isbd.docx

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia, nilai, moral, dan hukum merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Dewasa ini masalah-masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia berkaitan dengan nilai,moral, dan hukum antara lain mengenai kejujuran, keadilan, menjilat, dan perbuatan negatif lainnya sehingga perlu dikedepankan pendidikan agama dan moral karena dengan adanya panutan, nilai, bimbingan, dan moral dalam diri manusia akan sangat menentukan kepribadian individu atau jati diri manusia, lingkungan sosial dan kehidupan setiap insan. Pendidikan nilai yang mengarah kepada pembentukan moral yang sesuai dengan normakebenaran menjadi sesuatu yang esensial bagi pengembangan manusia yang utuh dalam konteks sosial. Pendidikan moral tidak hanya terbatas pada lingkungan akademis, tetapi dapatdilakukan oleh siapa saja dan dimana saja. Secara umum ada tiga lingkungan yang sangat kondusif untuk melaksanakan pendidikan moral yaitu lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat. Peran keluarga dalam pendidikan mendukung terjadinya proses identifikasi, internalisasi, panutan dan reproduksi langsung dari nilai-nilaimoral yang hendak ditanamkan sebagai pola orientasi dari kehidupan keluarga. Hal- hal yang juga perlu diperhatikan dalam pendidikan moral di lingkungan keluarga adalah penanamannilai-nilai kejujuran, kedisiplinan dan tanggung jawab dalam segenap aspek. 1.2 Rumusan Masalah

Upload: mei-syahara

Post on 11-Jan-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

isbd

TRANSCRIPT

Page 1: ISBD.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia, nilai, moral, dan hukum merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Dewasa

ini masalah-masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia berkaitan dengan nilai,moral, dan

hukum antara lain mengenai kejujuran, keadilan, menjilat, dan perbuatan negatif lainnya

sehingga perlu dikedepankan pendidikan agama dan moral karena dengan adanya panutan,

nilai, bimbingan, dan moral dalam diri manusia akan sangat menentukan kepribadian individu

atau jati diri manusia, lingkungan sosial dan kehidupan setiap insan. Pendidikan nilai yang

mengarah kepada pembentukan moral yang sesuai dengan normakebenaran menjadi sesuatu

yang esensial bagi pengembangan manusia yang utuh dalam konteks sosial. Pendidikan moral

tidak hanya terbatas pada lingkungan akademis, tetapi dapatdilakukan oleh siapa saja dan

dimana saja. Secara umum ada tiga lingkungan yang sangat kondusif untuk melaksanakan

pendidikan moral yaitu lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan

masyarakat. Peran keluarga dalam pendidikan mendukung terjadinya proses identifikasi,

internalisasi, panutan dan reproduksi langsung dari nilai-nilaimoral yang hendak ditanamkan

sebagai pola orientasi dari kehidupan keluarga. Hal-hal yang juga perlu diperhatikan dalam

pendidikan moral di lingkungan keluarga adalah penanamannilai-nilai kejujuran, kedisiplinan

dan tanggung jawab dalam segenap aspek.

1.2 Rumusan Masalah

Makalah ini membahas sekelumit mengenai manusia, nilai, moral, dan hukum yang

mencakup hal-hal berikut:

1. Manusia, Nilai, Norma dan Moral

2. Manusia dan Hukum

3. Hubungan Hukum dan Moral

4. Problematika Hukum

Page 2: ISBD.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manusia, Nilai, Norma dan Moral

Meskipun banyak pakar yang mengemukakan pengertian nilai, namun ada

yang telah disepakati dari semua pengertian itu bahwa nilai berhubungan dengan

manusia, dan selanjutnya nilai itu penting. Pengertian nilai yang telah dikemukakan

oleh setiap pakar pada dasarnya adalah upaya dalam memberikan pengertian secara

holistik terhadap nilai, akan tetapi setiap orang tertarik pada bagian bagian yang

“relatif belum tersentuh” oleh pemikir lain.

Definisi yang mengarah pada pereduksian nilai oleh status benda, terlihat pada

pengertian nilai yang dikemukakan oleh John Dewney yakni, Value Is Object Of

SocialInterest, karena ia melihat nilai dari sudut kepentingannya. Nilai dapat diartikan

sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia baik

lahir maupun batin. Bagi manusia nilai dijadikan sebagai landasan, alasan atau

motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku, baik disadari maupun tidak. Nilai itu

penting bagi manusia. Apakah nilai itu dipandang dapat mendorong manusia karena

dianggap berada dalam diri manusia atau nilai itu menarik manusia karena ada di luar

manusia yaitu terdapat pada objek, sehingga nilai lebih dipandang sebagai kegiatan

menilai.

Nilai itu harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan harus

diaplikasikan dalam perbuatan. Menilai dapat diartikan menimbang yakni suatu

kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu lainnya yang

kemudian dilanjutkan denganmemberikan keputusan. Keputusan itu menyatakan

apakah sesuatu itu bernilai positif (berguna, baik, indah) atau sebaliknya bernilai

negatif. Hal ini dihubungkan dengan unsur-unsur yang ada pada diri manusia yaitu

jasmani, cipta, rasa, karsa, dan kepercayaan. Nilai memiliki polaritas dan hirarki,

antara lain:

a. Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif yang sesuai

polaritas seperti baik dan buruk; keindahan dan kejelekan.

Page 3: ISBD.docx

b. Nilai tersusun secara hierarkis yaitu hierarki urutan pentingnya.

Nilai (value) biasanya digunakan untuk menunjuk kata benda abstrak yang dapat

diartikan sebagai keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness). Notonagoro

membagi hierarki nilai pokok yaitu:

a. Nilai material yaitu sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia.

b. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat

mengadakankegiatan atau aktivitas.

Nilai kerohanian terbagi menjadi empat macam:

a. Nilai kebenaran yang bersumber pada unsur akal atau rasio manusia

b. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan estetis

manusia

c. Nilai kebaikan moral yang bersumber pada kehendak atau karsa manusia

d. Nilai religius yang bersumber pada kepercayaan manusia dengan disertai

penghayatanmelalui akal budi dan nuraninya.

Hal-hal yang mempunyai nilai tidak hanya sesuatu yang berwujud (benda

material)saja, bahkan sesuatu yang immaterial seringkali menjadi nilai yang sangat

tinggi dan mutlak  bagi manusia seperti nilai religius. 

Nilai juga berkaitan dengan cita-cita, keinginan, harapan, dan segala

sesuatu pertimbangan internal (batiniah) manusia. Dengan demikian nilai itu tidak

konkret dan padadasarnya bersifat subyektif. Nilai yang abstrak dan subyektif ini

perlu lebih dikonkretkanserta dibentuk menjadi lebih objektif. Wujud yang lebih

konkret dan objektif dari nilai adalahnorma/kaedah. Norma berasal dari bahasa latin

yakni norma, yang berarti penyikut atau siku-siku, suatu alat perkakas yang

digunakan oleh tukang kayu. Dari sinilah kita dapatmengartikan norma sebagai

pedoman, ukuran, aturan atau kebiasaan. Jadi norma ialahsesuatu yang dipakai untuk

mengatur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran. Dengan normaini orang dapat menilai

kebaikan atau keburukan suatu perbuatan. Ada beberapa macamnorma/kaedah dalam

masyarakat, yaitu:

a. Norma kepercayaan atau keagamaan 

b. Norma kesusilaan

Page 4: ISBD.docx

c. Norma sopan santun/adab

d. Norma hukum

Dari norma-norma yang ada, norma hukum adalah norma yang paling kuat karena

dapat dipaksakan pelaksanaannya oleh penguasa (kekuasaan eksternal). 

Nilai dan norma selanjutnya berkaitan dengan moral. Moral berasal dari bahasa

latinyakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam

bahasa Indonesia moral diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah sesuai

dengan ide-ide yangumum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan

mana yang wajar. Istilah moral mengandung integritas dan martabat pribadi manusia.

Derajat kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya.

Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap

dan tingkah lakunya. Bisa dikatakan manusia yang bermoral adalah manusia yang

sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku

dalam masyarakat.

2.2 Manusia dan Hukum

Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak

mungkin menggambarkan hidup manusia tanpa atau di luar masyarakat. Maka

manusia, masyarakat,dan hukum merupakan pengertian yang tidak bisa dipisahkan.

Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat, diperlukan adanya kepastian dalam

pergaulan antar-manusia dalam masyarakat. Kepastian ini bukan saja agar kehidupan

masyarakat menjadi teratur akan tetapiakan mempertegas lembaga-lembaga hukum

mana yang melaksanakannya.

Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the

livinglaw) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan

dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan

dalami lmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi societas ibi

jus” (di manaada masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap

pembentukan suatu bangunan struktur sosial yang bernama masyarakat, maka selalu

akan dibutuhkan bahan yang bersifat sebagai “semen perekat” atas berbagai

Page 5: ISBD.docx

komponen pembentuk dari masyarakat itu,dan yang berfungsi sebagai “semen

perekat” tersebut adalah hukum.

Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk suatu

struktur tatanan (organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah tatanan

sosial (social order)yang bernama: masyarakat. Guna membangun dan

mempertahankan tatanan sosialmasyarakat yang teratur ini, maka manusia

membutuhkan pranata pengatur yang terdiri daridua hal: aturan (hukum) dan si

pengatur(kekuasaan).

2.2.1 Tujuan Hukum

Banyak teori atau pendapat mengenai tujuan hukum. Berikut teori-teori dari

para ahli :

1. Prof. Subekti, SH: Hukum itu mengabdi pada tujuan negara yaitu

mencapai kemakmurandan kesejahteraan rakyatnya dengan cara

menyelenggarakan keadilan. Keadilan itu menuntut bahwa dalam keadaan

yang sama tiap orang mendapat bagian yang sama pula.

2. Prof. Mr. Dr. LJ. van Apeldoorn: Tujuan hukum adalah mengatur

hubungan antara sesamamanusia secara damai. Hukum menghendaki

perdamaian antara sesama. Dengan menimbangkepentingan yang

bertentangan secara teliti dan seimbang.

3. Geny : Tujuan hukum semata-mata ialah untuk mencapai keadilan. Dan ia

kepentingandaya guna dan kemanfaatan sebagai unsur dari keadilan.

4. Roscoe Pound berpendapat bahwa hukum berfungsi sebagai alat

merekayasa masyarakat(law is tool of social engineering).

5. Muchatr Kusumaatmadja berpendapat bahwa tujuan pokok dan utama dari

hukum adalahketertiban. Kebutuhan akan ketertiban ini merupakan syarat

pokok bagi adanya suatumasyarakat manusia yang teratur.

Tujuan hukum menurut hukum positif Indonesia termuat dalam

pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi “..untuk membentuk

suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesiadan untuk memajukan

Page 6: ISBD.docx

kesejahteraan umum, mencerdaskan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban

dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial”.

Pada umumnya hukum bertujuan menjamin adanya kepastian hukum

dalammasyarakat. Selain itu, menjaga dan mencegah agar tiap orang tidak

menjadi hakim atasdirinya sendiri, namun tiap perkara harus diputuskan oleh

hakim berdasarkan denganketentuan yang sedang berlaku.

2.2.2 Penegakan Hukum

Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat),

bukan berdasarkankekuasaan (machstaat) apalagi bercirikan negara penjaga

malam (nachtwachterstaat). Sejak awal kemerdekaan, para bapak bangsa ini

sudah menginginkan bahwa negara Indonesia harus dikelola berdasarkan

hukum.

Ketika memilih bentuk negara hukum, otomatis keseluruhan

penyelenggaraan negaraini harus sedapat mungkin berada dalam koridor

hukum. Semua harus diselenggarakan secarateratur (in order) dan setiap

pelanggaran terhadapnya haruslah dikenakan sanksi yangsepadan.

Penegakkan hukum, dengan demikian, adalah suatu kemestian dalam

suatu negarahukum. Penegakan hukum adalah juga ukuran untuk kemajuan

dan kesejahteraan suatunegara. Karena, negara-negara maju di dunia biasanya

ditandai, tidak sekedar perekonomiannya maju, namun juga penegakan

hukum dan perlindungan hak asasi manusia(HAM)–nya berjalan baik.

Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus diperhatikan

yaitu kepastianhukum, kemanfaatan dan keadilan. Friedmann berpendapat

bahwa efektifitas hukumditentukan oleh tiga komponen, yaitu:

1. Substansi hukum

Materi atau muatan hukum. Dalam hal ini peraturan haruslah peraturan

yang benar- benar dibutuhkan oleh masyarakat untuk mewujudkan

ketertiban bersama.

2. Aparat Penegak Hukum

Page 7: ISBD.docx

Hukum dapat ditegakkan, diperlukan pengawalan yang dilaksanakan oleh

aparat penegak hukum yang memiliki komitmen dan integritas tinggi

terhadap terwujudnya tujuanhukum.

3. Budaya Hukum

Budaya hukum yang dimaksud adalah budaya masyarakat yang tidak

berpegang pada pemikiran bahwa hukum ada untuk dilanggar, sebaliknya

hukum ada untuk dipatuhi demi terwujudnya kehidupan bersama yang

tertib dan saling menghargai sehingga harmonisasikehidupan bersama

dapat terwujud.

Banyak pihak menyoroti penegakan hukum di Indonesia sebagai jalan

di tempat ataupun malah tidak berjalan sama sekali. Pendapat ini mengemuka

utamanya dalam fenomena pemberantasan korupsi dimana tercipta kesan

bahwa penegak hukum cenderung tebang pilih, alias hanya memilih kasus-

kasus kecil dengan “penjahat-penjahat kecil‟ daripada buronan kelas kakap

yang lama bertebaran di dalam dan luar negeri. Pendapat tersebut bisa jadi

benar kalau penegakan hukum dilihat dari sisi korupsisaja. Namun

sesungguhnya penegakan hukum bersifat luas. Istilah hukum sendiri sudah

luas. Hukum tidak semata-mata peraturan perundang-undangan namun juga

bisa bersifatkeputusan kepala adat. Hukum-pun bisa diartikan sebagai

pedoman bersikap tindak ataupunsebagai petugas. Dalam suatu penegakkan

hukum, sesuai kerangka Friedmann, hukum harus diartikansebagai suatu isi

hukum (content of law), tata laksana hukum (structure of law) dan

budayahukum (culture of law). Sehingga, penegakan hukum tidak saja

dilakukan melalui perundang-undangan, namun juga bagaimana

memberdayakan aparat dan fasilitas hukum. Juga, yang tak kalah pentingnya

adalah bagaimana menciptakan budaya hukum masyarakat yang kondusif

untuk penegakan hukum.

Contoh paling aktual adalah tentang Perda Kawasan Bebas Rokok

misalnya.Peraturan ini secara normatif sangat baik karena perhatian yang

begitu besar terhadapkesehatan masyarakat. Namun, apakah telah berjalan

efektif? Ternyata belum. Karena,fasilitas yang minim, juga aparat penegaknya

yang terkadang tidak memberikan contoh yang baik. Sama halnya dengan

Page 8: ISBD.docx

masyarakat perokok, kebiasaan untuk merokok di tempat-tempat publik adalah

suatu budaya yang agak sulit diberantas.

Oleh karenanya, penegakan hukum menuntut konsistensi dan

keberanian dari aparat.Juga, hadirnya fasilitas penegakan hukum yang optimal

adalah suatu kemestian. Misalnya, perda kawasa n bebas rokok harus

didukung dengan memperbanyak tanda-tanda laranganmerokok, atau

menyediakan ruangan khusus perokok, ataupun memasang alarm di

ruanganyang sensitif dengan asap.

Masyarakat pun harus senantiasa mendapatkan penyadaran dan

pembelajaran yangkontinyu. Maka, program penyadaran, kampanye,

pendidikan, apapun namanya, harus terusmenerus digalakkan dengan metode

yang partisipatif. Karena, adalah hak dari warganegarauntuk mendapatkan

informasi dan pengetahuan yang tepat dan benar akan hal-hal yang penting

dan berguna bagi kelangsungan hidupnya.

2.2.3 Hubungan Hukum dan Moral

Antara hukum dan moral terdapat hubungan yang erat sekali. Ada pepatah

roma yangmengatakan “quid leges sine moribus?” (apa artinya undang-undang

jika tidak disertaimoralitas?). Dengan demikian hukum tidak akan berarti

tanpa disertai moralitas. Oleh karenaitu kualitas hukum harus selalu diukur

dengan norma moral, perundang-undangan yang immoral harus diganti. Disisi

lain moral juga membutuhkan hukum, sebab moral tanpahukum hanya angan-

angan saja kalau tidak di undangkan atau di lembagakan

dalammasyarakat.Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namun

hukum dan moral tetap berbeda, sebab dalam kenyataannya „mungkin‟ ada

hukum yang bertentangan dengan moralatau ada undang-undang yang

immoral, yang berarti terdapat ketidakcocokan antara hukum dan moral.

Untuk itu dalam konteks ketatanegaraan indonesia dewasa ini. Apalagi

dalamkonteks membutuhkan hukum.Kualitas hukum terletak pada bobot

moral yang menjiwainya. Tanpa moralitas hukum tampak kosong dan hampa

(Dahlan Thaib,h.6). Namun demikian perbedaan antara hukumdan moral

sangat jelas.Perbedaan antara hukum dan moral menurut K.Berten :

Page 9: ISBD.docx

1. Hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas, artinya dibukukan secara

sistematisdalam kitab perundang-undangan. Oleh karena itu norma hukum

lebih memiliki kepastiandan objektif dibanding dengan norma moral.

Sedangkan norma moral lebih subjektif dan akibatnya lebih banyak

„diganggu‟ oleh diskusi yang yang mencari kejelasan tentang yangharus

dianggap utis dan tidak etis.

2. Meski moral dan hukum mengatur tingkah laku manusia, namun hukum

membatasi dirisebatas lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga

sikap batin seseorang.

3. Sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan sanksi yang

berkaitan denganmoralitas. Hukum untuk sebagian besar dapat

dipaksakan,pelanggar akan terkena hukuman.Tapi norma etis tidak bisa

dipaksakan, sebab paksaan hanya menyentuh bagian luar,sedangkan

perbuatan etis justru berasal dari dalam. Satu-satunya sanksi dibidang

moralitashanya hati yang tidak tenang.

4. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak

negara.Meskipun hukum tidak langsung berasal dari negara seperti hukum

adat, namun hukum ituharus di akui oleh negara supaya berlaku sebagai

hukum.moralitas berdasarkan atas norma-norma moral yang melebihi

pada individu dan masyarakat. Dengan cara demokratis ataudengan cara

lain masyarakat dapat mengubah hukum, tapi masyarakat tidak dapat

mengubahatau membatalkan suatu norma moral. Moral menilai hukum

dan tidak sebaliknya.

Sedangkan Gunawan Setiardja membedakan hukum dan moral :

1. Dilihat dari dasarnya, hukum memiliki dasar yuridis, konsesus dan hukum

alam sedangkanmoral berdasarkan hukum alam.

2. Dilihat dari otonominya hukum bersifat heteronom (datang dari luar diri

manusia),sedangkan moral bersifat otonom (datang dari diri sendiri).

3. Dilihat dari pelaksanaanya hukum secara lahiriah dapat dipaksakan

4. Dilihat dari sanksinya hukum bersifat yuridis. moral berbentuk sanksi

kodrati, batiniah,menyesal, malu terhadap diri sendiri.

5. Dilihat dari tujuannya, hukum mengatur kehidupan manusia dalam

kehidupan bernegara,sedangkan moral mengatur kehidupan manusia

sebagai manusia.

Page 10: ISBD.docx

6. Dilihat dari waktu dan tempat, hukum tergantung pada waktu dan tempat,

sedangkan moralsecara objektif tidak tergantung pada tempat dan waktu

(1990,119).

2.2.4 Problematika Hukum

Problema paling mendasar dari hokum di Indonesia adalah manipulasi

atas fungsihokum oleh pengemban kekuasaan. Problem akut dan mendapat

sorotan lain adalah :

a. Aparatur penegak hukum ditengarai kurang banyak diisi oleh sumber daya

manusia yang berkualitas. Padahal SDM yang sangat ahli serta memiliki

integritas dalam jumlah yang banyak sangat dibutuhkan.

b. Peneggakkan hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya karena sering

mengalamiintervensi kekuasaan dan uang. Uang menjadi permasalahan

karena negara belum mampumensejahterakan aparatur penegak hukum.

c. Kepercayaan masyarakat terhadap aparatur penegak hukum semakin

surut. Hal ini berakibat pada tindakan anarkis masyarakat untuk

menentukan sendiri siapa yang dianggapadil.

d. Para pembentuk peraturan perundang-undangan sering tidak

memerhatikan keterbatasanaparatur. Peraturan perundang-undangan yang

dibuat sebenarnya sulit untuk dijalankan.

e. Kurang diperhatikannya kebutuhan waktu untuk mengubah paradigma dan

pemahamanaparatur. Bila aparatur penegak hukum tidak paham betul isi

peraturan perundang-undangantidak mungkin ada efektivitas peraturan di

tingkat masyarakat.

Problem berikutnya adalah hukum di Indonesia hidup di dalam

masyarakat yang tidak berorientasi kepada hukum. Akibatnya hukum

hanya dianggap sebagai representasi dansimbol negara yang ditakuti.

Keadilan kerap berpihak pada mereka yang memiliki statussosial yang

lebih tinggi dalam masyarakat. Contoh kasus adalah kasus ibu Prita

Mulyasari.

Pekerjaan besar menghadang bangsa Indonesia di bidang hukum.

Berbagai upaya perlu dilakukan agar bangsa dan rakyat Indonesia sebagai

pemegang kedaulatan dapatmerasakan apa yang dijanjikan dalam hukum

Page 11: ISBD.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manusia, nilai, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan dan

salingmenunjang. Sebagai warga negara kita perlu mempelajari, menghayati dan

melaksanakandengan ikhlas mengenai nilai, moral dan hukum agar terjadi keselarasan

dan harmonikehidupan.

3.2 Saran

Penegakan hukum harus memperhatikan keselarasan antara keadilan dan

kepastianhukum. Karena, tujuan hukum antara lain adalah untuk menjamin

terciptanya keadilan(justice), kepastian hukum (certainty of law), dan kesebandingan

hukum (equality before thelaw).Penegakan hukum-pun harus dilakukan dalam

proporsi yang baik dengan penegakan hak asasi manusia. Dalam arti, jangan lagi ada

penegakan hukum yang bersifat diskriminatif,menyuguhkan kekerasan dan tidak

sensitif jender. Penegakan hukum jangan dipertentangkandengan penegakan HAM.

Karena, sesungguhnya keduanya dapat berjalan seiring ketika para penegak hukum

memahami betul hak-hak warga negara dalam konteks hubungan antaranegara hukum

dengan masyarakat sipil.

Page 12: ISBD.docx

DAFTAR PUSTAKA

- http://www.academia.edu/4926708/

ISBD_Makalah_ISBD_Manusia_Nilai_Moral_dan_Hukum

- http://grms.multiply.com/journal/item/26http://bambang1988.wordpress.com/

2009/04/13/manusia-nilai-moral-dan-- --

- Juanda, dkk. 2010. Bahan Ajar Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: UNJ.