isi analisis vitamin c

17
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan dan atau bahan tambahan lainnya baik alami ataupun sintetikyang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi. Minuman ringan terdiri dari dua jenis yaitu minuman ringan dengan karbonasi dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman sari buah termasuk kedalam jenis minuman tidak berkarbonasi. Minuman sari buah banyak mengandung berbagai macam zat gizi mikro, salah satunya adalah vitamin C. Vitamin C biasanya terkandung dalam buah-buahan seperti jeruk, jambu dsb. Oleh karena itu pada praktikum kali ini akan dilakukan analisis kandungan vitamin C dalam minuman sari buah dan minuman multivitamin C. B. Tujuan Praktikum - Mahasiswa mampu menganalisis kadar vitamin C dalam minuman UC 1000 C. Manfaat - Mahasiswa mampu melakukan analisis kadar vitamin C dalam minuman UC 1000 menggunakan metode titrasi.

Upload: dian-fajriyah-pangestika

Post on 01-Dec-2015

515 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Minuman sari buah banyak mengandung berbagai macam zat gizi mikro, salah satunya adalah vitamin C. Vitamin C biasanya terkandung dalam buah-buahan seperti jeruk, jambu dsb. Oleh karena itu pada praktikum kali ini akan dilakukan analisis kandungan vitamin C dalam minuman sari buah dan minuman multivitamin C.

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Analisis Vitamin C

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol,

merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang

mengandung bahan makanan dan atau bahan tambahan lainnya baik

alami ataupun sintetikyang dikemas dalam kemasan siap untuk

dikonsumsi. Minuman ringan terdiri dari dua jenis yaitu minuman ringan

dengan karbonasi dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman sari

buah termasuk kedalam jenis minuman tidak berkarbonasi.

Minuman sari buah banyak mengandung berbagai macam zat gizi

mikro, salah satunya adalah vitamin C. Vitamin C biasanya terkandung

dalam buah-buahan seperti jeruk, jambu dsb. Oleh karena itu pada

praktikum kali ini akan dilakukan analisis kandungan vitamin C dalam

minuman sari buah dan minuman multivitamin C.

B. Tujuan Praktikum

- Mahasiswa mampu menganalisis kadar vitamin C dalam minuman UC

1000

C. Manfaat

- Mahasiswa mampu melakukan analisis kadar vitamin C dalam

minuman UC 1000 menggunakan metode titrasi.

Page 2: Isi Analisis Vitamin C

2

BAB II

DASAR TEORI

Minuman ringan

Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol,

merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung

bahan makanan dan atau bahan tambahan lainnya baik alami ataupun

sintetikyang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi. Minuman ringan

terdiri dari dua jenis yaitu minuman ringan dengan karbonasi dan minuman

ringan tanpa karbonasi. Minuman sari buah termasuk kedalam jenis minuman

tidak berkarbonasi. (Tinaprilla, 2010)

Pada prinsipnya minuman sari buah dikenal dalam dua macam bentuk:

1. Sari buah encer (dapat langsung diminum), yaitu cairan buah yang

diperoleh dari pengepresan daging buah, dilanjutkan dengan

penambahan air dan gula. (Tinaprilla, 2010)

2. Sari buah pekat/ sirup, yaitu cairan yang dihasilkan dari pengepresan

daging buah dan dilanjtkan dengan proses pemekatan, baik dengan

cara pendidihan biasa maupun dengan cara lain seperti penguapan

dan hampa udara, dll. Sirup ini tidak dapat langsung diminum, tetapi

harus diencerkan dulu dengan air. (Tinaprilla, 2010)

Vitamin C

Sifat Kimia

Vitamin C atau asam askorbat memiliki berat molekul 176,13 dengan

rumus molekul C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk murni merupakan kristal putih,

tidak berwarna, tidak berbau dan mencair pada suhu 190-192oC. Senyawa ini

bersifat reduktor yang kuat karena mudah dioksidasi dan memiliki rasa asam.

Vitamin C sangat larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dan tidak larut dalam

benzene, eter, kloroform, minyak dan sejenisnya. Vitamin C tidak stabil dalam

bentuk larutan, terutama jika terdapat udara, logam-logam seperti Cu, Fe, dan

cahaya. Vitamin C stabil dalam bentuk kering. (Andarwulan, 1992; Thurnham

dkk, 2000)

Page 3: Isi Analisis Vitamin C

3

Vitamin C sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh luar yang

menyebabkan kerusakan seperti suhu, oksigen, enzim, kadar air dan katalisator

logam. Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat

yang masih mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam dehidroaskorbat

secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi

asam diketogulonat yang tidak memiliki keaktivan vitamin C lagi. (Andarwulan,

1992)

Sumber

Vitamin C dapat ditemukan pada bahan makanan nabati maupun hewani.

Sumber utama vitamin C adalah pada sayuran dan buah-buahan segar, oleh

karena itu sering disebut sebagai fresh food vitamin. Contoh buah-buahan dan

sayur-sayuran yang mengandung vitamin C adalah jeruk, tomat, strawberi,

asparagus, brokoli, kubis, dan kembang kol. Sedangkan pada bahan makanan

hewani seperti pada daging dan susu, namun kandungan vitamin C nya lebih

sedikit. (Ausman 1999; Budiyanto 2004)

Fungsi

1. Sintesis Kolagen

Fungsi vitamin C banyak berkaitan dengan sintesis kolagen. Kolagen

adalah sejenis protein yang merupakan salah satu komponen utama dari

jaringan ikat, tulang, gigi, pembuluh darah, dan mempercepat proses

penyembuhan. (Almatsier 2002; Wardlaw, 2003)

2. Mencegah infeksi

Vitamin C meningkatkan daya tahan terhadap infeksi karena

pemeliharaan terhadap membrane mukosa atau pengaruh terhadap

fungsi kekebalan. (Almatsier 2002)

3. Mencegah kanker dan penyakit jantung

Vitamin C dapat mencegah penyakit jantung karena vitamin C dapat

mencegah pembentukan nitrosamine yang bersifat karsinogenik. Vitamin

Page 4: Isi Analisis Vitamin C

4

C juga diduga dapat menurunkan taraf trigliserida serum tinggi yang

berperan dalam terjadinya penyakit jantung. (Almatsier 2002)

Defisiensi

Kekurangan asupan vitamin C dapat menyebabkan penyakit sariawan

atau skorbut. Bila terjadi pada anak (6-12 bulan), gejala-gejala penyakit skorbut

ialah terjadinya pelembekan tenunan kolagen, infeksi, dan demam. Pada anak

yang giginya telah keluar, gusi membengkak, empuk dan terjadi pendarahan.

Pada orang dewasa skorbut terjadi setelah beberapa bulan menderita

kekurangan vitamin C dalam makanannya. Gejalanya ialah pembengkakan dan

perdarahan pada gusi, gingivalis, kaki menjadi empuk, anemia dan deformasi

tulang. Akibat yang parah dari keadaan ini ialah gigimenjadi goyah dan dapat

lepas. (Winarno, 2002)

Kekurangan vitamn C juga menyebabkan terhentinya pertumbuhan

tulang. Sel dari epifise yang sedang tumbuh berpoliferasi tetapi tidak ada kolagen

baru yang tedapat diantara sel dan tulang mudah fraktur pada titik pertumbuhan

karena kegagalan tulang untuk berosifikasi. Pada orang yang mengalami fraktur

pada tulang yang sudah terosifikasi pada pasien dengan defisiensi vitamin C

maka osteoblast tidak dapat membentuk matriks tulang yang baru, akibatnya

tulang yang mengalami fraktur tidak dapat sembuh. (Almatsier 2002)

Kelebihan

Kelebihan vitamin C yang berasal dari makanan tidak menimbulkan

gejala. Tetapi konsumsi vitamin C berupa suplemen secara berlebihan setiap hari

akan menimbulkan hiperoksaluria dan resiko lebih tinggi untuk menderita batu

ginjal. (Almatsier 2002)

Metode penetapan kadar vitamin C

1. Metode titrasi iodimetri

Titrasi merupkan analisis kuantitatif. Dasar reaksi dalam titrasi ini

adalah reaksi redoks. Oksidator yang digunakan adalah iodium, KIO3.

Deteksi titik akhir pada iodimetri ini dilakukan dengan menggunakan

Page 5: Isi Analisis Vitamin C

5

indikator amilum yang akan memberikan warna biru kehitaman pada saat

tercapainya titik akhir titrasi. (Rufiati 2011; Rohman 2007)

2. Metode titrasi larutan 2,6-diklorofenol indofenol

Larutan 2,6-diklorofenol indofenol dalam suasana netral atau basa

akan berwarna biru sedangkan dalam suasana asam akan berwarna

merah muda. Apabila 2,6-diklorofenol indofenol direduksi oleh asam

askorbat maka akan menjadi tidak berwarna, dan bila semua asam

askorbat sudah mereduksi 2,6-diklorofenol indofenol maka kelebihan

larutan 2,6 - diklorofenolindofenol sedikit saja sudah akan terlihat

terjadinyawarna merah muda. (Sudarmadji, 1989)

Titrasi dan ekstraksi vitamin C harus dilakukan dengan cepat

karena banyak faktor yang menyebabkan oksidasi vitamin C misalnya

pada saat penyiapan sampel atau penggilingan. Oksidasi ini dapat

dicegah dengan menggunakan asam metafosfat, asam asetat, asam

trikloroasetat, dan asam oksalat. Penggunaan asam-asam di atas juga

berguna untuk mengurangi oksidasi vitamin C oleh enzim-enzim oksidasi

yang terdapat dalam jaringan tanaman. Selain itu, larutan asam

metafosfat-asetat juga berguna untuk pangan yang mengandung protein

karena asam metafosfat dapat memisahkan vitamin C yang terikat

dengan protein . Suasana larutan yang asam akan memberikan hasil

yang lebih akurat dibandingkan dalam suasana netral atau basa.

(Andarwulan, 1992 ; Counsell, 1981)

3. Metode titrasi asam basa

Titrasi asam basa merupakan contoh analisis volumetri, yaitu suatu

metode yang menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan

dari perangkat gelas yang disebut buret. Bila larutan yang diuji bersifat

basa maka titran harus bersifat asam dan sebaliknya. Untuk menghitung

kadar vitamin C melalui metode ini adalah dengan menggunakan mol

NaOH = mol asam askorbat. (Sastrohamidjojo, 2005)

Page 6: Isi Analisis Vitamin C

6

4. Metode spektrofotometri ultraviolet

Metode ini berdasarkan kemampuan vitamin C yang terlarut dalam

air untuk menyerap sinar ultraviolet, dengan panjang gelombang

maksimum pada 265 nm dan A11 = 556a. Oleh karena vitamin C dalam

larutan mudah sekali mengalami kerusakan, maka pengukuran dengan

cara ini harus dilakukan secepat mungkin. Untuk memperbaiki hasil

pengukuran, sebaiknya ditambahkan senyawa pereduksi yang lebih kuat

daripada vitamin C. Hasil terbaik diperoleh dengan menambahkan larutan

KCN (sebagai stabilisator) ke dalam larutan vitamin C. (Andarwulan, 1992

; Moffat, 2005)

Page 7: Isi Analisis Vitamin C

7

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan bahan

1. Erlenmeyer

2. Labu ukur 100 ml

3. Gelas ukur

4. Pipet tetes

5. Biuret + statif

6. Sentrifuge

1. Iodium 0,01 N

2. Aquades

3. Amilum 1%

4. Nutrisari

5. Buavita jeruk

6. UC 1000 jeruk

7. Jus jambu

8. UC 1000 lemon

Page 8: Isi Analisis Vitamin C

8

B. Skema Kerja

Praktikum dimulai

Sampel dimasukan dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan aquades sampai garis batas

Disentrifuge sehingga diperoleh filtrat

Filtrat diambil sebanyak 5 ml kemudian dimasukan kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan amilum 1% sebanyak 2 ml

Ditambah 20 ml aquades dan dititrasi dengan larutan iodium sebanyak 10 ml sampai berubah warna lalu dicatat hasilnya

Praktikum selesai

Page 9: Isi Analisis Vitamin C

9

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan

Kel Sampel Volume

Titrasi

Kadar Vitamin C (mg) Klaim

(mg)Rumus I Rumus II

1 Nutrisari 1,4 - 47,969 90

2 Buavita jeruk 1,6 - 68,53 135

3 UC 1000 jeruk 3,3 1798,8432 - 1000

4 Jus jambu 2,5 - 128,49

5 Nutrisari 3,6 - 123,34 90

6 Buavita jeruk 5,3 - 226,997 135

7 UC 1000 lemon 3,5 1678,92 - 1000

8 Jus jambu 1,2 - 61,67

B. Pembahasan

Pada praktikum ini kelompok tiga menggunakan sampel UC 1000

jeruk. Hasil yang diperoleh melalui hasil pengamatan adalah didapatkan

kadar vitamin C sebesar 1798,8432 mg dengan volume titrasi 3,3 ml.

Hasil yang diperoleh berbeda dengan kalim dari perusahaan UC 1000

tersebut yang mengklaim bahwa kadar vitamin C yang terkandung dalam

UC 1000 adalah 1000 mg.

Hasil yang diperoleh kelompok tiga berbeda dengan kelompok

lainnya karena sampel yang digunakan juga berbeda. Hasil yang

diperoleh kelompok satu adalah 47,969 dengan sampel nutrisari,

kelompok dua 68,53 dengan sampel buavita jeruk, kelompok empat

128,49 dengan sampel jus jambu, kelompok lima 123,34 dengan sampel

nutrisari, kelompok enam 226,997 dengan sampel buavita jeruk,

kelompok tujuh 1678,92 dengan sampel UC 1000 lemon, kelompok

delapan dengan sampel jus jambu.

Volume titrasi yang diperoleh kelompok tiga juga berbeda dengan

kelompok lainnya. Kelompok satu memperoleh volume titrasi 1,4 ml,

Page 10: Isi Analisis Vitamin C

10

kelompok dua 1,6 ml, kelompok 4, 5, 6, 7, 8 berturut-turut adalah 2,5 ml,

3,6 ml, 5,3 ml, 3,5 ml, 1,2 ml. Hasil tersebut berbeda mungkin disebabkan

oleh kurang telitinya mahasiswa dalam menentukan batas akhir volume

titrasi sampai terjadinya perubahan warna. Perbedaan juga disebabkan

oleh kadar vitamin C yang sudah menguap ke udara. Hal tersebut

diperkuat oleh pernyataan dari Andarwulan, 1992 dan Thurnham dkk,

2000 bahwa vitamin C dalam bentuk cair itu sangat tidak stabil dan dapat

menguap oleh udara, logam-logam seperti Cu, Fe, dan cahaya. Vitamin C

hanya stabil dalam bentuk kering, sedangkan sampel yang digunakan

oleh setiap kelompok adalah sampel dalam bentuk cair atau berupa

larutan yang sudah dicampur dengan aquades.

Hasil akhir titrasi dapat diketahui dengan melihat perubahan

warna pada larutan sampel dan adanya amilum yang berwarna biru

kehitaman. Hasil yang diperoleh oleh kelompok tiga adalah berubahnya

warna larutan menjadi coklat dan amilum berwarna kehitaman.

Page 11: Isi Analisis Vitamin C

11

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Vitamin C dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tidak

berwarna, tidak berbau dan mencair pada suhu 190-192oC. Vitamin C

sangat larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dan tidak larut dalam

benzene, eter, kloroform, minyak dan sejenisnya. Vitamin C tidak stabil

dalam bentuk larutan, terutama jika terdapat udara, logam-logam seperti

Cu, Fe, dan cahaya. Vitamin C stabil dalam bentuk kering.

Metode yang digunakan untuk mengetahui kadar vitamin C dalam

praktikum ini adalah metode titrasi iodimetri yaitu titrasi menggunakan

iodium. Hasil akhir titrasi dapat diketahui dengan melihat perubahan

warna pada larutan sampel dan adanya amilum yang berwarna biru

kehitaman. Hasil yang diperoleh oleh kelompok tiga adalah berubahnya

warna larutan menjadi coklat dan amilum berwarna kehitaman.

B. Saran

- Mahasiswa harus lebih teliti dalam membaca volume titrasi terkait

dengan perubahan warna yang akan terjadi.

- Mahaiswa harus melakukan pembacaan warna titrasi lebih cepat

sebelum vitamin C dalam larutan sampel menguap di udara.

Page 12: Isi Analisis Vitamin C

12

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier 2002, Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Media Utama.

Andarwulan, N dan Koswara, S. 1992. Kimia Vitamin. Jakarta: Rajawali Press.

Ausman, L.M. 1999. Criteria and Recommendation for Vitamin C Intakes. Brief

Critical Review.

Budiyanto, A.K. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Edisi III. Malang: UMM-Press.

Counsell, J.N dan Hornig, D.H. 1981. Vitamin C. London: Applied Science

Publishers.

Moffat, A.C dkk. 2005. Clarke‘s Analysis Of Drug And Poisons. Third edition

London: Pharmaceutical Press. Electronic version.

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rufiati, Etna 2011, Titrasi Vitamin C, diakses tanggal 26 Mei 2013 <

http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/TitrasiVitaminC_EtnaRufiati_1647

7.pdf>

Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM Press

Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta:

Liberty Press

Tinaprilla, Netti 2010, Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Produk

Minuman Sari Buah Minute Maid Pulpy Orange di Kota Bogor (Studi Kasus Di

Departemen Store Yogya Baru, Bogor), diakses tanggal 26 Mei 2013 <

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/61518/BAB%20II

%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=4>

Thurnham, D.I dkk. 2000. Water Soluble Vitamins in Human Nutrition Dietatics.

Harcout Publishers Limited, United Kingdom.

Page 13: Isi Analisis Vitamin C

13

Wardlaw, G.M. 2003. Contemporary Nutrition Issues and Insight. Boston: Mc

Graw Hill.

Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.