachtiar Nasir dengan

tema “rapat luar biasa umat Islam” kegiatan ini berlangsung di Masjid Al Barakah

As-Syafi‟iyah 23 September 2016 adapun isi pembahasan dalam kegiatan ini

seputar poros kekuatan Islam jelang pilkada DKI Jakarta 2017. Disini penulis

berpendapat kelompok islam sudah menghimpun kekuatan untuk menolak dan

menggagalkan calon non- muslim jauh sebelum pilkada berlangsung, di atas

menjelaskan bahwa upaya-upaya yang dilakukan tokoh Islam, ormas-ormas Islam

dan partai pengusung untuk menolak Basuki Tjahaja Purnama sebagai calon

kandidat pilkada DKI Jakarta 2017 sudah lama dilakukan untuk menarik simpati

pemilih Muslim.95

Pada tanggal 27 September 2016, Basuki Tjahaja Purnama melakukan

kunjungan kerja ke pulau seribu, dalam upaya memaksimalkan usaha menengah

masyarakat, dalam kunjungan kerja Basuki Tjahaja Purnama dalam pidatonya

beliau menyinggung surat al-Maidah ayat 51 yang berisi; ”Kan bisa saja dalam

hati kecil, bapak, ibu tidak bisa pilih saya karena dibohongi (orang) dengan surat

94

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ali Munhanif di Ruang LP2M UIN Jakarta 3

April 2018 pukul 17.00 WIB. 95

“Tokoh dan Ulama Gelar Rapat Luar Biasa Sikapi Terbelahnya Calon Gubernur

Muslim¸” VOAIslam.com, 23 September 2016; tersedia di http://www.voa-

islam.com/read/indonesiana/2016/09/23/46334/tokoh-dan-ulama-gelar-rapat-luar-biasa-sikapi-

terbelahnya-calon-gubernur-muslim/#sthash.DADdeRrK.dpbs diunduh pada 27 Mei 2018.

Page 86: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

68

Al-Maidah (ayat) 51 macam-macam itu. Itu hak bapak dan ibu”96

. Kemudian

menurut Adi Prayitno (Pengamat Politik) adalah sebagai berikut:

“...Tetapi pada prinsipnya bahwa yang saya ingin katakan bahwa dalam

undang-undang pilkada ada larangan dalam kampanye untuk menyerang suku

agama dan ras itu jelas ya tidak boleh dilakukan. Makanya kemudian dalam

kacamata terminologi semestinya kampanye dalam bingkai kunjungan pekerjaan

semestinya itu harus dihindari. Karena persoalan SARA ini dianggap menjadi

sesuatu hal yang sensitif yang dimiliki oleh perseorangan bahkan dianggap lebih

penting ketimbang pengangguran dan kemiskinan.”97

Pada tanggal 6 Oktober 2016 Buni Yani mengunggah video pidato Basuki

Tjahaja Purnama kedalam jejaring sosial media, hal ini memberikan reaksi serta

sikap yang beragam dari umat Muslim, video pidato Basuki Tjahaja Purnama

sebelumnya tidak memberikan dampak apapun karena video pidato tersebut sudah

lebih dulu diunggah kedalam situs resmi pemprov DKI Jakarta, tetapi beberapa

hari setelah video pidato tersebut diunggah, video tersebut diunggah kembali oleh

Buni Yani kedalam akun pribadi miliknya yaitu Facebook, setelah video ini

diunggah kedalam Facebook pribadi Buni Yani yang kemudian viral ini

mendapatkan perhatian serius dari setiap kalangan, karena dianggap video pidato

tersebut berindikasi menista agama Islam.98

Persoalan ungkapan Basuki Tjahaja Purnama menyoal surat al-Maidah

ayat 51 yang ada di dalam pidato tersebut memicu sikap dan tindakan yang

beragam dari umat Islam. Serangkaian aksi damai dilakukan oleh umat sebanyak

96

Pernyataan lengkap ini diambil dari video pidatonya, pada saat Basuki Tjahaja Purnama

berada di Kepulauan Seribu pada 27 September 2016. Tersedia di

https://youtu.be/MNdJv3ZAqQE diunduh pada 29 Mei 2017. 97

Berdasarkan hasil wawancara dengan Adi Prayitno di Lobby Ruang Tata Usaha FISIP

UIN Jakarta 6 April 2018 pukul 13.00 WIB. 98

Gilang Fauzi, “Kronologi Kasus Buni Yani, Penyebar Video Ahok Soal Al Maidah,”

CNN Indonesia, 24 November 2016; tersedia di

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20161124075029-12-174911/kronologi-kasus-buni-yani-

penyebar-video-ahok-soal-al-maidah diunduh pada 2 Mei 2018.

Page 87: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

69

7 kali, diantaranya adalah aksi damai yang dilakukan pertama kali pada 16

Oktober 2016, dalam aksi ini, massa aksi berpendapat bahwa Basuki Tjahaja

Purnama telah menistakan al-Qur‟an aksi ini dipimpin oleh Imam besar FPI

Habib Rizieq Shihab, massa aksi menuntut agar penyelidikan terhadap Basuki

Tjahaja Purnama segera dilaksanakan.99

Di tengah-tengah serangkaian aksi yang dilakukan oleh umat Islam,

lembaga Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 11 Oktober 2016, memberikan

pendapat dan sikap keagamaannya terkait dengan kasus dugaan penistaan agama

yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama, adalah sebagai berikut:

1. Al-Qur‟an surah al-Maidah ayat 51 secara eksplisit berisi larangan menjadikan

Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin. Ayat ini menjadi salah satu dalil

larangan menjadikan non-Muslim sebagai pemimpin.

2. Ulama wajib menyampaikan isi surah al-Maidah ayat 51 kepada umat Islam

bahwa memilih pemimpin Muslim adalah wajib.

3. Setiap orang Islam wajib meyakini kebenaran isi surah al-Maidah ayat 51

sebagai panduan dalam memilih pemimpin.

4. Menyatakan bahwa kandungan surah al-Maidah ayat 51 yang berisi larangan

menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin adalah sebuah kebohongan,

hukumnya haram dan termasuk penodaan terhadap al-Qur‟an.

5. Menyatakan bohong terhadap ulama yang menyampaikan dalil surah al-Maidah

ayat 51 tentang larangan menjadikan non-Muslim sebagai pemimpin adalah

penghinaan terhadap ulama dan umat Islam.100

Pada 4 November 2016 aksi unjuk rasa umat Islam kembali dilakukan,

aksi serupa ini bertajuk aksi damai 411. Pada aksi ini massa meminta untuk

bertemu Presiden menuntut untuk segera diproses secara hukum. Aksi kemudian

berlanjut, kali ini dengan intensitas massa yang terbilang lebih banyak dari aksi

99

“Ini 7 Rangkaian Aksi Bela Islam Sebelum Ahok Divonis 2 Tahun Penjara,”

Republika.co.id, 10 May 2017; tersedia di

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/17/05/10/opp5r4330-ini-7-rangkaian-aksi-

bela-islam-sebelum-ahok-divonis-2-tahun-penjara-part1 diunduh pada 8 Mei 2018. 100

“Pendapat dan Sikap Keagamaan MUI terkait Pernyataan Basuki Tjahaja Purnama,”

Majelis Ulama Indonesia, 20 Februari 2017; tersedia di http://mui.or.id/id/berita/pendapat-dan-

sikap-keagamaan-mui-terkait-pernyataan-basuki-tjahaja-purnama/ diunduh pada 8 Mei 2018.

Page 88: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

70

sebelumnya, aksi yang dikenal dengan aksi 212 ini masih dengan tuntutan yang

sama.

Kemudian setelah beredarnya pendapat dan sikap keagamaannya oleh

MUI, Ust. Bachtiar Nasir berinisiatif untuk membentuk Gerakan Nasional

Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI), GNPF-MUI yang hadir pada aksi bela Islam

112. Aksi ini dikoordinasikan oleh GNPF-MUI dan Forum Ulama Indonesia

(FUI) sekjen Ust. Al Khaththath. Tidak hanya MUI yang memberikan pendapat

dan sikap keagamaannya, Front Pembela Islam, Muhammadiyah dan Nahdlatul

Ulama sebagai organisasi Islam turut serta memberikan pandangannya.101

Dalam maklumat yang dikeluarkan oleh FPI tentang pilkada DKI Jakarta

2017, maklumat tersebut dalam beberapa poin berisikan keputusan politik FPI

adalah sebagai berikut:

1. Al-Qur‟an, dan As-Sunnah serta Al-Ijma‟ yang melarang umat Islam untuk

menjadikan orang di luar Islam sebagai pemimpin.

2. AD/ART FPI terkait asasi perjuangan FPI.

3. Fatwa DPP-FPI sejak berdiri pada tahun 1998 yang mengharamkan umat Islam

Indonesia untuk memilih, mengangkat, dan menjadikan orang non Islam

sebagai pemimpin disemua tingkatan pemerintahan, kecuali di wilayah

minoritas Muslim.102

Maklumat yang dikeluarkan oleh FPI berasal dari tahun 2012 untuk

pilkada DKI Jakarta 2012, tetapi dgunakan kembali pada pilkada DKI Jakarta

2017. Maklumat ini dikeluarkan atas dasar mengingatkan kembali umat Islam

agar selalu berpedoman kepada al-Qur‟an dan hadits.

101

“Ini 7 Rangkaian Aksi Bela Islam,” Republika.co.id. 102

Aldi Gultom, “Inilah Maklumat Politik FPI Jakarta untuk Pilgub DKI,” RMOL.CO, 27

Agustus 2012; tersedia di http://www.rmol.co/read/2012/08/27/75884/Inilah-Maklumat-Politik-

FPI-Jakarta-untuk-Pilgub-DKI- diunduh pada 8 Mei 2018.

Page 89: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

71

Seperti yang dijelasan Nahdlatul Ulama pada muktamar ke-30 tahun 1999

di Lirbiyo Kediri, Jawa Timur mngeluarkan fatwa tentang bagaimana hukum

orang Islam menguasakan urusan kenegaraan kepada non-Muslim, termasuk

memilih anggota DPR non-Muslim, adapun isi fatwa yang dikeluarkan sebagai

berikut:

“...Tidak boleh, kecuali dalam keadaan darurat: 1. Dalam bidang-bidang

yang tidak bisa ditangani sendiri oleh orang Islam secara langsung karena faktor

kemampuan. 2. Dalam bidang-bidang yang ada orang Islam berkemampuan untuk

menangani, tetapi terdapat indikasi kuat bahwa yang bersangkutan khianat. 3.

Sepanjang penguasaan urusan kenegaraan kepada non-Islam itu nyata pembawa

manfaat.”103

Sedangkan Muhammadiyah mengacu pada majelis tarjih tentang aturan

dan tata cara memilih partai politik dan calon legislatif, dengan melandaskan hal

yang menyangkut mengenai memilih pemimpin atau partai politik berdasarkan

kepada surat al-Maidah ayat 51 sebagai berikut:

أب ۞ ٱند ءايا ل تتخزا ٱنز ش نبء بعضى ٱنص أ

كى فئ ى ي ن ي ت نبء بعط ۥأ ى إ ي ذ ٱلل و ل ٱنق

ه ١٥ ٱنظ

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-

orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian

mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa

diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya

orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi

petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. QS. Al-Maidah Ayat 51

Dalam hal ini perbedaan pandangan mengenai pemikiran politik Islam

yang tertuang kedalam bentuk sikap dan fatwa keagamaannya dari masing-masing

ormas, ini memberikan pengaruh besar terhadap pilkada DKI Jakarta 2017. Salah

satunya terlihat dari jumlah hasil perolehan suara yang didapat oleh masing

103

Rumadi Ahmad, Fatwa Hubungan Antaragama di Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2016), 121.

Page 90: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

72

masing calon, khususnya pasangan nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama dan

Djarot Saiful Hidayat yang mempunyai latarbelakang agama berbeda yaitu non-

Muslim.104

B. Bentuk-Bentuk Polarisasi

Pilkada DKI Jakarta 2017 diwarnai oleh polarisasi yang sangat jelas, ini

dapat dilihat dari dinamika serta perdebatan dimasyarakat Muslim DKI Jakarta

mengenai pencalonan yang mengusung pasangan non-Muslim serta perdebatan

pandangan masyarakat terutama tokoh ulama mengenai surat al-Maidah ayat 51

yang disinggung oleh calon kandidat Basuki Tjahaja Purnama. Dari permasalahan

ini kemudiam timbul penolakan dan pertentangan yang sangat besar antara

pendukung dan penentang sehingga terpecah menjadi dua kutub yang

memisahkan mereka menjadi dua kelompok (Polarisasi).105

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Polarisasi berarti pembagian atas

dua bagian (kelompok yang berkepentiangan) yang berlawanan. Polarisasi

mengandung beberapa implifikasi yang negatif, yang mendorong kearah

ekstrimisme, dan menarik anggota-anggotanya yang memiliki pandangan yang

sama untuk membuat suatu gerakan politik. Dalam kasus pilkada DKI Jakarta

polarisasi terbentuk dari isu-isu yang berkembang dimedia sosial baik sosial,

cetak dan televisi. Penulis melihat berkembangnya isu yang beredar luas

dimasyarakat DKI Jakarta, menimbulkan gerakan-gerakan dan protes masyarakat

104

“Memilih Partai Politik,” FatwaTarjih.com, 30 Oktober 2009; tersedia di

http://www.fatwatarjih.com/2011/09/memilih-partai-politik.html diunduh pada 9 Mei 2018. 105

Valdesolo dan Graham, Social Psychology, 42

Page 91: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

73

yang beragam (polarisasi), sehingga memberikan dampak yang besar dari masing-

masing calon baik positif maupun negatif.

“..Isu-isu yang beredar luas dimasyarakat dan mengemuka tidak secara

faktual terjadi. Terjadinya ketidak-setujuan antar pihak yang berlawanan, lambat

laun hal ini yang akan memicu adanya ambivalensi antar individu atau kelompok

tertentu. Kadang kala antara pihak yang berlawanan ini, disebabkan oleh

kurangnya pemahaman politik yang mendasar antara kedua belah pihak yang

berlawanan. Kemudian hal ini akan menunjukan identifikasi individu atau

kelompok yang sangat kuat. Berdasarkan pada keadaan emosi yang bias makna

dari pada fakta yang terjadi”.106

Pada pilkada DKI Jakarta 2017 menjadi salah satu pilkada yang menjadi

sorotan, ini dikarenakan banyaknya kelompok yang terlibat didalamnya sehingga

menjadi ramai, ramainya pilkada disebabkan adanya calon non-Muslim,

keturunan Tionghoa dan kasus dugaan penistaan agama terhadap surat al-Maidah

ayat 51, tak sedikit hal ini meninmbulkan respon yang berbeda-beda yang hadir

dari berbagai elemen masyarakat antara lain lembaga dan Organisasi Massa

(Ormas) keagamaan khususnya Islam, yaitu dari Front Pembela Islam (FPI),

Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Peneliti menggunakan paradigma perspektif trikotomi ini sebagai

pendekatan politik yang sudah digunakan para teoritikus terdahulu untuk melihat

varian dalam politik Islam, yang digolongkan menjadi tiga kelompok

fundamentalis, reformis, dan akomodasionis. Beragamnya pemikiran politik Islam

serta kompleksitas yang berbeda-beda, terhadap obesesi masyarakat Muslim

mengenai gagasan penerapan hukum syariat Islam. Terlepas dari hal itu tidak

106

Valdesolo dan Graham, Social Psychology, 42.

Page 92: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

74

secara otomatis semua varian pemikiran politik Islam yang beragam memiliki

intensitas yang sama terkait penerapan hukum syariat Islam di Indonesia.107

Agenda ormas-ormas berbasis keagamaan kerap kali berbeda dalam

penerapannya, tetapi dari berbagai ormas yang turut serta memberikan sikap dan

pendapatnya pada pilkada DKI Jakarta 2017 yang secara tidak langsung

memberikan dampak polarisasi didalam Islam, ada beberapa pola dan

kecenderungan yang menonjol dari tiap-tiap ormas. Berawal dari sini peneliti

mencoba untuk mengklasifikasikannya kedalam beberapa kategori yaitu

fundamentalisme, akomodasionis dan reformis.

1. Kelompok Fundamentalisme

Fundamentalisme adalah suatu paham yang berlandaskan kepada nilai-

nilai agama yang kuat, dengan kata lain fundamentalime dimaknai dengan

kembali kepada nilai yang mendasar. Lebih khusus mengenai nilai-nilai agama

Islam, agar selalu kembali kepada ajaran Islam yang murni. Paham

fundamentalisme menolak pemikiran sekular, pengaruh Barat dan akulturasi

budaya terhadap ajaran yang terkandung dalam agama. Dengan kata lain umat

Islam dituntut agar selalu berpegang teguh kepada ajaran Islam. Fundamentalisme

dapat juga dikatakan sebagai ideologi bilamana ajaran agama (Islam) dijadikan

sebagai pegangan hidup bermasyarakat maupun individu.108

Pada pilkada DKI

Jakarta kelompok yang dapat dikatakan sebagai kelompok fundamentalis adalah

Front Pembela Islam (FPI), peneliti dapat menjelaskan demikian karena dari sikap

107

Effendy, Islam dan Negara, 44. 108

Nur Khalik Ridwan, Agama Borjuis Kritik Atas Nalar Islam Murni (Yogyakarta:

Arruz Media, 2004), 5.

Page 93: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

75

yang dikeluarkan FPI terhadap kepemimpinan non-Muslim menekankan aspek

keagamaan.

Dalam hal ini menurut Imam besar FPI Habib Rizieq Shihab beliau lebih

sepakat dengan adanya sistem syura dan menolak demokrasi yang ada di

Indonesia. Karena demokrasi adalah produk pemikiran Barat dan lahir dari

pertentangan terhadap agama Islam, sehingga menurut Habib Rizieq Shihab

baginya demokrasi selalu mengutamakan proses sekularisasi dalam berbangsa dan

bernegara. Seharusnya agama khususnya Islam dengan negara tidak terjadi

pemisahan, adanya proses integralistik diantara keduanya sangat diutamakan.109

Dalam maklumat yang dikeluarkan oleh front pembela Islam (FPI) terlihat

pertentangannya terhadap pengaruh Barat, dalam maklumat tersebut FPI

menyatakan bahwa; “Musuh Islam paling besar dan berbahaya abad ini adalah

kelompok kafir liberal. Mereka adalah antek iblis nomor satu yang sangat

membenci Islam. Sekali-kali jangan menyebut kelompok ini Islam liberal, sebab

Islam tidak berpaham liberal, dan liberal bukanlah Islam Agar tidak terjangkit

virus liberal, maka kenalilah ciri-cirinya.” FPI dengan sangat keras menolak

segala bentuk pemahaman yang berasal dari budaya Barat (Amerika Serikat).110

FPI yang turut serta dalam gelaran pilkada DKI Jakarta serta ormas yang

selalu vokal untuk menolak kepemimpinan non-Muslim. FPI berorientasi kepada

tindakan untuk selalu menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar, organisasi FPI ini

109

Muhammad Rizieq Syihab, Hancurkan Liberalisme Tegakkan Syariat Islam (Jakarta:

Suara Islam, 2011), 152-153. 110

Desastian, “FPI: Agar Tidak Murtad, Kenali Kafir Liberal dan Ciri-cirinya,”

VOAIslam.com, 15 Februari 2011; tersedia di http://www.voa-

islam.com/read/indonesiana/2011/02/15/13342/fpi-agar-tidak-murtad-kenali-kafir-liberal-dan-

ciricirinya/ diunduh pada 14 Mei 2018.

Page 94: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

76

aktif baik secara langsung atau secara tidak langsung dalam setiap proses

bernegara serta memperjuangkan kebenaran, keadilan dan menghapuskan segala

bentuk kebatilan, perjuangan yang dilakukan FPI senantiasa mengedepankan

nilai-nilai keIslaman dalam setiap proses tindakannya. FPI berupaya untuk

menegakkan serta menjaga agar masyarakat Islam selalu berpegang teguh

terhadap aqidah ahlus sunnah wal jamaah.

Prinsip yang dianut oleh FPI mengadopsi lima prinsip yang digunakan

oleh Hasan al-Banna, pendiri Ikhwanul Muslimin. Dalam prinsip tersebut

ditekankan Allah SWT. adalah Tuhan kami dan hanya kepada-Nya tujuan kami,

Nabi Muhammad SAW. adalah suri tauladan kami, al-Qur‟an adalah pedoman

kami, jihad adalah jalan kami, dan mati syahid adalah cita-cita kami.111

Dalam konteks pilkada DKI Jakarta 2017, corak pola model fundamentalis

ini dapat dilihat dari sikap Front Pembela Islam, sebagaimana pernyataan Habib

Rizieq Shihab; “saat ini Indonesia memiliki banyak putra-putri yang cerdas, jujur

dan beragama Islam, sehingga tidak perlu umat Islam memilih pemimpin non-

Muslim.”112

Kemudian pernyataan ini kembali ditegaskan pada aksi bela Islam

jilid III tanggal 2 Desember 2017, adapun pernyataan yang disampaikan dalam

khutbah jum‟at sebagai berikut:

“Hei orang-orang yang beriman jangan sekali-sekali kamu mati, jangan

sekali-sekali kau wafat, jangan sekali-sekali kau tinggalkan alam dunia ini kecuali

engkau sekalian tetap sebagai orang-orang Muslim yang berserah diri kepada Allah

SWT. Taqwa, dalam terminologi para ulama salaf kita secara umum adalah tidak

lain dan tidak bukan adalah menjalankan segala perintah Allah SWT dan

111

Wawan H. Purwanto, Mengurai Benang Kusut Konflik FPI-AKKBB (Jakarta: CMB

Press, 2009), 13. 112

“Habib Rizieq: Umat Islam Tak Kehabisan Pemimpin yang Jujur,” Viva.co.id.

Page 95: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

77

meninggalkan segala larangannya semata-mata hanya untuk mengharap ridho

Allah SWT, jadi saudara Islam itu simple, Islam itu sederhana yaitu laksanakan

saja segala allah punya perintah dan rasulnya dan tinggalkan saja segala larangan

Allah SWT dan rasulnya. Apa yang Allah SWT nyatakan wajib, wajib kita untuk

laksanakan, apa yang Allah SWT nyatakan haram, maka haram untuk kita

kerjakan, pada kesempatan kali ini, saya ingin mengingatkan diri saya khususnya

dan segenap kaum Muslimin, tancapkan di dalam sanubari kita semua dalam jiwa

kita yang paling dalam bahwa hukum Allah SWT di atas segalanya tidak ada

satupun hukum yang lebih adil dari hukum Allah SWT yang lebih baik dari

hukum Allah SWT, yang lebih berkah dari hukum Allah SWT karenanya saudara

dalam surat al-Maidah ayat 49, tegas Allah SWT nyatakan berhukumlah kamu

dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah SWT artinya berhukumlah dengan al-

Qur‟an, karena itu kepada seluruh umat Muslim Indonesia kepada segenap kaum

Muslimin kita ingin ingatkan sekali lagi tancapkan dalam sanubari kita semua

bahwa hukum Allah SWT ada diatas segalanya bahwa ayat suci ada di atas ayat

konstitusi.”113

Dalam pidato Habib Rizieq Shihab mengatakan bahwa kita sebagai umat

Muslim agar selalu tunduk dan berserah diri menjalankan perintah yang tertuang

dalam kitab suci al-Qur‟an yang daripada itu kita sebagai umat Muslim dituntut

agar selalu menjaga kemurnian arti kandungan ayat suci al-Qur‟an. Ketetapan

hukum syariat Islam yang termanifestasi dalam surat al-Maidah ayat 51 wajib

kita patuhi karena ketetapan illahi berada di atas segalanya sekalipun konstitusi

Indonesia berlawanan dengan hukum syariat Islam.

Hal ini senada dengan apa yang diperjuangkan oleh ormas Islam Gerakan

Nasional Pengawal Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) dan Forum

Umat Islam (FUI). Ormas GNPF-MUI dan FUI terbentuk ketika MUI

mengeluarkan pendapat dan sikap keagamaannya. Kemudian ormas Islam tersebut

berusaha memperjuangkan agar pendapat dan sikap keagamaan MUI dijadikan

fatwa. Karena menurut kedua ormas tersebut hukum yang berasal dari institusi

keagamaan secara tidak langsung akan mempengaruhi persepsi masyarakat atas

113

Lihat Youtube, Ceramah Habib Rizieq pada Demo Bela Islam Jilid 3 (212/ 2-12-

2016) hari Jum'at, tersedia di https://www.youtube.com/watch?v=1euVcnEVPXI diunduh pada 12

Mei 2018.

Page 96: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

78

pengetahuan mengenai penafsiran surat al-Maidah ayat 51 agar lebih terlegitimasi

atas dasar syariat Islam.114

2. Kelompok Akomodasionis

Berbeda dengan pandangan fundamentalisme yang melandaskan

pemahamannya terhadap nilai-nilai agama, pandangan akomodasionis justru

mengakar dari kepercayaan yang sekuler, atau dengan kata lain kelompok ini

memandang adanya pemisahan antara agama dan negara. Pandangan

akomodasionis ini juga dapat dilihat dari responnya yang terbuka terhadap

pengaruh dan akulturasi budaya Barat. Ajaran agama Islam diletakkan diruang

privat atau berbeda dengan konteks sosial kenegaraan, pemisahan ini tentu

memiliki pengaruh yang berbeda terhadap sikap keagamaan seorang Muslim.

Menurut kelompok akomodasionis dalam hal ini melandaskan pandangan

politiknya secara luas, dan lebih mengutamakan sikap lunaknya terhadap integrasi

sekularisme. Bagi akomodasionis sejauh kepentingan-kepentingan kelompoknya

bisa terakomodir dengan baik serta kebijakan negara tidak merugikan

kelompoknya hal ini dianggap kekuasaan yang absah bagi mereka.115

Selain fundamentalisme, polarisasi yang terjadi pada pilkada DKI 2017

juga menghadirkan respon akomodasionis terutama dari kalangan nahdiyin dalam

menyikapi kepemimpinan non-Muslim. Jika kalangan fundamentalis melakukan

penolakan besar-besaran, Nahdlatul Ulama (NU) justru berdiri di posisi yang

berbeda mengafirmasi kepemimpinan non Muslim. Hal ini dapat dilihat dari

114

Arsun Rodja, “Jadi, GNPF-MUI Itu Sebenarnya Apa?,” Seword, 2017; tersedia di

https://seword.com/politik/jadi-gnpf-mui-itu-sebenarnya-apa diunduh pada 14 Mei 2018. 115

Effendy, Islam dan Negara, 47.

Page 97: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

79

pernyataan Rumadi Ahmad ketua Lakpesdam PBNU bahwa; “sebenarnya sudah

tidak layak lagi mempersoalkan boleh atau tidak kepemimpinan non-Muslim, hal

ini juga yang menjadi perhatian PBNU untuk persoalan sekarang ini, kemudian

selama ini NU juga tidak mempermasalahkan atau penolakan terhadap

kepemimpinan non-Muslim.”116

NU yang sebelumnya terkesan masuk kedalam kategori Islam tradisonal,

sejatinya justru lebih terbuka dengan sistem demokrasi. Tidak seperti halnya FPI

yang menginginkan sistem syuro, NU justru merasa pancasila dan demokrasinya

sudah final. Oleh karenanya baik pancasila maupun demokrasi tidak secara

ekspilisit menyinggung kepemimpinan berdasarkan salah satu agama. Seperti

halnya pernyataan yang dikeluarkan oleh ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul

Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj di kantor PBNU pada 16 April 2016, terkait

boleh atau tidaknya kepemimpinan non-Muslim adalah sebagai berikut: ”siapa

saja yang mampu dan dipercaya rakyat, pemimpin yang adil meski itu non-

Muslim tapi jujur, itu lebih baik daripada pemimpin Muslim tapi zalim.”117

Pernyataan beliau dilandaskan kepada pendapat Ibnu Taimiyah yang mengatakan

sebagai berikut; “Ibnu Taimiyah mendambakan ditegakkannya keadilan

sedemikian kuat, sehingga dia cenderung untuk beranggapan bahwa kepala negara

yang adil meskipun kafir adalah baik daripada kepala negara yang tidak adil

meskipun Islam.”118

116

Berdasarkan hasil wawancara dengan Rumadi Ahmad di Ruang Dosen UIN Jakarta 3

Mei 2018 pukul 15.00 WIB. 117

Triyoga, “Said Aqil: Mending Pemimpin Non-Muslim Tapi Jujur daripada Muslim

Tapi Zalim,” Detik.com. 118

Sjadzali, Islam dan Tata Negara Ajaran, 89-90.

Page 98: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

80

Dalam konteks dakwahnya, NU memiliki sikap yang berbeda dengan FPI

yang dalam hal ini bersikeras menolak sistem demokrasi yang diyakini merupakan

pengaruh Barat. Meskipun sama-sama memperjuangkan amar ma‟ruf nahi

munkar, NU sejatinya menginginkan perubahan dengan cara ikut serta

memperbaiki sistem demokrasi dengan perlahan tanpa bermaksud menolak secara

keseluruhan. Bahkan pancasila dianggapnya sebagai pemersatu bangsa, sejauh ini

NU memandang bahwa peristiwa pada 16 Agustus 1980 DPR dalam sidang

paripurna, yakni ketika Presiden Suharto hendak menegaskan Garis Besar Haluan

Negara (GBHN) kembali perlunya asas tunggal Pancasila sebagai kekuatan sosial

dan politik Indonesia. Kemudian hal ini menimbulkan gejolak pemikiran

dikalangan intelektual Muslim. adanya penegasan kembali dengan penerimaan

asas tunggal Pancasila. Oleh sebagian kalangan Muslim kebijakan penerimaan

asas tunggal tersebut mendapat respon penolakan keras karena dianggap akan

berpengaruh terhadap eksistensi umat Islam di Indonesia, karena hal ini dirasa

butuh pertimbangan yang betul-betul bijaksana dan profesional untuk menerima

Pancasila sebagai asas tunggal organisasi yang berlandaskan keIslaman.119

Ketika undang-undang mengenai kebijakan penerimaan Pancasila sebagai

asas tunggal diterapkan kedalam NU sebagai organisasi Islam menjadi organisasi

Islam yang pertama kali menerima kebijakan tersebut dengan lapang dada. Hal ini

dideklarasikan dalam musyawarah nasional alim ulama Nahdlatul Ulama

Sukorejo, Situbondo, 21 Desember 1983.120

119

Firdaus A.N., Dosa-Dosa Politik Orde Lama dan Orde Baru Yang Tidak Boleh

Berulang Lagi Di Era Reformasi (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 1999), 122. 120

Abdul Mun‟im DZ, Piagam Perjuangan Kebangsaan (Jakarta: Setjen PBNU-NU

Online, 2011), 34.

Page 99: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

81

Baik NU ataupun FPI, keduanya sama-sama menekankan posisi mereka

sebagai ahlu sunnah wal jamaah, namun keduanya senantiasa memiliki respon

yang berbeda mengenai persoalan kenegaraan bahkan relatif selalu bertentangan.

Untuk konteks hukum Islam misalnya, NU justru menolak hukum Islam

diterapkan sebagai hukum negara, NU lebih menekankan pada nilai atau aspek

ketuhanan yang senantiasa harus hadir dalam aspek sosial kemasyarakatan. Oleh

karenanya dakwah NU dikenal sebagai dakwah kultural yang objeknya seringkali

dimasyarakat pedesaan. Seperti ditegaskan oleh Abdul Mun‟im DZ beliau

berpendapat; “pendekatan budaya sebagai salah satu elemen penting dakwah

Islam di tanah air, melalui pendekatan budaya agama Islam dapat diterima dengan

baik oleh penduduk pribumi pada awal kedatangan Islam.”121

Sebut saja aksi bela Islam yang dilakukan beberapa kali, tidak satu kalipun

NU ikut serta di dalamnya. Hal ini merujuk pada cara tafsir yang berbeda antara

NU dengan FPI mengenai surat al-Maidah ayat 51. Bagi NU, seperti yang di

sampaikan saksi ahli agama Islam dari PBNU yang juga Rais Syuriah, Ahmad

Ishomuddin menurutnya dalam sidang kasus penodaan agama oleh Basuki Tjahaja

Purnama mengatakan bahwa arti kandungan surat al-Maidah ayat 51 secara

menyeluruh bukan menyoal tentang konteks kepemimpinan dalam Islam tetapi

tentang peperangan pada masa itu, melainkan tidak pada konteks kekinian.122

Hal

ini jauh berbeda dengan pendapat yang disampaikan oleh Habib Rizieq Shihab,

121

“NU Kuatkan Budaya Sebagai Metode Dakwah,” Republika.co.id, 27 Januari 2011;

tersedia di http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/11/01/27/161015-nu-

kuatkan-budaya-sebagai-metode-dakwah diunduh pada 15 Mei 2018. 122

Fikri Faqih, “Rais Syuriah PBNU sebut Al Maidah ayat 51 bukan soal pilih

Pemimpin,” Merdeka.com, 21 Maret 2017; tersedia di https://www.merdeka.com/jakarta/pbnu-

sebut-al-maidah-ayat-51-bukan-soal-pemimpin-melainkan-perang.html diunduh pada 15 Mei

2018.

Page 100: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

82

menurutnya kandungan makna dalam surat al-Maidah ayat 51 adalah sebagai

berikut; ”Semua ahli tafsir salaf, saya katakan salaf maksudnya klasik. Semua

ahli tafsir salaf sepakat apakah itu diartikan teman setia, orang kepercayaan,

penolong, pelindung, pemimpin, semua sepakat bahwa ayat tersebut sah

dijadikan dalil haramnya orang kafir sebagai pemimpin bagi umat Islam.”123

3. Kelompok Reformis

Kelompok reformis memiliki cara pandang yang berbeda dibanding

dengan kelompok fundamentalis yang lebih menekankan terhadap integrasi nilai-

nilai keagamaan kedalam segala aspek kehidupan, baik sosial maupun politik

serta menolak pemahaman kenegaraan dan kelompok akomodasionis yang

melandasi pandangannya terhadap paham sekuler, serta jauh lebih terbuka

terhadap kepentingan negara. Di satu sisi, kelompok reformis ini melandasi

pendangannya kepada nilai-nilai agama atas politik seperti kelompok

fundamentalis serta tidak menolak adanya pembaharuan dalam menerapkan nilai-

nilai ke-Islaman, tetapi di sisi lain kelompok reformis ini juga menolak

pandangan-pandangan sekuler seperti halnya kelompok fundamentalis jika

pandangan kelompok reformis bertentangan dengan pandangan kenegaraan atau

berlawanan, dengan tegas kelompok reformis menolak pandangan kenegaraan

yang bertentangan.

Hal itu menunjukkan posisi kelompok reformis berada di antara dua

kelompok lainnya dalam spektrum pemikiran politik Islam. Kelompok ini

123

Rina Atriana, “Di Sidang Ahok, Habib Rizieq Jelaskan Arti Aulia di Al-Maidah 51,”

Detik.com, 28 Februari 2017; tersedia di https://news.detik.com/berita/d-3433868/di-sidang-ahok-

habib-rizieq-jelaskan-arti-aulia-di-al-maidah-51 diunduh pada 15 Mei 2018.

Page 101: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

83

menginginkan adanya pembaharuan-pembaharuan terhadap pemahaman di era

modern, sedangkan mengenai sikapnya terhadap negara kelompok ini membatasi

pandangannya sesuai dengan norma-norma agama, jika kepentingan negara tidak

sesuai dengan pemahaman yang dianut oleh kelompok reformis, kelompok

reformis akan dengan lantang menolak kepentingan tersebut.124

Sikap kelompok reformis ini juga terkesan dinamis dan fleksibel jika

melihat peranan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam berbangsa dan bernegara.

MUI memandang peranannya sebagai berikut:

“Memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam Indonesia dalam

mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhai Allah

Subhanahu wa Ta‟ala; memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah

keagamaan dan kemasyarakatan kepada Pemerintah dan masyarakat meningkatkan

kegiatan bagi terwujudnya ukhwah Islamiyah dan kerukunan antar-umat beragama

dalam memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa serta; Menjadi penghubung

antara ulama dan umaro (pemerintah) dan penterjemah timbal balik antara umat

dan pemerintah guna mensukseskan pembangunan nasional; Meningkatkan

hubungan serta kerjasama antar organisasi, lembaga Islam dan cendikiawan

muslimin dalam memberikan bimbingan dan tuntunan kepada masyarakat

khususnya umat Islam dengan mengadakan konsultasi dan informasi secara timbal

balik.”125

Dari pernyataan diatas, peneliti melihat posisi lembaga MUI selalu

menekankan kepada aspek keIslaman dibandingkan dengan aspek kenegaraan,

serta menjadi penterjemah antara Islam dan negara, maka MUI berperan sebagai

kepanjangan tangan dari negara (pemerintah), adanya perpaduan antara MUI

dengan pemerintah sebagai bentuk afirmasi terhadap pemerintah atas segala

kebijakan yang telah diatur, dengan kata lain selama dalam proses tersebut tidak

124

Effendy, Islam dan Negara, 46-49. 125

“Sejarah MUI,” Majelis Ulama Indonesia, 11 April 2016; tersedia di

http://mui.or.id/id/category/profile-organisasi/sejarah-mui/ diunduh pada 16 Mei 2018.

Page 102: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

84

menentang apa yang menjadi kehendak umat Islam akan selalu didukung, selama

tidak bertentangan dengan nilai-nilai keIslaman.

Dalam peristiwa Basuki Tjahaja Purnama di pilkada DKI 2017, MUI

memandang bahwa, “Al-Qur‟an surah al-Maidah ayat 51 secara eksplisit berisi

larangan menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin. Ayat ini menjadi

salah satu dalil larangan menjadikan non-Muslim sebagai pemimpin; Ulama wajib

menyampaikan isi surah al-Maidah ayat 51 kepada umat Islam bahwa memilih

pemimpin muslim adalah wajib.”126

MUI bersikap meluruskan pemahaman masyarakat atas arti kandungan

ayat dalam surat al-Maidah ayat 51, yang sempat dikutip oleh Basuki Tjahaja

Purnama pada pidato kunjungan kerjanya di Pulau Seribu. Hal ini dianggap sangat

sensitif bagi lembaga MUI, karena menyangkut isi kandungan ayat dalam kitab

suci al-Qur‟an. Meski demikian hal itu hanyalah tafsir MUI mengenai surat al-

Maidah ayat 51, sedangkan sikap resmi secara kelembagaan, MUI tidak

mengeluarkan satu fatwapun terkait pelarangan umat Muslim untuk memilih

pemimpin non-Muslim.

Senada dengan pernyataan wakil ketua komisi fatwa MUI, Muhammad

Amin Suma berpendapat; “bahwa dalam kehidupan bernegara dan dalam undang-

undang dimungkinkan memilih seorang pemimpin non-Muslim, namun seorang

Muslim berhak memilih pemimpin yang beragama sama dengan dirinya, selama

126

“Pendapat dan Sikap Keagamaan MUI terkait Pernyataan Basuki Tjahaja Purnama,”

Majelis Ulama Indonesia.

Page 103: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

85

tidak bertentangan dengan undang-undang tidak jadi persoalan.”127

Berdasarkan

wawancara yang dilakukan dengan pengamat politik Adi Prayitno juga demikian,

beliau mengatakan; “bahwa banyak kalangan muslim menganjurkan untuk

memilih pemimpin yang seIman itu tidak ada masalah sebenarnya. Tetapi

kemudian ada beberapa pemahaman yang salah, yaitu salah satu calon kandidat

mengutip ayat dan memprovokasi kelompok lain untuk memusuhi orang yang

tidak se-Iman itu yang salah.”128

Oleh karena itu, peneliti menggolongkan pendapat dan sikap keagamaan

MUI mengenai adanya kasus penodaan agama yang dilakukan oleh Basuki

Tjahaja Purnama diatas sebagai kelompok reformis. Kendatipun MUI memandang

tafsir surah al-Maidah ayat 51 seperti halnya kelompok fundamentalis, tetapi

sikap yang diambil MUI untuk tidak mengeluarkan fatwa larangan memilih non-

muslim justru sesuai dengan sikap yang diambil oleh kelompok akomodasionis.

Begitupun dengan Muhammadiyah yang tidak menyandarkan

pemahamannya terhadap mazhab tertentu. Dengan kata lain, Muhammadiyah

hanya merujuk kepada sumber yang otentik dan memahami segala sesuatu

berdasarkan ayat-ayat yang ada di dalam kitab suci al-Qur‟an dan sunnah yang

shahih. salah satu contoh Muhammadiyah melandaskan setiap sikapnya pada

ayat-ayat suci al-Qur‟an adalah poin dalam Himbauan Majelis Tarjih dan Tajdid

127

Wahyu Aji, “Ini Penjelasan Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI Soal Memilih

Pemimpin,” TribunNews.com, 13 Februari 2017; tersedia di

http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/02/13/ini-penjelasan-wakil-ketua-komisi-fatwa-

mui-soal-memilih-pemimpin diunduh pada 16 Mei 2018. 128

Berdasarkan hasil wawancara dengan Adi Prayitno di Lobby Ruang Tata Usaha FISIP

UIN Jakarta 6 April 2018 pukul 13.00 WIB.

Page 104: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

86

Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta129

mengenai kepeminpinan

bahwa memilih pemimpin yang berdasarkan agama tidak menjadi persoalan,

karena tidak melanggar aturan yang sudah ditetapkan oleh UUD. Berdasarkan

dalil dalam QS. al-Anbiya‟ ayat 92 yang berbunyi:

ز إ أب سبكى ف ۦ حذةا تا تكى أي أي ٥٩ ٱعبذ

Artinya:”Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama

yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.”QS al-

Anbiya‟ ayat 92.

Oleh karena itu, peneliti memandang muhammadiyah sebagai kelompok

reformis sama halnyaa MUI. Kesamaan antara MUI dan Muhammadiyah dalam

aspek kenegaraan, kebangsaan dan bermasyarakat dilihat dari pernyataan

sekretaris umum PP Muhammadiyah Abdul Mu‟ti yang mengatakan bahwa,

“Indonesia bukanlah negara Islam, tetapi negara yang Islami, artinya apa?

Pancasila memang bukan agama dan tidak berasal dari agama, tetapi nilai-nilai

yang ada di dalam pancasila tidak bertentangan dengan agama, khususnya agama

Islam.”130

Seperti halnya MUI, Muhammadiyah juga menyikapi kasus penistaan

agama yang dilakukan oleh salah satu calon kandidat yaitu Basuki Tjahaja

Purnama, secara resmi PP Muhammadiyah dalam konferensi pers yang digelar di

kantor pimpinan pusat Muhammadiyah di Yogyakarta, PP Muhammadiyah

129

Lihat keputusan MTT dan PWM DKI Jakarta Himbauan Keagamaan No. 01/B/2/2017. 130

Yulida Medistiara, “Muhammadiyah: Indonesia Bukan Negara Islam tapi Islami,”

Detik.com, 19 Mei 2017; tersedia di https://news.detik.com/berita/d-3506550/muhammadiyah-

indonesia-bukan-negara-islam-tapi-islami diunduh pada 18 Mei 2018.

Page 105: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

87

mengeluarkan tujuh poin sikap, diantaranya dalam konferensi tersebut; “

menyatakan percaya sepenuhnya jika penetapan Ahok sebagai tersangka telah

berdasarkan prisip hukum yang adil dan obyektif, yang telah diikhtiarkan dan

dijalankan seoptimal mungkin oleh Polri.” Sikap Muhammadiyah menyerahkan

segala proses hukum kepada instansi pemerintah, secara tidak langsung

Muhammadiyah berpandangan bahwa negara (pemerintah) mempunyai peran

penting dalam menjaga kerukunan umat antar agama. Haedar Nashir juga

menegaskan; “karenanya siapa pun harus menghormati setiap keyakinan agama,

termasuk oleh pemeluk yang berbeda agama, dengan sikap luhur dan toleran.”131

Di dalam himbauan yang dikeluarkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid

Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta (MTT dan PWM DKI Jakarta),

terkait dengan pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) pada Februari 2017

yang sudah dimulai berdasarkan tahapan-tahapannya, ada berbagai dinamika

keagamaan yang terjadi, di Jakarta lebih khususnya dan di Indonesia umumnya.

MTT dan PWM DKI Jakarta berpendapat:

“...Kehidupan muslim, dalam segala aspek, haruslah didasarkan pada tauhid.

Demikian halnya dalam aspek muamalah, tauhid juga harus menjadi prinsip

penuntun. Oleh karena itu, dalam memberikan dukungan politik, memilih

pemimpin politik, dan melakukan kerja-kerja politik (siyasah), setiap muslim

hendaknya mendasarkan pada iman tauhidnya. Misalnya, mempertimbangkan

apakah pilihan atau keputusannya selaras dengan ketaatan dan ketundukannya

kepada Allah, dan apakah pilihan atau keputusannya itu berdampak pada menguat

atau melemahnya ketauhidan umat. Pada prinsipnya, memilih pemimpin yang

muslim, sekaligus adil, terampil memimpin, berakhlak mulia, mencintai dan

dicintai rakyat, serta memiliki semangat nasionalisme keindonesiaan, adalah lebih

131

Pribadi Wicaksono, “Tujuh Sikap Muhammadiyah Terkait Kasus Ahok,” Tempo.co,

16 November 2016; tersedia di https://nasional.tempo.co/read/820675/tujuh-sikap-

muhammadiyah-terkait-kasus-ahok diunduh pada 18 Mei 2018.

Page 106: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

88

dekat dan lebih selaras dengan nilai tauhid dan semangat kehidupan

kebangsaan.”132

Selain itu, peneliti melihat sedikit perbedaan cara pandang MUI dan

Muhammadiyah kendati keduanya sama-sama merupakan kelompok reformis.

Perbedaan tersebut terletak pada pandangan Muhammadiyah yang tidak hanya

melihat aspek kebangsaan dan kenegaraan dalam menyikapi kasus Basuki Thaja

Purnama tetapi juga memandang dari aspek kemasyarakatan terutama aspek

muamalah yang dalam hal ini adalah pendidikan sebagaimana dijelaskan dalam

keputusan MTT dan PWM DKI Jakarta Himbauan Keagamaan, sebagai berikut:

“...Edukasi adalah salah satu pilihan terbaik untuk melakukan amar makruf

nahi mungkar. Oleh karena itu, setiap muslim yang berilmu luas (ulama, kiai,

habib, ustadz, ilmuwan, cendekiawan dsb.) sebaiknya berusaha mencari cara untuk

memberikan edukasi dan pencerahan yang baik, yang penuh kejujuran, kesantunan

dan keteladanan, sesuai kapasitasnya masing-masing terkait opsi-opsi yang dimiliki

umat dalam kehidupan politik yang disinari pengetahuan wahyu. Seiring dengan

itu, setiap muslim hendaknya mencari cara untuk bisa mendapatkan edukasi

keagamaan yang baik terkait kehidupan bermuamalah, terutama kehidupan ber-

Indonesia, yang merupakan negara Pancasila, sebagai darul-„ahdi wasy-syahadah

(negeri konsensus dan kesaksian).”133

Muhammadiyah sebagai organisasi Gerakan Islam yang melaksanakan

dakwah Amar Ma‟ruf Nahi Munkar (AMNM) sesuai dengan surah ali-Imran ayat

104 berpandangan sesuai Khittah Denpasar yang dikhawatirkan oleh Haedar

Nashir dimana, “keadaan perpolitikan yang terpolarisasi di tengah masyarakat

DKI Jakarta telah menimbulkan suasana yang kurang kondusif, untuk warga

Muhammadiyah untuk kembali memegang teguh kepada Khittah Denpasar.”

Adapun isi Khittah Denpasar menyatakan bahwa peran dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara dapat dilakukan melalui dua strategi dan lapaangan

perjuangan. Pertama, melalui kegiatan-kegiatan politik, sebagaimana dilakukan

132

Lihat keputusan MTT dan PWM DKI Jakarta Himbauan Keagamaan No. 01/B/2/2017. 133

Lihat keputusan MTT dan PWM DKI Jakarta Himbauan Keagamaan No. 01/B/2/2017.

Page 107: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

89

oleh partai-partai politik. Kedua, melalui kegiatan kemasyarakatan yang bersifat

pembinaan dan pemberdayaan.134

Oleh karenanya, ketika Muhammadiyah dituntut untuk memberikan sikap

mengenai berbangsa dan bernegara, Muhammadiyah tetap tidak melepaskan cara

pandang kemasyarakatan yang dalam hal ini adalah pendidikan masyarakat. Hal

ini menjadi menarik jika dilihat posisi Muhammadiyah sebagai kelompok

reformis, Muhammadiyah juga memiliki warna tersendiri dalam kelompok

reformis. Karena selain Muhammadiyah melihat kasus penistaan agama yang

dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama dari aspek keagamaan, Muhammadiyah

juga memandang melalui aspek pendidikan yakni bahwa pernyataan Basuki

Tjahaja Purnama mengenai surah al-Maidah ayat 51 sebagai pendidikan yang

kurang baik bagi masyarakat Indonesia terutama karena disampaikan oleh seorang

pejabat publik.

134

“Haedar Nashir: Tolong Sekarang Pakai Khittah Denpasar,” Suara Muhammadiyah, 5

Februari 2017; tersedia di http://www.suaramuhammadiyah.id/2017/02/05/haedar-nashir-tolong-

sekarang-pakai-khittah-denpasar/ diunduh pada 19 Mei 2018.

Page 108: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

90

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berlangsungnya pilkada DKI Jakarta 2017, tak lepas dari kontroversi serta

isu-isu Suku, Agama dan Ras (SARA), serta adanya calon kandidat non-Muslim

pada pilkada DKI Jakarta menjadi perdebatan yang serius dikalangan umat Islam,

ditambah lagi dengan kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh salah

satu calon kandidat Basuki Tjahaja Purnama terhadap ayat suci al-Qur‟an surat

al-Maidah ayat 51, yang beredar dimasyarakat DKI Jakarta. Hal ini menjadi

dinamika khususnya bagi kalangan umat Islam, kemudian dari sini muncul

pandangan yang berbeda-beda terkait boleh atau tidaknya calon pemimpin non-

Muslim serta perbedaan penafsiran terhadap surat al-Maidah ayat 51 dari lembaga

dan ormas-ormas keagamaan (Islam). Perbedaan-perbedaan yang dihasilkan dari

pendapat dan sikap keagamaan lembaga dan ormas-ormas Islam secara tidak

langsung menimbulkan polarisasi pemikiran politik Islam dimasyarakat DKI

Jakarta. Adapun polarisasi pemikiran politik Islam yang dihasilkan pada pilkada

DKI Jakarta 2017 bisa kita lihat dalam tabel sebagai berikut:

ORMAS KATEGORI NEGARA &

AGAMA PEMIMPINAN

NON-

MUSLIM AKSI

BELA

ISLAM ALASAN SUB-

ALASAN

FPI Fundamentalis Integralistik Menolak Ikut Hukum Allah

Ideologi

NU Akomodasionis Sekuler Menerima Tidak Ibn

Taimiyah Islam

Kultural MUI Reformis Simbiotik Menolak Ikut Hukum

Allah Pelecehan

Muhammadiyah Reformis Simbiotik Menerima Ikut Khittah Pendidikan

Page 109: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

91

Tabel V.A.1 Polarisasi Pemikiran Politik Islam Pilkada DKI Jakarta 2017

B. Saran

Perbedaan-perbedaan pemahaman oleh lembaga dan ormas-ormas Islam

dalam berbagai sikap dan pendapat keagamaan atas respon boleh atau tidaknya

kepemimpinan non-Muslim dalam Islam harus lebih terkonsensus secara

terstruktur berdasarkan kesepakatan dari berbagai kelompok yang melandaskan

pandangannya kepada agama. Mengapa demikian, karena secara tidak langsung

perbedaan yang terjadi dalam wilayah teologis akan kian meluas memberikan

dampak polarisasi di dalam tubuh umat Islam.

Seharusnya para pemuka agama agar selalu mempertimbangkan segala

perkataannya agar tidak disalah artikan oleh pengikutnya. Karena hal ini juga

yang semakin memperkeruh suasana pilkada DKI Jakarta 2017. Secara tidak

langsung perkataan tokoh pemuka agama bagi masyarakat awam akan selalu

menjadikannya sebagai rujukan. Pertimbangkanlah setiap sikap dan pendapat

keagamaanya secara bijaksana.

Bila sikap keegoan masing-masing kelompok keagamaan bisa dibendung

sedemikian rupa agar mengijtihad kan segala bentuk perbedaannya menjadi satu

terlepas dari mazhab yang berbeda, kemungkinan hal ini dapat meredam asumsi-

asumsi yang bias makna dikalangan masyarakat DKI Jakarta.

Page 110: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xix

DAFTAR PUSTAKA

Buku

A.N., Firdaus. 1999. Dosa-Dosa Politik Orde Lama dan Orde Baru Yang Tidak

Boleh Berulang Lagi Di Era Reformasi. Jakarta: Pustaka Al Kautsar.

Ahmad Dzajuli, Ahmad. 2003. Fiqih Siyasah. Bandung: Prenada Media.

Ahmad, Rumadi. 2016. Fatwa Hubungan Antaragama di Indonesia. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Al-Albani, Muhammad Nasiruddin. 2006. Shahih Sunan Abu Daud. Jakarta:

Pustaka Azzam.

Al-Maududi, Abul A‟la. terj. 1998. Khilafah dan Kerajaan: Evaluasi Kritis atas

Sejarah Pemerintahan Islam. Bandung: Mizan.

Azra, Azyumardi. 2016. Transformasi Politik Islam Radikalisme, Khilafatisme,

dan Demokrasi. Jakarta: Prenadamedia Group.

Bik, Hudhari. 1980. Tarjamah Tarikh Al-Tasyri' Al-Islam: (Sejarah Pembinaan

Hukum Islam). Jakarta: Darul Ikhya.

Bogdan, R dan S. Biklen, 1992. Qualitative Research for Education. Boston, MA:

Allyn and Bacon.

Creswell, John W. 1998. Research Design Qualitative, Quantitative and Mixed

Methods Design. California: Safe Publications, Inc.

DZ, Abdul Mun‟im. 2011. Piagam Perjuangan Kebangsaan. Jakarta: Setjen

PBNU-NU Online.

Effendy, Bahtiar. 2011. Islam dan Negara, Transformasi Gagasan dan Praktik

Politik Islam di Indonesia. Jakarta: Democracy Project.

Esposito, John L. 1990. Islam dan Politik. Jakarta: PT. Bulan Bintang.

H.I, A. Rahman. 2007. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hafidhuddin, Didin dan Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Syariah dalam

Praktik. Jakarta: Gema Insani.

Jusoh, Yahaya dan Kamarul Azmi jasmi. 2006. Pendidikan Politik dan khilafah

Islam dalam Pelbagai Perspektif. Malaysia: Universiti Teknologi

Malaysia.

Khalaf, Abdul Wahhab. 1992. Khulasah Tarikh Al-Islami. Solo: Ramadhani.

Madjid, Nurcholish. 1989. Islam Kemodernan dan KeIndonesian. Bandung:

Mizan

Page 111: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xx

Miriam Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press.

Purwanto, Wawan H. 2009. Mengurai Benang Kusut Konflik FPI-AKKBB.

Jakarta: CMB Press.

Ridwan, Nur Khalik. 2004. Agama Borjuis Kritik Atas Nalar Islam Murni.

Yogyakarta: Arruz Media.

Rivai, Veithzal. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

_____________. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta:

Rajawali Pers.

Sahabuddin. 2007. Ensklopedi al-Qur‟an Kajian Kosa Kata. Jakarta: Lentera

Hati.

Shiddieqy, Hasbi Ash. 1991. Ilmu Kenegaraan dalam Fiqih Islam. Jakarta: Bulan

Bintang.

Sjadzali, Munawir. 2011. Islam dan Tata Negara Ajaran, Sejarah dan Pemikiran.

Jakarta: UI-Press.

Syam, Radian dan Nurdin Muhamad, 2012. Pendidikan Kewarganegaraan.

Jakarta: Dian Rakyat.

Syarif, Mujar Ibnu dan Khamami Zada, 2008. Fiqh Siyyasah Doktrin dan Pikiran

Politik Islam. Yogyakarta: Erlangga.

Syihab, Muhammad Rizieq. 2011. Hancurkan Liberalisme Tegakkan Syariat

Islam. Jakarta: Suara Islam.

Ubaedillah, A. dan Abdul Rozak. 2003. Pendidikan kewarganegaraan :Pancasila,

Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan KENCANA.

Umar, Nasaruddin. 2014. Deradikalisasi Pemahaman al-Qur‟an dan Hadis.

Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Valdesolo, Piercarlo and Jesse Graham. 2016. Social Psychology Of Political

Polarization. New York: Routledge.

Wahid, Abdurrahman. 2006. Islamku Islam Anda Kita Agama Masyarakat

Demokrasi. Jakarta: The Wahid Institute.

Jurnal

Hasan, Hamsah. 2015. “Hubungan Islam dan Negara: Merespons Wacana Politik

Islam Kontemporer di Indonesia,” AL-AHKAM (hal. 19-42).

Page 112: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xxi

Herdiansah, Ganjar, Junaidi, dan Heni Ismiati. 2017. “Pembelahan Ideologi,

Kontestasi Pemilu, dan Persepsi Ancaman Kemanan Nasional: Spektrum

Politik Indonesia Pasca 2014?,” Jurnal Wacana Politik (hal. 61-73).

Penelitian

Prakarsa, Muhammad Hijri. 2017. “Pemikiran Front Pembela Islam (FPI) Tentang

Hubungan Islam dan Negara: Studi Terhadap FPI di Indonesia” Skripsi S1,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Santoso, Lukman. 2009. “Pemikiran Benazir Bhutto tentang Relasi Islam dan

Negara” Skripsi S1, Fakultas Syari‟ah, Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Jogjakarta.

Syarifuddin, Rohmat. 2016. ”Pengangkatan Pemimpin Non-Muslim dalam Al-

Qur‟an”. Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Universitas

Islam Negeri Walisongo, Semarang.

Dokumen Online

“Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum” JDIH BPK

RI. Diakses pada 13 Januari 2018

(https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/37644).

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, “Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum.” Diakses pada

14 Januari 2018 (www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2007_22.pdf).

Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia, “Keputusan PKPU Nomor 02

Tahun 2017 tentang Pemutakhiran Data dan Penyusunan Daftar Pemilih

dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,

dan/atau Walikota dan Wakil Walikota.” Diakses pada 19 Januari 2018

(http://jdih.kpu.go.id/search-tahun-peraturan-kpu).

______________________________________, “Peraturan Komisi Pemilihan

Umum Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tahapan, Program dan Jadwal

Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan

Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota.” Diakses pada 26

Januari 2018 (http://jdih.kpu.go.id/search-tahun-peraturan-kpu).

______________________________________, “Peraturan Komisi Pemilihan

Umum Nomor 3 Tahun 2017.” Diakses pada 3 Mei 2018

(http://jdih.kpu.go.id/data/data_pkpu/PKPU%203%202017_UPLOAD.pdf

).

Majelis Tarjih dan Tajdid pimpinan wilayah DKI Jakarta. “Keputusan MTT dan

PWM DKI Jakarta Himbauan Keagamaan No. 01/B/2/2017.” Diakses

Page 113: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xxii

pada 18 Mei 2018 (www.suaramuhammadiyah.id/wp.../sites/.../himbauan-

mtt-pwm.pdf).

Berita Online

Adityowati, Putri. 2015. “Ini Gelombang Pilkada Menuju 100% Total Serentak”

Tempo.co. Diakses pada 19 Januari 2018

(https://nasional.tempo.co/read/643402/ini-gelombang-pilkada-menuju-

100-total-serentak).

Adytama, Egi. 2016. “Pilkada DKI, 7 Partai Bentuk Koalisi Kekeluargaan Lawan

Ahok” Tempo.co. Diakses pada 2 Mei 2018

(https://metro.tempo.co/read/794172/pilkada-dki-7-partai-bentuk-koalisi-

kekeluargaan-lawan-ahok).

Ahmad, Jumal. 2017. “Tentang Fatwa Dar Ifta‟ Mesir, Bolehnya Pemimpin Non

Muslim”. Diakses pada 28 Mei 2017

(https://ahmadbinhanbal.wordpress.com/tag/fatwa-muhammadiyah-

tentang-pemimpin-non-muslim/).

Aji, Wahyu. 2017. “Ini Penjelasan Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI Soal Memilih

Pemimpin” Tribunnews.com. Diakses pada 16 Mei 2018

(http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/02/13/ini-penjelasan-

wakil-ketua-komisi-fatwa-mui-soal-memilih-pemimpin).

Arsyad, Lincolin. 2015. “Daftar Kontroversi Ahok Tahun 2012-2014”

Kompasiana.com. Diakses pada 24 Januari 2018

(https://www.kompasiana.com/proflincolinarsyad/daftar-kontroversi-ahok-

tahun-2012-2014_54f453e7745513942b6c8aa9).

Atriana, Rina. 2016. “Begini Profil dan Perjalanan Anies Baswedan Jadi Cagub

DKI” Detik.com. Diakses pada 26 Januari 2018

(https://news.detik.com/berita/d-3305643/begini-profil-dan-perjalanan-

anies-baswedan-jadi-cagub-dki).

___________. 2017. “Di Sidang Ahok, Habib Rizieq Jelaskan Arti Aulia di Al-

Maidah 51” Detik.com. Diakses pada 15 Mei 2018

(https://news.detik.com/berita/d-3433868/di-sidang-ahok-habib-rizieq-

jelaskan-arti-aulia-di-al-maidah-51).

Ayuningtyas, Rita. 2018. “Mengulik Kembali Perjalanan Kasus Ahok”

Liputan6.com. Diakses pada 27 Mei 2017

(https://www.liputan6.com/news/read/3322122/mengulik-kembali-

perjalanan-kasus-ahok).

Cahya, Kahfi Dirga. 2017. “Agama Disebut Jadi Isu Utama Putaran Kedua

Pilkada DKI Jakarta” Kompas.com. Diakses pada 27 Mei 2017

Page 114: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xxiii

(http://megapolitan.kompas.com/read/2017/03/02/17144891/agama.disebu

t.jadi.isu.utama.putaran.kedua.pilkada.dki.jakarta).

Carina, Jessi. 2016. “Agus-Sylvi Nomor 1, Ahok-Djarot Nomor 2, dan Anies-

Sandiaga Nomor 3” Kompas.com. Diakses pada 19 Januari 2018

(http://megapolitan.kompas.com/read/2016/10/25/20421221/agus-

sylvi.nomor.urut.1.ahok-djarot.nomor.2.dan.anies-sandiaga.nomor.urut.3).

___________. 2016. “Pilkada DKI 2017 Resmi Diikuti Tiga pasang Cagub-

Cawagub” Kompas.com. Diakses pada 20 Mei 2018

(https://megapolitan.kompas.com/read/2016/10/24/17335191/pilkada.dki.2

017.resmi.diikuti.tiga.pasang.cagub-cawagub).

Carmichael, Chloe. 2017. “Political Polarization Is a Psychology Problem”

Huffingtonpost.com. Diakses pada 28 Desember 2017

(https://www.huffingtonpost.com/entry/political-polarization-is-a-

psychology-problem_us_5a01dd9ee4b07eb5118255e5).

Faqih, Fikri. 2017. “Rais Syuriah PBNU sebut Al Maidah ayat 51 bukan soal pilih

Pemimpin” Merdeka.com. Diakses pada 15 Mei 2018

(https://www.merdeka.com/jakarta/pbnu-sebut-al-maidah-ayat-51-bukan-

soal-pemimpin-melainkan-perang.html).

Fathan, Muhammad. 2016. “Dinamika Pilakda DKI” Republika.co.id. Diakses

pada 19 Januari 2018 (http://www.republika.co.id/berita/koran/opini-

koran/16/10/22/offn854-dinamika-pilkada-dki).

Fauzi, Gilang. 2016. “Kronologi Kasus Buni Yani, Penyebar Video Ahok Soal Al

Maidah” CNNIndonesia. Diakses pada 2 Mei 2018

(https://www.cnnindonesia.com/nasional/20161124075029-12-

174911/kronologi-kasus-buni-yani-penyebar-video-ahok-soal-al-maidah).

Gultom, Aldi. 2012. “Inilah Maklumat Politik FPI Jakarta untuk Pilgub DKI”

RMOL.CO. Diakses pada 8 Mei 2018

(http://www.rmol.co/read/2012/08/27/75884/Inilah-Maklumat-Politik-FPI-

Jakarta-untuk-Pilgub-DKI-).

Gumilang, Prima. 2017. “Djarot Resmi Gantikan Ahok sebagai Gubernur DKI

Jakarta” CNNIndonesia. Diakses pada 26 Januari 2018

(https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170615092905-20-

221880/djarot-resmi-gantikan-ahok-sebagai-gubernur-dki-jakarta).

Medianta, Arya Janson. 2017. “Fenomena Ahok yang Kontroversial dan Pilgub

DKI Jakarta yang Bercita Rasa Pilpres” Plimbi.com. Diakses pada 24

Januari 2018 (http://www.plimbi.com/article/167054/fenomena-ahok-

yang-kontroversial-dan-pilgub-dki-jakarta-yang-bercita-rasa-pilpres-).

Medistiara, Yulida. 2017. “Muhammadiyah: Indonesia Bukan Negara Islam tapi

Islami” Detik.com. Diakses pada 18 Mei 2018

Page 115: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xxiv

(https://news.detik.com/berita/d-3506550/muhammadiyah-indonesia-

bukan-negara-islam-tapi-islami).

Micom. 2016. “Pilkada Serentak dengan Aturan Berbeda, Hanya Jakarta 50%

Plus Satu” Mediaindonesia.com. Diakses pada 19 Januari 2018

(http://mediaindonesia.com/news/read/52907/pilkada-serentak-dengan-

aturan-berbeda-hanya-jakarta-50-plus-satu/2016-06-24).

Purnomo, Hedi. 2016. “Menilik Latar Belakang Cagub dan Cawagub”

Kompasiana.com. Diakses pada 23 Januari 2018

(https://www.kompasiana.com/hedipurnomo45/menilik-latar-belakang-

cagub-dan-cawagub_58240fca6323bd54136ea20b).

Retaduari, Elza Astari. 2016. “4 Partai Pengusung Siap Antar Ahok-Djarot ke

KPU DKI” Detik.com. Diakses pada 9 November 2017

(https://news.detik.com/berita/d-3302879/4-partai-pengusung-siap-antar-

ahok-djarot-ke-kpu-dki).

Rodja, Arsun. 2017. “Jadi, GNPF-MUI Itu Sebenarnya Apa?” Seword.com.

Diakses pada 14 Mei 2018 (https://seword.com/politik/jadi-gnpf-mui-itu-

sebenarnya-apa).

Sari, Nursita. 2016. “Ini 9 Poin "Risalah Istiqlal" dari Sejumlah Ormas Islam”

Kompas.com. Diakses pada 2 Mei 2018

(https://megapolitan.kompas.com/read/2016/09/18/18165831/ini.9.poin.ris

alah.istiqlal.dari.sejumlah.ormas.islam).

_________. 2017. “Ini Jadwal Putaran Kedua Pilkada DKI Jakarta 2017”

Kompas.com. Diakses pada 27 Januari 2017

(http://megapolitan.kompas.com/read/2017/03/05/11043881/ini.jadwal.put

aran.kedua.pilkada.dki.jakarta.2017).

Setiawanto, Budi. 2015. “Tujuh Gelombang Pilkada Serentak 2015 hingga 2027”

Antaranews.com. Diakses pada 9 November 2017

(http://www.antaranews.com/berita/480618/tujuh-gelombang-pilkada-

serentak-2015-hingga-2027).

Simanullang, Ch. Robin. 2016. “Profil Biografi Djarot Siaful Hidayat”

Telegraf.co.id. Diakses pada 26 Januari 2018 (http://telegraf.co.id/profil-

biografi-djarot-saiful-hidayat/).

Triyoga, Hardani. 2016. “Said Aqil: Mending Pemimpin Non-Muslim Tapi Jujur

daripada Muslim Tapi Zalim” Detik.com. Diakses pada 26 Mei 2017

(https://news.detik.com/berita/3189642/said-aqil-mending-pemimpin-non-

muslim-tapi-jujur-daripada-muslim-tapi-zalim).

Wicaksono, Pribadi. 2016. “Tujuh Sikap Muhammadiyah Terkait Kasus Ahok”

Tempo.co. Diakses pada 18 Mei 2018

(https://nasional.tempo.co/read/820675/tujuh-sikap-muhammadiyah-

terkait-kasus-ahok).

Page 116: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xxv

Wijaya, Rony. “Biografi Sandiaga Uno” Bio.or.id. Diakses pada 26 Januari 2018

(http://bio.or.id/biografi-sandiaga-uno/).

“Analisis Pilkada DKI Jakarta; Ahok dan Anies Menuju putaran Dua.” 2017.

Himaindonesia.com. Diakses pada 19 Januari 2018

(http://himaindonesia.com/2017/02/13/analisis-pilkada-dki-jakarta-ahok-

dan-anies-menuju-putaran-dua/).

“Ceramah Habib Rizieq pada Demo Bela Islam Jilid 3 (212/ 2-12-2016)”

Youtube.com. Diakses pada 12 Mei 2018

(https://www.youtube.com/watch?v=1euVcnEVPXI).

“FPI: Agar Tidak Murtad, Kenali Kafir Liberal dan Ciri-cirinya” VOA-

Islam.com. Diakses pada 14 Mei 2018 (http://www.voa-

islam.com/read/indonesiana/2011/02/15/13342/fpi-agar-tidak-murtad-

kenali-kafir-liberal-dan-ciricirinya/).

“Habib Rizieq: Umat Islam Tak Kehabisan Pemimpin yang Jujur.” 2016.

Viva.co.id. Diakses pada 26 Mei 2017

(https://www.viva.co.id/berita/nasional/823308-habib-rizieq-umat-islam-

tak-kehabisan-pemimpin-yang-jujur).

“Haedar Nashir: Tolong Sekarang Pakai Khittah Denpasar.” 2017. Suara

Muhammadiyah. Diakses pada 19 Mei 2018

(http://www.suaramuhammadiyah.id/2017/02/05/haedar-nashir-tolong-

sekarang-pakai-khittah-denpasar/).

“Harus Tau, Ini Biografi Calon Gubernur dalam Pilkada DKI 2017.” 2016.

Diakses pada 24 Januari 2018

(http://ardhancn.blogspot.co.id/2016/09/harus-tau-ini-biografi-calon-

gubernur.html).

“Ini 7 Rangkaian Aksi Bela Islam Sebelum Ahok Divonis 2 Tahun Penjara.”

2017. Republika.co.id. Diakses pada 8 Mei 2018

(http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/17/05/10/opp5r4330

-ini-7-rangkaian-aksi-bela-islam-sebelum-ahok-divonis-2-tahun-penjara-

part1).

“Memilih Partai Politik.” 2009. Fatwatarjih.com. Diakses pada 9 Mei 2018

(http://www.fatwatarjih.com/2011/09/memilih-partai-politik.html).

“Model Demokrasi di Negara Muslim”. 2016. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Diakses pada 25 Mei 2017

(http://www.uinjkt.ac.id/id/model-demokrasi-di-negara-muslim/).

“NU Kuatkan Budaya Sebagai Metode Dakwah.” 2011. Republika.co.id. Diakses

pada 15 Mei 2018 (http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-

nusantara/11/01/27/161015-nu-kuatkan-budaya-sebagai-metode-dakwah).

Page 117: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xxvi

“Pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta 2017 Nomor Urut 1.” 2017. Tirto.id.

Diakses pada 20 Januari 2018 (https://tirto.id/m/agus-harimurti-

yudhoyono--sylviana-murni-Jo).

“Pendapat dan Sikap Keagamaan MUI terhadap Ahok Bukan Fatwa, Benarkah

Surat Al Maidah Ayat 51 tentang Pemilihan Pemimpin?.” 2016.

Kompasiana.com. Diakses pada 26 Mei 2017

(http://www.kompasiana.com/blackdiamond/pendapat-dan-sikap-

keagamaan-mui-terhadap-ahok-bukan-fatwa-benarkah-surat-al-maidah-

ayat-51-tentang-pemilihan-pemimpin_5826d1a54423bd79346e4821).

“Pendapat dan Sikap Keagamaan MUI terkait Pernyataan Basuki Tjahaja

Purnama.” 2017. Majelis Ulama Indonesia. Diakses pada 8 Mei 2018

(http://mui.or.id/id/berita/pendapat-dan-sikap-keagamaan-mui-terkait-

pernyataan-basuki-tjahaja-purnama/).

“Pidato Basuki Tjahaja Purnama saat berada di Kepulauan Seribu pada 27

September 2016”. Youtube.com. Diakses pada pada 29 Mei 2017

(https://youtu.be/MNdJv3ZAqQE).

“Profil Anies Rasyid Baswedan.” Viva.co.id. Diakses pada 26 Januari 2018

(https://www.viva.co.id/siapa/read/32-anies-baswedan).

“Profil Ir. Basuki Tjahaja Purnama.” Viva.co.id. Diakses pada 23 Januari 2018

(https://www.viva.co.id/siapa/read/85-ahok).

“Profil Sandiaga Salahudin Uno” Viva.co.id. Diakses pada 26 Januari 2018

(https://www.viva.co.id/siapa/read/130-sandiaga-uno).

“Profil Sylviana Murni.” Viva.co.id. Diakses pada 20 Januari 2018

(https://www.merdeka.com/sylviana-murni/).

“Profil, Djarot Saiful Hidayat.” Viva.co.id. Diakses pada 26 Januari 2018

(https://www.viva.co.id/siapa/read/124-djarot-saiful-hidayat).

“Sejarah MUI” Mui.or.id. Diakses pada 16 Mei 2018

(http://mui.or.id/id/category/profile-organisasi/sejarah-mui/).

“Tokoh dan Ulama Gelar Rapat Luar Biasa Sikapi Terbelahnya Calon Gubernur

Muslim.” VOA-Islam.com. Diakses pada 27 Mei 2018 (http://www.voa-

islam.com/read/indonesiana/2016/09/23/46334/tokoh-dan-ulama-gelar-

rapat-luar-biasa-sikapi-terbelahnya-calon-gubernur-

muslim/#sthash.DADdeRrK.dpbs).

Wawancara

Wawancara dengan Adi Prayitno di Lobby Ruang Tata Usaha FISIP UIN Jakarta

6 April 2018 pukul 13.00 WIB.

Page 118: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xxvii

Wawancara dengan Ali Munhanif di Ruang LP2M UIN Jakarta 3 April 2018

pukul 17.00 WIB.

Wawancara dengan Rumadi Ahmad di Ruang Dosen UIN Jakarta 3 Mei 2018

pukul 15.00 WIB.

Lampiran 1

Hasil Wawancara dengan Adi Prayitno M. Si,.

Wawancara dilakukan di Lobby Ruang TU FISIP UIN Jakarta

Pada Jumat, 6 April 2018 pukul 13.00 WIB

Alfrad: Bagaimana pendapat bapak tentang kasus penistaan agama yang

dilakukan oleh salah satu calon kandidat yang ikut dalam pilkada DKI Jakarta

2017 terhadap potongan kasus surat al-Maidah ayat 57?

Adi Prayitno: Pertama-tama semestinya dalam menyampaikan visi misi, itu tidak

boleh menyinggung ataupun mendeskriditkan salah satu suku dan agama tertentu.

*Dalam undang-undang pilkada itukan sudah diatur, bahwa dalam kampanye itu

dilarang menjelek-jelekan ataupun menyerang atau memfitnah seseorang dalam

bentuk apapun. Artinya secara regulasi memang dilarang menyudutkan atau

menyerang kelompok agama tertentu dan suku orang tertentu, saya tidak tahu

persis apakah pak ahok tujuannya untuk kelompok apapun, tetapi yang jelas

publik menganggapnya ahok mengkritik agama Islam, disatu sisi pak ahok juga

tidak mengerti agama Islam seperti apa, lalu kemudian inilah yang menjadi

blunder besar seakan-akan ahok itu ditafsirkan sebagai orang yang menista

agama. Tetapi pada prinsipnya bahwa yang saya ingin katakan bahwa dalam

undang-undang pilkada ada larangan dalam kampanye untuk menyerang suku

agama dan ras itu jelas ya tidak boleh dilakukan. Makanya kemudian dalam

kacamata terminologi semestinya kampanye dalam bingkai kunjungan pekerjaan

semestinya itu harus dihindari. Karena persoalan SARA ini dianggap menjadi

sesuatu hal yang sensitif yang dimiliki oleh perseorangan bahkan dianggap lebih

penting ketimbang pengangguran dan kemiskinan. Makanya kemudian kalau kita

Page 119: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xxviii

melihat orang lapar orang miskin, kan tidak banyak yang terlalu marah melihat

kejadian seperti itu disekitar kita, tetapi ketika sedikit saja agama itu disinggung

apalagi dianggap merendahkan agama tertentu apalagi Islam yang dianggap

sebagai mayortias sudah tentu akan menimbulkan reaksi yang bermacam-macam.

Dari situ kemudian terlepas dari ahok mengutip potongan surat al-maidah ini

untuk mengkritik atau memberikan masukan apapun, tetapi publik melihatnya ini

bukan domainnya pak ahok sebagai seorang yang non-muslim dan dia juga tidak

beragama Islam dan dalam konteks politik semestinya hal-hal yang bersifat dan

berbau SARA harus dihindari. Kemudian dari sinilah berujung kerusuhan-

kerusuhan dan tawaran-tawaran opini yang berkembang dimasyarakat ahok

diserang dari berbagai lini masyarakat sebagai orang yang dianggap menistakan

agama itu point pertamanya seperti itu.

Alfrad: Bagaimana pandangan bapak mengenai keharusan umat Islam yang

diwajibkan memilih pemimpin dari golongannya sendiri yang tertuang di dalam

Al-Qur‟an dan hadits?

Adi Prayitno: Saya kira tida ada persoalan apapun dalam banyak pilkada

ataupun pemilu yang sering kita ikuti, dimulai dari tahun 1999 pasca reformasi

hingga sekarang, isu yang berkaitan ataupun agitasi dan propaganda yang

dilakukan oleh banyak partai politik dan calon berkaitan untuk memilih pemimpin

yang seiman itu sejak dari dulu sudah ada kok. Itu bukan salah satu hal yang tabu

dalam politik kita bukan hanya terjadi di Jakarta saja dan sudah terjadi dibanyak

daerah. Bahwa banyak kalangan muslim menganjurkan untuk memilih pemimpin

yang seiman itu tidak ada masalah sebenarnya. Lalu kemudian apa yang salah

dari itu? Yang salah itu kalo salah satu calon kandidat mengutip ayat dan

memprovokasi kelompok lain untuk memusuhi orang yang tidak se-Iman itu yang

salah. Tetapi hanya selama sebatas himbauan dan fatwa-fatwa bahwa untuk

memilih pemimpin yang se-Iman itu tidak jadi persoalan di dalam politik selama

tidak menggunakan cara-cara kekerasan dan tidak dengan cara-cara provokatif

dan dalam konteks demokrasi itu sah-sah saja. Nah yang semestinya dilarang itu

adalah ketika seseorang menjadikan ayat atau Islam sebagai bahan untuk

Page 120: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xxix

memanipulasi isu tersebut sebagai bahan untuk menakut-nakuti kelompok lain

untuk memilih dirinya hal itu yang tidak sehat. Tetapikan masalahnya banyak

orang yang tidak melihat budaya politik Islam ini berbeda dengan budaya politik

demokrasi secara umum. Budaya politik Islam itu memang tidak memisahkan

antara Islam dan politik. Politik itu adalah bagian dari dakwah dan beribadah itu

yang kemudian umum dipahami dalam Islam tetapi dalam konteks budaya

demokrasi yang lebih umum di negara-negara yang berbeda dari Indonesia

politik ya politik soal agama ya agama coba untuk dipisahkan, nah dua tradisi ini

yang harusnya bisa dipahami oleh banyak orang, bahwa karena dalam

sejarahnya tradisi budaya politik Islam dengan tradisi budaya politik barat

secara umum itu sangat jauh berbeda. Di Indonesia karena mayoritas

penduduknya beragama Islam jadi wajar kalau segala sesuatunya ingin dikaitkan

dengan agama politik, jangankan soal politik tidur saja kita dianjurkan untuk

berdoa terlebih dahulu bahkan dengan urusan privat (hubungan suami istri) kita

dianjurkan untuk berdoa terlebih dahulu. Inilah yang harus dipahami jadi kalau

banyak politisi dan aktivis Islam mengutip ayat dan menyampaikan kebaikan-

kebaikan yang sesuai norma agama, memilih pemimpin yang se-Iman itu tidak

menjadi persoalan, yang jadi masalah itu kalau ayat tuhan dimanipulasi

dijadikan alat untuk mengkafir-kafirkan orang kalau rakyat tidak memilih yang

se-Iman itu salah. Tetapi jika itu disampaikan dalam koridor demokrasi hanya

ajakan biasa untuk memilih ya tidak ada persolan yang kita memang harus

memahami itu nah itu terutama terjadi di partai-partai Islam serta politisi yang

berbasiskan Islam sentimennya disitu apakah dia religius dan seterusnya.

Alfrad: Menurut pendapat bapak, bagaimana peran ormas-ormas Islam yang hadir

dalam pilkada DKI Jakarta 2017 yang kemudian turut serta memberikan

fatwanya?

Adi Prayitno: Ya semestinya insitusi yang berada dalam naungan pemerintah itu

dan fatwa yang diedarkan seharusnya bersifat netral. Tidak harus menjadi

blunder dan objektif, saya juga tidak terlalu setuju dengan fatwa yang

dikeluarkan oleh MUI yang menyuarakan memilih pemimpin yang se-Iman,

Page 121: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xxx

mestinya fatwa MUI tidak masuk pada ranah-ranah yang menurut saya cukup

politis ya, mestinya fatwa MUI ini hanya menjelaskan secara narasi seperti apa

tingkat objektifitasnya yang berkaitan dengan pemimpin ini. Nah kalo ormas-

ormas sih tidak apa-apa ormas-ormas Islam seperti FPI, GNPF-MUI dan

seterusnya memberikan fatwa-fatwa karena mereka adalah bagian salah satu

kepentingan politik tertentu, anggaplah mereka dulu itu mendukung AHY dan

Anies kan jadi wajar kalau mereka itu memberikan fatwa karena sifatnya non-

struktural bukan lembaga pemerintah dan mereka berafiliasi dengan Anies dan

AHY dan mereka kan asal bukan Ahok. Jadi kalau seperti FPI, GNPF dan yang

lainnya menyuarakan dan mengeluarkan fatwa harus memilih pemimpin yang se-

Iman itu tidak jadi masalah karena mereka semangatnya adalah anti Ahok dan

anti non-Muslim, yang jadi masalah kalau yang mengeluarkan fatwa ini adalah

MUI adalah lembaga negara yang menurut saya yang seharusnya memberikan

kesejukan-kesejukan dan keteduhan-keteduhan tanpa harus bermain di wilayah

abu-abu seperti fatwa tentang memilih pemimpin. Sekalipun MUI adalah wadah

Islam dan serta naungan-naungan ulama disitu, tetapi juga harus bisa menjaga

perasaan-perasaan komoditas lain yang berkaitan dengan fatwa-fatwa yang

keluarkan dikhawatirkan menimbulkan kegaduhan-kegaduhan yang

berkepanjangan dan terbukti sejak fatwa MUI dikeluarkan ini kan menjadi liar,

dahulukan MUI dipandang sebelah mata, yang dulu MUI dianggap terlalu politis

dan tendensius dan seterusnya. Semestinya fatwa MUI harus berada ditengah-

tengah dan netral sehingga wibawa dan marwah kelembagaan MUI bisa terjaga

dari hal-hal yang bersifat politis. Jadi kalupun toh kedepannya ada isu yang

berkaitan dengan agama semestinya MUI harus berada ditengah-tengah.

Alfrad: Menurut bapak, bagaimana pandangan serta pendapat bapak tentang

absennya PBNU dalam aksi damai?

Adi Prayitno: Ya tidak apa-apa, ini kan sebuah organisasi yang sifatnya non-

struktural ataupun lebih pada kultural gerakan-gerkannyakan tidak harus show

up ke publik, tetapi di aksi damai 212 atau 411 itu kan banyak juga orang-orang

NU disana dan banyak juga orang Muhammadiyah di sana tetapi tidak membawa

Page 122: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xxxi

struktur kelmbagaan secara utuh. Tetapi di bawah dilevel bawah kan masyarakat

kita ini kalau tidak NU ya Muhammadiyah. Jadi kalaupun toh NU secara

kelembagaan secara struktural misalnya tidak ikut dalam aksi damai 212 tidak

ada persoalan itukan sikap politik ataupun kebijakan yang mereka ambil tentu

untuk meredakan suasana ataupun tidak mau terlibat dengan persoalan yang

kisruh itu, tetapi bahwa secara personal serta perseorangan person by person

banyak anggota NU yang datang dalam aksi damai bahkan itu juga banyak orang

NUnya, serta banyak politisi-politisi yang datang juga NU tetapi mereka tidak

membawa identitas struktural mereka, mereka kultural aja kalaupun mereka NU

tidak mendukung atau tidak terlibat secara kelembagaan dalam aksi damai yang

dilakukan oleh umat Islam tidak ada persoalan apapun. Sepertinya NU cukup

berhati-hati dalam kasus polarisasi yang ada di DKI Jakarta pada saat itu yang

cukup berhati-hati karena inikan pertaruhan integritas NU sebagai ormas besar

yang mengayomi banyak komunitas saya kira tidak apa-apa. Karena memang

sejak awal NU inikan berdiri ditengah jadi kalaupun ada pertentangan cukup

ekstrim antara dua kutub mereka karena NU posisinya juga harus ditengah. NU

mencoba untuk menetralisir keadaan dengan tidak mendukung Ahok ataupun

mendukung yang anti ahok itu yang saya lihat dari kelembagaan PBNU.

Alfrad: Apakah latar belakang mazhab atau berasal dari ormas tertntu dan dianut

oleh salah satu calon kandidat tertentu mempunyai pengaruh meningkatkan

tingkat keterpilihan pada pilkada?

Adi Prayitno: Tergantung, kalau untuk di pulau Jawa memang terutama untuk

Jawa Timur dan Jawa Tengah memang sentimen ke-NU-an itu penting, karena

memang mayoritas Nukan rata-rata di Jawa kan, Jawa Timur dan Jawa Tengah

NU inikan cukup kuat jadi kalau ada kandidat ataupun partai politik yang

memiliki irisan dengan NU itu relatif akan banyak dipilih, karena memang

banyak orang NU disana meski orang NU ini tidak hanya satu parpol saja di

PKB ada PDI-P ada terus di PKS juga ada tetapi secara mayoritas orang NU itu

banyak di PKB dan PPP secara politik tetapi secara kultural orang NU itu

menyebar dimana-mana tentu untuk wilayah Jawa terutama Jawa Timur dan

Page 123: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xxxii

Jawa Tengah saya kira memang itu identitas ke-ormas-an seperti tokoh NU itu

penting tetapi di tempat lain belum tentu, misalnya kalau di NTB dan kau bukan

anggota Nahdlatul Wathan ataupun bukan seperti TGB anda tidak akan laku

karena di NTB itu hanya NW yang besar, sekalipun NU disitu ada tidak sekuat

NW kalaupun disitu ada Muhammadiyah tetapi tidak sekuat NW. Di Banten itu

ada yang kuat selain NU itu Mathla‟ul Anwar jadi kalaupun toh ormas seperti

NU dan Muhammadiyah ini penting dan kuat tetapi itu tidak berlaku umum

dibanyak tempat. Karena dibanayk tempat di wilayah-wilayah itu ormas-ornas

keagamaanya berbeda-beda misalnya juga di Jawa Barat NU sekalipun ada dan

lumayan kuat tetapikan ada Persis di sana ada PII yang juga kuat di sana jadi

penyeimbang kekuatan dari NU secara politik, nah ini yang secara kemudian

tidak bisa di simplifikasi atau sederhanakan bahwa misalnya kalaupun toh ada

tokoh NU di Jawa Barat ataupun tokoh Muhammadiyah di Jawa Barat, tetapi ada

tokoh-tokoh lain yang dari Persis maupun PII yang juga relatif bisa diterima.

Karena irisan masyarkatnya bukan hanya NU bukan hanya Muhammadiyah

tetapi juga Persis dan PII juga kuat. Saya mencotohkan di NTB ya NW, tetapi

kalau NU dan Muhammadiyah ini sudah tersebar luas jelas dimana terutama

untuk di Pulau Jawa. Penting sih menurut saya politik Identitas yang berbasi

keagamaan tetapi ini tidak berlaku umum untuk semua wilayah kadang kuat

disatu wilayah tetapi tidak di wilayah tertentu baik partai politik atau figur yang

diusung.

Page 124: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xxxiii

Lampiran 2

Hasil Wawancara dengan Ali Munhanif PhD

Wawancara dilakukan di Ruang LP2M UIN Jakarta

Pada Selasa, 3 April 2018 pukul 17.00 WIB

Alfrad: Kira-kira bisa kita mulai pak?

Ali Munhanif: Iya bisa kita mulai sekarang.

Alfrad: Menurut pandangan bapak bagaimana pendapat bapak tentang kasus

penistaan agama yang dilakukan oleh salah satu calon kandidat yang ikut dalam

pilkada DKI Jakarta 2017 terhadap potongan kasus surat al-maidah ayat 57?

Ali Munhanif: Ya, pada dasarnya kan tidak semestinya dimaknai sebagai

penistaan yang seperti itu jadi, kalau saja tidak ada pilkada maka sebenarnya

tindakan seperti itu adalah tindakan yang normatif saja, bahwa secara kebetulan

saja bahwa momentumnya saja dikatakan sebagai penistaan agama itu terjadi.

Tetapi kalau dilihat dengan sudut pandang berbeda dan secara jujur penafsiran

terhadap ayat Al-Qur‟an seperti model itukan umum terjadi dilakukan seperti

kebanyakan orang bahkan beberapa kali kemudian dijadikanlah bahan ceramah

yang sehingga beberapa orang menafsirkan hal itu berbeda-beda. Nah, ketika hal

itu diucapkan oleh seorang calon gubernur pada situasi yang sangat politis

kemudian menjadi bahan acuan untuk menjatuhkan tingkat keterpilihan lawan

politiknya yang dianggap oleh sebagian masyarakat DKI Jakarta menistakan

agama. Tetapi secara jujur kalaupun tidak ada masalah pasti tidak akan terjadi

hal sepeti kemarin.

Alfrad: Bagaimana pandangan bapak mengenai keharusan umat Islam yang

diwajibkan memilih pemimpin dari golongannya sendiri yang tertuang di dalam

Al-Qur‟an dan hadits?

Ali Munhanif: ya saya kira tidak, ada perasaan yang sangat mengkhawatirkan

begitu di kalangan umat Islam sejak terpilihnya Jokowi, pertama karena Jokowi

Page 125: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xxxiv

bukan hasil representasi dari tokoh-tokoh umat Islam, pada awalnya Jokowi

terlalu menjadi bahan pembicaraan dan begitu kuat pemberitaan dimedia tentang

Jokowi sebagai calon yang diusung oleh PDI-P lalu kemudian pada saat yang

sama, partai-partai Islam berada pada kubu lawan Jokowi pada 2014 waktu itu

lalu disitu sebenarnyalah yang menjadikan umat Islam kemudian merasa terus-

menerus tersisihkan secara proses politik dalam setiap elektoral. Memang sering

kali umat Islam merasa terancam ketika mereka gagal dalam proses demokratis,

kemudian tetapi kalau kita amati berbagai kemajuan Islam, katakanlah seperti

kelembagaan-kelembagaan identitas dan ajaran Islam pada ruang publik itu

sangat kuat, siapa yang bisa mengingkari bahwa pada saat ini berbagai aspirasi

ke-Islaman itu muncul dalam berbagai kebijakan pemerintah, termasuk seperti

kemampuan partai-partai dan orang-orang perwakilan umat Islam dalam politik,

dalam Golkar semisal tentang keterlibatan umat Islam dalam piagam Jakarta

pada saat itu, banyak sekali sekarang di dalam lembaga-lembaga, komisi

nasional mapun badan-badan, hampir semuanya umat Islam terlibat dan kuat

tanpa disadari, jadi tidak ada alasan bahwa kepentingan umat Islam terancam

dalam proses demokrasi saya kira seperti itu.

Alfrad: Apakah perbedaan pandangan diantara tokoh pemikir Islam tentang

kepemimpinan akan menyebabkan dampak polarisasi pemikiran politik Islam

terhadap masyarakat Islam di DKI Jakarta? Apa saja ragam pemikiran tersebut?

Ali Munhanif: Ya sebenarnya bahwa demokrasi menghasilkan satu kondisi

dimana komunitas-komunitas yang berbeda-beda tidak sepakat dalam beberapa

hal, tidak akan mengahasilkan sebuah kesepakatan yang sama itu sudah pasti,

bahwa salah satu karakter demokrasi adalah kemampuan demokrasi untuk

memecah pandangan visioner, ideologi maupun sikap-sikap politik dalam sebuah

kelompok tertentu. Agama tidak terkecuali, bahwa kelompok yang barbasis

agama khususnya Islam juga bisa menghasilkan satu penafsiran yang berbeda

tentang satu ajaran agama, oleh karena itu sebenarnya efek dari demokrasi

adalah menghancurkan institusi-institusi keagamaan yang bersifat tunggal,

kemudian disitulah mengapa Islam meskipun satu, seiring berjalannya waktu

Page 126: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xxxv

semakin terlihat bahwa kepentingan-kepentingan politik umat Islam tidak bersatu.

Ada beberapa partai yang saling menjatuhkan dan dari situlah permainan

demokrasi. Kalau semisal polarisasi itu dipicu oleh pilkada DKI Jakarta 2017

Jakarta saya kira tidak, bisa saja hal itu menyebabkan polarisasi tetapi pada

dasarnya sifat demokrasi itu pada dasarnya memecah. Tetapi kepentingan-

kepentingan politik jauh lebih mengemuka dibandingkan ideologi-ideologi

keagamaan.

Alfrad: Menurut pendapat bapak bagaimana peran ormas-ormas Islam yang hadir

dalam pilkada DKI Jakarta 2017 yang kemudian turut serta memberikan

fatwanya?

Ali Munhanif: Saya kira fatwa itu tidak terlalu memberikan efek, saya kira itu

seperti slogan politik atau sebagai ajakan politik untuk mengembangkan

jangkauan calon pemilih. Jadi kalau kita amati, jauh sebelum tersebar luasnya

kejadian yang dilakukan oleh salah satu calon kandidat di Pulau Pramuka

dianggap sebagai bentuk penistaan agama, kan tidak ada tanda-tanda bahwa

selain pak Ahok akan memenangkan pertarungan dalam proses pilkada pada saat

itu, tetapi dengan adanya peristiwa tersebut, lalu kemudian para tokoh yang

berkumpul dalam ormas-ormas semakin yakin bahwa agama menjadi satu-

satunya cara untuk mengalahkan calon petahana, dan mengusungnya. kemudian

disitulah sebenarnya ormas-ormas berkepentingan seperti elitnya dan

sebagainya, untuk memang sebagai strategi menjadikan pilkada DKI Jakarta

2017 sangat berbasis politik identitas dimainkan sedemikian rupa yang dibingkai

seolah-olah kalau Ahok menang akan terjadi kerusuhan oleh karena itu

mendorong umat Islam untuk memilih berbasis agama, bukan hanya itu sering

kali isu-isu yang berbasis agamapun dilontarkan untuk menakut-nakuti calon

pemilih dan tampaknya hal itu menjadi sangat efektif menjadikan agama sebagai

basis untuk penggalangan massa.

Alfrad: Menurut pandangan bapak, faktor apa saja yang menyebabkan adanya

polarisasi pada pilkada DKI Jakarta 2017? Apakah ada kaitannya dengan perasaan

paling benar? Atau ada sebab lain?

Page 127: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xxxvi

Ali Munhanif: Ada banyak spektrum-spektrum ideologi dalam Islam itu sendiri

menjadikan banyaknya pandangan yang berbeda-beda. Nah kemudian dari

situlah muncul adanya perasaan ego saling membenarkan dari individu-individu

umat Islam karena dipicu dari persoalan penafsiran tentang surat al-maidah ayat

57. Tetapi pada dasarnya proses demokrasi dan kepentingan-kepentingan politik

yang dibawa oleh kelompok atau ormas-ormas yang berbasis keagamaan dapat

pula menimbulkan efek yang bertentangan.

Alfrad: Terlihat dari hasil rekapitulasi putaran kedua serta hasil beberapa lembaga

survei, melihat adanya isu tentang masyarakat Islam wajib memilih pemimpin

dari golongannya tidak tergambarkan dengan jelas, ini terbukti oleh hasil survei

bahwa masih terdapat pemilih muslim yang memberikan hak pilihnya kepada

Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), menurut pandangan bapak apakah masyarakat

Islam di DKI Jakarta masih melandasi pandangan kepercayaan dan ajaran-ajaran

yang tertuang di dalam Al-Qur‟an dan Hadits dalam memilih pemimpin?

Singkatnya, bagaimana anda menjelaskan peristiwa ini?

Ali Munhanif: Ya seperti itu kan masih menyangkut masalah penafsiran saja,

bagaimana sekelompok yang lain menafsirkan ayat itu dalam perspektif yang

mungkin saja berbeda-beda. Tapi dari semua itu sebenarnya adalah baik yang

memilih lalu kemudian melandaskan pilihan itu pada ajaran agama atau Al-

Qur‟an yang memang didasari dengan kepentingan-kepentingan yang lebih

pragmatis khususnya kepentingan politik maupun ekonomi. Nah adalah keliru

ketika kita berpandangan seolah-olah pemilih muslim yang memilih Anies itu

justru menunjukan ketaatan pada agama saya kira keliru. Kemudian bahwa

tafsir-tafsir itu sangat bergantung pada kepentingan-kepentingan tadi yang saya

sebutkan. Bahwa demokrasi adalah salah satu karakternya menjadikan

kepentingan yang berbasis sosial, politik dan ekonomi jauh lebih penting

dibanding kepentingan-kepentingan lain termasuk ajaran agama. Saya tidak ingin

mengatakan bahwa terjadi sekularisasi, tetapi pada dasarnya identitas lalu

kemudian diolah sedemikian rupa untuk menunjukan entah kepercayaan

kelemahan ataupun sebaliknya baik di Eropa atau di Amerika.

Page 128: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xxxvii

Alfrad: Apakah ormas-ormas Islam turut serta memberikan dampak polarisasi

kepada masyarakat DKI Jakarta?

Ali Munhanif: Ya polarisasikan memang adalah situasi yang sudah terjadi, tanpa

pilkadapun polarisasi sudah terjadi, ada ormas Islam yang memang mempunyai

pemikiran yang puritan seperti Persis lebih esensialis, tetapi ada juga ormas-

ormas Islam yang sangat tradisional tetapi mempunyai pemikiran yang lebih

prular selalu menjaga kebebasan dan dialog antar umat beragama, tetapi ada

juga yang ditengah moderat yang pada dasarnya dari semua jenis-jenis ormas

Islam masih menyimpan keinginan-keinginan menerapkan syariah, nah disitu

polarisasinya memang sudah terjadi namun kemudian menjadi meledak ketika

ada momentum pilkada DKI Jakarta 2017, jadi pilkada DKI Jakarta 2017 hanya

lebih merupakan pemicu kristalisasi identitas antar ormas Islam, ormas Islam

yang mendukung Ahok lebih menampakan diri sebagai moderat sementara

ormas-ormas yang mendukung Anies lebih menunjukan sikap-sikap entah itu

konservatif atau sebaliknya tetapi kalau sampai terjadi kerusuhan antar umat

beragama kita baru bisa mengatakan bahwa itu tindakan radikalisme.

Page 129: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xxxviii

Lampiran 3

Hasil Wawancara dengan Dr. Rumadi Ahmad

(Ketua LAKPESDAM, PBNU)

Wawancara dilakukan di Ruang Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta

Pada Kamis, 3 Mei 2018 pukul 15.00 WIB

Alfrad: Kemarin pada pilkada DKI Jakarta 2017, salah satu calon kandidat berasal

dari non-Muslim?

Rumadi Ahmad: Ya itu konsekuensi dari konstitusionalisme Indonesia, yang

memperlakukan seluruh warga negara dalam posisi yang sama, mereka punya

hak untuk memilih dan mereka juga punya hak untuk dipilih. Ya itu

konsekuensinya jadi kalo ada orang yang menolak seseorang Non-Muslim untuk

menjadi pimpinan publik termasuk gubernur termasuk bupati sampai walikota

segala macamnya itu justru menunjukan bahwa mereka belum sepenuhnya

menerima implikasi dari konstitusionalisme di Indonesia jadi yaitu memang

sesuatu yang sudah kita menjadi dasar negara. Tidak ada masalah lain dari itu.

Alfrad Rusyd: Berikan alasan dan tujuan bapak menanggapi kasus penistaan

agama yang dilakukan oleh salah satu calon kandidat?

Rumadi Ahmad: Itu hal yang lain, antara hak untuk mencalonkan diri sebagai

non muslim yang mencalonkan diri untuk menjadi pimpinan publik dengan

persoalan penistaan agama, itu dua hal yang berbeda jangan dicampur adukan,

meskipun saya melihat bahwa persoalan penistaan agama yang terjadi pada

tahun 2017 pada ahok itu bagi saya itu bagian dari permainan politik saja

memang. Bagian dari political gain, untuk menghadang seorang calon yang tidak

disukai.

Page 130: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xxxix

Alfrad Rusyd: Bagaiman pandangan NU dengan kepemimpinan non-Muslim?

Rumadi Ahmad: Itu sebenarnya begini, lebih ke persoalan politik elektoral

sebenarnya, kenapa karena jawaban saya pertama begini, sebenarnya praktek

untuk menjadikan pemimpin dari non-Muslim untuk menjadi pemimpin publik, itu

sebenarnya sudah lama terjadi dimana-mana. Bahkan banyak partai-partai Islam

yang berkolaborasi dengan partai non-Islam bahkan ketika memilih

memasangkan calon bupati walikota itu ada calon yang Islam ada calon yang

berasal dari non-Muslim, itu berada di daerah-daerah seperti NTT di Papua itu

sudah terjadi. PKS juga misalnya sering berkolaborasi dengan partai yang tidak

berlandaskan Islam kemudian dia mencalonkan non-Muslim sebagai

kandidatnya. Itu artinya praktek untuk mendukung Non-Msulim, yang sebenarnya

itu sudah terjadi dimana-mana dan tidak ada persoalan. Nah yang terjadi di

Jakarta, itu sudah terjadi dimana-mana dengan persoalan persaingan politik

tetapi kalau itu serius penolakan itu terjadi berdasarkan keyakinan keagamaan

kenapa hanya politik pilkada DKI saja yang menjadi dipersoalkan yang lainnya

tidak dipersoalkan kalau ini menjadi perhatian, atau bahkan bisa jadi

menunjukan bahwa sebagian orang itu masih bisa menerima Indonesia menjadi

negara sekarang ini yang masih mempersoalkan apakah non-Muslim punya hak

untuk menjadi pemimpin atau tidak, dan itu sepertinya sudah tidak layak lagi

untuk diperbincangkan, yang lalu kemudian jadi persoalan untuk sekarang ini.

Selama ini NU gak ada masalah, gak pernah melakukan penolakan terhadap

kepemimpinan non-Muslim.

Alfrad Rusyd: Bagaimana tanggapan bapak tentang penafsiran surat al-maidah?

Rumadi Ahmad: Begini untuk persoalan pemimpin Non-Muslim, NU sudah punya

keputusan dalam muktamar tahun 1999 di Lirboyo yang mau menafsirkan al-

maidah segala macem tetapi garisnya NU begini, yang tertuang dalam buku yang

saya tulis Fatwa Hubungan Antar Agama yang menkaji tentang ormas-ormas

Islam NU, Muhammadiyah dan MUI. Salah satu putusan yang saya bahas

mengenai hukum urusan kenegaraan kepada Non-Muslim hukumnya itu begini

cara menjelaskan NU itu pada hukum asalnya tidak boleh. Hukum menyerahkan

Page 131: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xl

kenegaraan kepada Non-Muslim itu tidak boleh, kecuali karena tiga hal –tidak

ada orang Islam yang mampu, jadi jika tidak ada orang Muslim yang mampu, itu

boleh, - ada orang Islam yang mampu tetapi orang Islam ini dia punya rekam

jejak yang tidak baik misalnya dia koruptor atau dia berkhianat meskipun dia

muslim tidak semata-mata karena kemuslimannya dia harus didukung kalau

memang rekam jejaknya tidak baik ya tidak bisa didukung, dalam situasi seperti

itu Non-Msulim boleh. Non-Muslim tidak menjadi ancaman bagi umat Islam, jadi

meskipun dia Non-Muslim dia bukan orang yang mengancam dakwah Islam.

Kalau karena tiga hal ini sebenarnya Non-Muslim boleh tidak jadi masalah

meskipun hukum asalnya tidak boleh ya begitulah pandangan NU tentang

kepemimpinan Non-Muslim dan hukum ini dikaji lewat surat Al-Maidah segala

macam itu sudah lewat, sudah tidak lagi menjadi perbincangan di NU sudah

selesai dan tidak lagi jadi perdebatan.

Alfrad Rusyd: Bagaimana pandangan tentang aksi 212?

Rumadi Ahmad: Bagi saya, 212 itu hanya gegap gempita sesaat saja dan orang-

orang yang datang kesitu juga motivasinya macam-macam bahkan aktor-

aktornya juga terlihat sekarang kelihatan sekali dia punya kepentingan politik

yang kuat sekarang ini misalnya faksi-faksi dari dalam gerakan itu juga sudah

terlihat sekali jadi saya tidak terlalu mengkhawatirkan ini, yang ini gerakan

politik biasa saja tidak perlu terlalu berlebihan untuk ditanggapi.

Alfrad Rusyd: Aksi 212 afiliasi kemana dan mendukung siapa?

Rumadi Ahmad: Ada banyak kepentingan disitu, ada politisi yang memang dia

mempunyai kepentingan ya tidak bisa dinafikan. Ada kekuatan-kekuatan politik

yang memang dia menggerakkan ikut berkontribusi untuk menggerakkan aksi itu,

itu tidak bisa dinafikan. Kemudian ada orang yang memang tulus dan ikhlas

untuk memperjuangkan Islam, ada juga orang yang dia ingin mendapatkan

keuntungan-keuntungan otoritas keagamaan, misalnya dia memposisikan diri di

dalam aksi itu dia seolah-olah Indonesia ini sudah berada dalam genggamannya

sehingga dia dideklarasikan sebagai pemimpin besar umat Islam, jadi banyak

Page 132: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xli

sekali kepentingan yang ada di dalam aksi itu. Ya masing-masing orang punya

kepentingan punya target politik yang berbeda-beda juga di dalam aksi itu.

Alfrad Rusyd: Apakah keputusan sikap dan tindakan ormas Islam akan selalu

mengacu pada dalil dan hadits yang dipegang kuat dan teguh?

Rumadi Ahmad: NU itu organisasi keagamaan, yang seluruh putusan-

putusannya, terutama putusan-putusan politiknya itu didasarkan kepada paham

keagamaannya NU. Paham keagamaannya NU itu organisasi Islam yang secara

prinsip itu bermazhab, putusan-putusan politik itu yang berlandaskan dengan

cara bermazhab, bermazhab itu apa cara berfikir dimana yang diacu itu adalah

pendapat-pendapat fiqih yang sudah ditulis oleh ulama-ulama pada masa

lampau, serta jarang sekali bahkan tidak ada NU yang langsung mengacu pada

ayat al-Qur‟an atau langsung mengacu pada hadits itu jarang sekali dilakukan

oleh NU, NU selalu mendasarkan putusan-putusan politik penting sekalipun

misalnya penerimaan asas tunggal pancasila itu didaasarkan pada paham

fiqihnya pada mazhab fiqih yang dianut, jadi kalau semisal pancasila diacu ayat

al-qur‟annya apa NU tidak mengacu pada itu, tetapi mengacu pada mazhab yang

diasumsikan mazhab itu orang yang punya otoritas untuk memahami al-qur‟an,

cara berfikir yang menggunakan mazhab yang menurut NU itu seperti itu. Jadi

ulama-ulama NU itu ya seperti itu, bukan secara serampangan mengutip ayat al-

qur‟an mengutip hadits misalnya, untuk memberikan hukum atau menghakimi

sesuatu, yang dikutip adalah pendapat ulama.

Alfrad Ruysd: Menurut bapak bagaimana pandangan bapak tentang sikap

keagamaan yang dikeluarkan oleh MUI?

Rumadi Ahmad: Jadi begini, MUI itu kalau dikatakan dibawah negara tidak juga

MUI ya sebenarnya organisasi masyarakat ormas biasa tetapi dia punya

keistimewaan dalam bidang-bidang tertentu, istimewanya pada misalkan dalam

bidang ekonomi syariah, kekuatan dia berbeda dengan NU, fatwa atau keputusan

MUI itu mengikat secara hukum, tetapi dalam persoalan kepemimpinan Non-

Muslim segala macam yaa, apa yang diungkapkan MUI ya statusnya sama

Page 133: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xlii

dengan ungkapan NU atau ormas yang lainnya. Jadi kita harus hati-hati

memposisikan MUI itu agar tidak seolah-olah posisi MUI itu ada dibawah

wewenang lembaga negara tetapi dia tidak dibawah lembaga negara. MUI ormas

tapi dia punya titik perbedaan dengan ormas keagamaan yang lain.

Rumadi Ahmad: NU yaa dari dulu seperti itu, jadi di dalam NU itu model

pemikiran seperti apa saja itu ada, kalau dilihat pada perorangan. Tapi kalo

dilihat dari putusan-putusan organisasi itu dua hal yang harus dilihat secara

berbeda, putusan-putusan organisasi NU itu juga sejauh dia bisa dipertanggung

jawabkan secara fiqih itu yang akan dia ambil, jadi NU tidak peduli dengan

sebutan-sebutan yang dilontarkan dari berbagai macam ormas Islam lainnya.

Alfrad Rusyd: Bila kebijakan pemerintah tidak sejalan dengan nilai-nilai ormas

Islam dalam berbagai sikap dan tindakan apa yang akan dilakukan oleh ormas

Islam?

Rumadi Ahmad: Jadi begini ya, NU itu punya kesetiaan yang sangat tinggi

terhadap negara. NU tidak akan pernah berfikir untuk melakukan pemberontakan

terhadap negara itu sudah dibuktikan sejak dari awal kemerdekaan, dahulu ada

eksponen-eksponen Islam seperti DITII untuk merubah dasar negara menjadi

negara Islam, tetapi NU tidak pernah kenapa karena bagi NU paham ahlus

sunnah wal jamaah tetapi tidak mengikuti kekacauan yang terjadi karena

ketiadan pemimpin itu yang sangat bahaya, jadi ada pemimpin yang dzolim dia

masih bisa di kontrol atau melakukan pemberontakan jadi Bughat menjadi

dianggap tabu bagi NU tetapi kalo ada pemimpin yang melakukan kebijakan yang

dirasa melenceng atau berbeda dari keyakinan yang berbeda dari NU dia tidak

akan segan-segan untuk mengkritik terhadap pemimpin itu sudah berkali-kali di

lakukan oleh NU, misalkan yang terakhir dilakukan saat kebijakan pemerintah

Jokowi, yakni dilakukan oleh mentri pendidikan yang mengeluarkan kebijakan

Full day School, NU mengkritik kebijakan tersebut sampai akhirnya kebijakan

tersebut dirubah. Jadi NU bisa membedakan mana yang harus setia dan harus di

bela mati-mkatian tetapi ada beberapa daerah yang tidak harus dipersoalkan

misalkan yang terkait dengan dasar-dasar negara, dan pilar-pilar kebangsaan

Page 134: ISLAM DAN NEGARA: POLARISASI PEMIKIRAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43290/1/MUHAMMAD... · dan konstitusi negara selama itu tidak merugikan bagi kelompoknya,

xliii

maka NU akan siap siaga. Tetapi untuk kebijakan-kebijakan tertentu boleh di

kritik dan tideak jadi masalah.

Alfrad Rusyd: Menurut bapak, ormas-ormas yang hadir pada Pilkada Jakarta itu

memberikan dampak terhadap polarisasi Islam atau tidak?

Rumadi Ahmad: Jelas, tapi satu-satunya organisasi Islam yang paling tegas

menolak untuk ikut serta dalam aksi 212 adalah NU. Mungkin yang lainnya

seperti MUI atau Muhammadiyah agak malu-malu untuk menyatakan sikap,

sedangkan NU lewat ketua umumnya mengatakan dengan tegas tidak akan

pernah ikut serta sampai kapanpun dalam aksi 212. Karena pertimbangan-

pertimbangan analisis keagamaan dan politik yang dilakukan oleh NU termasuk

menolak jumatan di Monas, NU melihat adanya politisasi.

Alfrad Rusyd: Bagaimana ormas Islam seharusnya memposisikan diri ditengah-

tengah masyarakat Jakarta yang majemuk?

Rumadi Ahmad: Ya ormas tetap saja pada fungsinya sebagai organisasi

masyarakat yang dia bisa menjaga kohesifitas sosial, dia sebagai katalisator

antara negara dan masyarakat, tetapi pada saat yang sama dia tidak boleh

melakukan tindakan-tindakan yang justru memprovokasi masyarakat. misalanya,

kalau dalam pilkada DKI kemarin menurut saya sudah agak keterlaluan,

misalnya sampai ada kampanye untuk tidak menyolatkan orang yang meninggal

karena memilih calon si A. Itu menurut saya sudah keterlaluan, jadi politisasi

agama yang sudah keterlaluan, yang itu sudah merusak kehidupan sosial.

Organisasi keagamaan menurut saya tidak perlu melakukan tindakan sejauh itu.