interpretasi.docx

Upload: ryan-agung-wibowo

Post on 15-Oct-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

INTERPRETASI

I.Judul : Hasil Eksplorasi Mineral logam Di Jalur Busur Magmatik Sunda Banda Akibat Pengaruh Pergerakan Lempeng.II.Penulis :R.Simpwee SoehartoIII.Sumber: Subdit. Eksplorasi Mineral Logam.

A.PENDAHULUANPermintaan dunia maupun domestik akan logam diperkirakan akan terus meningkat. Hal ini merupakan peluang yang baik dan harus diantisipasi dengan usaha pengembangan industri mineral logam yang juga akan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Saat ini kegiatan eksplorasi, penambangan dan pengolahan mineral logam utama seperti emas, tembaga, perak, nikel dan timah, serta usaha eskplorasi penganekaragamannya cenderung meningkat. Akan tetapi di ujung abad 21, krisis ekonomi yang diikuti oleh krisis politik, sosial dan ketidak stabilan keamanan di Indonesia telah mengurangi minat penanaman modal baik nasional maupung asing dalam bidang pertambangan. Bahkan beberapa kegiatan eksplorasi sudah berhenti, terutama di daerah yang dilanda kerusuhan.Walaupun demikian, kegiatan eksplorasi yang dilakukan Pemerintah harus tetap digiatkan karena ternyata Indonesia masih merupakan negara yang cukup menarik untuk usaha di bidang pengusahaan mineral logam. Keadaan geologi dan tempat kedudukan mineralisasi adalah merupakan salah satu faktor penting yang menentukan dan mempengaruhi keberhasilan usaha dibidang industri mineral. Keadaan geologi (umur, litologi dan kerangka tektoniknya) Busur Sunda-Banda dan keterdapatan mineralisasi logamnya cukup menarik untuk dijajagi. Oleh karena itu penyederhanaan peta geologi menjadi zona-zona geologi dalam kaitannya dengan tempat kedudukan mineralisasi logam tertentu, akan sangat membantu membatasi daerah eksplorasi, yang berarti juga penghematan biaya dan waktu penyelidikan.Hasil eksplorasi endapan mineral logam yang dilakukan oleh Subdit. Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya Mineral sejak awal Pelita V th.1989, yang kebanyakan terletak di jalur Busur Sunda-Banda, telah mengindentifikasi adanya perbedaan lingkungan pengendapan, jenis mineralisasi, tempet kedudukan dan kemungkinan adanya daerah mineralisasi baru yang cukup menarik untuk ditindak lanjuti.

B.Metalogenetik Busur Sunda-BandaSeperti diketahui bahwa geologi kepulauan Indonesia ini terletak pada daerah tumbukan tiga lempeng bumi, yaitu Lempeng Pasific, lempeng India-Australia dan Eurasia yang telah membentuk kerangka tektonik yang cukup rumit serta kondisi daerah yang cukup dinamis dan cocok bagi pengendapan berjenis-jenis mineral logam. Paling tidak ada enam jalur busur magmatik di Indonesia yang merupakan tempat kedudukan utama mineralisasi logam (emas dan tembaga), salah satu di antaranya adalah Busur Sunda-Banda. Sejarah membuktikan bahwa kebanyakan tambang logam (emas) terletak di jalur magmatik ini. Pengenalan metalogenik di Busur Sunda-Banda akan sangat membantu untuk menentukan tempat kedudukan dan memperkirakan jenis/tipe mineralisasi yang terjadi. Perbedaan geologi (lingkungan pengendapan, litologi dan tektonik) erat hubungannya dengan genesa pembentukan bahan galian mineral logam, maka daerah mineralisasi logam tertentu dapat dibedakan berdasarkan jenis/tipe endapan dan karakteristik mineralisasinya. Proses geologi seperti magmatik, tektonik dan erosi-sedimentasi akan membentuk jenis-jenis endapan magmatik skarn dan greisen, endapan hidrotermal berkaitan dengan stockwork, urat, breksi pipa, endapan volkanogenik, sedangkan proses pengayaan membentuk endapan laterit, plaser , sedangkan proses rombakan menghasilkan endapan pasir pantai dll. Berdasarkan proses geologi, tektonik dan fase mineralisasinya, maka secara sederhana di Ujung Barat dan sepanjang Busur Sunda-Banda tersebut terdapat beberapa perioda mineralisasi, diantaranya adalah:1. Mineralisasi Logam pada perioda Karbon Akhir hingga Trias Akhir. Salah satu proses metamorpik tertua akibat plutonisma di Jalur Busur Sunda-Banda ditemukan di Way Pubian, Lampung, Sumatera Selatan. Granit berumur Trias Akhir hingga Kapur Awal mengintrusi batuan yang lebih tua berumur Paleozoik Awal berubah menjadi gneis-granit, dengan mineralisasi logam molibdenit berasosiasi dengan sedikit logam dasar terjadi pada aplit dan urat halus sebagai oksida dan sulfida dalam batuan gneis granit tersebut. Jenis mineralisasi ini mungkin terjadi akibat proses pneumatolitik atau metasomatik yang kemudian dikenai proses hidroterrmal.2. Mineralisasi Logam pada perioda Trias Tengah hingga Kapur Akhir.Mineralisasi kasiterit terjadi pada batuan sedimen dan volkanik Perem Akhir-Mesozoik yang diintrusi batuan plutonik, terjadi proses pegmatitik, kontak metasomatik, alterasi hidrotermal dan mineralisasi logamtimah yang berasosiasi dengan logam jarang di pulau-pulau timah. Mineralisasi dalam jalur plutonik batuan granitik Asia Tenggara ini sangat karakteristik, yaitu terbentuknya kasiterit yang umumnya berasosiasi dengan scheelite, xenotime, columbite, monasit.3. Mineralisasi Logam pada perioda Kapur Awal hingga Miosen Tengah.Di P. Sumatera dan Natuna, batuan granit dan granodiorit berumur Kapur tersebut telah mengubah batuan sedimen menjadi metasedimen, serta aktivitas volkanisma terjadi bersamaan dengan terbentuknya batuan ofiolit di pulau-pulau sebelah barat Sumatera dan di Jawa bagian selatan. Mineralisasi logam yang terjadi adalah magnetit-hematit, molibdenit, pirhotit, kalkopirit, sfalerit galena. Emas dan logam dasar ditemukan juga berupa oksida dan sulfida dalam urat kwarsa epitermal dan tersebar dalam batuan intrusi di sepanjang zona kontak patahan Sumatera. 4. Mineralisasi Logam perioda antara Miosen Tengah hingga Pliosen.Mineralisasi logam perioda ini nampaknya berkaitan dengan aktifitas sub-volkanik Miosen hingga Pliosen dalam batuan andesitik terubah berumur Miosen, seperti ditemui di Bukit Barisan, Pegunungan Selatan Jawa dan menerus sampai ke NusaTenggara Timur. Bagian pesisir barat Sumatera adalah daerah mineralisasi tipe urat kwarsa epitermal mengandung logam mulia berasosiasi dengan logam dasar, sedikit mangan, sedangkan Pegunungan selatan Jawa dengan karakteristik sering ditemukan logam mangan.5.Mineral logam.Berumur Kwarter yang terjadi di Busur Sunda-Banda adalah berupa endapan letakan terdiri dari emas plaser, pasir besi-titan dan endapan timah sekunder.

C.Hasil Kegiatan Eksplorasi Subdit. Eksplorasi Mineral LogamHasil kegiatan eksplorasi bahan galian logam yang dilakukan oleh Subdit. Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya Mineral di sepanjang Busur Sunda-Banda sejak tahun 1988 menunjukan temuan-temuan baru daerah mineralisasi logam emas, logam dasar dan timah yang patut mendapat perhatian untuk ditindak lanjuti. Kegiatan tersebut adalah meliputi Proyek Kerjasama dengan BRGM, JICA/MMAJ, USGS, dan KOREA/KMPC maupun yang dibiayai Proyek Pembangunan. Walaupun tahap penyelidikannya kebanyakan masih pada tahan pendahuluan dan hanya pada beberapa daerah WPP yang dilakukan agak detail, akan tetapi informasi geologi dan mineralisasinya sudah dapat dipakai sebagai pelengkap data geologi yang telah ada. Dengan demikian cukup baik untuk dipakai sebagai acuan bagi penyelidikan selanjutnya.Beberapa jenis mineralisasi yang ditemukan adalah sbb:a).Mineralisasi Tipe Metasomatik.1. Mineralisasi Timah dan Logam Langka di daerah Sosortolong dan sekitarnya, Tapanuli Utara Penentuan jenis batuan granit akan sangat membantu menuntun eksplorasi jenis-jenis mineral logam yang akan ditemukan di daerah batuan granit,.Indikasi mineralisasi timah di daerah Parmonangan/Sosortolong dan sekitarnya (Gambar 2a & 2b) ditunjukan oleh gejala greisenisasi dan kandungan Sn yang cukup tinggi pada conto batuan dan endapan sungai aktif. Sedangkan indikasi mineralisasi logam dasar (Cu, Pb, Zn) ditunjukkan oleh adanya mineral sulfida dan alterasi hidrotermal berupa propilitisasi, piritisasi dan urat kuarsa mengandung kasiterit, pada conto batuan dari daerah Sisonding. Daerah ini mungkin menjadi sumber mineralisasi primer logam timah.Penerobosan masa batuan granit gneis pada Karbon Akhir sampai Perem Awal, menyebabkan mineralisasi metasomatik kontak. Sekitar Kapur Akhir, penerobosan granit yang lebih muda membentuk mineralisasi sulfida logam porfiri. Dengan demikian menunjukan adanya keterkaitan hubungan antara batuan granit dengan mineralisasi timah maupun logam dasar.Pada jalur granit timah yang terbentang dari Thailand sampai ke pulau-pulau timah Bangka-Belitung ini batuan granit tenyata merupakan tempat kedudukan mineralisasi sulfida logam dasar maupun timah (Cobbing E. J and Mallick D.I.J.,1984). 2. Mineralisasi logam dasar, logam mulia dan logam Timah dan Logam Langka di daerah Way Pubian.Granit Pubian tersingkap di daerah Way Samang-Way Pubian, Lampung Tengah. Menurut beberapa penulis granit Pubian berumur Kapur. Secara fisik ada dua jenis granit dengan tekstur yang berbeda yaitu granit porfir dengan fenokris orthoklas kasar dan granit biotit. Granit biotit di daerah ini menerobos batuan metasedimen yang lebih tua menyebabkan gejala greisen dengan kandungan mika yang melimpah di daerah Way Waya, dan mengandung kasiterit. Dari 2 (dua) conto batuan granit biotit pada lokasi yang berbeda, dari Way Pubian dan Way Kijang, menunjukkan karakteristik kelompok seri magnetit atau tipe-I, yang mempunyai kemungkinan yang kecil untuk ditemukannya mineral logam langka, namun justru dijumpai mineralisasi logam mulia dan logam dasar. Hal ini juga didukung oleh sedikitnya temuan mineral logam langka dari conto konsentrat dulang. Di daerah Way Gelinding indikasi mineralisasi logam langka seperti mineral monasit/xenotim dan kasiterit hanya ditemukan dalam konsentrat dulang. Mineralisasi logam Timah di daerah Way Waya terdeteksi dari adanya singkapan batuan greisen yang mengandung kasiterit dan mineral kasiterit pada konsentrat dulang. Secara umum batuan granit di bagian utara daerah penyelidikan memiliki karakteristik granit seri magnetit, sedangkan batuan granit di daerah Way Waya kemungkinan dapat dikelompokkan ke dalam granit tipe-S. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa batuan granit di daerah penyelidikan kemungkinan berasal dari magma pada kedalaman yang berbeda. Sedangkan gejala mineralisasi logam dasar pada batuan granit porfir di Hulu Way Samang kemungkinan merupakan akibat proses hidrotermal berkaitan dengan retas andesit.Namun mineralisasi logam mulia dan logam dasar yang dijumpai di daerah G Dempu, umumnya tidak berkaitan dengan pembentukan batuan granit, kemungkinan berkaitan erat dengan aktivitas volkanik pada kala Pliosen. Mineralisasi logam mulia dan logam dasar di daerah G. Dempu merupakan daerah yang paling prospek dengan asosiasi mineral-mineral galena, sfalerit dan pirit pada urat kuarsa yang menembus batuan andesit, serta adanya beberapa elektrum dan kalkopirit dan sfalerit. b.)Mineralisasi Tipe Volkanogenik1.Mineralisasi emas dan logam dasar di Daerah Cisasah-Cidadap-Cibuniasih, Tasikmalaya Selatan Penyelidikan mineralisasi logam dasar di daerah ini merupakan Kerjasama antara DSM-MMAJ/JICA th. 1994-1995, meliputi penyelidikan geologi, pencontoan geokimia, pengukuran geofisika dan pemboran uji geologi. Ada tiga daerah yang menarik untuk ditindak lanjuti yaitu : Blok Barat, meliputi daerah Cisasah, Cikoplok-Panyairan, Garonggong, Cisodong dan Cidadap. Blok Tengah, adalah daerah Cisaura dan, Blok Timur, meliputi daerah Ciguranteng, Cinampak, Cibuniasih dan Balekambangc.)Mineralisasi tipe hidrotermal :1.Mineralisasi Au-Logam dasar di Kubah Bayah/ G.Ciawitali.G. Ciawitali terletak pada bagian utara sistim struktur apa yang dikenal sebagai Kubah Bayah. Daerah ini masih merupakan kawasan Hutan Cagar Alam G. Halimun. Indikasi mineralisasi emas teramati dari adanya butiran emas dalam conto konsentrat dulang yang diambil dari hampir semua sungai yang berhulu di G. Ciawitali (Gambar 5a dan 5b), Secara regional, daerah G. Ciawitali terdiri dari satuan batuan volkanik piroklastik (Fm. Cimapag) berumur Oligo-Miosen yang diintrusi oleh korok andesit, tidak selaras diatasnya ditutupi oleh satuan batuan felsik-piroklastik. Mineralisasi emas di G.Ciawitali terjadi pada batuan andesit tua (Oligo-Miosen) terubah dan pada batuan tufa andesiti-dasitik terubah. Ada 2 jenis mineralisasi, yaitu tipe porfiri pada batuan tufa terkersikan-terkaolinkan dan tipe urat kuarsa mengandung emas epitermal berasosiasi dengan mangan oksida. Berbeda dengan mineralisasi emas di Cikotok dan Cirotan yang berasosiasi dengan logam dasar.Eksplorasi di G.Ciawitali merupakan Kerjasama antara DSM dan BRGM (Perancis) dalam Wilayah Penugasan Pertambangan (WPP) Jawa Barat. Pengamatan di lapangan menemukan hubungan antara anomali emas dalam soil dengan adanya urat kuarsa pada horison dibawahnya. Pengambilan soil pada grid yang rapat dimaksudkan untuk mengatasi pengaruh dari ketebalan kebanyakan urat kuarsa ternyata < 1 cm. Pengukuran geofisika telah mendeteksi adanya zona mineralisasi sulfida dan tubuh batuan intrusi dikedalaman. Pemboran dilakukan di lima lubang, 3 lokasi untuk mengecek distribusi mineralisasi emas kearah kedalaman sedangkan 2 lokasi menemukan mineralisasi tipe porfiri. Mineralisasi emas G.Ciawitali adalah karakteristik untuk mineralisasi emas epitermal di Kubah Bayah, diperkirakan terjadi pada horizon atas suatu sistim mineralisasi emas epitermal.

D.AnomaliTiga daerah anomali yang menarik yaitu :1. Lowo Mego, untuk Cu, Zn, Au dan Mn. Tipe mineralisasinya : urat dan tersebar Jenis mineralnya : Tembaga, Seng, Emas dan Mangan Kadar logam dalam batuan : Cu:98480 ppm; Pb:114ppm; Zn:18980 ppm; Mn:2129 ppm; Au :530 ppb dan Ag: 12 ppm.2. Lowo Mera-Lowo Gera untuk Cu, Pb, Mn, Ag dan Au. Tipe mineralisasinya : Urat, pengisian rekahan dan tersebar Jenis mineralnya : Tembaga, Timbal, Mangan, Perak dan Emas Kadar dalam batuan Cu: 20240 ppm; Pb: 1893 ppm; Zn: 3900 ppm; Mn: 2086 ppm; Au: 8 ppb dan Ag: 3 ppm3. Lowo Soko-Lowo Pelongo untuk Cu, Mn, Au dan Ag. Tipe mineralisasinya : tersebar Jenis mineralnya : Tembaga, Mangan, Emas dan Perak Kadar dalam batuan Cu: 200 ppm; Pb: 28 ppm; Zn: 67 ppm; Mn: 1618 ppm; Au: 15-19 ppb dan Ag: 3 ppm.

KESIMPULAN

a. Metalogenik dan kerangka tektonik Busur Magmatik Sunda-Banda di Indonesia cukup mendukung sebagai tempat kedudukan bermacam-macam endapan logam primer. b. Perbedaan geologi (lingkungan pengendapan, litologi dan tektonik) erat hubungannya dengan genesa pembentukan bahan galian mineral logam,c. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa pada jalur magmatik Sunda-Banda dijumpai: mineralisasi timah dan logam langka berkaitan dengan plutonisma granit berumur Akhir Paleozoik hingga Akhir Mesozoik, seperti pada proses greisenisasi. Mineralisasi logam dasar juga dapat terjadi pada perioda ini. Tempat kedudukan mineralisasi emas epitermal adalah batuan andesit tua berumur Oligosen hingga Pliosen, di Sumatera berasosiasi dengan logam dasar, sedangkan di Jawa lebih banyak ditemukan bersama mangan. Tempat kedudukan ini masih berlanjut sampai ke bagian timur. Lingkungan pengendapan mineralisasi logam dapat terjadi dalam lingkungan darat (tipe urat kwarsa epitermal) maupun laut (endapan logam volkanogenik). Tipe mineralisasi umumnya berupa tipe urat, sulfida masif dan porfiri.

DAFTAR PUSTAKA

1. Clark, A, L, 1994, Mineral Development in Asia and the Pacific Towards the Year 2000 , Proceeding of the 4th Asia Pacific Mining Conference, PP 26 38, Jakarta.2. Carlile J.C., and Mitchel A.H.G. 1994. Magmatic arcs and associated gold and copper mineralization in Indonesia. J. Geochem. Expl. 50. Elsevier.3. Central Bureau of Statistic, Indonesia Foreign Trade Data in 1991, 1992, 1993, 1994.4. Departemen Pertambangan dan Energi Republik Indonesia, 1998, Mining and Energy Yearbook of Indonesia, p. 74-94, 249-258.