is pa

Upload: yunike-wirahmaningrum

Post on 12-Jul-2015

1.494 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pengenalan tentang ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau secara istilah kedokteran adalah ISPA merupakan penyakit yang menyerang balita dan sekian dari beberapa korban harus di rawat inap di rumah sakit karena penyakit yang membahayakan. Serangan di saluran pernapasan pada masa bayi dan anak bisa menimbulkan kecacatan hingga dewasa. Kematian yang ditimbulkan dari ISPA antara 20 persen hingga 30 persen, dan merupakan masalah kesehatan yang jangan diabaikan karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang tinggi yaitu 1 dari 4 kematian yang terjadi. Jadi bisa diperkirakan mengalami 3 hingga 6 episode ISPA setiap tahun. Kemudian bisa di presentasikan sekitar 40 persen hinggan 60 persen dari kunjungan di Puskesmas adalah penyakit ISPA. Ini adalah kematian yang terbesar pada umumnya karena pneumonia dan bayi kurang dari 2 bulan. Penyakit ini dapat ditularkan melalui udara pernapasan yang mengandung kumat yang terhirup orang sehat lewat saluran pernapasan. Viruslah yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan bagian atas, yang sering terjadi pada semua golongan masyarakat di musim dingin. Akan tetapi ISPA yang tidak ditangani secara lanjut, akan menjadi momok sebuah pneumonia yang menyerang anak kecil dan balita apabila terdapat zat gizi yang kurang dan ditambah dengan keadaan lingkungan yang tidak bersih. Beban Immunologis yang besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, tidak tersedianya atau pemakaian berlebih antibiotik dan meningkatnya infeksi silang yang merupakan resiko utama pada anak anak dan balita. Well Penyakit ini bisa di kenali dengan tanda atau gejala yang ditimbulkan yaitu : 1. Suara nafas lemas bahkan hilang dan seperti ada cairan sehingga terdengar keras, ada gejala sesak yang kebiruan, nafas cuping hidung atau nafas dimana hidungnya tidak lubang, tertariknya kulit kedalam dinding dada atau bisa disebut retraksi dan sistem pernafasan yang tidak teratur serta cepat. 2. Gagal jantung, hipotensi, hipertensi, denyut jantung kadang cepat kadang lemah yang terdapat di sistem peredaran darah dan jantung.

3. Kejang dan koma, bingung, sakit kepala, mudang terangsang, sering gelisah yang yang menyerang di sistem syaraf 4. Letih dan sering berkeringat banyak. Untuk anak dengan umur 2 bulan hingga 5 tahun yaitu kejang, intensitas kesadaran menurun, stridor, gizi buruk dan tidak bisa minum. Sedangkan untuk anak dibawah 2 bulan yaitu kemampuan minum yang menurun secara drastis yang biasanya kurang dari setengah volume dari setiap kebiasaan, mengi, mendengkur demam, dingin dan intensitas kesadaran menurun. Sumber dari ( Wikipedia, Halalguide, dan Benih )http://omdimas.com/pengenalan-tentang-ispa-atau-infeksi-saluran-pernafasan-akut/

Home Kesehatan ASKEP ISPA

ASKEP ISPA

Asuhan Keperawatan (ASKEP) INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) 1. PENGERTIAN ISPA

ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Saluran pernapasan meliputi organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.

ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian jangan dianggap enteng, bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat menyebabkan anak menderita pneumoni yang dapat berujung pada kematian.

Menurut Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi dua golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia.

Pneumonia dibedakan atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.

Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotic.

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.

Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada area pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.

2. JENIS JENIS ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing). Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta). Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih. ukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

3. TANDA TANDA BAHAYA ISPA

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.

Tanda-tanda klinis ISPA

Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.

Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.

Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang

dan coma.

Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris ISPA

hypoxemia,

hypercapnia dan

acydosis (metabolik dan atau respiratorik)

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing

4. PENATALAKSANAAN KASUS ISPA

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :

A. Upaya pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

Menjaga keadaan gizi agar tetap baik. Immunisasi. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

B. Pengobatan dan perawatan

Prinsip perawatan ISPA antara lain : Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari Meningkatkan makanan bergizi Bila demam beri kompres dan banyak minum Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek

Pengobatan antara lain :

Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.

Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut. 1992

Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien

Alih bahasa I Made Kariasa. Ed 3. Jakarta: EGC.1999

PENGKAJIAN :

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Umur : Jenis kelamin : Agama : Suku : Pekerjaan : Status perkawinan : Tanggal MRS : Pengkajian : Penanggung jawab : Regester : Diagnosa masuk : Alamat :

II. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan Utama Klien mengeluh demam, batuk , pilek, sakit tenggorokan

2. Riwayat penyakit sekarang Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan Dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.

3. Riwayat penyakit dahulu Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang

4. Riwayat penyakit keluarga Menurut pengakuan klien,anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut

5. Riwayat sosial Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik di fokuskan pada pengkajian sistem pernapasan :

1. Pengkajian tanda tanda vital dan kesadaran klien 2. Inspeksi :

Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan Tonsil tanpak kemerahan dan edema Tampak batuk tidak produktif Tidak ada jaringna parut pada leher Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi

3. Palpasi Adanya demam Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

4. Perkusi Suara paru normal (resonance)

5. Auskultasi Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

IV. PEMERIKSAASN PENUNJANG

Tanggal : HB : LED : Hematokrit : Trombosit : MCV : MCH : MCHC : Diff Count : Urien PH : Ureum : Kreatinin : SGOT : SGPT : Na : Kalium :

Cl : AGD : PCO2 : Radiologi : ECG :

DIAGNOSA KEPERAWATAN :

I. Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi

Tujuan : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 37, 5 C

INTERVENSI

1.Observasi tanda tanda vital

2.Anjurkan pada klien/keluarga umtuk melakukan kompres dingin ( air biasa) pada kepala / axial.

3.Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan yang dapat menyerap keringat seperti terbuat dari katun.

4.Atur sirkulasi udara.

5.Anjurkan klien untuk minum banyak 2000 2500 ml/hr.

6.Anjurkan klien istirahat ditempat tidur selama fase febris penyakit. 7.Kolaborasi dengan dokter : Dalm pemberian therapy, obat antimicrobial antipiretika

RASIONALISASI

1.Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya.

2.Degan menberikan kompres maka aakan terjadi proses konduksi / perpindahan panas dengan bahan perantara .

3.Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap keringat.

4.Penyedian udara bersih.

5.Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.

6.Tirah baring untuk mengurangi metabolism dan panas.

7.Untuk mengontrol infeksi pernapasan Menurunkan panas

II. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia

Tujuan : * klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal. * klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan. * Tidak menunujukan tanda malnutrisi.

INTERVENSI

1.Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari

2.Berikan makan pporsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat

3.Beriakan oral sering, buang secret berikan wadah husus untuk sekali pakai dan tisu dan ciptakan lingkungan beersih dan menyenamgkan.

4.Tingkatkan tirai baring.

5.Kolaborasi Konsul ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien

RASIONALI

1.Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.

2.Untuk menjamin nutrisi adekuat/ meningkatkan kalori total

3.Nafsu makan dapt dirangsang pada situasi rilek, bersih dan menyenangkan.

4.Untuk mengurangi kebutuhahan metabolic

5.Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal.

III. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.

Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol

INTERVENSI

1.Teliti keluhan nyeri ,catat intensitasnya (dengan skala 0 10), factor memperburuk atau meredakan lokasimya, lamanya, dan karakteristiknya.

2.Anjurkan klien untuk menghindari allergen / iritan terhadap debu, bahan kimia, asap,rokok. Dan mengistirahatkan/meminimalkan berbicara bila suara serak.

3.Anjurkan untuk melakukan kumur air garam hangat

4.Kolaborasi Berikan obat sesuai indikasi Steroid oral, iv, & inhalasi

analgesik

RASIONAL

1.Identifikasi karakteristik nyeri & factor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok & untuk mengevaluasi ke efektifan dari terapi yang diberikan.

2.Mengurangi bertambah beratnya penyakit.

3.Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.

4.Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi / menghambat pengeluaran histamine dalam inflamadi pernapasan.

5. Analgesic untuk mengurangi rasa nyeri

IV. Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi

penekanan imun)

Tujuan : * tidak terjadi penularan * tidak terjadi komplikasi

INTERVENSI

1.Batasi pengunjung sesuai indikasi

2.Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas

3.Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin, jika ditutup dengan tisu buang segera ketempat sampah

4.Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak usia dibawah 2 tahun, lansia dan penderita penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan jika kondisi tubuh menurun / asupan makanan berkurang

5.Kolaborasi Pemberian obat sesuai hasil kultur

RASIONAL

1.Menurunkan potensial terpalan pada penyakit infeksius.

2.Menurunkan konsumsi /kebutuhan keseimbangan O2 dan memperbaiki pertahanan klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.

3.Mencegah penyebaran pathogen melalui cairan

4.Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi

5.Dapat diberikan untuk organiasme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas / atau di berikan secara profilatik karena resiko tinggi

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) INFEKSI SALURAN PERNAFASAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

I.

IDENTIFIKASI MASALAH ISPA merupakan suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa. ISPA masih menjadi masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % - 60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % - 30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan

napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik. Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejalagejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian angka kematiannya masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan

II.

PENGANTAR Bidang studi : Penyakit Saluran Pernapasan Topik Sub topik Sasaran : ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Akut ) : ISPA pada Anak : Ibu ibu dan anak

Hari / tanggal : Kamis, 06 Januari 2011 Jam Waktu tempat : 11.00 WIB : 15 menit : di kelurahan Tahunan

III.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami dan mengerti tentang ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Akut ) pada anak.

IV.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali : 1. Pengertian ISPA 2. Etiologi ISPA 3. Gejala ISPA 4. Penanganan ISPA

V.

MATERI

Terlampir

VI.

METODE 1. Ceramah 2. Tanya jawab

VII.

MEDIA 1. Materi SAP 2. Presentasi dengan MS. Power point

VIII.

KEGIATAN PEMBELAJARAN No 1 Waktu 2 menit Kegiatan penyuluhan Pembukaan : 1. Memberi salam 2. Menjelaskan tujuan pembelajaran 2 7 menit Pelaksanaan : 1. Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan dan teratur Menyimak dan mendengarkan Kegiatan peserta 1. Menjawab salam 2. Mendengarkan dan memperhatikan

Materi : 1. Pengertian ISPA 2. Etiologi ISPA 3. Gejala ISPA 4. Penanganan ISPA

3

4 menit

Evaluasi : Meminta kepada ibu ibu untuk menjelaskan kembali atau menyebutkan : 1. Pengertian ISPA 2. Tanda bahaya ISPA

Bertanya dan menjawab pertanyaan

4

2 menit

Penutup : Mengucapkan terima kasih dan mengucapkan salam

Menjawab salam

IX.

PENGESAHAN

Yogyakarta, 06 Januari 2011 Sasaran Penyuluh

Ibu ibu

Pemateri ( Lathifanita Hapsari )

Mengetahui Dosen Pembimbing

Drs. Sugianto, A. Md. Kep. M. Kes

X.

EVALUASI Essay Pertanyaan : 1. Apa itu ISPA ? 2. Sebutkan tanda bahaya ISPA ?

XI.

LAMPIRAN MATERI

ISPA pada Anak

1.

Pengertian ISPA ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari istilah

dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan infeksi jasad remik atau bakteri, virus maupun rikitsia tanpa atau disertai radang parenkim paru.(Vietha,2009) ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi pada setiap bagian saluran pernafasan baik atas maupun bawah yang disebabkan oleh jasad remik atau bakteri, virus maupun riketsin tanpa atau disetai radang dari parenkim. ( Whaley dan Wong, 2000 ). 2. Etiologi, Menurut Vietha ( 2009 ) : Etiologi ISPA adalah lebih dari 200 jenis bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain genus streptococus, Stafilococus, hemafilus, bordetella, hokinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikrovirus, adnovirus, dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA di influensa yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak anak di bawah usia 2 tahun yang kecepatan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menumbulkan resiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontrubusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.

3.

Gejala ISPA

Berikut ini adalah gejala ISPA pada anak-anak :

Demam Batuk

Pilek, hidung tersumbat, atau bersin-bersin Nyeri tenggorokan/nyeri menelan Suara serak Sakit kepala, badan pegal-pegal, atau nyeri sendi Lesu, lemas Sesak napas Frekuensi napas cepat

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk. Tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, mendengkur, mengi, demam dan dingin. 4. Penanganan ISPA

Berikut ini beberapa tips untuk penanganan ISPA secara umum: 1. Istirahat yang cukup 2. Berikan anak minum lebih banyak, terutama bila anak batuk dan demam 3. Berikan obat penurun panas bila demam 4. Hindari penularan ke orang lain. Cara untuk menghindari penularan: menutup mulut dan hidung bila batuk/bersin, cuci tangan dengan sabun setelah batuk/bersin, gunakan masker (bila anak cukup kooperatif), hindari kontak terlalu dekat dengan bayi atau manular. 5. Jangan memberikan antibiotik tanpa intruksi dokter. Antibiotik tidak diperlukan apabila ISPA yang disebabkan infeksi virus. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat meningkatkan kekebalan bakteri terhadap antibiotik tersebut. 6. Hindari pemberian obat batuk/pilek pada anak. Diskusikan dengan dokter anda mengenai manfaat dan risiko obat tersebut apabila akan diberikan pada anak anda 7. Kenali tanda-tanda gawat darurat . Anda perlu segera memeriksakan anak ke dokter apabila:

1. Sesak napas atau frekuensi napas menjadi lebih cepat 2. Napas berbunyi mengi (wheezing) atau seperti merintih (grunting) 3. Dinding dada/sela-sela iga tampa tertarik ke dalam bila anak bernapas 4. Bibir berwarna kebiru-biruan 5. Leher anak kaku 6. Kesulitan menelan 7. Muntah terus menerus 8. Anak tampak sangat lemah

XII.

DAFTAR PUSTAKA

file:///H:/ISPA/25_ISPA_%28_Infeksi_Saluran_Pernapasan_Akut_%29.html file:///H:/ISPA/index.php.htm file:///H:/ISPA/konsep-dasar-ispa.html file:///H:/ISPA/ispa-infeksi-saluran-pernapasan-akut-ketahui-dan-waspadailah.html

file:///H:/ISPA/Infeksi%20Saluran%20Napas%20Akut%20%28ISPA%29%20%C2%AB%20Smart%20Patien t.htm

Asuhan Keperawatan Pada Neonatus Dengan Infeksi Saluran PernafasanPengertian

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).

Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).Angka kejadian dan diagnosis Infeksi Saluran Pernafasan

Pada rumah sakit umum yang telah menjadi rumah sakit rujukan terdapat 8,76 %-30,29% bayi dan neonatal yang masih mengalami infeksi dengan angka kematian mencapai 11,56%-49,9%. Pengembangan perawatan yang canggih mengundang masalah baru yakni meningkatnya infeksi nosokomial yang biasanya diakhiri dengan keadaan septisemia yang berakhir dengan kematian (Victor dan Hans; 1997; 220). Diagnosis dari penyakit ini adalah melakukan kultur (biakan kuman) dengan swab sebagai mediator untuk menunjukkan adanya kuman di dalam saluran pernafasan. Pada hitung jenis (leukosit) kurang membantu sebab pada hitung jenis ini tidak dapat membedakan penyebab dari infeksi yakni yang berasal dari virus atau streptokokus karena keduanya dapat menyebabkan terjadinya leukositosis polimorfonuklear (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 453).

Etiologi Dan Karakteristik Infeksi Saluran Pernafasan

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419). Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan A bhemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae, clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus. Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu. Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh di dalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas. Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru. Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).Manifestasi klinis ISPA

Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).Terapi dan Penatalaksanaan ISPA

Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret. Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).

Diagnosis banding

Penyakit infeksi saluran pernafasan ini mempunyai beberapa diagnosis banding yaitu difteri, mononukleosis infeksiosa dan agranulositosis yang semua penyakit diatas memiliki manifestasi klinis nyeri tenggorokan dan terbentuknya membrana. Mereka masing-masing dibedakan melalui biakan kultur melalui swab, hitungan darah dan test Paul-bunnell. Pada infeksi yang disebabkan oleh streptokokus manifestasi lain yang muncul adalah nyeri abdomen akuta yang sering disertai dengan muntah (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 454).Tanda dan gejala yang muncul

1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC. 2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski. 3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bahkan tidak mau minum. 4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit. 5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus. 6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric. 7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah

tersumbat oleh karena

banyaknya sekret.

8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. 9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).Pengkajian terutama pada jalan nafas

Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari pernafasan. Pola, cepat (tachynea) atau normal. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum (Whaley and Wong; 1991; 1420).Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans; 1997; 224).Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, tujuan dan intervensi

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan, nyeri. Tujuan: Pola nafas kembali efektif dengan kriteria: usaha nafas kembali normal dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru. Intervensi: a. Berikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan mudah.

b.

Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.

c. Anjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis serta menyerap keringat. d. Berikan O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter. e. f. Berikan obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator). Observasi tanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam pernafasan.

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret. Tujuan: Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret dengan kriteria: jalan nafas yang bersih dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret. Intervensi: a. b. Lakukan penyedotan sekret jika diperlukan. Cegah jangan sampai terjadi posisi hiperextensi pada leher.

c. Berikan posisi yang nyaman dan mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone dan side lying position). d. Berikan nebulizer sesuai instruksi dokter. e. Anjurkan untuk tidak memberikan minum agar tidak terjadi aspirasi selama periode tachypnea. f. g. h. 3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan perparenteral yang adekuat. Berikan kelembaban udara yang cukup. Observasi pengeluaran sekret dan tanda vital. Cemas berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak

Tujuan: Menurunnya kecemasan yang dialami oleh orang tua dengan kriteria: keluarga sudah tidak sering bertanya kepada petugas dan mau terlibat secara aktif dalam merawat anaknya.

Intervensi: a. b. c. Berikan informasi secukupnya kepada orang tua (perawatan dan pengobatan yang diberikan). Berikan dorongan secara moril kepada orang tua. Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan.

d. Anjurkan kepada keluarga agar bertanya jika melihat hal-hal yang kurang dimengerti/ tidak jelas. e. f. Anjurkan kepada keluarga agar terlibat secara langsung dan aktif dalam perawatan anaknya. Observasi tingkat kecemasan yang dialami oleh keluarga.

DAFTAR PUSTAKA Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC. Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1. USA: CV. Mosby-Year book. Inc Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI. Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 20012002,Philadelpia,USA Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan Anak) PSIK FK UGM tidak dipublikasikan.http://nursingbegin.com/askep-ispa-anak/

Terapi INHALASI SEDERHANA

INHALASI SEDERHANA

A. PENDAHULUAN Dasar teknik inhalasi yang berlaku sekarang sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani, yaitu dengan menggunakan uap ramu-ramuan yang dihirup. Hingga kini pun masih ada yang menggunakan cara inhalasi tradisional untuk meringankan gejala batuk pilek, yakni dengan menghirup uap dari sebaskom air panas yang dicampur dengan beberapa tetes minyak penghangat. Namun, cara tradisional ini tetap tidak bisa menggantikan inhalasi dengan nebulizer. "Efek inhalasi tradisional sekadar melonggarkan pernapasan tapi tidak berfungsi mengeluarkan lendir karena bahan-bahan seperti minyak kayu putih tidak mengandung zat penghancur lendir. Sedangkan obat-obatan yang dimasukkan dalam nebulizer dapat berfungsi melonggarkan pernapasan sekaligus mengencerkan lendir agar mudah dikeluarkan."

B. PENGERTIAN Inhalasi menurut Muljono Wirjodiardjo, M.D.,Ph.D merupakan bagian dari fisioterapi paruparu (chest physiotherapy). Tepatnya, cara pengobatan dengan memberi obat (sejenis aerosol) dalam bentuk uap secara langsung pada alat pernapasan menuju paru-paru. Berikut beberapa macam terapi inhalasi: Metered Dose Inhaler (MDI) Dry Powder Inhaler (DPI) Nebulizer Inhalasi sederhana/tradisional

Inhalasi sederhana yaitu memberikan obat dengan cara dihirup dalam bentuk uap ke dalam saluran pernafasan yang dilakukan dengan bahan dan cara yang sederhana serta dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga. Terapi ini lebih efektif ketimbang obat oral/minum seperti tablet atau sirup. obat oral akan melalui berbagai orgab dulu seperti ke lambung, ginjal, atau jantung sebelum sampai ke sasarannya, yakni paru-paru. Sehingga ketika sampai paru-paru, obatnya relatif tinggal sedikit. Sedangkan dengan inhalasi, obat akan bekerja cepat dan langsung. Selain itu dosis obat pada terapi inhalasi sangat kecil dan tidak memiliki efek samping ke bagian tubuh lain. C. TUJUAN UTAMA Membuat pernapasan yang terganggu akibat adanya lendir atau tengah mengalami sesak napas menjadi kembali normal

D. INDIKASI

Asma akibat Bersihan jalan nafas tidak efektif Batuk-pilek ringan (tidak disertai demam dan lamanya belum lebih dari 3 hari).

E. ALAT DAN BAHAN

Ruangan tertutup Baskom ukuran sedang Obat-obatan aromatherapi seperti minyak kayu putih Air panas

F. CARA KERJA

Persiapkan alat dan bahan

Campurkan minyak kayu putih dengan air panas dalam baskom dengan perbandingan 2-3 tetes minyak kayu putih untuk 250 ml (1 gelas) air hangat.

Tempatkan pasien dan campuran tersebut di ruangan tertutup supaya uap tidak tercampur denga udara bebas. Hirup uap dari campuran tersebut selama 5-10 menit atau pasien sudah merasa lega dengan pernafasannya.

G. KEUNTUNGAN THERAPI INHALASI SEDERHANA Keuntungan dari Inhalasi sederhana anatar lain:

Lebih mudah untuk dilakukan Biaya lebih terjangkau

H. KEKURANGAN THERAPI INHALASI SEDERHANA Selain keuntungan, therapi sederhana juga memiliki kekurangan antara lain yaitu:

Kurang efektif di berikan pada balita karena uap air panas dan bau minyak penghangatnya terlalu kuat. Belum lagi risiko kecelakaan terkena tumpahan air panas.

Daftar Pustaka. Hand Out Keperawatan Keluarga STIKes Dharma Husada Bandung

REDAKAN BATUK-PILEK DENGAN FISIOTERAPI

Gejala

batuk-pilek dapat diredakan dengan fisioterapi. Agar tak mesti bolak-balik ke rumah sakit,

lakukan fisioterapi di rumah. Tentu saja setelah anak yang sakit diperiksakan ke dokter.

Batuk-pilek adalah penyakit yang akrab dengan anak. Baru saja si kecil sembuh, eh, beberapawaktu kemudian batuknya terdengar lagi disertai hidung meler. Yang kadang membuat miris, jika pernapasan si kecil terganggu akibat hidungnya mampet dan dari dalam dadanya terdengar suara grok-grok.

Untuk anak-anak yang mengalami keluhan seperti itu, selain meresepkan obat, dokter biasanya juga menyarankan fisioterapi. Terapi pada paru-paru ini akan membantunya mengeluarkan lendir, sehingga anak bisa bernapas lega kembali. Pada umumnya untuk kasus batuk pilek yang ringan hanya dibutuhkan 1-2 kali fisioterapi tapi untuk kasus yang berat bisa dibutuhkan sampai 7 kali, bahkan lebih. Nah, kalau si kecil sering mengalami batuk-pilek, katakanlah hampir 3 bulan sekali, terbayang kan harus berapa kali fisioterapi dilakukan. Begitu pula pengeluaran tenaga, waktu, dan uang karena anak dan pendampingnya harus bolak-balik ke rumah sakit.

Penghematan terhadap pengeluaran-pengeluaran tersebut sangat bisa dilakukan jika orang tua mengerti teknik fisioterapi untuk kemudian mempraktikkannya di rumah. Memang ada alat yang dibutuhkan dalam fisioterapi ini, yaitu nebulizer yang harganya relatif (berkisar 800 ribu rupiah ke atas). Namun kalau dihitung-hitung, boleh jadi harga tersebut jatuhnya lebih murah dibanding total biaya yang dikeluarkan jika harus mondar-mandir ke rumah sakit.

Dan lagi, manfaat fisioterapi bukan hanya meringankan batuk pilek karena infeksi saja, tapi juga gangguan pernapasan akibat asma atau pilek karena alergi. Namun, buru-buru Ira mengingatkan bahwa fisioterapi di rumah harus dijadikan satu paket dengan kunjungan ke dokter. Maksudnya, tetap harus diingat bahwa tujuan fisioterapi adalah memperingan gejala, sementara pengobatan tetap harus dilakukan berdasarkan pemeriksaan dokter.

Fisioterapi di rumah dapat dilakukan pada semua orang, tanpa pandang umur, dari bayi hingga dewasa. Hanya saja untuk melakukan fisioterapi pada bayi, orang tua umumnya tidak memiliki rasa percaya diri.

Wajar saja, karena tubuhnya masih begitu mungil. Apalagi memang ada beberapa teknik fisioterapi untuk bayi yang hanya bisa dilakukan fisioterapis profesional, misalnya untuk mengeluarkan lendir setelah proses inhalasi dengan nebulizer.

KONDISI YANG MENGIZINKAN FISIOTERAPI

* Dokter menyarankan anak menjalani fisioterapi.

* Batuk-pilek ringan (tidak disertai demam dan lamanya belum lebih dari 3 hari).

HINDARI FISIOTERAPI BILA:

o Kondisi batuk pilek yang dialami anak tergolong berat atau disertai demam.

o Anak mengalami sesak yang parah karena dengan fisioterapi malah bisa menambah sesaknya.

o Anak baru saja menghabiskan makannya karena dapat mengakibatkan muntah.

SYARAT FISIOTERAPI

+ Sebelumnya, anak sudah banyak minum air putih.

+ Pakaian yang dikenakan harus longgar.

+ Ruangan yang dipakai tidak banyak berdebu, tidak lembap, ventilasi udara baik.

+ Tersedia perlengkapan yang dibutuhkan:

- bantal

- tempat tidur dan kursi

- alat nebulizer

TAHAPAN FISIOTERAPI

1. INHALASI

Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap kepada si sakit langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru). Alat terapi inhalasi bermacam-macam. Salah satunya yang efektif bagi anak adalah alat terapi dengan kompresor (jet nebulizer). Cara penggunaannya cukup praktis yaitu anak diminta menghirup uap yang dikeluarkan nebulizer dengan menggunakan masker.

Obat-obatan yang dimasukkan ke dalam nebulizer bertujuan melegakan pernapasan atau menghancurkan lendir. Semua penggunaan obat harus selalu dalam pengawasan dokter. Dosis obat pada terapi inhalasi jelas lebih sedikit tapi lebih efektif ketimbang obat oral/obat minum seperti tablet atau sirup. Ya, karena dengan inhalasi obat langsung mencapai sasaran. Bila tujuannya untuk mengencerkan lendir/sekret di paru-paru, obat itu akan langsung menuju ke sana.

2. PENGATURAN POSISI TUBUH

Tahapan ini disebut juga dengan postural drainage, yakni pengaturan posisi tubuh untuk membantu mengalirkan lendir yang terkumpul di suatu area ke arah cabang bronkhus utama (saluran napas utama) sehingga lendir bisa dikeluarkan dengan cara dibatukkan. Untuk itu, orang tua mesti mengetahui di mana letak lendir berkumpul.

Caranya:

* Taruh tangan di bagian dada atau punggung anak.

* Minta anak menarik nafas dalam-dalam lalu keluarkan melalui mulut secara perlahan.

* Dekatkan telinga kita ke tubuhnya dan dengarkan asal bunyi lendir. Biasanya lendir yang mengumpul akan menimbulkan suara. Atau, rasakan getarannya.

* Setelah letak lendir berhasil ditemukan, atur posisi anak:

- Bila lendir berada di paru-paru bawah maka letak kepala harus lebih rendah dari dada agar

lendir mengalir ke arah bronkhus utama. Posisi anak dalam keadaan tengkurap.

- Kalau posisi lendir di paru-paru bagian atas maka kepala harus lebih tinggi agar lendir mengalir ke cabang utama. Posisi anak dalam keadaan telentang.

- Kalau lendir di bagian paru-paru samping/lateral, maka posisikan anak dengan miring ke samping, tangan lurus ke atas kepala dan kaki seperti memeluk guling.

3. PEMUKULAN/PERKUSI

Teknik pemukulan ritmik dilakukan dengan telapak tangan yang melekuk pada dinding dada atau punggung. Tujuannya melepaskan lendir atau sekret-sekret yang menempel pada dinding pernapasan dan memudahkannya mengalir ke tenggorok. Hal ini akan lebih mempermudah anak mengeluarkan lendirnya.

Caranya:

* Lakukan postural drainage. Bila posisinya telentang, tepuk-tepuk (dengan posisi tangan melekuk) bagian dada sekitar 3-5 menit. Menepuk bayi cukup dilakukan dengan menggunakan 3 jari. * Dalam posisi tengkurap, tepuk-tepuk daerah punggungnya sekitar 3-5 menit.

* Dalam posisi miring, tepuk-tepuk daerah tubuh bagian sampingnya. Setelah itu lakukan vibrasi (memberikan getaran) pada rongga dada dengan menggunakan tangan (gerakannya seperti mengguncang lembut saat membangunkan anak dari tidur). Lakukan sekitar 4-5 kali.

4. LATIHAN BATUK

Batuk merupakan cara efektif dan efisien untuk mengeluarkan lendir di saluran pernapasan. Agar batuk jadi efektif maka perlu diberikan latihan batuk. Namun latihan ini hanya bisa dilakukan pada anak yang sudah bisa diajak sedikit bekerja sama (kooperatif) atau mulai di usia batita. Untuk bayi, teknik batuk pada fisoterapi di rumah biasanya ditiadakan. Bayi biasanya mengeluarkan lendir dengan cara memuntahkannya. Adapun latihan batuk yang bisa dilakukan adalah: Anak duduk dengan agak membungkuk. Minta ia menarik napas dalam-dalam lalu tahan dan kontraksikan otot perut. Tiup napas lebih kuat dan batukkan.

5. LATIHAN PERNAPASAN

Latihan ini dilakukan untuk memperbaiki dan menormalkan kembali pola pernapasan serta membantu mengeluarkan lendir. Biasanya teknik ini dilakukan pada anak yang mengalami sesak napas. Latihan ini bisa dilakukan pada anak yang kooperatif, sekitar usia 3 tahun ke atas. Sebetulnya, yang paling banyak digunakan dalam latihan ini adalah otot-otot dada bagian bawah atau diafragma.

Latihan pernapasan pada anak dapat dilakukan dengan menggunakan mainan semisal boneka.

Berikut caranya:

+ Anak dalam posisi telentang.

+ Taruh mainan boneka di atas perutnya.

+ Minta anak untuk menarik napas sehingga boneka tersebut bergerak naik. Kemudian tiupkan udara lewat mulut sehingga bonekanya bergerak turun. Lakukan sebanyak 4-8 kali.

+ Bila lendir anak banyak, cara ini akan membuatnya terbatuk-batuk. Tidak apa-apa, batuk berguna untuk mengeluarkan lendir.

6. RELAKSASI

Khusus bagi anak yang mengalami sesak napas seperti asma, maka perlu pula diajarkan cara-cara relaksasi untuk meredakan rasa sesaknya.

Posisi tersebut antara lain:

1. Bila dalam keadaan berdiri, posisi relaksasi yang disarankan yaitu tubuh bersandar ke dinding belakang atau bertumpu ke depan dan kepala condong ke depan sehingga napasnya tidak terengah-

engah dan otot diafragmanya lebih banyak berfungsi. 2. Bila dalam posisi duduk, taruh bantal di perutnya kemudian minta ia memeluk bantal itu dengan posisi seperti bersujud. Adanya gaya berat ini dapat membantu pernapasannya.

MEMILIH DAN MERAWAT NEBULIZER

Pada dasarnya ada dua jenis alat nebulizer yaitu jet nebulizer atau menggunakan dengan teknik kompresor dan nebulizer ultrasound atau menggunakan teknik getaran. Untuk di rumah, sebaiknya pilih jet nebulizer. Selain harganya relatif murah, jenis ini dapat digunakan untuk pemakaian obat-obatan jenis kortikosteroid (untuk mengatasi alergi) yang mungkin suatu ketika diperlukan. Namun, tidak demikian halnya dengan jenis ultrasound walaupun nebulizer di rumah sakit umumnya memang menggunakan jenis ini. Pertimbangannya, penggunaan nebulizer di rumah sakit cukup sering dan mesinnya tak mudah panas dibanding jet nebulizer.

Sehabis digunakan sebaiknya selang/masker dibersihkan dengan direndam di air suam-suam kuku sekitar satu jam. Kemudian keringkan dan ditaruh di atas alas kain atau digantung. Tak perlu dikeringkan dengan cara dilap.

INHALASI TRADISIONAL

Dasar teknik inhalasi yang berlaku sekarang sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani, yaitu dengan menggunakan uap ramu-ramuan yang dihirup. Hingga kini pun masih ada yang menggunakan cara inhalasi tradisional untuk meringankan gejala batuk pilek, yakni dengan menghirup uap dari sebaskom air panas yang dicampur dengan beberapa tetes minyak penghangat. Namun menurut Ira, cara tradisional ini tetap tidak bisa menggantikan inhalasi dengan nebulizer. "Efek inhalasi tradisional sekadar melonggarkan pernapasan tapi tidak berfungsi mengeluarkan lendir karena bahan-bahan seperti minyak kayu putih tidak mengandung zat penghancur lendir. Sedangkan obat-obatan yang dimasukkan dalam nebulizer dapat berfungsi melonggarkan pernapasan sekaligus mengencerkan lendir agar mudah dikeluarkan."

Obat batuk tradisional

Obat batuk tradisional Apakah anda mempunyai masalah dengan batuk dan Selalu mengganggu aktifitas sehari-hari anda? Sebenarnya batuk bukanlah sebuah penyakit. Akan tetapi batuk merupakan sebuah gejala dari suatu penyakit. Atau sebuah reaksi dari tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya makanan, asap, lendir, debu dan lain-lain. Batuk merupakan sebuah rangsangan tertentu, misalnya debu di reseptor batuk (hidung, saluran pernapasan, bahkan telinga). Kemudian reseptor akan mengalirkan lewat syaraf ke pusat batuk yang berada di otak. Di sini akan memberi reaksi kepada otot-otot pada tubuh untuk mengeluarkan benda asing tadi, sehingga terjadilah batuk. Obat batuk tradisional 1 : 10 gram kulit jeruk mandarin kering dan 25 gram kencur (diiris-iris tipis) direbus dengan 400 cc air hingga tersisa 200 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat. Pemakaian : Konsumsi 2 kali sehari Obat batuk tradisional 2 : 10 lembar daun sirih direbus dengan 400 cc air hingga tersisa 200 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat. Pemakaian : Konsumsi 2 kali sehari Obat batuk tradisional 3 : 10 gram kulit jeruk mandarin kering dan 250 gram oyong segar direbus dengan 600 cc hingga tersisa 300 cc, kemudian diminum selagi hangat. Obat batuk tradisional 4 : Haluskan bahan berupa 4 gram umbi bawang merah, 4 gram daun poko segar, 3 gram daun

sembung segar, 4 gram herba pegangan segar, 2 gram buah adas dan 125 ml air. Tambahkan air. Di buat infus atau dibuat pil. Obat batuk tradisional 5 : Campur 1 sdm air perasan jeruk nipis, 3 sdm madu murni, 5 sdm air matang, lalu ditim selama 30 menit. Takaran minum bayi antara usia 6-1 tahun : 2 kali 1/2 sdt ; anak 1-3 tahun : 2 kali 1 sdt; anak 4-5 tahun : 2 kali 1 1/2 sdt. Cara lain, potong 1 buah jeruk nipis, peras airnya, taruh dalam gelas/cangkir. Tambahkan kecap manis, aduk. Takaran minum untuk anak, 3 kali 1 sdt per hari.http://tipsku.info/obat-batuk-tradisional/

ISPA

Sekilas info tentang ISPA (orang awam lebih mengenal dengan "batuk pilek"

ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut yang diadopsi dari acute respiratory infection (ARI).

Istilah ISPA mengandung tiga unsur yaitu infeksi, saluran pernapasan dan akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Adapun saluran pernapasan adalah organ dimulai dari hidung sampai alveoli beserta organ adneksa seperti sinus-sinus, rongga telinga, dan pleura. (Infeksi) akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Dengan demikian ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksanya saluran pernapasan.

Mikroorganisme yang dapat menyebabkan ISPA ada lebih dari 300 jenis, terdiri atas golongan bakteri, virus, riketsia dan jamur. Di negara-negara berkembang umumnya kuman penyebab ISPA adalah Streptococcus pneumonia dan Haemophylus influenza.

Sumber penularan adalah penderita ISPA yang menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab ISPA kedalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup. Selain itu, terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan

berbicara kepada orang di sekitar penderita, trasmisi langsung dapat juga melalui ciuman, memegang/menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran pernapasan penderita.

Pembagian ISPA

Berdasarkan tingkat keparahan : ISPA ringan (bukan pneumonia) ISPA sedang (pneumonia) ISPA berat (pneumonia berat)

Berdasarkan letak : Infeksi Saluran Pernapasan atas Akut Infeksi Saluran Pernapasan bawah Akut

ISPA Ringan

Tanda dan gejala : 1. Batuk 2. Pilek dengan atau tanpa demam

Penanganan : Anak cukup rawat jalan (hanya dirawat di rumah atau bisa ke pelayanan kesehatan) Beri minum yang banyak Istirahat Beri terapi suportif, seperti penurun panas, pereda batuk dan pilek Tidak memerlukan antibiotik

ISPA Sedang

Tanda dan gejala : 1. Batuk

2. Pilek dengan atau tanpa demam 3. Pernapasan cepat - Umur bulan: 60 kali/ menit - Umur 2-11 bulan: 50 kali/ menit -Umur 1-5 tahun: 40 kali/ menit 4. Wheezing (mengi) 5. Sakit atau keluar cairan dari telinga

Penanganan : Anak rawat jalan (ke pelayanan kesehatan) Beri minum yang banyak Istirahat Beri terapi suportif, seperti penurun panas, pereda batuk dan pilek Beri antibiotik : Kotrimoksazol 2x1 selama 3 hari atau amoksisilin 2x1 selama 3 hari.

ISPA Berat

Tanda dan gejala: 1. Batuk 2. Pilek dengan atau tanpa demam 3. Pernapasan cepat 4. Wheezing (mengi) atau Stridor (suara seperti mengorok) 5. Sakit atau keluar cairan dari telinga 6. Penarikan dinding dada bagian bawah 7. Kesadaran menurun 8. Bibir/kulit pucat kebiruan Penanganan:

SEGERA RUJUK ANAK KE RUMAH SAKIT TERDEKAT!

Faktor risiko terserang ISPA:

Usia muda, balita Status imunisasi yang tidak lengkap status ASI eksklusif yang kurang status gizi yang kurang/buruk berat badan lahir rendah lingkungan, seperti pencemaran udara, ventilasi, kepadatan hunian, perubahan cuaca

Pencegahan yang bisa kita lakukan di antaranya: hindari faktor-faktor risiko tingkatkan kekebalan tubuh mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan menyiapkan makanan menutup hidung dan mulut saat bersin dan batuk.

Sumber: Depkes RI WHO blogsehat.com

LEAFLET KESEHATAN Leaflet kesehatan merupakan suatu media yang dapat digunakan untuk promosi kesehatan. Berikut ini adalah cocntoh-contoh leaflet kesehatan :

LEAFLET ISPA

LEAFLET DIARE

LEAFLET MEMANDIKAN PASIEN

LEAFLET GIZI BAYI & BALITA

LEAFLET BAHAYA MEROKOK

LEAFLET PERSONAL HYGIENE

Pencegahan Ispa Pencegahan Primer Adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit belum mulai (pada periode prepatogenesis) dengan tujuan agar tidak terjadi proses penyakit. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak antara lain memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua tentang kebersihan, sanitasi, penyakit ISPA dan pencegahannya meliputi: Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap penyakit baik. Rumah dengan ventilasi yang sempurna, sirkulasi udara lencar dan tanpa asap tungku di dalam rumah yang dapat mengganggu pernapasan. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit ISPA. Pemberian vitamin A dan ASI pada bayi B.Pencegahan Sekunder Adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit berlangsung namun belum timbul tanda/ gejala sakit (Patogenesis awal) dengan tujuan proses penyakit tidak berlanjut. Pada pencegahan ini meliputi dini dan pengobatan segera, yaitu meliputi ada tidaknya penyakit ISPA dalam diri anak. Diagnosa awal ini dapat berupa pemeriksaan ada tidaknya gejala-gejala yang muncul seperti ada tidaknya batuk, pilek dengan atau tanpa demam, kecepatan pernapasan, ada tidaknya nafas menciutciut, bercak kemerahan sesak dan lain-lain. Pemeriksaan sederhana seperti denyut nadi, pernapasan, suhu, dan kondisi fisik. Diagnosa ditegakkan dari gejala klinis dan pemeriksaan lanjutan. C.Pencegahan Tersier Adalah pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah lanjut (akhir periode patogenesis) dengan tuuan untuk mencegah cacat dan mengembalikan penderita ke status sehat. Pada pencegahan tersier ini meliputi pengobatan. Pengobatan penderita ISPA adalah dengan cara: 1.Pemberian oksigenasi bila mengalami sesak napas. 2.Penahisapan suction. 3.Penderita sebaiknya dirawat di rumah sakit diperlukan untuk mencegah terjadinya syok yang dapat terjadi secara tepat. 4.Pemberian obat penurun panas jika disertai demam.

5.Pemberian nutrisi yang cukup. 6.Pemberian vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan jika kondisi tubuh menurun/asupan makanan berkurang. 7.Berikan sirkulasi udara yang cukup.

1. 1. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) Yang dimaksud dengan ISPA pada penelitian ini adalah apabila pada waktu wawancara dengan responden diperoleh adanya informasi salah satu atau lebih anggota keluarga yang mengalami penyakit yang menyerang organ pernafasan anak secara tiba-tiba baik organ pernafasan bagian atas maupun bawah. Kriteria objektif: 1. Pernah menderita: jika anak pernah mengalami infeksi pada organ pernafasannya berdasarkan diagnosa dokter (dalam 3 bulan terakhir) 2. Tidak menderita: jika anak tidak mengalami infeksi pada organ pernafasannya berdasarkan diagnosa dokter 3. 2. Kepadatan penghuni Kepadatan penghuni pada penelitian ini adalah banyaknya jumlah orang yang menghuni rumah berdasarkan luas rumah. Kriteria obyektif: 1. Memenuhi syarat: dapat menyediakan 2,53 m2 untuk tiap orang/luas rumah (Permenkes, 829/MENKES/SK/VII/2004) 1. Tidak memenuhi syarat: jika tidak sesuai dengan kriteria di atas 2. 3. Ventilasi Ventilasi adalah sarana yang digunakan untuk mengatur sirkulasi (pertukaran udara) dalam ruangan rumah dengan udara luar Kriteria objektif: 1. Memenuhi syarat: jika rumah memiliki ventilasi atau jendela termasuk setiap ruang yang ada dalam rumah dengan ukuran luas ventilasi/jendela minimal 10% dari luas lantai (Peraturan Bangunan Nasional, 2009) 1. Tidak memenuhi syarat: jika tidak sesuai dengan kriteria di atas 2. 4. Kamarisasi

Yang dimaksud dengan kamarisasi pada penelitian ini adalah adanya pembagian kamar/ruangan dalam rumah. Kriteria objektif: 1. Memenuhi syarat: jika dalam suatu rumah terdapat pembagian kamar yang sesuai (Natoatmodjo, 2007) 2. Tidak memenuhi syarat: jika tidak sesuai dengan criteria di atas. 3. 5. Suhu Yang dimaksud dengan suhu pada penelitian ini adalah berapa derajad uadara dalam rumah. Kriteria objektif: 1. Memenuhi syarat: Jika suhu udara dalam ruangan 18-30oC (Permenkes, 829/MENKES/SK/VII/2004) 2. Tidak memenuhi syarat: jika tidak sesuai dengan kriteria di atas.http://cooliwan.wordpress.com/2011/03/22/pengaruh-sanitasi-rumah-terhadap-ispa-pada-balita/

PNEUMONIA Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru_ paru (alveoli). Terjadinya pnoumunia pada anak sering bersama dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa di sebut broncho pneumonia). Gejala penyakit ini berupa nafas cepat dan nafas sesak karena paru paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali per menit atau lebih pada