interview (wawancara) dalam konseling

Upload: rosiana-puteri

Post on 19-Oct-2015

96 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Interview (wawancara) adalah proses lisan tanya-jawab dalam penelitian yang berlansung secara lisan dalam dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.Dewasa ini teknik wawancara banyak dilakukan di Indonesia sebab merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam setiap survai. Tanpa wawancara penelitian akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan bertanya langsung kepada responden. Sperti kiota lihat atau lewat teknik wawancara, televisi atau radio, merupakan teknik yang baik untuk menggali informasi di samping sekaligus berfungsi memberi penerangan kepada masyarakat. Dalam proses hubumgan konseling, konselor bertatap muka dengan klien (siswa). Dalam hubungan ini biasanya dipergunakn secara bersamaan dua teknik takni observasi dan interviu. Informasi-informasi tentang diri klien didapatkan melalui interviu dengan klien itu sendiri, atau juga berdasarkan informasi yang diperoleh dari orang lain secara langsung mengenia diri klien.

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakang

Interview (wawancara) adalah proses lisan tanya-jawab dalam penelitian yang berlansung secara lisan dalam dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.Dewasa ini teknik wawancara banyak dilakukan di Indonesia sebab merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam setiap survai. Tanpa wawancara penelitian akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan bertanya langsung kepada responden. Sperti kiota lihat atau lewat teknik wawancara, televisi atau radio, merupakan teknik yang baik untuk menggali informasi di samping sekaligus berfungsi memberi penerangan kepada masyarakat.

B. Rumusan Masalaha. Apa saja syarat interviewer yang baik?b. Seberapa penting hubungan baik antara interviewr dan inteviewi?c. Bagaiamana caranya mengusahakan hubungan baik antara interviewi?d. Bagaiaman melatih kemahiran dan ketangakasan?e. Apa yang menyebabkan kecemasan interviewi dalam interview?f. Apa saja sumber-sumber kesalahan dalan melaporkan hasil interview C. Tujuan

a. Untuk mahasiswa dapat menjelasakan tentang metode interviewb. Untuk mahasiswa dapat mengaplikasikan metode interview dengan baik

BAB II

PEMBAHASAN

A. Syarat-syarat Interviewer yang BaikTidak ada kata kunci untuk menjelaskan sebuah wawancara yang berhasil sehingga dapat diklaim sebagai bentuk wawancara yang baik. Hal ini disebabkan keberhasilan wawancara ditentukan oleh banyak faktor. Namun, berdasarkan berbagai pengalaman, disarankan kebiasaan-kebiasaan yang dapat membantu keberhasilan wawancara. Dengan disebut juga sebagai wawancara yang baik, seperti:

1. Hindari pertanyaan peka pada awal wawancara;

2. Pertanyaan dimulai dengan; siapa, apa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana sebagai kerangka awal pembicaraan;

3. Bila pertanyaan menimbulkan kebisuan, hindari memberikan jawaban alternatif;

4. Gunakan bahasa yang sederhana dan dapat dimengerti;

5. Hindari memberikan komentar, pengetahuan, serta kesimpulan dari informan;6. Hindari pertanyaan yang menimbulkan jawaban ya/tidak;

7. Buatlah pertanyaan sesingkat mungkin;

8. Tanyakan satu pertanyaan saja pada satu saat;

9. Hindari pertanyaan yang mengarahkan jawaban informan;

10. Perhatikan komunikasi non-verbal informan yang menunjukkan kebenaran jawaban;

11. Berikan pertanyaan untuk mengecek jawaban yang telah diberikan;

12. Hindari kesan yang menunjukkan ketidakpercayaan atau melecehkan jawaban informan;

13. Hati-hati terhadap keinginan informan untuk memberikan jawaban yang menyenangkan pewawancara;

14. Usahakan agar wawancara tidak lebih dari 1 jam.15. Ia hendaknya memilki minat yang sungguh terhadap orang lain

16. Ia hendaknya memilkik pengertian, simpati dan empati dengan subjek yang di wawancarai

17. Memiliki pengalaman hidup dan daya pengamatan yang tajam serta tidak terkurung di dalam satu lingkungan saja

18. Ia cepat untuk mengadakan adaptasi diri dengan situasi atau lingkungan sosialB. Pentingnya hubungan yang baik antara interviewer dengan interviewiUntuk memperoleh informasi yang seadekuat-adekuatnya dan seobjektif-objektifnya seorang peneliti dalam mengadakan interviu tidak dapat bersikap egoistik dalam arti hanya mementingkan kebutuhan sendiri tanpa memperhatikan situasi orang yang diinterviu. Benar ia memerlukan data, data yang seteliti-telitinya dan sebanyak-banyaknya. Tetapi sementara ia harus dapat menggali fakta-fakta yang sedalam-dalamnya, ia tidak bisa mengabaikan perasaan dan reaksi orang yang dihadapinya. Interviewer adalah seorang manusia yang mempunyai sikap simpati dan antipati, serta mempunyai kebebasan untuk menjawab atau tidak menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya. Ia bisa tersinggung oleh sikap dan kata-kata, dan ia bisa berbuat acuh-tak-acuh atau memberi jawaban yang tidak semestinya. Oleh sebab itu tak akan pada tempatnya jika peneliti bersikap tak mau tahu terhadap kenyataan itu sementara ia mengharapkan informasi yang sebaik-baiknya dari interviewee.

Hubunngan yang baik antara interviewer dengan interviewee akan tampak dalam suasana interviu. Suasana interviu yang baik adalah suasana yang dijiwai oleh kerjasama saling menghargai, saling mempercayai dan saling memberi dan menerima. Suasana itu begitu penting, sebab hanya dalam suasana semacam itu informasi yang benar dapat diperoleh. Karena itu tugas seorang interviewer tidak hanya terbatas untuk mendapatkan informasi (information getting), melainkan juga meratakan jalan (motivating) ke arah pembentukan suatu suasana interviu yang sebaik-baiknya. Motivasi ini dapat dicapai melalui beberapa jalan, misalnya:

1. Partisipasi: turut serta dalam kegiatan-kegiatan informan sehari-hari atau dalam peristiwa-peristiwa tertentu.

2. Identifikasi: interviewer memperkenalkan diri sebagai orang dalam dan meyakinkan informan bahwa ia adalah sahabat mereka atau ia adalah mereka, dan bekerja untuk cita-cita mereka.

3. Persuasi: interviewer secara sopan dan ramah-ramah menerangkan maksud dan keperluan kedatangannya dan meyakinkan informan tentang tentang betapa pentingnya informasi-informasi yang ia butuhkan.

4. Tokoh pengantar: seseorang yang dipandang sebagai tokoh oleh informan diajak dan diminta menjadi pengantar kehadirannya, dan menerangkan pentingnya pemberian informasi secukupnya kepada interviewer.

Masing-masing jalan mempunyai kelemahan. Partisipasi umumnya meminta pengorbanan waktu dan tenaga. Identifikasi dapat menjurumuskan ke dalam one sidedness, partiality, atau subyektivitas jika tidak dijalankan secara sempurna, dan dapat menimbulkan kecurigaan-kecurigaan, antipati, dan refusal dari golongan-golongan lain bilamana penelitian dilakukan terhadap masyarakat yang bermacam-macam alirannya. Persuasi dalam banyak hal belum dapat menjembatani semua jarak antara interviewer dengan interviewee. Sedang tokoh pengantar, jika salah approach mungkin justru menghalangi-halangi maksud dan tujuan interview.

C. Mengusahakan hubungan yang baik dengan interviewiDalam usaha membentuk suasana yang baik dengan interviewee seorang interviewer harus bersedia mengorbankan sebagian waktu interviunya untuk masuk dalam interaksi dengan situasi interviu. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Adakah pembicaraan-pembicaraan pemanasan yang ramah-tamah pada permulaan interviu.

2. Kemukakan tujuan dari penelitian dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh interviewee, dan kemukakan hal itu dengan segala kerendahan hati serta sikap yang bersahabat.

3. Hubungkan pokok-pokok pembicaraan dengan perhatian interviewee, dan tariklah minatnya kea rah pokok-pokok persoalan yang akan ditanyakan.

4. Timbulkan suasana yang bebas sehingga penjawab tidak merasa tertekan baik oleh pertanyaan-pertanyaan peneliti maupun oleh suasana di sekitarnya.

5. Peneliti sendiri tidak boleh memperlihatkan sikap yeng tergesa-gesa, sikap kurang menghargai jawaban, atau sikap kurang percaya.

6. Berikan dorongan kepada intervieweeyang dapat menimbulkan perasaan bahwa ia adalah orang yang penting dan diperlukan sekali kerjasama dan bantuannya untuk memecahkan suatu persoalan penelitian.

D. Melatih Kemahiran dan Ketangkasan InterviewKemahiran dan ketangkasan mengajukan pertanyaan, dan kepandaian memancing pertanyaan yang adekuat pusat kegiatan penelitian yang menggunakan metode interviu. Ada orang-orang yang seolah-olah telah dikaruniai kecakapan bertanya-jawab. Buat mereka, melakukan interviu yang baik mungkin tidak menjadi persoalan lagi. Latihan-latihan yang intensif tidak sangat mereka perlukan. Akan tetapi buat kebanyakan orang latihan-latihan yang intensif dan pengalaman yang cukup benar-benar diperlukan untuk mengembangkan kecakapan menginterviu.

Ketangkasan menginterviu dapat dilihat dalam proses interview. Unsur-unsur itu perlu mendapat perhatian yang seksama dalam latihan.

1. Pertanyaan-pertanyaan Pembuka

Pada taraf permulaan, pertanyaan-pertanyaan perlu berkisar pada hal-hal yang netral dan ringan. Pertanyaan-pertanyaan yang terlalu bervariasi, mendadak, dan terlalu berat akan menimbulkan guncangan yang mengakibatkan sikap menarik diri, melawan, atau menolak. Withdrawal, resistance, dan refusal harus dihindari jauh-jauh dari suasana interviu.2. Gaya Bicara

Gaya bicara yang berbelit-belit dan berputar harus dihindari oleh seorang interviewer. Pada umumnya kebanyakan interviewee selalu waspada dan segera mengetahui dengan siapa mereka berhadapan. Lagi pula gaya bicara semacam itu memberikan dorongan kepada interviewee untuk berbuat yang sama, memberikan jawaban-jawaban yang berbelit-belit dan berputar-putar, sehingga sukar sekali ditangkap ujung-pangkalnya atau kurang dapat dipercaya kebenarannya. Adalah baik sekali jika interviewee berbicara terus-terang, sederhana, dan pada intinya saja.3. Nada dan Irama

Kata-kata yang tidak bernada akan sangat membosankan. Nada, kecuali menjaga orang tetap dalam keadaan bangun, sangat berguna untuk mengisyaratkan bagian-bagian pembicaraan yang penting dan meminta perhatian lebih banyak. Di samping nada, irama bicara juga dapat mendukung kesuksesan suatu interviu. Irama bicara yang terlalu cepat bukan saja sulit ditangkap, tetapi mungkin juga menimbulkan tekanan. Kebanyakan orang yang irama bicaranya cepat mempunyai kecenderungan untuk bicara banyak. Jika demikian halnya, orang yang diinterviu akan merasa menerima pertanyaan yang bertubi-tubi, sehingga tidak mendapat kesempatan yang secukupnya untuk mengingat-ngingat kejadian-kejadian yang lampau, untuk menyelesaikan suatu jawaban secara komplit, atau untuk memberi komentar yang selayaknya terhadap suatu keadaan yang ia ceritakan.4. Sikap Bertanya

Suasana interview yang ideal adalah suasana sahabat karib, an ease permissive atmosphere, suasana yang bebas dan tidak kaku. Suasana semacam itu dapat terganggu jika:

a. Penginterviu bersikap sebagai seorang hakim terhadap seorang terdakwa dalam pengadilan;

b. Penginterviu bersikap lebih dekat kepada penyaji kuesioner secara lisan daripada mengadakan interviu;

c. Penginterviu bersikap sebagai seorang guru besar yang sedang memberi kuliah kepada mahasiswa; atau

d. Penginterviu bersikap kurang menghargai, kurang percaya, atau berulang-ulang memberikan celaan terhadap jawaban yang kurang ia senangi.

Kecuali itu suasana yang bebas-permissive akan terganggu juga oleh kehadiran secara fisik ataupun psikologis seorang pengawas yang mempunyai kekuatan untuk mengendalikan mulut orang yang sedang diinterview.

5. Mengadakan Paraphrase

Kadang-kadang seorang interviewee tidak mempunyai kemampuan untuk merumuskan isi hatinya secara runtut, teratur, lengkap, dan meaningful. Dalam keadaan semacam itu penginterview dapat menolong informan merumuskan keterangannya dalam kata-kata yang lebih jelas dan berarti. Seorang interviewer yang mengadakan parapharase seolah-olah bertindak sebagai penterjemah bebas terhadap pembicara asing dan terhadap dirinya sendiri. Akan tetapi paraphrasing bukan tidak menimbulkan bahaya. Paraphrasing mungkin sekali bisa mengubah yang merah menjadi putih atau yang menjadi merah. Paraphrasing dapat menggiring orang ke suatu kesimpulan yang tidak ia maksudkan, tanpa orang itu menyatakan suatu keberatan. Karena itu dalam mengadakan paraphrase itu sendiri. 6. Mengadakan Prodding atau Probing

Prodding atau probing berarti melakukan penggalian yang lebih dalam atau meneliti yang lebih menyuluruh dan saksama. Tidak jarang interviewee telah memberikan keterangan atau penjelasan yang cukup terang dan memuaskan. Akan tetapi dalam pada itu interviewer berkeinginan mengetahui lebih mendalam lagi alasan-alasan atau dorongan-dorongan suatu sikap pendapat, atau perbuatan yang telah dinyatakan kepadanya. Dalam hal semcam ini pada tempatnya jika ia memancing keterangan-keterangan yang lebih menjurumus kepada alasan dan motivasi.

7. Mengadakan Pencatatan

Mencatat hasil Tanya-jawab merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suatu interviu. Jika keadaan memungkinkan pencatatan dengan segera merupakan cara yang terbaik untuk menghindari kesalahan pencatatan. Karena itu mengembangkan kecakapan mencatat on the spot perlu menjadi bagian yang integral dalam program latihan interviu.

Beberapa orang interviewer berpendapat bahwa dalam interviu pencatatan seketika adalah tindakan yang salah. Pendapat ini benar karena memang ada beberapa orang yang tidak menginginkan jawaban-jawaban mereka dicatat secara teliti. Selain itu buat seorang interviewer yang belum mahir menguasai tenik Tanya-jawab, pencatatan seketika akan mengganggu kewajaran jalannya interviu, akan tetapi kebenaran pendapat itu tidak dapat dilebih-lebihkan. Kekurangan-kekurangan penting dari tidak adanya pencatatan seketika adalah:

1. Pada pihak interviewer.

a. Akan menjadi beban yang sangat berat untuk mengingat semua pembicaraan, walaupun pembicaraan itu hanya berjalan dalam jangka waktu 10 atau 15 menit sekalipun.

b. Behavioral aspects dari interviewee sebagai ekspresi suatu sikap atau perasaannya yang meluap-luap tak dapat dicatat secara teliti.

c. Baik penulisan laporan dilakukan segera setelah interviu selesai, apalagi jika ditunda-tunda pada kesempatan lain, banyaklah kesalahan-kesalahan atau kesesatan-kesesatan dalam melaporkan secara adekuat atas hasil Tanya-jawab yang sudah terjadi.

2. Dari pihak interviewee: tidak dapat menimbulkan kesan atau melihat secara jelas bahwa jawaban-jawaban yang ia berikan adalah penting dan berharga, sedang faktor ini merupakan faktor motivasi yang sangat penting.

Pencatatan seketika dalam suatu interviu memang hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah mahir betul menginterviu. Kecepatan tulis cepat atau steno akan memberikan pertolongan yang sangat besar. Akan tetapi bagi orang kebanyakan atau interviewer yang belum terlatih, mengatur pembicaraan sambil mencatat merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Adapun kelemahan-kelemahan pencatatan seketika adalah:

1. Bagi kebanyakan interviewer yang tidak biasa melakukan pencatatan seketika, atau malahan membuat catatan-catatan segera setelah interviu selesaipun tidak, mengerjakan pencatatan seketika akan memerlukan adaptasi yang cukup besar.

2. Jika pencatatan tidak dapat dilakukan secara stenografi, terhentinya konteks pembicaraan untuk keperluan pencatatan akan mengganggu kelancaran jalannya pembicaraan itu.

3. Irama pembicaraan dapat teganggu bila pembicara kerap menghentikan pembicaraan karena sibuk mencatat pembicaraan itu.

8. Menilai jawabanKetelitian pencatatan dan paraphrase sangat tergantung kepada ketetapan pernilaian interview terhadap jawaban-jawaban atau keterangan-keterangan interviewee. Perlu tidaknya mengadakan prodding atau tepat tidaknya suatu probing atau tepat tidaknya suatu probing juga tergantung kepada baik-buruknya interviewer menilai jawaban. Berdasarkan alasan itupun, juga karena validitas hasil interviu adalah fungsi dari kebenaran pernilaian jawaban, dan juga oleh karena tidak tiap-tiap orang dapat menangkap dengan tepat isi pembicaraan orang lain, maka sudah selayaknya jika kecakapan menilai jawaban yang merupakan kunci terakhir dari suksesnya suatu interviu mendapatkan tekanan yang secukupnya dalam program latihan menginterviu. Hal-hal penting yang perlu mendapatkan perhatian adalah:

1. Sikap phenomenologik: artinya kesedian untuk menanggalkan preconceptions, prejudice, dan motif-motif subjektif lainnya.2. Sikap factual artinya tidak terkurung oleh jalan reasoningnya sendiri serta tidak nebarik kesimpulan tanpa dasar atas sesuatu fakta yang objektif. Orang yang terikat oleh jalan reasoning sendiri telah meletakkan kerangka berpikir dan mengharapkan jika ada pernyataan yang begini, tentu alasan atau kelanjutan adalah begitu. Sikap semacam itu mungkin sekali akan menghasilkan kesimpulan pernilaian yang salah. Baik jalan berpikir maupun isi, alasan, serta kesimpulan dalam interviu sebagai metode pengumpulan fakta-fakta harus diserahkan kepada interviewee sendiri.E. Kecemasan Interviewi dalam InterviewBanyak orang merasa cemas saat menjalani suatu interview. Memang, sebelum dan saat menjalaninya lazim ada tingkat kecemasan yang menganggu. ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan agar bisa tenang atau setidaknya tak terlampau tegang. Berkurangnya ketegangan bisa membantu mendapatkan percaya diri yang lebih tinggi.

Saat melakukan persiapan, yakinkan diri anda tentang tiga hal:

1. Anda bisa melakukan pekerjaan tersebut

2. Anda bisa menyesuaiakan diri dengan tugas-tugas yang akan diberikan, dan

3. Anda bisa melakukan semuanya dengan baik

Tak perlu menjawab dengan jawaban yang sempurna, memikirakn suatu jawaban yang sempurna tentu saja sudah membuat seseorang merasa pusing, belom agi jka anda berusaha mendapatkan jawaban tersebut secara spontan saat pertanyaan dilontarkan, hal ini justru akan meningkatkan kecemasan anda. Padahal, apa yang menurut Anda sempurna belum tentu dianggap seperti itu oleh si pewawancara. Cukup siapkan jawaban yang berisi poin-poin penting yang akan anda sampaikan.

Jangan rendah diri. Kecemasan justru bisa semakin meningkat saat pikiran-pikiran rendah diri memenuhi benak Anda. Hindari pikiran-pikiran negatif seperti saya tak cukup pintar atau saya kalah hebat dibandingkan kandidat yang lain. Akan lebih baik apabila Anda memusatkan perhatian pada kelebihan-kelebihan yang Anda miliki. Jangan memenuhi pikiran Anda dengan persaingan-persaingan yang tak mungkin bisa diubah F. Sumber-sumber Kesalahan dalam Melaporkan Hasil Interview

Kesalahan melaporkanhasil suatu interview dapat dicari dari sumber-sumber sebagai berikut:

1. Error of recognition; kesalahan yang disebabkan oleh karena ingatan interviewer tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Kegagalan ingatan untuk memproduksi apa yang sudah ditangkap ini berakar pada beberapa hal, seperti misalnya tenggang waktu antara interview dengan pelaporannya. Terlalu panjang; interviewer kurang menghargai kejadian-kejadian atau aspek-aspek yang sebenarnya cukup berharga untuk dilaporkan; terlalu dikuasai oleh suatu keinginan; dsb. Usaha unutk menekan kesalahan ini sampai sekecil-kecilnya harus diarahkan dengan menyingkirkan sebab-sebabnya.2. Error of Omission. Error ini terjadi jika banyak hal yang seharusnyaa dilaporkan tetapi dilewatkan saja dan tidak dilaporkan. Semua laporan interview dalam praktiknya selalu mengalami error ini. Error of omission yang paling sedikit terjadi adalah pada intervew yang dicatat secara mekanik (dengan tape recorder, dictaphone, dan semacamnya), lebih banyak pada interview yang dicatat dengan kode-kode, lebih banyak lagi pada interview yang dicatat dengan cara biasa, dan paling banyak pada interview yang tidak dicatat.3. Error of Addition. Error ini terjadi karena penulis laporan terlalu melebih-lebihkan atau telah memproses jawaban-jawaban interviewee. Sungguhpun error ini jarang terjadi, tetapi pelapor interview harus hati-hati bahwa di sinipun terjadi lubang. Jangan kita menambahkan sesuatu jika itu tidak terdapat dalam interview. Kecenderungan untuk menambah ini dpaat dicegah jika pelapor tidak mengenakan logikanya sendiri pada logika interviewee.4. Error of Substitution. Suatu laporan interview akan mengalami error ini jika pelapor tidak dapat mengingat-ingat dengan benar apa yang sudah dikatakan oleh interviewee, tetapi dalam laporannya mencoba mengganti apa yang ia lupakan dengan kata-kata lain yang mempunyai arti yang lain daripada yang dimaksudkan oleh penjawab. Ada baiknya jika ada hal-hal yang khusus atau meragukan artinya dicatat dengan baik. Mungkin sekali suatu daerah menggunakan suatu kata yang lain sekali artinya daripada apa yang kita mengerti. Misalnya saja kata budak di Jawa Barat berarti anak yang oleh orang dari lain daerah mungkin diartikan lain.5. Error of Transposition. Error ini terjadi jika ingatan pelapor tidak mampu mereproduksi keurutan kejadian menurut waktu atau hubungan antara fakta fakta seperti apa adanya, dan pelapor menulis urutan atau hubungan itu tidak seperti adanya: ekor dijadikan kepala, kepala dijadikan badan, dan badan dijadikan ekor. Error ini terjadi lebih jarang terjadi dibandingkan error of substituition. Error ini harus dihindari dengan, misalnya, secara khusus mencatat kejadian-kejadian dengan teliti dan meletakkan hubungan fakta-fakta pada tempatnya sendiri sebagaimana diterangkan oleh interviewiBAB IIIPENUTUPA. KesimpulanWawancara adalah merupakan salah satu alat untuk memperoleh fakta data atau informasi dari seseorang murid atau klien. Selain itu wawancara juga mempunyai kedudukan yang tersendiri dalam konseling sebab wancara dalam proses konseling adalah merupakan alat yang penting. Ketika melakukan wawancara dalam proses konseling sanagat perlu diperhatikan rules-rules yang penting demi menjaga proses wawancara tersebut berjalan dengan baik serta lancar. Karena dalam proses wawancara diperlukan seorang konselor yang handal atau mempunyai kecakapan dan hal lainya demi wawancara terlaksana dengan baik guna mendapatkan informasi yang akurat1PAGE 12