interaksi obat dan makanan-kelas b-klp 2

Upload: iinnah-mmuthma-innah

Post on 08-Oct-2015

35 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

io obat dan makanan

TRANSCRIPT

INTERAKSI OBAT INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN

OLEHKELOMPOK II (KELAS B)NURUL ARAFAHNURUL AULIYAMIRZA AMELIANIA OCTAVIANAMUTI PURNAMA SARI ALIMUDDINMUTHMAINNAH NURDIN RIESCHA RACHMAANDI HERLINDA HASAN JOHAN THIORISNURHAWA VITALIA NURUL MUTMAINNAHELINA TRI SUSANTIVALENTINA TERESKOVA LANGMASAYU NILAWATI YUSNI EKA NOVITA JUMRASYUSRIATI INDAH RAKHMAWATI MVIDIA AMALIA HALIK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN APOTEKERFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2014

INTERAKSI OBAT INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN

OLEHKELOMPOK II (KELAS B)NURUL ARAFAHNURUL AULIYAMIRZA AMELIANIA OCTAVIANAMUTI PURNAMA SARI ALIMUDDINMUTHMAINNAH NURDIN RIESCHA RACHMAANDI HERLINDA HASAN JOHAN THIORISNURHAWA VITALIA NURUL MUTMAINNAHELINA TRI SUSANTIVALENTINA TERESKOVA LANGMASAYU NILAWATI YUSNI EKA NOVITA JUMRASYUSRIATI INDAH RAKHMAWATI MVIDIA AMALIA HALIKSRI SARTIKA YANS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN APOTEKERFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2014

BAB IPENDAHULUANInteraksi obat didefinisikan oleh Committee for Propriety Medicine Product (CPMP) sebagai suatu keadaan bilamana suatu obat dipengaruhi oleh penambahan obat lain dan menimbulkan pengaruh klinis. Biasanya, pengaruh ini terlihat sebagai suatu efek samping, tetapi kadang pula terjadi perubahan yang menguntungkan. Obat yang mempengaruhi disebut dengan precipitant drug, sedangkan obat yang dipengaruhi disebut sebagai object drug.Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikandapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama.Interaksi obat dianggap penting karena dapat menguntungkan dan merugikan. Salah satu dari interaksi obat adalah interaksi obat itu sendiri dengan makanan. Interaksi obat dan makanan dapat terjadi ketika makanan dapat terjadi ketika makanan yang kita makan mempengaruhi obat yang sedang kita gunakan, sehingga mempengaruhi efek obat tersebut. Interaksi antara obat dan makanan dapat terjadi baik untuk obat dan makanan dapat terjadi baik untuk obat dan makanan dapat terjaadi baik untuk resep dokter maupun obat dan makanan dapat terjadi baik untuk resep dokter maupun obat yang dibeli bebas, seperti obat antasida, vitamin, dll.Kadang-kadang apabila kita minum obat bersamaan dengan makanan, maka dapat mempengaruhiefektivitas obat dibandingkan apabila diminum dalam keadaan perut kosong, selain itu konsumsi secara bersamaan antara vitamin atau suplemen herbal dengan obat juga dapat menyebabkan terjadinya efek samping.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAII.1 Pengertian MakananMakanan adalah hasil dari proses pengolahan suatu bahan pangan yang dapat diperoleh dari hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan adanya teknologi (Moertjipto, 1993). Makanan dalam ilmu kesehatan adalah setiap substrat yang dapatndipergunakan untuk proses di dalam tubuh. Terutama untuk membangun dan memperoleh tenaga bagi kesehatan sel tubuh (Irianto, 2004).Berdasarkan cara perolehannya, pangan dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu (Saparinto dan Hidayati, 2006):1. Makanan segar, yaitu makanan yang belum mengalami pengolahan yang dapat dikonsumsi langsung ataupun tidak langsung (bahan baku pengolahan pangan), contoh: pisang dan lain-lain.2. Makanan olahan, yaitu makanan hasil proses pengolahan dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Makanan olahan bisa dibedakan lagi menjadi makanan olahan siap saji dan tidak siap saji.a. Makanan olahan siap saji adalah makanan yang sudah diolah dan siap disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan, contoh: pisang goreng dan lain-lain.b. Makanan olahan tidak siap saji adalah makanan yang sudah mengalami proses pengolahan, akan tetapi masih memerlukan tahapan pengolahan lanjutan untuk dapat dimakan atau diminum, contoh: makanan kaleng dan lain-lain.c. Pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan, contoh: susu rendah lemak untuk orang yang menjalani diet lemak dan lain-lain.II.2 Interaksi ObatInteraksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drug-related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu atau lebih zat yang berinteraksi (Piscitelli, 2005).Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama dapat berubah efeknya secara tidak langsung atau dapat berinteraksi. Interaksi bisa bersifat potensiasi atau antagonis efek satu obat oleh obat lainnya, atau adakalanya beberapa efek lainnya (BNF 58, 2009).Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain, obat herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam lingkungannya. Definisi yang lebih relevan kepada pasien adalah ketika obat bersaing satu dengan yang lainnya, atau apa yang terjadi ketika obat hadir bersama satu dengan yang lainnya (Stockley, 2008).Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan obat-obat sitostatik (Setiawati, 2007).Dalam perjalanannya, sejak dari proses pabrikasi hingga penggunaannya di dalan tubuh, obat atau senyawa obat dapat mengalami 3 tahap interaksi, yaitu :1. Interaksi Farmasetik terjadi antara obat atau senyawa obat yang tidak dapat tercampur (inkompatibel). Pencampuran obat yang demikian menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik maupun kimiawi.2. Interaksi Farmakokinetik terjadi bila suatu obat atau senyawa mempengaruhi proses ADME (absorbsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi) obat lain sehingga kadar obat di dalam plasma darah meningkat atau menurun yang berakibat pada meningkatnya aktivitas, bahkan tok-sisitas, atau menurunnya efektivitas obat tersebut.3. Interaksi Farmakodinamik adalah interaksi antara obat pada saat bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi perubahan efek.

II.2.1 INTERAKSI OBAT DALAM PROSES ABSORBSIProses absorbsi obat yang diberikan secara oral sebagian besar terjadi di dalam saluran pencernaan. Interaksi obat di dalam proses absorbsi dapat berupa : 1. Perubahan pH saluran pencernaan2. Kompleksasi dan adsorbsi 3. Perubahan motilitas atau laju pengosongan lambung4. Pengaruh makanan5. Penghambatan enzim pencernaan6. Perubahan flora saluran pencernaanA. Perubahan pH Saluran PencernaanKarena obat pada umumnya bersifat asam lemah atau basa lemah, maka pH saluran pencernaan dapat mempengaruhi absorbsi obat. Bentuk obat yang tak terion (lebih larut lemak) akan terabsorbsi lebih cepat daripada bentuk terion. Pada suasana alkalis saluran pencernaan, kelarutan obat yang bersifat asam meningkat sehingga lebih banyak yang terion sehingga absorbsi per satuan luas lebih lambat. B. Kompleksasi dan AdsorbsiAdsorbsi toksin pada arang aktif atau kaolin merupakan interaksi yang bermanfaat, sehingga kedua zat ini digunakan sebagai antidotum dan antidiare karena sifat adsorbtifnya. Namun demikian, bila zat ini diberikan bersama dengan obat-obat tertentu, maka dapat terjadi interaksi yang menurunkan bioavailabilitas zat aktif, karena zat aktif teradsorbsi pada kaolin maka absorbsi obat ke dalam saluran distribusi akan terhambat. C. Perubahan Motilitas atau Laju Pengosongan LambungUsus halus merupakan tempat utama untuk absorbsi obat yang bersifat asam. Di sini absorbsi jauh lebih cepat dibandingkan dengan di dalam lambung. Oleh karena itu makin cepat obat sampai di usus makin cepat pula absorbsinya. Obat yang mempercepat pengosongan lambung atau gerak peristaltik, seperti metoklopramid, dapat mempercepat absorbsi obat asam yang diberikan secara bersamaan. Sebaliknya, obat yang memperlambat pengosongan lambung, seperti antikolinergik atau antidepressan trisiklik, akan memperlambat pula absorbsi obat asam yang harus diabsorbsi di dalam usus. Kecepatan pengosongan lambung biasanya hanya mempengaruhi kecepatan absorbsi tetapi tidak mempengaruhi jumlah obat yang terabsorbsi. Hal ini berarti bahwa kecepatan pengosongan lambung hanya mengubah tinggi kadar puncak (Cpmax) dan waktu untuk mencapainya (tmax) tanpa mengubah bioavailabilitas obat, kecuali obat yang mengalami metabolisme lintas pertama oleh enzim pencernaan pada dinding usus dan lambung, seperti levodopa dan klorpromazin.

D. Pengaruh MakananPengaruh makanan terhadap absorbsi obat sering disebabkan oleh aksi perlambatan pengosongan lambung. Namun yang paling sering terjadi adalah melalui :a. pengikatan obat dengan makananb. penurunan jumlah obat pada tempat absorbsic. perubahan laju disolusi obatd. perubahan pH saluran cernaOleh karena itu penjadwalan waktu pemberian obat berhubungan erat dengan waktu penyajian makanan. Yang penting adalah agar penjadwalan spesifik dilakukan untuk obat-obat yang harus diberikan terpisah dari waktu makan.Makanan di dalam saluran cerna akan mengurangi absorbsi sejumlah antibiotik, terutama turunan penisilin dan tetrasiklin, kecuali penisilin V, amoksisilin, doksisiklin, dan minosiklin. Pemberian antibiotik-antibiotik tersebut dianjurkan paling cepat satu jam sebelum atau dua jam setelah makan untuk mencapai absorbsi yang optimum.E. Penghambatan Enzim PencernaanObat-obat atau makanan tertentu dapat mempengaruhi sistem transpor enzim sehingga mempengaruhi absorbsi obat-obat spesifik pada usus.Alopurinol dan sediaan atau makanan yang mengandung besi tidak boleh diberikan secara bersamaan karena alopurinol memblok sistem enzim yang mencegah absorbsi besi. Kelebihan absorbsi dan kelebihan muatan besi pada pasien dapat terjadi sehingga menyebabkan hemosiderosis (deposit hematin yang tidak larut di dalam jaringan). Asam folat pada umumnya terdapat di dalam makanan dalam bentuk poliglutamat yang sukar terabsorbsi. Agar absorbsi mudah ter-jadi, maka poliglutamat itu harus diubah menjadi turunannya yang mudah terabsorbsi, yaitu folat. Perubahan ini dikatalisis oleh enzim konjugasi di dalam usus. Fenomena interaksi ditemukan pada pasien yang mengalami anemia akibat kekurangan asam folat setelah diberi fenitoin. Berdasarkan hal ini disimpulkan bahwa fenitoin menghambat aktivitas enzim konjugase yang mengubah poliglutamat menjadi asam folat.F. Perubahan Flora Saluran CernaFlora normal usus berperanan antara lain untuk :1. sintesis vitamin K2. memecah sulfasalsin menjadi bagian-bagian yang aktif yaitu sulfapiridin dan 5-amino salisilat3. metabolisme obat-obat tertentu seperti levodopa dan digoksin4. hidrolisis glukuronida yang dieks-kresi melalui empedu sehingga memperpanjang kerja obat-obat tertentu seperti kontrasepsi oral.

II.2.2 INTERAKSI OBAT DALAM PROSES DISTRIBUSIA. Transpor Obat di Dalam Aliran DarahPengikatan bahan kimia endogen pada protein darah (serum) merupakan suatu proses fisik yang normal yang melarutkan dan mengikat hormon serta metabolit sehingga melepaskannya secara perlahan-lahan dan konstan pada tempat-tempat reseptor dan ekskresi. Proses ini juga berperan dalam mengangkut obat yang relatif tidak larut di dalam cairan tubuh pada pH 7,4 (pH fisiologis). Obat-obat ini diangkut di dalam aliran darah ke berbagai tempat, yakni tempat aksi (reseptor), tempat metabolisme (hati), dan tempat ekskresi (ginjal), sebagai kompleks yang lemah yang terikat pada protein plasma.Sebagian obat lebih mudah terikat daripada yang lainnya. Obat yang terikat itu, secara farmakologi tidak aktif karena aksi obat tergantung pada adsorbsi (penjerapan) obat bebas pada sisi reseptor yang aktif.B. Penggeseran Obat Dari Ikatan ProteinInteraksi ini terjadi apabila dua obat yang dapat terikat pada protein diberikan secara bersama-sama. Interaksi ini dapat berupa penggeseran atau pendesakan, baik secara kompetitif maupun non-kompetitif.Penggeseran kompetitif terjadi bila obat memperebutkan sisi ikatan yang sama pada suatu protein plasma, di mana obat yang lebih kuat (afinitasnya lebih besar) yang akan dapat terikat, sedangkan yang lebih lemah akan tergeser. Penggeseran nonkompetitif terjadi bila kedua obat terikat pada sisi berlainan pada satu protein plasma, namun saling mempengaruhi kekuatan ikatannya.Walaupun fraksi obat yang terikat pada protein di dalam tubuh tidak aktif farmakologik, namun ada kesetimbangan antara fraksi terikat dengan fraksi bebas, dan bila bentuk bebas itu termetabolisme atau terekskresi, maka obat yang terikat akan terlepas perlahan-lahan untuk mem-pertahankan kesetimbangan dan respon farmakologi.Obat terikat pada protein plasma. Obat yang bersifat asam terutama terikat pada albumin, se-dangkan yang basa terikat pada asam 1-glikoprotein (AAG). Oleh karena jumlah protein plasma ter-batas, maka persaingan dapat terjadi antara obat-obat untuk memperebutkan tempat ikatan yang sama pada protein. Bergantung pada kadar dan afinitasnya terhadap protein, maka suatu obat akan dapat digeser atau tidak dari ikatannya oleh obat lain, dan peningkatan kadar obat bebas menyebabkan peningkatan efek farmakologinya. Akan tetapi keadaan ini hanya berlangsung sementara karena peningkatan kadar obat bebas juga merangsang peningkatan eliminasinya, sehingga akan tetap terjadi keadaan tunak (steady state) yang baru, di mana kadar obat total me-nurun tetapi kadar obat bebas kembali seperti semula. Mekanisme ini disebut sebagai mekanisme kompensasi.Interaksi ini lebih nyata terjadi pada penderita yang mengalami keadaan-keadaan berikut :a) hipoalbuminemia, kurangnya albu-min plasma untuk tempat ikatan obatb) gagal ginjal, ekskresi berkurangc) gangguan hati, metabolisme ter-ganggu, akibatnya ekskresi ber-kurang.II.2.3 INTERAKSI OBAT DALAM PROSES METABOLISMEA. Interaksi Obat Yang Mempercepat MetabolismeBerbagai interaksi obat terjadi karena adanya suatu obat yang merangsang metabolisme obat lain. Di samping itu pemberian secara kronis obat-obat tertentu dapat pula merangsang metabolisme selanjutnya. Interaksi ini terjadi akibat meningkatnya aktivitas enzim hepatik yang terlibat dalam metabolisme obat tersebut. peningkatan aktivitas enzim ini dapat disebabkan oleh :a. Peningkatan sintesis enzim sehingga jumlahnya meningkat, yang disebut induksi enzimb. Penurunan kecepatan degradasi enzim Senyawa yang dapat menginduksi enzim hepatik digolongkan atas dua golongan yaitu :1. Golongan fenobarbital dan senyawa-senyawa yang kerjanya mirip fenobarbital. Golongan ini yang paling banyak berperan untuk berbagai obat.2. Golongan hidrokarbon polisiklik, hanya untuk beberapa obat.Akibat induksi enzim adalah peningkatan metabolisme obat, yang terjadi karena 3 kemungkinan, yaitu :1. Obat merangsang metabolismenya sendiri, karena pemberian kronis. Obat-obat yang memiliki gejala ini antara lain barbiturat, antihistamin, fenitoin, meprobamat, tolbutamid, fenilbutazon, dan probenesid2. Obat mempercepat metabolisme obat lain yang diberikan bersamaan3. Obat merangsang metabolisme sendiri dan juga metabolisme obat lain. Akibat farmakologis dari induksi enzim ini adalah :a. peningkatan bersihan ginjalb. penurunan kadar obat di dalam plasma sehingga efektivitas obat menurun yang dapat memungkinkan gagalnya terapi.B. Interaksi Yang Menghambat MetabolismeSejumlah reaksi obat didasarkan pada penghambatan obat tertentu oleh obat lain, sehingga terjadi peningkatan durasi dan intensitas aktivitas farmakologi dari obat yang dihambat. Ada dua kemungkinan pe-nyebab terhambatnya metabolisme obat, yaitu :a. Penghambatan ireversibel terhadap enzim yang bertanggung jawab untuk biotransformasi obatb. Suatu obat bersaing dengan obat lain untuk bereaksi dengan enzim pemetabolisis yang sama, di mana obat yang terdesak akan mengalami pengahambatan metabolisme. Kemungkinan ini lebih banyak terjadi daripada kemungkinan pertama (a) dalam interaksi obat.II.2.4 INTERAKSI OBAT DALAM PROSES EKSKRESIA. Interaksi Obat dengan Perubahan pH UrinPerubahan pH urin mengakibatkan perubahan bersihan ginjal, melalui perubahan jumlah reabsorbsi pasif di tubuli ginjal, yang hanya bermakna secara klinis bila:a. Fraksi obat yang diekskresikan melalui ginjal cukup besar, lebih dari 30%b. Obat berupa basa lemah dengan pKa 7,5 10 atau asam lemah dengan pKa 3,0 7,5.Tahap pertama dalam pem-bentukan urin (ekskresi obat) adalah filtrasi darah yang melalui sirkulasi ginjal. Pembentukan urin mulai ketika darah arteri memasuki glomerulus dan tersaring melalui proses pasif. Filtrat glomerular ini banyak mengandung zat, seperti air, glukosa, asam amino, urea, kreatinin, asam urat, dan mungkin juga obat dan atau metabolitnya.Filtrat tersebut lalu bergerak melalui tubulus proksimal di mana banyak air dan meterial kristaloid yang penting untuk metabolisme norma mengalami reabsorbsi, yang berlanjut pada tubulus distal.Obat yang terfiltrasi pasif pada glomerulus dapat tereabsorbsi dari tubuli ginjal jika berada dalam bentuk larut lemak (nonion). Jika obat berada dalam bentuk yang terionisasi, maka reabsorbsi tubular dapat dipengaruhi oleh pH cairan tubular. Molekul obat yang tereabsorbsi dari tubuli ginjal melalui transpor pasif harus berada dalam bentuk tak terion dan larut lemak agar dapat melalui membran lipid tubuli.Interaksi yang mempengaruhi ekskresi obat melalui ginjal hanya akan nyata secara klinis bila obat atau metabolit aktifnya tereliminasi secara berarti oleh ginjal. pH urin dapat mempengaruhi aktivitas obat dengan mengubah kecepatan bersihan ginjal.B. Interaksi Obat dengan Perubahan Transpor AktifPenghambatan sekresi pada tubuli ginjal terjadi akibat kompetisi antarobat atau antarmetabolit untuk sistem transpor aktif yang sama, terutama sistem transpor untuk obat asam atau metabolit yang bersifat asam. Proses ini mungkin melibatkan sistem enzim di dalam ginjal. Obat-obat tersebut diangkut dari darah melintasi sel-sel tubuli proksimal dan masuk ke urin, melalui transpor aktif.Interaksi dapat membawa dampak yang merugikan kalau terjadinya interaksi tersebut sampai tidak dikenali sehingga tidak dapat dilakukan upaya-upaya optimalisasi. Secara ringkas dampak negatif dari interaksi ini kemungkinan akan timbul sebagai:a) Terjadinya efek sampingb) Tidak tercapainya efek terapetik yang diinginkanFaktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi obat yaitu : 1. Obat dengan indek terapi sempit.2. Obat yang mempunyai bioavaibilitas rendah.3. Formulasi obat.4. Stereokimia obat.5. Potensi obat.6. Obat yang mempunyai kurva dosis respon yang tajam / curam.7. Lama terapi / penggunaan obat.8. Dosis obat.9. Konsentrasi obat dalam darah dan jaringan (cairan tubuh).10. Waktu dan urutan penggunaan obat.11. Rute penggunaan obat12. Base line dari interaksi dan indek terapi.13. Jumlah obat yang mengalami metabolism.14. Kecepatan metabolisme obat15. Ikatan obat dengan protein16. Volume distribusi17. Problem farmakokinetikJenis interaksi ada 4 macam, yaitu interaksi obat obat, Interaksi Obat makanan, Interaksi Obat penyakit, Interaksi Obat Hasil lab. Hal-hal yang harus diingat tentang interaksi obat dan makanan antara lain:1. Bacalah aturan pakai pada kemasan obat2. Baca semua aturan, peringatan dan pencegahan interaksi yang ditulis pada label obat dan kemasan. Bahkan obat bebas pun dapat menyebabkan masalah.3. Gunakan obat dengan segelas air putih, kecuali dokter menyarankan cara pakai yang berbeda.4. Jangan mencampur obat ke dalam makanan/ minuman atau membuka cangkang kapsul karena dapat mempengaruhi khasiat obat.5. Jangan mencampur obat dengan minuman panas karena panas dapat mempengaruhi kerja obat.6. Jangan pernah minum obat dengan minuman beralkohol.Berikut akan dibahas beberapa golongan obat yang akan berinteraksi dengan adanya makanan. Golongan obat-obatan yang akan dibahas antara lain:1. Monoamin oksidase inhibitor (MAOI)2. Antihipertensi3. Antiparkinson4. Antikoagulan Oral5. Immunosuppressant6. Antiinflamasi Nonsteroid7. Antibiotika1. MONOAMIN OKSIDASE INHIBITOR (MAOI)Monoammine oxydase inhibitors (MAOIs) adalah golongan obat antidepresan, yang digunakan untuk pengobatan depresi. Mekanisme kerja dari enzim MAO (Monoamine oksidase) adalah membantu melepaskan ephinephrine, norephinephrine, dopamine, dan serotonin. Ketika monoamin oksidase dihambat, konsentrasi dari neurotrasnmitter meningkat. Obat-obat golongan MAOI masih sering digunakan untuk pengobatan depresi pada manusia.Inhibitor monoamin oksidase bekerja menghambat penguraian noradrenalin endogen sehingga meningkatkan kadar noradrenalin di sistem saraf pusat dan di perifer. Selain itu, MAOI juga dapat menghambat penguraian tiramin. Simpatomimetika tak langsung seperti tirarnin membebaskan juga noradrenalin. Dengan adanya tiramin dan obat golongan MAOI dalam tubuh dapat mengakibatkan konsentrasi noradrenalin meningkat.Efek samping : Mengantuk, konstipasi, muntah, diare, sakit perut, lelah, mulut kering, pusing, tekanan darah turun, pusing khususnya ketika posisi bangun dan duduk, menurunnya pengeluaran urin, menurunnya fungsi seksual, tidur terganggu, kejang otot, pandangan kabur, sakit kepala, menigkatnya nafsu makan, gelisah, menggigil, meningkatnya pengeluaran keringat.Tabel 1. Interaksi yang terjadi antara obat MAOI dengan makananObat MAO inhibitorMakanan tinggi tiraminHasil interaksi

Isocarboxazid (Marplan)Tranylcypromine sulfate (Parnate)Phenelzine sulfate (Nardil) Keju (cheddar), Hati ayamMinuman cola, Makanan kaleng (daun/sayuran), PisangBir, BuncisKafein, Ekstrak ragiDaging, CoklatIkan kecil, Ikan asin/yg diawetkan, Alpukat, JamurKismis, Sosis (peperoni)Sour creamMakanan yang mengandung tiramin jika dikombinasi dengan obat MAO inhibitor dapat menyebabkan sakit kepala yang hebat, palpitasi, mual, muntah, dan peningkatan tekanan darah. Berpotensi mengakibatkan stroke mematikan dan serangan jantung.

Gambar 1. Mekanisme interaksi obat golongan MAOI dengan adanya makanan yang mengandung tiramin

2. ANTIPARKINSONMekanisme Kerja : 1. Dopaminergik Sentral Pengisian kembali kekurangan DA (Dopamin) korpus stratium 2. Antikolinergik Sentral Mengurangi aktivitas kolinergik yang berlebihan di ganglia basal3. Penghambat MAO-BMenghambat deaminase dopamin sehingga kadardopamin di ujung saraf dopaminergik lebih tinggi.Tabel 2. Interaksi yang terjadi antara obat Antiparkinson dengan makananNama ObatMakananHasil Interaksi

Methionine Tryptophan Phenylalanine Bendopa Dopar Larodopa SinemetDaging dan hatiBiji gandumRagiMakanan tambahan atau Suplemen vitamin seperti vitamin B6Makanan yang tinggi proteinVitamin B6 menghilangkan aktivitas dari L-dopa dalam mengobati gejala penyakit parkinson. Diet protein yang berlebihan dapat menghambat L-dopa mencapai otak.

3. ANTIHIPERTENSIMekanisme Kerja : 1. Penghambat ACEPenghambat ACE mengurangi pembentukan AII sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron.2. Diuretik Meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air sehingga mengurangi volume plasma dan cairan ekstra sel.3. VasodilatorMelepaskan nitrogen oksida yang mengaktifkan guanilat siklase dengan hasil akhir defosforilasi berbagai protein, termasuk protein kontraktil, dalam sel otot polos. Tabel 3. Interaksi yang terjadi antara obat Antihipertensi dengan makanan

Nama ObatMakananHasil Interaksi

EnalaprilCaptoprilCalan-SRCapotenInderalLopressorVasotecImidaprilSpironolactonSejenis gula-gula yang dibuat dari Succus liquiritaemakanan yang banyak mengandung garamKomponen yang terdapat dalam akar licorice alami menyebabkan retensi garam dan air yang dapat meningkatkan tekanan darah.

4. ANTIKOAGULAN ORAL Mekanisme kerja:Antikoagulan oral merupakan antagonis vitamin K. Vitamin K adalh kofaktor yang berperan dalam aktivasi factor pembekuan darah II, VII, IX, X yaitu dalam mengubah residu asm glutamate menjadi residu asam gama karboksiglutamat. Untuk berfungsi vitamin K mengalami siklus oksidasi dan reduksi di hati. Antikoagulan oral mencegah reduksi vitamin K teroksidasi sehingga aktivasi factor-faktor pembekuan darah terganggu/tidak terjadi.Tabel 4. Interaksi yang terjadi antara obat Antikoagulan Oral dengan makananObatMakananMekanisme Interaksi

WarfarinVitamin C dosis tinggi Mencegah absorbsi antikoagulan

JaheJahe menghambat agregasi platelet

GingsengPenggunaan bersama dengan gingseng kadang-kadang terjadi perdarahan, hal ini disebabkan karena gingseng mengandung komponen antiplatelet

Vitamin EPemberian vitamin E sebesar 1200UI setiap hari selama 2 bulan menyebabkan perdarahan Pemberian 800UImenurunkan faktor pembekuan darah dan menyababkan perdarahan

DikumarolVitamin EPemberian vitamin E 42 UI setiap hari selam 1 bulanmenurunkan efek dikumarol setelah 36 jam

Antikoagulan natto (makanan jepang yang terbuat dari fermentasi kacang kedelai, dapat menurunkan efek dari warfarin)pada proses pencernaan,aktivitas Bacillus natto di dalam natto pada usus hewan yang menyebabkan peningkatan sintesis dan kemudian peningkatan absorbsi vitamin K

AcenocoumarolDicoumarol WarfarinAvocado, ice-cream, kacang kedelaiMakanan memperpanjang retensi dikumarol dengan makanan-makanan bagian usus - Protein dari kacang kedelai meningkatkan aktivitas vitamin K pada reseptor dibagian hatimenurunkan efek dari warfarin - Alpukat yang mengandung sedikit vitamin K (8g/100g) mempengaruhi warfarin dengan inhibisi kompetitif

Antikoagulan Makanan mangandung vitaminK: Hati sapi; Kubis, kol; Minyak; Kol cina ; Sayuran hijau ; Bayam Vitamin K menaikkan bekuan darah. Dengan adanya makanan ini, efek dari antikoagulan, pengencer darah menjadi menurun

5. IMMUNOSUPPRESSANTMekanisme kerja: Kerja dari obat-obat golongan immunosuppressan adalah menghambat atau mencegah aktifitas sistem imun. a) Biasanya digunakan dalam pengobatan immunosuppressive.b) Mencegah penolakan transplantasi organ dan jaringan (sumsum tulang, jantung, ginjal,hati).c) Mengobati penyakit autoimun (rheumatoid arthritis, multiple sclerosis, myasthenia gravis, systemic lupus erythematosus, Crohn's disease, pemphigus, and ulcerative colitis).d) Pengobatan beberapa penyakit inflamatory non-autoimmune (long term allergic asthma control)Tabel 5. Interaksi yang terjadi antara obat Immunosuppressan dengan makananObatMekanisme kerjaMakananEfek yang dihasilkan

Takrolimus menghambat transkripsi gen pembentuk sitokin pada limfosit T, menghambat pelepasan histamin melalui mekanisme anti-IgE. St.johns wort

Menurunkan kadar takrolimus

Keterangan : Makanan yang dapat menimbulkan interaksi dengan takrolimus adalah St.johns wort, efek yang dihasilkannya dapat menurunkan kadar takrolimus. Cytochrome P450 3A4 adalah enzim yang memetabolisme takrolimus. St johns wort bekerja dengan cara meninduksi (cytochrome P450 3A4) sehingga kadar takrolimus dalam darah menurun.

6. ANTIINFLAMASI NONSTEROID (AINS)Mekanisme kerja utama kebanyakan NSAID adalah menghambat sintesis prostaglandin melalui pengharnbatan enzim siklooksigenase.

Gambar 3. Bagan penghambatan obat antiradang terhadap pembentukan metabolit-metabolit radang

a) Aspirin atau derivat salisilat dengan makanan Hindari makanan bersamaan dengan analgesik karena menghambat absorpsi aspirin.Asam asetilsalisilat (aspirin) sebagai prototip nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) merupakan analgetika nonsteroid, non-narkotik. Kerja utama asam asetilsaIisilat dan kebanyakan obat antiradang nonsteroid lainnya sebagai penghambat enzim siklooksigenase yang mengakibatkan penghambatan sintesis senyawa endoperoksida siklik PGG2 dan PGH2. Kedua senyawa ini merupakan prazat semua senyawa prostaglandin, dengan demikian sintesis rostaglandin akan terhenti.Makanan menghambat pengosongan lambung. Maka jika diperlukan efek analgesik yang cepat, aspirin harus diberikan tanpa makanan, tapi jika aspirin dibutuhkan untuk jangka waktu lama, maka dengan adanya makanan dapat membantu untuk melindungi mukosa lambung.b) Dekstropropoksifen (propoksifen) dengan makanan Makanan dapat menghambat absorpsi dekstropropoksifen, tapi secara total absorpsi justru meningkat.Pada protein dan karbohidrat (makanan kecil) menyebabkan sedikit peningkatan total dari jumlah propoksifen yang diabsorpsi. Kemungkinan alasan keterlambatan penyerapan adalah makanan menghambat pengosongan lambung dan kemungkinan juga secara fisik mencegah dekstropropoksifen kontak dengan permukaan usus. Hindari makanan, jika diperlukan efek anlgesik yang cepat.7. ANTIBIOTIKAAntibiotik merupakan substansi kimia yang diproduksi oleh berbagai spesies mikroorganisme (bakteri, fungi, aktinomisetes), mampu menekan pertumbuhan mikroba lain dan mungkin membinasakan.Mekanisme kerjaAntibiotik dapat menghambat pertumbuhan mikroba melalui beberapa mekanisme yang berbeda, diantaranya adalah dengan cara:1. Menghambat sintesis dinding sel mikroba. 2. Mengganggu membran sel mikroba. 3. Menghambat sintesis protein dan asam nukleat mikroba. 4. Mengganggu metabolisme sel mikroba.Beberapa obat-obatan dari golongan antibiotik, diketahui memberikan interaksi apabila dikonsumsi bersamaan dengan makanan tertentu, diantaranya: Tabel 7. Interaksi yang terjadi antara obat Antibiotika dengan makananOBATMAKANANEFEK YANG DIHASILKAN

cefalosforin

Dairy productsecara farmakokinetik obat golongan cefalosforin (cefprozil, cefpodoxime proxeti) sangat kecil efeknya

clindamycin

Dairy productlincomycin terjadi penurunan tingkat pada level serum 2 sampai 3 kali jika dikonsumsi setelah makan. Tetapi klindamisin tidak terlalu berefek. Siklamat juga dapat menurunkan absorpsi dari linkomisin

amoxicillin Makanan berseratdiet serat dapat menyebabkan sedikit penurunan absopsi dari amoxicillin.

Rifampisin

makananAdanya makanan dapat memperlambat dan mengurangi absorbsi dari rifampisin (mekanismenya belum jelas)

DAFTAR PUSTAKAAnonim. Farmakologi Dan Terapi, edisi 4.1995. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Irianto, K. dan Waluyo, K. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Yrama Widya: Bandung.

Ivan H. Stockley. Stockleys Drug Interactions. UK, Nottingham: University of Nottingham Medical School.

Mansoer, Soewarni. 2003. Mekanisme Kerja Obat Antiradang. Bagian farmasi FK UNSU.

Martin, J. (Managing Editor). (2009). British National Formulary 58. September 2009. London: BMJ Group and RPS Publishing.

Moertjipto, 1993, Makanan: Wujud, Variasi dan Fungsinya Serta Cara Penyajiannya Pada Orang Jawa dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Jakarta: Depdikbud.

Piscitelli, S. C., and Rodvold, K. A. (2005). Drug Interaction in Infection Disease. Second Edition. New Jersey : Humana Press.

Saparinto C dan Hidayati D. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Kanisius: Yogyakarta.

Suwandi, Usman. 1992. Mekanisme Kerja Antibiotik. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan P.T. Kalbe Farma.