isi

20
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tulang alveolar adalah bagian dari maksila dan mandibula yang membentuk dan mendukung soket gigi. Tulang alveolar terbentuk pada saat gigi erupsi untuk menyediakan perlekatan tulang pada ligament periodontal (Varma & Nayak, 2002). Tulang alveolar dapat dibagi menjadi daerah yang terpisah dari basis anatomi, tetapi fungsinya merupakan satu kesatuan dengan semua bagian yang saling berhubungan diantara jaringan pendukung gigi (Carranza et al, 2002). Dalam bidang prostodonsia pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan bertujuan untuk memperbaiki estetika, fungsi pengunyahan, fungsi bicara serta melindungi jaringan pendukung dibawah gigi tiruan sebagia lepasan. Tidak semua pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan berhasil atau berfungsi dengan baik, karena terdapat banyak keluhan-keluhan pasien antara lain protesa yang longgar, rasa sakit akibat luka pada jaringan mukosa mulut yang terlalu menekan, kesalahan oklusi dan adanya basis protesa yang mengalami fraktur. Salah satu keluhan yang paling sering adalah 1

Upload: tiffany-hartonoo

Post on 26-Jan-2016

231 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

xxx

TRANSCRIPT

Page 1: Isi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tulang alveolar adalah bagian dari maksila dan mandibula yang

membentuk dan mendukung soket gigi. Tulang alveolar terbentuk pada saat gigi

erupsi untuk menyediakan perlekatan tulang pada ligament periodontal (Varma

& Nayak, 2002). Tulang alveolar dapat dibagi menjadi daerah yang terpisah dari

basis anatomi, tetapi fungsinya merupakan satu kesatuan dengan semua bagian

yang saling berhubungan diantara jaringan pendukung gigi (Carranza et al,

2002).

Dalam bidang prostodonsia pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan

bertujuan untuk memperbaiki estetika, fungsi pengunyahan, fungsi bicara serta

melindungi jaringan pendukung dibawah gigi tiruan sebagia lepasan. Tidak

semua pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan berhasil atau berfungsi dengan

baik, karena terdapat banyak keluhan-keluhan pasien antara lain protesa yang

longgar, rasa sakit akibat luka pada jaringan mukosa mulut yang terlalu menekan,

kesalahan oklusi dan adanya basis protesa yang mengalami fraktur. Salah satu

keluhan yang paling sering adalah protesa yang longgar, yang disebabkan oleh

resorbsi residual ridge, sehingga protesa tidak dapat berfungi dengan baik

(Setiawan, 2013).

Pemakaian gigi tiruan terutama pada penderia dengan alveolar ridge yang

tajam kadang-kadang menimbulkan rasa sakit selama fungsi pengunyahan. Gigi

tiruan sebagian lepasan yang telah berlangsung lama dapat menimbulkan

perubahan pada jaringan mulut seperti resorbsi residual ridge dan dapat

menimbulkan rasa sakit atau kerusakan pada jaringan pendukung (Wurangian,

2013).

Resorbsi residual ridge dapat mempengaruhi bentuk dan ukuran ridge,

salah satunya alveolar ridge yang tajam. Permukaan alveolar ridge yang tajam

1

Page 2: Isi

ditutupi oleh mukosa yang tipis, atrofi dan terasa sakit bila dipalpasi.

Pemasangan gigi tiruan lepasan resin akrilik akan menimbulkan masalah yaitu

rasa sakit, karena mukosa di atas alveolar ridge akan tertekan secara terus-

menerus antara puncak alveolar ridge dengan permukaan anatomis basis gigi

tiruan lepasan ketika berfungsi (Wurangian, 2013).

Pencabutan gigi menyebabkan terjadinya resorbsi residual ridge yang

merupakan perubahan fisiologis yang terjadi secara bertahap. Luas kehilangan

tulang alveolar pada rahang bawah hampir empat kali dibandingkan dengan

kehilangan tulang alveolar rahang atas, pada daerah anterior lebih banyak terjadi

daripada daerah posterior. Dalam penelitiannya Sadowsky (2001), menyatakan

resorbsi tulang alveolar pada anterior mandibula yang tidak bergigi terjadi

kurang lebih 4 mm dalam waktu 1 tahun. Resorbsi tulang alveolar tersebut

menyebabkan kurangnya retensi dan stabilisasi gigi tiruan lepasan terutama pada

gigi tiruan lengkap, hal ini berpengaruh terhadap kepuasan penggunaan gigi

tiruan (Putri, 2013).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan gigi tiruan sebagian lepasan?

2. Bagaimana fungsi gigi tiruan sebagian lepasan?

3. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi gigi tiruan sebagian lepasan?

4. Bagaimana etiologi gigi tiruan sebagian lepasan longgar?

5. Apa yang dimaksud dengan resorbsi alveolar ridge?

6. Bagaimana etiologi resorbsi alveolar ridge?

7. Bagaimana proses terjadinya resorbsi alveolar ridge?

8. Bagaimana pemeriksaan klinis longgarnya gigi tiruan sebagian lepasan?

9. Bagaimana tatalaksana gigi tiruan sebagian lepasan longgar?

10. Bagaimana komplikasi gigi tiruan sebagian lepasan longgar?

11. Bagaimana prognosis dari perawatan gigi tiruan sebagian lepasan longgar?

2

Page 3: Isi

12. Bagaimana hubungan usia dengan terjadinya resorbsi (usia pasien dan usia

pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan)

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan definisi gigi tiruan sebagian lepasan

2. Menjelaskan fungsi gigi tiruan sebagian lepasan

3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi gigi tiruan sebagian lepasan

4. Menjelaskan etiologi gigi tiruan sebagian lepasan longgar

5. Menjelaskan definisi resorbsi alveolar ridge

6. Menjelaskan etiologi resorbsi alveolar ridge

7. Menjelaskan proses terjadinya resorbsi alveolar ridge

8. Menjelaskan pemeriksaan klinis longgarnya gigi tiruan sebagian lepasan

9. Menjelaskan tatalaksana gigi tiruan sebagian lepasan longgar

10. Menjelaskan komplikasi gigi tiruan sebagian lepasan longgar

11. Menjelaskan prognosis dari perawatan gigi tiruan sebagian lepasan longgar

12. Menjelaskan hubungan usia dengan terjadinya resorbsi (usia pasien dan usia

pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan)

1.4 Metode Penulisan

Metode Literatur

Penyusun melakukan metode literatur dengan berpedoman pada buku-

buku kedokteran dan buku-buku kesehatan lainnya seeta jurnal kedokteran

yang relevan dengan topik.

Metode Teknologi

Penyusun mengambil sebagian bahan dari internet dengan sumber yang

valid.

3

Page 4: Isi

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah suatu alat yang berfungsi

untuk mengembalikan beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama

adalah jaringan lunak di bawah plat dasar dan dukungan tambahan dari gigi asli

yang masih tertinggal dan terpilih sebagai gigi pilar. Restorasi prostetik ini

sering disebut juga Removable Partial Denture (Bakar, 2012).

2.2. Fungsi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gigi tiruan sebagian lepasan berfungsi untuk:

1. Menggantikan gigi yang hilang

2. Perbaiki fungsi mastikasi, estetik dan fonetik

3. Mempertahankan jar.mulut yang masih ada agar tetap sehat

(Damayanti, 2010)

2.3. Indikasi dan Kontraindikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Indikasi gigi tiruan sebagian lepasan adalah (Elsevier, 2003; Deepak,

2007):

1. Menggantikan beberapa gigi di kuadran yang sama atau kedua kuadran di

lengkung yang sama terutama pada daerah edentulous panjang

2. Pengganti gigi sementara pada anak-anak

3. Pasien dengan usia kurang dari 17 tahun

4. Pasien tidak mau dibuatkan bridge atau dipasang implan

5. Pasien terkontrol oral hygiene-nya

6. Sebagai splint pendukung bagi gigi dengan kelainan perio

4

Page 5: Isi

Kontraindikasi gigi tiruan sebagian lepasan adalah (Elsevier, 2003;

Deepak, 2007):

1. Dukungan gigi pada lengkung kurang untuk retensi dan stabilisasi GTSL

2. Adanya karies rampan, kelainan periodontal yang parah

3. Pasien tidak kooperatif, contoh: retardasi mental

4. Oral hygiene sangat buruk

5. Makroglosi

2.4. Etiologi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Longgar

Gigi tiruan sebagian lepasan dapat terjadi longgar, hal tersebut dapat

disebabkan karena:

1. Resorbsi residual ridge

2. Penyakit sistemik

3. Kesalahan oklusi yang menyebabkan iritasi jaringan

4. Pembuatan sayap gigi tiruan yang terlalu pendek

5. Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan yang lama

(Setiawan, 2013)

2.5. Definisi Resorbsi Alveolar Ridge

Resorbsi residual ridge atau resorbsi tulang alveolar (RRR) merupakan

rekonstruksi tulang alveolar setelah ekstraksi gigi. Resorbsi tulang alveolar

dapat berlangsung secara kronis, progresif, komulatif, dan irreversible. Daerah

puncak alveolar ridge yang mengalami resorbsi akan menjadi lebih kecil dan

tajam sehingga alveolar ridge tidak mampu menahan tekanan sebanyak alveolar

yang masih lebar. Resorbsi alveolar ridge biasanya terjadi merata, tetapi

kadang-kadang resorbsi terjadi secara tidak teratur dan berlebihan pada salah

satu dimensi sehingga alveolar ridge yang terbentuk tidak sesuai untuk

mendukung GTSL yang sudah terpasang (Dubrauka et al, 2002; Wurangian,

2013).

5

Page 6: Isi

2.6. Etiologi Resorbsi Alveolar Ridge

Resorbsi alveolar ridge dapat disebabkan oleh berbagai faktor,

diantaranya faktor sistemik dan lokal.

1. Faktor sistemik

a. Usia (penuaan mempengaruhi struktur internal tulang sehingga terjadi

penurunan ketebalan kortikar yang lebih besar)

b. Jenis kelamin (wanita post menopause akan memiliki proporsi tulang

kortikal yang dipenuhi oleh pusat-pusat resorbsi)

c. Defisiensi kalsium (Ca)

d. Kelainan metabolisme Ca dan P

e. Osteoporosis

f. Ketidakseimbangan hormon

g. Peran mediator radang

2. Faktor lokal

a. Kondisi setelah ekstraksi gigi

Jumlah dan lokasi/jarak gigi yang diekstraksi atau hilang

Kondisi soket sebelum dan setelah ekstraksi

Kemampuan jaringan untuk sembuh

Posisi anatomis; maksila lebih cepat resorbsi

b. Edentulous

c. Tekanan kunyah GTSL ke edentulous ridge yang berlebihan

(Barnes, 2006; Zlataric et al, 2001; D’Souza, 2012; Weijden et al, 2009)

2.7. Patogenesis Terjadinya Resorbsi Alveolar Ridge

Resorbsi alveolar ridge terjadi melalu 6 fase, yaitu

1. Order I : Pre-extraction

2. Order II : Post-extraction

3. Order III : High, Well-rounded

4. Order IV : Knife-edge

6

Page 7: Isi

5. Order V : Low, Well-rounded

6. Order VI : Depressed

Segera setelah order II, ujung-ujung tajam yang tertinggal akan

menghilang karena adanya resorbsi oleh osteoklas eksternal yang merupakan

bagian dari order III. Hal tersebut terus berlanjut dan memasuki order IV yaitu

resorbsi terjadi dari bagian labial dan lingual sehingga ridge akan menjadi

sempit dan membentuk bentukan knife-edged. Proses berlanjut hingga bentukan

knife edge menjadi lebih pendek dan hilang, sehingga bentukan ridge menjadi

datar (order V). Akhirnya, proses resorbsi memasuki fase akhir yaitu order VI

dimana ridge akan menjadi lebih pendek/depressed (Gupta et al, 2010).

2.8. Pemeriksaan Klinis Longgarnya Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

1. Tes mobilitas

2. Catat prevalensi karies

3. Cek abutment loss

4. Cek fraktur abutment

5. Cek fraktur atau perubahan bentuk GTSL

6. Cek stabilitas basis denture dengan cara ditekan menggunakan jari

(Jorge et al, 2012)

2.9. Tatalaksana Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Longgar

Gigi tiruan sebagian lepasan yang longgar dapat diperbaiki selama masih

memenuhi syarat. Teknik yang digunakan untuk memperbaiki gigi tiruan yang

longgar dapat berupa relining dan juga rebasing.

1. Relining

Relining merupakan suatu prosedur menambahkan bahan baru pada

sisi protesa yang menghadap jaringan pendukung dengan tujuan untuk

mencekatkan kembali gigi tiruan. Prosedur relining dilakukan dengan maksud

memperbaiki gigi tiruan sebagian lepasan agar dapat berfungsi dengan baik

7

Page 8: Isi

tanpa membuat protesa baru. Tujuan dilakukannya relining adalah (Setiawan,

2013):

a. Menentukan ulang relasi yang tepat pada protesa terhadap basis jaringan

b. Memperbaiki relasi oklusal dan maxilomandibula yang hilang

c. Memperbaiki retensi dan stabilisasi

d. Untuk memperbaiki perubahan yang terjadi pada kontur / bentuk jaringan

pendukung setelah GTLS digunakan

e. Untuk memperbaiki protesa yang sudah tidak pas lagi atau longgar

f. Untuk memperbaiki perubahan tulang alveolar yang sangat besar setelah

pencabutan gigi asli.

Indikasi serta kontraindikasi relining adalah:

Indikasi relining :

a. Tinggi gigit terlalu rendah

b. Gigi tiruan tidak cekat lagi

c. Gigi tiruan tidak memerlukan perubahan yang besar Elemen tidak patah

d. Mukosa oral dalam keadaan sehat

Kontraindikasi relining :

a. Gigi tirual yang usang atau aus

b. Inflamasi mukosa yang signifikan

c. Estetik gigi tiruan yang buruk

d. Resorbsi berlebih pada residual ridge

e. Kelainan pada TMJ

f. Hubungan relasi RA & RB tidak baik

g. Kehilangan dimensi vertikal lebih dari 7 mm

h. Gigi tiruan membuat masalah terutama fungsi bicara

(Jones, 2009; Pedlar et al, 2001; Nallaswamy, 2007; Knechtel, 2007)

2. Rebasing

8

Page 9: Isi

Rebasing adalah penggantian basis gigi tiruan dengan cara membuang

basis yang lama, untuk mencapai adaptasi terhadap proses resorptif pada

jaringan mulut tanpa mengubah hubungan oklusi yang sudah ada. Indikasi dan

kontraindikasi rebasing adalah (Gunadi et al, 2012; Nallawaswamy, 2007).:

Indikasi rebasing:

a. Gigi tiruan yang sudah sangat longgar

b. Desain rangka protesa masih terletak baik pada gigi-gigi pengunyah

c. Basis gigi tiruan sudah buruk, karena pemakaian jangka lama atau bekas

pelapisan kembali

d. Dasar gigi tiruan telah mengalami perubahan warna

e. Gigi tiruan dengan basis yang porus

Kontraindikasi rebasing:

a. Elemen gigi tiruan patah, aus berlebihan dan rusak

b. Bidang oklusal sudah hilang dan tidak dapat diperbaiki

Instruksi Paska-Ekstraksi utnuk mencegah resorbsi drastis

a. Penggunaaan immediate implants

b. Hindari merokok

c. Berkumur dengan chlorhexidine

Instruksi Home-Care

a. Lepas pada malam hari

b. Simpan GTSL di dalam air/denture cleanser atau moist airtight container

ketika dilepas

c. Setelah makan, sikat dengan sikat berbulu lembut atau bilas GTSL

d. Jaga Oral Hygiene, sikat dan flossing gigi abutment dan gigi-gigi yang

masih ada untuk cegah karies

e. Pasien diminta untuk tidak memodifikasi GTSL, instruksikan kepada pasien

untuk segera ke dokter gigi apabila ada keluhan

f. Kontrol rutin

9

Page 10: Isi

(Oghli et al, 2010; Irinakis, 2006; Weijden et al, 2009; Elsevier, 2003; William,

2011)

2.10. Komplikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Longgar

Gigi tiruan sebagian lepasan yang longgar apabila tidak segera ditangani

dapat menyebabkan candida leukoplakia (Anandia, 2012)

2.11. Prognosis Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Longgar

Pemakaian GTSL bertahan 75% setelah 5 tahun dan 50% setelah 10 th

(Vermeulen et al, 1996)

2.12. Hubungan Usia dengan Terjadinya Resorbsi

1. Usia Pasien

Biasanya resorbsi tulang dimulai pada umur 35-40 tahun. Produksi

osteoblas (perkembangan, perawatan, perbaikan, pemeliharaan tulang)

menurun dan proses resorbsi tulang lebih cepat dibanding osteogenesis

2. Usia Pemakaian

GTSL yang sudah lama dipakai kemungkinan besar akan kehilangan

kecekatannya akibat proses resorbsi fisiologis pada tul.alveolar

(Zmyslowska, 2007)

.

10

Page 11: Isi

BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL) dapat longgar disebabkan

oleh resorbsi residual ridge. Resorbsi residual ridge merupakan rekonstruksi

tulang alveolar setelah ekstraksi gigi yang berlangsung secara kronis, progresif,

komulatif, dan irreversible. Biasanya terjadi merata, tetapi kadang-kadang

resorbsi terjadi secara tidak teratur dan berlebihan pada salah satu dimensi

sehingga alveolar ridge yang terbentuk tidak sesuai untuk mendukung GTSL

yang sudah terpasang. Etiologi secara sistemik dipengaruhi oleh usia, jenis

kelamin, dan defisiensi kalsium, sedangkan etiologi lokal dipengaruhi oleh

jumlah dan lokasi gigi yang diekstraksi, dan kondisi soket sebelum dan setelah

ekstraksi. Penatalaksanaan yang tepat untuk GTSL yang longgar adalah relining

yaitu suatu prosedur menambahkan bahan baru pada sisi protesa yang

menghadap jaringan pendukung untuk mencekatkan kembali gigi tiruan, atau

rebasing yaitu penggantian basis gigi tiruan dengan cara membuang basis lama

untuk penyesuaian proses resorbsi jaringan mulut tanpa mengubah hubungan

oklusi yang ada.

3.2. Saran

Dengan adanya makalah tutorial ini diharapkan mahasiswa dapat

menerima dan mempelajari tetapi juga sebagai penuntun dalam mempermudah

belajar, dan mahasiswa mampu menjelaskan sendiri pengetahuan yang sudah

dipelajari dan didiskusikan dalam tutorial ini.

11

Page 12: Isi

DAFTAR PUSTAKA

Anandia irmagita. Candida leukoplakia on patient with removable denture. Shiril paskalis.. Jurnal. Of dentistry indonesia. 2012. Vol 19. No.2. 47-50

Ayham AO, Helmut S. Ridge Preservation Following Tooth Extraction : A Comparison Between Atraumatic Extraction and Socket Seal Surgery. Quintessence International Volume 41 Number 7, July/August 2010. p:605-607

Bakar, Abu. 2012. Kedokteran Gigi Klinis. Quantum Sinergis Media. Yogyakarta. Indonesia. Hal 175 – 179

Barnes IE, Walls A. perawatan gigi terpadu untuk lansia. EGC: 2006

Carranza FA, Henry HT, Michael GN. 2002. Clinical Periodontology 9th Ed. WB Saunders Co, Philadelphia

D’sauza. Residual ridge resorption-revisited. Oral Health Care-Prosthodontics, Periodontology, Biology.India.Research and Systemic Condition 2012

Deepak Nallaswanyy. Text book of prostodontics. Jaypee. New Delhi. 2007

Dubrauka et al. Resorptive changes of maxillary and mandibullar bone structures in removable denture wearers 2002, 36(2) : 261-265. acta stomatol cruat.

Elsevier Science. Chapter 52 Removable Prosthodontics. 2003. USA.

Fridus Van der Weijden et al. Alveolar bone dimensional changes of post-extraction sockets in humans: a systematic review. J Clin Periodontol 2009; 36: 1048–1058

Gillespie, Greg. The Art of Denture Relining. University of North Carolina. 2007

Gupta A, Bhawana T, Hermant G, Himanshu S. Residual Ridge Resorption: A Review. Indian Journal of Dental Sciences 2010;2(2):7-11

Jones JD, Garcia LT. RPD A. Clinical Guide. Blackwell Published. Singapore. 2009 : 118- 136

Jorge et al. Clinical evaluation of failures in removable partial dentures. Journal of Oral Science 54, 337-342, 2012.

12

Page 13: Isi

Nallaswamy, Deepak. 2007. Textbook Of Prosthodontichs. New Delhi,India : Jaypee. p:238-248

Putri AAI. Pengaruh Sudut Pemasangan Mini Dental Implant Non-Paralel Terhadap Retensi Gigi Tiruan Lengkap Overdenture Rahang Bawah (Penelitian In Vitro). Tesis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2013

Setiawan, Ricky. Penatalaksanaan Relining pada Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL). Jurnal Ilmiah Widya. 2013; 1:60-64

Siagian, E. Penatalaksanaan GTSL menjadi gigi tiruan penuh konversi, Skripsi USU 2003

Sipayung I.B. Kebiasaan memelihara kebersihan gigi tiruan pada masyarakat pemakai gigi tiruan sebagian lepasan di kelurahan tanjung rejo kecamatan medan sunggal tahun 2012. Skripsi. FKG USU. Medan. 2012

Tassos Irinakis. Rationale for Socket Preservation after Extraction of a Single-Rooted Tooth when Planning for Future Implant Placement. J Can Dent Assoc 2006; 72(10):917–22

Varma BRR, Nayak RP. 2002. Current Consets In Periodontics 1st Ed. Arya Publishing House, New Delhi

Vermeulen et al. Ten-year evaluation of removable partial dentures: Survival rates based on retreatment, not wearing and replacement.J Prosthet Dent 1996;76:267-72.

William DW, Tomoari K, Sonia S, Sladianan M, Michae AOL. Candida bioflms and oral candidiasis : treatment and prevention. Periodontology 2000.2011;55:250-265

Wurangian I. Penggunaan Pelapis Lunak untuk Mengurangi Rasa Sakit pada Alveolar Ridge yang Tajam. E-Journal WIDYA Kesehatan ddan Lingkungan. 2013; 1(1): 18-23

Zlataric DK, Asja C, Biserka L. Resorptive changes of maxillary and mandibular bone structures in emovble denture wearers. Asta Stomatol Croat 2002;36:261-265

13