ipi404219

Upload: edhys

Post on 01-Mar-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 ipi404219

    1/7

    7

    Volume 1, Nomor 1 (2014) Jurnal Pharmascience

    Jurnal Pharmascience, Vol 1, No. 1, Februari 2014, hal: 7 - 13

    ISSN : 23555386

    ANALISIS KADAR ASAM LEMAK BEBAS DALAM MINYAK HASILPENGGORENGAN BERULANG DENGAN METODE TITRASI ASAM BASA DAN

    SPEKTROFOTOMETER FOURIER TRANSFORMATION INFRA RED(FTIR)

    Selamat Alfiani, Liling Triyasmono, Malikhatun Nimah

    Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Lambung MangkuratJl. A. Yani Km 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

    Email:[email protected]

    INTISARIProses penggorengan berulang pada minyak goreng akan menyebabkan terbentuknya

    asam lemak bebas. Asam lemak bebas dapat dianalisis menggunakan metode titrasi asam basadengan NaOH 0,05 M sebagai titran dan menggunakan FTIR (Fourier Transform Infra Red) yangdidasari pada absorbansi dari gugus asam lemak bebas. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan

    peningkatan kandungan asam lemak bebas dan menunjukkan pemakaian yang masih memenuhistandar mutu. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acakkelompok (RAK). Pengelompokan sampel sebanyak 2 kelompok dengan masing-masingpengulangan penggorengan ke-0, ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, ke-5. Hasil analisis kadar menggunakantitrasi asam basa untuk minyak goreng bermerek dari penggorengan ke-0 sampai ke-5 berturut-turut sebagai berikut 0,18 mgOH/g; 0,29 mgOH/g; 0,37 mgOH/g; 0,47 mgOH/g; 0,50 mgOH/g; 0,53mgOH/g, untuk minyak goreng curah dari penggorengan ke-0 sampai ke-5 berturut-turut sebagaiberikut 0,49 mgOH/g; 0,52 mgOH/g; 0,58 mgOH/g; 0,69 mgOH/g; 0,76 mgOH/g; 0,81 mgOH/g.Hasil analisis menggunakan FTIR menunjukkan ada peningkatan nilai absorbansi pada gugusfungsi C=O (1743 cm-1) asam lemak bebas pada penggorengan ke-3 dan ke-4. Kesimpulanpenelitian ini terdapat peningkatan kadar pada pengulangan penggorengan dan pemakaianberulang yang masih memenuhi standar mutu pada pengulangan ke-5 untuk minyak goreng

    bermerek dan dua kali pengulangan untuk minyak goreng curah.

    Kata kunci: Asam lemak bebas, minyak goreng, titrasi asam basa, FTIR.

    ABASTRACTThe process of repeated frying in cooking oil will cause the formation of free fatty acids.

    Free fatty acids can be analyzed using the method of acid-base titration using 0.05 M NaOH astitrant and FTIR (Fourier Transform Infra Red), which is based on the atomic bonding of free fattyacid group. The purpose of this study was to determine the increase on free fatty acid content anddemonstrate the use of which is still safe to use. This study used an experimental method with aplan randomized group (RAK). The samples was divided into 2 groups, with each repetition of thefrying of 0, 1st, 2nd, 3rd, 4th, 5th. The results of the analysis using acid-base titration levels forbranded cooking oil from the frying of 0 to 5th repetition in a row following as 0.18 mgOH/g; 0.29mgOH/g; 0.37 mgOH/g; 0.47 mgOH/g; 0.5 mgOH/g; 0.53 mgOH/g, for the cooking oil from thefrying of 0 to 5th repetition in a row following as 0.49 mgOH/g; 0.52 mgOH/g; 0.58 mgOH/g; 0.69mgOH/g; 0.76 mgOH/g; 0.81 mgOH/g. The results of the analysis using FTIR showed difference inthe absorbance values of functional groups C=O (1743 cm-1) of free fatty acids in the frying of the3rd and 4th repetition. This study conclude there is the increase on free fatty acid level in repetitionof frying and the repeated cooking oil consumption safety limit on 5 times repetition for giandedcooking oil and 2 times repetition for bulk cooking oil.

    Keywords: free fatty acids, edible oils, acid-base titration, FTIR.

    PENDAHULUANMinyak goreng adalah salah satu kebutuhan

    pokok masyarakat Indonesia. Jenis minyak goreng

    yang umumnya digunakan yaitu minyak nabati,seperti: minyak kelapa dan minyak sawit. Kurang

    lebih dari 290 juta ton minyak dikonsumsi tiap tahun.

    mailto:[email protected]:[email protected]
  • 7/25/2019 ipi404219

    2/7

    8

    Volume 1, Nomor 1 (2014) Jurnal Pharmascience

    Hal tersebut menunjukkan besarnya jumlah

    makanan gorengan yang dikonsumsi oleh lapisan

    masyarakat dari segala kalangan (Ketaren, 2008).

    Selama proses penggorengan, makanan terendam

    di dalam minyak goreng dengan suhu tinggi,

    sehingga terjadi penyerapan minyak oleh makanan.

    Menurut penelitian Velesco (2004), faktor yang

    mempengaruhi penyerapan minyak oleh makanan

    selama proses penggorengan adalah suhu, lama

    waktu penggorengan dan pemakaian berulang pada

    minyak goreng. Penelitian Febriansyah (2007) juga

    menyatakan jumlah minyak dalam makanan yang

    digoreng mengalami kenaikan seiring dengan

    semakin lamanya proses pengorengan. Hal ini

    dikarenakan selama proses penggorengan minyak

    goreng mengalami berbagai reaksi kimia di

    antaranya reaksi hidrolisis dan oksidasi yang dapat

    menyebabkan terbentuknya asam lemak bebas

    (Kumala, 2003).

    Menurut Rukmini (2007), minyak goreng

    yang memiliki kandungan asam lemak bebas

    melebihi standar mutu yakni maksimal 0,6 mg OH/g

    (BSN, 2013) bila dikonsumsi dalam jangka waktupanjang dan dalam jumlah besar dapat merusak

    kesehatan karena viskositasnya padat sehingga

    bersifat lengket pada dinding saluran darah yang

    mengakibatkan atheroskelerosis, menyebabkan

    bertambahnya berat organ ginjal dan hati serta

    timbulnya berbagai penyakit, seperti yang

    disebutkan Castillon et al. (2011) dalam

    penelitiannya yaitu: kanker, hipertensi, obesitas dan

    Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang diakibatkan

    oleh tingginya konsumsi asam lemak bebas dalam

    jumlah besar. Penelitian Tuminah (2009)

    menyatakan bahwa konsumsi rata-rata asam lemak

    bebas di Indonesia sebesar 15,54% dari total energi

    yang dikonsumsi sedangkan penelitian Bintanah &

    Muryati (2010) mengatakan rata-rata konsumsi asam

    lemak bebas masyarakat Indonesia adalah 18,30%

    yang berarti mengalami peningkatan dibandingkan

    sebelumnya. Hal ini sangat mengkhawatirkan terkait

    tingginya kadar asam lemak bebas dalam minyak

    menunjukkan penurunan kualitas minyak goreng

    serta penurunan mutu makanan yang pada akhirnya

    dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan (Anwar,

    2012).

    Berdasarkan penelitian Panagan (2010),

    kadar asam lemak bebas dapat di analisis

    menggunakan metode titrasi asam basa. Edwar et

    al. (2011) menganalisis kandungan asam lemak

    bebas pada minyak goreng sawit dan minyak goreng

    jagung. Hasil penelitian menyatakan bahwa pada

    pemanasan selama 60 menit dengan suhu 2000 C

    terlihat penurunan volume titrasi dari kedua sampel

    minyak goreng, serta penelitian Effendi et al. (2012)

    untuk mengukur kadar asam lemak bebas pada

    minyak kelapa yang menyatakan peningkatan kadar

    asam lemak bebas akibat proses oksidasi dan

    hidrolisis minyak. Pemilihan metode ini dipakai

    karena merupakan metode yang sederhana dan

    sudah banyak digunakan dalam laboratorium

    maupun industri, penentuannya hanya didasarkan

    pada perubahan warna yang terjadi pada sampel

    dan sering disebut sebagai titik akhir titrasi.

    Selain dengan menggunakan metode titrasi,kadar asam lemak bebas di dalam minyak dapat

    dianalisis menggunakan FTIR (Fourier Transformasi

    Infra Red) yang didasari pada vibrasi ikatan atom

    dari suatu molekul. Seperti yang dilakukan Al-Alawi

    et al. (2006) pada penelitian asam lemak bebas

    pada minyak nabati, hasil penelitiannya

    menunjukkan adanya perubahan pita serapan gugus

    fungsi dari asam lemak bebas yang ditandai dengan

    gugus karboksilat, terjadi kenaikan pita serapan

    pada panjang gelombang 1820-1573 cm-1 yang

    menandakan adanya vibrasi ikatan C=O. Penelitian

    serupa juga dilakukan oleh Yelmeda et al. (2012)

    untuk menganalisis asam lemak pada minyak sawit

    dan Kapitan (2013) pada minyak bekas

    penggorengan. Kelebihan dari FTIR yaitu penyiapan

    sampel yang lebih cepat serta waktu yang digunakan

    untuk menganalisis lebih cepat dibandingkan metode

    konvensional lainnya, tidak menggunakan pelarut

    yang banyak dan mengurangi resiko toksisitas.

  • 7/25/2019 ipi404219

    3/7

    9

    Volume 1, Nomor 1 (2014) Jurnal Pharmascience

    Berdasarkan alasan tersebut maka peneliti tertarik

    melakukan penelitian tentang bagaimana kadar

    asam lemak bebas pada minyak goreng yang

    dipakai berulang, berapa kali pemakaian minyak

    goreng yang masih memenuhi standar mutu untuk

    digunakan dan memberikan gambaran absorbansi

    gugus fungsi asam lemak bebas seiring dengan

    banyaknya penggorengan dengan spektrofotometer

    FTIR.

    BAHAN DAN METODE

    Bahan

    Minyak diperoleh dari hasil penggorengan

    menggunakan minyak goreng bermerek dan minyak

    goreng curah dengan masing-masing pengulangan

    penggorengan yaitu dari penggorengan ke 0, 1, 2, 3,

    4 dan 5. Analisis titrasi asam basa dilakukan di

    Laboratorium Kimia Analisis Farmasi, Fakultas

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

    Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru,

    Indonesia. Analisis FTIR dilakukan di Laboratorium

    Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas

    Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia. Semuareagen kimia yang digunakan adalah kelas analisis.

    Pembuatan Sampel

    Pembuatan sampel minyak goreng pada

    penelitian ini dilakukan dengan melakukan

    penggorengan sendiri menggunakan 2 sampel

    minyak goreng yang berbeda dengan pengulangan

    penggorengan 0, 1, 2, 3, 4, 5. Sampel minyak

    goreng yang digunakan yaitu minyak goreng

    bermerek dan minyak goreng curah. Pertama-tama

    pada penggorengan ke-0 masing-masing dari

    sampel minyak diambil, kemudian dilakukan

    penggorengan pertama, waktu minyak mendidih

    yaitu 4 menit, setelah minyak mendidih kemudian

    dimasukkan bahan makanan yang digoreng yaitu

    tempe, proses penggorengan berlangsung selama 3

    menit terhitung sampai bahan makanan matang.

    Setelah bahan makanan matang, minyak hasil

    penggorengan diambil 100 mL untuk dilakukan

    analisis menggunakan titrasi asam basa dan FTIR.

    Minyak hasil penggorengan didiamkan selama 45

    menit sebelum dilanjutkan ke penggorengan

    selanjutnya. Perlakuan yang sama juga dilakukan

    pada penggorengan ke-1, 2, 3, 4 maupun 5.

    Metode Referensi

    Penentuan kadar asam lemak bebas dalam

    sampel minyak goreng dilakukan menurut metode

    standar untuk analisis lemak dengan metode resmi

    analisis AOAC Internasional (2005) dan analisis

    AOCS Internasional (2012).

    Pengukuran Titrasi Asam Basa

    Sebanyak 14 gram minyak goreng ditimbang

    pada tiap tahap dan dimasukkan ke dalam

    Erlenmeyer 250 mL yang telah diketahui berat

    kosongnya. Ditambahkan 25 mL etanol 95% dan

    dipanaskan pada suhu 400 C. Ditambahkan 2 mL

    indikator phenopthalin. Dititrasi dengan NaOH 0,05

    M sampai terbentuk larutan berwarna merah muda

    dan tidak hilang selama 30 detik. Dicatat volume

    NaOH yang digunakan. Dilakukan perhitungan kadardengan rumus :

    Kadar =(mL NaOH x N NaOH x BE NaOH)/(Berat Sampel)

    Keterangan :

    Kadar : Kadar asam lemak bebas

    mL NaOH : Volume titran NaOH

    N NaOH : Normalitas larutan NaOH

    BE NaOH : Berat ekivalen NaOH

    Pengukuran FTIR

    Semua sampel diukur dengan menggunakan

    Spektrofotometer FTIR ABB MB 3000 (Clairet Scien

    Northa, pton, UK) yang dilengkapi dengan detektor

    DTGS dengan resolusi 4 cm-1, jumlah pembacaan

    gugus dilakukan pada wilayah panjang gelombang

    6000-400 cm-1. Spektra FTIR menggunakan

    softwere Horizon MB FTIR version 3.0.13.1 (ABB,

    Kanada). Sampel ditempatkan pada wadah sampel

    untuk kemudian dianalisa. Dari perangkat

    Spektrofotometer FTIR akan didapatkan informasi

  • 7/25/2019 ipi404219

    4/7

    10

    Volume 1, Nomor 1 (2014) Jurnal Pharmascience

    berupa spektra yang menggambarkan nilai

    absorbansi pada setiap titik kandungan gugus fungsi

    asam lemak bebas yang ada.

    Analisis Data

    Analisis data dilakukan dengan

    mengumpulkan data kuantitatif (angka) dari kadar

    asam lemak bebas pada tiap pengulangan

    penggorengan. Keragaman data dianalisis

    menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk

    mengetahui sebaran data dan homogenitas data

    dengan uji Levene. Data yang memenuhi syarat

    distribusi normal dan homogen maka dilanjutkan

    dengan analisis menggunakan metode uji

    independent t. Namun jika data tidak berdistribusi

    normal dan homogen (p < 0,05), maka digunakan

    analisis non parametrik yaitu uji Mann-Whitney.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil analisis titrasi asam basa dapat dilihat

    pada gambar 1, bahwa pada penggorengan ke-0

    hingga penggorengan ke-5 untuk masing-masing

    sampel minyak goreng bermerek maupun minyakgoreng curah mengalami peningkatan jumlah rata-

    rata kadar asam lemak bebas. Peningkatan jumlah

    kadar asam lemak bebas ini disebabkan hasil

    hidrolisis dari trigliserida. Pada awal penggorengan

    kenaikan kadar asam lemak bebas yang tidak terlalu

    tinggi, tetapi seiring banyaknya pengulangan

    penggorengan kenaikan kadar asam lemak bebas

    semakin meningkat. Hal ini karena pada saat awal

    penggorengan, kadar air dalam minyak goreng yang

    berasal dari bahan yang akan digoreng belum terlalu

    banyak, tetapi pada proses penggorengan

    selanjutnya kadar air pada minyak semakin

    bertambah. Keberadaan air pada minyak akan

    mempercepat proses hidrolisis dari minyak goreng

    (Mohamed et al., 2001). Semakin lama penggunaan

    minyak untuk menggoreng semakin tinggi pula

    kandungan asam lemak bebas yang terbentuk

    (Ketaren, 2008). Kadar rata-rata asam lemak bebas

    yang melewati ambang batas standar mutu kadar

    asam lemak bebas yang ditetapkan oleh SNI 01-

    3741-2013 yang berisi syarat kandungan asam

    lemak bebas maksimal adalah 0,6 mg OH/g yaitu

    terdapat pada minyak goreng curah pada

    penggorengan ke-3 sebesar 0,69 mg OH/g,

    penggorengan ke-4 sebesar 0,76 mg OH/g dan

    penggorengan ke-5 sebesar 0,81 mg OH/g. Hasil

    analisis kadar asam lemak bebas untuk minyak

    goreng bermerek yang tertinggi yaitu 0,53 mg OH/g

    pada penggorengan ke-5 yang berarti belum

    melewati ambang standar mutu kadar asam lemak.

    Dari hasil yang didapat, dapat disimpulkan bahwa

    batas standar mutu pemakaian minyak goreng

    berulang untuk minyak goreng bermerek masih

    memenuhi standar sampai pengulangan

    penggorengan ke-5 dan untuk minyak goreng curah

    sebanyak 2 kali pengulangan penggorengan.

    Data analisis yang diperoleh menunjukan

    tersebar normal dan homogen dari hasil perhitungan

    statistik, maka analisis statistik dilanjutkan dengan

    metode uji independent t berpasangan untuk melihat

    perbedaan kadar asam lemak bebas minyak goreng

    bermerek dengan minyak goreng curah. Ujiindependent t berpasangan pada tabel 1

    menunjukkan nilai signifikan (p < 0,05) sehingga

    dapat disimpulkan adanya perbedaan bermakna

    antara kadar asam lemak bebas minyak goreng

    bermerek dengan kadar asam lemak bebas minyak

    goreng curah.

    Hasil uji sampel minyak goreng bermerek dan

    minyak goreng curah menggunakan

    Spektrofotometer FTIR memberikan informasi

    gugus-gugus fungsional asam lemak bebas dalam

    sampel. Uji sampel yang dilakukan menghasilkan

    intensitas puncak dan panjang gelombang dalam

    besaran bilangan gelombang pada spektrum infra

    merah. Che Man & Moh (1998) menyatakan bahwa

    selama oksidasi minyakterdapat peningkatan dalam

    intensitas puncak (absorbansi) yang diamati pada

    frekuensi 3050-2800 cm-1 yang menggambarkan

    adanya gugus fungsi C-H, CH2 dan CH3. Puncak

    serapan juga terdapat pada rentang bilangan

  • 7/25/2019 ipi404219

    5/7

    11

    Volume 1, Nomor 1 (2014) Jurnal Pharmascience

    Gambar 1.Grafik hubungan antara penggorengan dengan kadar

    Tabel I. Hasil analisis statistik Independent t berpasangan kadar asam lemak bebas minyak goreng

    bermerek dengan kadar asam lemak bebas minyak goreng curah.

    Perbandingan N T P Keterangan

    Kadar asam lemak bebas 36 -6,027 0,000 Signifikan (p

  • 7/25/2019 ipi404219

    6/7

    12

    Volume 1, Nomor 1 (2014) Jurnal Pharmascience

    Gambar 3.Spektra FTIR minyak goreng curah.

    KESIMPULAN

    Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

    kadar asam lemak bebas pada minyak goreng

    bermerek maupun minyak goreng curah mengalami

    peningkatan seiring dengan banyaknya pengulangan

    penggorengan. Standar mutu pemakaian minyak

    goreng berulang untuk minyak goreng bermerek

    masih memenuhi batas standar pada pengulangan

    penggorengan ke-5 dan untuk minyak goreng curah

    sebanyak dua kali pengulangan penggorengan.

    Adanya peningkatan absorbansi pada puncakbilangan gelombang 1743 cm-1 gugus fungsi C=O

    asam lemak bebas yang dapat dideteksi

    menggunakan Spektrofotometer FTIR.

    DAFTAR PUSTAKA

    Al-Alawi, A., van de Voort. F. R., Sedman, J., &

    Ghetler, A. 2006. Automated FTIR Analysis

    of Free Fatty Acids or Moisture in Edible

    Oils. Journal Food Science and Agricultural

    Chemistry, 11: 2329.

    Anwar, R. W. 2012. Studi Pengaruh Suhu dan Jenis

    Bahan Pangan terhadap Stabilitas Minyak

    Kelapa Selama Proses Penggorengan.

    Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas

    Hasanuddin, Makassar.

    AOAC. 2005. Official Methods of Analysis of the

    Association of Official Agricultural Chemists

    International. Journal of the Association of

    Official Agricultural Chemists, USA. 41: 12.

    AOCS. 2012. Quantitative Analysis of Lard in

    Cosmetic Lotion Formulation Using FTIR

    Spectroscopy and Partial Least Square

    Calibration. Journal American Oil

    Chemistry Sociality, 89: 15371543.

    Bintanah, S., & Muryati. 2010. Hubungan Konsumsi

    Lemak dengan Kejadian

    Hiperkolesterolemia pada Pasien Rawat

    Jalan Di Poliklinik Jantung Rumah Sakit

    Umum Daerah Kraton Kabupaten

    Pekalongan. Jurnal Kesehatan Masyarakat

    Indonesia, 6: 8590.

    BSN. 2013. Minyak Goreng. SNI 01-3741-2013.

    Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

    Castillon, P.G., Artalejo, F. R., Forns, N. S.,

    Banegas, J. R., Etxezarreta, P. A.,

    Ardanaz, E., Barricarte, A., Chirlaque, M.

    D., Iraeta, M. D., Larranaga, N., Losada,

    A., Mendez, M., Martnez, C., Quiros, J. R.,

    Navarro, C., Jakszyn, P., Sanchez M. J.,

    Tormo, M. J., Gonzalez, A. 2011. Intake

    of fried foods is associated with obesity in

    the cohort of Spanish adults from theEuropean Prospective Investigation into

    Cancer and Nutrition. American Journal

    Clinic Nutrition, 86: 198205.

    Che Man, Y. B., & Moh, M. H. 1998. Determination

    of Free Fatty Acids in Plam Oil by Near-

    Infrared Reflectance Spectroscopy. Journal

    American Oil Chemistry Sociality, 75(5):

    557562.

    Edwar, Z., H. Suyuthie, E. Yerizel, & D. Sulastri.

    2011. Pengaruh Pemanasan terhadap

    Kejenuhan Asam Lemak Minyak Goreng

    Sawit dan Minyak Goreng Jagung. Journal

    Indonesian Medical Association, 61 (6):

    248252.

    Effendi, A. M., Winarni, & W. Sumarni. 2012.

    Optimalisasi Penggunaan Enzim Bromelin

    Dari Sari Bonggol Nanas Dalam

    Pembuatan Minyak Kelapa. Indonesian

    Journal of Chemical Science, 1 (1): 16.

  • 7/25/2019 ipi404219

    7/7

    13

    Volume 1, Nomor 1 (2014) Jurnal Pharmascience

    Febriansyah, R. 2007. Mempelajari Pengaruh

    Penggunaan Berulang dan Aplikasi

    Adsorben Terhadap Kualitas Minyak dan

    Tingkat Penyerapan Minyak pada Kacang

    Sulut. Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian,

    Institut Pertanian Bogor, Bogor.

    Goburdhun, D., Jhaumeer-Laullo, S.B. & Musruck,

    R. 2001. Evaluation of soybean oil quality

    during conventional frying by FTIR and some

    chemical indexes. International Journal

    Food Science and Nutrition, 52: 3142.

    Guillen, M. D., & Cabo, N. 1997. Infrared

    Spectroscopy in the Study of Edible Oils and

    Fats. Journal of the Science of Food and

    Agriculture, 75: 111.

    Guillen, M. D., & Cabo, N. 2002. Fourier Transform

    Infrared Spectra Data Versus Peroxide and

    Anisidine Values to Determine Oxidative

    Stability of Edible Oils. Food Chemistry, 77:

    503510.

    Kapitan, O. B. 2013. Analisis Kandungan Asam

    Lemak Trans (Trans Fat) Dalam Minyak

    Bekas Penggorengan Jajanan Di PinggirJalan Kota Kupang. Jurnal Kimia Terapan, 1

    (1): 1731.

    Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan

    Lemak Pangan. UI Pres, Jakarta.

    Kumala, M. 2003. Peran Asam Lemak Tak Jenuh

    Jamak Dalam Respon Imun. Jurnal

    Indonesia Media Assosiasi, 2: 112.

    Mohamed, S., El-Rahman, A., Attya, E., &

    Mohamed, F. R. 2001. Antiradical

    Performance and Physicochemical

    Characteristics of Vegetable Oils upon

    Frying of French Fries: A Preliminary

    Comparative. Electronic Journal of

    Environmental, Agricultural and Food

    Chemistry. 2: 110.

    Panagan, A. T. 2010. Pengaruh Penambahan

    Bubuk Bawang Merah (Allium Ascalonicum)

    Terhadap Bilangan Peroksida dan Kadar

    Asam Lemak Bebas Minyak Goreng. Jurnal

    Penelitian Sains, 10: 0605.

    Rukmini, A. 2007. Regenerasi Minyak Goreng Bekas

    dengan Arang Sekam Menekan Kerusakan

    Organ Tubuh. Seminar Nasional Teknologi

    2007, ISSN: 19789777.

    Tuminah, S. 2009. Efek Asam Lemak Jenuh dan

    Asam Lemak Tak Jenuh Trans Terhadap

    Kesehatan. Puslitbang Biomedis dan

    Farmasi, Media Penelitian dan

    Pengembangan Kesehatan, 19: 1320.

    Velesco, J. 2004. Formation of Short Chain Glycerol

    Bound Oxidation Compounts and Oxidised

    Monomerics Triacylglycerols During Deep

    Frying and Occurrence in Used Frying Fats.

    European Journal of Lipid Science and

    Technology, 106: 728735.

    Yelmeda., I. Zahrina., & F. Akbar. 2012.

    Perengkahan PFAD (Palm Fatty Acid

    Distillate) Dengan Katalis Zeolit Sintesis

    Untuk Menghasilkan Biofuel. Jurnal

    Rekayasa Kimia dan Lingkungan, 9: 4550.