islam & budaya hibrida

6
HIBRIDA Ardhianto Murcahya, S.Psi. Pernah mendengar istilah hibrida? Ya, istilah ini biasanya muncul bersamaan dan berasosiasi dengan rumpun kata tumbuh-tumbuhan atau kosakata-kosakata yang berhubungan dengan dunia flora atau pertanian. Jagung hibrida, padi hibrida, dan sebagainya. Maknanya adalah persilangan atau pertemuan dua jenis tumbuhan yang masing-masing memiliki keunggulan namun juga memiliki kekurangan. Nah, tekhnologi hibrida mempertemukan dua keunggulan itu kedalam jenis tumbuhan baru. Jika padi jenis A memiliki bulir yang besar namun tidak tahan terhadap serangan hama, sementara padi jenis B memiliki bulir yang kecil namun tahan terhadap serangan hama, maka disilangkanlah kedua jenis padi tersebut menjadi padi jenis C yang memiliki bulir yng besar dan tahan terhadap serangan hama. Begitulah kira-kira gambaran tentang hibrida. Ia mempertemukan 2 (dua) atau lebih keunggulan dan mereduksi kekurangan- kekurangan yang ada. Bukan hanya pada tumbuhan dan flora, dan ketika saya membaca sebuah buku yang ditulis prof. Komarudin Hidayat berjudul Psikologi Beragama, bahwa hibrida juga smampu diterapkan ke dalam sebuah peradaban, bahkan hibrida merupakan sifat khas sebuah peradaban besar. Ia mempertemukan beberapa keunggulan perilaku akhlaq manusia dan menghilangkan akhlaq dan perilaku yang buruk. Begitupun dengan islam, sebuah peradaban yang besar. Melalui rasulullah saw. dengan risalah yang dibawanya, salah satu misinya ialah menyempurnakan akhlaq manusia. Disempurnakan seperti apa? Yah disempurnakan dengan pemurnian aqidah dan ibadah hanya kepada Allah. Karena jahiliyah bukanlah bermakna bodoh tak bisa membaca dan menulis, tapi jahiliyah ialah kesombongan yang menolak kebenaran ( QS. Al-Fath : 26), tercampurinya ibadah dengan kesyirikan. Nah itulah yang harus diluruskan, itulah yang harus dibenarkan kembali. Itulah keburukan akhlaq yang harus dihilangkan. Sementara akhlaq-akhlaq yang baik tetap dipertahankan dan dioptimalkan,

Upload: ardhie-murcahya

Post on 20-Jul-2015

432 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Islam  & Budaya  Hibrida

HIBRIDAArdhianto Murcahya, S.Psi.

Pernah mendengar istilah hibrida? Ya, istilah ini biasanya muncul bersamaan dan

berasosiasi dengan rumpun kata tumbuh-tumbuhan atau kosakata-kosakata yang

berhubungan dengan dunia flora atau pertanian. Jagung hibrida, padi hibrida, dan

sebagainya. Maknanya adalah persilangan atau pertemuan dua jenis tumbuhan yang

masing-masing memiliki keunggulan namun juga memiliki kekurangan. Nah, tekhnologi

hibrida mempertemukan dua keunggulan itu kedalam jenis tumbuhan baru. Jika padi

jenis A memiliki bulir yang besar namun tidak tahan terhadap serangan hama,

sementara padi jenis B memiliki bulir yang kecil namun tahan terhadap serangan hama,

maka disilangkanlah kedua jenis padi tersebut menjadi padi jenis C yang memiliki bulir

yng besar dan tahan terhadap serangan hama. Begitulah kira-kira gambaran tentang

hibrida.

Ia mempertemukan 2 (dua) atau lebih keunggulan dan mereduksi kekurangan-

kekurangan yang ada. Bukan hanya pada tumbuhan dan flora, dan ketika saya membaca

sebuah buku yang ditulis prof. Komarudin Hidayat berjudul Psikologi Beragama, bahwa

hibrida juga smampu diterapkan ke dalam sebuah peradaban, bahkan hibrida

merupakan sifat khas sebuah peradaban besar. Ia mempertemukan beberapa

keunggulan perilaku akhlaq manusia dan menghilangkan akhlaq dan perilaku yang

buruk. Begitupun dengan islam, sebuah peradaban yang besar. Melalui rasulullah saw.

dengan risalah yang dibawanya, salah satu misinya ialah menyempurnakan akhlaq

manusia. Disempurnakan seperti apa? Yah disempurnakan dengan pemurnian aqidah

dan ibadah hanya kepada Allah. Karena jahiliyah bukanlah bermakna bodoh tak bisa

membaca dan menulis, tapi jahiliyah ialah kesombongan yang menolak kebenaran

( QS. Al-Fath : 26), tercampurinya ibadah dengan kesyirikan. Nah itulah yang harus

diluruskan, itulah yang harus dibenarkan kembali. Itulah keburukan akhlaq yang harus

dihilangkan. Sementara akhlaq-akhlaq yang baik tetap dipertahankan dan dioptimalkan,

Page 2: Islam  & Budaya  Hibrida

dan diperindah dengn celupan sibghoh Allah.

Akhlaq baik sebenarnya merupakan warisan budaya lokal, atau sudah ada dalam

kearifan lokal bangsa arab ketika itu. Salah satu buktinya ialah ketika Rasulullah saw.

baru saja menerima wahyu pertama dari gua hira’. Khadhijah Binti Khuwailid, sang istri

berkata menguatkan rasulullah yang dicekam ketakutan, “ Tidak, demi Allah, Alah sama

sekali tidak akan menghinakanmu, karena engkau adalah penyambung silaturahim,

ikut membawakan beban orang lain, memberi makan orang miskin, menjamu tamu

dan menolong orang yang menegakkan kebenaran.” Itu adalah sebagian akhlaq mulia

rasulullah yang disukai oleh orang-orang arab. Jadi kesantunan sosial telah ada ketika

itu. Kearifan-kearifan lokal dan sistem akhlaq yang baik pun sudah ada. Hanya saja masa

jahiliyah tidak memiliki standard kebenaran, sehingga yang benar jadi samar-samar.

Terbelenggu oleh syahwat dan syubhat.

Tentunya warisan budaya yang sering disebut dengan kearifan lokal, muncul

karena adanya getar-getar suara fithrah atau hati nurani. Dan hati nurani tidak akan

pernah bertentangan dengan syariat, karena suara fithrah berasal dari ruh, dan ruh

berasal Tuhan. Dan kebenaran pula hadir dari sana. Alhaqqu min robbikum. Maka bila

ada warisan budaya yang bertentangan dengan syariat atau terindikasi pelanggaran

syariat didalamnya, sudah bisa dipastikan itu bukanlah kearifan lokal tetapi kebathilan

lokal meski itu tradisi warisan leluhur. Seperti jawaban yahudi, Rafi' Ibn Huraimallah

dan Malik ibn 'auf, saat menolak dakwah rasulullah. "Hai Muhammad! Kami akan

mengikuti jejak nenek moyang kami, karena mereka lebih pintar dan lebih baik daripada

kami." Ayat 170 surah Al Baqarah turun sebagai teguran kepada orang-orang yang

hanya mengikuti jejak nenek moyangnya. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa'id

atau 'Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas.)

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,"

mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati

dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga),

walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak

Page 3: Islam  & Budaya  Hibrida

mendapat petunjuk?" ( QS. Al- Baqarah : 170)

Hilful fudhul

Salah satu akhlaq warisan budaya sebelum datangnya islam yang dipertahankan

bahkan mendapat pujian dari rasulullah adalah sebuah trakat, konsensus yang bernama

hilful fudhul. Hilful fudhul adalah sebuah konsensus yang terjadi di kalangan bangsa-

bangsa quraisy sebelum islam. Kearifan lokal, jika kita menyebutnya. Konsesus ini

terjadi antara kabilah suku quraisy antara lain bani hasyim, bani al muthalib, terjadi

pada bulan dzulqa’dah bertempat di rumah Abdullah ibn jad’an At Taimy seorang yang

dituakan dan memiliki kedudukan terhormat diantara kabilah-kabilah quraisy. Isi dari

konsensus dirumah abdullah ibn jud’an tersebut ialah bahwa tak seorang pun dari

penduduk makkah dan juga yang lainnya terdzalimi dan terampas hak-haknya. Siapa

yang teraniaya, terdzalimi, maka anggota konsensus hilful fudhul wajib melakukan

advokasi atau pembelaan terhadap orang tersebut, tak peduli dari kabilah mana ia

berasal. Mulia bukan? Ini adalah sebuah kearifan lokal dari masa jahiliyah yang bisa di

terapkan dan dipertahankan ketika peradaban islam bersemi. Rasulullah saw. pun

memuji adanya konsensus ini dengan bersabda “Aku pernah mengikuti perjanjian yang

dilakukan di rumah abdullah ibn jad’an, suatu perjanjian yang bila aku diajak kembali

melakukannya dalam islam tentu aku akan sambut” ( HR. Al Humaidi, sanadnya shahih

dalam Al Bidayah Wan Nihayah, ibnu katsir )

Pancaran Dua PesonaNah, dalam peradaban besar memiliki sifat hibrida. Mempertemukan dua atau

lebih keunggulan-keunggulan akhlaq, dan kearifan lokal membingkainya dengan

keindahan islam yang rahmatan lil alamin. Atau jika meminjam istilah ustadz anis matta,

peradaban islam dibangun dalam 2 keunggulan yaitu pesona islam yang rahmatan lil

alamin dan pesona akhlaq muslim yang menawan. Keduanya saling melengkapi dan

tidak tergantikan. Pesona islam yang rahmatan lil alamin hanya akan menjadi sesuatu

yang utopis (angan-angan) bila tidak ada pesona akhlaq manusia muslimnya yang

Page 4: Islam  & Budaya  Hibrida

menawan. Pesona akhlaq yang menawan saja yang tidak dibingkai dalam islam tentulah

tiada berarti dan sia-sia. Seperti konsensus hilful fudhul, ia sebuah kearifan lokal yang

baik, sebuah sistem akhlaq yang menentramkan, berkeadilan, bila tidak dibingkai oleh

islam sebagai world view –meminjam istilah Prof. Malik Badri, pakar psikologi islam-,

maka tidak ada standard kebenaran atau yang sering dilontarkan para pengidap sepilis –

JIL dan antek-anteknya- bahwa kebenaran itu relatif. Tentu akan sangat berbahaya,

ketika hilful fudhul yang mempesona ini, misalnya dipergunakan oleh seorang dari

kabilah tertentu yang mencuri milik kabilah yang lain kemudian dia dihukum potong

tangan oleh kabilah tersebut misalnya, lalu ia meminta suaka kepada abdullah ibn

jad’an, karena pelaku tadi merasa telah didzalimi dengan dipotong tangannya. Tentulah

bisa terjadi pertumpahan darah dan perang antar kabilah. Seperti hal nya pancasila di

indonesia, ia adalah sebuah warisan budaya, kearifan lokal yang indah. Namun sering

digunakan oleh kelompok anti islam sebagai ‘alat penyerang’ untuk melumpuhkan

perjuangan islam. Maka diperlukan sebuah standard kebenaran absolut yang tiada

berubah-ubah, al haqq min robbikum, kebenaran itu dari Tuhanmu. Sebuah kebenaran

mutlak sebagai sebuah world view. Sebuah kacamata, yang memiliki standar kebenaran

baku dan absolut. Dan inilah islam.

Kamu yang terbaik dalam jahiliyah, Kamu yang terbaik dalam islam

“Khoirukum fi jahiliyah, khoirukum fil islam” demikian sabda rasulullah saw. yang

bermakna kamu yang terbaik ketika di masa jahiliyah mu adalah kamu yang terbaik

ketika masa islam. Seperti yang tertulis diatas, bahwa misi kenabian rasulullah saw.

adalah menyempurnakan akhlaq, menselaraskannya dan memperindah dengan islam

sebagai sebuah world view yang kan membingkai akhlaq nan indah tersebut. Jadi islam

hadir bukan untuk mengkebiri potensi-potensi yang dimiliki oleh seorang muslim. Islam

justru membawa potensi-potensi tersebut ke ufuk yang tertinggi, puncak aktualisasi diri.

Adalah Umar Ibn Al Khattab, seorang sahabat rasulullah yang juga menjadi salah

satu Khalifah yang mendapatkan petunjuk (khulafaurrasyidin). Sebelum islam ia adalah

Page 5: Islam  & Budaya  Hibrida

seorang pegulat di pasar ukazh, atau preman pasar jika kita menyebutnya. Pernah

mengubur hidup-hidup putri nya yang baru saja dilahirkan karena ketika masa jahiliyah

anak perempuan adalah beban yang tidak memberikan keuntungan. Ia paling ditakuti

oleh semua kabilah quraisy. Namun ketika hidayah Allah menyapanya melalui surat

thaha yang dibaca Fathimah, adiknya. Ia berislam. Dan keislamannya adalah tonggak

sejarah perubahan periode dakwah dari sembunyi-sembunyi menjadi dakwah terbuka

terang-terangan. Islamnya umar menjadikan kepercayaan diri kaum muslimin untuk

secara terang-terangan menunjukkan jati dirinya sebagai muslim. “siapa yang ingin anak

– anaknya menjadi yatim, istrinya menjadi janda, dan ibunya menangis, silakan hadang

saya dibalik bukit itu, aku akan berhijrah bersama Rasulullah” itulah ungkapan Umar Ibn

Al Khaththab ketika hendak berhijrah. Potensinya ketika jahiliyah tidak hilang bahkan

menjadi semakin gemilang bersama islam di dadanya. Bahkan ia termasuk sahabat yang

lisannya apabila berpendapat selalu dibenarkan oleh wahyu, contoh ketika peristiwa

turunnya ayat tentang hijab bagi istri-istri nabi dan ketika kematian munafiqin Abdullah

ibn ubay ibn sahlul. Umar Ibn Khaththab yang dengan kekuatan fisik yang ditakuti ketika

masa jahiliyah, menjadikan dirinya bergelar al faruq, yang tiada gentar untuk

membedakan kebenaran dan kebathilan, yang membuat iblis pun memilih memutar

jalan daripada bertemu umar , saking takutnya.

Adapula Khalid Ibn AlWalid, Panglima pasukan quraisy ketka perang uhud yang

berhasil memukul mundur dan membuat pasukan kaum muslimin pontang-panting dan

didera kekalahan paling menyakitkan. Ketika ia berislam, ia bergelar pedang Allah yang

terhunus. Dengan pedangnya ia berhasil memenangkan setiap peperangan. Bahkan ia

bersama Abu Ubaidillah ibn Jarrah berhasil menaklukkan damaskus. Dan masih banyak

lagi kisah-kisah inspiratif para shahabat shahabiyah yang menunjukan bahwa bersama

islam potensi yang dimilikinya semakin teroptimalkan dan teraktualisasi hingga ke ufuk

tinggi. Inilah peradaban hibrida itu, potensi-potensi yang ada teroptimalkan, sistem

akhlaq kearifan lokal terlestarikan, sementara keburukan jahiliyahnya terreduksi dan

menghilang. Ia menjadi manusia-manusia paripurna, yang memancarkan pesona islam

yang rahmatan lil alamin dan pesona akhlaq yang menawan. islam selalu berhasil

Page 6: Islam  & Budaya  Hibrida

berakulturasi dengan budaya-budaya setempat, semakin memperkaya khazanah untuk

para da’i nya menyeru selain dengan keunggulan – keunggulan potensi yang dimiliki

masing-masing pribadi da’i. Sesuai dengan kaidah fiqh dakwah khatibu naas bi lughati

qaumihim, serulah manusia dengan bahasa kaumnya, bukan sekedar bahasa tetapi

budaya-budaya lokal setempat. Seorang yang berbakat mencipta lagu dan bermain

musik, ia bisa mengoptimalkan potensi dan bakatnya melalui seni nasyid. Dan masih

banyak hal, karena jika kamu adalah yang terbaik ketika di jahiliyahmu , tetaplah akan

menjadi yang terbaik dan gemilang ketika dalam masa islam mu. Wallahu a’lam

bishawab.