isi

Upload: novi-putri-zamzami

Post on 01-Mar-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan IPA khususnya kimia, mempunyai potensi besar dalam menyiapkan sumber daya manusia karena semua kehidupan pada dasarnya adalah hasil reaksi-reaksi kimia. Namun ilmu kimia masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan tidak menarik mengakibatkan siswa tidak termotivasi dan menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa dalam bidang studi ini. Menurut Sunyono (2009), materi pelajaran kimia di SMA banyak berisi konsep-konsep yang cukup sulit untuk dipahami siswa, karena menyangkut reaksi-reaksi kimia dan perhitungan serta menyangkut konsep-konsep yang bersifat abstrak dan dianggap oleh siswa merupakan materi yang relatif baru dan belum pernah diperolehnya ketika di SMP.Materi stoikiometri dikelas X merupakan salah satu aspek penting dari materi kimia SMA secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan materi kimia tersebut merupakan materi inti yang mendasari materi-materi yang lain seperti materi kesetimbangan, asam basa, dan lain-lain. Hal serupa juga dikemukakan oleh Okanlawon (2010) bahwa stoikiometri penting untuk semua aspek dalam kimia. Sementara Firman dan Liliasari (1997) berpendapat bahwa pengetahuan stoikiometri penting artinya dalam industri kimia yang selalu harus memperhitungkan banyaknya bahan baku yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah produk yang dikehendaki.Namun realitanya, pemahaman pada materi stoikiometri siswa masih sangat kurang. Siswa baru mampu mempelajari kimia pada tingkat ingatan (menghafal) sehingga mengakibatkan sebagian besar siswa SMA memiliki pandangan bahwa pembelajaran kimia cukup sulit untuk dipahami. Hal serupa juga disampaikan oleh Zeineddin dan El Khalick (2008) bahwa pembelajaran sains seringkali menuntut siswa mempelajari konsep dan prinsip sains secara hafalan. Pandangan siswa terhadap mata pelajaran kimia akhirnya berimbas pada nilai hasil belajarnya yang rendah. Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner centered) diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa , siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam (deep learning) dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri siswa. Diantaranya adalah kemampuan, minat, motivasi, keaktifan belajar. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa diantaranya adalah model pembelajaran, sarana kelas, dan lain-lain.Salah satu model pembelajaran yang diasumsikan dapat mendukung terciptanya masyarakat belajar yang dinamis, tidak menjenuhkan dan mampu memacu kreativitas dan interaksi antar siswa dan interaksi antara siswa dengan guru adalah model pembelajaran kooperatif. Hal ini dapat ditunjukan pada karakteristik model pembelajaran kooperatif yang berbasis pada penemuan. Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran problem solving (pemecahan masalah). Menurut Kiranawati (2007), model pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan model dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang “ Penerapan Model Problem Solving pada Materi Stoikiometri untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Motivasi Siswa”.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka permasalahan penelitian ini

TRANSCRIPT

BAB I

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan IPA khususnya kimia, mempunyai potensi besar dalam menyiapkan sumber daya manusia karena semua kehidupan pada dasarnya adalah hasil reaksi-reaksi kimia. Namun ilmu kimia masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan tidak menarik mengakibatkan siswa tidak termotivasi dan menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa dalam bidang studi ini. Menurut Sunyono (2009), materi pelajaran kimia di SMA banyak berisi konsep-konsep yang cukup sulit untuk dipahami siswa, karena menyangkut reaksi-reaksi kimia dan perhitungan serta menyangkut konsep-konsep yang bersifat abstrak dan dianggap oleh siswa merupakan materi yang relatif baru dan belum pernah diperolehnya ketika di SMP.Materi stoikiometri dikelas X merupakan salah satu aspek penting dari materi kimia SMA secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan materi kimia tersebut merupakan materi inti yang mendasari materi-materi yang lain seperti materi kesetimbangan, asam basa, dan lain-lain. Hal serupa juga dikemukakan oleh Okanlawon (2010) bahwa stoikiometri penting untuk semua aspek dalam kimia. Sementara Firman dan Liliasari (1997) berpendapat bahwa pengetahuan stoikiometri penting artinya dalam industri kimia yang selalu harus memperhitungkan banyaknya bahan baku yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah produk yang dikehendaki.Namun realitanya, pemahaman pada materi stoikiometri siswa masih sangat kurang. Siswa baru mampu mempelajari kimia pada tingkat ingatan (menghafal) sehingga mengakibatkan sebagian besar siswa SMA memiliki pandangan bahwa pembelajaran kimia cukup sulit untuk dipahami. Hal serupa juga disampaikan oleh Zeineddin dan El Khalick (2008) bahwa pembelajaran sains seringkali menuntut siswa mempelajari konsep dan prinsip sains secara hafalan. Pandangan siswa terhadap mata pelajaran kimia akhirnya berimbas pada nilai hasil belajarnya yang rendah.

Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner centered) diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa , siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam (deep learning) dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri siswa. Diantaranya adalah kemampuan, minat, motivasi, keaktifan belajar. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa diantaranya adalah model pembelajaran, sarana kelas, dan lain-lain.

Salah satu model pembelajaran yang diasumsikan dapat mendukung terciptanya masyarakat belajar yang dinamis, tidak menjenuhkan dan mampu memacu kreativitas dan interaksi antar siswa dan interaksi antara siswa dengan guru adalah model pembelajaran kooperatif. Hal ini dapat ditunjukan pada karakteristik model pembelajaran kooperatif yang berbasis pada penemuan. Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran problem solving (pemecahan masalah). Menurut Kiranawati (2007), model pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan model dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang Penerapan Model Problem Solving pada Materi Stoikiometri untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Motivasi Siswa.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka permasalahan penelitian ini adalah : Bagaimana penerapan model problem solving dalam meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa pada materi stoikiometri?Rumusan masalah di atas dapat dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :1. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada topik stoikiometri setelah menggunakan model pembelajaran problem solving?

2. Bagaimana motivasi siswa pada topik stoikiometri setelah menggunakan model pembelajaran problem solving?

3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran problem solving pada topik stoikiometri?1.3 Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penerapan model pembelajaran problem solving terhadap peningkatan hasil belajar dan motivasi siswa pada topik stoikiometri.1.4 Manfaat PenelitianManfaat dari penelitian ini terbagi dalam dua bagian, yaitu :A. Manfaat Teoritis

1) Menghasilkan suatu model pembelajaran yang lebih tepat dalam meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa pada topik stoikiometri.

2) Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.

B. Manfaat Praktis1) Bagi siswa, diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa pada materi stoikiometri maupun materi kimia lainnya bahkan untuk materi pelajaran lainnya yang menggunakan model pembelajaran sejenis.2) Bagi guru, diharapkan penelitian ini dapat memotivasi guru untuk menerapkan model pembelajaran yang sejenis pada materi pelajaran lainnya.

3) Bagi sekolah dan institusi pendidikan lainnya, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bukti empiris dalam pengembangan pembelajaran kimia.

1.5 Definisi Operasional1) Model pembelajaran adalah prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

2) Model problem solving adalah suatu model pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir atau proses mental dan aplikasi pengetahuan yang telah diperoleh. Pemecahan masalah bagi siswa merupakan suatu proses memecahkan soal-soal ataupun tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan melibatkan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya (Arifin dkk, 2003).3) Hasil belajar adalah hasil atau nilai, tingkat pemahaman, kemampuan serta pengetahuan yang diperoleh seseorang setelah mengalami kegiatan belajar.

4) Motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.BAB IIMETODE PENELITIAN2.1 Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment. Eksperimen kuasi yang digunakan adalah desain the matching pretest-posttest control-group design. Dalam desain ini berarti bahwa subjek dalam masing-masing kelompok telah disesuaikan (pada variable tertentu) tetapi tidak secara acak ditugaskan untuk kelompok (Fraenkel, dkk., 2012). Metode ini digunakan untuk mengetahui perbandingan peningkatan hasil belajar dan motivasi antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model problem solving dengan yang mendapatkan model pembelajaran konvensional.Pelaksanaan penelitian diawali dengan pemberian pretest pada kedua kelas. Tujuan pemberian pretest adalah untuk melihat ekivalensi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen adalah penggunaan model pembelajaran problem solving pada materi stoikiometri setelah pelaksanaan pretest. Sementara pada kelas kontrol diberikan pembelajaran menggunakan model konvensional. Untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan model pembelajaran problem solving, dilaksanakan observasi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Setelah perlakuan, kedua kelas diberikan postest untuk mengukur hasil belajar siswa. Menurut fraenkel, dkk (2012), desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 2.1 Pretest-Postest Control Group DesignkelompokPretestperlakuanPosttest

EksperimenOXO

KontrolOCO

Keterangan :

O: Tes awal (pretest) dan tes akhir (postest)

X: Perlakuan terhadap kelas eksperimen, yaitu penerapan problem solvingC: Perlakuan terhadap kelas control, yaitu penerapan model konvensional.

2.2 Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA, Provinsi Aceh pada tahun pembelajaran 2013/2014. Subjek penelitian terdiri atas satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Masing-masing siswa kelas X di sekolah tersebut. Pemilihan subjek ini tidak mungkin dilakukan secara acak, karena subjek telah secara alami terbentuk dalam satu kelompok utuh (naturally formed intact group), yaitu dalam satu kelas Dn adanya pertimbangan keterbatasan jumlah sampel (Fraenkel, dkk., 2012).

2.3 Prosedur Penelitian

Tahapan-tahapan prosedur yang ditempuh dalam melakukan penelitian ini meliputi :

1) Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan untuk melihat keadaan di lapangan. Focusstudi pendahuluan adalah untuk memperoleh gambaran tentang kegiatan pembelajaran kimia di dalam kelas sehingga dapat diperoleh permasalahan-permasalahan yang actual, seperti: masalah-masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran, interaksi guru-siswa, metode, pendekatan, sarana dan prasarana pembelajaran di dalam kelas. Secara bersamaan, pada tahap ini juga dilakukan studi mengenai pembelajaran dengan model problem solving yang sesuai dengan materi stoikiometri

2) Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan observasi data awal, penyusunan soal tes, pembuatan RPP, dan lembar observasi untuk mengamati keaktifan siswa.3) Tahap uji coba

Pada tahap ini dilakukan uji coba soal di luar sampel, pemberian skor, analisis hasil uji coba dan penetuan butir soal yang akan digunakan.

4) Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan pretest, kegiatan pembelajaran dan posttest, analisis data awal dan akhir.

2.4 Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data sesuai dengan eksperimen penelitian, maka dirancang instrument penelitian. Instrument tersebut adalah :1) Tes awal (pre-test)

Tes awal yaitu tes yang diberikan kepada siswa sebelum dimulai kegiatan belajar mengajar mengenai materi stoikiometri, tes awal bertujuan untukmengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa.

2) Tes akhir (post-test)

Tes akhir yaitu tes yang diberikan kepada siswa setelah berlangsungnya proses pembelajaran dengan model problem solving pada materi stoikiometri. Tes ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar sesudah diterapkan model problem solving.

3) Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan adalah lembar pengamatan keaktifan siswa selama proses belajar mengajar dengan model pembelajaran problem solving.4) Angket skala likert untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model problem solving yang dilaksanakan.

Agar soal tes baik dan berkualitas, maka soal tersebut harus dinilai validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

2.5 Teknik Analisis Data

2.5.1 Jenis Data

Data yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif untuk menemukan kecenderungan-kecenderungan yang muncul pada saat penelitian. Data kuantitatif dianalisis dengan uji statistik untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan hasil belajar siswa pada topik stoikiometri.2.5.2 Pengolahan Data

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada topik stoikiometri yang dikembangkan melalui model problem solving dihitung berdasarkan skor gain yang dinormalisasi.

Menurut Panggabean dalam Budiman (2010), Prestasi belajar siswa dapat dilihat dengan penafsiran nilai gain ternormalisasi, maksudnya untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi yang diteskan adalah dengan cara mencari nilai gain ternormalisasinya (g). Kriterianya semakin tinggi nilai g, semakin tinggi kemampuan yang dicapai kelompok. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan guna menentukan nilai g adalah :1) Menentukan nilai pretest dan posttest tiap siswa.

2) Menentukan skor maksimal (Smaks)

3) Menentukan besar nilai g untuk menunjukkan persentase hasil belajar kelompok terhadap materi yang diteskan, yaitu dengan menggunakan rumus :

(Hake dalam Budiman, 2010)Keterangan :

Spre

: Skor tes awal

Spost

: Skor tes akhir

Smaks: Skor maksimumTingkat perolehan skor dikategorikan atas tiga kategori, yaitu :

a. Tinggi : g > 0,7

b. Sedang : 0,3 < g < 0,7

c. Rendah : g < 0,3

Pengolahan data kemudian dilanjutkan dengan pengujian statistik berupa uji normalitas distribusi data dan uji homogenitas varian data.

1) Uji Normalitas

Pada pengolahan data ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji menunjukkan data terdistribusi secara normal atau tidak. Jika taraf signifikansi hasil perhitungan lebih besar dari taraf nyata () maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. Dalam perhitungan ini taraf nyata yang digunakan adalah 0,05.2) Uji Homogenitas Varian Data

Uji homogenitas varian gain dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan untuk melihat apakah data-data nilai yang didapat dari kedua kelompok ini memiliki kesamaan varian atau tidak. Apabila nilai dari sig > maka Hi diterima, atau H0 ditolak dengan kata lain bahwa varians untuk kedua data tersebut adalah homogen.

3) Uji-t

Uji-t dilakukan untuk melihat tingkat signifikan perbedaan dua rata-rata antara nilai pretest dan posttest. Pada pengolahan data ini, uji-t dilakukan dengan program SPSS 17 dengan paired Samples t-test. Jika nilai taraf signifikansi yang dihasilkan lebih kecil dari taraf nyata, maka dapat dikatakan bahwa kedua data yang dibandingkan tersebut berbeda secara signifikan. Uji-t ini bias dilakukan jika kedua data yang dibandingkan tersebut terdistribusi secara normal dan memiliki varians yang homogen.

Uji statistik non-parametrik yang akan digunakan jika asumsi parametric tidak terpenuhi adalah uji Mann-Whitney. Pengambilan keputusannya yaitu apabila nilai dari sig < , dengan = 0,05, maka Hi diterima.4) Menghitung persentase hasil angket respon siswa menggunakan rumus : (Sudijono, 2001)Keterangan :

P: Persentase yang dicari

F: frekuensi jawaban siswa

N: Jumlah butir angket

5) Keaktifan siswa

Keaktifan siswa diperoleh dari lembar pengamatan, dianalisis dengan rumus yang dikemukakan Chotimah dan Yuyun (2009) adalah:

Adapun keterangan nilainya, menurut Tim Pustaka Yustisia (2008), adalah sebagai berikut:

90-100 = sangat baik

70-89 = baik

50-69 = cukup

30-49 = kurang10-29 = sangat kurangDAFTAR PUSTAKAArifin, dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia Edisi Revisi. Bandung : FMIPA UPI.

Budiman, R. 2010. Pengaruh Kegiatan Praktikum Berbasis Inkuiri terhadap Perolehan Hasil Belajar Siswa. Tesis. Bandung: UPI.

Chotimah, H. dan Yuyun, D. 2009. Strategi Pembelajaran untuk Penelitian Tindakan Kelas. Jawa Timur: Surya Pena Gemilang.

Firman, H. dan Liliasari. 1997. Kimia 1 untuk Sekolah Umum 1. Jakarta : Balai Pustaka.

Fraenkel, dkk. 2012. How to Design and Evaluate Research in Education. New York : McGraw-Hill.

Kiranawati. 2007. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving). (http://Kiranawati.blogspot.com., diakses 2 Juli 2013).Sudijono, A. 2001. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.Sunyono. 2009. Identifikasi Masalah Kesulitan dalam Pembelajaran Kimia SMA Kelas X di Propinsi Lampung. (http://blog.unila.ac.id/., diakses 2 Juli 2013).Tim Pustaka Yustisia. 2008. Panduan Penyusunan KTSP Lengkap (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SD, SMP dan SMA. Jakarta: PT Buku Kita.Okanlawon, A.E. 2010. Teaching Reaction Stoichiometry : Exploring and Acknowledging Nigerian Chemistry Teachers Pedagogical Content Knowledge. Journal of Educational Science 5:107-129.Zeineddin, A. dan El Khalick, F.A. 2008. On Coordinating Theory with Evidence : The Role of Epistemic Commitments in Scientific Reasoning among College Students. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education 4(2):153-168. 10

_1434482938.unknown