isd
DESCRIPTION
IsdTRANSCRIPT
![Page 1: Isd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082815/563db944550346aa9a9ba7bc/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Layanan kesehatan tidak hanya berfokus pada perhatian masalah tepat obat, tepat waktu,
tepat pasien, tepat dosis, dan tepat prosedur. Dalam pelaksanaanya, layanan kesehatan ini
membutuhkan pengetahuan mengenai pentingnya pendekatan yang tepat. Hal ini terkait bahwa
layanan kesehatan adalah satu praktik social yang memosisikan tenaga kesehatan berada di
hadapan manusia utuh yang membutuhkan pendekatan kemanusiaan. Oleh karena itu,
pengetahuan mengenai aspek- aspek social- budaya dalam peningkatan layananan kesehatan
menjadi hal penting yang perlu dipahami oleh tenaga kesehatan. Pada konteks inilah, layanan
kesehatan membutuhkan layanan yang tepat pendekatannya, yaitu pendekatan yang berwawasan
social-budaya.
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat
merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu
perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif
maupun negatif.
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya,sebagai salah satu
contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu
sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons
terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya.
Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi
juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana
meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.
Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Dan Kesehatan Page 1
![Page 2: Isd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082815/563db944550346aa9a9ba7bc/html5/thumbnails/2.jpg)
1.1 Rumusan Masalah
1.1.1 Apa yang dimaksud dengan Sosial ?
1.1.2 Apa yang dimaksud dengan Kebudayaan ?
1.1.3 Apa pengaruh sosial budaya masyarakat dan kesehatan ?
1.3 Tujuan Penulis
1.3.1 Untuk Mengetahui apa yang dimaksud Sosial .
1.3.2 Untuk mengetahui apa yang diaksud dengan kebudayaan.
1.3.3 Untuk mengetahui pengaruh sosial budaya masyarakat dan kesehatan.
Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Dan Kesehatan Page 2
![Page 3: Isd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082815/563db944550346aa9a9ba7bc/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN SOSIAL
Istilah sosial (social dalam bahasa inggris) dalam ilmu sosial memilki arti yang berbeda-
beda, misalnya istilah sosial dalam sosialisme dengan istilah Departemen Sosial, jelas kedua-
duanya menunjukkan makna yang sangat jauh berbeda. Menurut Soekanto (1986: 11), apabila
istilah sosial dalam ilmu sosial menunjukkan pada objeknya, yaitu masyarakat, sosialisme adalah
suatu ideologi yang berpokok pada prinsip pemilikan umum atas alat- alat produksi dan jasa- jasa
dalam bidang ekonomi (Fairchild, 1964:296). Sedangkan istilah sosial pada Departemen Sosial,
menunjukkan pada kegiatan-kegiatan di lapangan sosial. Artinya kegiatan- kegiatan yang
ditujukan untuk mengatasi persoalan- persoalan yang dihadapi masyarakat dalam
bidangkesehjtraan, seperti tuna karya, tuna susila, tuna wisma, orang jompo, anak yatim piatu
dan lain-lain. Selain itu Soekanto (1993:464) mengemukakan bahwa istilah sosial pun berkenan
dengan perilaku ineterpersonal, atau yang berkaitan dengan proses- proses sosial.
Begitupun tentang pengertian masyarakat(society), banyak sarjana terdahulu telah
mendefinisikan apa itu masyarakat. Max Iver dan Page, mengemukakan dalam society bahwa
masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara dari wewenang dan kerja sama antara
beberapa kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebiasaan- kebiasaan
manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan
jalinan hubungan sosial. Kemudian Ralph Linton dalam bukunya yang berjudul The Study Of
Man mengemukakan masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan
bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri
mereka suatu kesatuan sosial dengan batas- batas yang dirumuskan dengan jelas (Linton,
1984:118)
Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Dan Kesehatan Page 3
![Page 4: Isd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082815/563db944550346aa9a9ba7bc/html5/thumbnails/4.jpg)
Begitu pun Selo Soemardjan menyatakan bahwa masyarakat adalah orang- orang yang
hidup bersama dengan menghasilkan kebudayaan (Soekanto, 1986:20)
2.2 PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal
dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa
Indonesia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan
Bronislow Malinowski berpendapat bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu
adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Upacara
kedewasaan dari suku WaYao di Malawi, Afrika. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang
didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Dan Kesehatan Page 4
![Page 5: Isd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082815/563db944550346aa9a9ba7bc/html5/thumbnails/5.jpg)
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu
sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan
untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
2.3 Pengaruh sosial budaya pada status kesehatan individu/masyarakat
Berdasarkan teori-teori tersebut diatas, lingkungan sosial budaya seseorang/masyarakat
sangat berpengaruh terhadap perilaku dan status kesehatannya. Beberapa fenomena sosial
budaya yang dapat diketahui hubungannya dengan status kesehatan baik individu maupun
masyarakat dapat kita lihat pada uraian berikut.
2.3.1 Stigma Sosial dan Kesehatan Individu.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional,2001), stigma
adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya.
Misalnya, karena disebut anak nakal, anak itu menjadi benar-benar anak nakal. Stigma sosial dan
kesehatan adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh
lingkungannya, dan akan memengaruhi kesembuhan seorang diri dari penyakitnya. Misalnya,
stigma masyarakat tentang seorang pecandu napza, stigma sosialnya “sekali pecandu selamanya
pecandu”. Sesungguhnya, setiap orang dapat berubah jika diberi kesempatan dan dukungan
untuk berubah, termasuk dukungan lingkungan yang positif dengan memberi terapi untuk
membuat mereka dicintai, dihargai, dan diberdayakan sesuai dengan bakat dan minatnya, akan
menjadikan berkelakuan mulia dan terpuji.
Demikian pula pada penderita gangguan jiwa yang telah dinyatakan sembuh dan
dikembalikan ke keluarganya, sering kambuh lagi karena adanya stigma masyarakat bahwa
mereka tidak dapat sembuh, mereka dikucilkan dari pergaulan di lingkungannya, tidak diberi
peran dan dukungan sosial, serta diejek.
Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Dan Kesehatan Page 5
![Page 6: Isd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082815/563db944550346aa9a9ba7bc/html5/thumbnails/6.jpg)
2.3.2 Pandangan kultur terhadap konsep sehat sakit
Dalam menentukansehat atau sakit, individu sati dengan yang lain sering tidak sama.
Artinya, hal ini sangan subjektif. Misalnya, ketika seseorang sedang mengalami diare, ia tetap
pergi kekantor atau bekerja karena merasa tidak terganggu, meskipun berkali-kali harus ke toilet
dan tidak merasa perlu pergi berobat. Apalagi bila diare itu menimpa belitanya, sering dikatakan
tidak apa-apa, karena diare berarti “ngentengi badan” dan dengan demikian balita akan
bertambah pintar. Sementara itu, orang lain akan mempunyai reaksi yang berbeda pula, yaitu
langsung meminum jamu/ obat tradisional, atau bahkan langsung minum oralit, lalu beristirahat.
Demikian pula bila sakit yang menimpanya diyakini karena adanya makhluk halus yang
masuk ketubuhnya sehingga mereka mencari pengobatan alternative yang diyakini dapat
menyembuhkan sakitnya.
Secara ilmiah, penyakit (disease) merupakan gangguan fisiologis sebagai akibat dari
adanya infeksi atau gangguan fungsi tubuh, yaitu yang terkait dengan ilmu kedokteran.
Sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap menderita suatu penyakit ditandai rasa
tidak enak pada tubuh,tetapi berdasarkan hasil pemeriksaan medis, tidak ada kelainan dan
dinyatakan sehat. Untuk individu yang mengalami gangguan sakit dalam kategori illness, sering
mendapat kesembuhan dengan menggunakan jasa pengobatan alternative.
Pengaruh lingkungan maupun peranan masyarakat ikut diperhitungkan apabila ada suatu
pembahasan tentang illness. Illness tidak selalu bersifat disease, tetapi selalu mempunyai
hubungan dengan social dan budaya. Social budaya disini termasuk system ekonomi dan
pendidikan.
Pada masyarakat tertentu, mereka mempercayakan penyembuhannya dengan pengobat
(healer) yang sering melakukan penyembuhan dengan cara menyentuh spiritual dan rohani, yang
tidak dapat diberikan oleh obat modern. Misalnya, pecandu nabza yang diobati dipondok
pesantren suralaya, yaitu dengan penyembuhan dzikir dan ibadah secara teratur. Menurut solita,
dalam menganalisis kondisi tubuhnya, biasanya sakit dibagi menjadi dua tingkat, yaitu sebagi
berikut.
1. Sakit menurut orang lain, termasuk petugas medis.
2. Sakit menurut diri sendiri, termasuk keputusan untuk mencari pengobatan.
Misalnya, penduduk desa dengan golongan ekonomi kurang, rasa sakit (disease) sering
tidak dirasakan karena mereka memang harus bekerja. Apabila tidak bekerja, ia tidak akan
Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Dan Kesehatan Page 6
![Page 7: Isd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082815/563db944550346aa9a9ba7bc/html5/thumbnails/7.jpg)
makan. Selain factor ketidaktahuan, pada kenyataannya, mereka memang benar-benar sakit
menurut ilmu medis. Contoh yang lain adalah penderita penyakit gondok, mereka merasa tidak
sakit atau ada kelainan pada tubuhnya karena ia masih dapat mengikuti kegiatan apa saja dan
tidak merasa terganggu, meskipun secara medis mereka harus diobati.
Di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia, respons atau perilaku individu
terhadap sakit ini sering menjadikan kondisi pasien semakin parah.ketika ia memutuskan untuk
berobat ke pelayanan kesehatan karena keterlambatan penanganan.misalnya, ketika akan
melahirkan, ibu-ibu muda/ pada kelahiran pertama atau pendarahan saat kehamilan sering
dianggap biasa, tidak segera mencari pertolongan kepada petugas kesehatan dan masih
melakukan aktivitas sehingga ketika datang di tempat pelayanan kesehatan, keadaanya sudah
terlambat untuk ditangani.
2.3.3 ASPEK SOSIAL-BUDAYA DALAM STATUS KESEHATAN
Menurut Hendrik L.Blum, status kesehatan individu atau masyarakat di tentukan oleh
beberapa factor, seperti lingkungan dan perilaku. Lingkungan ini termasuk lingkungan social
budaya, sementara perilaku adalah yang berasal dari dalam individu itu sendiri. Social budaya di
sini termasuk bagaimana sistem pendidikan (formal maupun non formal), sistem religious,sistem
pemerintahan, sistem norma,sistem ekonomi/mata pencaharian,dll.perilaku sendiri sebenarnya
juga sangat di pengaruhi oleh sosial budaya tempat ia di besarkan. Oleh karena itu,perilaku dan
lingkungan sosial budaya adalah satu hal yang erat kitan nya dan saling mempengaruhi. Dari
berbagaiaspek sosial budaya tersebut,tentunya akan berdampak pada status kesehatan,baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Coba anda perhatikan beberapa contoh berikut. Pada daerah tertentu,seorang ibu yang
menyusui di larang memakan ikan atau daging karena di khawatirkan ASI nya berbau amis
sehinggabayi tidak mau menyusu atau bayi dapat muntah. Mereka sangat percaya akan hal itu
dan pengetahuan serta sikap ini di dapat secara turum menurun sehingga merreka tidak berani
melanggarnya. Bagaimana mutu asi dan kesehatan ibu menyusui baik,sementara mutu makanan
yang di makan ibu sangat terbatas atau kurang asupan gizinya?
Contoh yang lain adalah mencuci tangan sebelum makan yang belum membudaya. Hal ini
terjadi karena belum tentu sikap mencuci tangan akan menyebabkan diare,sementara diare masih
di anggap bukan penyakit bahkan di anggapdiare akan embuat anak jadi ringan dan dapat
Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Dan Kesehatan Page 7
![Page 8: Isd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082815/563db944550346aa9a9ba7bc/html5/thumbnails/8.jpg)
meningkatkan kemampuan yang lain. Ketika menyadari bahwa diarenya tidak sembuh,kndisi
anak sudah lemah,dehidrasi,dan kemungkinan terlambat untuk mendapat pertolongan.
Contoh di atas berkaitan langsung dengan status kesehatan, sedangakan yang berkaitan
tidak langsung,misalnya sistem pendidikan yang tidak merata sampai ke desa desa atau wanita
tidak mendapat prioritas pendidikan sehingga sulit mngadakan pendidikan kesehatan bagi warga
yang kesehatannya masih rendah.
2.3.4 ASPEK SOSIAL BUDAYA TERHADAP STATUS GIZI
Status gizi yang buruk merupakan pintu gerbang masuknya penyakit mnular dan
terganggunya perkembangan bayi maupun balita. beberapa penyakit kurang gizi yang banyk di
jumpai di masyaarakat adlah gizi buruk pada bayi dan balita,anemia zat besi pada ibu
hamil,ganguan akibat kurang yodium pada masyarakat di daerah tertentu,dan kurang fitamin A.
di daerah perkotaan sudah muncul status gizi berlebih atau yang di sebut obesitas karena
kelebhan gizi. Pada kasus penyakit menular (mis,tuberculosis) yang sudah di nyatakan
sembuh,serangan berulang biasanya terjadi karena status gizi buruk atau factor
lingkungan/sanitasi yang buruk.
Factor sosial budaya yang mempengaruhi status gizi buruk selain sosial ekonomi atau
ketidak mampuan secara ekonomi, pada daerah tertentu banyak dipengaruhi oleh ketidakmauan
dan ketidaktahuan. Kebiasaan tidak makan ikan pada daerah tertentu terjadi karena selain mahal
harganya, rasa amis yang dirasa dapat mengganggu nafsu makan, bahkan mereka percaya bila
balita makan daging atau ikan, akan menyebabkan cacingan. Didaerah lain, sayuran segar juga
menjadi kendala karena selain sulit didapat, mereka lebih menyukai sayuran yang dimasak
sampai matang karena anggapan bila sayuran yang dimasak belum empuk berarti belum matang
sehingga mereka tidak mau memakannya.
Ibu dipedesaan yang tidak bekerja mempunyai kebiasaan mendahulukan suaminya untuk
makan mereka beranggapan karena suami mencari makan dibutuhkan asupan gizi yang baik agar
tidak sakit. Masalah gizi buruk juga dapat disebabkan oleh kepercayaan, tantangan, dan upacara
tertentu yang menyebabkan orang tidak mengkonsumsi makanan yang disediakan. Selain itu,
gizi buruk dapat pula terjadi karena kebiasaan mengkonsumsi makanan yang hanya disukai saja.
Hal ini dikarenakan sulit beradaptasi dengan makanan dilingkungannya. Adanya peran gender,
ketidakmampuan pemerintah menyediakan pangan yang tidak cukup bagi masyarakat,
Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Dan Kesehatan Page 8
![Page 9: Isd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082815/563db944550346aa9a9ba7bc/html5/thumbnails/9.jpg)
pemahaman yang keliru terhadap makanan yang berasal dari Negara modern. Kasus penyakit
gondok, dijumpai pada sebagian besar pada wanita yang berada dalam daerah pegunungan. Ini
terjadi karena kurangnya konsumsi garam beryodium dan ikan. Pada laki-laki, penyakit ini lebih
sulit ditemukan karena mereka lebih banyak berpergian dan lebih banyak mengkonsumsi
makanan yang lebih berfariasi dari wanita yang hanya tinggal dirumah dan makan seadanya.
Dengan adanya globalisasi dan modernisasi semakin banyak ibu yang bekerja di luar
rumah dan semakin berubah pula pola makan penduduk Perkotaan. Mereka cenderung
mengonsumsi makanan cepat saji, yang di anggap praktis, enak, dan relative murah. Mereka
tidak mempertimbangkan nilai gizinya karena makanan jenis ini banyak mengandung lemak dan
sedikit serat. Gerak tubuh juga semakin berkurang karena adanya peningkatan di bidang
tekhnologi dan transportasi sehingga mengakibatkan semakin banyaknya penduduk dengan gizi
berlebih. Akibatnya, penyakit akibat kegemukan pun menjadi menngkat. Pendidikan tentang gizi
seimbang telah terkalahkan dengan pendidikan tentang hidup modern yang praktis dan
bergengsi.
Masalah ini yang sering timbul pada remaja putri akibat persepsi yang salah mengenai
bentuk tubuh adalah anemia nervosa dan bulimia. Upaya mendapatkan bentuk tuuh ideal sesuai
dengan pandangan masyarakat di capai dengan cara yang tidak tepat sehingga benyak remaja
putrid menderita anoreksia nervosa dan bulimia. Karakteristik penderita anoreksia nervosa,
antara lain tidak mengonsumsi makanan untuk mempertahankan berat badan minimal sesuai
dengan usia dan tinggi badan, rasa takut yang kuat terhadap peningkatan berat badan atau
kegemukan, malakukan upaya yang tidak sehat untuk memperoleh tubuh yang diinginkan, dan
tidak mengalami enstruasi sedikitnya tiga siklus. Lain halnya dengan bulimia, penderita biasanya
mengonsumsi makanan secara berlebihan (binge eating) dan berusaha mengeluarkan dengan
berbagai cara, antara lain dimuntahkan dan mengonsumsi pencahar atau obat- obatan tertentu.
Penyebab terjadinya gangguan makan ini, antara lain factor biologi, psikologi, lingkungan
keluarga, atau social-budaya. Petugas kesehatan sering menemukan pasien yang menderita
gangguan makan memiliki saudar, tante, atau ibu yang mengalami gangguan makan dan citra
tubuh. Angka kejadian anak gangguan makan meningkat jika mereka memilki tubuh yang
mengalami gangguan psikologis dalam keluarga , depresi, pasca-trauma, atau kekerasan dengan
gangguan pola makan.
Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Dan Kesehatan Page 9
![Page 10: Isd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082815/563db944550346aa9a9ba7bc/html5/thumbnails/10.jpg)
Remaja tumbuh dengan berbagai pandangan masyarakat dan keputusan terhadap dirinya.
Adanya tekanan dan keputusan pada remaja menyebabkan mereka memilih anoreksia sebagai
cara yang aman dalam berdiet. Anoreksia dapat menjadi reaksi psikmotorik pada anak yang
memiliki keluarga kurang harmonis ketika remaja, menggunakan masalah fisik yang terjadi
sehingga mengalihkan perhatian orang tua mereka terhadap masalah yang terjadi dalam
keluaarga. Di laporkan bahwa wanita yang mengalami bulimia memiliki anak yang menderita
berbagai gangguan. Beberapa temuan menunjukkan bahwa wanita tersebut tidak menyediakan
makanan yang dibutuhakan anak mereka karena ia mengontrol makanan yang terdapat di dalam
rumah. Beberapa memuntahkan makanan yang telah dimakan di depan anak- anak mereka dan
tidak mempedulikan anak- anak mereka.
Adanya berbagai jenis perlombaan yang mengilustrasikan bentuk tubuh proporsional
(mis., tubuh boneka Barbie) sebagai bentuk tubuh yang ideal yeng menyebabkan remaja tidak
puas dengan bentuk tubuh yang dimilkinya dan ingin menurunkan berat badannya. Keingginan
kuat untuk memilki tubuh yang kurus merupakan factor utama penyebab terjadinya gangguan
pola makan pada remaja.
Anoreksia nervosa dan bulimia merupakan gangguan makan yang dapat menimbulkan
berbagai dampak negative bagi kesehatan. Dampak utama yang ditimbulkan anoreksia nervosa
adalah penurunan berat badan tubuh kehilanangan lemak dan otot sehingga penderita semakin
kurus dan lemah. Tumbuhnya lanugo dan berhentinya menstruasi dapat terjadi. Depresi sering
pula ditemukan pada penderita anoreksia nervosa. Dampak jangka panjang yang dapat terjadi
adalah gangguan tumbuh-kembang, gangguan kesuburan dan osteoporosis akibat gagalnya tubuh
memproduksi hormone reproduksi wanita. Tidak berbeda dengan anoreksia nervosa, dampak
negative dari bulimia antara lain depresi, kelemahan, dehidrasi, dan gangguan keseimbangan
asam dan basa (Wahlqvist M., 1997).
Anemia merupakan masalah gizi bagi wanita Indonesia. Sekitar 63,5 % wanita hamil
diindonesia menderita anemia pada tahun 1995. Anemia dapat disebabkan oleh kurangnya
kecukupan makanan dan kurangnya mengonsumsi sumber makanan yang mengandung zat besi
(mis., ht). penyebab lain adalah konsumsi makanan cukup, tetapi makanan memiliki
bioavaibilitas zat besi yang rendah sehingga zat besi yang diserap oleh tubuh kurang. Kebiasaan
penduduk Indonesia mengonkumsi teh juga merupakan factor yang menhambat penyerapan zat
besi denga baik (Junadi P., 1995).
Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Dan Kesehatan Page 10
![Page 11: Isd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082815/563db944550346aa9a9ba7bc/html5/thumbnails/11.jpg)
Walaupun emansipasi wanita dan penyataraan gender telah dicanangkan beberapa tahun
terakhir ini, saat ini masih terdapat pandangan masyarakat yang menganggap status wanita
sebagai makhluk yang memiliki status lebih rendah dalam keluarga. Sebagai contoh, rata-rata
pendidikan pria lebih tinggi di bandingkan wanita dan upah pekerja wanita lebih rendah
dibandingkan Pekerja pria di hampir seluruh lapangan kerja. Selain itu, ada kepercayaan bahwa
wanita wanita tidak boleh mengonsumsi makanan tertentu dan pengurangan makan pada usia
kehamilan trimester III agar bayi mudah dilahirkan, mengakibatkan wanita lebih mudah
menderita anemia. Lokasi geografis yang buruk dan sulit dicapai oleh petugas kesehatan atau
tingkat pendidikan dan ekonomi juga dapat menyebabkan kurangnya asupan zat besi. Untuk itu,
perlu berbagai upaya penanggulangan masalah kesehatan pada wanita anemia. Peningkatan
pendidikan, perbaikan upah, peningkatan status wanita dimasyarakat, dan perbaikan lingkungan
fisik dan biologis akan mendukung status kesehatan dan gizi masyarakat.
2.3.5 Aspek Sosial-Budaya dalam Program KB
Pada tahun 1980-1995, pemerintah membebaskan biaya penggunaan alat kontrasepsi
kepada seluruh masyarakat Indonesia, tetapi tidak semua dari penduduk Indonesia dapat
menikmati pelayanan gratis tersebut. Terutama masyarakat pedesaan yang lokasinya sulit
dijangkau dan beberapa lapisan masyarakat tertentu. Hal ini terjadi antara lain karena adanya
nilai dan norma di masyarakat yang belum dapat menerima program pengaturan kelahiran dan
menganggap hal tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini masyarakat, hal lain
adalah nilai-nilai yang diyakini masyarakat tentang alat kontrasepsi (kondom) yang belum lazim
bagi mereka.
Tindakan medis di rumah sakit masih menjadi hal (pengalaman) yang menakutkan bagi
sebagian masyarakat pedesaan. Selain itu, perilaku petugas kesehatan yang kurang informatif
tentang prosedur, jenis alat-alat KB serta efek sampingnya menjadikan program tersebut belum
diterima secara baik di masyarakat.
Di lain pihak, banyak wanita mengikuti program KB karena adanya paksaan dari petugas,
terutama untuk alat kontrasepsi tertentu. Pelaksanaannya pun dilaksanakan secara masal
sehingga kurang memerhatikan faktor-faktor psikologis dan quality of care. Kondisi ini terutama
terjadi pada tahun 1970-1980, tahap program KB saat itu masih bersifat management from the
people sehingga inisiatif pemerintah lebih banyak dalam melaksanakan program KB, partisipasi
Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Dan Kesehatan Page 11
![Page 12: Isd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082815/563db944550346aa9a9ba7bc/html5/thumbnails/12.jpg)
masyarakat masih sangat rendah, kurang demokratis , beorientasi pada target, dan terdapat
unsure pemaksaan (Hartanto H., 2003).
Permasalahan lain adalah sebagian alat kontrasepsi ditujukan untuk wanita, sementara
untuk pria hanya sedikit pilihannya. Hal ini karena adanya pendapat bahwa pilihan ber-KB
adalah untuk wanita, bukan untuk pria, karena yang melahirkan adalah wanita sehingga semua
orang berpendapat yang paling tepat ber-KB adalah wanita. Secara konkret, pihak yang paling
menderita oleh pelaksanaan progam KB adalah wanita. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa
memang wanita dijadikan tumpuan progam KB (Singarimbun dalam Dadang Yulianto, 2000).
Dalam buku yang sama juga disebutkan bahwa dalam system patriaki, ketika posisi wanita
tersubordinasi, wanita memang lebih mudah dikendalikan. Progam KB sesungguhnya
merupakan bentuk lain penindasan terhadap wanita, karena seorang istri yang ingin ber-KB dan
menentukan jenis KB yang akan digunakan harus seizing suami. Jika wanita tersebut tidak
mendapat izin dari suami, ia tidak akan melakukan pemasangan KB. Situasi ini memaksa istri
merasa tidak sanggup hamil dan melahirkan lagi, tetapi suami tidak mengizinkannya ber-KB,
istri tersebut tidak mampu menentukan pilihan apapun.
Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Dan Kesehatan Page 12
![Page 13: Isd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082815/563db944550346aa9a9ba7bc/html5/thumbnails/13.jpg)
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Sosial bisa di artikan dengan masyarakat, masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan
dan tata cara dari wewenang dan kerja sama antara beberapa kelompok dan penggolongan, dari
pengawasan tingkah laku serta kebiasaan- kebiasaan manusia. Kebudayaan adalah sistem
pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Kebudayaan sangat erat
hubungannya dengan masyarakat. Lingkungan sosial budaya seseorang/masyarakat sangat
berpengaruh terhadap perilaku dan status kesehatannya. Salah satu pengaruhnya yaitu Stigma
sosial dan kesehatan, stigma sosial dan kesehatan adalah ciri negatif yang menempel pada
pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya, dan akan memengaruhi kesembuhan seorang
diri dari penyakitnya. Factor sosial budaya yang mempengaruhi status gizi buruk selain sosial
ekonomi atau ketidak mampuan secara ekonomi, pada daerah tertentu banyak dipengaruhi oleh
ketidakmauan dan ketidaktahuan.
3.2 Saran
Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Dan Kesehatan Page 13
![Page 14: Isd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082815/563db944550346aa9a9ba7bc/html5/thumbnails/14.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Dan Kesehatan Page 14