isi bioteknologi peternakan

14
BAB. I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam bidang peternakan sapi potong di Indonesia, masalah yang sangat esensial untuk segera diselesaikan adalah ancaman terjadinya penurunan populasi yang saat ini diperkirakan berkisar 11 juta ekor. Pengembangan komoditas sapi potong dilakukan untuk mencukupi kebutuhan pangan asal hewan yang dari tahun ke tahun terus meningkat (Wasito, 2005) atau untuk mengurangi secara bertahap kebutuhan produk ternak impor (Wijono dan Setiadi, 2004). Sapi aceh, yang terbentuk dari hasil persilangan antara sapi lokal (Bos sondaicus) dengan sapi turunan zebu dari India (Bos indicus), merupakan salah satu plasma nutfah sapi potong lokal di Indonesia (Basri, 2006). Walaupun laju pertumbuhannya tidak sebesar sapi silangan, sapi potong lokal mampu menunjukkan produktivitas dan efisiensi ekonomi maksimal pada kondisi terbatas (Romjali et al., 2007). Sapi potong lokal unggul dalam efisiensi penggunaan pakan, daya adaptasi terhadap lingkungan Indonesia (panas, lembab, pakan mutu rendah, ektoparasit dan endoparasit), dan bobot potongnya lebih sesuai untuk kebutuhan pasar lokal sehingga lebih tepat dan ekonomis dikembangkan pada pola dan 1

Upload: elissa-sarwohono

Post on 22-Nov-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

FARM

TRANSCRIPT

BAB. IPENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAHDalam bidang peternakan sapi potong di Indonesia, masalah yang sangat esensial untuk segera diselesaikan adalah ancaman terjadinya penurunan populasi yang saat ini diperkirakan berkisar 11 juta ekor. Pengembangan komoditas sapi potong dilakukan untuk mencukupi kebutuhan pangan asal hewan yang dari tahun ke tahun terus meningkat (Wasito, 2005) atau untuk mengurangi secara bertahap kebutuhan produk ternak impor (Wijono dan Setiadi, 2004). Sapi aceh, yang terbentuk dari hasil persilangan antara sapi lokal (Bos sondaicus) dengan sapi turunan zebu dari India (Bos indicus), merupakan salah satu plasma nutfah sapi potong lokal di Indonesia (Basri, 2006). Walaupun laju pertumbuhannya tidak sebesar sapi silangan, sapi potong lokal mampu menunjukkan produktivitas dan efisiensi ekonomi maksimal pada kondisi terbatas (Romjali et al., 2007). Sapi potong lokal unggul dalam efisiensi penggunaan pakan, daya adaptasi terhadap lingkungan Indonesia (panas, lembab, pakan mutu rendah, ektoparasit dan endoparasit), dan bobot potongnya lebih sesuai untuk kebutuhan pasar lokal sehingga lebih tepat dan ekonomis dikembangkan pada pola dan kondisi peternakan rakyat (Susilawati et al., 2004; Romjali et al., 2007). Kondisi produksi sapi potong lokal kini telah mengalami degradasi produksi dan banyak sapi didapatkan dalam bentuk kecil akibat turunnya mutu genetik. Penyebabnya adalah pemotongan ternak yang memiliki kondisi baik sebagai standar pasar ternak sapi potong, jumlah pemotongan induk/betina produktif mencapai 40% (Suryana, 2000 cit. Romjali et al., 2007), dan karena terjadinya inbreeding. Inbreeding meningkatkan persentase homozigositas dan menurunkan persentase heterozigositas sehingga memunculkan sifat yang tidak diharapkan seperti peningkatan mortalitas, penurunan laju pertumbuhan, dan penyim-pangan ciri fenotip yang menunjukkan kelainan (Tambing, 2001). Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 54/permentan/ot.140/10/2006 tentang Pedoman Pembibitan Sapi Potong yang Baik (Good Breeding Practice) ditetapkan ciri fenotip sapi aceh, yakni 1) warna bulu coklat muda, coklat merah (merah bata), coklat hitam, hitam dan putih, abu-abu, kulit hitam memutih ke arah sentral tubuh, 2) betina berpunuk kecil, 3) punuk jantan terlihat jelas, dan 4) tinggi gumba sapi betina berumur 18-24 bulan minimal 100 cm sedang tinggi gumba sapi jantan berumur 24-36 bulan minimal 105 cm. Hasil survey pada beberapa sentra pengembangan peternakan di Aceh menunjukkan sapi aceh memiliki ciri-ciri fenotip yang menyimpang dan sangat sulit menemukan kriteria seperti yang ditetapkan di atas. Penyebaran sapi aceh menurut laporan FAO (1996) terdapat di Aceh dan Sumatera Utara dengan jumlah yang tidak diketahui sampai saat ini. Namun, dari survey yang sudah dilakukan menunjukkan populasi sapi aceh berada pada posisi yang mengkhawatirkan dan mengalami kecenderungan penurunan tidak hanya dalam jumlah populasi tetapi juga dalam mutu genetik. Menurut FAO (1992) status suatu jenis/kelompok/bangsa/spesies ternak mamalia dikatakan mengkhawatirkan, jika jumlah populasi ternak betina dewasa antara 101-1.000 ekor. Ancaman kepunahan sapi aceh semakin nyata karena pemerintah memiliki kebijakan yang tidak berpihak kepada sapi aceh. Pada Lembaran Negara (Staadblad) No. 226 tahun, No. 1465 tahun 1925, No. 368 tahun 1927, No. 57 tahun 1934 dan No. 115 tahun 1937; serta tersirat dalam UU Nomor 6 tahun 1967 tentang Pokok-pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan menyebutkan penetapan pulau Madura dan Bali masing-masing sebagai tempat pemurnian (pure breed) sapi madura dan sapi bali. Kebijakan di atas sama sekali mengabaikan potensi sapi aceh sebagai satu dari tiga sapi potong lokal asli Indonesia. Kalau penurunan populasi tidak diperhatikan maka dikhawatirkan sapi aceh terancam punah. Berdasarkan kenyataan di atas, perlu dilakukan upaya pelestarian sapi aceh dengan tidak menutup peluang peternak untuk mengembangkan pembibitan ternak hasil rekayasa (persilangan) yang secara ekonomis menguntungkan. Penggalian potensi ternak unggul nasional dilakukan melalui pelestarian plasma nutfah ternak asli Indonesia dan hasil rekayasa yang dapat beradaptasi pada kondisi tropis (SK Mentan, 2002). Dalam kaitan ini Thalib (2001) cit. Romjali et al., (2007) mengemukakan bahwa perlu dilakukan perbaikan mutu genetik sapi potong melalui pengembangan sapi murni (pemurnian) melalui cara seleksi dan pembentukan breeding stock, sebagai cikal bakal atau komunitas atau populasi dasar pembentukan bibit baru (Wijono dan Setiadi, 2004).

1.2. RUMUSAN MASALAHUntuk memperdalam pengetahuan kita, tim penulis mencoba memberi garis besar penjelasan secara singkat mengenai hal hal berikut ini.1. Apakah yang dimaksud dengan bioteknologi ?2. Apakah yang dimaksud dengan rekayasa genetika ?3. Bagaimana cara pemuliaan hewan ternak ?4. Bagaimana menganalisa isozim ?5.

1.3. TUJUAN1. Mengetahui pengertian metabolisme lemak2. Mengetahui fungsi metabolisme lemak dalam tubuh3. Memahami jalur dan proses yang terjadi serta sintesis dalam metabolisme lemak4. Memenuhi tugas mata kuliah Biokimia

BAB. IIPEMBAHASAN MATERI2.1. PENGERTIAN BIOTEKNOLOGIBioteknologi berasal dari istilah latin yaitu bio ( hidup ), teknis ( teknologi = penerapan ), dan logos ( ilmu ), yaitu secara harfiah berarti ilmu yang menerapkan prinsip prinsip biologi.Bioteknologi merupakan penerapan teknik pendayagunaan organisme hidup atau bagian organisme untuk membuat, memodifikasi, meningkatkan atau memperbaiki sifat makhluk hidup serta mengembangkan mikroorganisme untuk penggunaan khusus. Prinsip bioteknologi yaitu :1. Agen biologis (mikroorganisme, enzim, sel tumbuhan dan sel hewan)2. Pendayagunaan secara teknologis dan indstrutial3. Produk dan jasa yang diperoleh

Macam macam bioteknologi, menurut sejarah bioteknologi dapat di bagi menjadi dua yaitu :a. Bioteknologi konvensional merupakan bioteknologi tradisional yang memanfaatkan mikroorganisme untuk memproduksi alkohol, asam asetat, gula, atau bahan makanan, seperti tempe, tape, oncom, dan kecap dengan menggunakan proses biokimia atau genetik alami.Beberapa contoh bioteknologi konvensional di bidang peternakan, misalnya : Domba ankon, yang merupakan domba berkaki pendek dan bengkok, sebagai hasil mutasi alami. Sapi jersey yang diseleksi oleh manusia agar menghasilkan sus dengan kandungan krim lebih banyak.b. Bioteknologi modern, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli telah mulai lagi mengembangkan bioteknologi dengan memanfaatkan prinsip-prinsip ilmiah melalui penelitian. Dalam bioteknologi modern orang berupaya dapat menghasilkan produk secara efektif dan efisien. Dewasa ini, bioteknologi tidak hanya dimanfaatkan dalam industri makanan tetapi telah mencakup berbagai bidang, seperti rekayasa genetika, penanganan polusi, penciptaan sumber energi, dan sebagainya. Dengan adanya berbagai penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka bioteknologi makin besar manfaatnya untuk masa-masa yang akan datang. Beberapa contoh bioteknologi modern di bidang peternakan, misalnya : Pembelahan embrio secara fisik (splitting) mampu menghasilkan kembar identik pada domba, sapi,babi,kuda Ternak unggul hasil manipulasi genetik, contohnya unggul pada daging dan susunya.

2.2. PENGERTIAN REKAYASA GENETIKARekayasa adalah penerapan ilmu dan teknologi seperti perancangan, pembuatan konstruksi, dan pengoperasian sistem untuk menyelesaikan masalah manusia. Genetika disebut juga ilmu keturunan berasal dari kata genos (bahasa latin), artinya suku bangsa-bangsa atau asal-usul. Secara etimologis kata genetika berasal dari kata genos dalam bahasa latin,yang berarti asal mula kejadian.Namun,genetika bukanlah ilmu tentang asal mula kejadian meskipun pasa batas-batas tertentu memang ada kaitannya dengan hal itu juga. Genetika adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk alih informasi hayati dari generasi ke generasi. Oleh karena cara berlangsungnya alih informasi hayati tersebut mendasari adanya perbedaan dan persamaan sifat diantara individu organisme,maka dengan singkat dapat pula dapat pula dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat.Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa rekayasa genetika adalah penerapan ilmu dan teknologi genetika untuk mengubah susunan genetik ( pewarisan sifat ) yang bermanfaat bagi manusia. VARIASI GENETIKVariasi genetik dalam satu populasi menurut Russell (1992) umumnya diukur dengan dua parameter, yaitu proporsi lokus polimorfik dan heterozigositas. Proporsi lokus polimorfik dapat dihitung dengan menentukan lokus yang polimorfik dibagi dengan total lokus yang teramati. Variasi genetik merupakan salah satu kunci pengelolaan yang optimal terhadap sumber daya genetik. Untuk mengidentifikasi variasi genetik dapat dilakukan melalui pendekatan dengan pengamatan morfologis dan molekuler. Ciri-ciri morfologi dapat digunakan untuk mengkarakterisasi pola diversitas genetik namun sifat yang dapat digambarkan hanya dalam proporsi kecil dari karakter genetik dan cenderung dipengaruhi oleh faktor lingkungan, oleh karena itu diperlukan identifikasi genetik secara molekuler untuk melengkapi keterbatasan tersebut. Identifikasi variasi genetik secara molekuler dapat dilakukan melelui pendekatan analisis isoenzim dan DNA. Identifikasi variasi genetik dengan isoenzim mempunyai beberapa kelebihan antara lain menghasilkan data yang lebih akurat karena isoenzim merupakan ekspresi gen akhir, relatif sederhana, memerlukan biaya cukup rendah (ekonomis), dan tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Avise, 1994).

Peneliti telah banyak menggunakan pendekatan melalui analisis isoenzim untuk mengetahui variasi genetik suatu populasi. Esterase, Malate dehydrogenase, dan Aspartat amino transferase adalah enzim-enzim yang bisa digunakan untuk mempelajari variasi genetik pada suatu populasi hewan (Lieb et al., 1999; Paulauskas & Starodubaite, 2003).

2.3. PEMULIAAN HEWAN TERNAKPemuliaan hewan ternak perlu dilakukan untuk memperbaiki mutu genetik dan menghasilkan bibit yang memiliki sifat - sifat spesifik yang unggul. Dasar pemuliaan hewan, di perlukan dasar-dasar pengetahuan yang baik mengenai pemeliharaan, biologi reproduksi, genetika, biostatika dan dalam perkembangan terkini biologi molekuler dan bioinformatika. Metode klasik yang di gunakan adalah persilangan dan seleksi populasi yang di kenal sebagai penangkaran selektif. Perintis dasar- dasar teori pemulihan hewan adalah Sweall Wright, Jay Lush dan Charles Henderson. Beberapa teori yang mereka kembangkan digunakan dalam beberapa teknik persilangan dan analisis di bidang pemuliaan tanaman, khususnya tanaman yang di serbukkan silang.a. Breeding stock Breeding stock adalah sekelompok hewan yang digunakan dengan tujuan untuk dilakukan pemuliaan secara terencana untuk mendapatkan ras baru. Breeding stock dapat berupa hewan yang mash murni (purebred) maupun hewan yang bukan ras murni, yang memiliki sifat yang diinginkan.b. Seleksi Seleksi adalah segala hal yang menyangkut pemilihan hewan unggul yang dijadikan sebagai tetua untuk generasi berikutnya. Individu yang paling mampu beradaptasi dengan lingkungan akan bertahan hidup untuk kemudian berkembangbiak, sedangkan yang lainnya akan mati.

2.4. ANALISA ISOZIM

BAB. IIIPENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Dengan dilakukannya analisis isozim pada hewan ternak dapat diketahui adanya varietas genetik antar individu pada hewan ternak tergantung pada beberapa faktor seperti kondisi sampel darah hewan ternak yang kurang baik, jenis enzim yang digunakan untuk analisis,

3.2. SARANPenulis sarankan agar para pembaca atau khususnya mahasiswa, bisa mengambil poin poin penting yang bermanfaat di area pembelajaran ini, agar tidak terjadi kemubasiran dalam memahami materi metabolisme lemak tersebut. Karena banyak sekali, ilmu ilmu yang tersirat yang bisa kita gunakan untuk menambah pengetahuan akan manfaat cabang ilmu bioteknologi bidang peternakan.

Daftar Pustaka

Armasyah, Teuku. Al-Azhar. Siregar, Tongku Nizwan. (2011). Analisis Isozim untuk Mengetahui Varietas Genetik sebagai Upaya Pemurnian Ras Sapi Aceh. Jurnal Veteriner, 12 (4), 254-262.Aryulina, Dina.dkk,. 2007. Biologi 3. Jakarta : Penerbit Erlangga

9