isi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pinggang ialah bagian belakang badan yang mengemban bagian tubuh dari
toraks keatas dan perut. Sokoguru bagian badan tersebut ialah tulang belakang lumbal
khususnya seluruh tulang belakang umumnya. ‘Sakit pinggang’ merupakan keluhan
banyak penderita yang berkunjung ke dokter. Yang dimaksudkan dengan istilah ‘sakit
pinggang’ ialah nyeri, ‘pegal’, ‘linu’, ‘ngilu’, ‘ngentek’, atau ‘tidak enak’ di daerah
lumbal berikut sakrum. Dalam dunia kedokteran berbahasa inggris digunakan istilah
‘low back pain’.
Low back pain (LBP) merupakan permasalah yang sering muncul dengan
gejala umum yang terasa pada bagian lumbo-sacral, otot gluteal, paha dan sering kali
pada ekstremitas bawah. Ketika karakteristik gejala low back pain muncul maka
diperlukan pengangkatan suatu diagnosa dan bagaimana penanganannya yang tepat.
Hampir dari 90 % penduduk pernah mengalami LBP dalam siklus kehidupannya dan
LBP merupakan keluhan nomor dua yang sering muncul setelah keluhan pada
gangguan sistem pernafasan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Defenisi dari ‘Low Back Pain’
2. Etiologi dan Penyakit-penyakit yang memberi manifestasi klinis ‘Low
Back Pain’
3. Dasar-dasar patoanatomi
4. Pembagian nyeri
5. Langkah diagnosa
6. Penatalaksanaan low back pain
1.3 Tujuan
Penyusunan referat ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian
di kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Saraf periode 29 Februari – 3 Maret
2013.
1.4 Manfaat
Diharapkan referat ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan pembaca
mengenai penyakit neurologis dalam kaitannya dengan manifestasi klinis ‘low back
pain’.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Tulang Belakang
Struktur utama dari tulang punggung adalah vertebrae, discus invertebralis, ligamen
antara spina, spinal cord, saraf, otot punggung, organ-organ dalam disekitar pelvis, abdomen
dan kulit yang menutupi daerah punggung.
Columna vertebralis (tulang punggung) terdiri atas :
1. Vertebrae cervicales 7 buah
2. Vertebrae thoracalis 12 buah
3. Vertebrae lumbales 5 buah
4. Vertebrae sacrales 5 buah
5. Vertebrae coccygeus 4-5 buah
Vertebra cervicales, thoracalis dan lumbalis termasuk golongan true vertebrae. Pada
vertebrae juga terdapat otot-otot yang terdiri atas :
1. Musculus trapezius
2. Muskulus latissimus dorsi
3. Muskulus rhomboideus mayor
4. Muskulus rhomboideus minor
5. Muskulus levator scapulae
6. Muskulus serratus posterior superior
7. Muskulus serratus posterior inferior
8. Muskulus sacrospinalis
9. Muskulus erector spinae
10. Muskulus transversospinalis
11. Muskulus interspinalis
Otot-otot tersebut yang menghubungkan bagian punggung ke arah ekstrremitas maupun
yang terdapat pada bagian punggung itu sendiri.Otot pada punggung memiliki fungsi sebagai
pelindung dari columna spinalis, pelvis dan ekstremitas. Otot punggung yang mengalami luka
mungkin dapat menyebabkan terjadinya low back pain.
2
Gambar 1. Anatomi Vertebra Lumbal
Tiap ruas tulang belakang berikut dengan diskus intervertebralis sepanjang kolumna
vertebralis merupakan satuan anatomik dan fisiologik.
- Bagian depan yang terdiri dari korpus vertebralis dan diskus intervertebralis
berfungsi sebagai pengemban yang kuat, tetapi cukup fleksibel serta bisa tahan
terhadap tekanan-tekanan menurut porosnya, yang menahan tekanan tersebut ialah
nukleus pulposus. Fleksibilitas sokoguru tersebut dijamin oleh ligamenta dan fasia-
fasia yang kuat yang mengikat dan membungkus korpora serta diskus intervertebralis.
Tetapi fleksibilitas tersebut dijamin terhadap penekukan ke belakang dan ke samping
3
yang berlebihan oleh artikulus posterior dan inferior yang merupakan bagian belakang
tiap ruas tulang belakang.
- Bagian belakang ini, terdiri dari pedikel, lamina, serta prosesus spinosus dan
transversus. Dalam keseluruhannya bagian belakang menyediakan terowongan yang
dikenal sebagai kanalis vertebralis. Setiap fasies artikulus superior bersendi dengan
fasies ertikulus inferior tetangganya. Persendian tersbut terdiri dari semua unsur
jaringan yang dimiliki setiap sendi biasa tubuh, yaitu kartilago, sinovia, dan kapsel.
Kanalis vertebra ini dikelilingi oleh :
1. Bagian anterior
- ligamentum longitudinal posterior
- bagian posterior korpus vertebra
2. Bagian lateral
- pedikel
- fasies artikularis vertebra
3. Bagian posterior
- ligamentum flavum
- lamina
- prosesus spinosus
Didalam kanalis vertebra terdapat :
- medula spinal
- saraf-saraf spinal
- piamater
- cairan liqour serebrospinal yang berada di ruangan subarakhnoid
- arakhnoid
- ruangan subdural yang terisi pleksus venosus dan saraf-saraf yang menginervasi
meningen
- duramater
- ruangan epidural yang terletak antara duramater dan korpus vertebra.
Medula spinal berjalan mulai medula oblongata sampai setinggi vertebrae lumbal I
(umumnya antara Th XII – LI) dimana ujung distal ini disebut konus medularis. Dari konus
medularis sampai koksigeus I terdapat serabut-serabut saraf yang disebut fillum terminale.
Sedangkan duramater sendiri berakhir pada daerah yang disebut cul de sac yang berada
setinggi sakral I – II. Didaerah lumbal ini, serabut-serabut saraf yang berjalan lateral dan
4
filum terminale (disebut cauda equina) berjalan melengkung dibawah pedikel dan cukup
panjang sebelum sampai di luar vertebra. Pada saat keluar menembus arakhnoid, sebagian
arakhnoid akan terdorong ke luar membentuk kantung kecil yang disebut axillary pouch.
Nervus yang berperan dalam kejadian nyeri punggung bawah diantaranya adalah
nervus iskiadikus. Saraf iskhiadikus (L4 – S3) mempersarafi otot “hamstring” (fleksi lutut) dan
semua otot dibawah lutut. Pada daerah lutut, saraf ini membagi diri menjadi : Saraf peroneus,
berjalan dibagian anterior dan mempersarafi otot-otot untuk gerakan dorsofleksi dan
eksoversi kaki, dan sensorik dari bagian atas kaki. Saraf tibialis posterior, berjalan dibagian
posterior lutut dan mempersarafi otot-otot untuk gerakan plantarfleksi dan inversi kaki, dan
sensorik dari telapak kaki.
B. Definisi
LBP (low back pain/nyeri punggung bawah) adalah suatu gejala dan bukan suatu
diagnosis, dimana pada beberapa kasus gejalanya sesuai dengan diagnosis patologisnya
dengan ketepatan yang tinggi, namun di sebagian besar kasus, diagnosis tidak pasti dan
berlangsung lama. Dengan demikian maka LBP yang timbulnya sementara dan hilang timbul
adalah sesuatu yang dianggap biasa. Namun bila LBP terjadi mendadak dan berat maka akan
membutuhkan pengobatan, walaupun pada sebagian besar kasus akan sembuh dengan
sendirinya. LBP yang rekuren membutuhkan lebih banyak perhatian, karena harus merubah
pula cara hidup penderita dan malahan juga perubahan pekerjaan.
Definisi lain mengatakan Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung
bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa
diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-
sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP yang lebih
dari 6 bulan disebut kronik.
Sumber lain mengatakan Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara
sudut bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa
menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha. LBP atau nyeri
punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh
aktivitas tubuh yang kurang baik.
5
C. Epidemiologi
LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara industri.
Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya.
Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point prevalence rata-rata 30%. Di
AS nyeri ini merupakan penyebab yang urutan paling sering dari pembatasan aktivitas pada
penduduk dengan usia <45 tahun, urutan ke 2 untuk alasan paling sering berkunjung ke
dokter, urutan ke 5 alasan perawatan di rumah sakit, dan alasan penyebab yang paling sering
untuk tindakan operasi.
Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40%
penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang,
prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan
pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%.
D. Klasifikasi
Nyeri pinggang bawah dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat gangguan, perjalanan
klinik, atau penyebabnya. Sering terdapat lebih dari satu penyebab, seperti misalnya trauma
yang mencetuskan nyeri pada penderita yang sebelumnya sudah mempunyai kelainan
kongenital pada vertebra, fraktur kompresi pada seorang yang sebelumnya sudah menderita
osteoporosis, degenerasi atau metastasis ke tulang dari suatu tumor ganas.
Berdasarkan perjalanan kliniknya LBP terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
- Acute Low Back Pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba dan
rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri
ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatik
seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian
tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada
kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih
6
sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada
istirahat dan pemakaian analgesik.
- Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa nyeri ini
dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya
dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena
osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.
Berdasarkan sifat gangguan
1. Mekanik :
a. Statik. 75 - 90% nyeri timbul karena membesarnya sudut lumbosakral (hiperlordosis),
di klinik dikenal sebagai sway back spine .Sudut lumbosakral (sudut Ferguson)
merupakan sudut yang terbentuk oleh pertemuan bidang horizontal dan bidang yang
melalui batas atas sakrum, dalam keadaan normal tidak melebihi 34° (3034°). Bila
sudut Ferguson membesar, terjadi kompresi dan inflamasi pada faset. Hiperlordosis
akibat lemahnya otot-otot panggul dan abdomen, sering dikeluhkan oleh wanita
hamil. Pada hiperlordosis yang berlebihan (sindrom Baastrup), terjadi 'kissing- spine'
(persinggungan antar spina yang mengakibatkan iritasidan membentuk
pseudoartrosis). Sikap tubuh yang salah akibat kebiasaan dan pendidikan yang salah;
kehidupan emosi (kecemasan kronik atau depresi) juga memegang peranan penting
untuk terjadinya nyeri pinggang atau `pegal'
b. Kinetik.
Nyeri timbul akibat beban yang abnormal atau beban yang normal pada saat tubuh
belum siap menerimanya, misalnya beban yang terlalu berat, menerima dan membawa
beban agak jauh dari tubuh, membawa beban terlalu lama, menerima beban secara
tiba-tiba atau menangkap benda jatuh secara tiba-tiba; ligamen dan sendi akan
menderita, dan dapat terjadi subluksasi. Juga dapat disebabkan tindakan terburu-buru
atau berjalan dengan gerakan yang berlebihan pada orang yang tegang, tidak sabaran,
atau emosional.
7
2. Organik
a. Gangguan osteogenik dan diskogenik, misalnya skoliosis: Faset tidak sejajar
pada bidang simetris sehingga gerakan timbul pada posisi oblik, mengakibatkan
inflamasi faset Spondilosis (spondilartrosis deformans): degenerasi jaringan
elastik yang digantikan jaringan fibrosa, akibatnya terjadi penyempitan seta
diskus sehingga ligamen akan mengerut karena tekanan intradiskus yang
menurun, ligamen yang mengerut itu dapat lepas dari periosteum dan menekan
jaringan peka nyeri. Selain itu terdapat osteofit yang membentuk `spur formation'
serta dapat menimbulkan penyempitan foramen intervertebralis yang akan
mengiritasi radiks.
Sinovitis artikuler: Pada satu pihak diskus menyempit akibat proses
degenerasi, pada pihak lain artikulasio posterior akan saling berdekatan sehingga
terjadi perubahan-perubahan pada permukaan faset, akibatnya terjadi
inflamasijaringan sinovial dan kapsul sendi.
Hernia diskus intervertebralis (hernia nukleus pulposus/ HNP) : Terjadi
herniasi struktur-struktur diskus intervertebralis (nukleus pulposus atau anulus
fibrosus) ke dalam kanalis vertebralis dengan atau tanpa disertai gejala penekanan
terhadap struktur yang ada pada kanalis vertebralis (medula spinalis dan akar-akar
saraf).
Secara klinis penderita mengeluh nyeri pinggang bawah dengan atau tanpa
skiatika (iskialgia, iskias), tergantung ke arah mina penonjolan materi nukleus:
postero-latera) atau posterior. Punggung terfiksasi, skoliosis dan lordosis lumbal
berkurang. Tanda Spurling dan modifikasi Kern (+). Tanda Naffziger dan tanda
Dejerine (+). Tanda Lasegue/SLR (+ ), dapat juga disertai tanda Lasegue silang
(+).
Gangguan sensibilitas sesuai dengan radiks saraf yang mengalami iritasi,
tetapi sering tidak jelas karena tidak hanya mengenai satu radiks saraf, HNP
L5/S1 akan menyebabkan gangguan sensibilitas di pinggir lateral dorsum pedis
tungkai sisi yang nyeri. Biasanya tidak disertai gangguan -motorik, tetapi
ditemukan hiporefleksi/arefleksi, misalnya KPR dan APR, atau hanya APR pada
tungkai sisi yang nyeri.
Pemeriksaa penunjang: foto polos tulang belakang (lordosis lumbal berkurang,
skoliosis, dan penyempitan diskus), mielografi (terlihat def kontras khas yang
8
biasanya asimeiris), CT sken/ CT-mielografi, diskografi/CT-diskografi, NMK,
EMG dan evoked potentials somato-sensorik.
Beberapa keadaan patologik yang memberikan gambaran menyerupai
gangguan diskogenik (HNP) ialah: sindrom piriformis (tanda Lasegue juga positif,
namun nyeri akan berkurang atau menghilang bila kemudian dilakukan eksorotasi
tungkai yang bersangkutan), sakralisasi prosesus transversus L5 (prosesus
transversus L5 akan menyentuh sakrum atau ilium membentuk ,pseudoartrosis),
nyeri timbul karena di tempat persentuhan itu berjalan radiks L3 dan L4.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran radiologik.
b. Lesi intraspinal.
Biasanya karena tumor, dan gambaran klinis sering menyerupai HNP sehingga
perlu pemeriksaan neurologik yang cermat dan pemeriksaan penunjang.
c. Nyeri rujukan (referred pain).
Dapat ditimbulkan oleh semua proses di daerah abdomen, pelvis, dan
retroperitoneal. Gambaran klinisnya dapat dikenal berdasarkan keluhan dan gejala
lain dari masing-masing organ di daerah abdomen, pelvis, atau retroperitoneal
yang mengalami gangguan.
d. Psikogenik
Nyeri histerikal depresi atau malingering (berpura-pura sakit untuk mencapai
tujuan tertentu).
Berdasarkan etiologi
1. Kongenital :
Faset tropismus (asimetris).
Kelainan vertebra -- sakralisasi, lumbalisasi, skoliosis.
Sindrom ligamen transforaminal.
Kelainan kongenital bukan penyebab nyeri pinggang yang penting. Spina bifida
jarang menimbulkan keluhan nyeri pinggang bawah. Pada faset tropismus, arah
sendi faset yang berlawanan akan membatasi gerakan dan dapat mengakibatkan
subluksasi karena degenerasi sendi faset, serta dapat menimbulkan nyeri pinggang
bawah terutama pada gerakan mendadak. Pada lumbalisasi (terdapat lebih dari 5
vertebra lumbal), kolumna vertebralis lumbal menjadi lebih panjang, sehingga
tekanan dan tarikan pada otot dan ligamen menjadi lebih besar. Pada
sakralisasi/hemisakralisasi,vertebra L5 seluruhnya atau sebagian menjadi satu
9
dengan os sakrum sehingga pergerakan menjadi terbatas (sindrom Bertolottti),
akibatnya setiap pergerakan yang berlebihan atau melampaui batas akan
menimbulkan nyeri pinggang bawah. Sindrom ligamen transforaminal merupakan
suatu variasi anatomi, berupa ligamen transforaminal yang melintang di foramen
intervertebralis sehingga menyempitkan ruang untuk jalannya nervus spinalis.
2. Tumor.
Menyebabkan nyeri pinggang bawah yang lebih dirasakan pada waktu berbaring atau
pada waktu malam. Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma, penyakit
Paget, osteoblastoma, hemangioma, neurinoma, meningioma. atau tumor ganas, baik
primer (mieloma multipel) maupun sekunder: (metastasis karsinoma payudara,
prostat, paru, tiroid, ginjal dan lain-lain). Metastasis tumor ganas sangat sering ke
korpus vertebra karena banyak mengandung pembuluh darah vena. Tumor- tumor ini
merangsang ujung-ujting saraf sensibel dalam tulang dan menimbulkan rasa nyeri
lokal atau menjalar ke sekitarnya, dapat terjadi fraktur patologik.
3. Trauma.
Dapat berbentuk `lumbar strain' (akut atau kronik), fraktur (korpus vertebra, prosesus
transversus), subluksasi sendi faset (sindrom faset), atau sondilolisis dan
spondilolistesis. Trauma dan gangguan mekanik merupakan penyebab utama nyeri
pinggang bawah. Orang yang tidak terbiasa melakukan pekerjaan otot atau sudah
lama tidak melakukannya dapat menderita nyeri pinggang bawah akut (lumbar strain
akut), atau melakukan pekerjaan dengan sikap yang salah dalam waktu lama akan
menimbulkan nyeri pinggang bawah kronik ( lumbar strain kronik). Hal yang sama
juga bisa didapatkan pada wanita hamil, orang gemuk, memakai sepatu dengan tumit
terlalu tinggi. Fraktur kompresi korpus vertebra pada orang tua sering akibat trauma
ringan, karena sebelumnya sudah terjadi osteoporosis, sedangkan. pada orang muda
biasanya karena trauma yang cukup kuat; fraktur prosesus transversus pada orang
muda biasanya karena kegiatan yang terlalu dipaksakan. Spondilolisis dan
spondilolisesis disebabkan oleh fraktur atau istmus Vertebra tanpa atau dengan
dislokasi yang menyebabkan kelainan pada foramen intervertebralis dengan iritasi
radiks yang menimbulkan nyeri pinggang bawah. Spondilolistesis dibagi menjadi 4
gradasi, yaitu : I (pergeseran < 25%), II (pergeseran antara 2550%), III (pergeseran
antara 50-75%), IV (pergeseran > 75%).
10
4. Toksik: Keracunan logam berat, misalnya radium.
5. Gangguan metabolik: Osteoporosis dapat disebabkan oleh kurangnya aktivitas/
imobilisasi lama, pasca-menopause, malabsorpsi/intake rendah kalsium yang lama,
hipopituitarisme, akromegali, penyakit Cushing, hiPertiroidisme/tirotoksikosis,
osteogenesis imperfekta, gangguan nutrisi misalnya kekurangan protein, defisiensi
asam askorbat, idiopatik, dan lain-lain. Dapat menimbulkan fraktur kompresi atau
kolaps korpus vertebra hanya karena trauma ringan. Penderita menjadi bongkok dan
pendek dengan nyeri difus di daerah pinggang.
6. Radang (inflamasi) :
Artritis rematoid.
Spondilitis ankilopoetika (penyakit Marie-Strumpell).
Kelainan pada artikulus sakroiliaka merupakan bagian dari poliartritis rematoid
yang juga didapatkan di tempat lain. Kelainan tersebut menimbulkan nyeri
setempat dan nyeri rujukan. Terutama ditemukan pada laki-laki usia 20 30 tahun,
berlangsung secara kronik progresif sampai terjadi ankilosis, etiologinya tidak
diketahui. Rasa nyeri pada spondilitis ankilopoetika timbul akibat terbatasnya
gerakan pada kolumna vertebralis, artikulus sakroiliaka, artikulus kostovertebralis
dan penyempitan foramen intervertebralis; proses nyeri di daerah pinggang
biasanya lambat laun akan menjalar ke atas. Foto polos tulang belakang dari
penderita spondilitis ankilo-poetika akan memperlihatkan `bamboo spine'
7. Degenerasi:
Spondilosis (spondilartrosis deformans).
Osteoartritis.
Hernia nukleus polpos
Stenosis spinal ` nerve ot entrapment syndrome'.
Pada osteoartritis terjadi degenerasi akibat trauma kecil yang terjadi berulang-
ulang selama bertahun-tahun, di samping pengaruh hereditas obesitas.
Terbatasnya pergerakan sepanjang kolumna vertebralis pada osteoartritis akan
menyebabkan tarikan dan tekanan pada otot-otot/ligamen pada setiap gerakan
Sehingga menimbulkan nyeri pinggang bawah.
11
Pada HNP adakalanya rasa nyeri pinggang bawah tidak disertai iritasi radiks
saraf, untuk ini hams dipikirkan hernia ke dalam korpus vertebra yang berdekatan
(' Schmorl's hernia' ).
Pada stenosis spinal terjadi penyempitan kanalis vertebralis yang dapat disertai
penyempitan foramen intervertebralis akibat proses degenerasi dan penonjolan
tulang atau sejak semula sudah sempit. Nyeri pinggang yang dirasakan berupa
nyeri rujukan somatik yang lebih sering dirasakan pada waktu berjalan atau
berjalan lama/klaudikasio intermitens neurogenik (rasa nyeri. juga sering disertai
rasa kesemutan dan dingin, serta paresis otot-otot tungkai).
8. Infeksi
Akut -- kuman piogenik, (stafilokokus, streptokokus, salmonela).
Kronik -- spondilitis TB (penyakit Pott), jamur, osteomielitis kronik.
9. Gangguan sirkulasi : Aneurisma aorta abdominal.
10. Gangguan mekanik :
Intrinsik lemahnya tonus otot, chronic postural strain, myofascial pain,
unstable vertebrae.
Ekstrinsik.
Alat-alat reproduksi: posisi uterus yang salah, tumor, infeksi, endometriosis,
karsinoma uteri, dismenore, prostatitis, karsinoma prostat, dan lain-lain.
Alat-alat dalam lain: penyakit-penyakit ginjal, ureter, nekrosis aseptik dan
osteoartritis sendi panggul, skoliosis lumbal idiopatik, 'sprain' atau artritis
sakroiliaka, dan lain- lain
11. Problem psikoneurotik:
Histeria. atau depresi, malingering, low back pain kompensatorik Nyeri
pinggang bawah yang tidak mempunyai dasar organik dan tidak sesuai dengan
kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis. Penderita ingin menghindari
suatu situasi atau tanggung jawab, atau mencoba untuk mencari keuntungan
pribadi. Bila terdapat faktor pencetus, keluhan dapat berlangsung
berkepanjangan
E. Faktor Resiko
12
Faktor risiko terjadinya LBP adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk, masalah
psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura >80o),
obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti duduk dan
mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh kerja yang
statik), getaran, mengangkat, membawa beban, menarik beban, membungkuk, memutar, dan
kehamilan.
Penyebab Low Back Pain (LBP)
Beberapa faktor yang menyebabakan terjadinya LBP, antara lain:
- Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir
Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Menurut Soeharso
(1978) kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra hanya
setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya
low back pain yang disertai dengan skoliosis ringan.
Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat menjadi satu, namun
keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat lubang di tulang vertebra dibagian bawah
karena tidak melekatnya lamina dan keadaan ini dikenal dengan Spina Bifida. Penyakit spina
bifida dapat menyebabkan gejala-gejala berat sepert club foot, rudimentair foof, kelayuan
pada kaki, dan sebagainya. namun jika lubang tersebut kecil, tidak akan menimbulkan
keluhan.
Beberapa jenis kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir adalah:
a. Penyakit Spondylisthesis
Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus vertebrae,
dimana arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebrae (Bimariotejo, 2009).
Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi, namun ketika berumur 35 tahun baru
menimbulkan nyeri akibat kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri pinggang ini berkurang atau
hilang bila penderita duduk atau tidur dan akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau
berjalan (Bimariotejo, 2009).
Soeharso (1978) menyebutkan gejala klinis dari penyakit ini adalah:
1). Penderita memiliki rongga badan lebih pendek dari semestinya. Antara dada dan
panggul terlihat pendek.
2). Pada punggung terdapat penonjolan processus spinosus vertebra yang menimbulkan
skoliosis ringan.
13
3). Nyeri pada bagian punggung dan meluas hingga ke ekstremitas bawah.
4). Pemeriksaan X-ray menunjukan adanya dislokasi, ukuran antara ujung spina dan
garis depan corpus pada vertebra yang mengalami kelainan lebih panjang dari garis
spina corpus vertebrae yang terletak diatasnya.
b. Penyakit Kissing Spine
Penyakit ini disebabkan karena dua tau lebih processus spinosus bersentuhan. Keadan
ini bisa menimbulkan gejala dan tidak. Gejala yang ditimbulkan adalah low back pain.
Penyakit ini hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan X-ray dengan posisi lateral (Soeharso,
1978).
c. Sacralisasi Vertebrae Lumbal Ke V
Penyakit ini disebabkan karena processus transversus dari vertebra lumbal ke
V melekat atau menyentuh os sacrum dan/atau os ileum (Soeharso, 1978).
- Low Back Pain karena Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP (Bimariotejo,
2009). Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas
dengan beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut.
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan
kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma
punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan
sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan
pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut (Idyan, 2008).
Menurut Soeharso (1978), secara patologis anatomis, pada low back pain yang
disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan, seperti:
a. Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada os
sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan saat posisi supine.
Pada pemerikasaan, lassague symptom positif dan pergerakan kaki pada hip joint terbatas.
b. Perubahan pada sendi Lumba Sacral
14
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan sacrum,
dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri
yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan keterbatasan
gerak.
- Low Back Pain karena Perubahan Jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada
tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada daerah punggung
bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain
(Soeharso, 1978).
Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan oleh perubahan
jaringan antara lain:
a. Osteoartritis (Spondylosis Deformans)
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-ototnya juga
menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada otot atau sendi.
Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang vetebra yang menyebabkan tulang
belakang menjadi tidak fleksibel seperti saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri
pada tulang belakang hingga ke pinggang (Idyan, 2008).
b. Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini ditandai
dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri memberat saat
beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan (Dieppe, 1995 dalam Idyan, 2008).
c. Penyakit Infeksi
Menurut Diepee (1995) dalam Idyan (2008), infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu
infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri
tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut,
demam serta kelemahan.
- Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada bagian
tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan sebagainya (Soeharso,
15
1987). Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama
juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP (Klooch, 2006 dalam Shocker, 2008).
Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada
tulang belakang akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot
(Bimariotejo, 2009).
Faktor Resiko Low Back Pain (LBP)
Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, etnis,
merokok, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-ulang,
membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan faktor psikososial (Bimariotejo,
2009). Sifat dan karakteristik nyeri yang dirasakan pada penderita LBP bermacam-macam
seperti nyeri terbakar, nyeri tertusuk, nyeri tajam, hingga terjadi kelemahan pada tungkai
(Idyan, 2008). Nyeri ini terdapat pada daerah lumbal bawah, disertai penjalaran ke daerah-
daerah lain, antara lain sakroiliaka, koksigeus, bokong, kebawah lateral atau posterior paha,
tungkai, dan kaki (Bimariotejo, 2009).
F. Dasar-Dasar Patoanatomi
Anatomi tulang-tulang vertebra terdiri atas :
- corpus vertebra
- arkus vertebra
o pedikel
o procesus spinosus
o procesus transversus
o fasies artikularis superior dan inferior
o lamina
Diantara korpus vertebtra terdapat diskus intervertevebra. Anulus fibrosus merupakan
bagian luar dislus intervertebra yang berbentuk cincin, terdiri atas jaringan fibrokartilago
yang berlapis-lapis dan melekat pada epifis dari vertebra diatasnya dan dibawahnya. Dibagian
luarnya, anulus fibrosus ini diperkuat oleh ligamentum longitudinal. Ditengah anulus fibrosus
terdapat nukleus pulposus yang terdiri atas matriks gelatin dan jaringan bagian dalam dan
anulus fibrosus. Dibagian posterior korpus vertebrae terdapat kanalis vertebra yang dibentuk
oleh kanalis vertebra masing-masing vertebra (arkus vertebra) yang bersambungan jadi satu.
Kanalis vertebra ini dikelilingi oleh :
16
4. Bagian anterior
- ligamentum longitudinal posterior
- bagian posterior korpus vertebra
5. Bagian lateral
- pedikel
- fasies artikularis vertebra
6. Bagian posterior
- ligamentum flavum
- lamina
- prosesus spinosus
Didalam kanalis vertebra terdapat :
- medula spinal
- saraf-saraf spinal
- piamater
- cairan liqour serebrospinal yang berada di ruangan subarakhnoid
- arakhnoid
- ruangan subdural yang terisi pleksus venosus dan saraf-saraf yang menginervasi
meningen
- duramater
- ruangan epidural yang terletak antara duramater dan korpus vertebra.
Medula spinal berjalan mulai medula oblongata sampai setinggi vertebrae lumbal I
(umumnya antara Th.12 – L.1) dimana ujung distal ini disebut konus medularis. Dari konus
medularis sampai koksigeus I terdapat serabut-serabut saraf yang disebut fillum terminale.
Sedangkan duramater sendiri berakhir pada daerah yang disebut cul de sac yang berada
setinggi sakral 1 – 2. Didaerah lumbal ini, serabut-serabut saraf yang berjalan lateral dan filum
terminale (disebut cauda equina) berjalan melengkung dibawah pedikel dan cukup panjang
sebelum sampai di luar vertebra. Pada saat keluar menembus arakhnoid, sebagian arakhnoid
akan terdorong ke luar membentuk kantung kecil yang disebut axillary pouch.
17
2.1 Pembagian nyeri
Dari berbagai jenis keluhan mengenai pinggang, nyeri adalah yang paling
sering dan mempunyai arti yang paling penting. Nyeri pinggang dapat dibedakan
dalam :
(a) Nyeri setempat karena iritasi ujung-ujung saraf penghantar impuls nyeri.
(b) ‘Refered pain’
(c) Nyeri radikular
(d) Nyeri akibat kontraksi otot sebagai tindakan protektif
- Nyeri setempat
Korpus vertebra yang dirusak tumor ganas tidak menimbulkan nyeri selama
periostiumnya tidak teregang atau terangsang, oleh karena korpus vertebra tidak
mengandung ujung-ujung serabut penghantar impuls nyeri. Proses patologik apapun
yang membangkitkan nyeri setempat harus dianggap sebagai perangsang jaringan-
jaringan yang peka-nyeri, yaitu jaringan yang mengandung ujung-ujung serabut
penghantar impuls nyeri. Nyeri setempat biasanya terus-menerus atau hilang timbul
(intermitten). Nyeri bertambah pada suatu sikap tertentu atau karena gerakan. Pada
penekanan nyeri dapat bertambah berat atau diluar masa nyeri dapat ditimbulkan
nyeri tekan.
- ‘Refered pain’
‘refered pain yang dirasakan di pinggang dapat bersumber dari proses
patologik di jaringan yang peka-nyeri dikawasan abdominal, pelvis, atau pun tulang
belakang lumbalnya sendiri. ‘Refered pain’ yang berasall dari tulang belakang lumbal
bagian atas dirasakan didaerah anterior paha dan tungkai bawah. Jika sumber nyerinya
dibagian bawah tulang belakang lumbal, maka refered pain, terasa pada daerah gluteal
(bokong), bagian posterior dari paha dan betis. Ciri khasnya ialah sukar terlokalisasi
karena terasanya dalam difus. Walaupaun terasa di bagian anterior atau posterior
paha, namun demikian tidak ada satu tempat yang benar-benar nyeri tekan. ‘refered
pain’ yang berasal dari organ-organ abdominal dan di pelvis terasa disamping dan
didaerah permukaan perut sendiri. Yang terasa didaerah garis tengah tulang belakang
lumbal atas adalah ‘refered pain’ yang bersumber di dinding posterior lambung (ulkus
duodeni) atau dinding posterior lambung (ulkus ventrikuli). Pada pangkreatitis atau
tumor pangkreas dapat dirasakan low back pain. Tetapi lebih sering dirasakan
18
disamping kanan bila kaput pangkreas yang terkena atau disamping kiri pinggang jika
kaudanya yang mengandung proses patologik. Pada kholesisitisi pun dapat dirasakan
refered pain disamping kanan pinggang.
Proses patologik dibagian retroperitoneal seperti batu ginjal, limfoma,
karsinoma, atau sarkoma dan aneurisma aortadapat membangkitkan ‘refered pain’
dipinggang dengan penjalaran kedaerah perut bawah sampai garins inguinal bahkan
ke labia atau testis.
Kolitis, diverkulitis, atau tumor di kolon dapat menyebarkan nyeri sampai di
pinggang serta bagian perut bawah. Bila proses patologik berlokalisasi di kolon
transversum nyeri pinggang disamping kiri atau kanan setinggi L.1 sampai L.3 dapat
dirasakan sesuai dengan lokalisasi di kolon transversusnya.
Jika sigmoidium yang mengandung proses patologik, ‘refered pain’ dirasakan
pada daerah lumbal bawah atau di sakrum.
‘refered pain’ di pinggang yang bersumber pada organ di pelvis diakibatkan
oleh proses patologik apapun yang menegangkan ligamentum tersebut dan tumor
ganas seperti endometriosis atau karsinomauteri dapat melakukan infiltrasi
diligamentum tersebut dan menimbulkan ‘refered pain’ dipinggang bagian bawah.
Sistisis pada wanita dapat menimbulkan ‘refered pain’ dipinggang bagian
bawah, sebaliknya penyakit-penyakit ginjal jika menjadi sumber ‘refered pain’,
menimbulkan nyeri dipinggang bagian atas (torakolumbal) yang selanjutnya
menyebar kesamping kebawah kejurusan perut atau daerah inguinal.
- Nyeri Radikular
Nyeri yang menjalar ke kawasan sensorik yang sesuai dengan suatu
dermatoma, karena disebabkan perangsangan terhadap radiks dorsalis yang
bersangkutan, dikenal sebagi nyeri radikuler.(2
Nyeri radikular timbul karena perangsangan terhadap radiks, baik yang
bersifat penekanan, sentuhan, peregangan, tarikan atau jepitan. Hall ini berarti bahwa
proses patologik yang menimbulkan nyeri harus berada disekitar foramen
intervertebralis.
Batuk/bangkis dan nafas menimbulkan nyeri radikular jika ada proses
patologik yang menekan atau menyentuh atau meregang radiks dorsalis. Fenomena ini
disebabkan karena pada batuk dan bersin tekanan subarakhnoidal melonjak sejenak
19
dan memperhebat penekanan atau sentuhan atau peregangan terhadap radiks dorsalis
yang sedang terganggu.
Lonjakan tekanan di dalam ruang subarakhnoidal dapat ditimbulkan juga
dengan penekanan pada kedua vena jugularis selama 1 –sampai 2 menit (test
naffziger). Bila nyeri radikular timbul yang menjalar sesuai dengan perjalanan serabut
radiks dorsalis L5 – S1 yang dibawakan nervus iskhiadikus, maka test naffziger disebut
positif. Dalam hal ini harus ditarik kesimpulan bahwa iskhialgia bersifat diskogenik.
Jika nyeri radikular sepanjang perjalanan nervus iskhiadikus timbul pada
waktu batuk atau bersin, belumlah pasti bahwa iskhialgia tersebut bersifat diskogenik.
Oleh karena pada waktu batuk atau bersin badan ikut tergerak, sehingga bila nervus
iskhiadikus terlibat dalam proses radang dii sendi panggul atau sakroiliaka ia
memperoleh perangsangan tambahan. Nyeri yang menjalar karena terlibatnya nervus
iskhiadikus di tingkat sendi sakro-iliaka atau sendi panggul pada waktu batuk dan
bersin dinamakan nyeri pseudo-radikular.
- Nyeri akibat spasme otot
Otot dalam keadaan tegang secara terus menerus menimbulkan perasaan yang
dinyatakan kebanyakan orang sebagai ‘pegal’. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah
‘dull ache’. Sikap duduk, tidur, jalan, dan berdiri yang salah dapat menimbulkan
‘sakit pinggang’. Keadaan tegang mental menghibahkan ketegangannya kepada otot-
otot lumbal juga, sebagaimana halnya dengan ketegangan mental yang dihibahkan
kepada otot-otot kepala-leher-bahu.
G. Manifestasi Klinis
1. LBP akibat sikap yang salah
Sering dikeluhkan sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang, kaku dan
tidak enak namun lokasi tidak jelas.
Pemeriksaan fisik menunjukkan otot-otot paraspinal agak spastik di daerah
lumbal, namun motalitas tulang belakang bagian lumbal masih sempurna,
walaupun hiperfleksi dan hiperekstensi dapat menimbulkan perasaan tidak
enak
Lordosis yang menonjol
Tidak ditemukan gangguan sensibilitas, motorik, dan refleks pada tendon
Foto rontgen lumbosakral tidak memperlihatkan kelainan yang relevan.
20
2. Pada Herniasi Diskus Lumbal
Nyeri punggung yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul atau terasa
tidak enak, sering intermiten, wala kadang onsetnya mendadak dan berat.
Diperhebat oleh aktivitas atau pengerahan tenaga serta mengedan, batuk atau
bersin.
Menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai yang
sakit difleksikan.
Sering terdapat spasme refleks otot-otot paravertebrata yang menyebabkan
nyeri sehingga membuat pasien tidak dapat berdiri tegak secara penuh.
Setelah periode tertentu timbul skiatika atau iskialgia.
3. LBP pada Spondilosis
Kompresi radiks sulit dibedakan dengan yang disebabkan oleh protrusi diskus,
walaupun nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilisis
Dapat muncul distesia tanpa nyeri pada daerah distribusi radiks yang terkena
Dapat disertai kelumpuhan otot dan gangguan refleks
Terjadi pembentukan osteofit pada bagian sentral dari korpus vertebra yang
menekan medula spinalis.
Kauda ekuina dapat terkena kompresi pada daerah lumbal bila terdapat
stenosis kanal lumbal.
4. LBP pada Spondilitis Tuberkulosis
Terdapat gejala klasik tuberkulosis seperti penurunan berat badan, keringat
malam, demam subfebris, kakeksia. Gejala ini sering tidak menonjol.
Pada lokasi infeksi sering ditemukan nyeri vertebra/lokal dan menghilang bila
istirahat.
Gejala dan tanda kompresi radiks atau medula spinalis terjadi pada 20% kasus
(akibat abses dingin)
Onset penyakit dapat gradual atau mendadak (akibat kolaps vertebra dan
kifosis)
Diawali nyeri radikular yang mengelilingi dada atau perut, diikuti paraparesis
yang lambat laun makin memberat, spastisitas, klonus, hiperrefleksia dan
refleks Babinsky bilateral. Dapat ditemukan deformitas dan nyeri ketok tulang
vertebra.
Penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala klinis yang muncul
terutama gangguan motorik.
21
5. LPB pada Spondilitis Ankilopoetika
Biasanya dirasakan pada usia 20 tahun.
Tidak hilang dengan istirahat dan tidak diperberat oleh gerakan.
Pemeriksaan fisik menunjukkan pembatasan gerakan di sendi sakrolumbal dan
seluruh tulang belakang lumbal.
Laju endap darah meninggi.
Terjadi osifikasi ligamenta interspinosa.
H. Penegakkan Diagnosis
Anamnesis
Harus dilakukan anamnesis yang teliti yang biasanya nantinya akan dilengkapi oleh
pemeriksaan fisik, disertai pemeriksaan radiologis dan elektrodiagnosis.
Nyeri pinggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:7
1. Nyeri pinggang lokal
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi ke
kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di bawahnya seperti fasia,
otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen.
2. Iritasi pada radiks
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom yang
bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang dapat disertai hilangnya
perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh proses desak ruang
pada foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.
3. Nyeri rujukan somatis
Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada dermatom
yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat dirasakan di bagian
lebih superfisial.
4. Nyeri rujukan viserosomatis
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam ruangan
panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.
5. Nyeri karena iskemia
22
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat
dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat disebabkan oleh
penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka komunis.
6. Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom
dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.
Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan intensitas
dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai
yang lebih banyak dari pada LBP dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya radikulopati
dan mungkin memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri LBP lebih banyak daripada
nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga biasanya
tidak memerlukan tindakan operatif.
Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan
gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang biasanya
berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu LBP, namun sebagian besar episode
herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti membungkuk atau
memungut barang yang enteng.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan bertambahnya nyeri
LBP, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau
berdiri, dan setiap gerakan yang bisa menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal
akan dapat menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi.
Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada malam hari bisa
merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung
seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi.
Faktor-faktor lain yang penting adalah gangguan pencernaan atau gangguan miksi-defekasi,
karena bisa merupakan tanda dari suatu lesi di kauda ekuina dimana harus dicari dengan teliti
adanya hipestesi peri-anal, retensio urin, overflow incontinence dan tidak adanya perasaan
ingin miksi dan gejala-gejala ini merupakan suatu keadaan emergensi yang absolut, yang
memerlukan suatu diagnosis segera dan dekompresi operatif segera, bila ditemukan kausa
yang menyebabkan kompresi.
23
Suatu radikulopati tanpa nyeri menandakan kemungkinan adanya suatu penyakit metabolik
seperti polineuropati diabetik, namun juga harus diingat bahwa hilangnya nyeri tanpa terapi
yang adekuat dapat menandakan adanya suatu penyembuhan, namun dapat pula berarti
bahwa serabut nyeri hancur sehingga perasaan nyeri hilang, walaupun kompresi radiks masih
ada.
Suatu nyeri yang berkepanjangan akan menyebabkan dan dapat diperberat dengan adanya
depresi sehingga harus diberi pengobatan yang sesuai. Terdapat 5 tanda depresi yang
menyertai nyeri yang hebat, yaitu anergi (tak ada energi), anhedonia (tak dapat menikmati
diri sendiri), gangguan tidur, menangis spontan dan perasaan depresi secara umum. 6
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan menolak untuk
duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi diskus.
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan juga
bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang sampai
hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada
stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal, karena gerakan ini akan
menyebabkan penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf
spinal.
Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada
HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi diatas suatu diskus protusio
sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan
pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).
Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke depan ke
lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang meyebabkan nyeri
pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi yang sama.
Nyeri LBP pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda menunjukkan kemungkinan
adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini tidak patognomonik.
Palpasi :
24
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu keadaan
psikologis di bawahnya (psychological overlay).
Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan pada
ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus
sambil melihat respons pasien.
Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off) pada palpasi di
tempat/level yang terkena.
Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur
pada vertebra.
Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada diagnosis
LBP dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level kelainan, kecuali pada sindroma
kauda ekuina atau adanya neuropati yang bersamaan.
Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2
dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia yang
menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN).
Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau LMN.
Pemeriksaan motoris : harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi
untuk menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan
miotom yang mempersarafinya.
Pemeriksaan sensorik : Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan
perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti diagnostiknya dalam
membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai dermatom yang terkena. Gangguan
sensorik lebih bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris.6
Tanda-tanda perangsangan meningeal :
Tanda Laseque atau modifikasinya yang positif menunjukkan adanya ketegangan pada saraf
spinal khususnya L5 atau S1.
25
Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di
panggul sampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut dan
gerakan ini akan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif)
dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes ini dengan
mengangkat tungkai dengan lutut dalam keadaan ekstensi (stright leg rising). Modifikasi-
modifikasi tanda laseque yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri
radikuler. Cara laseque yang menimbulkan nyeri pada tungkai kontra lateral merupakan
tanda kemungkinan herniasi diskus.3,8
Tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri makin besar
kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian juga dengan tanda laseque
kontralateral.
Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk suatu HNP, yang terlihat pada
96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti menderita HNP dan pada hernia yang
besar dan lengkap tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien.
Adanya tanda Laseque lebih menandakan adanya lesi pada L4-5 atau L5-S1 daripada herniasi
lain yang lebih tinggi (L1-4), dimana tes ini hanya positif pada 73,3% penderita.7
Harus diketahui bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering
dijumpai pada penderita yang tua dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun).
Karena tanda Laseque tidak patognomonis untuk suatu HNP, maka bila tidak dijumpai pada
seseorang yang umurnya kurang dari 30 tahun dengan sangat mungkin akan menyingkirkan
diagnosis HNP.
Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan dengan cara yang
sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri diangkat akan menimbulkan suatu respons yang
positif pada tungkai kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.
Tanda Laseque terbalik (femoral nerve stretch test / reverse Laseque sign) :
Tes ini dapat menimbukan nyeri akibat ketegangan saraf yang mengalami iritasi ataupun
kompresi, terutama pada lumbal bagian tengah dan atas.3 Bila tes ini positif, maka dicurigai
adanya ketegangan pada radiks L2, L3 atau L4 dan tes ini dilakukan pada pasien yang
terlungkup dengan jalan meng-ekstensikan paha dimana lutut dalam keadaan fleksi dan bisa
juga dilakukan dengan pasien tidur pada sisi yang sehat dan meluruskan paha yang terkena
dengan lutut dalam keadaan fleksi dan suatu tes yang positif akan menghasilkan nyeri pada
paha medial atau anterior.
Tanda Neri (Neri’s sign) : bisa ditimbulkan bila pasien membungkuk ke depan dan
dikatakan positif bila akan terjadi fleksi lutut pada sisi yang terkena.
26
27
I. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari LBP yang sering terjadi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Disease or
condition
Patient
age
(years)
Location of
pain
Quality of
pain
Aggravating or
relieving factors Signs
Back strain 20 to 40 Low back,
buttock,
posterior
thigh
Ache, spasm Increased with
activity or bending
Local tenderness,
limited spinal motion
Acute disc
herniation
30 to 50 Low back to
lower leg
Sharp,
shooting or
burning pain,
paresthesia in
leg
Decreased with
standing; increased
with bending or
sitting
Positive straight leg
raise test, weakness,
asymmetric reflexes
Osteoarthritis or
spinal stenosis
>50 Low back to
lower leg;
often
bilateral
Ache, shooting
pain, "pins and
needles"
sensation
Increased with
walking,
especially up an
incline; decreased
with sitting
Mild decrease in
extension of spine;
may have weakness or
asymmetric reflexes
Spondylolisthesis Any age Back,
posterior
thigh
Ache Increased with
activity or bending
Exaggeration of the
lumbar curve, palpable
"step off" (defect
between spinous
processes), tight
hamstrings
Ankylosing 15 to 40 Sacroiliac Ache Morning stiffness Decreased back
28
spondylitis joints,
lumbar spine
motion, tenderness
over sacroiliac joints
Infection Any age Lumbar
spine,
sacrum
Sharp pain,
ache
Varies Fever, percussive
tenderness; may have
neurologic
abnormalities or
decreased motion
Malignancy >50 Affected
bone(s)
Dull ache,
throbbing pain;
slowly
progressive
Increased with
recumbency or
cough
May have localized
tenderness, neurologic
signs or fever
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah (LED), kadar
Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal. Terhadap penderita ini tak
didapatkan kelainan yang mengarah kepada penyebab LBP karena infeksi ataupun kelainan
ginjal.
Pungsi Lumbal (LP) :
LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun belakangan akan terjadi
transudasi dari low molecular weight albumin sehingga terlihat albumin yang sedikit
meninggi sampai dua kali level normal. Pada pasien ini tak dilakukan tindakan LP karena
pemeriksaan ini tidak memberikan gambaran yang spesifik terhadap HNP, juga perannya
telah dapat digantikan oleh adanya gambaran radiologis yang lebih objektif dan tidak
invasif.
Pemeriksaan Radiologis :
29
Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai
penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor
spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu
posisi yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis telah jelas
dan kemungkinan karena kelainan tulang.
Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada pasien yang
sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi metal.
CT mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan lebih jelas
ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien yang menjalani operasi
vertebra multipel dan bila akan direncanakan tindakan operasi terhadap stenosis foraminal
dan kanal vertebralis.3
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan berbagai
prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG
untuk menentukan diskus mana yang paling terkena.
MRI sangat berguna bila:
vertebra dan level neurologis belum jelas
kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak
untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
kecurigaan karena infeksi atau neoplasma
Menurut gradasinya, herniasi dari nukleus pulposus yang terjadi terbagi atas: 9
· Protruded intervertebral disc, dimana nukleus terlihat menonjol ke suatu arah tanpa
kerusakan anulus fibrosus.
· Prolapsed intervertebral disc, dimana nukleus berpindah tetapi masih tetap dalam
lingkaran anulus fibrosus.
· Ekstruded intervertebral disc, dimana nukleus keluar dari anulus fibrosus dan berada
di bawah ligamen longitudinalis posterior.
· Sequestrated intervertebral disc, dimana nukleus telah menembus ligamen
longitudinalis posterior.
Mielografi atau CT mielografi dan/atau MRI adalah alat diagnostik yang sangat berharga
pada diagnosis LBP dan diperlukan oleh ahli bedah saraf/ortopedi untuk menentukan
lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adakah adanya sekwester diskus yang lepas dan
mengeksklusi adanya suatu tumor.
30
Mumenthaler (1983) menyebutkan adanya 25% false negative diskus prolaps pada mielografi
dan 10% false positive dengan akurasi 67%.
Diskografi dapat dilakukan dengan menyuntikkan suatu zat kontras ke dalam nukleus
pulposus untuk menentukan adanya suatu annulus fibrosus yang rusak, dimana kontras hanya
bisa penetrasi/menembus bila ada suatu lesi. Dengan adanya MRI maka pemeriksaan ini
sudah tidak begitu populer lagi karena invasif.
Elektromiografi (EMG) :
Dalam bidang neurologi, maka pemeriksaan elektrofisiologis/neurofisiologis sangat berguna
pada diagnosis sindroma radiks.
Pemeriksaan EMG dilakukan untuk :
· Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks
· Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer
· Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks
Pemeriksaan EMG adalah suatu pemeriksaan yang non-invasif, Motor Unit Action Potentials
(MUAP) pada iritasi radiks terlihat sebagai :
· Potensial yang polifasik
· Amplitudo yang lebih besar dan
· Durasi potensial yang lebih panjang, pada otot-otot dari segmen yang terkena.
Pada kompresi radiks, selain kelainan-kelainan yang telah disebut diatas, juga ditemukan
aktivitas spontan pada pemeriksaan EMG berupa fibrilasi di otot-otot segmen terkena atau di
otot paraspinal atau interspinal dari miotoma yang terkena. Sensifitas pemeriksaan EMG
untuk mendeteksi penderita radikulopati lumbal sebesar 92,47%.10
EMG lebih sensitif dilakukan pada waktu minimal 10-14 hari setelah onset defisit neurologis,
dan dapat menunjukkan tentang kelainan berupa radikulopati, fleksopati ataupun neuropati.6
Elektroneurografi (ENG)
Pada elektroneurografi dilakukan stimulasi listrik pada suatu saraf perifer tertentu sehingga
kecepatan hantar saraf (KHS) motorik dan sensorik (Nerve Conduction Velocity/NCV) dapat
diukur, juga dapat dilakukan pengukuran dari refleks dengan masa laten panjang seperti F-
wave dan H-reflex. Pada gangguan radiks, biasanya NCV normal, namun kadang-kadang bisa
menurun bila telah ada kerusakan akson dan juga bila ada neuropati secara bersamaan.10
31
Potensial Cetusan Somatosensorik (Somato-Sensory Evoked Potentials/SSEP)
Kadang-kadang pemeriksaan SSEP diperlukan untuk membuat diagnosis lesi-lesi yang lebih
proksimal sepanjang jaras-jaras somatosensorik.
Semua tes mempunyai hasil yang positif palsu dan negatif palsu serta penggunaan tes
diagnostik lebih dari satu akan mempertajam akurasi diagnostik.
Harus diingat bahwa seluruh pemeriksaan tambahan ini dilakukan dalam kerangka
pemeriksaan klinis neurologis dan harus dievaluasi sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh
sehingga sampai pada suatu kesimpulan diagnosis yang akurat sehingga tindakan
pembedahan yang berlebihan dapat dicegah.
Pencegahan Low Back Pain
Low back pain (LBP) merupakan permasalah yang sering muncul dalam suatu
asuhan keperawatan dengan gejala umum yang terasa pada bagian lumbo-sacral, otot gluteal,
paha dan sering kali pada ekstremitas bawah. Ketika karakteristik gejala low back pain
muncul maka diperlukan pengangkatan suatu diagnosa dan bagaimana penanganannya yang
tepat. Hampir dari 90 % penduduk pernah mengalami LBP dalam siklus kehidupannya dan
LBP merupakan keluhan nomor dua yang sering muncul setelah keluhan pada gangguan
system pernafasan ( Borenstein, 1997)
Terdapat hasil penelitian yang menyebutkan bahwa hampir 48% klien dengan LBP
tidak diketemukan penyebabnya yang jelas (Croft, 1999). Croft juga menyebutkan bahwa 90
% klien dengan LBP menghentikan pengobatannya setelah 3 bulan pengobatan walaupun
nyerinya masih terasa.
Low back pain dikatagorikan sebagai akut (kurang dari 12 minggu), sub akut (6-12
minggu) dan kronik (lebih dari 12 minggu). Umumnya LBP berhubungan dengan peregangan
ligament dan otot yang diakibatkan dari mekanik tubuh yang salah saat mengangkat sesuatu.
Faktor resiko untuk mengalami LBP adalah berat badan berlebih, memiliki postur dan
memiliki kekuatan otot perut yang buruk.
Berikut ini akan diuraikan cara pencegahan terjadinya low back pain dan cara
mengurangi nyeri apabila LBP telah terjadi.
Latihan Punggung Setiap Hari
1. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu lutut dan
gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian lakukan lagi pada kaki
yang lain. Lakukanlah beberapa kali.
32
2. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke lantai.
Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai, tahanlah beberapa
detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.
3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di lantai.
Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan mengangkat bahu
setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.
Berhati-Hatilah Saat Mengangkat
1. Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum mengangkatnya.
2. Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih rendah
3. Peganglah benda dekat perut dan dada
4. Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda
5. Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda
Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
1. Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama
2. Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan bahwa lutut
sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti ganjalan/bantalan kaki) jika
memang diperlukan.
3. Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu kaki pada bantalan kaki
secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah posisi secara periodic.
4. Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik tidak teregang.
5. Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat duduk dikursi
Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat
1. Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan sepatu berhak
rendah
2. Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak mengkonsumi sayur dan
buah untuk mencegah konstipasi.
3. Tidurlah di kasur yang nyaman.
4. Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.
I. Penatalaksanaan
33
Penderita iskhialgia dengan penyebab H.N.P tidak semuanya harus dioperasi.
Penderita H.N.P yang sudah berkali-kali kambuh dan sembuh beberapa bulan atau
tahun harus menjalani tindakan operatif. Bila kasus baru dengan iskhialgia yang
diduga keras disebabkan H.N.P maka terapi konservatif harus diselenggarakan. Bila
kasus H.N.P masih baru namun nyerinya tidak tertahan atau defisit motoriknya sudah
jelas dan mengganggu, maka pertimbangan untuk operasi atau tidak sebaiknya
diserahkan kepada dokter ahli bedah saraf. Faktor sosio ekonomi yang ikut
menentukan operasi secepatnya atau tidak ialah profesi penderita. Seorang yang tidak
dapat beristirahat cukup lama karena persoalan gaji dan cuti sakit, lebih baik
menjalani timdakan operasi secepat mungkin daripada terapi konservatif yang
memerlukan cuti berkali-kali.
Indikasi operasi juga harus berdasarkan hasil mielogram. Dokter ahli bedah
saraf harus dapat memastikan H. N. P serta lokasi ekstensinya. Selain itu, diskografi
yang merupakan penyelidikan diskus yang lebih invasif dapat dilakukan bila mana
mielografi tidak dapat meyakinkan adanya H.N.P. Hasil operasi sebagian besar
memuaskan, tetapi masih cukup banyak problema yang membingungkan. Misalnya;
kambuhnya iskhialgia pada penderita yang sudah dioperasi. Tidak terdapat H.N.P.
pada penderita yang secara klinis jelas mempunyai iskhialgia diskogenik. Terdapatnya
H.N.P. secara kebetulan pada autopsi sesorang yang secara pasti diketahui tidak
pernah mengeluh tentang iskhialgia.
Terapi konservatif yang dapat diselenggarakan sebagai berikut :
1. Istirahat mutlak ditempat tidur. Kasur harus yang padat. Diantara kasur dan
tempat tidur harus dipasang papan atau plywood agar kasur jangan melengkung.
Sikap berbaring terlentang tidak mebantu lordosis lumbal yang lazim, maka bantal
tipis sebaiknya ditaruh dibawah pinggang. Orang sakit diperbolehkan untuk tidur
miring dengan kedua kaki sedikit ditekuk pada sendi lutut. Jika orang sakit
dirawat di RS, maka sikap tubuh waktu istirahat lebih enak, oleh karena lordosis
lumbal tidak mengganggu tidur terlentang jika fleksi lumbal dapat diatur oleh
posisi tempat tidur rumah sakit.
34
2. Istirahat mutlak di tempat tidur berarti bahwa pasien tidak boleh bangun untuk
mandi dan makan, kecuali untuk buang air kecil atau air besar (BAK/BAB), oleh
karena BAK/BAB dengan pot sambil berbaring terlentang justru membebani
tulang belakang lumbal lebih berat lagi.
3. Analgesik yang non-adiktif perlu diberikan untuk menghilangkan nyeri.
Pemberian analgetika sering bermanfaat. Tapi sebaiknya penjelasan
bahwa penggunaan hanya untuk mebantu orang sakit dalam masa transisional
dalam mencapai sikap penghidupan yang sehat, campuran analgetikum dengan
‘minor tranquilizer’ merupakan pilihan yang baik, misalnya Neuralgin (campuran
methampyrone, chlordiazepoxide, dan vitamin, kalbe farma) dan Metaneuron
(campuran metamizol, diazepam, dan vitamin, Phapros).
4. Selama nyeri belum hilang fisioterapi untuk mencegah atrofi otot dan dekalsifikasi
sebaiknya jangan dimulai. Setelah nyeri sudah hilang latihan gerakan sambil
berbaring terlentang atau miring harus dianjurkan.
5. Dilakukan pelvic traction
35
6. Masa istirahat mutlak dapat ditentukan sesuai dengan tercapainya perbaikan. Bila
iskhialgia sudah banyak hilang tanpa menggunakan analgesik, maka pasien
diperbolehkan untuk aktivitas ringan misalnya makan dan mandi seperti biasa.
Korset pinggang sebaiknya dipakai untuk masa peralihan ke mobilisasi penuh.
36