ipn saponin

12
Laporan Praktikum Ke : 7 Hari,Tanggal:Senin,27 April 2015 Integrasi Proses Nutrisi Tempat: Laboratorium BFM Asisten:Desti Nur A D24110030 Shabrina D W D24110036 Nur Hidayah D251120091 Reikha R D251120131 SAPONIN Fani Karina Astrini D24130090 Kelompok 4/G2

Upload: fani

Post on 11-Nov-2015

21 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

laporan ipn

TRANSCRIPT

Laporan Praktikum Ke : 7Hari,Tanggal:Senin,27 April 2015Integrasi Proses NutrisiTempat: Laboratorium BFMAsisten:Desti Nur A D24110030 Shabrina D W D24110036 Nur Hidayah D251120091 Reikha R D251120131

SAPONIN

Fani Karina AstriniD24130090Kelompok 4/G2

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKANFAKULTAS PETERNAKANINSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam (Harbrone 1996). Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang mempunyai massa dan molekul besar, dengan kegunaan luas (Burger et al 1998) Saponin diberi nama demikian karena sifatnya menyerupai sabun Sapo berarti sabun. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa bila dikocok dengan air. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba. Dikenal juga jenis saponin yaitu glikosida triterpenoid dan glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai spirotekal. Kedua saponin ini larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonya disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana asam atau hidrolisis memakai enzim (Robinson 1995).Senyawa ini banyak ditemukan dalam tanaman yang digunakan sebagai hijauan pakan ternak ruminansia, terutama leguminosa, dan tanaman yang berpotensi sebagai imbuhan pakan untuk ruminansia.Pada hewan ruminansia, saponin dapat digunakan sebagai antiprotozoa karena mampu berikatan dengan kolesterol pada sel membran protozoa, sehingga menyebabkan membranolisis pada sel membran protozoa. Penggunaan saponin yang ditambahkan ke dalam ransum dapat menurunkan populasi protozoa rumen secara parsial atau keseluruhan.Oleh karena itu dalam praktikum ini digunakan daun-daun legum untuk mendeteksi ada tidaknya kandungan saponin melalui cairan rumen.

Tujuan

Mendektesi keberadaan saponin dalam hijauan pakan ternak dengan menggunakan pelarut air,mengetahui kestabilan busa saponin di dalam larutan saliva buatan dan cairan rumen serta pengaruh penggunaan saponin terhadap populasi protozoa rumen.

TINJAUAN PUSTAKA

Saponin

Saponin adalah suatu glikosida triterpana dan sterol yang mungkin terdapat pada banyak tanaman (Harbone 1987). Kata saponin berasal dari bahasa Latin sapo yaitu suatu bahan yang akan membentuk busa jika dilarutkan dalam larutan yang encer. Saponin berfungsi sebagai ekspektoran, kemudian emetikum jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar (Kusumaningtyas 2009). Saponin juga merupakan senyawa kimia yang dapat menyebabkan sel darah merah terganggu akibat dari kerusakan membran sel, menurunkan kolestrol plasma, dan dapat menjaga keseimbangan flora usus, serta sebagai antibakteri (Sayekti 2008).Saponin umumnya berasa pahit dan dapat membentuk buih saat dikocok dengan air. Secara fisika buih ini timbul karena adanya penurunan tegangan permukaan pada cairan (air)Selain itu saponin bersifat racun untuk beberapa hewan berdarah dingin. Saponin ditemukan pada tanaman dan secara umum dikelompokkan sebagai faktor antinutrisi atau racun dan menyebabkan fotosensitisasi.Saponin menyebabkan perbedaan spesies bakteri dalam rumen. Bakteri selulolitik lebih toleran terhadap saponin dibandingkandengan bakteri lainnya (Wanget al 2000). Hristovet almenyatakan bahwa penambahan saponin dapat menurunkan populasi protozoa dalam rumen. Beberapa penelitian menunjukkan efek dari pemberian saponin pada ternak dan pengaruhnya terhadap lingkungan, yaitu dapat mengurangi produk methan.Sifat yang khas dari saponin antara lain berasa pahit, berbusa dalam air, mempunyai sifat detergen yang baik, mempunyai aktivitas hemolisis (merusak sel darah merah), tidak beracun bagibinatang berdarah panas, mempunyai sifat anti eksudatif dan mempunyai sifat anti inflamatori. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, senyawa saponin mempunyai kegunaan yang sangat luas, antara lain sebagai detergen, pembentuk busa pada alat pemadam kebakaran, pembentuk busa pada industri sampo dan digunakan dalam industri farmasi serta dalam bidang fotografi Pada tenak ruminansia, saponin berpotensi sebagai agen defaunasi dalam manipulasi prosesfermentasi di dalam rumen. Penggunaan saponin yang ditambahkan ke dalam ransum dapat menurunkan populasi protozoa rumen secara parsial atau keseluruhan.

Peran Saponin dalam Defaunasi Protozoa

Protozoa merupakan salah satu mikroba yang hidup secara anaerob dalam rumen dan ikut mempengaruhi fermentasi rumen. Keberadaan protozoa dalam rumen sering mengganggu ekosistem bakteri, karena mempunyai sifat memangsa bakteri. Jika populasi protozoa tidak terkendali dapat menurunkan jumlah populasi bakteri dan mempengaruhi proses pencernaan serat pakan. Pengurangan jumlah protozoa didalam rumen akan memberikan banyak keuntungan yaitu mengurangi emisi gas metan dan meningkatkan suplai protein untuk ternak. Populasi protozoa dalam rumen dapat ditekan dengan penggunaan agen defaunasi (Arisma 2009). Salah satu agen defaunasi yang dapat digunakan untuk menekan populasi protozoa adalah saponin yang merupakan hasil metabolisme sekunder tanaman. Keberadaan saponin dapat dimanfaatkan sebagai agen defaunasi sehingga keberadaannya dapat menguntungkan bagi ternak ruminansia.Adanya defaunasi meningkatkan populasi bakteriselulotik sehingga meningkatkan kecernaan serat kasar (Preston dan Leng 1987). Saponinmampu berikatan dengan kolesterol pada sel membran protozoa, sehingga menyebabkan membranolisis pada sel membran protozoa (Cheeke 1999).Populasi bakteri tidak terganggu karena bakteri tidak mempunyai sterol yang dapat berikatan dengan saponin.

MATERI DAN METODE

MateriAlatPeralatan yang digunakan antara lain tabung reaksi,rak tabung reaksi,mortar,pastel,spoit,kapas,corong,gelaspiala,kompor,mikroskop,preparat,dan botol selai.

BahanBahan yang digunakan antara lain cairan rumen, saliva buatan, daun kaliandra, daun kembang sepatu, daun gamal, daun lamtoro sabun cair, sabun colek, gas CO2, serta aquadest.MetodePersiapan Sampel DaunSampel daun (daun kaliandra, kembang sepatu, gamal, dan lamtoro) dihaluskan dengan digiling dengan menggunakan pastel dan mortar,kemudian disiapkan gelas piala masing-masing 2 untuk tiap sampel, masukkan 100ml air panas untuk gelas piala pertama dan 100 ml air dingin pada gelas piala yang ke dua. Tambahkan 2 sendok masing-masing sampel ke dalam gelas piala, kemudian di aduk.Kemudian disaring menggunakan corong dengan kapas.Ambil filtrat yang sudah disaring dan ampasnya dapat dibuang.

Persiapan Sampel SabunSiapkan 4 buah gelas piala.kemudian 2 buah gelas piala diisi dengan air panas masing-masing 25ml.2 buah lagi dengan air dingin masing-masing 25ml. Kemudian larutkan 1 gram sabun colek atau sabun cair pada gelas piala dandiaduk.

Uji Saponinfiltrat sampel daun air panas dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi dengan bantuan spoit. Kemudian dikocok selama 10 detik,lalu ukur ketinggian busa dengan penggaris.Diamkan selama 10 menit,kemudian ukur keinggian busa kembali.Lakukan cara yang sama untuk sampel daun air dingin.

Uji Kestabilan Busa Dalam Larutan Sabunsampel sabun colek atau cair perlakuan panas dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi dengan bantuan spoit. Kemudian dikocok selama 10 detik,lalu ukur ketinggian busa dengan penggaris.Diamkan selama 10 menit,kemudian ukur keinggian busa kembali.Lakukan cara yang sama untuk sabun colek atau cair perlakuan air dingin.Lakukan perlakuan yang sama dengan penambahan cairan rumen dan saliva buatan.

Uji Kestabilan Busa Dalam Saliva Buatan dan Cairan RumenTabung reaksi disiapkan sebanyak 12 buah, kemudian dimasukkan masing-masing filtrat sampel daun air panas untuk 6 tabung reaksi pertama sampel daun air dingin untuk 6 tabung reaksi ke dua.Sebanyak 5 ml larutan saliva buatan atau cairan rumen dimasukkan kedalam tabung reaksi yang sudang berisi sampel.Kemudian dikocok selama 10 detik lalu ukur dan dibiarkan selama 10 menit.Lalu ukur ketinggian busa kembali.Lihat perbedaan pada tiap sampel.

Uji pengaruh saponinterhadap populasi protozoaDisiapkan tabung reaksi (tabung Hungate), yang berisi gas CO2, lalu masukkan sebanyak 1 ml tiap-tiap filtrat hijauan pakan dengan menggunakan spoit ke dalam masing-masing tabungreaksi (tabung hungate).kemudiantambahkan sebanyak 5ml cairan rumen kedalam masing-masing tabung hungate,lalu kocok perlahan tabung reaksi kedalam shaker water bath selama 10 menit.Ambil cairan dalam tabung hungate dengan menggunakan spoit, lalu letakkan ke dalam gelas objek lalu tutup dengan gelas penutup. Kemudian amati gelas objek dengan mikroskop lalu hitung jumlah protozoa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1.Uji SaponinPerlakuanBahanTinggi busa

Sebelum Sesudah

Gamal3.61,9

DinginKaliandra10,5

Lamtoro0.80

K.Sepatu0.50,3

Gamal51,7

PanasKaliandra2.51,9

Lamtoro0.50,2

K.Sepatu1.50,1

Hasil pengamatan pada uji saponin menunjukkan busa tertinggi terdapat pada daun gamal,yang menunjukkan bahwa gamal memiliki kandungan saponin tertinggi dibandingkan hujauan lainnya.Pada bahan yang dilarutkan dengan air panas memiliki ketinggian busa yang lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan air dingin.

Tabel 2.Uji kestabilan busa dalam larutan sabunPerlakuanBahan (sabun)Tinggi busa

SebelumSesudah

PanasColek119.3

Cair10.89

DinginColek7.37

Cair6.96.5

Dingin+SalivaColek76.2

Cair74.5

Panas+SalivaColek7.36.2

Cair64.6

Dingin+RumenColek5.54.6

Cair5.63.5

Panas+RumenColek64.4

Cair7.55.3

Hasil pengamatan pada uji kestabilan busa pada larutan sabun menunjukkan bahwan sabun colek lebih besar tinggi busanya dibandingkan sabun cair.Ketinggian busa pada perlakuan panas lebih besar dibandingkan perlakuan dingin.Ketika ditambahkan rumen atau saliva buatan,ketinggian busa menurun dibandingkan dengan perlakuan air saja.Ketinggian busa pada perlakuan rumen lebih rendah dibandingkan saliva buatan.

Tabel 3.Uji kestabilan busa dalam larutan cairan rumenPerlakuanBahanTinggi busa

Sebelum Sesudah

Gamal0.50.5

DinginKaliandra1.50.5

Lamtoro0.20.1

K.Sepatu0.50.2

Gamal10.5

PanasKaliandra2.50.5

Lamtoro0.10

K.Sepatu0.50.3

Tabel 4.Uji kestabilan busa dalam larutan saliva buatanPerlakuanBahanTinggi busa

Sebelum Sesudah

Gamal3.22.2

DinginKaliandra1.50.5

Lamtoro1.70.4

K.Sepatu0.50.2

Gamal0.70.5

PanasKaliandra1.90.4

Lamtoro3.41

K.Sepatu0.80.5

Pada hasil uji kestabilan busa dalam larutan cairan rumen dan saliva.Dapat dilihat bahwa cairan rumen memiliki kestabilan yang lebih tinggi.Hal ini berbeda dengan literatur yang mengatakan bahwa saliva buatan seharusnya memiliki busa yang lebih stabil dikarenakan cairan rumen mampu mendegradasi saponin.

Tabel 5.Uji pengaruh saponin terhadap populasi protozoaKelompokJumlah protozoaPerhitunganHasil

1 (Kaliandra)6969x2x1040.1x0.0025x16x569x106

2 (K.Sepatu)6666x2x1040.1x0.0025x16x566x106

3 (Gamal)2828x2x1040.1x0.0025x16x528x106

4 (Lamtoro)3232x2x1040.1x0.0025x16x532x106

Kontrol3737x2x1040.1x0.0025x16x537x106

Hristov et al (1999) menyatakan bahwa penambahan saponin dapat menurunkan populasi protozoa dalam rumen. Beberapa penelitian menunjukkan efek yang menguntungkan dari pemberian saponin terhadap ternak dan pengaruhnya terhadap lingkungan, yaitu dengan mengurangi produksi methan (Wallace et al 2002).Saponin menyebabkan defaunasi protozoa,hal tersebut terbukti pada hasil yang didapatkan oleh kelompok 3 dan 4.Terjadi penurunan populasi protozoa dibandingkan dengan kontrol.Tetapi pada kelompok 1 dan 2 terjadi hasil yang berbeda dengan literatur,hal ini mungkin disebabkan kesalahan perhitungan pengamat.

KESIMPULAN

Keberadaan saponin dalam hijauan pakan ternak dapat diketahui dengan adanya busa. Kestabilan busa saponin dalam larutan saliva buatan lebih stabil bila dibandingkan dalam cairan rumen. Saponin adalah agen defaunasi yang memiliki pengaruh dalam menurunkan populasi protozoa rumen sehingga dapat mengurangi produksi metan.

DAFTAR PUSTAKA

Arisma.2009. Evaluasi Suplementasi Ekstrak Lerak (Sapindus rarak) terhadap Populasi Protozoa, Bakteri dan Karakteristik Fermentasi Rumen Sapi Peranakan Ongole secara In Vitro. Skripsi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.Burger I,Burger B,V Albrecht,CF Spicies,HSC and Sandor P.1998.Triterpenoid saponin From Bacium gradivlona Var. Obovatum Phytochemistry.49. 2087-2089.

Cheeke PR.1999.Actual and Potential Applications of Yucca schidigra and Quillaja saponaria Saponin in Human and Animal Nutrition.http://www.asas.org/jas/symposia/proceedings/0909.pdf.Di akses tanggal [ 26 April 2015].

Harborne JB.1987.Phytochemical Methods 2nd edition.New York (USA): Chapman and Hall.

Hristov NA,McAllister TA,Van Herk FH,Cheng KJ,Newbold CJ and Cheeke PR.1999.Yucca schidigera on ruminal fermentation and nutrient digestion in heifers. J. Anim. Sci. and Tech. 77: 2554-2563.

Kurniawati, Arisma. 2009. Evaluasi suplementasi ekstrak lerak (Sapindus rarak) terhadap populasi protozoa, bakteri dan karakteristik fermentasi rumen sapi peranakan ongole secara in vitro. Skripsi. Bogor: Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Kusumaningtyas P. 2009. Histopatologi Hati Ayam yang Diinfeksi Ascaridia Galli dan Diobati Ekstrak Etanol Akar Daruju (Acanthus ilicifolius Linn.). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Preston TR and Leng RA. 1987. Matching Ruminant Production Sistems with Available Resources in the Tropic and Sub-Tropic. International Colour Production. Stanthorpe, Queensland, Australia.

Robinson T.1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Bandung (ID) : ITB Press.

Sayekti. 2008. Sifat Saponin. http://www.kalbe.co.id/ .Di akses pada [26 April 2015].

Wallace RJ,McEwan NR,McIntosh FM,Teferedegne B and New Bold C.2002. Natural products as manipulators of rumen fermentation. Asian-Aus.J. Anim. Feed Sci. and Tech. 15: 1458-1468.

Wang Y,McAllister TA,Yanke LJ,Xu YZ, Cheeke PR and Cheng KJ.2000. In vitro effects of steroidal saponins from Yucca schidigera extract on rumen microbial protein synthesis and ruminal fermentation. J. Sci. Food Agric. 80: 2114-2122.