integrasi konsep ekonomi dalam pengembangan kurikulum di lembaga pendidikan tenaga kependidikan by...

17
INTEGRASI KONSEP EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN 1 Drs. Indra Maipita, M.Si. Dosen Jurusan Ekonomi FE Universitas Negeri Medan. Abstrak Kebijakan pengembangan dan pemberdayaan tenaga kependidikan yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif melalui LPTK membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sehingga biaya pendidikan tidak dapat hanya bergantung kepada jumlah biaya yang telah ditetapkan (fixed cost) saja. Diperlukan sistem pembiayaan lain melalui pemberdayaan sumberdaya manusia dan sarana pendukung yang tersedia. Dengan memberdayakan potensi SDM, dapat dibangun industri inteligensi yang akan menghasilkan sumberdaya pengetahuan yang siap dimanfaatkan untuk menghasilkan berbagai komoditas dan jasa guna memenuhi kebutuhan dalam kehidupan. Selanjutnya dengan memberdayakan potensi sarana pendukung yang ada, dapat dibangun berbagai kerjasama kemitraan dengan dunia usaha dan industri yang pada gilirannya tidak hanya mengurangi beban biaya pendidikan tetapi juga akan memberikan keuntungan berupa peningkatan kompetensi lulusan. Untuk itu dibutuhkan penerapan pola-pola kerjasama dengan dunia usaha dan industri berbasis kemitraan. Di satu sisi, pemberdayaan 1 Disampaikan pada seminar & lokakarya PPs Unimed, 26-27 Agustus 2004

Upload: indra-maipita

Post on 27-Jul-2015

1.728 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kebijakan pengembangan dan pemberdayaan tenaga kependidikan yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif melalui LPTK membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sehingga biaya pendidikan tidak dapat hanya bergantung kepada jumlah biaya yang telah ditetap¬kan (fixed cost) saja. Diperlukan sistem pembiayaan lain melalui pemberdayaan sumber¬daya manusia dan sarana pendukung yang tersedia. Dengan memberdayakan potensi SDM, dapat dibangun industri inteligensi yang akan menghasilkan sumberdaya pengetahuan yang siap dimanfaatkan untuk menghasilkan ber¬bagai komoditas dan jasa guna memenuhi kebutuhan dalam kehidupan. Selanjutnya dengan memberdayakan potensi sarana pendukung yang ada, dapat dibangun berbagai kerjasama kemitraan dengan dunia usaha dan industri yang pada gilirannya tidak hanya mengurangi beban biaya pendidikan tetapi juga akan memberikan keuntungan berupa peningkatan kompetensi lulusan. Untuk itu dibutuhkan penerapan pola-pola kerjasama dengan dunia usaha dan industri berbasis kemitraan. Di satu sisi, pemberdayaan kedua sumberdaya ini akan memberikan jaminan financial bagi penyelenggaraan pendidikan di LPTK melalui keuntungan hasil penjualan produk dan atau jasa, dan di sisi lain akan memberikan kontribusi bagi percepatan produksi lulusan yang terampil (man skill) dan kompeten. Makalah ini akan mengulas bagaimana strategi integrasi konsep ekonomi khususnya kewirausahaan (interpreneur) dalam kurikulum pendidikan tinggi, sehingga literasi ekonomi dalam sistem pendidikan tenaga kependidikan dapat terakselerasi

TRANSCRIPT

Page 1: INTEGRASI KONSEP EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN by Indra Maipita

INTEGRASI KONSEP EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN1

Drs. Indra Maipita, M.Si.Dosen Jurusan Ekonomi FE Universitas Negeri Medan.

Abstrak

Kebijakan pengembangan dan pemberdayaan tenaga kependidikan yang memiliki

keunggulan komparatif dan kompetitif melalui LPTK membutuhkan biaya yang tidak

sedikit. Sehingga biaya pendidikan tidak dapat hanya bergantung kepada jumlah biaya

yang telah ditetapkan (fixed cost) saja. Diperlukan sistem pembiayaan lain melalui

pemberdayaan sumberdaya manusia dan sarana pendukung yang tersedia. Dengan

memberdayakan potensi SDM, dapat dibangun industri inteligensi yang akan

menghasilkan sumberdaya pengetahuan yang siap dimanfaatkan untuk menghasilkan ber-

bagai komoditas dan jasa guna memenuhi kebutuhan dalam kehidupan. Selanjutnya

dengan memberdayakan potensi sarana pendukung yang ada, dapat dibangun berbagai

kerjasama kemitraan dengan dunia usaha dan industri yang pada gilirannya tidak hanya

mengurangi beban biaya pendidikan tetapi juga akan memberikan keuntungan berupa

peningkatan kompetensi lulusan. Untuk itu dibutuhkan penerapan pola-pola kerjasama

dengan dunia usaha dan industri berbasis kemitraan. Di satu sisi, pemberdayaan kedua

sumberdaya ini akan memberikan jaminan financial bagi penyelenggaraan pendidikan di

LPTK melalui keuntungan hasil penjualan produk dan atau jasa, dan di sisi lain akan

memberikan kontribusi bagi percepatan produksi lulusan yang terampil (man skill) dan

kompeten. Makalah ini akan mengulas bagaimana strategi integrasi konsep ekonomi

khususnya kewirausahaan (interpreneur) dalam kurikulum pendidikan tinggi, sehingga

literasi ekonomi dalam sistem pendidikan tenaga kependidikan dapat terakselerasi.

1 Disampaikan pada seminar & lokakarya PPs Unimed, 26-27 Agustus 2004

Page 2: INTEGRASI KONSEP EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN by Indra Maipita

A. Problematika Pendidikan Tinggi di Tengah Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja

Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental dalam meningkatkan kualitas

kehidupan manusia dan menjamin perkembangan sosial maupun ekonomi (United

Nations:1997), bahkan sebagian besar ekonom sepakat bahwa sumberdaya manusia

merupakan faktor yang paling menentukan karakter dan kecepatan pembangunan sosial

dan ekonomi suatu bangsa, sehingga dapat dinyatakan bahwa sumberdaya manusia

merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa; Harbison (1973). Pemikiran ini

sejalan dengan slogan: “assets make things possible, people make things happen”; artinya

kekayaan alam, modal, bahan baku, dan aset-aset lainnya membuat sesuatu itu mungkin,

namun hanya melalui tangan-tangan manusia yang terampil membuat semua itu dapat

terjadi.

Pendidikan tinggi, harusnya bertindak sebagai lokomitif, untuk menarik gerbong

masyarakat menuju pertumbuhan ekonomi berkesinambungan, meningkatkan daya saing

nasional melalui penelitian dan pengembangan (research and development) yang

akhirnya meningkatkan taraf hidup masyarakat. Agar tercipta lulusan yang berdaya saing

secara komparatif dan kompetitif, perguruan tinggi perlu mengupayakan peningkatan

penguasaan akan teknologi dan kemampuan dalam men-deliver teknologi yang

dibutuhkan industri dalam merespon perubahan permintaan pasar. Untuk meningkatkan

kemampuan berteknologi, diperlukan potensi insani yang berkualitas dan dalam jumlah

yang memadai.

B. Menakar Permasalahan Biaya Pendidikan

Disadari, bahwa untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan

komparatif dan kompetitif, khususnya menghadapi perubahan-perubahan yang

berlangsung di pasar kerja membutuhkan sarana dan prasarana penunjang dan

pembiayaan yang tinggi. Tanpa dukungan dana yang memadai suatu pendidikan tinggi

hanya akan menghasilkan lulusan yang tidak percaya pada dirinya dan tidak memiliki

sifat-sifat sebagaimana seharusnya seorang ilmuwan (Supriyanto, 2004). Bowen (1981)

mengemukakan bahwa pendidikan tinggi yang menginginkan keunggulan sangat

Page 3: INTEGRASI KONSEP EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN by Indra Maipita

membutuhkan biaya yang tidak sedikit; dan Kamars (1989:123) menegaskan, bahwa

keadaan keuangan di suatu perguruan tinggi merupakan ukuran utama keberhasilan

dalam kualitas lulusan.

Secara nasional, anggaran operasional untuk pembinaan dan penyelenggaraan

pendidikan tinggi negeri hanya sebesar Rp 5,91 juta per mahasiswa per tahun. Keadaan

ini tentunya masih sangat jauh dari kebutuhan ideal yaitu sekitar Rp 18 juta per

mahasiswa per tahun (Dirjen Dikti:2004).

Karena terbatasnya kemampuan pemerintah untuk mengalokasikan dana

pendidikan, penjaringan dana dari masyarakat perlu digalakkan. Secara nasional, dari

jumlah dana masyarakat yang terhimpun tahun 2003 sebesar 2,242 triliun, 83,71%

berasal dari SPP mahasiswa. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan PTN untuk

menggali dana dari masyarakat (self generated fund) di luar SPP masih sangat terbatas

dan baru mencapai 16,29% atau se per enam dari total perolehan, bahkan hampir

setengah dari dana tersebut (8,15%) masih terkonsentrasi di enam PT BHMN.

Upaya meningkatkan pemasukan dana masyarakat sebagai sumber pembiayaan

pendidikan tinggi, selama ini dilakukan melalui penelitian, pengabdian kepada

masyarakat dan penerapan berbagai program kerja sama. Namun upaya ini tampaknya

belum memberikan hasil yang menggembirakan. (Dirjen Dikti, 2003 : 176-177):

Untuk mengatasi keterbatasan anggaran penyelenggaraan PT dan untuk mem-

perkecil kesenjangan antara penawaran dan permintaan tenaga kerja, perlu dilakukan

pengindustrian inteligensi, yaitu pemberdayaan segenap sumberdaya manusia dan sarana

pendidikan yang dimiliki serta menjalin kerjasama mutualisma antara PT dengan pihak

swasta (dunia kerja) di samping pemantapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Salah satu model kemitraan yang dapat digunakan adalah model Zinser yang memper-

kenalkan kemitraan dengan PT melalui enam tipe, yaitu (1) kontribusi (contributions), (2)

pembelian (procurements), (3) jaringan (network), (4) pertukaran (exchanges), (4)

kooperatif (cooperative), dan (6) join venture.

C. Menjemput Peluang Dari Pergeseran Paradigma Fixed Cost ke Variable Cost

Sebagai upaya peningkatan benefit dalam manajemen pembiayaan di semua

sektor pemerintah dan industri, saat ini banyak instansi melakukan pergeseran sistem

Page 4: INTEGRASI KONSEP EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN by Indra Maipita

pembiayaan dari fixed cost ke variable cost. Khusus sektor pendidikan, hal ini merupakan

langkah maju untuk melakukan efisiensi pendayagunaan anggaran pendidikan. Sehingga

besarnya anggaran pendidikan dapat dipastikan bermanfaat untuk mempercepat upaya

peningkatan mutu pendidikan.Agenda pembiayaan pendidikan ini berkaitan dengan dua

konsep efisiensi teknis, yaitu (1) efisiensi internal, penggunaan dana yang efektif atas

dasar komposisi item-item pengeluaran yang paling tepat (misalnya ketenagaan, sarana-

prasarana, biaya operasional pengelolaan, dan sebagainya) untuk mencapai produktivitas

yang paling tinggi; dan (2) efisiensi eksternal, yaitu penggunaan anggaran menurut

komposisi jenis atau jenjang pendidikan (dasar, menengah, tinggi, pendidikan umum vs

kejuruan, pendidikan akademis vs profesional, dan sebagainya) yang paling memberikan

dampak positif terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Dalam manajemen modern, sebuah industri besar tidak efektif lagi membangun

pabrik besar yang terpadu dan terpusat dalam suatu tempat karena akan membutuhkan

biaya tetap (fixed cost) yang besar, tetapi akan lebih efektif jika didistribusikan menjadi

unit-unit yang lebih kecil dan spesifik serta berbasis output, mungkin saja tersebar di

beberapa lokasi sehingga biaya yang timbul bersifat variabel (variable cost). Perusahaan

tidak lagi harus mendirikan pusat pelatihan bagi karyawannya karena itu akan

mengeluarkan dana pemeliharaan gedung, fasilitas lain serta gaji instruktur bahkan disaat

pelatihan sedang tidak dilakukan.

Pergeseran paradigma pembiayaan tersebut dapat dimanfaatkan oleh PT melalui

jalur kemitraan, misalnya sektor swasta dapat memberikan kesempatan kepada PT dalam

bidang perdagangan, pemasaran, pertukaran pengetahuan dan pelatihan. Program

kemitraan yang ditawarkan kepada dunia industri dapat berupa kerjasama pembiayaan,

pelatihan, pengadaan tenaga kerja, produksi dan pemasaran. Kerjasama ini didukung oleh

sumberdaya perguruan tinggi seperti, bengkel mesin dan kayu, laboratorium fisika, kimia

dan biologi, beberapa sanggar seperti sanggar busana, boga dan berkaitan dengan

kesenian serta sumberdaya manusia berupa dosen dan mahasiswa. Dengan sumberdaya

yang ada, perguruan tinggi dapat membangun kemitraan dengan pihak industri dan

masyarakat (stakeholders) untuk mendirikan sentra-sentra pelatihan, produksi dan

pemasaran.

Page 5: INTEGRASI KONSEP EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN by Indra Maipita

D. Manajemen Biaya Pendidikan Untuk Menghasilkan Lulusan Yang Memiliki Keunggulan Komparatif dan Kompetitif

Pemberdayaan Sumberdaya Manusia dan Sarana

Diyakini, bahwa pemikiran tentang pemberdayaan sarana perguruan tinggi untuk

menghasilkan financial bagi pembiayaan pendidikan telah terpikirkan oleh para

pengelola perguruan tinggi dan telah pula diimplementasikan. Misalnya, pemberdayaan

dosen sebagai instruktur pada program pendidikan dan latihan yang dilakukan oleh

lembaga/instansi pemerintah dan atau swasta, serta pemanfaatan sarana dan prasarana

pendidikan untuk kepentingan umum, seperti penyewaan gedung, sarana olah raga, dan

lain-lain. Namun dalam implementasinya, khusus kerjasama dalam hal pengadaan tenaga

instruktur sering dilakukan oleh perseorangan tanpa melibatkan institusi, sehingga nilai

tawar atas jasa yang diberikan rendah dan tidak terstandar di samping tidak memberikan

kontribusi secara finacial terhadap institusi.

Keadaan yang sebaliknya terjadi pada penyewaan gedung, sarana olah raga, dan

fasilitas pendidikan lainnya. Di mana dalam pemberdayaan sarana ini yang terlibat penuh

adalah institusi, namun potensi sumberdaya manusia dan kekayaan intelektual yang

dimiliki institusi tidak terbedayakan. Misalnya, penyewaan gedung tidak melibatkan

bidang boga dalam hal pengadaan catering, jurusan seni rupa dalam hal desain dan

dekorasi. Demikian pula gedung-gedung pertemuan belum dimaksimalkan pemanfaatan-

nya untuk kepentingan pagelaran seni, pameran, dan lain-lain, melibatkan sumberdaya

jurusan seni tari dan musik, yang dapat menarik wisatawan lokal maupun mancanegara

untuk berkunjung. Dalam hal ini sudah saatnya perguruan tinggi memikirkan bagaimana

penyelenggaraan pendidikan dapat dijadikan sebagai obyek wisata (edutourism).

Budaya Bekerja dalam Satu Payung

Perubahan mendasar yang harus dilakukan perguruan tinggi bahwa program

pengembangan di tingkat Jurusan tidak lagi diserahkan kepada Ketua Jurusan dan atau

Ketua Program Studi, tetapi perlu dibentuk tim-tim kerja (task force) yang akan menjadi

mitra pimpinan perguruan tinggi dalam melakukan perencanaan, implementasi, serta

monitoring dan evaluasi program-program pengembangan baik di tingkat Universitas –

Fakultas – Jurusan – hingga di tingkat Program Studi.

Page 6: INTEGRASI KONSEP EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN by Indra Maipita

Sebagaimana dikemukakan dalam dokumen Ditjen Dikti Depdiknas (2003),

bahwa persyaratan untuk menjadi anggota task force antara lain: (1) Staf akademik

jurusan/program studi; (2) Memahami dengan baik proses pengelolaan jurusan; (3)

Memahami dengan baik proses pendidikan S0 hingga S3; (4) Memahami dengan baik

proses penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; (5) Bersedia mengalokasikan

waktu untuk kegiatan sebagai task force; dan (6) Memahami dengan baik perundang-

undangan dan peraturan bidang pendidikan, guidelines penyusunan program

pengembangan yang ditawarkan oleh penyandang dana. Alur informasi dan kerja task

force sebagai diamanatkan oleh Ditjen Dikti Depdiknas ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Alur Mekanisme Kerja dan Informasi Task Force

Kemudahan untuk mengakses informasi dari seluruh unit organisasi di perguruan

tinggi diberikan kepada task force sehingga dapat dilakukan pemetaan sumberdaya

potensial dan mekanisme resource sharing pada penyusunan program pengembangan dan

penyusunan usulan kerjasama kemitraan dengan dunia industri, pemerintah dan

masyarakat. Dalam melaksanakan tugasnya, task force bertanggung jawab langsung

kepada pemimpin tertinggi perguruan tinggi.

• Akses data/

informasi

• Pelaporan

• Diskusi

RektorRektorPimpinanPimpinan Univ./Univ./FakultasFakultas

Staf AkademikPimpinan PS/Jur.

TaskForce

Identifikasi masalahPengembangan isu strategisSolusi alternatifRencana Aktivitas

• Sosialisasi/

brosur/diskusi

• Mahasiswa• Alumni

• BAA• BAKeu• BAU• BAPSI

• Penyadaran• Kepemimpinan Visi

• Dukungan• Komitmen

• Persetujuan

• Komitmen

• Data• Informasi

• Komitmen

• Kesadaran• Dukungan

Komitmen (danapendamping)

• Akses data/

informasi

• Pelaporan

• Diskusi

RektorRektorPimpinanPimpinan Univ./Univ./FakultasFakultas

RektorRektorPimpinanPimpinan Univ./Univ./FakultasFakultas

Staf AkademikPimpinan PS/Jur.Staf AkademikPimpinan PS/Jur.

TaskForceTaskForce

Identifikasi masalahPengembangan isu strategisSolusi alternatifRencana Aktivitas

Identifikasi masalahPengembangan isu strategisSolusi alternatifRencana Aktivitas

• Sosialisasi/

brosur/diskusi

• Mahasiswa• Alumni• Mahasiswa• Alumni

• BAA• BAKeu• BAU• BAPSI

• BAA• BAKeu• BAU• BAPSI

• Penyadaran• Kepemimpinan Visi

• Dukungan• Komitmen

• Persetujuan

• Komitmen

• Data• Informasi

• Komitmen

• Kesadaran• Dukungan

Komitmen (danapendamping)Komitmen (danapendamping)

Page 7: INTEGRASI KONSEP EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN by Indra Maipita

Langkah awal yang dilakukan oleh task force dalam melaksanakan tugas-

tugasnya adalah menyusun sistem data yang terintegrasi yang dapat digunakan sebagai

informasi keadaan suatu jurusan baik untuk kegunaan penyusunan Rencana Strategis,

Rencana Operasional, usulan program hibah, program kerjasama kemitraan, dan

sebagainya. Task force melakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan setiap tahun

menyusunnya sebagai laporan penyelenggaraan kegiatan akademik di tingkat jurusan dan

atau program studi. Dalam hal ini yang menjadi pertanyaan adalah: (1) Dimana tim task

force berkumpul dan bekerja?; (2) Bagaimana mekanisme pemberian insentif dari

pekerjaan yang dilakukan oleh tim task force; (3) Bagaimana mekanisme

pertanggungjawaban hasil pekerjaan yang dilakukan oleh task force, khususnya yang

berkenaan dengan pertanggungjawaban keuangan.

Sebenarnya cikal bakal tim task force diperoleh dari group-group interest yang

terbentuk ketika beberapa staf mendalami kajian suatu bidang ilmu atau keterampilan.

Sehingga penempatan task force dapat dilakukan di tempat-tempat dimana mereka

bekerja, seperti laboratorium, workshop, bengkel, sanggar, dan lain-lain. Tim ini

diharapkan akan bekerja sebagai critical mass untuk tujuan elusidasi masalah sejenis

dalam satu payung kerja. Dalam tim ini, mahasiswa dapat dilibatkan secara aktif,

khususnya yang terkait dengan program pembimbingan dan pelaksanaan tugas akhir. Hal

ini akan menguntungkan bagi mahasiswa, karena mereka akan cepat memperoleh

masalah penelitian, pelaksanaan penelitiannya pun menjadi lebih mudah dan lancar.

Keuntungan lainnya dengan keterlibatan mahasiswa ini adalah mempercepat akumulasi

data penelitian, dan dengan demikian kelompok dosen terkait dapat terus bersaing dan

tidak pernah ketinggalan dalam percaturan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK).

Tidak dapat disangkal, bahwa saat ini umumnya materi-materi kuliah dosen kita

masih lebih banyak berasal dari hasil membaca buku, dari pada hasil meneliti dan

mengamati fenomena alam. Kalaupun ada kegiatan penelitian, obyek-obyek penelitian

masih sangat beragam. Penelitian yang dilakukan sering bersifat parsial dan tidak tertuju,

sehingga jarang sampai pada kesimpulan hasil yang bermakna dan berkontribusi bagi

proses belajar mengajar di perguruan tinggi. Perolehan dana-dana penelitian seperti hibah

bersaing akan menjadi salah satu sumber dana masukan bagi perguruan tinggi.

Page 8: INTEGRASI KONSEP EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN by Indra Maipita

Di samping aktivitas yang bersifat ke dalam yang telah dipaparkan, diharapkan

tim task force juga merupakan tulang punggung jurusan dan institusi untuk melakukan

penjajakan kerjasama ke luar, yakni dengan perguruan tinggi lain, dengan instansi

pemerintah, dan dunia industri. Buah dari kerjasama ini adalah terbangunnya kerjasama

yang saling menguntungkan antar institusi yang bekerjasama. Bagi perguruan tinggi

sendiri, kegiatan ini dapat meningkatkan kinerja staf di laboratorium, workshop, bengkel,

sanggar, dan lain-lain.

Simbiosis mutualisme antara tenaga terampil dari luar (atau mitra industri) yang

hanya terampil melakukan aktivitas-aktivitas prosedural dengan dosen perguruan tinggi

(magister dan doktor) yang faham teori tetapi miskin keterampilan akan menjadi

perpaduan yang akan memperkaya ide-ide untuk memperoduksi karya-karya kreatif dan

inovatif serta punya nilai jual yang tinggi. Hal ini tentunya dapat menjadi tambahan

sumber pembiayaan bagi perguruan tinggi. Bagi mahasiswa, praktek simbiosis

bermanfaat sebagai sarana magang kerja mahasiswa. Kemitraan ini akan mengeluarkan

dua jenis output, yaitu: output berupa tenaga terampil atau mahasiswa yang berdaya saing

(manskill) dan output berupa barang dan jasa. Output berupa manskill akan dipasarkan ke

dunia kerja melalui Pusat Jasa Ketenagakerjaan (PJK) yang ada di perguruan tinggi,

sedangkan output berupa goods and service dipasarkan oleh Koperasi Pegawai Negeri

(KPN). Proses ini diperlihatkan pada Gambar 2.

Page 9: INTEGRASI KONSEP EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN by Indra Maipita

Gambar 2. Diagram Kerja Program

Kalau pemberdayaan semacam ini yang diimplementasikan di perguruan tinggi,

ini berarti perguruan tinggi tidak meninggalkan hakekatnya sebagai lembaga penghasil

manusia-manusia terampil (manskill) yang memiliki keunggulan komparatif dan

kompetitif untuk bersaing di pasar kerja lokal, nasional, dan global. Keberlanjutan dari

program ini, diperlihatkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Life Cycle Program

Page 10: INTEGRASI KONSEP EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN by Indra Maipita

Jadi task force dalam suatu perguruan tinggi dapat dikatakan sebagai unit

independent yang akan mendapatkan insentif dari hasil kerja yang dilakukannya.

Pendanaan mandiri ini akan mengurangi beban fixed cost institusi dan akan

meningkatkan pemasukan dana dari kinerja yang dilakukan oleh tim task force. Akan

tetapi karena unit organisasi ini bersifat independent dalam pengelolaan dana, perguruan

tinggi perlu membentuk mekanisme pertanggungjawaban keuangan yang harus

dilaporkan oleh task force ke institusi. Keberadaan tim penjaminan mutu internal

(internal quality assurance) untuk memonitoring dan mengevaluasi implementasi

program-program yang dilaksanakan oleh tim task force dalam hal ini sangat dibutuhkan.

Pembinaan Budaya Kewirausahaan Melalui Pembelajaran

Perguruan tinggi dengan sumberdaya manusia (dosen, pegawai, dan mahasiswa)

yang dimilikinya merupakan potensi yang besar untuk dikembangkan dalam bidang

kewirausaan (enterpreneur). Pembinaan budaya kewirausaan dalam pembelajaran ini

sejalan dengan konsep dasar pengembangan kurikulum yakni terintegrasinya konsep-

konsep ekonomi dalam kurikulum. Dalam hal ini perubahan mendasar yang dapat

dilakukan oleh perguruan tinggi adalah mengubah pola pikir dosen, pegawai dan

mahasiswa agar mempunyai wawasan kewirausahaan (enterpreneurship). Dengan

terciptanya pola pikir berwawasan kewirausahaan ini, khusus untuk dosen diharapkan

dapat menerapkannya pada matakuliah masing-masing sehingga wawasan kewirausahaan

tersebut juga sampai kepada mahasiswa. Demikian pula dengan terbinanya budaya

kewirausahaan di kalangan dosen akan memudahkan simbiosis dosen dengan tenaga ahli

yang didatangkan dari luar perguruan tinggi untuk membina usaha misalnya di bengkel.

Berikut ini diberikan contoh mekanisme pengelolaan sumberdaya manusia dan sarana

perguruan tinggi apabila budaya kewirausahaan telah terbina di kalangan dosen, pegawai,

dan mahasiswa.

E. Penutup

Untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, mempunyai daya saing baik

secara local, nasional maupun global dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Karena

terbatasnya kemampuan pemerintah untuk mengalokasikan dana pendidikan, penjaringan

Page 11: INTEGRASI KONSEP EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN by Indra Maipita

dana masyarakat perlu digalakkan. Upaya meningkatkan pemasukan dana masyarakat

sebagai sumber pembiayaan PT yang selama ini dilakukan melalui penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat tampaknya belum memberikan hasil yang

menggembirakan. Seiring dengan pergeseran paradigma pembiayaan pendidikan tinggi

dari fixed cost ke fariable cost, dan untuk memperkecil kesenjangan antara penawaran

dan permintaan tenaga kerja, maka perlu dilakukan pengindustrian inteligensi, yaitu

pemberdayaan segenap sumberdaya manusia dan sarana pendidikan yang ada serta

menjalin kerja sama mutualisma (kemitraan) antara PT dengan stakeholders disamping

pemantapan Kurikulum Berbasis Kompetensi dan pembinaan budaya kewirausahaan

melalui pembelajaran..

Perubahan mendasar yang harus dilakukan yaitu dengan membentuk tim-tim kerja

(task force) yang akan menjadi mitra pimpinan PT dalam melakukan perencanaan,

implementasi, monitoring dan evaluasi program baik di tingkat Universitas, fakultas

hingga program studi serta melakukan penjajakan kerjasama ke luar, yakni dengan PT

lain, dan stakeholders.

F. Daftar Bacaan

Bowen, Howard.R. 1981. The Coast of Heigher Education : Jossey-Bass Inc.

Brojonegoro, Satryo Soemantri. 2003. Strategi Pendidikan tinggi Jangka Panjang 2003-2010.Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Dirjen Dikti, 2004. Memo Program Koordinatif Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi 2004. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Dirjen Dikti, 2003. Pendidikan Tinggi Indonesia dalam Lintasan Waktu Dan Peristiwa. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Harbison, Frederick H. 1973. Human Resources as the Wealth of Nations. New York: Oxford University Press

Kamars H.M.Dhacel. 1989. Sistem Pendidikan Dasar, Menengah dan Tinggi. Suatu Studi Perbandingan Antar beberapa Negara. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK.

Roseman, Jurgen,. 2004. Restrukturisasi Pendidkan Tinggi Di Eropa. http://-www.kompas.com. Diakses: 29 April 2004.

Supriyanto, Ahmad. 2004. Kontribusi Sektor Swasta Terhadap Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi Di Indonesia. http.//www.depdiknas.go.id. Diakses: 13-8-2004.

Page 12: INTEGRASI KONSEP EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN by Indra Maipita

Syarif, H. Hidayat. 2002. Demokratisasi dan Desentralisasi Pendidikan, dalam H.A.R Tilaar, Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta: PT. Grasindo.

The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank. 2000. The Quality of Growth.Washinton, D.C.

United Nations. 1997. Report on the World Social Situation 1997. New York: United Nation.