ipi404219
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 ipi404219
1/7
7
Volume 1, Nomor 1 (2014) Jurnal Pharmascience
Jurnal Pharmascience, Vol 1, No. 1, Februari 2014, hal: 7 - 13
ISSN : 23555386
ANALISIS KADAR ASAM LEMAK BEBAS DALAM MINYAK HASILPENGGORENGAN BERULANG DENGAN METODE TITRASI ASAM BASA DAN
SPEKTROFOTOMETER FOURIER TRANSFORMATION INFRA RED(FTIR)
Selamat Alfiani, Liling Triyasmono, Malikhatun Nimah
Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Lambung MangkuratJl. A. Yani Km 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
Email:[email protected]
INTISARIProses penggorengan berulang pada minyak goreng akan menyebabkan terbentuknya
asam lemak bebas. Asam lemak bebas dapat dianalisis menggunakan metode titrasi asam basadengan NaOH 0,05 M sebagai titran dan menggunakan FTIR (Fourier Transform Infra Red) yangdidasari pada absorbansi dari gugus asam lemak bebas. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan
peningkatan kandungan asam lemak bebas dan menunjukkan pemakaian yang masih memenuhistandar mutu. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acakkelompok (RAK). Pengelompokan sampel sebanyak 2 kelompok dengan masing-masingpengulangan penggorengan ke-0, ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, ke-5. Hasil analisis kadar menggunakantitrasi asam basa untuk minyak goreng bermerek dari penggorengan ke-0 sampai ke-5 berturut-turut sebagai berikut 0,18 mgOH/g; 0,29 mgOH/g; 0,37 mgOH/g; 0,47 mgOH/g; 0,50 mgOH/g; 0,53mgOH/g, untuk minyak goreng curah dari penggorengan ke-0 sampai ke-5 berturut-turut sebagaiberikut 0,49 mgOH/g; 0,52 mgOH/g; 0,58 mgOH/g; 0,69 mgOH/g; 0,76 mgOH/g; 0,81 mgOH/g.Hasil analisis menggunakan FTIR menunjukkan ada peningkatan nilai absorbansi pada gugusfungsi C=O (1743 cm-1) asam lemak bebas pada penggorengan ke-3 dan ke-4. Kesimpulanpenelitian ini terdapat peningkatan kadar pada pengulangan penggorengan dan pemakaianberulang yang masih memenuhi standar mutu pada pengulangan ke-5 untuk minyak goreng
bermerek dan dua kali pengulangan untuk minyak goreng curah.
Kata kunci: Asam lemak bebas, minyak goreng, titrasi asam basa, FTIR.
ABASTRACTThe process of repeated frying in cooking oil will cause the formation of free fatty acids.
Free fatty acids can be analyzed using the method of acid-base titration using 0.05 M NaOH astitrant and FTIR (Fourier Transform Infra Red), which is based on the atomic bonding of free fattyacid group. The purpose of this study was to determine the increase on free fatty acid content anddemonstrate the use of which is still safe to use. This study used an experimental method with aplan randomized group (RAK). The samples was divided into 2 groups, with each repetition of thefrying of 0, 1st, 2nd, 3rd, 4th, 5th. The results of the analysis using acid-base titration levels forbranded cooking oil from the frying of 0 to 5th repetition in a row following as 0.18 mgOH/g; 0.29mgOH/g; 0.37 mgOH/g; 0.47 mgOH/g; 0.5 mgOH/g; 0.53 mgOH/g, for the cooking oil from thefrying of 0 to 5th repetition in a row following as 0.49 mgOH/g; 0.52 mgOH/g; 0.58 mgOH/g; 0.69mgOH/g; 0.76 mgOH/g; 0.81 mgOH/g. The results of the analysis using FTIR showed difference inthe absorbance values of functional groups C=O (1743 cm-1) of free fatty acids in the frying of the3rd and 4th repetition. This study conclude there is the increase on free fatty acid level in repetitionof frying and the repeated cooking oil consumption safety limit on 5 times repetition for giandedcooking oil and 2 times repetition for bulk cooking oil.
Keywords: free fatty acids, edible oils, acid-base titration, FTIR.
PENDAHULUANMinyak goreng adalah salah satu kebutuhan
pokok masyarakat Indonesia. Jenis minyak goreng
yang umumnya digunakan yaitu minyak nabati,seperti: minyak kelapa dan minyak sawit. Kurang
lebih dari 290 juta ton minyak dikonsumsi tiap tahun.
mailto:[email protected]:[email protected] -
7/25/2019 ipi404219
2/7
8
Volume 1, Nomor 1 (2014) Jurnal Pharmascience
Hal tersebut menunjukkan besarnya jumlah
makanan gorengan yang dikonsumsi oleh lapisan
masyarakat dari segala kalangan (Ketaren, 2008).
Selama proses penggorengan, makanan terendam
di dalam minyak goreng dengan suhu tinggi,
sehingga terjadi penyerapan minyak oleh makanan.
Menurut penelitian Velesco (2004), faktor yang
mempengaruhi penyerapan minyak oleh makanan
selama proses penggorengan adalah suhu, lama
waktu penggorengan dan pemakaian berulang pada
minyak goreng. Penelitian Febriansyah (2007) juga
menyatakan jumlah minyak dalam makanan yang
digoreng mengalami kenaikan seiring dengan
semakin lamanya proses pengorengan. Hal ini
dikarenakan selama proses penggorengan minyak
goreng mengalami berbagai reaksi kimia di
antaranya reaksi hidrolisis dan oksidasi yang dapat
menyebabkan terbentuknya asam lemak bebas
(Kumala, 2003).
Menurut Rukmini (2007), minyak goreng
yang memiliki kandungan asam lemak bebas
melebihi standar mutu yakni maksimal 0,6 mg OH/g
(BSN, 2013) bila dikonsumsi dalam jangka waktupanjang dan dalam jumlah besar dapat merusak
kesehatan karena viskositasnya padat sehingga
bersifat lengket pada dinding saluran darah yang
mengakibatkan atheroskelerosis, menyebabkan
bertambahnya berat organ ginjal dan hati serta
timbulnya berbagai penyakit, seperti yang
disebutkan Castillon et al. (2011) dalam
penelitiannya yaitu: kanker, hipertensi, obesitas dan
Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang diakibatkan
oleh tingginya konsumsi asam lemak bebas dalam
jumlah besar. Penelitian Tuminah (2009)
menyatakan bahwa konsumsi rata-rata asam lemak
bebas di Indonesia sebesar 15,54% dari total energi
yang dikonsumsi sedangkan penelitian Bintanah &
Muryati (2010) mengatakan rata-rata konsumsi asam
lemak bebas masyarakat Indonesia adalah 18,30%
yang berarti mengalami peningkatan dibandingkan
sebelumnya. Hal ini sangat mengkhawatirkan terkait
tingginya kadar asam lemak bebas dalam minyak
menunjukkan penurunan kualitas minyak goreng
serta penurunan mutu makanan yang pada akhirnya
dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan (Anwar,
2012).
Berdasarkan penelitian Panagan (2010),
kadar asam lemak bebas dapat di analisis
menggunakan metode titrasi asam basa. Edwar et
al. (2011) menganalisis kandungan asam lemak
bebas pada minyak goreng sawit dan minyak goreng
jagung. Hasil penelitian menyatakan bahwa pada
pemanasan selama 60 menit dengan suhu 2000 C
terlihat penurunan volume titrasi dari kedua sampel
minyak goreng, serta penelitian Effendi et al. (2012)
untuk mengukur kadar asam lemak bebas pada
minyak kelapa yang menyatakan peningkatan kadar
asam lemak bebas akibat proses oksidasi dan
hidrolisis minyak. Pemilihan metode ini dipakai
karena merupakan metode yang sederhana dan
sudah banyak digunakan dalam laboratorium
maupun industri, penentuannya hanya didasarkan
pada perubahan warna yang terjadi pada sampel
dan sering disebut sebagai titik akhir titrasi.
Selain dengan menggunakan metode titrasi,kadar asam lemak bebas di dalam minyak dapat
dianalisis menggunakan FTIR (Fourier Transformasi
Infra Red) yang didasari pada vibrasi ikatan atom
dari suatu molekul. Seperti yang dilakukan Al-Alawi
et al. (2006) pada penelitian asam lemak bebas
pada minyak nabati, hasil penelitiannya
menunjukkan adanya perubahan pita serapan gugus
fungsi dari asam lemak bebas yang ditandai dengan
gugus karboksilat, terjadi kenaikan pita serapan
pada panjang gelombang 1820-1573 cm-1 yang
menandakan adanya vibrasi ikatan C=O. Penelitian
serupa juga dilakukan oleh Yelmeda et al. (2012)
untuk menganalisis asam lemak pada minyak sawit
dan Kapitan (2013) pada minyak bekas
penggorengan. Kelebihan dari FTIR yaitu penyiapan
sampel yang lebih cepat serta waktu yang digunakan
untuk menganalisis lebih cepat dibandingkan metode
konvensional lainnya, tidak menggunakan pelarut
yang banyak dan mengurangi resiko toksisitas.
-
7/25/2019 ipi404219
3/7
9
Volume 1, Nomor 1 (2014) Jurnal Pharmascience
Berdasarkan alasan tersebut maka peneliti tertarik
melakukan penelitian tentang bagaimana kadar
asam lemak bebas pada minyak goreng yang
dipakai berulang, berapa kali pemakaian minyak
goreng yang masih memenuhi standar mutu untuk
digunakan dan memberikan gambaran absorbansi
gugus fungsi asam lemak bebas seiring dengan
banyaknya penggorengan dengan spektrofotometer
FTIR.
BAHAN DAN METODE
Bahan
Minyak diperoleh dari hasil penggorengan
menggunakan minyak goreng bermerek dan minyak
goreng curah dengan masing-masing pengulangan
penggorengan yaitu dari penggorengan ke 0, 1, 2, 3,
4 dan 5. Analisis titrasi asam basa dilakukan di
Laboratorium Kimia Analisis Farmasi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru,
Indonesia. Analisis FTIR dilakukan di Laboratorium
Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia. Semuareagen kimia yang digunakan adalah kelas analisis.
Pembuatan Sampel
Pembuatan sampel minyak goreng pada
penelitian ini dilakukan dengan melakukan
penggorengan sendiri menggunakan 2 sampel
minyak goreng yang berbeda dengan pengulangan
penggorengan 0, 1, 2, 3, 4, 5. Sampel minyak
goreng yang digunakan yaitu minyak goreng
bermerek dan minyak goreng curah. Pertama-tama
pada penggorengan ke-0 masing-masing dari
sampel minyak diambil, kemudian dilakukan
penggorengan pertama, waktu minyak mendidih
yaitu 4 menit, setelah minyak mendidih kemudian
dimasukkan bahan makanan yang digoreng yaitu
tempe, proses penggorengan berlangsung selama 3
menit terhitung sampai bahan makanan matang.
Setelah bahan makanan matang, minyak hasil
penggorengan diambil 100 mL untuk dilakukan
analisis menggunakan titrasi asam basa dan FTIR.
Minyak hasil penggorengan didiamkan selama 45
menit sebelum dilanjutkan ke penggorengan
selanjutnya. Perlakuan yang sama juga dilakukan
pada penggorengan ke-1, 2, 3, 4 maupun 5.
Metode Referensi
Penentuan kadar asam lemak bebas dalam
sampel minyak goreng dilakukan menurut metode
standar untuk analisis lemak dengan metode resmi
analisis AOAC Internasional (2005) dan analisis
AOCS Internasional (2012).
Pengukuran Titrasi Asam Basa
Sebanyak 14 gram minyak goreng ditimbang
pada tiap tahap dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 250 mL yang telah diketahui berat
kosongnya. Ditambahkan 25 mL etanol 95% dan
dipanaskan pada suhu 400 C. Ditambahkan 2 mL
indikator phenopthalin. Dititrasi dengan NaOH 0,05
M sampai terbentuk larutan berwarna merah muda
dan tidak hilang selama 30 detik. Dicatat volume
NaOH yang digunakan. Dilakukan perhitungan kadardengan rumus :
Kadar =(mL NaOH x N NaOH x BE NaOH)/(Berat Sampel)
Keterangan :
Kadar : Kadar asam lemak bebas
mL NaOH : Volume titran NaOH
N NaOH : Normalitas larutan NaOH
BE NaOH : Berat ekivalen NaOH
Pengukuran FTIR
Semua sampel diukur dengan menggunakan
Spektrofotometer FTIR ABB MB 3000 (Clairet Scien
Northa, pton, UK) yang dilengkapi dengan detektor
DTGS dengan resolusi 4 cm-1, jumlah pembacaan
gugus dilakukan pada wilayah panjang gelombang
6000-400 cm-1. Spektra FTIR menggunakan
softwere Horizon MB FTIR version 3.0.13.1 (ABB,
Kanada). Sampel ditempatkan pada wadah sampel
untuk kemudian dianalisa. Dari perangkat
Spektrofotometer FTIR akan didapatkan informasi
-
7/25/2019 ipi404219
4/7
10
Volume 1, Nomor 1 (2014) Jurnal Pharmascience
berupa spektra yang menggambarkan nilai
absorbansi pada setiap titik kandungan gugus fungsi
asam lemak bebas yang ada.
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan
mengumpulkan data kuantitatif (angka) dari kadar
asam lemak bebas pada tiap pengulangan
penggorengan. Keragaman data dianalisis
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk
mengetahui sebaran data dan homogenitas data
dengan uji Levene. Data yang memenuhi syarat
distribusi normal dan homogen maka dilanjutkan
dengan analisis menggunakan metode uji
independent t. Namun jika data tidak berdistribusi
normal dan homogen (p < 0,05), maka digunakan
analisis non parametrik yaitu uji Mann-Whitney.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis titrasi asam basa dapat dilihat
pada gambar 1, bahwa pada penggorengan ke-0
hingga penggorengan ke-5 untuk masing-masing
sampel minyak goreng bermerek maupun minyakgoreng curah mengalami peningkatan jumlah rata-
rata kadar asam lemak bebas. Peningkatan jumlah
kadar asam lemak bebas ini disebabkan hasil
hidrolisis dari trigliserida. Pada awal penggorengan
kenaikan kadar asam lemak bebas yang tidak terlalu
tinggi, tetapi seiring banyaknya pengulangan
penggorengan kenaikan kadar asam lemak bebas
semakin meningkat. Hal ini karena pada saat awal
penggorengan, kadar air dalam minyak goreng yang
berasal dari bahan yang akan digoreng belum terlalu
banyak, tetapi pada proses penggorengan
selanjutnya kadar air pada minyak semakin
bertambah. Keberadaan air pada minyak akan
mempercepat proses hidrolisis dari minyak goreng
(Mohamed et al., 2001). Semakin lama penggunaan
minyak untuk menggoreng semakin tinggi pula
kandungan asam lemak bebas yang terbentuk
(Ketaren, 2008). Kadar rata-rata asam lemak bebas
yang melewati ambang batas standar mutu kadar
asam lemak bebas yang ditetapkan oleh SNI 01-
3741-2013 yang berisi syarat kandungan asam
lemak bebas maksimal adalah 0,6 mg OH/g yaitu
terdapat pada minyak goreng curah pada
penggorengan ke-3 sebesar 0,69 mg OH/g,
penggorengan ke-4 sebesar 0,76 mg OH/g dan
penggorengan ke-5 sebesar 0,81 mg OH/g. Hasil
analisis kadar asam lemak bebas untuk minyak
goreng bermerek yang tertinggi yaitu 0,53 mg OH/g
pada penggorengan ke-5 yang berarti belum
melewati ambang standar mutu kadar asam lemak.
Dari hasil yang didapat, dapat disimpulkan bahwa
batas standar mutu pemakaian minyak goreng
berulang untuk minyak goreng bermerek masih
memenuhi standar sampai pengulangan
penggorengan ke-5 dan untuk minyak goreng curah
sebanyak 2 kali pengulangan penggorengan.
Data analisis yang diperoleh menunjukan
tersebar normal dan homogen dari hasil perhitungan
statistik, maka analisis statistik dilanjutkan dengan
metode uji independent t berpasangan untuk melihat
perbedaan kadar asam lemak bebas minyak goreng
bermerek dengan minyak goreng curah. Ujiindependent t berpasangan pada tabel 1
menunjukkan nilai signifikan (p < 0,05) sehingga
dapat disimpulkan adanya perbedaan bermakna
antara kadar asam lemak bebas minyak goreng
bermerek dengan kadar asam lemak bebas minyak
goreng curah.
Hasil uji sampel minyak goreng bermerek dan
minyak goreng curah menggunakan
Spektrofotometer FTIR memberikan informasi
gugus-gugus fungsional asam lemak bebas dalam
sampel. Uji sampel yang dilakukan menghasilkan
intensitas puncak dan panjang gelombang dalam
besaran bilangan gelombang pada spektrum infra
merah. Che Man & Moh (1998) menyatakan bahwa
selama oksidasi minyakterdapat peningkatan dalam
intensitas puncak (absorbansi) yang diamati pada
frekuensi 3050-2800 cm-1 yang menggambarkan
adanya gugus fungsi C-H, CH2 dan CH3. Puncak
serapan juga terdapat pada rentang bilangan
-
7/25/2019 ipi404219
5/7
11
Volume 1, Nomor 1 (2014) Jurnal Pharmascience
Gambar 1.Grafik hubungan antara penggorengan dengan kadar
Tabel I. Hasil analisis statistik Independent t berpasangan kadar asam lemak bebas minyak goreng
bermerek dengan kadar asam lemak bebas minyak goreng curah.
Perbandingan N T P Keterangan
Kadar asam lemak bebas 36 -6,027 0,000 Signifikan (p
-
7/25/2019 ipi404219
6/7
12
Volume 1, Nomor 1 (2014) Jurnal Pharmascience
Gambar 3.Spektra FTIR minyak goreng curah.
KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
kadar asam lemak bebas pada minyak goreng
bermerek maupun minyak goreng curah mengalami
peningkatan seiring dengan banyaknya pengulangan
penggorengan. Standar mutu pemakaian minyak
goreng berulang untuk minyak goreng bermerek
masih memenuhi batas standar pada pengulangan
penggorengan ke-5 dan untuk minyak goreng curah
sebanyak dua kali pengulangan penggorengan.
Adanya peningkatan absorbansi pada puncakbilangan gelombang 1743 cm-1 gugus fungsi C=O
asam lemak bebas yang dapat dideteksi
menggunakan Spektrofotometer FTIR.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Alawi, A., van de Voort. F. R., Sedman, J., &
Ghetler, A. 2006. Automated FTIR Analysis
of Free Fatty Acids or Moisture in Edible
Oils. Journal Food Science and Agricultural
Chemistry, 11: 2329.
Anwar, R. W. 2012. Studi Pengaruh Suhu dan Jenis
Bahan Pangan terhadap Stabilitas Minyak
Kelapa Selama Proses Penggorengan.
Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin, Makassar.
AOAC. 2005. Official Methods of Analysis of the
Association of Official Agricultural Chemists
International. Journal of the Association of
Official Agricultural Chemists, USA. 41: 12.
AOCS. 2012. Quantitative Analysis of Lard in
Cosmetic Lotion Formulation Using FTIR
Spectroscopy and Partial Least Square
Calibration. Journal American Oil
Chemistry Sociality, 89: 15371543.
Bintanah, S., & Muryati. 2010. Hubungan Konsumsi
Lemak dengan Kejadian
Hiperkolesterolemia pada Pasien Rawat
Jalan Di Poliklinik Jantung Rumah Sakit
Umum Daerah Kraton Kabupaten
Pekalongan. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 6: 8590.
BSN. 2013. Minyak Goreng. SNI 01-3741-2013.
Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Castillon, P.G., Artalejo, F. R., Forns, N. S.,
Banegas, J. R., Etxezarreta, P. A.,
Ardanaz, E., Barricarte, A., Chirlaque, M.
D., Iraeta, M. D., Larranaga, N., Losada,
A., Mendez, M., Martnez, C., Quiros, J. R.,
Navarro, C., Jakszyn, P., Sanchez M. J.,
Tormo, M. J., Gonzalez, A. 2011. Intake
of fried foods is associated with obesity in
the cohort of Spanish adults from theEuropean Prospective Investigation into
Cancer and Nutrition. American Journal
Clinic Nutrition, 86: 198205.
Che Man, Y. B., & Moh, M. H. 1998. Determination
of Free Fatty Acids in Plam Oil by Near-
Infrared Reflectance Spectroscopy. Journal
American Oil Chemistry Sociality, 75(5):
557562.
Edwar, Z., H. Suyuthie, E. Yerizel, & D. Sulastri.
2011. Pengaruh Pemanasan terhadap
Kejenuhan Asam Lemak Minyak Goreng
Sawit dan Minyak Goreng Jagung. Journal
Indonesian Medical Association, 61 (6):
248252.
Effendi, A. M., Winarni, & W. Sumarni. 2012.
Optimalisasi Penggunaan Enzim Bromelin
Dari Sari Bonggol Nanas Dalam
Pembuatan Minyak Kelapa. Indonesian
Journal of Chemical Science, 1 (1): 16.
-
7/25/2019 ipi404219
7/7
13
Volume 1, Nomor 1 (2014) Jurnal Pharmascience
Febriansyah, R. 2007. Mempelajari Pengaruh
Penggunaan Berulang dan Aplikasi
Adsorben Terhadap Kualitas Minyak dan
Tingkat Penyerapan Minyak pada Kacang
Sulut. Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Goburdhun, D., Jhaumeer-Laullo, S.B. & Musruck,
R. 2001. Evaluation of soybean oil quality
during conventional frying by FTIR and some
chemical indexes. International Journal
Food Science and Nutrition, 52: 3142.
Guillen, M. D., & Cabo, N. 1997. Infrared
Spectroscopy in the Study of Edible Oils and
Fats. Journal of the Science of Food and
Agriculture, 75: 111.
Guillen, M. D., & Cabo, N. 2002. Fourier Transform
Infrared Spectra Data Versus Peroxide and
Anisidine Values to Determine Oxidative
Stability of Edible Oils. Food Chemistry, 77:
503510.
Kapitan, O. B. 2013. Analisis Kandungan Asam
Lemak Trans (Trans Fat) Dalam Minyak
Bekas Penggorengan Jajanan Di PinggirJalan Kota Kupang. Jurnal Kimia Terapan, 1
(1): 1731.
Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan
Lemak Pangan. UI Pres, Jakarta.
Kumala, M. 2003. Peran Asam Lemak Tak Jenuh
Jamak Dalam Respon Imun. Jurnal
Indonesia Media Assosiasi, 2: 112.
Mohamed, S., El-Rahman, A., Attya, E., &
Mohamed, F. R. 2001. Antiradical
Performance and Physicochemical
Characteristics of Vegetable Oils upon
Frying of French Fries: A Preliminary
Comparative. Electronic Journal of
Environmental, Agricultural and Food
Chemistry. 2: 110.
Panagan, A. T. 2010. Pengaruh Penambahan
Bubuk Bawang Merah (Allium Ascalonicum)
Terhadap Bilangan Peroksida dan Kadar
Asam Lemak Bebas Minyak Goreng. Jurnal
Penelitian Sains, 10: 0605.
Rukmini, A. 2007. Regenerasi Minyak Goreng Bekas
dengan Arang Sekam Menekan Kerusakan
Organ Tubuh. Seminar Nasional Teknologi
2007, ISSN: 19789777.
Tuminah, S. 2009. Efek Asam Lemak Jenuh dan
Asam Lemak Tak Jenuh Trans Terhadap
Kesehatan. Puslitbang Biomedis dan
Farmasi, Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 19: 1320.
Velesco, J. 2004. Formation of Short Chain Glycerol
Bound Oxidation Compounts and Oxidised
Monomerics Triacylglycerols During Deep
Frying and Occurrence in Used Frying Fats.
European Journal of Lipid Science and
Technology, 106: 728735.
Yelmeda., I. Zahrina., & F. Akbar. 2012.
Perengkahan PFAD (Palm Fatty Acid
Distillate) Dengan Katalis Zeolit Sintesis
Untuk Menghasilkan Biofuel. Jurnal
Rekayasa Kimia dan Lingkungan, 9: 4550.