internal audit lemah
TRANSCRIPT
AUDIT INTERNAL BANK, LEMAH
Oleh:, Rais-MR3, Nur Indah Fitriani *)
Kejahatan Berulang
Kejahatan perbankan (fraud) yang hangat diperbincangkan beberapa hari ini, menjadi menarik
karena pelakunya dilakukan oleh orang yang memiliki pesona dan daya tarik. Setidaknya dari photo MD
(inisial pelaku) yang beredar di internet membuat para pengunggah, menjadi penasaran. Pelaku
kemudian dikenal sebagai mantan karyawan bank bertaraf internasional dan berhasil merampok
sejumlah dana nasabah hingga mencapai Rp. 17 miliar.
Perampokan yang menimpa nasabah Citibank ini, tergolong dalam nasabah prioritas banking.
Program ini khusus untuk nasabah yang memiliki dana besar dan selama ini selalu mendapatkan
perlakuan khusus dari staf dan pejabat bank yang bersangkutan.
Sehingga bisa dipahami kalau dalam kasus MD, prinsip kehati-hatian (prudent) yang selama ini
menjadi ciri khas dan selalu dijaga oleh perbankan. Tidak terimplementasi dengan baik, Seperti halnya
dengan mengisi form aplikasi sendiri, konfirmasi petugas bank ataupun kebiasaan antri di depan teller.
Kasus pembobolan dana nasabah bank, sering terjadi dan cenderung terulang dengan modus
yang sama pada bank yang berbeda. Berdasarkan data yang kami kumpulkan, setidaknya pada tahun
2011 terjadi pembobolan bank setiap bulannya, dan dilakukan oleh pejabat bank yang memiliki otoritas.
Periode Kasus Bank Pelaku
Maret 2011
Memindahkan uang nasabah
ke rekening bank lain.
Perkiraan Rp. 17 Miliar,
selama 3 tahun.
Citibank MD Manager
Pebruari 2011
Transaksi palsu, perkiran Rp.
4,5 miliar
BNI JKD Wakil Kepala Cabang
Pebruari 2011
Manipulasi data untuk
membantu mencairkan kredit
fiktif senilai Rp3,6 miliar.
BII DCB Marketing
Januari 2011
Memalsukan tanda tangan
nasabah untuk mencairkan
dana di rekening sebesar Rp7
miliar.
Victoria LO Manager
Bulan Januari, Manager Bank Victoria diketahui telah memalsukan tanda tangan nasabah warga
Negara Amerika Serikat, Omar Hayak sebesar Rp. 7 miliar. Bulan pebruari, terdapat dua kasus yang
modusnya hampir sama, yang dilakukan oleh pejabat bank yang bersangkutan dan terjadi pada dua
bank yang berbeda yaitu BNI, dengan transaksi palsu sekitar Rp. 4,5 miliar. Dan karyawana Marketing BII
memanipulasi data untuk mencairkan kredit fiktif sebesar Rp. 3,6 miliar. Kemudian pada bulan maret
diketahui pembobolan dana nasabah Citibank sebesar Rp. 17 miliar, yang dilakukan oleh mantan
Relation Manager Citibank.
Penguatan Audit Internal
Fakta diatas menunjukkan, bahwa pengawasan internal diperbankan tidak berjalan efektif.
Secanggih apapun tehnologi dan sistim yang digunakan, kalau pengawasan internalnya tidak efektif,
kejadian seperti yang dipaparkan diatas akan terus berulang. Dengan kasus dan bank yang sama, tapi
modus dan pelaku yang berbeda.
Bahkan ironisnya, yang melakukan kejahatan adalah orang-orang yang memiliki otoritas. mereka
yang seharusnya menjaga kepercayaan nasabah dan memastikan rambu-rambu transaksi berjalan
dengan baik sesuai dengan ketentuannya. Para pelaku kejahatan, notabene adalah karyawan dan
mantan karyawan, yang mengetahui persis kelemahan sistim bank tempatnya bekerja.
Pengawasan internal tidak berjalan dengan baik, standar proses tidak jalan dan prilaku nasabah
yang selalu minta perlakuan khusus. Setidaknya tiga hal ini menjadi penyebab terjadinya kasus
pembobolan bank, baik terhadap dana nasabah maupun terhadap dana bank itu sendiri.
Sehingga perlu mendapat perhatian serius dari para pemilik bank untuk segera melakukan
perbaikan terhadap sistim audit internal yang berjalan selama ini. Audit internal seharusnya, tidak
hanya memfokuskan diri pada perbaikan proses, tapi juga perlu untuk memperkuat pengawasan
terhadap prilaku para bankir-nya.
Pengawasan internal tidak hanya focus pada, pemeriksaan terhadap jalannya proses
keseimbangan data (data balancing) yang mencocokkan antara transaksi keluar dan masuk uang, tapi
juga harus bisa memastikan bahwa yang terlibat langsung serta pemegang otoritas dari proses tersebut
adalah adalah orang-orang yang benar dan tepat.
Beberapa waktu lalu, dunia perbankan dihebohkan dengan kasus karyawan Bank of England,
yang setiap pulang kerja selalu menyelipkan lembaran uang yang seharusnya dihancurkan dalam celana
dalamnya. Karyawan tersebut berhasil mengelabui system perbankan yang canggih, namun akhirnya
ketahuan juga, setelah lembaran tersebut dikumpulkan kemudian dibelikan sebuah rumah mewah.
Perbankan perlu melakukan perbaikan audit internal terhadap harta kekayaan, serta gaya hidup
para bankirnya. Pelaksana audit internal akan secara periodik memberikan penilaian terhadap tingkat
kewajaran harta yang dimiliki oleh para karyawannya. Hal inilah yang perlu dilakukan dalam rangka
memberikan penguatan terhadap audit internal bank, yang selama ini lemah.
Pelaksana audit bisa diambil oleh internal bagian umum dan personalia atau bekerjasama
dengan lembaga independen yang memang memiliki integritas dan kemampuan untuk itu. Model
seperti ini, telah banyak diterapkan di perusahaan-perusahaan multinasional di bidang manufaktur
seperti PT. LG Electronic. Dan terbukti cukup efektif sebagai tindakan peringatan dini (early warning
system) terhadap calon manajer dan para manajer perusahaan.
Terhadap prilaku nasabah yang selalu minta perlakuan istimewa, adalah kewajiban bagi otoritas
bank. Untuk membuat rambu-rambu khusus, dan memberikan pengawasan ekstra terhadap
karyawannya, agar kedekatan hubungannya dengan nasabah tidak disalahgunakan sehingga bisa
merugikan nasabah dan bank. (03/04/11. Mr3)
______
*) Pemerhati Korban Fraud dari Lembaga Kajian Ekonomi Nasional (Laken)