budaya islam

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan segala sesuatu yang diciptakan oleh umat manusia dan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. (koentjaraningrat). Kebudayaan itu meleket dengan diri manusia, artinya manusia yang menciptakan kebudayaan. Sejak zaman dahulu hingga sekarang. Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia, karena yang akan menjadi sasaran bimbinganya adalah umat manusia. Misinya yaitu memberikan bimbingan kepada umat manusia agar dalam mengembangkan kebudayaanya tidakmelepaskan diri dari nilainilai ketuhanan. Sebagaimana sabdanya yang berarti! "Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak#. $alam menga%ali tugasnya nabi meletakan dasardasar kebudayaan &slam yang kemudian berkembang menjadi peradaban &slam.$ak%ah &slam terjadi dalam proses yang panjang dan rumit karena terjadi asimilasi budayabudaya setempat dengan nilainilai &slam yang kemudian menghasilkan kebudayaan &slam. Kebudayaan ini berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui kebenaranya secara uni'ersal. ntuk mengetahui perkembangan kebudayaan &slam menjadi sebuah peradaban maka kami akan membahasnya di makalah ini. 1.2 Tujuan ujuan pembuatan makalah ini ! *. Agar mahasis%a dapat mengetahui dan memahami konsep kebudayaan dalam &slam 1

Upload: salma-karimah

Post on 07-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

agama islam

TRANSCRIPT

32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan segala sesuatu yang diciptakan oleh umat manusia dan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. (koentjaraningrat). Kebudayaan itu meleket dengan diri manusia, artinya manusia yang menciptakan kebudayaan. Sejak zaman dahulu hingga sekarang.

Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia, karena yang akan menjadi sasaran bimbinganya adalah umat manusia. Misinya yaitu memberikan bimbingan kepada umat manusia agar dalam mengembangkan kebudayaanya tidak melepaskan diri dari nilai-nilai ketuhanan. Sebagaimana sabdanya yang berarti: Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak. Dalam mengawali tugasnya nabi meletakan dasar-dasar kebudayaan Islam yang kemudian berkembang menjadi peradaban Islam. Dakwah Islam terjadi dalam proses yang panjang dan rumit karena terjadi asimilasi budaya-budaya setempat dengan nilai-nilai Islam yang kemudian menghasilkan kebudayaan Islam. Kebudayaan ini berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui kebenaranya secara universal.

Untuk mengetahui perkembangan kebudayaan Islam menjadi sebuah peradaban maka kami akan membahasnya di makalah ini.

1.2 TujuanTujuan pembuatan makalah ini :

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep kebudayaan dalam Islam

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem dan prinsip budaya Islam3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep dan ciri-ciri perkembangan budaya akademik4. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep dan karakteristik etos kerja islami 1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah :

1. Apa pengertian dari budaya Islam?

2. Bagaimana sistem dan prinsip budaya Islam?

3. Apa pengertian dari budaya akademik?

4. Bagaimana konsep dan ciri-ciri perkembangan budaya akademik?5. Apa pengertian dari etos kerja islami?

6. Bagaimana karakteristik etos kerja islami?BAB II

BUDAYA ISLAM

2.1 Pengertian Budaya IslamDi dalam Kamus Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa: budaya adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Sedang kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Untuk memudahkan pembahasan, Ernst Cassirer membaginya menjadi lima aspek : 1. Kehidupan Spritual 2. Bahasa dan Kesusastraan 3. Kesenian 4. Sejarah 5. Ilmu Pengetahuan.Kebudayaan menurut para ahli :a. E.B. Taylor, mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

b. R. Lintonn, mendefinisikan kebudayaan sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dari hasil tingkah laku yang unsur-unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota dari masyarakat tertentu.

c. S.T. Alisahbana, mendifinisikan kebudayaan adalah manisfestasi suatu bangsa.

d. Dr.M. Hatta, mendefinisikan kebudayaan adalah ciptaan hidup suatu bangsa.

e. Prof.Dr.Koentjaraningrat, mendefinisikan kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkan dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalamkehidupan masyarakat.

Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa kebudayaan melekat dengan diri manusia, artinya akan kebudayaan. Kebudayaan itu lahir bersama dengan kelahiran manusia itu sendiri. (Tim Depag RI, 2004: 165).

Secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil olah akal, berupa:

a. Cipta : kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia hal yang ada dalam pengalamannya secara lahir dan batin. Hasil cipta berupa berbagai ilmu pengetahuan.b. Karsa : kerinduan manusia untuk menyadari tentang asal-usul manusia sebelum lahir dan ke mana manusia sesudah mati. Hasilnya berupa norma-norma dan kepercayaan. Kemudian timbul bermacam-macam agama karena kesimpulan manusia juga bemacam-macam.

c. Rasa: kerinduan manusia akan keindahan sehingga menimbulkan dorongan untuk menikmatinya. Manusia pada dasarnya selalu merindukan keindahan dan menolak keburukan atau kejelekan.

Hasil budaya manusia dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Kebudayan jasmaniyah (kebudayaan fisik) seperti benda-benda ciptaan manusia, misalnya alat perlengkapan hidup.

b. Kebudayaan rohaniah (non material) yaitu hasil ciptaan yang tidak dapat dilihat dan diraba, seperti agama, ilmu pengetahuan, bahasa dan seni. (Muntoha dkk, 1998:24)

Kebudayaan adalah milik khas manusia. Al-Quran memandang kebudayaan sebagai suatu proses dan meletakkan kebudayaan sebagai eksistensi hidup manusia. Ia tidak mungkin lepas dari nilai-nilai kemanusiaan, tapi bisa jadi lepas dari nilai-nilai ketuhanan.

Dalam perkembangan kebudayaan perlu bimbingan wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap oleh ambisi yang bersumber dari nafsu hewani dan berdampak merugikan diri sendiri. Dalam hal ini agama berfungsi sebagai pembimbing manusia dan mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban Islam.

Hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi oleh nilai-niai ketuhanan disebut dengan kebudayaan Islam, dimana fungsi agama akan berperan semakin jelas. Ketika perkembangan dan dinamika kehidupan umat manusia mengalami kebekuan karena keterbatasan kemampuan dalam memecahkan persoalan hidup. Kondisi semacam ini dipandang perlu unruk menggunakan bimbingan wahyu.

Kebudayaan akan terus berkembang, tidak akan berhenti selama masih ada kehidupan manusia. Segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas dan kreativitas manusia baik dalam konteks hubungan dengan sesama maupun dengan alam lingkungannya, akan selalu berkaitan. Hal ini berarti manusia sebagai makhluk budaya dan makhluk sosial tidak akan pernah berhenti dari aktivitasnya dan tidak bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain. Kebudayan akan berhenti ketika manusia sudah tidak lagi menggunakan akal budinya. (Tim Depag RI, 2004 : 166 )

2.2 Hubungan Islam dan Budaya

Sebagian ahli kebudayaan memandang bahwa kecenderungan untuk berbudaya merupakan dinamik ilahi. Bahkan menurut Hegel, keseluruhan karya sadar insani yang berupa ilmu, tata hukum, tata negara, kesenian, dan filsafat tak lain daripada proses realisasi diri dari roh ilahi. Sebaliknya sebagian ahli, seperti Pater Jan Bakker, dalam bukunya Filsafat Kebudayaan menyatakan bahwa tidak ada hubungannya antara agama dan budaya, karena menurutnya, bahwa agama merupakan keyakinan hidup rohaninya pemeluknya, sebagai jawaban atas panggilan ilahi. Keyakinan ini disebut Iman, dan Iman merupakan pemberian dari Tuhan, sedang kebudayaan merupakan karya manusia. Sehingga keduanya tidak bisa ditemukan. Menurut para ahli Antropologi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Drs. Heddy S. A. Putra, MA bahwa agama merupakan salah satu unsur kebudayaan. Untuk melihat manusia dan kebudayaannya, Islam tidaklah memandangnya dari satu sisi saja. Islam memandang bahwa manusia mempunyai dua unsur penting, yaitu unsur tanah dan unsur ruh yang ditiupkan Allah kedalam tubuhnya. Ini sangat terlihat jelas di dalam firman Allah Qs As-Sajdah :7-9 yang artinya ( Allah)-lah Yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menciptakan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam ( tubuh )-nya roh ( ciptaan)-Nya

Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, untuk selalu menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Dengan demikian, Islam telah berperan sebagai pendorong manusia untuk berbudaya . Dan dalam satu waktu Islamlah yang meletakkan kaidah, norma dan pedoman. Sampai disini, mungkin bisa dikatakan bahwa kebudayaan itu sendiri, berasal dari agama.

2.3 Sistem dan Prinsip Budaya IslamIslam, datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada kehidupan yang baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah datang untuk menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang yang tidak bermanfaat dan membawa mudharat di dalam kehidupannya, sehingga Islam perlu meluruskan dan membimbing kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju kebudayaan yang beradab dan berkemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan.

Prinsip semacam ini, sebenarnya telah menjiwai isi Undang-undang Dasar Negara Indonesia, pasal 32, walaupun secara praktik dan perinciannya terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat menyolok. Dalam penjelasan UUD pasal 32, disebutkan : Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Idonesia .

Prinsip-prinsip kebudayaan dalam Islam merujuk pada sumber ajaran Islam, yaitu :

1. Menghormati akal. Manusia dengan akalnya bisa membangun kebudayaan baru. Kebudayaan Islam tidak akan menampilkan hal-hal yang dapat merusak manusia. dijelaskan dalam Qs, Ali-Imran, 3:190 yang artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berakal.2. Memotivasi untuk menuntut dan mengembangkan ilmu. Firman Allah Swt :Allah akan mengangkat (derajad) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajad (Qs, aL-Mujadalah, 58:11).

3. Menghindari taklid buta. Kebudayaan Islam hendaknya mengantarkan umat manusia untuk tidak menerima sesuatu sebelum diteliti. Sebagaimana telah difirmankan Allah Swt: Dan janganlah kamu mengikuti dari sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani semua itu akan dimintai pertanggungjawaban (QS, al-Isra, 17:36).

4. Tidak membuat pengerusakan. Firman Allah Swt: Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan (Qs, al-Qhasash, 28:77).

Dari hal tersebut, Islam telah membagi budaya menjadi tiga macam : 1. Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam. contohnya kadar besar kecilnya mahar dalam pernikahan, di dalam masyarakat Aceh, keluarga wanita biasanya menentukan jumlah mas kawin sekitar 50-100 gram emas.2. Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam , Contoh yang paling jelas adalah tradisi Jahiliyah yang melakukan ibadah haji dengan cara-cara yang bertentangan dengan ajaran Islam , seperti lafadh talbiyah yang sarat dengan kesyirikan, thowaf di Kabah dengan telanjang.3. Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam.Seperti, budaya ngaben yang dilakukan oleh masyarakat Bali.

BAB III

BUDAYA AKADEMIK

3.1 Pengertian Budaya Akademik

Budaya Akademik dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.Kehidupan dan kegiatan akademik diharapkan selalu berkembang, bergerak maju bersama dinamika perubahan dan pembaharuan sesuai tuntutan zaman.

Perubahan dan pembaharuan dalam kehidupan dan kegiatan akademik menuju kondisi yang ideal senantiasa menjadi harapan dan dambaan setiap insan yang mengabdikan dan mengaktualisasikan diri melalui dunia pendidikan tinggi dan penelitian, terutama mereka yang menggenggam idealisme dan gagasan tentang kemajuan. Perubahan dan pembaharuan ini hanya dapat terjadi apabila digerakkan dan didukung oleh pihak-pihak yang saling terkait, memiliki komitmen dan rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap perkembangan dan kemajuan budaya akademik.

Budaya akademik sebenarnya adalah budaya universal. Artinya, dimiliki oleh setiap orang yang melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Membanggun budaya akademik bukan perkara yang mudah. Diperlukan upaya sosialisasi terhadap kegiatan akademik, sehingga terjadi kebiasaan di kalangan akademisi untuk melakukan norma-norma kegiatan akademik tersebut.

Pemilikan budaya akademik ini seharusnya menjadi idola semua insan akademisi perguruaan tinggi, yakni dosen dan mahasiswa. Derajat akademik tertinggi bagi seorang dosen adalah dicapainya kemampuan akademik pada tingkat guru besar (profesor). Sedangkan bagi mahasiswa adalah apabila ia mampu mencapai prestasi akademik yang setinggi-tingginya. Khusus bagi mahasiswa, faktor-faktor yang dapat menghasilkan prestasi akademik tersebut ialah terprogramnya kegiatan belajar, kiat untuk berburu referensi actual dan mutakhir, diskusi substansial akademik, dsb. Dengan melakukan aktivitas seperti itu diharapkan dapat dikembangkan budaya mutu (quality culture) yang secara bertahap dapat menjadi kebiasaan dalam perilaku tenaga akademik dan mahasiswa dalam proses pendidikan di perguruaan tinggi.

Oleh karena itu, tanpa melakukan kegiatan-kegiatan akademik, mustahil seorang akademisi akan memperoleh nilai-nilai normative akademik. Biar saja ia mampu berbicara tentang norma dan nilai-nilai akademik tersebut didepan forum namun tanpa proses belajar dan latihan, norma-norma tersebut tidak akan pernah terwujud dalam praktik kehidupan sehari-hari. Bahkan sebaliknya, ia tidak segan-segan melakukan pelanggaran dalam wilayah tertentu, baik disadari ataupun tidak.

Kiranya, dengan mudah disadari bahwa perguruan tinggi berperan dalam mewujudkan upaya dan pencapaian budaya akademik tersebut. Perguruan tinggi merupakan wadah pembinaan intelektualitas dan moralitas yang mendasari kemampuan penguasaan IPTEK dan budaya dalam pengertian luas disamping dirinya sendirilah yang berperan untuk perubahan tersebut.

3.2 Konsep dan Ciri-Ciri Perkembangan Budaya Akademik

Dalam situasi yang sarat idealisme, rumusan konsep dan pengertian tentang Budaya Akademik adalah Budaya atau sikap hidup yang selalu mencari kebenaran ilmiah melalui kegiatan akademik dalam masyarakat akademik, yang mengembangkan kebebasan berpikir, keterbukaan, pikiran kritis-analitis; rasional dan obyektif oleh warga masyarakat akademik. Konsep dan pengertian tentang Budaya Akademik tersebut didukung perumusan karakteristik perkembangannya yang disebut Ciri-Ciri Perkembangan Budaya Akademik yang meliputi berkembangnya :

Penghargaan terhadap pendapat orang lain secara obyektif Pemikiran rasional dan kritis-analitis dengan tanggungjawab moral Kebiasaan membaca Penambahan ilmu dan wawasan Kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat Penulisan artikel, makalah, buku Diskusi ilmiah Proses belajar-mengajar Manajemen perguruan tinggi yang baik3.3 Tradisi Akademik

Tradisi Akademik merupakan Tradisi yang menjadi ciri khas kehidupan masyarakat akademik dengan menjalankan proses belajar-mengajar antara dosen dan mahasiswa; menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta mengembangkan cara-cara berpikir kritis-analitis, rasional dan inovatif di lingkungan akademik

Tradisi menyelenggarakan proses belajar-mengajar antara guru dan murid, antara kiai dan santri sudah mengakar sejak ratusan tahun yang lalu, melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti padepokan dan pesantren. Akan tetapi tradisi-tradisi lain seperti menyelenggarakan penelitian adalah tradisi baru.

Demikian pula, tradisi berpikir kritis-analitis, rasional dan inovatif adalah kemewahan yang tidak terjangkau tanpa terjadinya perubahan dan pembaharuan sikap mental dan tingkah laku yang harus terus-menerus diinternalisasikan dan disosialisasikan dengan menggerus sikap mental paternalistik dan ewuh-pakewuh(saling menghormati) yang berlebih-lebihan pada sebagian masyarakat akademik yang mengidap tradisi lapuk, terutama dalam paradigma patron-client relationship yang mendarah-daging.3.3.1 Masjid sebagai Pusat Kegiatan IslamPusat Pendidikan dan Pelatihan Proses menuju ke arah pemberdayaan umat dimulai dengan pendidikan dan pemberian pelatihan pelatihan. Masjid seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai tempat berlangsungnya proses pemberdayaan tersebut, bahkan sebagai pusat pembelajaran umat, baik dalam bentuk pengajian, pengkajian, seminar dan diskusi maupun pelatihan-pelatihan keterampilan, dengan peserta minimal jamaah disekitarnya.

1. Sebagai pusat dakwah dan studi pembelajaran

Disamping peran utamanya sebagai tempat beribadah, masjid juga berfungsi sebagai pusat studi pembelajaran. Bahkan, sejak zaman rasulullah masjid dijadikan sebagai tempat berdakwah dan mengkaji berbagai ilmu pengetahuan.

2. Sebagai pusat perekonomian umat

Masjid selain sebagai tempat beribadah juga dapat menjadi salah satu pusat perekonomian yang membawa dampak positif bagi umat di lingkungannya. Bila konsep koperasi digabungkan dengan konsep perdagangan modern yang diminati karena terjangkaunya harga barang, dan dikelola secara professional oleh dewan pengurus maka masjid akan dapat memakmurkan jamaahnya. Pada akhirnya, jamaah pun akan memakmurkan masjidnya. 3. Sebagai pusat penjaringan potensi umat Masjid dengan jamaah yang selalu hadir tidak hanya sekedar untuk menggugurkan kewajibannya terhadap Tuhan dari berbagai macam usia, beraneka profesi dan tingkat (strata) baik ekonomi maupun intelektual, bahkan sebagai tempat berlangsungnya akulturasi budaya secara santun. Masjid juga dapat berfungsi sebagai tempat untuk menjaring potensi umat, dengan diadakanya kajian, MTQ, seni kaligrafi dan lain sebagainya.4. Sebagai pusat ke-pustakaan

Perintah pertama Tuhan kepada Nabi terakhir adalah "Membaca", dan sudah sepatutnya kaum muslim gemar membaca dalam pengertian konseptual maupun kontekstual. Maka dengan sendirinya hampir menjadi kemutlakkan bila masjid memiliki perpustakaan sendiri.

3.4 Kebebasan Akademik

Kebebasan Akademik merupakan kebebasan yang dimiliki oleh pribadi-pribadi anggota sivitas akademika (mahasiswa dan dosen) untuk bertanggungjawab dan mandiri yang berkaitan dengan upaya penguasaan dan pengembangan Iptek dan seni yang mendukung pembangunan nasional. Kebebasan akademik meliputi kebebasan menulis, meneliti, menghasilkan karya keilmuan, menyampaikan pendapat, pikiran, gagasan sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni, dalam kerangka akademis (Kistanto, et. al., 2000: 86).

Kebebasan Akademik berurat-berakar mengiringi tradisi intelektual masyarakat akademik tetapi kehidupan dan kebijakan politik seringkali mempengaruhi dinamika dan perkembangannya. Dalam rezim pemerintahan yang otoriter, kiranya kebebasan akademik akan sulit berkembang. Dalam kepustakaan internasional kebebasan akademik dipandang sebagai inti dari budaya akademik dan berkaitan dengan kebebasan berpendapat (lihat CODESRIA 1996, Forum 1994, Daedalus Winter 1997, Poch 1993, Watch 1998, Worgul 1992).

Dalam masyarakat akademik di Indonesia, kebebasan akademik yang berkaitan dengan kebebasan berpendapat telah mengalami penderitaan yang panjang, selama puluhan tahun diwarnai oleh pelarangan dan pembatasan kegiatan akademik di era pemerintahan Suharto (1998). Kini kebebasan akademik telah berkembang seiring terjadinya pergeseran pemerintahan dari Suharto kepada Habibie, dan makin berkembang begitu bebas pada pemerintahan Abdurrahman Wahid, bahkan hampir tak terbatas dan tak bertanggungjawab, sampai pada pemerintahan Megawati, yang makin sulit mengendalikan perkembangan kebebasan berpendapat.

Selain itu, kebebasan akademik terkadang juga berkaitan dengan sikap-sikap dalam kehidupan beragama yang pada era dan pandangan keagamaan tertentu menimbulkan hambatan dalam perkembangan kebebasan akademik, khususnya kebebasan berpendapat.

Dapat dikatakan bahwa kebebasan akademik suatu masyarakat-bangsa sangat tergantung dan berkaitan dengan situasi politik dan pemerintahan yang dikembangkan oleh para penguasa. Pelarangan dan pembatasan kehidupan dan kegiatan akademik yang menghambat perkembangan kebebasan akademik pada lazimnya meliputi :

Penerbitan buku tertentu Pengembangan studi tentang ideologi tertentu Pengembangan kegiatan kampus, terutama demonstrasi dan diskusi yang bertentangan dengan ideologi dan kebijakan pemerintah atau negara.3.4.1 Peranan Kebebasan Akademik Dalam Kemajuan Ilmu PengetahuanLegalisme moralitas kebebasan akademis merupakan pemahaman terhadap etos budaya dan nilai-nilai yang lebih mendalam yang mengacu kepada perjuangan kebebasan individu dan gagasan inti kebesaran peradaban sebuah bangsa. Pencapaian kemajuan ilmu pengetahuan sangat ditentukan pada kebebasan seseorang dalam berekspresi, kebebaasan dalam berpendapat, kebebasan dalam berkarya dan kebebasan dalam berideologi.

Manusia dalam pandangan Islam adalah khalifah Allah di muka bumi. Sebagai duta Tuhan, dia memiliki karakteristik yang multidimensi, yakni :

1. diberi hak untuk mengatur alam ini sesuai kapasitasnya. Dalam mengemban tugas ini, manusia dibekali wahyu dan kemampuan mempersepsi2. Menempati posisi terhormat di antara makhluk Tuhan yang lain. Anugerah ini diperoleh lewat kedudukan, kualitas dan kekuatan yang diberikan Tuhan kepadanya, 3. Memiliki peran khusus yang harus dimainkan di planet ini, yaitu mengembangkan dunia sesuai dasar dan hukum-hukum yang ditetapkan oleh TuhanNamun kualitas dan kekuatan yang dimiliki manusia tetap dalam batas-batas kemanusiaan, tidak absolut seperti Tuhan. Bahkan, upaya melampaui keterbatasan itu dianggap sebagai pemberontakan terhadap perintah Tuhan. Kualitas dan kekuatan yang dimiliki manusia ini menjadi potensi dasar sekaligus sarana bagi kebebasan akademis dalam dunia Islam.3.5 Makna Budaya Akademik Dalam IslamBacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan manusia terhadap hal-hal yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq: 1-5).

Para ulama sepakat mengatakan bahwa surat al-Alaq ayat 1-5 di atas adalah ayat Alquran yang pertama kali diturunkan Allah kepada Rasulullah SAW. Iqra yang berarti bacalah (perintah membaca) sebagai kata pertama dalam rentetan ayat ini menggambarkan betapa Islam memberikan perhatian yang luar biasa terhadap ilmu pengetahuan, dan membaca merupakan cara terpenting dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Para ulama mengatakan bahwa yang harus dibaca adalah segala sesuatu yang terdapat di alam yang merupakan tanda-tanda kebesaran Allah (ayat-ayat Allah). Ayat-ayat Allah dapat dibagi pada dua kategori, pertama ayat qauliyah yang berarti Alquran dan kedua ayat kauniyah yang berarti alam semesta.Allah mengatakan dengan tegas bahwa pembacaan terhadap ayat-ayat-Nya di atas harus dilakukan dengan orientasi ketuhanan (bi ism rabbik) artinya semuanya dilakukan dalam bingkai untuk mendekatkan diri pada Allah. Hal ini berhubungan erat dengan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah yaitu untuk menyembah-Nya (beribadah) sebagaimana yang tercantum dalam QS. Az-Zariyat 56. Perintah untuk membaca pada ayat yang pertama tersebut diiringi oleh hampir 800 ayat selanjutnya (khususnya yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan) menjadi pondasi ilmiah bagi kaum muslimin sehingga lahirlah budaya akademik/keilmuan yang berjasa dalam perkembangan ilmu pengetahuan dunia. Al-Kindi, al-Farabi, ibn Sina, ibn Bajah, ibn Thufail, ibn Rusyd, al-Ghazali, al-Thusi, al-Khawarizmi, al-Razi, al-Jabr, ibn Khaldun, dan banyak lainnya, merupakan tokoh-tokoh yang lahir dari tradisi ini, dan dengan observasi serta eksperimentasi yang dilakukan terhadap alam semesta semakin memperkokoh prinsip tauhid sebagai salah satu motor penggerak kemajuan.Ulama dan ilmuan muslim masa lalu tidaklah mengenal istilah ilmu pengetahuan, ilmu agama, dan ilmu umum. Bagi mereka ilmu-ilmu tersebut pada prinsipnya sama dan bertujuan untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Oleh karena itu mereka selalu terpacu untuk menguasai kedua bidang tersebut. Tokoh-tokoh yang disebutkan di atas, di samping dikenal sebagai ahli-ahli agama yang otoritatif, juga dikenang antara lain karena kekuatan observasi dan kecenderungan eksperimental seperti yang terlihat dalam kajian-kajian ilmu alam dan kedokteran. Pencapaian yang diraih kaum muslimin masa lalu jauh lebih dulu dari yang dicapai Barat. Kemajuan yang dicapai Barat dewasa ini harus diakui tidak akan terealisasi tanpa kontribusi kaum muslimin. Banyak sekali ilmuan-ilmuan muslim yang dikenal di Barat, al-Farabi dikenal dengan al-Farabes, ibn Sina dikenal dengan avenciena, ibn Bajah dikenal dengan avempace, ibn Rusyd dikenal dengan averoes, dll. Saat ini para ulama bisa sangat ahli dalam ilmu-ilmu keislaman akan tetapi terkebelakang dalam hal sains dan teknologi. Akibatnya kajian-kajian agama yang disajikan para ulama tidak lagi menarik karena metodologi yang diketengahkan sudah ketinggalan zaman, minim sentuhan sains dan teknologi. Begitu juga sebaliknya, para ahli sains dan teknologi (saintis) larut dalam temuan-temuan mereka namun kering dari nilai-nilai spritual. Akibatnya temuan-temuan tersebut menjadi bebas nilai sehingga alih-alih membawa kemaslahatan, sebaliknya justru melahirkan kerusakan di atas bumi.BAB IV

ETOS KERJA ISLAMI

4.1 Pengertian Etos Kerja Islami

Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat .

Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau sesesuatu kelompok. Secara terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna yang meluas. Digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda, yaitu:

Suatu aturan umum atau cara hidup. Suatu tatanan aturan perilaku. Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku .Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak atau berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita yang positif.

Akhlak atau etos dalam terminologi Prof. Dr. Ahmad Amin adalah membiasakan kehendak. Kesimpulannya, etos adalah sikap yang tetap dan mendasar yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan diluar dirinya .

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa kata etos berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita.

Etos kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang berdimensi transenden. Menurut K.H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high Performance) .Dengan demikian adanya etos kerja pada diri seseorang akan lahir semangat untuk menjalankan sebuah usaha dengan sungguh-sungguh, adanya keyakinan bahwa dengan berusaha secara maksimal hasil yang akan didapat tentunya maksimal pula. Dengan etos kerja tersebut jaminan keberlangsungan usaha berdagang akan terus berjalan mengikuti waktu.Sedangkan pengertian etos kerja islami adalah semangat dan keyakinan yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita dengan bersumber pada nilai-nilai Islam, yang apabila dilaksanakan tentu akan mendatangkan manfaat baik di dunia maupun akhirat. Hal-hal yang termasuk kedalam etos kerja islami adalah belajar dengan sungguh-sungguh, bekerja keras, dan berkarya secara produktif sehingga dapat mendorong keadaan ke arah yang lebih maju.4.2 Konsep Kerja dalam IslamKemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya. Dengan itu, sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat penting serta patut untuk diberi perhatian. Amalan atau pekerjaan yang demikian selain memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia, juga ada yang lebih penting yaitu merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat kelak, apakah masuk golongan ahli surga atau neraka.

Istilahkerja dalam Islam bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam, dari pagi hingga sore, terus menerus tak kenal lelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga dan masyarakat sekelilingnya serta negara. Dengan kata lain, orang yang berkerja adalah mereka yang menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri, keluarga, masyarakat dan negara tanpa menyusahkan orang lain. Manusia seharusnya bekerja keras dan dinamis. Dengan sifat itu manusia mampu mengalami kemajuan dan meraih kebahagiaan. Berhasil atau tidaknya seseorang banyak dipengaruhi sejauh mana usaha yang ia lakukan. Allah Swt. Berfirman sebagai berikut.

... Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ... (QS: Ar-Ra'd Ayat: 11)Banyak ayat yang memerintahkan kita untuk bekerja. Dalam Alquran, ada 620 kata yang mempunyai arti bekerja atau berusaha. Dalam Islam tidak ada pekerjaan yang hina selama pekerjaan tersebut halal. Islam sangat mendorong umatnya untuk giat bekerja dan sangat mencela segala bentuk kemalasan. Kita sebagai umat Islam juga harus fokus kepada kehidupan akhirat kita, sehingga kehidupan kita dapat seimbang antara memenuhi segala ambisi dunia kita dan mempersiapkan bekal akhirat kita. Allah berfirman dalam Alquran : Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS. Al-Jumuah: 9-10)Maksudnya, apabila imam naik mimbar dan muazzin telah mengumandangkan azan pada hari Jumat, maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalkan semua pekerjaannya.

Tafsirnya, seruan Allah terhadap orang-orang beriman atau umat Islam yang telah memenuhi syarat-syarat sebagai mukalaf untuk melaksanakan salat Jumat, umat Islam diwajibkan untuk meninggalkan segala pekerjaannya, seperti menuntut ilmu dan jual beli. Umat Islam yang memenuhi seruan Allah tersebut tentu akan memperoleh banyak hikmah.

Umat Islam yang telah selesai menunaikan salat diperintahkan Allah untuk berusaha atau bekerja agar memperoleh karunia-Nya, seperti ilmu pengetahuan, harta benda, kesehatan, jabatan, kekuatan, kesejahteraan, dan kedamaian. Dimana pun dan kapan pun kaum Muslimin berada serta apa pun yang mereka kerjakan, mereka dituntut oleh agamanya agar selalu mengingat Allah. Mengacu kepada QS al-Jumuah 9-10 umat Islam diperintahkan oleh agamanya agar senantiasa berdisiplin dalam menunaikan ibadah wajib seperti salat, dan selalu giat berusaha atau bekerja sesuai dengan nilai-nilai Islam seperti bekerja keras dan belajar secara sungguh-sungguh.

Selain berisikan perintah melaksanakan salat Jumat juga memerintahkan setiap umat Islam untuk berusaha atau bekerja mencari rezeki sebagai karunia Allah SWT. Ayat ini memerintahkan manusia untuk melakukan keseimbangan antara kehidupan di dunia dan mempersiapakan untuk kehidupan di akhirat kelak. Caranya, selain selalu melaksanakan ibadah ritual, juga giat bekerja memenuhi kebutuhan hidup.

Oleh karena itu, kategori ahli surga seperti yang digambarkan dalam Al-Quran bukanlah orang yang mempunyai pekerjaan/jabatan yang tinggi dalam suatu perusahaan/instansi seperti sebagai manajer, direktur, teknisi dalam suatu bengkel dan sebagainya. Tetapi sebaliknya, Al-Quran menggariskan golongan yang baik lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah, khusyu sholatnya, baik tutur katanya, memelihara pandangan dan sikap malunya pada-Nya serta menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya(QS Al Muminun : 1 11)Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai, supir, tukang sapu ataupun seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap. Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak. Jika membaca hadits-hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah, maka tidak heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan, mereka yang memelihara mata, telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna, tanpa melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanya.

Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Umar r.a., berbunyi :

Bahwa setiap amal itu bergantung pada niat, dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda :Binasalah orang-orang Islam kecuali mereka yang berilmu. Maka binasalah golongan berilmu, kecuali mereka yang beramal dengan ilmu mereka. Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka kecuali mereka yang ikhlas. Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam keadaan bahaya yang amat besar Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan dan pekerjaan manusia. Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini, dapat bergerak dan bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu, yaitumardatillah(keridhaan Allah). Itulah yang dicari dalam semua urusan. Dari situlah akan lahir nilai keberkahan yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang banyak dari Allah. Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang dalam ibadah, ridha dengan kehidupan yang ditempuh, serta optimis dengan janji-janji Allah.4.3 Karakteristik Etos Kerja Islami

Ciri-ciri etos kerja islam dapat dijelaskan sebagai berikut:1. Menghargai waktuSalah satu esensi dari etos kerja adalah cara seseorang menghayati, memahami, dan merasakan betapa berharganya waktu. Satu detik berlalu tidak mungkin dia kembali. Waktu merupakan deposito paling berharga yang dianugrahkan Allah SWT secara gratis dan merata kepada setiap manusia.

Bagi meraka waktu adalah kekuatan. Mereka yang mengaibaikan waktu berarti menjadi budak kelemahanan. Sebagai mana Firman Allah SWTWal-ashri, sesungguhnya manusia pasti dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan beramal saleh, saling berwasiat dalam kebaikan dan dalam kesabaran. (Al-ashr:1-3)2. Memiliki moralitas yang bersih (ikhlas)Salah satu kompetensi moral yang dimiliki seseorang yang berbudaya kerja islami itu adalah nilai keikhlasan. Ikhlas berarti melepaskannya dan kita tidak pernah mengingat-ngingat apa yang telah kita lepaskan itu.Ikhlas itu merupakan energi batin yang akan membentengi diri dari segala bentuk yang kotor (rizsun). Allah berfirman Warrujza fahjur dan tinggalkanlah segala bentuk yang kotor. (Al-muddatstsir: 5)3. JujurPribadi muslim adalah tipe menusia yang terkena kecanduan kejujuran dalam keadaan apapun, dia merasa tergantung pada kejujuran. Dia pun tergantung pada amal saleh. Dirinya seperti terkena sugesti yang kuat untuk selalu berbuat amal saleh. Sekali dia berbuat jujur atau berbuat amal saleh prestatif dirinya bagaikan ketagihan untuk mengulangi dan mengulanginya lagi. Dia terpenjara dalam cintanya kepada Allah. Tidak ada kebebasan yang ia nikmati kecuali dalam pelayanannya kepada Allah.4. Memiliki komitmenKomitmen adalah keyakinan yang mengikat sedemikian kukuhnya sehingga membelenggu seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakkan perilaku menuju arah tertentu yang diyakininya.Daniel Goldmen menjelaskan orang yang berkomitmen adalah para warga perusahaan teladan. Ia menyebutkan ada tiga ciri orang-orang yang berkomitmen.a. Siap berkorban demi pemenuhan sasaran perusahaan yang lebih pentingb. Merasakan dorongan semangat dalam misi yang lebih besarc. Menggunakan nilai-nilai kelompok daam pengembilan keputusan dan penjabaran pilihan-pilihan.5. Istiqomah Kuat PendirianPribadi muslim yang profesional dan berakhlak memiliki sikap konsisten, yaitu kemampuan untuk bersikap taat asas, pantang menyerah, dan mampu mempertahankan prinsip serta komitmennya walau harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan dirinya.6. DisiplinErat kaitannya dengan konsisten adalah sikap berdisiplin, yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri dengan tenang dan tetap taat walaupun dalam situasi yang sangat menekan. Disiplin adalah masalah kebiasaan. Disiplin tidak dibentuk dalam waktu satu-dua tahun, tapi merupakan bentukan kebiasaan sejak kita kecil, kemudian perilaku tersebut dipertahankan pada waktu remaja dan dihayati maknanya diwaktu dewasa dan dipetik hasilnya.7. Konsekuen dan berani menghadapi tantanganCiri lain dari pribadi muslim yang memiliki budaya kerja adalah keberaniannya menerima konsekuaensi dan keputusannya. Bagi mereka hidup adalah pilihan dan setiap pilihan merupakan tanggung jawab pribadinya.8. Memiliki sikap percaya diriPribadi muslim yang percaya diri tampil bagaikan lampu yang benderang. Memancarkan raut wajah yang cerah dan berkharisma. Orang yang berada disekitarnya merasa tercerahkan, optimis, tenteram, dan muthmainnah. Orang yang percaya dirinya umumnya memiliki sikap berani untuk menyatakan pendapat, mampu menguasai emosinya dan mereka memiliki independensi yang sangat kuat sehingga tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.9. KreatifPribadi muslim yang kreatif selalu ingin mencoba metode atau gagasan baru dan asli sehingga diharapkan hasil kinerja dapat dilaksanakan secara efisien, tetapi efektif. Goldmen menjelaskan bahwa orang kreatif memiliki ciri-ciri: kuatnya motivasi untuk berprestasi, komitmen, inisiatif dan optimisme.10. Bertanggung jawabSenafas dengan kata amanah adalah iman yang terambil dari kata amnun yang berarti keamanan atau ketenteraman, sebagai lawan kata khawatir, cemas dan takut. Tanggung jawab=menanggung dan memberi jawaban. Dengan demikian pengertian tindakan bertanggung jawab adalah sikap dan tindakan seseorang di dalam menerima sesuatu sebagai amanah, dengan penuh rasa cinta, ia ingin menunaikannya dalam bentuk pilihan-pilihan yang melahirkan amal prestatif.11. Bahagia karena melayaniMelayani dengan cinta, bukan karena tugas atau pengaruh dari luar, melainkan benar-benar sebuah obsesi yang sangat mendalam bahwa aku bahagia karena melayani.12. Memiliki harga diriAparat yang profesional dan berakhlak akan berpikir dalam format tiga dimensi, yaitu konsep diri, citra diri dan harga diri. Konsep diri merupakan rujukan utama bagi hidup seseorang. Citra diri adalah penilaian atas dirinya sendiri, sejauh mana perasaan terhadap dirinya sendiri, bagaimana penilaian dirinya dihadapan orang lain, peran dan kesan apa yang ingin ia ciptakan atau dia harapkan dari orang lain. Sedangkan harga diri adalah penilaian menyeluruh mengenai diri sendiri, bagaimana ia menyukai pribadinya, harga diri mempengaruhi kreativitasnya, dan bahkan apakah ia menjadi pemimpin atau pengikut.13. Memiliki jiwa kepemimpinanMemimpin berarti mengambil peran secara aktif untuk mempengaruhi dirinya sendiri dan memberikan inspirasi teladan bagi orang lain. Sedangkan kepemimpinan berarti kemampuan untuk mengambil posisi dan sekaligus mengambil peran sehingga kehadairan dirinya memebrikan pengaruh pada lingkungannya.14. Berorientasi ke masa depanRasulullah bersabda dengan ungkapannya yang paling indah, bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engaku akan hidup selama-lamanya dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok.15. Hidup berhemat dan efisienDia akan selalu berhemat karena seorang mujahid adalah seorang pelari marathon, lintas alam, yang harus berjalan dan jarak jauh. Karenanya, akan tampaklah dari cara hidupnya yang sangat efisien di dalam mengelola setiap resources yang dimilikinya. Dia menjauhkan sikap yang tidak produktif dan mubazir karena mubazir adalah sekutunya setan.16. Memiliki jiwa wiraswastaDia memiliki jiwa wiraswasta yang tinggi, yaitu kesadaran dan kemampuan yang mendalam untuk melihat segala fenomena yang ada di sekitarnya, merenung dan kemudian bergelora semangatnya untuk mewujudkan setaip perenungan batinnya dalam bentuk yang nyata dan realistis.17. Memiliki insting bertandingSemangat bertanding merupakan sisi lain dan citra seorang muslim yang memiliki semangat jihad. Panggilan untuk bertanding dalam segala lapangan kebajikan dan meraih prestasi, dihayatinya dengan rasa penuh tanggung jawab.18. Keinginan untuk mandiriKeyakinan akan nilai tauhid penghayatannya terhadap ikrar iyyaka nabudu, menyebabkan setiap pribadi muslim yang memiliki semangat jihad sebagai etos kerjanya adalah jiwa yang berbeda. Karena sesungguhnya daya inovasi dan kreativitas hanyalah terdapat pada jiwa yang merdeka, sedangkan jiwa yang terjajah akan terpuruk dalam penjara nafsunya sendiri, sehingga dia tidak pernah mampu mengaktualisasikan aset, kemampuan, serta potensi ilahiahnya yang sungguh sangat besar nilainya.19. Mereka kecanduan belajar dan haus ilmuSetiap pribadi muslim diajarkan untuk mampu membaca lingkungan mulai dari mikro (dirinya sendiri) sampai pada yang makro (universe), bahkan memasuki ruang yang lebih hakiki yaitu metafisik, falsafah keilmuan dengan menempatkan dirinya pada posisi sebagi subjek yang mampu berpikir radikal, yaitu mempertanyakan, mengamati, dan kemudian mengambil kesimpulan untuk memperkuat argumentasi keimananannya.20. Memiliki semangat perantauanSalah satu ciri pribadi muslim yang memiliki etos kerja adalah suatu dorongan untuk melakukan perantauan. Mereka ingin menjelajahi hamparan bumi, memetik hikmah, mengembil pelajaran dari berbagai peristiwa budaya manusia.21. Mempertahankan kesehatan dan giziDia sangat memperhatikan sabda Rasulullah, saw Sesungguhnya jasadmu mempunyai hak atas dirimu, yang tentu saja konsekuansinya harus dipelihara dan diperhatikan sesuai dengan ukuran-ukuran normative kesehatan.22. Tangguh dan pantang menyerahKeuletan merupakan modal yang sangat besar di dalam menghadapi segala tantangan dan tekanan, sebab sejarah telah banyak membuktikan betapa banyak bangsa yang mempunyai sejarah pahit, namun akhirnya dapat keluar dengan berbagai inovasi, kohesivitas kelompok, dan mampu memberikan prestasi yang tinggi bagi lingkungannya.23. Berorientasi pada produktivitasSeorang muslim itu seharusnya sangat menghayati makna yang difirmankan Allah, yang dengan sangat tegas melarang sikap mubazir karena kemubaziran itu adalah benar-banar temannya setan. Dengan penghayatan ini, tumbuhlah sikap konsekuan dalam bentuk perilaku yang selalu mengarah pada cara kerja yang efisien.24. Memperkaya jaringan silaturahmiBersilaturahmi berarti membuka peluang dan sekaligus mengikat simpul-simpul informasi dan menggerakkan kehidupan. Manusia yang tidak atau enggan berilaturahmi untuk membawa cakrawala pergaulan sosialnya atau menutup diri dan asyik dengan dengan dirinya sendiri, pada dasarnya dia sedang mengubur masa depannya. Dia telah mati sebelum mati.25. Mereka memiliki semangat perubahanPribadi yang memiliki etos kerja sangat sadar bahwa tidak ada nada satu makhluk pun di muka bumi ini yang mampu mempengaruhi dirinya kecuali dirinya sendiri. Sehingga mampu menjadi motivasi bagi dirinya sendiri.BAB V

PENUTUP5.1 Kesimpulan

Kebudayaan tidak diperoleh manusia sebagai warisan atau generatif (biologis), namun hanya mungkin diperoleh dengan belajar dari masyarakat. Tanpa masyarakat manusia akan mengalami kesulitan dalam membentuk budaya. Sebaliknya, tanpa budaya manusia tidak dapat mempertahankan kehidupannya. Justru dengan adanya kebudayaan dapat digunakan untuk membedakan manusia dengan hewan.

Hasil perkembangan kebudayaan dilandasi oleh nilai-nilai ketuhanan yang disebut dengan kebudayaan Islam, di mana fungsi agama akan berperan semakin jelas. Kebudayaan tersebut berkembang menjadi sebuah peradaban islam sampai sekarang.Prinsip kebudayaan dalam islam adalah menghormati akal, memotivasi untuk menuntut dan mengembangkan ilmu, menghindari taklid buta, tidak membuat pengerusakan. Islam membagi kebudayaan menjadi tiga, yaitu kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam, kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam, kebudayaan yang bertentangan dengan Islam.Budaya Akademik adalah suatu totalitas dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian. ciri-ciri perkembangan budaya akademik yang meliputi berkembangnya adalah penghargaan terhadap pendapat orang lain secara obyektif, pemikiran rasional dan kritis-analitis dengan tanggung jawab moral, kebiasaan membaca, penambahan ilmu dan wawasan, kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat, penulisan artikel, makalah, buku, diskusi ilmiah, proses belajar-mengajar, manajemen perguruan tinggi yang baik.Tradisi menyelenggarakan proses belajar-mengajar antara guru dan murid, antara kiai dan santri sudah mengakar sejak ratusan tahun yang lalu, melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti padepokan dan pesantren. Akan tetapi tradisi-tradisi lain seperti menyelenggarakan penelitian adalah tradisi baru. Demikian pula, tradisi berpikir kritis-analitis, rasional dan inovatif. Beberapa fungsi masjid sebagai pusat kegiatan islam adalah sebagai pusat dakwah dan studi pembelajaran, pusat perekonomian umat, pusat penjaringan potensi umat, pusat ke-pustakaan Kebebasan Akademik merupakan kebebasan yang dimiliki oleh pribadi-pribadi anggota sivitas akademika (mahasiswa dan dosen) untuk bertanggungjawab dan mandiri yang berkaitan dengan upaya penguasaan dan pengembangan Iptek dan seni yang mendukung pembangunan nasional. Kebebasan akademik meliputi kebebasan menulis, meneliti, menghasilkan karya keilmuan, menyampaikan pendapat, pikiran, gagasan sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni, dalam kerangka akademis (Kistanto, et. al., 2000: 86). Islam memberikan perhatian yang luar biasa terhadap ilmu pengetahuan, dan membaca merupakan cara terpenting dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Pencapaian kemajuan ilmu pengetahuan sangat ditentukan pada kebebasan seseorang dalam berekspresi, kebebaasan dalam berpendapat, kebebasan dalam berkarya dan kebebasan dalam berideologi.

Etos kerja islami adalah semangat dan keyakinan yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita dengan bersumber pada nilai-nilai Islam, yang apabila dilaksanakan tentu akan mendatangkan manfaat baik di dunia maupun akhirat. Hal-hal yang termasuk kedalam etos kerja islami adalah belajar dengan sungguh-sungguh, bekerja keras, dan berkarya secara produktif sehingga dapat mendorong keadaan ke arah yang lebih maju.Karakteristik etos kerja islami adalah menghargai waktu, memiliki moralitas yang bersih (ikhlas), jujur, memiliki komitmen, istiqomah Kuat Pendirian, disiplin, konsekuen dan berani menghadapi tantangan, memiliki sikap percaya diri, kreatif, bertanggung jawab, memperkaya jaringan silaturahmi, memiliki semangat perubahan, bahagia karena melayani, memiliki harga diri, memiliki jiwa kepemimpinan, berorientasi ke masa depan, hidup berhemat dan efisien, memiliki jiwa wiraswasta, memiliki insting bertanding, keinginan untuk mandiri, mereka kecanduan belajar dan haus ilmu, memiliki semangat perantauan, mempertahankan kesehatan, tangguh dan pantang menyerah, berorientasi pada produktivitas

5.2 SaranHendaknya manusia tidak melupakan ataupun meninggalkan kebudayaan islam dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Hal ini disebabkan karena budaya islam membimbing manusia untuk mengembangkan budayanya yang tidak lepas dari nilai-nilai ketuhanan maupun nilai-nilai agama yang membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab. Selain itu kita juga dituntut untuk giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan duniawi, akan tetapi kita tidak boleh melupakan kewajiban kita sebagai umat islam untuk selalu beribadah kepada Allah SWT.DAFTAR PUSTAKAHaludhi, Khuslan. 2012. Pendidikan AGAMA ISLAM untuk Kelas XII SMA. .....Malang: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.Syamsuri. 2007. Pendidikan Agama Islam SMA Jilid 3. Jakarta: ErlanggaBinham, Rona. 25 Ciri Etos Kerja Muslim. 19 Oktober 2014. ......http://cafemotivasi.com/25-ciri-etos-kerja-muslim/Fauziah, Fatikhah. Makalah tentang KebudayaanIslam. 19 Oktober 2014. ......http://fatikhahfauziahh92.wordpress.com/2012/05/23/makalah-tentang-..........kebudayaan-islam/Istyawati, Nita. Memahami Makna Budaya Akademik Dalam Islam. 19 ........Oktober 2014. http://nitaistyawati.blogspot.com/2014/03/memahami-...........makna-budaya-akademik-dalam.htmlkiew86. Budaya Akademik dan Etos Kerja DalamIslam. 19 Oktober 2014. ......http://jukurenshita.wordpress.com/2010/10/25/budaya-akademik-dan-.........etos-kerja-dalam-islam/Putra, Prast. Kebudayaan Islam. 19 Oktober 2014. ......http://prastputra.blogspot.com/www. id.wikipedia.orgwww.quran.com1