isi
TRANSCRIPT
![Page 1: Isi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9dff550346d033b037f4/html5/thumbnails/1.jpg)
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas
produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun
perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi
tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Hama menimbulkan gangguan tanaman
secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau, vertebrata, moluska.
Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebabkan
oleh cendawan, bakteri, fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan tingkat
tinggi (Matheny, 1981).
Dalam agroekosistem, tanaman yang kita usahakan dinamakan produsen,
sedangkan herbivora yang makan tanaman dinamakan konsumen pertama,
sedangkan karnivora yang makan konsumen pertama adalah konsumen kedua.
Herbivora yang berada pada tanaman tidak semuanya menimbulkan kerusakan.
Ada herbivora yang keberadaannya dikehendaki ada juga yang tidak. Herbivora
yang keberadaannya tidak dikehendaki karena dapat menimbulkan kerusakan
pada tanaman yang dibudidayakan disebut hama. Jadi selama keberadaannya
ditanaman tidak menimbulkan kerusakan secara ekonomis, maka herbivora
tersebut belum berstatus hama (Hudson, 1986).
Anjing tanah (Gryllotalpa africana Beau.) merupakan hewan tingkat
rendah dari kelas insekta filum arthropoda. Anjing tanah merupakan serannga
yang berbulu halus dengan sungut yang pendek, tungkai depannya sangat lebar
![Page 2: Isi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9dff550346d033b037f4/html5/thumbnails/2.jpg)
2
dan berbentuk seperti sekop. Anjing tanah ini membuat lubang dalam tanah yang
lembab, biasanya dekat kolam dan aliran air (Borror et al, 1975).
Anjing tanah dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang penting
bagi banyak unggas, seperti burung bangau, ikan dan berang-berang, manusia dan
hewan-hewan lain (Mathew dan Kitching, 1984).
Seperti kita ketahui bahwa tanaman adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan
yang memiliki manfaat sangat besar terutama bagi kepentingan manusia. Sebagian
besar produk/hasil tanaman tersebut dimanfaatkan oleh manusia untuk
kepentingan hidup dan kehidupannya. Namun sebaliknya, produk/hasil tanaman
tersebut juga diminati makhluk hidup lain yaitu hama. Fenomena inilah yang
menyebabkan manusia harus senantiasa berusaha agar produk/hasil tanaman yang
dibudidayakan tersebut terhindar dari gangguan organisme pengganggu tanaman
(Sunjaya, 1970).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengenal serangga hama
Anjing Tanah (Gryllotalpa africana Beau.), gejala serangan dan pengendalian
hama tersebut.
Kegunaan Penulisan
- Sebagai salah satu syarat untu dapat mengikuti praktikal tes di Laboratorium
Dasar Perlindungan Tanaman Sub-Hama Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
![Page 3: Isi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9dff550346d033b037f4/html5/thumbnails/3.jpg)
3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)
Menurut Sharma (2002), tanaman kentang mempunyai klasifikasi sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyleddonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genum : Solanum
Species : Solanum tuberosum L.
Kentang adalah tanaman berumur pendek. Tanaman kentang yang
dihasilkan secara aseksual dari umbi memiliki akar serabut dengan percabangan
yang halus, agak dangkal, dan akar adventif berserat yang menyebar, sedangkan
tanaman yang berasal dari biji membentuk akar tunggang ramping dengan akar
lateral yang banyak (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995).
Tanaman kentang yang berasal dari umbi tidak terdapat akar tunggang
tetapi hanya akar halus saja yang panjangnya dapat mencapai 60 cm. di dalam
tanah, akar – akar banyak terdapat pada kedalaman 20 cm (Rich, 1983).
Batang tanaman kentang yang berada di atas permukaan tanah berwarna
hijau polos, hijau kemerahan, atau ungu tua. Penampang lintang batang berbentuk
bulat atau bersudut. Tanaman kentang berbentuk semak dan panjang batang
![Page 4: Isi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9dff550346d033b037f4/html5/thumbnails/4.jpg)
4
kentang 50 cm – 120 cm. Batang yang berada di bawah permukaan tanah disebut
juga dengan stolon (Soelarso,1997).
Daun menyirip majemuk, dengan lebar daun bertangkai memiliki ukuran,
bentuk dan tesktur yang beragam. Bunga kentang adalah zygomorph (mempunyai
bidang simetris), berjenis kelamin dua (Hermaphroditus) warna mahkota
brbentuk terompet dengan ujung seprti bintang, lima benang sari berwarna
kuning melingkari tangkai putiknya. Bunga kentang tersusun dalam bentuk
karangan bunga (inflorescens) yang tumbuh diujung batang. Bunga kentang
membuka pada pagi hari dan menutup pada sore hari yang berlangsung 3 – 7 hari
(Soelarso, 1997).
Gejala Serangan
Umbi kentang yang terserang anjing tanah berlubang-lubang cukup besar.
Bila serangan tinggi, banyak umbi kentang yang berlubang dengan bentuk lubang
beraturan. Daun tanaman kentang menguning. Hama ini selain menyerang umbi
kentang juga sering ditemukan pada tanaman padi yang masih muda. Selain itu,
anjing tanah juga banyak ditemukan menyerang tanaman sayuran lain saat masih
muda. Hama ini tinggal di dalam tanah dan menyerang pada malam hari
(Djafaruddin, 2000).
Pengendalian
Untuk saat ini anjing tanah belum menjadi hama yang serius pada
budidaya kentang. Tetapi jika ditemukan serangan hama tersebut, maka segera
ditaburkan insektisida berbahan aktif karbofuran, dengan dosis 0,5 gram/tanaman.
Pengolahan tanah yang baik, pemasangan umpan beracun dengan insektisida
triklorfon (Dipterex 25 SL) dengan dosis 2-4 kg bahan aktif setiap hektar
![Page 5: Isi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9dff550346d033b037f4/html5/thumbnails/5.jpg)
5
dicampur dengan 20 kg dedak, 1-2 kg gula merah, 20 L air yang disebarkan pada
sore hari di sekitar tanaman. Konservasi musuh alami seperti parasitoid
Campsomeris leefmansi Betr (Sinaga, 2003).
Hama Anjing Tanah (Gryllotalpa africana Beau.)
Biologi Anjing Tanah (Gryllotalpa africana Beau.)
Anjing tanah merupakan serangga yang besar, mempunyai panjang tubuh
lebih dari 18 mm, mempunyai sepasang antena yang pendek, mempunyai organ
stridulasi yang berfungsi untuk mengeluarkan suara mengerik. Dengan demikian
kedudukan anjing tanah dalam taksonomi adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Gryllotalpidae
Genus : Gryllotalpa
Spesies : Gryllotalpa africana Beau.
(Nickle et al, 1992).
Anjing tanah atau orong-orong merupakan serangga yang hidup di tanah
dengan ciri khas sepasang tungkai depan yang termodifikasi menyerupai cangkul
bergerigi. Bagi anjing tanah (orong-orong), tungkai ini berfungsi untuk menggali
tanah dan berenang. Selain sepasang tungkai depannya yang besar dan bergerigi,
anjing tanah mempunyai bentuk kepala khas yang besar dan bercangkang keras.
Hewan ini juga memiliki sepasang sayap kecil. Warna tubuhnya mulai dari
kecoklatan hngga hitam dengan panjang tubuh berkisar antara 27-35 mm. sekilas
![Page 6: Isi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9dff550346d033b037f4/html5/thumbnails/6.jpg)
6
tampang serangga ini memang menakutkan dan primitif. Tidak mengherankan,
karena diperkirakan anjing tanah telah ada sejak 35 juta tahun silam
(Untung, 1993).
Siklus Hidup Anjing Tanah (Gryllotalpa africana Beau.)
Nimfa atau instar pertama Gryllotalpa africana Beau. yang ditemukan
pada bilik-bilik dalam liang sebagian ada yang dimakan oleh induk betina, juga
ada nimfa yang berhari-hari tinggal dalam liang, serta sepanjang malam makan
atau mencari makan pada permukaan tanah. Anjing tanah mempunyai sembilan
sampai sebelas tingkat instar dan periode nimfanya berlangsung sepuluh bulan.
Telurnyaa berbentuk oval, berwarna coklat dengan panjang 1,50 mm yang
diletakkan pada ujung liang 10-15 cm dibawah permukaan tanah. Anjing tanah
betina mengkonstruksi tiga atau lebih liang dan jumlah telur yang diletakkan
tersebar diantara liang sebanyak 100 butir dan akan menetas setelah dua atau tiga
minggu. (Untung, 1992)
Peletakan telur pada bilik-bilik dalam tanah sekitar April sampai Juni.
Masing-masing betina dewasa dan beberapa diantaranya meletakkan telurnya
dalam genggamannya dengan daya tahan yang cukup lama. Banyaknya telur-telur
yang diletakkan berkisar 24-60 butir pada tiang denan kedalaman 4-12 inci
dibawah permukaan tanah. Anjing tanah betina menutup liang pintu masuk
setelah peletakan telur-telur, akan menetas setelah umur tiga minggu.
(Walker dan Nickle, 1981)
Gejala Serangan Anjing Tanah (Gryllotalpa africana Beau.)
Anjing tanah hidup dibawah tanah yang lembab dengan membuat
terowongan. Memakan hewan-hewan kecil (predator), tetapi tingkat kerusakan
![Page 7: Isi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9dff550346d033b037f4/html5/thumbnails/7.jpg)
7
tanaman lebih besar dari pada manfaatnya sebagai predator. Nimfa muda
memakan humus dan akar tanaman, imago betina sayapnya berkembang setengah,
dan yang jantan dapat mengerik di senja hari. (Kalshoven, 1981)
Pengendalian Anjing Tanah (Gryllotalpa africana Beau.)
Pengendalian hama anjing tanah ini adalah dengan cara melakukan
pengolahan tanah dengan baik dan benar agar terowongan yang telah dibuat oleh
anjing tanah rusak dan anjing tanah tidak dapat meletakkan telur-telurnya lagi
pada terowongan itu. (Kalshoven, 1981)
![Page 8: Isi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9dff550346d033b037f4/html5/thumbnails/8.jpg)
8
PEMBAHASAN
Anjing tanah merupakan serangga yang hidup di tanah dengan ciri khas
sepasang tungkai depan yang menyerupai cangkul bergerigi. Bagi anjing tanah,
tungkai ini berfungsi untuk menggali tanah dan berenang. Selain sepasang tungkai
depannya yang besar dan bergerigi, anjing tanah mempunyai bentuk kepala khas
yang besar dan bercangkang keras. Hal ini sesuai dengan literatur Untung (1993)
yang menyatakan bahwa Anjing tanah atau orong-orong merupakan serangga
yang hidup di tanah dengan ciri khas sepasang tungkai depan yang termodifikasi
menyerupai cangkul bergerigi.
Serangga anjing tanah ini selain menyerang umbi kentang juga sering
ditemukan pada tanaman padi yang masih muda. Selain itu, anjing tanah juga
banyak ditemukan menyerang tanaman sayuran lain saat masih muda. Hal ini
sesuai dengan literatur Djafaruddin (2000) yang menyatakan bahwa umbi kentang
yang terserang anjing tanah berlubang-lubang cukup besar. Bila serangan tinggi,
banyak umbi kentang yang berlubang dengan bentuk lubang beraturan. Daun
tanaman kentang menguning.
Untuk saat ini anjing tanah belum menjadi hama yang serius pada
budidaya kentang. Tetapi jika ditemukan serangan hama tersebut, maka segera
ditaburkan insektisida berbahan aktif karbofuran, dengan dosis 0,5 gram/tanaman.
Pengolahan tanah yang baik, pemasangan umpan beracun dengan insektisida
triklorfon (Dipterex 25 SL) dengan dosis 2-4 kg bahan aktif setiap hektar
dicampur dengan 20 kg dedak, 1-2 kg gula merah, 20 L air yang disebarkan pada
sore hari di sekitar tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Kalshoven (1981)
![Page 9: Isi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9dff550346d033b037f4/html5/thumbnails/9.jpg)
9
yang menyatakan bahwa pengendalian hama anjing tanah ini adalah dengan cara
melakukan pengolahan tanah dengan baik dan benar agar terowongan yang telah
dibuat oleh anjing tanah rusak.
![Page 10: Isi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9dff550346d033b037f4/html5/thumbnails/10.jpg)
10
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Anjing tanah (Gryllotalpa africana Beau.) merupakan serangga yang besar,
mempunyai panjang tubuh lebih dari 18 mm, mempunyai sepasang antena
yang pendek, mempunyai organ stridulasi yang berfungsi untuk mengeluarkan
suara mengerik.
2. Tubuh anjing tanah (Gryllotalpa africana Beau.) terbagi menjadi satu
rentesan ruas yaitu metamer dan ruas-ruas ini dikelompokkan menjadi tiga
bagian yang nyata atau tagmanya meliputi kepala, toraks dan abdomen.
3. Anjing tanah (Gryllotalpa africana Beau.) merupakan hewan nokturnal yang
melakukan aktivitasnya di malam hari.
4. Umbi kentang (Solanum tuberosum L.) yang terserang anjing
tanah (Gryllotalpa africana Beau.) berlubang-lubang cukup besar. Bila
serangan tinggi, banyak umbi kentang yang berlubang dengan bentuk lubang
beraturan. Daun tanaman kentang menguning.
5. Pengendalian hama anjing (Gryllotalpa africana Beau.) tanah ini adalah
dengan cara melakukan pengolahan tanah dengan baik dan benar.
SARAN
Sebelum melakukan pengamatan sebaiknya pengamat mempersiapkan
semua kebutuhan untuk melakukan pengamatan dengan matang agar
mendapatkan hasil yang terbaik dari pengamatan yang dilakukan.
![Page 11: Isi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9dff550346d033b037f4/html5/thumbnails/11.jpg)
11
DAFTAR PUSTAKA
Borror, D. J., D.M. Delong and C. A. Tripleborn 1975. An Introduction to The Study of Insect. Fourth Edition, Florida
Djafaruddin. 2000. Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. PT. Bumi Aksara, Jakarta
Hudson, W. G. 1986. Other Behavior, Damage, and Sampling in Walker T. J. Mole Criclet in Florida Agriculture. Florida
Kalshoven,L. G. 1981. Pest of Crops in Indonesia. PT. Ichiar Bsru Van Hoeve. Jakarta
Mathew, E. G. and R. E. Kitching. 1984. Insect Ecology. University of Quesslands Press.
Matheny, E. L. 1981. Contracting Feeding Habits of Pest Mole Crickets. Species I. Eoon
Nickle, D. A. 1992. Scopteriscus barellii. Giglio – Tor. The Correct Species Name for the Southern Mole Cricket in United States. Washington
Rich, A. E. 1983. Potato Disease. Academic Press. New York
Rubatzky, V. E. dan Mas Yamaguchi. 1995. Sayuran Dunia (Prinsip Produksi & Gizi). Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung
Sinagaa, L. 2003. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Tumbuh. Penebar Swadaya. Jakarta
Soelarso, B. 1997. Budidaya Kentang Bebas Penyakit. Kanisius. Yogyakarta
Sosromarsono, S. 1979. Pengaruh Iklim Terhadap Perkembangan Serangga Hama. Simposium Meteorologi Pertanian Bogor. Bogor
Sudarwohadi, S. 1993. Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Sayuran Dataran Tinggi. Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan PHT. Bandung
Sunjaya, P. 1970. Dasar-dasar Ekologi Serangga. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor
Untung, A. 1992. Konsep dan Strategi Pengendalian Hama Terpadu. Sandi Offset. Yogyakarta
![Page 12: Isi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071921/55cf9dff550346d033b037f4/html5/thumbnails/12.jpg)
12
________. 1993. Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Sandi Offset. Yogyakarta
Walker, F. J. and D. A Nickle. 1991. Introduction and Spread of Pest Mole Cricket. Soc America