isi critical book
TRANSCRIPT
BAB I
PENGUKURAN DAN EVALUASI DALAM PENDIDIKAN
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan sebuah program. Program melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan yang diprogramkan. Untuk mengetahui apakah penyelenggaraan program dapat dapat mencapai tujuannyasecara efektif dan efesien, maka perlu dilakukan evaluasi.
Evaluasi adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan standar kompetensi. Evaluasi dilakukan setelah dilakukan pengukuran dan keputusan evaluasi dilakukan berdasarkan hasil pengukuran. Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan kriteria yang ditetapkan.
B. Pengukuran dan Evaluasi
Pengambilan keputusan evaluasi dilakukan berdasarkan hasil pengukuran dan kriteria,
1. Pengukuran
Menurut Kerlinger, 1996:687, Pengukuran adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat ukurnya dan kemudian menerakan angka menurut sistem aturan tertentu. Sedangkan Hopkins dan Antes, 1979:10, menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka pada atribut dari objek, orang atau kejadian yang dilakukan untuk menunjukkan perbedaan dalam jumlah.
2. Kriteria
Menurut Azwar, 2001:6, penilaian adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan kriteria tertentu. Menurut beliau, hasil pengukuran baru mempunyai makna dan dapat digunakan untuk mengambil keputusan setelah dibandingkan dengan kriteria tertentu. Interpretasi terhadap hasil pengukuran hanya dapat bersifat evaluatif apabila disandarkan pada suatu norma atau kriteria.3. Evaluasi
Evaluasi selalu menyangkut pemeriksaan ketercapaian tujuan yang ditetapkan. Pemeriksaan dilakuka untuk mengetahui sejauh mana hasil dari proses kegiatan dapat mencapai tujuannya. Tujuannya dibentuk dari keseluruhan proses kegiatan yang melibatkan kompnen-komponen kegiatan. Evaluasi dapat dilakukan atas hasil atau proses. Dalam evaluasi hasil, pemeriksaan dilakukan hanya atas produk untuk melihat kesesuaian produk dengan rencana yang ditetapkan perusahaan sebelumnya. Sedangkan dalam evaluasi proses, pemeriksaan melibatkan semua bagian dan proses yang dilakukan dalam produksi sehingga memberikan hasil produksi tertentu.C. Pengukuran dan Evaluasi Dalam Pendidikan
Evaluasi dilakukan atas program pendidikan. Sejumlah kepentingan dpat diperoleh dari kegiatan evaluasi dalam pendidikan.
1. Tujuan
Pengukuran dilakukan agar pengambilan keputusan evaluasi dapat dilakukan secara tepat. Keputusan evaluasi hasil belajar menyangkut nasib akademik siswa sehingga kesalahan pengambilan keputusan akan merugikan siswa.2. Fungsi
Pengukuran dan evaluasi dalam pendidikan mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a. Penempatan
Siswa dilekompokkan kedalam kelas-kelas sesuai dengan karakteristik dan kebutuhannya. Penempatan siswa kedalam kelompok tersebut dilakukan berdasarkan hasil pengukuran menggunakan tes. Tes dalam keadaan ini mempunyai fungsi untuk menempatkan (placement test). Penempatan dilakukan sesuai dengan kelas-kelas yang disediakan untuk layanan pmbelajaran.
b. Seleksi
Menurut Zainur dan Nasoetion, 1996:9, tes dan bebrapa alat pengukuran digunakan untuk mengambil keputusan tentang orang yang akan diterima atau ditolak dalam proses seleksi. Untuk memutuskan penerimaan atau penolakan harus digunakan tes yang tepat yaitu tes yang dapat meramalkan dengan keberhasilan atau kegagalan seseorang alam suatu kegiatan terentu pada masa yang akan datang dengan resiko yang terendah.
c. Diagnostik
seorang guru juga perlu menggunakan istilah diagnosik yang bertujuan untuk mengetahui sebab-sebab pada seorang anak yang mebghadapi suatu masalah. Untuk mengetahui sebab-sebab masalah yang dialami anak, melakukan pemeriksaaan disgnosik. Diagnosis dilakukan dengan melakukan pengukuran menggunakan tes untuk mengetahui sumber masalahnya. Tes yaang digunakan oleh guru terhadap siswa untuk mendiagnosis masaslah siswa yang merupakan tes yang berfungsi diagnostik.d. Pengukur keberhasilan
Pada akhir proses belajar mengajar, hasil yang dicapai siswa dalam proses diukur menggunakan tes untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Penghasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran dan membuat keputusan evaluasi berdasarkan hasil pengukuran. Dalam fungsi ini, tes berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.3. ManfaatPengukuran dan evaluasi dalam pendidikan memberikan manfaat kepada berbagai pihak dalam beberapa hal:a. Bagi Siswa
Menurut Gronlund dan Linn, 1990:12, siswa mempunyai kepentingan terhadap hasil pengukuran dan evaluasi dalam pendidikan, terutama hasil belajar. Tanpa pengukuran dan evaluasi hasil belajar, siswa mungkin tidak termotivasi untuk belajar. Evaluasi hasil belajar memberikan manfaat bagi siswa.
b. Bagi guruGuru empunyai kepentingan untuk mengetahui hasil evaluasi pendidikan karena:
1) Dengan evaluasi guru dapat mengetahui efektivitas mengajarnya.
2) Hasil belajar merupakan cermin hasil kerja guru. Berdasarkan hasil belajar siswa, guru akan terdorong untuk memperbaiki proses pembelajarannya agar hasil belajar yang dicapai lebih optimal.
c. Bagi Sekolah
Sekolah dapat mengambil manfaat ari evaluasi pendidikan.
1) Hasil belajar mencaeminkan prestasi sekolah megelola pembelajaran.
2) Hasil evaluasi merupakan sebuah bentuk pertanggungjawaban sekolah terhadap orang tua siswa (masyarakat).
3) Hasil evaluasi merupakan paparan kepada orang tua calon siswa sebagai bahan mempertimbangkan memilih sekolah yang akan memperoleh kepercayaan mendidik anaknya.d. Bagi masyarakat
Orang tua atau masyarakat mempunyai kepentingan terhadap hasil evaluasi pendidikan dalam hal:1) Orang tua mempunyai informasi untuk memberikan penilaian kepada sekolah sebelum memilih sekolah yang paling dipercaya.
2) Hasil evaluasi dapat menjadi media pertanggungjawaban sekolah kepada masyarakat yang telah memberikan kepercayaan untuk mendidik.
e. Bagi pemerintah
1) Hasil evaluasi dapat digunakan oleh pemerintah untuk menyusun pokok mutu pendidikan.2) Untuk menjaga agar kualitas out-put sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara terus menerus.4. Ciri
Pengukuran dalam pendidikan mempunyai sejumlah ciri ayitu meniru model pengukuran dalam ilmu alam, bersifat tidak langsung, menggunakan ukuran kuantitatif, dan mengandung kesalahan.D. PenutupSebagai sebuah program, pendidikan memerlukan evaluasi apabila ingin diketahui efektivitasnya. Evaluasi merupakan pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran kriteianya.BAB II
KOMPONEN DAN MODEL-MODEL EVALUASI PENDIDIKAN
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan sebuah proses kegiatan yang disengaja atas input siswa untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang ditetapkan. Pendidikan mencakup sebuah rentang kawasan yang terdiri atas beberapa komponen yang bekerja dalam sebuah sistem. Evaluasi pendidikan yang kompherensif harus dilakukan terhadap seluruh komponen dan sistem kerjanya.
B. Pengertian pendidikan
Pendidikan berasal kadi kata Yunani paedagogie yang terbentuk dari kata pais yang berarti anak dan again yang berarti membimbing. Dari itu dapat didefenisikan secara leksial bahwa pendidikan adalah bimbingan/pertolongan yang diberikan pada anak oleh orang dewasa secara sengaja agar anak menjadi dewasa.
Pendidikan adalah usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan ( Tim Dosen FIP IKIP Makang, 1980:1).C. Komponen Pendidikan
Dalam pendidikan siswa memasuki sebuah proses transformasi pembelajaran yang menimbulkan kegiaan belajar bagi siswa. Dalam proses itu siswa berinteraksi dengan komponen instrumental pendidikan seperti guru, materi, media, sarana dan metode mengajar. Disamping itu, dalam pembelajaran siswa juga berinteraksi dengan lingkungan, baik fisik maupun sosial. Proses transformasi menghasilkan siswa yang telah berubah perilakunya setelah mengikuti pendidikan. Keseluruhan komponen yang bekerja dalam sistem pendidikan digambarkan sebagai berikut.
D. Model Evaluasi Program Pendidikan
Menurut Weis (1984) evaluasi menerjemahkan bukti menjadi pengertian kuantitatif dan membandingkan hasil dengan kriteria yang telah ditetapkan, kemudian ditarik simpulan mengenai keektifan, kegunaan, keberhasilan dan sebagainya. Menurut Arikunto, 1988:1, program adalah sederetan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dari defenisi program itu dapat diambil kesimpulan bahwa program mengandung ciri: kegiatan belum dilakukan, adanya perencanaan, mempunyai tujuan dan keberhasilannya dapat diukur.
1. Model pengukuran
Beberapa ciri model ini adalah:
a. Mengutamakan pengukuran dalam proses evaluasi.
b. Evaluasi adalah pengukuran terhadap berbagai aspek tingkah laku untuk melihat perbedaan individu atau kelompok.
c. Ruang lingkup adalah hasil belajar aspek kognitif.
d. Alat evaluasi yang digunakan adalah tes tertulis terutama bentuk objektif.
e. Meniru model evaluasi dalam ilmu alam yang mengutamakan objektivitas.
2. Model kesesuaian
Adapun ciri yang menandai model ini adalah:
a. Pendidikan adalah proses yang memuat tiga hal yaitu tujuan pendidikan, pengalaman belajar dan penilaian hasil belajar.
b. Objek evaluasi adalah tingkah laku siswa dan penilaian dilakukan atas perubahan dalam tingkah laku pada akhir kegiatan pendidikan.
c. Perubahan perilaku hasil belajar terjadi dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
3. Model evaluasi sistem.
Evaluasi yang dikembangkan pada model ini adalah:
a. Michael Scriven : evaluasi terbagi dua yaitu evaluasi formatif yaitu evaluasi yang diadakan pada saat sistem masih dalam tahap pengembangan penyempurnaan terus dilakukan atas dasar hasil evaluasi. Dan evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang diadakan setelah sistem sudah selesai menempuh pengujian dan penyempurnaan.
b. Robert E Stake : objek evaluasi terbagi tiga yaitu: (1)antecedent berupa sumber/model seperti tenaga keuangan, karakteristik siswa, dan tujuan. (2) transaction berupa rencana kegiatan dalam proses pelaksanaan. (3) outcome berupa hasil yang dicapai, reaksi guru, efek samping dari sisten dan sebagainya.c. Daniel L Stufflebeam: menggolongkan evaluasi menjadi empat dimensi yaitu: (1) context yaitu situasi atau latar belakang, (2) input yaitu sarana/modal/bahan dan rencana strategi untukmencapai tujuan, (3) proccess yaitu pelaksanaan strategi dan sarana dilapangan, (4) product yaitu hasil yang dicapai selama dan akhir pengembangan sistem pendidikan yang bersangkutan.d. Malcolm M Provus :mengungkapkan empat dimensi evaluasi, yaitu desaign a9rencana/sarana), program operations a9proses pelaksanaan), interim product (hasil belajar jangka pendek), dan terminal product (hasil belajar jangka panjang).
4. Model iluminatifModel ini banyak dikaitkan dengan pendekatan antropologi. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah:
a. Observe : penilai mengunjungi sekolah tempat sistem dikembangkan untuk mendengarkan dan melihat berbagai peristiwa, persoalan dan reaksi guru dan siswa terhadap pelaksanaan sistem.b. Inquiry Further : berbagai persoalan yang terlihat dan terdengar diseleksi untuk mendapatkan perhatian dan penelitian lebih lanjut.
c. Seeking to Explain : penilai meneliti sebab-akibat masing-msing persoalan. Data yang terpisah disusun dan dihubungkan dalam kesatuan situasi yang terdapat disekolah yang bersangkutan. E. PenutupEvaluasi program berhubungan dengan komponen dan aspek yang akan dievaluasi. Terdapat beberapa model pengembangan evaluasi program pendidikan. Evaluasi model pengukuran mengevaluasi komponen hasil belajar dalam ranah kognitif. Model kesesuaian mengevaluasi komponen hasil belajar ranah kognitif, efektif dan psikomotorik. Model evaluasi sistem mengevaluasi semua komponen pendidikan secara terpisah-pisah dan kualitatif. Model iluminatif mengevaluasi seluruh komponen sebagai sebuah keutuhan cesara kuantitatif.BAB III
TUJUAN PENDIDIKAN DAN HASIL BELAJAR
DOMAIN DAN TAKSONOMIA. Pendahuluan
Menurut Arikuntoro, 1995: 3, untuk dapat melakukan evaluasi hasil belajar maka diadakan pengukuran terhadap hasil belajar. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan alat ukurnya. Dalam pendidikan, pengukuran hasil belajar dilakukan dengan mengadakan testing untuk membandingkan kemampuan siswa yang diukur dengan tes sebagai alat ukurnya.
Dalam pengembangan alat ukur hasil belajar perlu dipahami domain yang akan diukur sebelum menyusun alat ukur. Pemahaman terhadap domain yang akan diukur menentukan apakah alat ukut yang dikembangkan tepat sehingga pengukuran dan hasilnya juga tepat.
B. Tujuan pendidikanTujuan pendidikan adalah perubahan perilaku yang diinginkan terjadi setelah siswa belajar. Tujuan pendidikan dapat dijabarkan mulai dari tujuan nasional, institusional, kurikuler sampai insruksional. Tujuan pengajaran dirumuskan dengan ABCD, A (audience) adalah siswa yang belajar, B (Behaviour) adalah perubahan perilaku yang diinginkan terjadi, C (condition) adalah kondisi yang menimbulkan perubahan perilaku yang diinginkan, dan D (degree) adalah derajat ketercapaian perubahan perilaku.C. Hasil belajar
Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi engan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Minat terhadap kajian terhadap proses belajar dilandasi oleh keinginan untuk memberikan pelayanan pengajaran dengan hasil yang maksimal.
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua akta yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.Soedijarto, 1993: 49, mendefenisikan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh mahasiswa atau siswa dalam mengiuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diterapkanD. Tujuan pendidikan dan hasil belajarTujuan pendidikan direncanakan untuk dapat dicapai dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang megikuti proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan bersifat ideal, sedang hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya.
Hasil belajar perlu dievaluasi. Evaluasi dimaksudkan sebagai cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk memperoleh hasil belajar.
E. Domain hasil belajar
Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam proses pendidikan. Perilaku kejiwaan itu dibagi dalam tiga domain: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Potensi perilaku untuk diubah, pengubahan perilaku dan hasil perubahan perilaku dapat digambarkan sebagai berikut:INPUTPROSESOUTPUT
Siswa:
1. Kognitif
2. Afektif
3. PsikomotorikProses belajar mengajarSiswa:
1. Kognitif
2. Afektif
3. Psikomotorik
Potensi perilaku yang dapat diubahUsaha mengubah perilakuPerilaku yang telah berubah:
1. Efek pengajaran
2. Efek pengiring
Setiap siswa mempunyai potensi untuk dididik. Potensi itu merupakan perilaku yang dapat diwujudkan menjadi kemampuan nyata. Potensi jiwa yang dapat diubah melalui pendidikan meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Pendidikan atau pembelajaran adalah usaha mengubah potensi perilaku kejiwaan agar mewujud menjadi kemampuan. Hasil belajar adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan. Kemampuan menyangkut domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.F. Taksonomi hasil belajar kognitif
Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Oleh karena belajar melibatkan otak maka perubahan perilaku akibatnya juga terdiri dalam otak berupa kemampuan tertentu oleh otak untuk menyelesaikan masalah.
Benjamin S Bloom menyusun dan membagi secara hirarkhis tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah an sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Makin tinggi tingkat maka makin kompleks dan penguasaan suatu tingkat mempersyaratkan penguasaan tingkat sebelumnya. Enam tingkat itu adalah hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).G. Taksonomi hasil belajar afektif
Krathwohl mengemukakan taksonomi hasil belajar afektif dibagi menjadi lima tingkat hasil belajar afektif yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.h hasil belajar disusun secara hirarkhis mulai dari tingkat yang paling rendah dan sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks.
H. Taksonomi hasil belajar psikomotorik
Harrow mengatakan bahwa hasil belajar psikomotorik dapat diklasifikasikan menjadi enam: gerakan refleks, gerakan fundamental, kemampuan perseptual, kemampuan fisis, gerakan keterampilan, dan komunikasi tanpa kata. Namun taksonomi yang paling banyak digunakan adalah dari Simpson yang mengklarifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, dan kreativitas.I. Penutup
Hasil belajar adalah perubahan perilaku setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan diubah perilakunya yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik.
Domain- domain dlam perilaku kejiwaan bukanlah kemampuan tunggal. Untuk kepentingan pengukuran hasil belajar domain-domain disusun secara hirarkhis dalam tingkat-tingkat mulai dari yang paling rendan, sederhana hingga tingkat yang paling tinggi.BAB IV
TES SEBAGAI INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA HASIL BELAJAR
A. Pendahuluan
Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur dalam rangka mengumpulkan data. Tes hasil belajar (THB) merupakan salah satu alat ukur yang mengukur penampilan maksimal. Dalam pengukuran siswa peserda tes didorong mengeluarkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan soal yang diberikan dalam THB.THB mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkanoleh guru dan dipelajari oleh siswa. Penguasaan hasil belajar mencerminkan perubahan perilaku yang dicapai seelah mengikuti proses belajar mengajar. Mengajar adalah usaha menimbulkan aktivitas belajar siswa dan belajar adalah usaha siswa menimbulkan perubahan perilaku dalam dirinya.
B. Instrumen dalam pendidikan
1. Pengertian
Data yang benar haruslah memenuhi beberapa persyaratan dasar seperti: positif, nyata, bebas dari prasangka subjektivitas, dan harus selalu terbuka untuk diragukan dan diuji ulang kebenarannya. Sistem pengukuran sebagai usaha mendapatkan hsil pengamatan yang objektif mendorong usaha pengukuran aas gejala sosial termasuk pendidikan. Pengukuran dalam pendidikan melibatkan objek-objek yang terdapat dalam proses pendidikan secara teknis dikenal sebagai responden.2. Macam Berdasarkan perlu tidaknya alat ukur dibakukan, variabel dibagi menjadi variabel faktual dan konseptual. Variabel faktual adalah variabel yang terdapat didalam faktanya. Variabel konseptual adalah variabel yang tidak terlihat dalam faktanya tetapi tersembunyi dalam konsep.
3. Syarat alat ukur yang baik
Alat ukur yang digunakan dalam ilmu alam merupakan contoh yang baik bagi instrumen pengukuran dalam ilmu sosial. Instrumen alat ukur yang hendak digunakan untuk menggunakan variabel dalam ilmu sosial dan juga harus mempunyai ciri sebagaimana dimiliki oleh alat ukur dalam pengukuran variabel dalam ilmu alam. Validitas merupakan kemampuan yang dimiliki oleh sebuah alat ukur untuk mengukur secara tepat keadaan yang akan diukur. Instrumen juga harus memenuhi syarat reabilitas. Reabilitas berhubungan dengan dapat dipercayanya instrumen.C. Tes sebagai instrumen
1. Pengertian tes
Tes sebagai instrumen dapat dibedakan dari instrumen jenis nontes. Tes merupakan instrumen alat ukur untuk pengumpulan data dimana dalam memberikan respons atas pertanyaan dalam instrumen, peserta didorong untuk menunjukkan penampilan maksimalnya.
2. Macam
Instrumen berupa tes berhubungan dengan pengukuran variabel performansi maksimal. Variabel performansi maksimal dapat berupa hasil belajar, kreativitas, bakat, kecerdasan, penguasaan bahasa Inggris, kemampuan verbal, kemampuan numerik, potensi akademik, dan sebagainya.Dari berbagai jenis tes, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu tes penguasaan dan tes kemampuan.
D. Tes hasil belajar
1. Pengertian
Tes hasil belajar (THB) merupakan tes penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh siswa. Mengajar adalah mengorganisasikan fasilitas an lingkungan yang memungkinkan siswa belajar.2. Macam
a. Test formatif : dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti proses belajar mengajar.
b. Test sumatif : dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa atau semua jumlah materi yang disampaikan dalam waktu tertentu seperti caturwulan atau semester.
c. Test diagnostik : digunakan untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang mengalami masalah dan menelusuri jenis masalah yang dihadapi.
d. Test penempatan : digunakan untuk menempatkan siswa dalam kelompok sesuai dengan minat dan bakatnya.
3. Bentuk Berdasarkan bentuk pertanyaannya, THB dapat berbentuk objektif dan esai. Tes esai adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang. Sedangkan tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia.
4. Komponen
THB mempunyai beberapa komponen. Pada THB berbentuk esai, komponen dapat berupa perangkat soal, petunjuk pengerjaan dan soal. Lebih dari itu, tes objektif mempunya sejumlah komponen selain yang ada dalam tes esai, yaitu pilihan, kunci jawaban, dan pengecoh.
a. Perangkat soal : keseluruhan butir pertanyaan atau penyataan berikut segala kelengkapannya.
b. Petunjuk pengerjaannya : seperti memberikan tanda silang, melingkari, memberikan jawaban singkat, dan sebagainya.
c. Butir soal : pertanyaan atau pernyataan yang menimbulkan situasi masalah yang harus dipecahkan oleh siswa.
d. Pilihan : jawaban telah tersedia dan ada sejumlah alternatif yang ditawarkan untuk jawaban yang benar.
e. Kunci jawaban : pilihan yang merupakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam soal.
f. Pengecoh : pilihan yang bukan merupakan kunci jawaban.5. Pelaksanaan
Pelaksanaan pengukuran menggunakan THB dapat dilakukan dengan mengadakan pengamatan, wawancara, ujian tertulisnatau analisis dokumen. Pengamatan dilakukan apabila hasil belajar yang hendak dikumpulkan tampak dalam aktivitas yang dapat dialami. Cara ini banyak dilakukan pada pengukuran hasil belajar ranah psikomotorik dimana hasil belajar terlihat dari kemampuan siswa mendemonstrasikan keterampilan tertentu.
E. Penutup
Untuk memperoleh data yang objektif, maka pengumpulannya dilakukan cara pengukuran.pengukuran melakukan pengumpulan data menggunakan alat ukur atau instrumen. THB merupakan salah satu jenis tes yang mengukur penguasaan. Dalam pelaksanaannya, THB dapat dilakukan dengan pengamatan, lisan, tertulis, atau analisis dokumen karya.BAB V
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJARA. Pendahuluan
Hasil belajar dari siswa bukan hanya sekedar angka yang dihadiahkan oleh guru untuk siswa atas kegiatan belajarnya. Hasil belajar merupakan ukuran kuantitatif yang mewakili kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
Setiap alat ukur yang hendak digunakan untuk mengukur, termasuk THB, harus dipastikan kemampuannya untuk mengukur secara baik. Oleh karenanya THB harus dibuat dengan prosedur pengembangan yang menjamin dapat diperoleh kualitas THB yang baik.
B. Prosedur Pengembangan THB
Pengumpulan data hasil belajar adalah model pengumpulan data yang dipengaruhi oleh cara bekerja pengumpulan data dalam ilmu alam yang dilakukan dengan mengukur. Berikut prosedur yang akan diuraikan1. Identifikasi hasil belajar
Hasil belajar harus diidentifikasi bidang studi yang hendak diukur hasil belajarnya. Disamping itu hasil belajar juga harus diidentifikasi aspek mana yang diukur ranah kognitif, afektif dan psikomorotik.
2. Deskripsi Materi
Dalam pengumpulan data atas segala alam, objek kajian adalah objek-objek dalam alam, sedang hasil belajar dalam pendidikan objek kajiannya adalah perilaku siswa dalam suatu hasil belajar.3. Pengembangan spesifikasi
Spesifikasi dikembangkan agar dua atau lebih pengembang THB menghasilkan THB yang sama kualitasnya. Spesifikasi yang dikembangkan menyangkut:
a. Menentukan jenis THB
b. Menentukan banyak butir THB
c. Menentukan waktu pengerjaan
d. Menentukan peserta uji coba
e. Menentukan waktu uji coba
f. Menentukan aturan skoring
g. Menentukan kriteria kualitas THB
h. Menentukan tujuan instruksional umum
i. Menentukan tujuan instruksional khusus
j. Menyusun kisi-kisi tes.
4. Menuliskan butir-butir tes dan kunci jawaban
Kisi-kisi adalah rancangan sebagai dasar penulisan butir-butir tes. Butir ditulus untuk mengukur variabel dengan berpedoman pada kisi-kisi. Sehubungan dengan penulisan butis tes, Suryabrata memberikan pedoman:1) Nyatakan soal sejelas mungkin2) Pilihan kata-kata yang mempunyai arti tepat
3) Hindarilah pengaturan kata yang kompleks dan janggal
4) Masukkan semua keterangan yang diperlukan untuk membuat jawaban
5) Hindarilah memasukkan kata-kata yang tidak berfungsi
6) Rumuskan soal setepat mungkin
7) Sesuaikanlah taraf dengan tujuan yang dimaksud
8) Hindari isyarat ke arah jawaban yang benar yang tidak perlu.
5. Mengumpulkan data uji coba hasil belajar
Pengumpulan data uji coba dilakukan dengan mengujikan instrumen uji coba THB yang ditulis berdasarkan kisi-kisi. Jawaban siswa peserta uji coba dalam merespons THB uji coba diubah menjadi skor berdasarkan aturan skoring uji coba. Skor-skor selanjutnya menjadi data uji coba hasil belajar.6. Uji kualitas THB
Kegiatanuji coba kualitas THB merupakan kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan alat ukur dalam ilmu alam. Setelah berdasarkan uji coba menunjukkan bahwa THB memenuhi syarat, maka THB dapat digunakan untuk mengukur atau mengumpulkan data hasil belajar. Pengumpulan data hasil belajar dapat digambarkan seperti berikut:
7. Kompilasi test
Kompilasi tes adalah menyusun kembali butir setelah uji coba dengan membuang butir yang jelek dan menata butir yang baik. Butir kompilasi adalah butir yang siap digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar.
C. Penutup
Menilai hasil belajar adalah pengambilan keputusan penting yang menentukan nasib akademik siswa, sehingga harus didasarkan pada data yang tepat dan akurat. Data hasil belajar yang menjadi dasar penilaian haruslah objektif, bebas dari pertimbangan subjektif dan dapat diuji kembali.
BAB VI
ANALISIS BUTIR TES HASIL BELAJARA. Pendahuluan
THB merupakan instrumen atau alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar dengan cara mengukur atau mengujikannya. Sebagai sebuah alat ukur maka THB harus memenuhi persyaratan yang dituntut untuk dimiliki oleh sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam ilmu alam. Alat ukur pengumpulan data harus memenuhi data syarat yaitu validitas dan reabilitas.
Dalam pengujian validitas dan reabilitas, THB diuji kualitasnya sebagau sebuah erangkat secara keseluruhan. Pengujian kualitas perangkat dilakukan setelah dilakukan pengujian atas kualitas butir-nutirnya. Setelah dilakukan pemilihan butir-butir THB yang baik dan membuang butir yang jelek, butir yang baik ditata sebagai sebuah perangkat. Perangkat inilah yang kemudian diuji kedalam validitas dan reabilitas. Oleh karena itu, sebelum pengujian kualitas perangkat dilakukan, terlebih dahulu diperiksa mutu butirnya dengan melakukan analisis butir.
B. Analisis Butir Tes Hasil Belajar
Analisis butir dapat dilakukan dengan salah satu dari dua cara tergantung teori tes yang digunaka. Teori tes itu dapat berupa teori tes klasik atau modern.
Pada analisis butir, butir akan dilihat karakteristiknya dan dipilih butir-butirnya yang baik. Butir yang baik adalah butir-butir yang karakteristiknya memenuhi syarat sebagai mana kriteria karakteristik butir yang baik.
C. Teori Tes klasik
Teori tes klasik adalah teori mengenai analisis butir tes dimana alanisis dilakukan dengan memperhitungkan kedudukan butir dalam suatu kelas atau kelompok. Teori tes klasik mempunyai beberapa kelemahan, (1) karakteristik butir sangat tergantung pada sampel siswa yang mengerjakannya, (2) karakteristik siswa juga sangat tergantung pada sampel THB yang harus dikerjakannya.
Ada dua hal yang harus dipertimbangkan untuk mengatasi keterbatasan tes klasik yaitu (1) kelompok uji coba hendaknya mempunyai karakteristik yang semirip mungkin dengan karakteristik siswa yang hendak diukur hasil belajarnya menggunakan THB tersebut. (2) agar hasil analisis uji coba cermat dan stabil maka siswa uji coba yang digunakan harus berjumlah banyak sehingga distribusi skor lebih bervariasi.
D. Karakteristik Butir Dalam Teori Tes KlasikAda sejumlah karakteristik butir yang diuji yaitu tingkat kesukaran, daya beda dan efektivitas pengecoh. Setiap butir uji coba akan diperiksa mutunya dalam tiga karakteristik tersebut. Butir yang baik adalah butir yang mempunyasi tingkat kesukaran sedang, daya beda dan tinggi dan pengech yang berfungsi efektif. Karakteristik butir itu diuji dengan cara tertentu berdasarkan data hasil uji coba butir secara empiris pada siswa uji coba.1. Tingkat kesukaranTingkat kesukaran atau disingkat TK didefenisikan sebagai proporsi siswa peserta tes yang menjawab benar. Defenisi itu dapat dinyatakan dengan sebuah rumus:
TK = Tingkat Kesukaran
B= jumlah siswa yang menjawab benar
P= jumlah siswa peserta tes.
2. Daya beda
Daya beda atau disingkat DB adalah kemampuan butir soal THB membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah. DB harus diusahakan positif dan setinggi mungkin. DB itu dapat ditentukan besarannya dengan rumus sebagai berikut:
atau PT = proporsi yang menjawab menjawab benar pada kelompo siswa yang mempunyai kemampuan tinggi
PR= proporsi siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rendahSTB= jumlah peserta yang menjawab benar pada kelompok yang mempunyai kemampuan tinggi.
ST= jumlah kelompok siswa yang mempunyai kemampuan tinggi
SRB= jumlah peserta yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rendah
SR= jumlah kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rendah.
3. Efektivitas pengecoh
Pengecoh atau penyesat adalah pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban. Pengecoh bukan sekedar pelengkap pilihan. Pengecoh diadakan untuk menyesatkan siswa agar tidak memilih kunci jawaban. Pengecoh menggoda siswa yang kurang begitu memahami materi pelajaran untuk memilihnya. Agar dapat melakukan fungsinya sebagi pengecoh, maka harus dibuat semirip mungkin dengan kunci jawaban.E. Kesimpulan
Dalam analisis butir menggunakan teori tes klasik, karakteristik butir yang diuji adalah tingkat kesukaran, karakteristik butir yang diuji adalah tingkat kesukaran, daya beda dan efektivitas pengecoh. Dalam pengujian itu keputusan butir yang baik didasarkan oleh beberapa kriteria yaitu tingkat kesukaran harus sedang, daya beda harus positif dan tinggi, dan pengecoh harus dipilih paling tidak satu orang peserta tes.
BAB VII
PENGUJIAN VALIDITAS TES HASIL BELAJAR
A. Pendahuluan
Pengujian validitas dan reabilirat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Tulisan ini membahas tentang pengujian validitas THB dan beberapa metode yang dapat digunakan untuk pengujian.
B. Validitas
Menurut Anastasi dan Urbina 1997:113, validitas berhubungan dengan apakah tes mengukur apa yang mesti diukurnya dan seberapa baik dia melakukannya. Menurut Borg dan Gall 1983:275 validitas merupakan derajat sejauh mana tes mengukur apa yang ingin diukur.C. Konsep Korelasi
Korelasi berasal dari kata ko yang berarti saling dan relasi yang berarti hubungan, sehingga korelasi berarti saling hubungan. Gejala-gejala dalam korelasi terdiri dari variabel bebas dan terikat. Variabel bebas adalah variabel yang menimbulkan terjadinya variabel terikat yang biasa diberikan notasi X. Variabel terikat adalah variabel yang disebabkan oleh variabel bebas yang biasa diberikan notasi Y.Indeks korelasi X dan Y dapat dihitung dengan beberapa cara. Salah satu cara yang banyak digunakan adalah menggunakan rumus korelasi. Pada cara ini indeks korelasi dihitung dengan rumus:
N= Jumlah peserta
X= Variabel bebas
Y= Variabel terikatD. Validitas IsiValiditas isi adalah pengujian validitas dilakukan atas isinya untuk memastikan apakah butir THB mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur. Validitas isi berhubungan dengan repsentativitas sampel butir dari semesta polulasi butir. Secara teoritik butir yang dapat dituliskan untuk mengukur hasil belajar jumlahnya tidak terhingga. Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli. Orang yang memiliki kompetensi dalam suatu bidang dapat dimintakan pendapatnya untuk menilai ketepatan isi butir THB. Perhitungan korelasinya dapat dihitung dengan rumus product moment sebagai berikut:
N= jumlah responden
X= skor yang diberikan oleh rater 1
Y= skor yang diberikan oleh rater 2E. Validitas KriteriaValiditas kriteria adalah pengujian validitas yang dilakukan dengan membandingkan THB dengan kriteria tertentu diluar THB. Instrumen dapat dinyatakan valid apabila telah mengukur dengan hasil sebagaimana hasil pengukuran kriterianya.
Berdasarka kriteria yang digunakan sebagai dasar pengujian, validitas dapat dibagi menjadi dua yaitu validitas konkuren dan validitas prediktif. Validitas konkuren adalah pengujian validitas menggunakan kriteria eksternal dimana kriteria yang digunakan telah ada pada saat pengujian THb dilakukan. Validitas prediktif adalah pengujian validitas menggunakan kriteria eksternal dimana kriteria pembandingnya belum ada pada saat THB dikembangkan.
F. Validitas konstruk
Validitas konstruk adalah pengujian validitas yang dilakukan dengan melihat kesesuaian konstruksi butir yang ditulis dengan kisi-kisinya. Pengujian validitas konstruk dapat dilakukan dengan cara menelaah kesesuaian butir THB dengan kisi-kisi dalam hal konstruksinya. Hasil belajar, faktor dan butir-butir instrumennya direncanakan didalam kisi-kisi. Hasil belajar tersusun dari beberapa faktor. Butir-butir tertentu merupakan bagian dari sebuah faktor. Menelaah butir THB dilakukan denagn mencermati kesesuaian penempatan butir-butir dalam faktonya. Berbeda dengan penelaahan butir pada uji validitas isi yang melihat kesesuaian butir dengan kisi-kisi dalam hal muatannya, penelaahan butir pada uji validitas konstruk dalam hal konstruksinyaG. Penutup
Validitas adalah salah astu syarat THB yang baik. Validitas berhubungan dengan kemampuan THB untuk mengukur keadaan yang akan diukurnya. Pengujian validitas dikelompokkan menjadi tiga:validitas isi, validitas kriteria dan validitas konstruk. Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan cara menelaah butir, meminta pertimbangan ahli dan menghitung korelasi butir dengan total. Pengujian validitas kriteria dapat berupa validitas konkuren dan prediktif. BAB VIII
PENGUJIAN VALIDITAS KONSTRUK HASIL BELAJAR
DENGAN ANALISIS FAKTOR
A. Pendahuluan
Analisis faktor (AF) telah dikenal sangat luas dikalangan ilmuan sosialkuantitatif. Uji ini digunakan untuk memastikan apakah butir-butir tertentu mendukung faktornya dan faktor-faktor mendukung hasil belajar. Uji ini menghasilkan sejumlah faktor yang dapat menjelaskan akan terjadi karena sifat struktural beradadalam satu hubungan (Ferguson dan Takane, 1989:521).B. Analisi Faktor dan Validitas Konstruk
Berbagai metode dikembangkan dalam pengujian validitas. Pertama, validitas isi diuji secara logis atau empiris. Kedua, validitas kriteria dapat dibagi dua berdasarkan kriteria dasar untuk mengujinya, yaitu validitas konkuren dan prediktif. Ketiga, ketepatan konstruksi diuji dengan uji validitas konstru. C. Pengertian
Analisis faktor (AF) merupakan analisis untuk membuat kerumitan dunia menjadi ukuran yang lebih sederhanasehingga lebih mudah dijelaskan. AF adalah salah satu analisis multivariat yang dirancang untuk meneliti sifat hubungan antara variabel-variabel dalam satu perangkat tertentu yang pada dasarnya menunjukkan pola hubungan tertentu.
Menurut Kerlinger, AF merupakan keiritan upaya ilmiah yaitu mengurangi kelipatgandaan tes dan pengukuran sehingga jauh menjadi lebih sederhana dengan jalan memberitahukan hal-hal sebagai berikut: ada butir tes atau ukuran yang saling dapat serasi atau sama tujuannya dan sejauh mana kesamaan itu, ukuran-ukuran apa saja yang mengukur hal yang sama dan seberapa jauhkah ukuran-ukuran tersebut mengukur hal atau karakteristik yang diukur.
D. Penggunaan
Ditinjau dari penggunaannya, terdapat dua macam AF yaitu AF eksploratori dan konfirmatori. Eksploratori adalah penggunaan AF untuk mengetahui faktor-faktor yang melandasi sehimpunan variabel atau sehimpunan ukuran. Sebaliknya AF konfirmatori adalah penggunaan AF untuk menguji hipotesis mengenai struktur faktor dalam sehimpunan data.
E. Beberapa Konsep
AF mengenal beberapa istilah teknis yang harus diketahui. Sebelum melakukan prosedur dan memberikan interpretasi hasil analisis maka perlu diketahui beberapa hal, yaitu:1. Variabel/butirButir adalah unit terkecil pengukur yang diperkirakan akan mengukur satu dimensi dari variabel.
2. Faktor
Faktor adalah beberapa butir/variabel yang sebenarnya mengukur dimensi yang sama.
3. Ekstraksi
Menurut arti kamus, ekstraksi berarti ememras dan ekstrak berarti sari. Beberapabutir kemungkinan mengukur/ menjelaskan dimensi yang sama atau memiliki faktor yang sama. Prosedur ekstraksi dilakuka untuk memeras banyak butir hingga ditemukan beberapa faktor saja yang enjadi sarinya.
4. Eigenvalues
Eigenvalues adalah ukuran nilai tertentu dari varians butir agar dapat dikonstruksi menjadi sebuah faktor.
5. Torasi
Rotasi mepunyai arti kamus perputaran. Dalam AF, rotasi dimaksudkan sebagai prosedur memutae]r sumbu mendekati koordinat butir, sehingga diketahui pengelompokkan dan sumbangan butir kepada faktor.
6. Comunnalities
Faktor tebentuk karena adanya varians berdsama beberapa butir. Setiap mengandung varians umum, spesifik dan galat.
7. Faktor Loadings
Muatan faktor yang dinotasikan dengan h merupakan sumbangan varians bersama sebuah butir kepada varians.F. Prosedur Uji
Sebelum analisis dilakukan beberapa asumsi harus terpenuhi, sehingga secara keseluruhan langkah-langkah uji AF adalah: 1) menguji kelayakan analisis, 2) menyajikan matriks korelasi, 3) melakukan ekstraksi, 4) melakukan rotasi, dan 5) memberikan penamaan faktor.
G. Interpretasi Hasil Uji
Berdasarkan hasil uji AF, interpretasi harus dilakukan. Interpretasi mengacu kepada hasil analisis dari prosedur uji AF, yaitu: 1) kaisar- Meyer- Olkin (KMO), sampling adequacy, 2) uji normalitas Bartlett, 3) matriks korelasi, 4) eigenvalues, 5) communalities, 6) total variance explained, 7) factor loadings.H. Kesimpuan
AF merupakan analisis uji validitas konstruk. Analisis dilakukan dengan menguji butir-butir atau variabel-variabel yang sangat banyak diringkas menjadi faktor variabel yang lebih sedikit dan sederhana. BAB IX
PENGUJIAN REABILITAS TES HASIL BELAJAR
A. Pendahuluan
THB yang memenuhi syarat alat ukur yang baik dapat menghasilkan alat ukur belajar yang akurat. Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi alat ukur hasil belajar yang baik berhubungan dengan validitas dan reabilitas. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang reabilitas dan berbagai metode pengujian reabilitas yang dapat dipilih.
B. Pengertian reabilitas
Keandalan (reability) berasal dari kata rely yang artinya percaya dan reliabel yang artinya dapat dipercaya. Kepercayaan berhubungan dengan ketetapan dan konsistensi. THB dikatakan dapat dipercaya apabila memberikan hasil pengukuran hasil belajar yang relatif tetap secara konsisten.
C. Macam-macam reabilitas
Banyak metode yang dapat dipilih untuk menguji reabilitas. Metode-metode itu secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan perbedaannyadalam mendefenisikan reabilitas. 1) reabilitas adalah kstabilan hasil pengukuran apabila THB diujikan beberapa kali. 2) reabilitas merupakan konsistensi internal hasil pengukuran butir-butir THB.D. Reabilitas merupakan koefesien stabilitas eksternal
Beberapa metode pengujian yang memandang bahwa reabilitas merupakan koefesien stabilitas eksternal adalah:1. Metode tes ulang
Metode tes ulang adalah metode pengujian reabilitas yang dilakukan dengan mengujikan sebuah perangkat THB kepada kelompok peserta uji coba yang sama sebanyak dua kali.hasil pengujian keduanya kemudian dilakukan korelasi.
2. Metode paralel
Metode paralel dipilih apabila tidak diinginkan mengujikan dua kali. Pengujian dilakukan sekali untuk kedua perangkat. Metode paralel adalah pengujian reabilitas yang dilakukan dengan cara membuat dua perangkat THB yang paralel dan mengujikan sekaligus.
E. Reabilitas merupakan koefesien konsistensi internal
Metode yang terdapat pada pengujian reabilitas dalam pandangan kelompok ini dapat dikelompokkan lagi menjadi dua, yaitu:1. Jumlah butir genapMetode pengujian reabilitas ini dilakukan atas THB yang mempunyai jumlah butir genap sehingga butir dapat dibelah menjadi dua bagian yang sama besar.
a. Metode belah dua
Metode belah dua adalah metode pengujian reabilitas yang dilakukan dengan cara membagi butir perangkat THB menjadi dua belahan, selanjutnya mengkorelasi skor total kedua belahan. Korelasi dengan menggunakan rumus:
N= Jumlah responden
X= skor butir belahan anjil
Y= skor butir belahan genap
b. Metode flanagan
Metode ini seperti metode belah dua, juga membagi data menjadi dua belahan. Pembalahan dapat dilakukan atas dasar belahan ganjil-genap atau awal-akhir. Selanjutnya perhitungan koefesienn= reabilitas dilakukan dengan rumus:
r11= koefesien reabilitas
= varians skor butir belahan pertama
= varians skor butir belahan kedua
= varians skor totalc. Metode Rulon
Perhitungan koefesien reabilitas menggunakan metode rulon dilakukan dengan menghitung selisih skor pada kedua belahan. Rumus untuk menghitung koefesien reabilitas adalah sebagai berikut:
= varians beda
= varians total2. Jumlah butir ganjil
Pengujian reabilitas sebagai koefesien konsistensi internal dimana butir instrumen berjumlah ganjil dapat dilakukan menggunakan tiga metode, yaitu:
a. Kuder- Richardson
Perhitungan koefesien reabilitas menggunakan metode KR-20:
n= jumlah butir
= varians total
p= proporsi skor yang diperoleh
q= proporsi skor maksimum du=ikurangi skor yang diperoleh
b. Hoyt
Perhitungan koefesien rabilitas menggunakan metode Hoyt dilakukan dengan rumus berikut:
V(s)= varians responden
V(r)= varians sisa
c. Alpha CronbachPerhitugnan koefesien reabilitas dapat dilakukan menggunakan metode ini dengan rumus:
n= jumlah butir
= varians total
= varians butir
F. Batas keputusan reabilitasPembuatan keputusan apakah sebuah THB dapat dinyatakan reliabel atau tidak didasarkan pada batas untuk membuat keputusan reabilitas. Angka koefesien reabilitas yang dihitung melalui berbagai metode pengujian reabilitas masih haris dikonfirmasikan dengan batas tertentu untuk dapat ditafsirkan reabel atau tidak.
THB dapat dinyatakan reabel jika koefesien yang diperoleh melalui perhitungan menggunakan metode pengujian reabilitas tertentu lebih besar dibandingkan dengan batas keputusan reabilitas.
G. Kesalahan standar pengukuran
Kesalahan standar pengukuran atau SEM adalah ukuran yang mencerminkan tidak akuratnya skor dari THB yang digunakan untuk mengukur. Semakin tinggi koefesien reabilitas maka THB semakin akurat dan makin rendah kesalahan standar pengukuran. Sebaliknya, semakin rendah koefesien reabilitasnya, maka semakin tinggi kesalahan standar pengukuran dan makin tidak cermatnya pengukuran menggunakan THB.
Kesalahan standar pengukuran dihiutng menggunakan rumus sebagai berikut:
SEM= standard Error of measurement
SD= standar diviasi
rn= koefesien reailitasH. PenutupKeputusan reabilitas dilakukan dengan mengonfirmasikan koefesien reabilitas hasil perhitungan dengan kriteria batas tertentu. Beberapa memandang kriteria itu merupakan batas relatif, beberapa memberikan petunjuk tentang besar koefesien minimal, beberapa yang lain memeandang koefesien reabilitas sebagai koefesien korelasi yang konfirmasi signifikannya menggunakan tabel.
Disamping koefesien reabilitas, dalam THB yang digunakan untuk mengukur skor-skor yang akan dibandingkan secara individual, maka untuk menilai kecermatan THB daam mengukur, perlu dipertimbangkan pula kesalahan standar pengukuran. Kesalahan standar pengukuran merupakan ukuran yang dapat digunakan untuk menilai akurasi skor yang diperoleh dari kegiatan pengukuran.BAB X
PENGUMPULAN DATA HASIL BELAJAR
A. Pendahuluan
Setelah THB diuji coba dan dibakukan, maka THB tersebut telah menjadi alat ukur yang memenuhi syarat validitas dan reabilitas. THB yang telah melampaui pemeriksaan mutu berupa validitas dan reabilitas sudah siap digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar. Pengumpulan data hasil belajar dilakukan dengan cara mengujikan THB kepada sejumlah siswa yang menjadi peserta tes.
B. Data Hasil Belajar1. Pengertian
Data adalah keterangan mengenai suatu keadaan pada sejumlah responden. Data hasil belajar adalah keterangan mengenai hasil belajar pada sejumlah siswa yang menjadi peserta tes. Keterangan mengenai suatu kejadian disajikan dalam ukuran kuantitatif, begitu pula keterangan mengenai hasil belajar yang juga merupakan data.2. Macam
Data hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:
a. Menurut cara pengumpulan
Berdasarkan cara pengumpulan, data hasil belajar dapat dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data hasil belajar yang dikumpulkan sendiri oleh guru dengan mengujikan sendiri THB yang dibuat atau digunakan. Data sekunder adalah data hasil belajar yang dikumpulkan oleh orang atau lembaga lain.b. Menurut sumber yang menjadi objek pengumpulan data
Menurt sumber yang menjadi objek pengumpulan data, data hasil belajar apat dikumpulkan ari populasi arau dari sampel. Data hasil belajar dikumpulkan dari populasi apabila seluruh siswa diuji dengan THB untuk dikumpulkan data hasil belajarnya. Sebaliknya, data hasil belajar dikumpulkan dari sampel apabila untuk kepentingan tertentu dalam penelitian hanya sebagian dari siswa dalam populasi yang dikumpulkan data hasil belajar.
C. Pengukuran dan Skor Hasil BelajarPengukuran adalah membandingkan keadaaan tertentu objek yang diukur dengan alat ukurnya dan menerakan bilangan pada objek menurut aturan tertentu. Dari kegiatan pengukuran itulah diperoleh data berupa skor yang diterakan pada objek. Pengukuran hasil belajar menggunakan THB dengan membandingkan peserta tes dengan THB dan menerakan skor hasil belajar dengan aturan tertentu.1. Pengertian skor
Skor hasil belajar yang diperoleh seorang siswa merupakan bilangan yang diterakan atas jawaban yang diberikan oleh siswa yang memberi petunjuk mengenai perolehan hasil belajar siswa tersebut. Jawaban yang diberikan oleh siswa mencerminkan perolehan hasil belajar siswa yang bersangkutan.
2. Cara melakukan skoring
Aturan skoring yang digunakan sangat tergantung pada dua hal yaitu bentuk tes dan ketentuan mengenai denda.a. Bentuk tes
Tes bentuk objektif dan esai menerapkan aturan skoring yang berbeda. Pada tes objektif, kebenaran jawaban bersifat mutlak. Jawabannya hanya mempunyai dua kemungkinan yaitu benar dan salah. Sedangkan pada tes esai, kebenaran jawaban bertingkat sesuai dengan derajat kesusuaian jawaban siswa dengan kunci jawabannya.
b. Ketentuan mengenai denda
Denda digunakan untuk penskoran dalam tes objek. Tes objektif adalah bentuk tes di mana semua kemungkinan jawaban telah disediakan dan tugas peserta tes hanya memilih satu pilihan sebagai jawaban atas pertanyaan soal.
3. Macam skor
Skor dapat digolongkan menggunakan dua macam cara yaitu berdasarkan unsur dan jumlah unsur.
a. Menurut unsurSkor menurut unsurnya dapat dibagi menjadi tiga yaitu skor murni, skor matan dan skor kesalahan. Skor murni adalah skor yang mencerminkan kemampuan sesungguhnya peserta tes. Skor amatan adalah skot senyatanya diperoleh dari proses pengukuran menggunaka THB. Sedangkan skor kesalahan adalah skor penyimpangan skor amatan dan skor murni, namun kenyataannya hanya menghasilkan skor amatan karena berbagai faktor yang menimbulkan penyimpangan.b. Menurut jumlah unsur
Menurut jumlah unusrnya, skor dapat dibagi menjadi dua yaitu skor tunggal dan skor gabungan. Skor tunggal adalah skor yang hanya terdiri dari satu unsur. Skor diperoleh dari satu jenis THB dan diskor dengan satu aturan skor. Sedangkan skor gabungan adalah skor yang mengandung lebih dari satu unsur sehingga skor merupakan gabungan beberapa unsur.
D. Pengumpulan Data
Pengukuran akan menghasilkan data dalam bentuk skor. Pengukuran dan pengumpulan data dilakukan dengan memberikan skor atas jawaban siswa pada setiap butir, kemudian menjumlahkan untuk semua butir. Data hasil belajar siswa adalah jumlah skor pada sejumlah butir THB yang digunakan untuk mengukur.E. Kesimpulan
Data hasil belajar dihasilkan dari pengukuran menggunakan THB yang menghasilkan skor. Perhitungan skor dilakukan berdasarkan aturan skoring. Pengumpulan data hasil belajar dilakukan dengan mengubah jawaban peserta tes kedalam uuran kuantitatif berdasarkan aturan skoring yang ditetapkan. Dalam pengukuran menggunakan THB, aturan skoring yang digunakan sangat dipengaruhi oleh bentuk THB dan ketentuan mengenai denda.
BAB XI
STATISTIKA UNTUK ANALISIS DATA HASIL BELAJAR
A. Pendahuluan
Menurut tujuan pengolahan data, statistik analisis data hasil belajar ini berjutuan untuk memberikan deskripsi. Terdapat beberapa ukuran statistik dalam statistik yang bertujuan mendiskripsikan, yaitu ukuran tendensi sentral, ukuran letak, ukuran simpangan dan ukuran kemiringan.B. Penyajian Data
Penyajian data hasil belajar dilakukan menggunakan tabel distribusi frekuensi bergolong. Dalam penyusunan tabel distribusi frekuensi bergolong, terdapat beberapa hal yang menjadi pedoman;
1. Jumlah kelas jangan terlalu banyak dan jangan pula terlalu sedikit, kelas yang terlalu kecil tidak memberikan gambaran secara baik mengenai data, sedang kelas besar menjadikan pengelompokkan menjadi kabur.
2. Pemilihan kelas menggunakan sistematis yang mudah.
3. Penggolongan jangan tumpang tindih, sehingga sebuah data masuk kedalama beberapa kelas.
4. Jangan sampai ada data yang tidak bisa masuk kedalam kelas.
5. Lebar semua kelas harus sama.
C. Pengolahan Data
Pengolahan data hasil belajar hanya memerlukan ukuran tendensi sentral berupa maen dan ukuran simpangan berupa standar deviasi. Rumus dari mean adalah:
Rumus dari standar deviasi adalah:
D. Kesimpulan
Statistika membantu mengolah skor data hasil belajar menjadi nilai melalui proses penilaian. Dalam melakukan analisis data hasil belajar, statistika melibatkan proses pengumpulan, penyajian dan pengolahan data. BAB XII
PENILAIAN HASIL BELAJAR
A. Pendahuluan
Nilai merupakan hasil dari proses penilaian. Nilai diperoleh dengan mengubah skor dengan skala dan acuan tertentu. Oleh karena itu, nilai hanya dapat dimaknai dan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dengan memperhatikan skala dan acuan yang digunakan.B. Nilai
Nilai adalah ubahan skor hasil pengukuran menurut acuan dan skala tertentu. Pengukuran menghasilkan skor, sedang penilaian menghasilkan nilai. Dalam tes hasil belajar, skor merupakan jumlah jawaban yang benar yang dapat dibuat oleh siswa. Skor itu kemudian menjadi nilai setelah diubah dengan skala dan acuan tertentu.
C. Penilaian
1. Skala
Skala adalah satuan yang digunakan dalam penilaian. Objek juga harus dibandingkan dengan unit standar yang disebut nilai skala.2. Acuan
Acuan juga sangat menentuan dalam penilaian. Skor yang sama dapat diubah menjadi nilai yang berbeda dan dapat menimbulkan keputusan penilaian yang berbeda pada penggunaan acuan yang berbeda.
3. Proses penilaian
Proses penilaian dilakukan dengan cara, 1) menyajikan data, 2) menghitung rata-rata, 3) menghitung standar deviasi, 4) menentukan rentang nilai, 5) menghitung nilai dan membuat keputusan.D. Kesimpulan
Hasil pengukuran berupa skor belum mempunyai arti untuk dapat digunakan dalam membuat keputusan. Skor hanya bermakna dan dapat digunakan untuk membuat keputusan setelah diubah menjadi nilai melalui proses penilaian. Dalam mengubah skor menjadi nilai, proses penilaian menggunakan skala dan acuan. Oleh karena itu, pemberian makna kepada nilai dalam pengambilan keputusan harus mempertimbangkan skala dan acuan yang digunakan untuk mengubah skor menjadi nilai.KRITIK DAN SARANBuku ini dibangun dari tiga hal penting. Pertama belajar adalah proses psikologis yang unik. Beberapa teori berusaha memberikan penjelasan mengenai bagaimana proses belajar terjadi pada pembelajar. Kedua , hasil belajar merupakan perubahan pada diri pembelajar karena mengalami proses belajar. Perbuahan dapat terjadi pada ranah kognitif, afekrif dan psikomotorik. Ketiga, untuk mengetahui hasil dari proses belajar perlu dilakukan pengukuran. Pengukuran dilakukan menggunakan alat ukur yang secara sengaja dirakit untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan.
Evaluasi dapat digambarkan sebagai pembuatan penetapan tentang nilai, untuk tujuan tertentu, baik berupa gagasan, pekerjaan, solusi, metode, material dan lainlain. Yang melibatkan penggunaan ukuran seperti halnya untuk menilai tingkat suatu tertentu itu akurat, efektif, hemat atau memuaskan, ketentuan itu baik yang kwantitatif atau kwalitatif. Evaluasi itu dilakukan guna mencapai tujuan pendidikan yang optimal, guru memberikan bimbingan kepada siswa dengan berupaya untuk memahami kesulitan belajar yang dialami siswa. Dari berbagai persoalan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar evaluasi memberikan sumbangan yang cukup berarti.Buku ini cukup bagus dikarenakan adanya kesimpulan di setiap bab yang disajikan sehingga pembaca lebih mudah memahami setiap isi-isi dari bab-bab yang di sajikan sehingga lebih efisien dalam penggunaan waktu.Metode
Guru
Materi/
Kurikulum
sarana
masukkan
Proses Transformasi
input
output
Masukkan
Bukan manusia
Manusia
Testing
Skor / nilai
TBH belum jelas kualitasnya
Fahrul Rozi -5113111014Page 1