intubasi endotrakeal

41
Pembimbing : dr. Rizqan Anugrah Alamsyah, Sp.An Fidelia Yudi Koesyanto 406112013 FK UNTAR

Upload: fidelia-yudi

Post on 06-Aug-2015

971 views

Category:

Documents


247 download

DESCRIPTION

ppt intubasi refrat

TRANSCRIPT

Pembimbing : dr. Rizqan Anugrah Alamsyah, Sp.An

Fidelia Yudi Koesyanto406112013FK UNTAR

Anatomi - Fisiologi Saluran Napas Bagian Atas

ANATOMI JALAN NAFAS ATAS1. Nasofaring2. Orofaring : rongga mulut3. Faring : tonsil, uvula, epiglotis JALAN NAFAS BAWAH1. Plica vocalis2. Laring tdd 9 cartilago

fungsi : proteksi jalan nafas, ventilasi

ANATOMI Trakea

Trakea ialah saluran udara berukuran kira-kira 12 cm panjang yang terletak anterior terhadap esofogus. Trakea memanjang dari rawan krikoid laring ke atas tulang vertebra toraks ke-5 dan seterusnya membagi kepada bronkus primer kanan dan kiri.

Pengertian Intubasi Endotrakheal

Menurut Hendrickson (2002), intubasi adalah memasukkan suatu lubang atau pipa melalui mulut atau melalui hidung, dengan sasaran jalan nafas bagian atas atau trakhea

Intinya tindakan memasukkan pipa endotrakhea ke dalam trakhea sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas mudah dibantu dan dikendalikan

Tujuan Intubasi Endotrakhea

a. Mempermudah pemberian anestesia.b. Mempertahankan jalan nafas agar tetap

bebas serta mempertahankan kelancaran pernafasan.

c. Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi isi lambung (pada keadaan tidak sadar, lambung penuh dan tidak ada refleks batuk).

d. Mempermudah pengisapan sekret trakheobronchial.

e. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.f. Mengatasi obstruksi laring akut.

INDIKASI INTUBASI

Menjaga jalan nafas yang bebas dalam keadaan-keadaan yang sulit.

Operasi-operasi di daerah kepala, leher, mulut, hidung dan tenggorokan

Pada banyak operasi Operasi intra torachal Untuk mencegah kontaminasi trachea, misalnya

pada obstruksi intestinal. Pada pasien yang mudah timbul laringospasme. Tracheostomi. Pada pasien dengan fiksasi vocal chords. Anak-anak

Indikasi Intubasi Untuk Kasus Nonsurgical

a. Asfiksia neonatorum yang berat.b. Untuk melakukan resusitasi pada pasien yang

tersumbat pernafasannya, depresi atau absent dan sering menimbulkan aspirasi.

c. Obstruksi laryngeal berat karena eksudat inflamatoir.

d. Pasien dengan atelektasis dan tanda eksudasi dalam paru-paru.

e. Pada pasien-pasien yang diperkirakan tidak sadar untuk waktu yang lebih lama dari 24 jam seharusnya diintubasi.

f. Pada post operative respiratory insufficiency

Kontra Indikasi a. Beberapa keadaan trauma jalan nafas

atau obstruksi Tindakan yang harus

dilakukan adalah cricothyrotomy

b. Trauma servikal yang memerlukan keadaan

imobilisasi tulang vertebra servical, sehingga

sangat sulit untuk dilakukan intubasi.

HISTORY

Arthritis Infeksi Tumor Obesitas Trauma Pembedahan sebelumnya Acromegaly Down syndrome

PHYSICAL EXAMINATION

Bisa buka mulut/ tidak Susah gerak tulang cervical Macroglossia Leher pendek Kegemukan Masalah gigi

NASOTHRAKEAL INTUBASI

OROTHRAKEAL INTUBASI

INDIKASI OROTRAKEAL INTUBASI Ancaman atau risiko terjadinya aspirasi

yang lebih besar Pemberian bantuan napas dengan

menggunakan sungkup sulit dilakukan Ventilasi direncanakan dalam waktu

yang lama Intubasi orotrakeal juga dilakukan

sebagai prosedur tindakan bedah, seperti bedah kepala-leher, intratorak, dan lainnya.

Celah Interincisor : Normal lebih dari 3 cm

MALLAMPATI Classification Class 1 : terlihat semua dr tonsil,

uvula Class 2 : ujung uvula tertutup

pangkal lidah Class 3 : >1/2 uvula trtutup/tdk

terlihat Class 4 : sama sekali tdk terlihat

Klassifikasi - 34Mallampati: Class , >mungki n

sul i t unt uk di i nt ubasi Soft palate

Uvula

GGGGGGGG GGGGGGGGGGGGG gred 3,4 GGGGGG

sulit untuk di intubasi

Posisi Pasien untuk Tindakan Intubasi

Alat-alat Untuk Intubasi(STATICS)

S : SCOPE Laringoskop Stetoscope

Alat-alat Untuk Intubasi

T : TUBE Pipa endotrakheal

UKURAN PIPA ENDOTRAKEALUsia

Diameter (mm)

Skala FrenchJarak

Sampai BibirPrematur 2,0-2,5 10 10 cmNeonatus 2,5-3,5 12 11cm1-6 bulan 3,0-4,0 14 11 cm½-1 tahun 3,0-3,5 16 12 cm1-4 tahun 4,0-4,5 18 13 cm4-6 tahun 4,5-,50 20 14 cm6-8 tahun 5,0-5,5* 22 15-16 cm8-10 tahun 5,5-6,0* 24 16-17 cm

10-12 tahun 6,0-6,5* 26 17-18 cm12-14 tahun 6,5-7,0 28-30 18-22 cm

Dewasa wanita

6,5-8,5 28-30 20-24 cm

Dewasa pria 7,5-10 32-34 20-24 cm

Alat-alat untuk Intubasi

A : AIRWAY alat untk menjaga terbukanya jalan napas yaitu pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-tracheal airway). Pipa ini berfungsi untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar agar lidah tidak menyumbat jalan 

Alat-alat Untuk Intubasi

T : TAPE plester I : INTRODUCER Stilet atau forsep

intubasi

Alat-alat Untuk Intubasi

C = Connectorpenyambung antara pipa dengan bag valve mask ataupun peralatan anestesia.

S = Suctionpenyedot lendir, ludah, dan cairan lainnya.

Siapkan alat dan pasien Cuci tangan Pakai masker penutup hidung dan

mulut dan sarung tangan Atur posisi pasien,kepala

ekstensi,leher fleksi SNIFFING position

OKSIGENASISetelah dilakukan anestesi dan diberikan pelumpuh otot, lakukan oksigenasi dengan pemberian oksigen 100% minimal dilakukan selama 2 menit. Sungkup muka dipegang dengan tangan kiri dan balon dengan tangan kanan.

Tangan kanan memegang kedua bibir lalu buka mulut pasien Tangan kiri memegang laringoscope,masukkan blade dari sebelah kanan mulut sambil membawa bagian lidah ke arah kiri sampai terlihat uvula dan epiglottis.

Dari arah luar tekan tulang rawan thyroid untuk membantu terbukanya epiglottis

Masukkan endotracheal tube dengan arah miring ke kanan dan setelah masuk putar ke arah tengah

Isi balon endotracheal dengan spuit kosong Sambungkan endotracheal dengan

ventilator/bag

Dengarkan bunyi nafas dengan stetoskop masuk ke esophagus, terlalu kanan atau terlalu kiri dari bronchus

Fiksasi menggunakan plester

INTUBASI NASOTRAKEAL Diameter pipa nasotrakeal < pipa orotrakeal

tahanan jalan napas menjadi cenderung meningkat.

Jarang dilakukan karena peningkatan tahanan jalan napas serta risiko terjadinya sinusitis.

Indikasi : - operasi rongga mulut- untuk operasi yg lama

Kontraindikasi :fraktur basis cranii, khususnya pada tulang ethmoid, epistaksis, polip nasal, koagulopati, dan trombolisis.

Blind intubationCara: -Tempatkan ujung ET pd salah satul ubang hidung yang paten-Dorong ET keatas hidung dan kebelakangdankebawah nasofaring-Dengarkan suaraliranudara melalui ET-Dorong pipa sampai suar aliranudaramaksimal-Sambil mendengarkang erakan udara dorong dgn cepats ampai ET masuk trakhea-Isi balon ET dgn udara secukupnya, chek ketepatan ujung ET, lalu diplester-Bila gagal dlm 30 detik henikan,pompa bag mask valve dan ulang ilagi

                                                                                                                                                                                                

                                                                                                                                                                                                

 

Cara AVU

/bukan blind-Setelah ujung ET dinasofaring, buka mulut denganlaringoskop-Jepit ujung ET dgn Mc Gill forcep-Sambil ET didorong pimpin ujung ET sampai masuk kelubanglaring.-Dorong terus sampai semua balon masuk trakhea-Isi balon dengan udara secukupnya-Chek ketepatan penempatan ujung ET dlm trakhea-ET diplester supaya tidak berubah letaknya

TEHNIK INTUBASI NASOTRAKEALBlind intubation Tempatkan ujung ET pd salah satul lubang hidu

ng yang paten Dorong ET keatas hidung dan kebelakang dan

kebawah nasofaring dengarkan suaraliranudara melalui ET Dorong pipa sampai suara aliran udara

maksimal Sambil mendengarkan gerakan udara dorong

dgn cepat sampai ET masuk trakhea Isi balon ET dgn udara secukupnya, chek

ketepatan ujung ET, lalu diplester Bila gagal dlm 30 detik henitkan,pompa bag

mask valve dan ulangi lagi

Cara AV/bukan blind Setelah ujung ET dinasofaring, buka

mulut denganlaringoskop Jepit ujung ET dgn Mc Gill forcep Sambil ET didorong pimpin ujung

ET sampai masuk kelubang laring Dorong terus sampai semua balon

masuk trakhea Isi balon dengan udara secukupnya Cek ketepatan penempatan ujung ET

dlm trakhea ET diplester supaya tidak berubah

letaknya

Ekstubasi paling baik saat teranestesi dalam atau sadar

Ektubasi saat anestesi dangkal (keadaan antara anestesi dalam dan sadar) HINDARI!!!resiko laringospasme

Perbedaan nyata pada saat suction HARUS suction sblm ekstubasi!!! ETT dilepaskan dari plester dan balon

dikemperskan ETT diangkat dlm sekali narik scr halus Berikan O2 100% melalui face mask

sampai pasien stabil untuk transportasi ke ruang pemulihan

Komplikasi Intubasi Endotrakheal.

1. Komplikasi tindakan laringoskop dan intubasi

a. Malposisi berupa intubasi esofagus, intubasi endobronkial serta malposisi laringeal cuff.

b. Trauma jalan nafas berupa kerusakan gigi, laserasi bibir, lidah atau mukosa mulut, cedera tenggorok, dislokasi mandibula dan diseksi retrofaringeal.

c. Gangguan refleks berupa hipertensi, takikardi, tekanan intracranial meningkat, tekanan intraocular meningkat dan spasme laring.

d. Malfungsi tuba berupa perforasi cuff.

Komplikasi Intubasi Endotrakheal

2. Komplikasi pemasukan pipa endotracheal.

a. Malposisi berupa ekstubasi yang terjadi sendiri, intubasi ke endobronkial dan malposisi laringeal cuff.

b. Trauma jalan nafas berupa inflamasi dan ulserasi mukosa, serta ekskoriasi kulit hidungc. Malfungsi tuba berupa obstruksi.

Komplikasi Intubasi Endotrakheal

3. Komplikasi setelah ekstubasi. a. Trauma jalan nafas berupa edema dan

stenosis (glotis, subglotis atau trachea), suara sesak atau parau (granuloma atau paralisis pita suara), malfungsi dan aspirasi laring.

b. Gangguan refleks berupa spasme laring.