isi laporan ringkasan materi rsud

37
MATERI I PENGGUNAAN OBAT RASIONAL A. Definisi Penggunaan obat rasional adalah pemberian obat yang sesuai dengan kebutuhan, dalam dosis yang sesuai, periode waktu yang tepat dan biaya yang serendah mungkin. Pengobatan yang tidak sesuai dengan definisi penggunaan obat rasional disebut pola pengobatan irasional. Pengobatan cost effective menjadi sangat penting mengingat saat ini lebih dari 50% obat-obatan di dunia diresepkan secara tidak tepat. Pengobatan yang cost effective dicapai dengan penggunaan obat rasional. Penggunaan obat irasional terlihat dari perilaku di bawah ini : 1. Polifarmasi atau pemberian obat yang berlebihan 2. Pengobatan sendiri yang tidak tepat, misalnya pembelian obat di apotek tanpa resep dokter. 3. Penggunaan antimikroba atau antibiotik tidak sesuai dosisnya, tempatnya, maupun jenis penyakitnya. Contohnya penggunaan antibiotik untuk infeksi virus. 4. Penggunaan pengobatan injeksi berlebih dimana pengobatan oral sebenarnya masih bisa dilakukan 5. Pemberian resep yang tidak sesuai dengan indikasi klinis 1

Upload: dianfikri

Post on 24-Dec-2015

40 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

RSUD

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

MATERI I

PENGGUNAAN OBAT RASIONAL

A. Definisi

Penggunaan obat rasional adalah pemberian obat yang sesuai dengan

kebutuhan, dalam dosis yang sesuai, periode waktu yang tepat dan biaya yang

serendah mungkin. Pengobatan yang tidak sesuai dengan definisi penggunaan obat

rasional disebut pola pengobatan irasional.

Pengobatan cost effective menjadi sangat penting mengingat saat ini lebih dari

50% obat-obatan di dunia diresepkan secara tidak tepat. Pengobatan yang cost

effective dicapai dengan penggunaan obat rasional.

Penggunaan obat irasional terlihat dari perilaku di bawah ini :

1. Polifarmasi atau pemberian obat yang berlebihan

2. Pengobatan sendiri yang tidak tepat, misalnya pembelian obat di

apotek tanpa resep dokter.

3. Penggunaan antimikroba atau antibiotik tidak sesuai dosisnya,

tempatnya, maupun jenis penyakitnya. Contohnya penggunaan

antibiotik untuk infeksi virus.

4. Penggunaan pengobatan injeksi berlebih dimana pengobatan oral

sebenarnya masih bisa dilakukan

5. Pemberian resep yang tidak sesuai dengan indikasi klinis

B. Tujuan Penggunaan Obat Rasional

Tujuan dari penggunaan obat secara rasional adalah:

1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi belanja obat

2. Mempermudah akses masyarakat untuk memperoleh obat dengan harga

terjangkau

3. Mencegah dampak penggunaan obat yang tidak tepat yang dapat

membahayakan pasien

4. Meningkatkan kepercayaan masyarakat (pasien) terhadap mutu pelayanan

kesehatan

1

Page 2: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

C. Kriteria Pengobatan Rasional

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kriteria pemakaian obat

(pengobatan) rasional, antara lain :

1. Sesuai dengan Indikasi Penyakit

Pengobatan didasarkan atas keluhan individual dan hasil pemeriksaan fisik

yang akurat

2. Diberikan dengan Dosis yang Tepat

Pemberian obat memperhitungkan umur, berat badan dan kronologis penyakit

3. Cara Pemberian dengan Interval Waktu Pemberian yang Tepat

Jarak minum obat sesuai dengan aturan pemakaian yang telah ditentukan

4. Lama Pemberian yang Tepat

Pada kasus tertentu memerlukan pemberian obat dalam jangka waktu tertentu

5. Obat yang Diberikan Harus Efektif, dengan Mutu Terjamin

Hindari pemberian obat yang kedaluarsa dan tidak sesuai dengan jenis keluhan

penyakit

6. Tersedia Setiap Saat dengan Harga yang Terjangkau

Jenis obat mudah didapatkan dengan harganya relatif murah

7. Meminimalkan Efek Samping dan Alergi Obat

Beri informasi standar tentang kemungkinan efek samping obat dan cara

mengatasinya

Kunci untuk mempromosikan penggunaan obat secara lebih rasional menurut

WHO adalah:

1. Pembentukan badan nasional multidisiplin untuk mengkoordinasikan peraturan

penggunaan obat

2. Penggunaan panduan klinis

3. Pengembangan dan penggunaan daftar obat esensial nasional

4. Pembentukan komite obat dan terapeutik di daerah dan rumah sakit

5. Memasukkan pelatihan farmakoterapi berbasis pemecahan masalah dalam

kurikulum sarjana

6. Melanjutkan edukasi medis mencakup pelayanan sebagai persyaratan lisensi

7. Supervisi, audit, dan umpan balik

8. Penggunaan informasi independen mengenai obat

2

Page 3: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

9. Edukasi publik mengenai obat

10. Hindari insentif finansial tanpa alasan

11. Penggunaan regulasi yang cocok dan diperkuat

12. Ekspenditur pemerintah yang cukup untuk memastikan adanya obat dan staff

D. Faktor yang Menyebabkan pengobatan Irasional

Adanya pengobatan irasional disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara

lain:

1. Kurangnya rasa percaya diri seorang dokter akibat kurangnya pengetahuan

mengenai tatalaksana penyakit, dan perasaan khawatir akan pindahnya pasien

ke dokter lain dapat menyebabkan seorang dokter memberikan pengobatan

yang tidak rasional kepada pasiennya.

2. Pola pikir masyarakat yang menginginkan obat mujarab dengan hanya 1-2 kali

minum, belum merasa puas apabila belum disuntik, dan banyaknya pengobatan

sendiri yang tidak tepat dapat meningkatkan dampak penggunaan obat yang

dapat membahayakan pasien.

3. Gencarnya promosi obat bebas melalui berbagai media, banyaknya obat yang

beredar di pasaran dan kurangnya pengawasan dalam penjualan obat di apotik

merupakan faktor-faktor lain yang sangat berpengaruh terhadap tingginya

penggunaan obat yang tidak rasional.

4. Keterjangkauan obat dipengaruhi banyak aspek seperti geografis, ekonomi,

sosial politik, serta persebaran penduduk.

5. Obat masih diutamakan sebagai komoditas perdagangan, sehingga

menghambat pelayanan kefarmasian yang baik.

6. Masih rendahnya informasi dan edukasi bagi masyarakat. Bersikap pasrah

terhadap pengobatan, tidak memberikan informasi secara baik dalam proses

diagnosa, desakan pasien terhadap dokter, serta tidak patuh dalam pengobatan.

Pola pengobatan tidak rasional adalah pola pengobatan yang tidak mengikuti

kaidah pengobatan rasional. Contoh dari penggunaan obat irasional adalah :

1. Polifarmasi atau pemberian obat terlalu banyak untuk jenis penyakit ringan

2. Penggunaan antimikroba atau antibiotik tidak sesuai dengan tempatnya, tidak

sesuai dosisnya, dan penggunaan antibiotik untuk infeksi non-bakteri (contoh

3

Page 4: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

penyakit karena virus yang sebenarnya adalah ‘self limiting disease’ atau dapat

sembuh sendiri)

3. Penggunaan pengobatan suntikan berlebih dimana sebenarnya pengobatan

secara oral (diminum) dapat digunakan

4. Tidak mengikuti terapi pengobatan sesuai dengan panduan klinis (guidelines)

5. Pengobatan sendiri yang tidak tepat, umumnya untuk obat yang seharusnya

dibeli dengan resep dokter, dan dikonsumsi dengan dosis yang tidak sesuai.

4

Page 5: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

MATERI II

REKAM MEDIS

A. Pendahuluan

Rekam Medis merupakan dokumen penting yang berisi seluruh data

mengenai seorang pasien. Di bidang kedokteran maupun kedokteran gigi, rekam

medis merupakan salah satu bukti tertulis tentang proses pelayanan yang diberikan.

Oleh karena itu setiap kegiatan pelayanan medis harus mempunyai rekam medis

yang lengkap dan akurat untuk setiap pasien dan setiap dokter dan dokter gigi wajib

mengisi rekam medis dengan benar, lengkap dan tepat waktu.

Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas , tidak hanya sekedar

kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem

penyelenggaraan rekam medis yaitu mulai pencatatan selama pasien mendapatkan

pelayanan medik, dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang

meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat

penyimpanan untuk melayani permintaan atau peminjaman apabila dari pasien atau

untuk keperluan lainnya (Gondodiputro, 2007).

Pemeliharaan rekam medis yang baik sangat diperlukan dalam rangka

memberi kualitas pelayanan kesehatan yang baik bagi pasien dalam pelayanan

kesehatan berkesinambungan dalam jangka waktu yang lama. Rekam medis yang

baik adalah cermin dari praktik kedokteran yang baik dan merupakan wujud dari

kedayagunaan dan ketepatgunaan perawatan pasien.

B. Definisi

1. Menurut Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran :

Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas

pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah

diberikan kepada pasien.

2. Menurut Permenkes Nomor749a/Menkes/Per/XII/1989:

Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang

identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada

pasien pada sarana pelayanan kesehatan.

5

Page 6: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

Kedua pengertian rekam medis diatas menunjukkan perbedaan yaitu Permenkes

hanya menekankan pada sarana pelayanan kesehatan, sedangkan dalam UU Praktik

Kedokteran tidak. Ini menunjukan pengaturan rekam medis pada UU Praktik

Kedokteran lebih luas, berlaku baik untuk sarana kesehatan maupun di luar sarana

kesehatan (Sjamsuhidajat et al., 2006).

Yang berkewajiban membuat rekam medis adalah tenaga kesehatan:

1. Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi

2. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.

3. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.

4. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog

kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan

dan sanitarian.

5. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.

6. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara.

7. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi

elektromedis, analisi kesehatan, refraksionis optisien, othotik prostetik, teknisi

tranfusi dan perekam medis.

C. Kerahasiaan Rekam Medis

1. UU No.29 Th. 2004 pasal 47(2) rekam medis harus disimpan dan dijaga

kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi dan pimpinan sarana kesehatan setempat

2. Permenkes RI No.269/Menkes/PER/III/2008 pasal 13 menyebutkan bahwa

sarana kesehatan bertanggung jawab atas: hilangnya, rusaknya, atau pemalsuan

rekam medis serta penggunaan oleh orang/badan yang tidak berhak.

3. UU No.29 Th 2004 pasal 48 (2) rekam medis dapat dibuka dalam hal:

a. Rujukan, konsultasi dokter ahli, asuransi kesehatan

b. Keperluan hukum

c. Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri

d. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan

e. Penelitian, Pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak menyebutkan

identitas pasien

6

Page 7: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

Permintaan rekam medis harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana

pelayanan kesehatan.

D. Kepemilikan Rekam Medis

Berdasarkan Permenkes No.749A/MENKES/PER/XII/1989, berkas rekam medis

merupakan milik sarana pelayanan kesehatan. Sedangkan isi rekam medis milik

pasien. Apabila pasien meminta isi rekam medis maka dapat diberikan dalam bentuk

ringkasan.

E. Manfaat Rekam Medis

1. Pengobatan pasien yaitu bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk

merencanakan dan menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan,

perawatan dan tindakan medis yang harus diberikan kepada pasien.

2. Peningkatan kualitas pelayanan, dimana dalam pembuatan rekam medis bagi

penyelenggaraan praktik kedokteran dengan jelas dan lengkap akan

meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga medis dan untuk

pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal.

3. Dalam bidang pendidikan dan penelitian yaitu menyediakan data untuk

penelitian dan pendidikan.

4. Dalam hal pembiayaan perawatan pasien sebagai dasar dalam perhitungan biaya

pelayanan medis.

5. Bahan informasi statistik yaitu dapat digunakan sebagai bahan statistik

kesehatan, khususnya untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat

dan untuk menentukan jumlah penderita pada penyakit-penyakit tertentu.

6. Pembuktian masalah hukum, disiplin dan etik merupakan bukti tertulis utama,

yang bermanfaat dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik

(Sjamsuhidajat et al., 2006).

7

Page 8: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

F. Isi Rekam Medis

1. Catatan

Yaitu uraian tentang identitas pasien, pemeriksaan pasien, diagnosis,

pengobatan, tindakan dan pelayanan lain baik dilakukan oleh dokter dan dokter

gigi maupun tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kompetensinya.

2. Dokumen

Yaitu kelengkapan dari catatan tersebut, antara lain foto rontgen, hasil

laboratorium dan keterangan lain sesuai dengan kompetensi keilmuannya

(Sjamsuhidajat et al., 2006).

G. Macam-Macam Rekam Medis

1. Rekam Medis Konvensional (paper based documents) lembar administrasi dan

medis yang diolah, ditata dan disimpan secara manual.

2. Rekam medis manual dan registrasi komputerisasi (masih terbatas hanya pada

pendaftaran, data pasien masuk, dan data pasien keluar termasuk yang

meninggal).

3. Pelayanan Manajemen Informasi Kesehatan (MIK) terbatas

Pelayanan rekam medis yang diolah secara komputerisasi yang berjalan secara

otomatis di unit kerja manajemen informasi kesehatan.

4. Pelayanan Sistem Informasi Terpadu

Computerized Patient Record (CPR), yang disusun dengan mengambil dokumen

langsung dari sistem image dan struktur sistem dokumen yang telah berubah.

H. Jenis RM

Berdasarkan Permenkes RI No.269/Menkes/PER/III/2008 ada beberapa jenis rekam

medis, yaitu:

1. Rekam Medis Rawat Jalan

Isi rekam medis sekurang-kurangnya memuat catatan/dokumen tentang:

a. identitas pasien;

b. pemeriksaan fisik;

c. diagnosis/masalah;

d. tindakan/pengobatan;

8

Page 9: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

e. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

2. Rekam Medis Rawat Inap

Untuk pasien rawat inap isi rekam medis sekurang-kurangnya memuat

catatan/dokumen tentang:

a. identitas pasien;

b. pemeriksaan;

c. diagnosis/masalah;

d. persetujuan tindakan medis (bila ada);

e. tindakan/pengobatan;

f. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

3. Rekam medis gawat darurat

Sama dengan rekam medis rawat jalan, ditambah:

a. Kondisi pasien saat tiba di sarana pelayanan kesehatan

b. Identitas pengantar pasien

c. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan unit gawat darurat dan

rencana tindak lanjut

d. Nama dan tandatangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu

yang memberikan pelayanan kesehatan

e. Sarana transportasi yang digunakan pasien bila dipindahkan kesarana

kesehatan yang lain

f. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

4. Rekam medis bencana

Sama dengan pada pasien gawat darurat, ditambah dengan :

a. Jenis bencana dan lokasi dimana pasien ditemukan

b. Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masal

c. Identitas orang yang menemukan pasien

5. Rekam medis dokter spesialis

Sama dengan rekam medis rawat jalan dan dapat dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan.

9

Page 10: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

6. Rekam medis untuk pengobatan massal atau dalam ambulans

Rekam medis pada pelayanan dalam ambulans atau pada pengobatan massal

dapat dicatat dalam rekam medis sesuai ketentuan pada pasien gawat darurat dan

disimpan pada sarana pelayanan kesehatan yang merawatnya.

I. Tata Cara Penyelenggaraan Rekam Medis:

1. Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran menegaskan bahwa: dokter dan dokter

gigi wajib membuat rekam medis dalam menjalankan praktik kedokteran.

Setelah memberikan pelayanan praktik kedokteran kepada pasien, dokter dan

dokter gigi segera melengkapi rekam medis dengan mengisi atau menulis semua

pelayanan praktik kedokteran yang telah dilakukannya.

2. Selain dokter dan dokter gigi yang membuat / mengisi rekam medis, tenaga

kesehatan lain yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien dapat

membuat / mengisi rekam medis atas perintah / pendelegasian secara tertulis dari

dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran.

3. Setiap catatan dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda

tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan. Apabila dalam

pencatatan rekam medis menggunakan teknologi informasi elektronik,

kewajiban membubuhi tanda tangan dapat diganti dengan menggunakan nomor

identitas pribadi/personal identification number (PIN).

4. Bila terjadi kesalahan saat melakukan pencatatan pada rekam medis, catatan dan

berkas tidak boleh dihilangkan atau dihapus dengan cara apapun. Perubahan

catatan atas kesalahan dalam rekam medis hanya dapat dilakukan dengan

pencoretan dan kemudian dibubuhi paraf petugas yang bersangkutan.

J. Penyimpanan Rekam Medis

Rekam medis harus disimpan dan dijaga kerahasiaan oleh dokter, dokter gigi dan

pimpinan sarana kesehatan. Batas waktu lama penyimpanan menurut Peraturan

Menteri Kesehatan paling lama 5 tahun dan resume rekam medis paling sedikit 25

tahun. Untuk Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan tahap rekam medis

dilakukan oleh pemerintah pusat, Konsil Kedokteran Indonesia, pemerintah daerah,

organisasi profesi.

10

Page 11: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

MATERI III

SISTEM MANAJEMEN RUMAH SAKIT

1. Pendahuluan

Rumah sakit adalah tempat menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

jalan, dan gawat darurat. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 44 Tahun 2009. Rumah sakit sendiri terbagi menjadi beberapa

yaitu yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta.

RSUD Karanganyar merupakan rumah sakit pemerintah yang bersifat

BLUD sehingga memiliki otoritas dalam mengelola manajemen rumah sakitnya

sendiri. Selain itu dalam menjalankan tugasnya RSUD Karanganyar juga

memiliki sistem menegerial yang dikepalai oleh seorang direktur.

2. Sistem menejemen Rumah Sakit Karanganyar

Dalam sistem manajemen rumah sakit. rumah sakit dikepalai oleh seorang

direktur. Terdapat bagian tata usaha yang membawahi sub bagian umum dan

rumah tangga, sub bagian kepegawaian, sub bagian hukum informasi dan

pengaduan. Selain itu terdapat tiga bidang yaitu bidang pelayanan medik dan

keperawatan, bidang penunjang medik dan non medik, serta bidang pengelolaan

keuangan. Hal tersebut terlihat pada bagan di bawah ini

11

Page 12: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

Bagan Struktur Organisasi RSUD Karanganyar

3. BLUD

Badan layanan umum daerah (BLUD) dibentuk untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang

dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan

kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas sesuai dengan

Pasal 1 angka 23 UU No. 1 Tahun 2004,

12

SUB BAGIAN HUKUM,

INFORMASI DAN

PENANGANAN PENGADUAN

SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN

BAGIAN TATA USAHA

SUB BAGIAN UMUM DAN RUMAH TANGGA

SEKSI PERBENDAHARAAN

DAN AKUTANSI

BIDANG PELAYANAN MEDIK DAN KEPERAWATAN

BIDANG PENUNJANG MEDIK DAN NONMEDIK

BIDANG PENGELOLAAN KEUANGAN

SEKSI PERENCANAA DAN

ANGGARANKELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

DIREKTUR

Page 13: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

BLUD merupakan bagian dari perangkat pemerintah daerah yang memiliki

fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan. Dalam BLUD upaya pengambilan

keputusan diselenggarakan oleh instansi tersebut sehingga pemberian layanan

kepada masyarakat menjadi lebih efisien dan efektif. Bentuk praktek bisnis yang

sehat :

1. Merencanakan dan menetapkan kebutuhan sumberdaya yang dibutuhkan

2. Pengelolaan belanja BLUD diselenggarakan secara fleksibel berdasarkan

kesetaraan antara volume kegiatan pelayanan dengan jumlah pengeluaran

3. Pengelolaan kas BLUD

4. Pengadaan barang/jasa oleh BLUD (prinsip efisiensi dan ekonomis)

5. Sistem informasi manajemen keuangan

Dalam BLU diberikan kesempatan untuk mempekerjakan tenaga profesional

non PNS serta kesempatan pemberian imbalan jasa kepada pegawai sesuai

dengan kontribusinya. Keuangan dikendalikan secara ketat dalam perencanaan

dan penganggarannya, serta dalam pertanggungjawabannya. Rumah sakit wajib

menghitung harga pokok dari layanannya dengan kualitas dan kuantitas yang

distandarkan oleh menteri teknis pembina. Dalam pertanggung-jawabannya, RS

harus mampu menghitung dan menyajikan anggaran yang digunakannya dalam

kaitannya dengan layanan yang telah direalisasikan.

Pada Rumah Sakit Pemerintah / non profit, terdapat dua unsur tarif yaitu

tarif yang dibebankan pemerintah dan yang dibebankan masyarakat. Biaya

pemerintah seperti misalnya biaya gaji karyawan dan biaya investasi. Biaya yang

dibebankan masyarakat untuk biaya operasionalnya. Pola pengelolaan keuangan

dalam BLUD memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan

praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan masyarakat umum dan

mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan

pengelolaan keuangan daerah pada umumnya.

Penatausahaan keuangan diatur sebagai berikut :

a. Penerimaan dan pengeluaran RSUD, dibukukan di buku besar penerimaan

dan buku besar pengeluaran berdasarkan SPM-GU nihil yang dilengkapi

dengan bukti-bukti yang sah.

13

Page 14: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

b. Penerimaan RSUD oleh pemegang kas dibukukan dalam buku kas umum atau

buku kas pembantu dengan didukung bukti penerimaan yang sah.

c. Penerimaan RSUD setiap hari disetorkan secara bruto ke rekening rumah

sakit umum daerah di bank yang ditunjuk

d. Pengeluaran RSUD pada pemegang kas dibukukan dalam buku kas umum/

Buku Kas Pembantu

Tarif pelayanan BLUD RSUD dapat memungut biaya kepada masyarakat

sebagai imbalan atas barang dan atau jasa layanan yang diberikan yang

ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya satuan

per unit layanan atau hasil per investasi dana.

Pengawasan operasional BLUD RSUD dilakukan oleh pengawas internal

(internal auditor yang berkedudukan langsung di bawah direktur). Evaluasi dan

penilaian kinerja BLUD RSUD dilakukan setiap tahun oleh bupati dan atau

dewan pengawas terhadap aspek keuangan dan non keuangan yang bertujuan

untuk mengukur tingkat pencapaian hasil pengeloaan BLUD sebagaimana

ditetapkan dalam renstra bisnis.

Kelebihan sistem BLUD

1. Kinerja RS menjadi lebih baik

2. Memperlancar proses pelayanan dengan mempercepat proses pengadaan

barang dan jasa.

3. Insentif bagi karyawan menjadi lebih baik dan meningkat

4. Fleksibilitas dalam operasionalisasi RS termasuk efektif dalam pengadaan

tenaga kerja

5. Motivasi dalam memberikan pelayanan menjadi lebih baik

6. Rumah sakit dapat lebih mudah menetapkan tarif di luar kelas III

Kekurangan sistem BLUD

1. RS harus menjalankan 2 sistem akuntansi secara bersamaan (Akuntansi

Pemerintah dan Akuntansi Keuangan)

2. Tanggung jawab sepenuhnya di pegang oleh RSUD

14

Page 15: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

MATERI IV

SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN

A. Pendahuluan

Jaminan Kesehatan Nasional yang dimulai pada tahun 2014 merupakan tahap

awal menuju ke Universal Health Coverage. Tujuan Jaminan Kesehatan Nasional

secara umum yaitu mempermudah masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan

dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu.

B. Dasar Hukum

Undang-Undang BPJS Nomor 24 Tahun 2011 mengamanatkan bahwa lembaga

yang melakukan pengawasan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional adalah

Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) dan lembaga Independen. Lembaga

independen atau yang dimaksud adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

C. Perbandingan Asuransi Sosial dan Komersial

D. Prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional

Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem Jaminan

Sosial Nasional (SJSN) berikut:

1. Prinsip kegotongroyongan

Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam

hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan

kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu

peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang

berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud

karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang

15

Page 16: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotong-royong jaminan sosial dapat

menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Prinsip nirlaba

Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented).

Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan

peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga

hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk

kepentingan peserta.

Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.

Prinsip-prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana

yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.

3. Prinsip portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan

jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah

pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

4. Prinsip kepesertaan bersifat wajib

Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta

sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh

rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan

pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai

dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat

menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.

5. Prinsip dana amanat

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada

badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka

mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

6. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial

dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk

sebesar-besar kepentingan peserta.

16

Page 17: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

MATERI V

SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DAN KOORDINASI ANTAR SISTEM

KESEHATAN

A. Definisi

Sistem rujukan kesehatan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan

kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap

satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih

mampu menangani), atau secara horizontal. Sistem rujukan merupakan bagian dari

sub sistem upaya kesehatan dalam sistem kesehatan nasional.

B. Sub Sistem Upaya Kesehatan

Sub Sistem Upaya Kesehatan adalah tatanan yang menghimpun Upaya

Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) secara

terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya.

1. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

adalah setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah atau masyarakat serta swasta

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan

menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat.

2. Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)

Adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat serta

swasta untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan

menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan.

C. Tingkatan dalam UKM dan UKP

1. UKM

a) Strata pertama adalah Puskesmas

b) Strata kedua adalah Dinas Kesehatan Kab/ Kota.

c) Strata ketiga adalah Dinas Kesehatan Propinsi

17

Page 18: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

2. UKP

a) Strata pertama adalah Puskesmas , praktik dokter,dokter gigi , poliklinik,

bidan

b) Strata Kedua adalah praktik dokter spesialis, RS tipe C dan B non

pendidikan

c) Strata ketiga adalah praktik dr. spes. Konsultan, RS Tipe B pendidikan dan

RS tipe A.

D. Tujuan Sub Sistem Upaya Kesehatan

Terselenggaranya kesehatan yang tercapai (accessible), terjangkau (affordable),

dan bermutu (quality) untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan

guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

E. Macam Rujukan Kesehatan

1. Rujukan Medik

Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatan pasien. Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan

(konsultasi medis) dan bahan-bahan pemeriksaan. Misalnya rujukan pasien,

rujukan spesimen dahak, atau konfirmasi hasil pemeriksaan dengan menyertakan

spesimen yang dimaksud.

2. Rujukan Kesehatan Masyarakat

Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan

peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi,

sarana dan operasional.

F. Tujuan Rujukan Kesehatan

Tujuan dilakukan rujukan adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan

kepada seluruh lapisan masyarakat dengan didasarkan atas tanggung jawab bersama

antar semua unit pelayanan.

18

Page 19: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

G. Tingkat Pelayanan Kesehatan

Rujukan kesehatan berkaitan dengan sistem pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan. Berdasarkan dari tingkatan pelayanan kesehatan tersebut rujukan

kesehatan dilakukan. Tingkatan pelayanan kesehatan antara lain :

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)

adalah pelayanan kesehatan untuk pasien yang sakit ringan dan masyarakat yang

sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Jumlahnya

suatu populasi sangat besar (+85%), pelayanan diberikan merupakan pelayanan

kesehatan dasar (basic health services) atau juga merupakan pelayanan

kesehatan primer atau utama (primary health care). Contoh pelayanan ini di

Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan

balkesmas, dokter umum, dokter gigi, bidan, dll.

2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services)

adalah pelayanan kesehatan yang diberikan pada masyarakat yang memerlukan

perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan

primer. Bentuk pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe D, C, B non pendidikan

dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.

3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)

adalah pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau

pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder.

Pelayanan sudah kompleks dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis.

Contoh pelayanan kesehatan tingkat tersier di Indonesia adalah rumah sakit tipe

A dan B Pendidikan.

19

Page 20: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

Tahapan Pelayanan Kesehatan

Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 159b/MENKES/H/1988 pasal 21,

pelaksanaan rujukan kesehatan rumah sakit dilaksanakan berjenjang dari puskesmas, RSU

kelas D, RSU kelas C, RSU kelas B1, RSU kelas B2 sampai dengan RSU kelas A atau

sebaliknya. Pembinaan rujukan RS dilaksanakan berjenjang dari atas ke bawah di bidang

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.

20

Dinkes kab/Kota

BP4, BKMM, BKKM

RSUD Kab/Kota, BP4,

BKMM, BKKM. Sentra P3T,

Tingkat 2 Tingkat 2

Posyandu

sakabhakti

Posyandu

Polindes

Masyarakat Masyarakat

SakabhaktiYankes

Individu

Individu Individu

Puskesmas. Dokter Umum/Keluarga

Puskesmas. Dokter Umum/Keluarga Tingkat 1 Tingkat 1

Depkes/Dinkes PropinsiRSUD Propinsi/Pusat

Tingkat 3

Page 21: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

MATERI VI

HOSPITAL DISASTER PLAN

A. Definisi

Hospital Disaster Plan adalah persiapan dan perencanaan

penanggulangan bencana di Rumah Sakit. Bencana adalah suatu keadaan dimana

terjadi kecelakaan atau bencana alam dan atau bencana yang dibuat oleh

manusia yang dalam waktu relatif singkat terdapat korban dalam jumlah banyak,

yang tidak dapat ditanggulangi oleh hanya satu unit kerja/bagian tertentu,

sehingga harus mendapat pertolongan segera.

B. Klasifikasi Bencana

Bencana terbagi atas 2 macam, antara lain :

1. Bencana internal, adalah bencana yang terjadi di sekitar lingkungan rumah

sakit dan menimpa rumah sakit dengan segala obyek vitalnya yaitu pasien,

pegawai, material dan dokumen.

Contoh : kebakaran, ancaman bom, keruntuhan gedung.

2. Bencana eksternal, adalah bencana yang terjadi di luar lingkungan rumah

sakit yang dalam waktu singkat mendatangkan korban bencana dalam

jumlah melebih rata-rata keadaan biasa sehingga memerlukan penanganan

khusus dan mobilisasi tenaga pendukung lainnya.

Contoh : kecelakaan lalu lintas, keracunan makanan, bencana alam.

C. Tingkatan Bencana

Tingkatan bencana ditentukan oleh jumlah korban yang terjadi akibat

bencana. Apabila jumlah korban yang datang mampu ditangani sendiri oleh IGD

termasuk sistem bencana massal. Namun, apabila jumlah korban melebihi kuota

rumah sakit sehingga tidak dapat ditangani oleh IGD termasuk dalam sistem

penanggulangan bencana massal.

Pembagiannya antara lain :

1. Tingkat I : jumlah korban 10 - 49 orang

2. Tingakat II: jumlah korban 50 – 99 orang

3. Tingkat III : jumlah korban 100 – 299 orang

4. Tingkat IV: jumlah korban >300 orang

21

Page 22: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

D. Fase Penanggulangan Bencana

1. Fase Informasi

Fase informasi adalah fase saat rumah sakit mendapat berita adanya bencana

sehingga rumah sakit bisa segera mempersiapkan datangnya korban bencana.

2. Fase Siaga

Fase dimana rumah sakit siap untuk menangani korban bencana massal

dimana jumlah korban melebihi kemampuan IGD. Apabila diperlukan bisa

menghubungi tenaga kesehatan lini kedua atau ketiga.

3. Fase Triage Pelayanan

Fase dimana korban bencana sudah datang ke rumah sakit sehingga petugas

rumah sakit memulai penanganan korban bencana massal.

4. Fase Evaluasi

Fase Evaluasi adalah evaluasi keseluruhan kegiatan penanganan korban

bencana massal yang telah dilakukan.

E. Tata Laksana Penanggulangan Bencana

1. Fase Informasi

Pelaporan bencana yang terjadi saat jam kerja dilakukan oleh kepala IGD

untuk diinformasikan kepada Direktur Rumah Sakit, Kabid Yanmed,

Kasubid Perawat, Ketua Tim Siaga Bencana untuk menentukan status

“Siaga”. Sedangkan, pelaporan bencana diluar jam kerja dilakukan oleh

dokter jaga IGD, segera menghubungi direktur, ketua Tim Siaga Bencana,

Kepala IGD.

2. Fase Siaga

Fase Siaga segera ditetapkan saat ada informasi bencana dilaporkan

kemudian informasi bencana diumumkan agar segenap petugas kesehatan di

Rumah Sakit mempersiapkan diri dan sarana yang dibutuhkan.

3. Fase Triage

Penempatan korban sesuai pelabelan triage.

4. Fase Evaluasi

Evaluasi pelaksanaan penanganan bencana.

22

Page 23: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

F. Triage

Triage adalah tindakan pemilahan korban sesuai dengan kondisi

penyakitnya, perlukaannya, untuk mendapat label tertentu dan dikelompokkan

untuk mendapatkan pertolongan sesuai dengan kebutuhan dan kegawatannya.

Tujuan dilakukan triage adalah untuk efektivitas penanganan bencana.

1. Label Biru adalah pasien sangat gawat, harapan hidup kecil

2. Label Merah adalah pasien gawat darurat, perlu tindakan cepat

3. Label Kuning adalah pasien darurat, tidak gawat

4. Label Hijau adalah pasien tidak gawat dan tidak darurat

5. Label Putih adalah pasien gawat tetapi tidak darurat

6. Label Hitam adalah pasien dengan ancaman meninggal dunia, dilakukan

resusitasi pun tidak akan menyelamatkan pasien

G. Organisasi Tim Disaster Rumah Sakit

1. Pimpinan Disaster

Pada saat jam kerja yang berperan sebagai pimpinan Tim Disaster adalah

Direktur Rumah sakit, sedangkan di luar jam kerja yang bertindak sebagai

pimpinan disaster adalah dokter jaga IGD yang bertugas saat itu sampai tim

yang berwenang datang.

Tugas pimpinan disaster :

a) Mengkoordinasi segenap unsur di rumah sakit yang bertugas

menanggulangi bencana.

b) Berkoordinasi dengan unsur dari luar rumah sakit bilamana dipandang

perlu setelah berkonsultasi dengan Direktur Rumah Sakit dan Ketua Tim

Disaster

2. Tim Evakuasi

Tim evakuasi terdiri atas perawat, petugas kebersihan, petugas administrasi

dan petugas keuangan.

Tugas Tim Evakuasi:

a) Membantu pasien dan keluarganya untuk keluar dari gedung rumah

sakit menyelamatkan diri, menyelamatkan harta benda milik rumah

sakit dan pasien.

23

Page 24: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

3. Tim Keamanan

Tim keamanan adalah Satuan Pengamanan dari rumah sakit.

Tugas Tim Keamanan :

a) Mengamankan lokasi bencana dari orang orang yang tidak

bertanggungjawab.

b) Mengamankan jalur lalu lintas ambulans, tenaga medis, dokumen-

dokumen dan harta benda

c) Mengamankan jalur transportasi intern rumah sakit

4. Tim Medis

Tim Medis dipimpin oleh dokter IGD yang bertugas saat itu dan dibantu oleh

perawat IGD.

Wewenang :

a) Menentukan kondisi kegawatdaruratan korban

b) Menentukan penanganan lanjut untuk para korban misalnya dirujuk atau

tidak.

c) Menentukan tempat rujukan yang tepat buat korban

Tugas Tim Medis:

Memberikan pertolongan medis pertama kepada korban bencana

5. Tim Logistik Umum

Tim logistik terdiri atas petugas dapur dan laundry

Tugas Tim Logistik Umum :

Melakukan perencanaan dan menyediakan logistik umum yang dibutuhkan

oleh petugas maupun korban bencana yang dibutuhkan saat itu.

6. Tim Penunjang

Tim Penunjang ini terdiri dari:

b) Penunjang medik yaitu yang bertugas memberikan bantuan penunjang

medis sesuai bidangnya. Contoh :radiologi, farmasi, laboratorium,

ambulans, rekam medis.

c) Penunjang Umum yaitu petugas teknis yang akan memberikan bantuan

penunjang yang sifatnya umum. Contoh : pengamanan kelistrikan,

pemenuhan tenaga listrik, bantuan komunikasi serta bantuan umum yang

lain yang dibutuhkan saat bencana.

24

Page 25: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

7. Tim Khusus

Tim khusus terdiri dari petugas perawat di kamar operasi.

Bila ada operasi yang sedang berlangsung dan operasi harus diselasaikan

maka operasi diselesaikan dan ditutup sementara.

Bila tidak ada operasi / operasi baru dimulai maka operasi dihentikan dan

dilakukan evakuasi pasien oleh petugas kamar operasi sesuai ketentuan.

Bila korban bencana dari luar rumah sakit maka perawat kamar operasi

berperan menyiapkan segala sesuatu untuk persiapan operasi baik kamar

operasi yang akan digunakan tim operasi yaitu dokter anastesi dan dokter

operator dll.

Tugas petugas kamar operasi :

a) Mengupayakan tenaga listrik tetap terjamin dengan berkoordinasi

petugas teknik

b) Berkoordinasi dengan pimpinan disaster untuk kondisi dan situasi

bencana

Wewenang :

Petugas kamar operasi berwenang menghentikan kegiatan operasi dan

mengevakuasi pasien bilamana situasi bencana tidak memungkinkan

lagi.

H. Skema Disaster Plan di RSUD Karanganyar

25

TRIAGEKorban Bencana/ Musibah massal

BiruMerahKuningHijauPutihHitam

Page 26: Isi Laporan Ringkasan Materi RSUD

DAFTAR PUSTAKA

Gondodiputro S (2007). Rekam medis dan sistem informasi kesehatan di sarana

pelayanan kesehatan primer (puskesmas). Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung, p:1.

Mukti, Hari. 2010. Pedoman Penanggulangan Bencana Disaster Plan) di Rumah Sakit.

Sepajang: Rumah Sakit Siti Khodijah Sepajang

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 340/MENKES/PER/III/2010

Sjamsuhidajat, Alwy S, Rusli A, Rasad A, Enizar, Irdjiati A, Subekti I, et al (2006).

Manual Rekam Medis Edisi ke-1. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.

Suryono, Bambang. 2008 Penyusunan Hospital Disaster Plan. Medical Management.

Salatiga : PMPK-UGM dan Dinkes Provinsi jawa tengah

26