integrasi ekonomi, fasilitasi perdagangan dan peran organisasi kepabeanan

25
INTEGRASI EKONOMI INTERNASIONAL, FASILITASI PERDAGANGAN DAN PERAN ORGANISASI KEPABEANAN Internasional Economic Integration, Trade Facilitation and The Role of Customs Yulian Rio Pradika Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Selatan, [email protected] Makalah diterima : 12 September 2014 Abstrak Integrasi ekonomi secara internasional akan mendorong akan terciptanya pasar yang lebih luas dan terintegrasi. Hal ini berdampak pada terjadinya perdagangan yang lebih cepat dan meningkatkan jumlah barang yang diperdagangkan. Oleh karenanya diperlukan sebuah kebijakan yang dapat memfasilitasi perdagangan tersebut, dalam rangka menjamin kelancaran arus barang dan mengurangi biaya transaksi yang tidak diperlukan. Organisasi kepabeanan sebagai ujung tombak pemerintah suatu negara memiliki peran penting dalam menjamin terciptanya kelancaran arus barang tersebut, tentunya dengan tetap mengedepankan fungsi pengawasan. Kata Kunci : fasilitasi perdagangan, integrasi ekonomi, kepabeanan Abstract 1

Upload: pradika179

Post on 26-Dec-2015

107 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Integrasi ekonomi secara internasional akan mendorong akan terciptanya pasar yang lebih luas dan terintegrasi. Hal ini berdampak pada terjadinya perdagangan yang lebih cepat dan meningkatkan jumlah barang yang diperdagangkan. Oleh karenanya diperlukan sebuah kebijakan yang dapat memfasilitasi perdagangan tersebut, dalam rangka menjamin kelancaran arus barang dan mengurangi biaya transaksi yang tidak diperlukan. Organisasi kepabeanan sebagai ujung tombak pemerintah suatu negara memiliki peran penting dalam menjamin terciptanya kelancaran arus barang tersebut, tentunya dengan tetap mengedepankan fungsi pengawasan.

TRANSCRIPT

Page 1: Integrasi Ekonomi, Fasilitasi Perdagangan Dan Peran Organisasi Kepabeanan

INTEGRASI EKONOMI INTERNASIONAL, FASILITASI PERDAGANGAN DAN PERAN ORGANISASI KEPABEANAN

Internasional Economic Integration, Trade Facilitation and The Role of Customs

Yulian Rio Pradika

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Selatan, [email protected]

Makalah diterima : 12 September 2014

Abstrak

Integrasi ekonomi secara internasional akan mendorong akan terciptanya pasar yang

lebih luas dan terintegrasi. Hal ini berdampak pada terjadinya perdagangan yang lebih cepat

dan meningkatkan jumlah barang yang diperdagangkan. Oleh karenanya diperlukan sebuah

kebijakan yang dapat memfasilitasi perdagangan tersebut, dalam rangka menjamin

kelancaran arus barang dan mengurangi biaya transaksi yang tidak diperlukan. Organisasi

kepabeanan sebagai ujung tombak pemerintah suatu negara memiliki peran penting dalam

menjamin terciptanya kelancaran arus barang tersebut, tentunya dengan tetap mengedepankan

fungsi pengawasan.

Kata Kunci : fasilitasi perdagangan, integrasi ekonomi, kepabeanan

Abstract

International economic integration would encourage the creation of broader and

integrated market. This has an impact on the faster trade transaction and increase the

number of traded goods. Therefore we need a policy that can facilitate such trade, in order to

ensure the expedite flow of goods and reduce the unnecesarry transaction costs. Customs

Organisation as the spearhead of a country's government has an important role in ensuring

the expedite flow of goods, of course, by promoting the function of supervision.

Key words : customs, economic integration, trade facilitation

1

Page 2: Integrasi Ekonomi, Fasilitasi Perdagangan Dan Peran Organisasi Kepabeanan

Pendahuluan

Globalisasi merupakan keniscayaan

yang saat ini tengah terjadi dan

memberikan dampak yang besar terhadap

kehidupan baik dalam lingkup lokal suatu

negara maupun internasional. Adanya

globalisasi seolah-olah menghilangkan

batasan-batasan yang selama ini dimiliki

oleh sebuah negara, khususnya dalam

rangka menjalin hubungan kerja sama

dengan negara lain sebagaimana terlihat

dari meningkatnya arus pergerakan barang,

manusia, modal bahkan teknologi

informasi. Hal tersebut tentunya menjadi

peluang tersendiri bagi suatu negara dalam

rangka mengembangkan dan mempercepat

pertumbuhan ekonominya melalui

perdagangan internasional, dimana negara-

negara yang ada di dunia akan membentuk

sebuah pasar yang lebih luas dan

terintegrasi, yang selanjutnya akan

mengarah kepada terwujudnya integrasi

ekonomi secara internasioanl

(international economic integration).

Pasar yang luas dan terintegrasi

antar negara-negara di dunia akan

mendorong terciptanya perdagangan yang

lebih bebas yang memungkinkan

masyarakat dari berbagai negara membeli

(mengimpor) lebih banyak barang dari luar

negeri. Hal tersebut tentunya memberikan

keuntungan tersendiri bagi konsumen,

yakni tersedianya pilihan barang yang

lebih banyak dengan kualitas dan harga

yang kompetitif. Senada dengan hal

tersebut, perdagangan yang lebih bebas

berarti meluasnya pasar bagi produk-

produk dalam negeri, yakni tidak hanya

sebatas pada konsumen dalam negeri, akan

tetapi juga terbukanya peluang yang lebih

besar untuk menjual kepada konsumen-

konsumen di negara lain (melalui

mekanisme ekspor).

Namun terdapat hal-hal yang harus

diperhatikan oleh suatu negara sebagai

dampak dari globalisasi ekonomi.

Terwujudnya integrasi ekonomi

internasional akan meningkatkan arus

keluar masuk produk dari dan menuju

suatu negara, sehingga tentunya diperlukan

perhatian lebih dari pemerintah untuk

menjamin dan menjaga kelancaran arus

barang tersebut. Dampak lainnya, dengan

semakin terbukanya keran impor di suatu

negara, maka jumlah dan jenis barang

yang masuk ke negara tersebut akan

meningkat, oleh karenanya diperlukan

pengawasan lebih atas masuknya produk-

produk tersebut untuk memastikan bahwa

hanya barang-barang dengan jumlah dan

jenis yang sesuailah yang dapat masuk ke

suatu negara.

Peran penting pemerintah tidak

hanya pada kebijakan dan penyediaan

sarana-prasarana, akan tetapi juga pada

proses pengawasan dan kelancaran arus

keluar masuk barang. Disinilah peran

organisasi kepabeanan suatu negara, yang

2

Page 3: Integrasi Ekonomi, Fasilitasi Perdagangan Dan Peran Organisasi Kepabeanan

memiliki fungsi sebagai trade facilitator,

community protector, industrial assistance

dan revenue collector. Pada banyak

negara, organisasi kepabeanan lebih

difungsikan sebagai salah satu lumbung

pengumpul pendapatan bagi negara

(revenue collector) melalui pemungutan

bea impor, ekspor dan pajak lain yang

terkait.

GAMBAR 1 : Kontribusi Bea Masuk

terhadap Penerimaan Kepabeanan dan

Cukai

Sumber : Dit. Penerimaan dan Peraturan

Kepabeanan dan Cukai DJBC (2014)

Seiring dengan terwujudnya

integrasi ekonomi secara internasioanl

(international economic integration),

peran organisasi kepabeanan perlahan akan

cenderung bergeser kepada organisasi

kepabeanan sebagai trade facilitator dan

community protector. Joao Bento

menyebutkan bahwa integrasi ekonomi

akan mengurangi atau bahkan

menghilangkan batasan-batasan ekonomi

antar negara (2009, p 3). Hal tersebut akan

berdampak terhadap berkurangnya atau

dihapuskannya hambatan tarif,

berkurangnya penerimaan dari customs

duty, dan meningkatnya arus pergerakan

barang antar negara. Oleh karenanya,

organisasi kepabeanan berperan penting

dalam memfasilitasi kelancaran dan

mengawasi pergerakan arus barang.

Tinjauan Pustaka

Kajian mengenai permasalahan

fasilitasi perdagangan dan peran organisasi

kepabeanan di dalamnya sangatlah

menarik. Terdapat banyak karya yang

membahas akan permasalahan tersebut.

Berikut adalah beberapa karya yang

penulis gunakan sebagai referensi dalam

tinjauan pustaka:

3

Page 4: Integrasi Ekonomi, Fasilitasi Perdagangan Dan Peran Organisasi Kepabeanan

Tinjauan pertama melalui karya

Pravin Gordhan (2007) yang berjudul

Customs in the 21st Century. Dalam

jurnal tersebut Pravin membahas mengenai

kondisi globalisasi saat ini, dimana

perdagangan baik secara legal maupun

ilegal terus meningkat, administrator

kepabeanan harus dapat memahami area-

area kunci permasalahan baik internasional

maupun lokal agar dapat merespon

dengan tepat. Administrator kepabeanan

harus menyadari bahwa peran mereka

mereka perlahan akan berubah dan

menjadi lebih luas.

Tinjauan kedua melalui tulisan

karya Andrew Gringer (2008) yang

berjudul Customs and Trade Facilitation :

From Concept to Implementation. Pada

jurnal tersebut Andrew Gringer (2008)

menyatakan bahwa konsep fasilitasi

perdagangan merupakan pusat perhatian

dan menjadi pendorong munculnya

berbagai inisiatif dalam dunia kepabeanan.

Fasilitasi perdagangan menjadi salah satu

pokok bahasan dalam diskusi perdagangan

yang diadakan oleh Organisasi

Perdagangan Dunia (WTO). Permasalahan

dikaitkan dengan pembaharuan dalam

pengamanan rantai pasokan dan pada

program modernisasi organisasi

kepabeanan. Dalam sudut pandang pelaku

usaha, fasilitasi perdagangan dipandang

sebagai konsep yang dapat membantu

untuk mengurangi beban-beban yang pada

dasarnya tidak diperlukan dalam

perdagangan.

Tinjauan ketiga mengenai jurnal

karya Md Almas Uzzaman and

Mohammad Abu Yusuf (2011) yang

berjudul The Role of Customs and Other

Agencies in Trade Facilitation in

Bangladesh: Hindrances and Ways

Forward. Mereka berpendapat bahwa

fasilitasi perdagangan sangatlah penting

karena berperan untuk mengurangi waktu

yang diperlukan dalam mekanisme

perdagangan internasional. Selain itu,

fasilitasi perdagangan merupakan dasar

bagi sebuah pemerintahan suatu negara

untuk mereformasi kepabeanan, otoritas

pelabuhan dan departemen terkait lainnya.

Fasilitasi perdagangan melalui perbaikan

kinerja otoritas pelabuhan dan kepabenan

akan mendorong terciptanya iklim

perdagangan internasional yang

kompetitif.

Metodologi

Menurut Sprinz dan Wolinsky-

Nahmias metode penelitian dalam studi

Hubungan Internasional, dibagi menjadi

tiga jenis yaitu: studi kasus, kuantitatif,

dan formal model. Studi kasus adalah

analisis suatu kasus atau unit tertentu

secara historis yang dipilih oleh peneliti.

Berdasarkan penjelasan tersebut,

maka metodologi penelitian yang penulis

gunakan adalah studi kasus dengan metode

4

Page 5: Integrasi Ekonomi, Fasilitasi Perdagangan Dan Peran Organisasi Kepabeanan

pengumpulan data berupa literature

review. Data–data yang penulis

pergunakan merupakan data-data sekunder

yang diperoleh dari hasil paparan, jurnal,

artikel, buku serta situs-situs organisasi

atau lembaga terkait.

Pembahasan

A. International Economic

Integration

Integrasi ekonomi secara

internasional, sebagai imbas dari

globalisasi, merupakan fenomena global

yang telah mempengaruhi banyak negara

di dunia ini. Joao Paulo Cerdeira Bento

(2009) dalam bukunya menyebutkan

bahwa fenomena tersebut dipengaruhi oleh

adanya liberalisasi perdagangan dan

intensifikasi investasi langsung dari luar

negeri (Foreign Direct Investment), serta

karena adanya dorongan dari perusahaan-

perusahaan dan organisasi-organisasi

internasional seperti World Trade

Organization (WTO).

Berbagai negara melakukan kerja

sama ekonomi dengan mengurangi atau

bahkan menghilangkan batasan-batasan

ekonomi yang mereka miliki melalui

skema integrasi ekonomi tertentu. Balassa

(1962) sebagaimana dikutip oleh Joao

Bento (2009, p 3) membagi integrasi

ekonomi antar negara menjadi beberapa

tingkatan, yakni the free trade area, the

customs union, the common market, the

economic union dan complete economic

integration.

Dalam perjanjian free trade area,

masing-masing negara anggota akan

menghapus batasan jumlah dan tarif dalam

perdagangan antar negara. Akan tetapi,

ketentuan tersebut tidak berlaku bagi

negara lain yang tidak tergabung dalam

perjanjian free trade area. Hal tersebut

akan memunculkan risiko, dimana produk-

produk dari negara di luar free trade area

akan dimasukkan melalui negara anggota

guna memperoleh tarif yang rendah.

5

Page 6: Integrasi Ekonomi, Fasilitasi Perdagangan Dan Peran Organisasi Kepabeanan

Risiko tersebut dimitigasi melalui

penerapan ketentuan rules of origin yang

membatasi penerapan tariff free treatment

hanya terhadap produk-produk yang secara

keseluruhan atau sebagian besar

diproduksi di negara-negara anggota free

trade area.

Custom Union merupakan satu

perjanjian yang mirip dengan free trade

area dimana sejumlah negara

memberlakukan perdagangan bebas di

antara mereka, namun dengan menerapkan

kebijaksanaan perdagangan luar negeri

bersama. Negara anggota menerapkan

serangkaian tarif bersama terhadap barang

dari  negara lain, tetapi dalam kasus

tertentu mereka menerapkan kuota impor

yang berbeda. Sementara common market

merupakan bentuk lain dari sebuah custom

union dengan integrasi yang lebih luas

dikarenakan dihapuskannya batasan-

batasan antara negara anggota, sehingga

faktor-faktor produksi dapat bergerak

secara bebas di antara negara anggota.

Economic union merupakan satu

blok dagang menyerupai common market,

namun dengan kesatuan moneter diantara

negara anggota. Bentuk ini tidak hanya

dengan menerapkan mata uang tunggal,

lebih jauh lagi kerjasama ini diikuti dengan

adanya pasar tunggal. Kesatuan ekonomi

dan moneter dilaksanakan melalui pakta

dagang dari semua sistem moneter yang

berlaku di negara anggota. Contohnya

adalah Uni Eropa, ada pasar tunggalnya

dan memakai satu kesatuan moneter

(Euro). Dalam kerja sama ini, setiap

negara anggota akan memiliki kebijakan

fiskal dan moneter serupa yang diatur oleh

sebuah otoritas pusat. Sementara complete

economic integration merupakan tahapan

tertinggi atas sebuah integrasi ekonomi

secara internasional dimana seluruh negara

anggota akan menjadi sebuah kesatuan.

Terdapat sebuah pusat otoritas yang

keputusannya mengikat setiap negara

anggota dan mengatur kebijakan-kebijakan

yang harus dipatuhi oleh setiap negara

anggota.

B. Trade Facilitation

Organisasi Perdagangan Dunia

(WTO 1998) mendefinisikan fasilitasi

perdagangan sebagai penyederhanaan dan

harmonisasi prosedur perdagangan

internasional. Lebih lanjut, organisasi ini

mendefinisikan prosedur perdagangan

sebagai aktivitas, praktik dan tata cara

resmi terkait pengumpulan, penyajian,

pengkomunikasian dan pemrosesan data

yang diperlukan terkait pergerakan barang-

barang dalam perdagangan internasional.

Sederhananya, fasilitasi perdagangan

merupakan penyederhanaan, harmonisasi,

standardisasi dan modernisasi prosedur

perdagangan.

Senada dengan definisi tersebut, ,

the United Nations Centre for Trade

6

Page 7: Integrasi Ekonomi, Fasilitasi Perdagangan Dan Peran Organisasi Kepabeanan

Facilitation and Electronic Business

(UN/CEFACT) mendefinisikan fasilitasi

perdagangan sebagai penyederhanaan,

standardisasi dan harmonisasi prosedur

serta arus informasi terkait yang

diperlukan dalam rangka memindahkan

barang dari penjual kepada pembeli dan

dalam rangka melakukan pembayaran

(OECD 2001).

Penyederhanaan yang dimaksud

dalam kedua definisi tersebut bertujuan

untuk membenahi lingkungan perdagangan

dan mengurangi atau bahkan

menghapuskan biaya transaksi yang

mungkin terjadi di antara pihak swasta

dengan pemerintah. UN/CEFACT dalam

Recommendation No. 4 (1974)

menyebutkan bahwa penyederhanaan,

harmonisasi dan standardisasi bertujuan

agar transaksi perdagangan menjadi lebih

mudah, lebih cepat dan lebih ekonomis.

Penyederhanaan (simplification)

adalah proses menghilangkan elemen-

elemen yang berulang dan tidak diperlukan

dalam prosedur dan proses terkait.

Harmonisasi (harmonization) adalah

penyelarasan prosedur, operasi dan

dokumen yang diperlukan dengan standar,

praktik dan kesepakatan internasional.

Sementara standardisasi (standardization)

merupakan proses pengembangan

informasi, dokumen praktik dan prosedur

yang telah disepakati secara internasional

(UN/CEFACT).

Biaya transaksi pada umumnya

terjadi ketika terdapat interaksi di antara

pihak swasta dengan pemerintah dalam

rangka pengurusan barang. Biaya ini dapat

bersifat langsung maupun biaya secara

tidak langsung. Biaya langsung sangat

bermacam-macam, terkait pemenuhan

kewajiban kepada pihak pemerintah dan

juga biaya yang mungkin diperlukan

dalam rangka pemeriksaan dan pengujian

barang. Biaya langsung juga banyak

dipungut oleh pihak lain yang terkait,

sebagai contoh biaya pemindahan barang

di pelabuhan dan biaya yang harus

dibayarkan apabila para pengusaha

menggunakan perantara pihak ketiga

dalam rangka pengurusan pemenuhan

kewajiban kepada pemerintah. Sementara

biaya tidak langsung dapat terjadi

dikarenakan adanya penundaan

pengiriman barang, ketidakpastian

prosedur, dan hilangnya kesempatan usaha

(Grainger 2007). Disinilah perlunya

fasilitasi perdagangan, sebagaimana telah

disebutkan sebelumnya, yakni untuk

mengurangi atau bahkan menghindari

timbulnya biaya transaksi. Hal tersebut

penting dikarenakan biaya transaksi

merupakan pemborosan yang pada

umumnya dihindari baik oleh pelaku

usaha. Berdasarkan survei yang dilakukan

oleh OECD pada tahun 2005, biaya

transaksi ini berkisar antara 2%-15% dari

nilai barang yang diperdagangkan. Oleh

7

Page 8: Integrasi Ekonomi, Fasilitasi Perdagangan Dan Peran Organisasi Kepabeanan

karenanya banyak pihak yang berpendapat

bahwa fasilitasi perdagangan, dengan

mengeliminasi biaya transaksi yang tidak

diperlukan, dapat meningkatkan iklim

kompetitif di dunia usaha.

Sedangkan bagi pemerintah,

fasilitasi perdagangan merupakan

pendorong untuk menciptakan

pengendalian dan sistem efisien. Sistem

dan prosedur yang tidak efisien akan

merugikan pemerintah, yakni hilangnya

potensi penerimaan, penyelundupan dan

kesulitan dalam implementasi kebijakan

perdagangan, yang disebabkan oleh

kegagalan dalam menentukan asal dari

barang atau dalam memperoleh data yang

akurat. Sistem dan prosedur yang tidak

efisien juga akan menyebabkan iklim

usaha (ekspor) yang tidak kompetitif dan

berkurangnya minat investor (OECD

2005).

Pembahasan mengenai fasilitasi

perdagangan sendiri mulai diungkapkan

oleh Organisasi Perdagangan Dunia

(WTO) pada tahun 1996 dalam pertemuan

para menteri negara-negara anggota

(Ministerial Conference) di Singapura.

Selanjutnya, mengingat pentingnya

fasilitasi perdagangan dalam rangka

menciptakan lingkungan bisnis yang

terintegrasi di antara negara-negara di

dunia, fasilitasi perdagangan menjadi salah

satu pokok pembahasan dalam pertemuan

menteri negara-negara anggota WTO di

Doha, Qatar pada November 2001 (Doha

Development Agenda). Pada akhirnya

fasilitasi perdagangan diresmikan dalam

sebuah kesepakatan fasilitasi perdagangan

yang dikenal dengan Trade Facilitation

Agreement pada Bali Ministerial

Conference tahun 2013.

Kesepakatan fasilitasi perdagangan

atau TFA sendiri memiliki tiga sendi.

Pertama, terkait dengan percepatan

pemindahan, pembebasan dan perijinan

barang, termasuk di dalamnya barang

dalam perjalanan (goods in transit).

Kedua, efektifitas kerja sama di antara

organisasi kepabeanan dan otoritas lain

yang terkait dalam fasilitasi perdagangan,

serta permasalahan terkait kepatuhan

terhadap kewajiban kepabeanan. Ketiga,

perlunya bantuan dan asistensi teknis

dalam rangka peningkatan kapasitas

sumber daya manusia (WCO News 74, p

13).

Pada tingkat regional, fasilitasi

perdagangan merupakan sebuah

permasalahan yang cukup signifikan. Pada

tahun 2005, Organisasi Perdagangan

Dunia (WTO) mencatat bahwa telah

terdapat 183 perjanjian perdagangan

regional yang terdaftar (WTO 2005).

Sebagai contoh adalah Uni Eropa yang

telah meminimalisasi batasan internal di

antara ke 29 negara anggotanya (Albania

merupakan anggota terakhir yang

bergabung pada bulan Juni 2014). Sebagai

8

Page 9: Integrasi Ekonomi, Fasilitasi Perdagangan Dan Peran Organisasi Kepabeanan

sebuah customs union, negara-negara

tersebut memberlakukan tarif dan

peraturan perundangan kepabeanan yang

sama. Dengan pemberlakuan peraturan

tersebut, kebijakan yang mendukung

terciptanya trade facilitation tentunya

mutlak diperlukan guna memperlancar

arus perpindahan barang dan

meminimalisasi munculnya biaya transaksi

yang tidak diperlukan.

Pada tingkat nasional, Artikel 13.2

pada Trade Facilitation Agreement

menyebutkan bahwa setiap negara anggota

WTO harus membentuk komite nasional

yang bertanggung jawab atas fasilitasi

perdagangan atau menyusun mekanisme

yang dapat memfasilitasi baik koordinasi

maupun implementasi ketentuan-ketentuan

dalam Trade Facilitation Agreement.

Kunio Mikuriya (2014), Sekretasis

Jenderal WCO (Organisasi Kepabeanan

Dunia), berpendapat bahwa organisasi

kepabeanan sebagai petugas utama

perbatasan yang bertanggung jawab

terhadap berlangsungnya transaksi

perdagangan internasional serta memegang

peranan penting dalam fasilitasi

perdagangan, tentunya harus turut terlibat

dalam komite tersebut (WCO News 74, p

10).

Kunio Mikuriya (2014) juga

berpendapat bahwa keuntungan yang akan

diperoleh dari penerapan kesepakatan

fasilitasi perdagangan ini sangatlah besar,

terutama bagi negara-negara yang belum

menerapkan kebijakan tersebut, baik

negara maju maupun negara berkembang.

Berdasarkan beberapa penelitian,

penerapan fasilitasi perdagangan akan

meningkatkan kesejahteraan dengan

mengurangi beban administratif dan biaya-

biaya transaksi yang tidak perlu. Negara

berkembang diperkirakan akan menghemat

325 miliar dollar Amerika dalam satu

tahun. Sementara menurut OECD, negara-

negara maju berpotensi memangkas 10%

biaya transaksinya melalui penerapan

kebijakan tersebut, ditambah dengan

terciptanya arus perdagangan yang lebih

lancar.

Pada dasarnya, setiap pihak akan

memperoleh keuntungan ketika

perdagangan menjadi lebih mudah.

Pemerintah akan memperoleh keuntungan

dikarenakan sistem dan prosedur yang

efisien memungkinkan terciptanya arus

barang yang lebih lancar tanpa

mengesampingkan berjalannya fungsi

pengawasan, yang tentunya akan

meningkatkan penerimaan negara.

Sementara sektor swasta akan memperoleh

keuntungan apabila dapat mengantarkan

barang lebih cepat, yakni mereka menjadi

lebih kompetitif. Begitu juga dengan

konsumen dikarenakan dapat memperoleh

barang dengan harga yang lebih murah

(OECD 2005).

9

Page 10: Integrasi Ekonomi, Fasilitasi Perdagangan Dan Peran Organisasi Kepabeanan

TABLE : Skenario Pengaruh Penurunan

Biaya Transaksi (1%) terhadap Income

(Juta USD)

Sumber : OECD, The Cost and Benefit of

Trade Facilitation (2005)

Penelitian yang dilakukan oleh

OECD (2005) menunjukkan bahwa sekecil

apapun penurunan biaya transaksi, akan

berdampak signifikan terhadap proses

perdagangan. Hal tersebut berlaku baik

bagi negara kaya maupun negara miskin.

Namun negara berkembang akan

memperoleh keuntungan yang relatif lebih

besar dengan adanya kemudahan fasilitasi

perdagangan dan penerapan sistem dan

prosedur yang efisien oleh pemerintah. Hal

ini disebabkan karena industri negara

tersebut, yang sebagian besar merupakan

industri kecil dan menengah, sangat rentan

dan bergantung pada efisiensi sistem dan

prosedur. Penelitian tersebut juga

menunjukkan bahwa negara berkembang

memperoleh dua pertiga dari total

keuntungan yang diperoleh dengan adanya

fasilitasi perdagangan.

Namun, apabila fasilitasi

perdagangan hanya dilakukan di antara

negara-negara anggota OECD, maka

negara-negara berkembang akan

mengalami kerugian.

Fasilitasi perdagangan dapat

dicapai dengan adanya prosedur dan

peraturan yang jelas serta transparan, anti-

diskriminasi dan konsisten. Ditambah

perlunya penyederhanaan prosedur yang

diharapkan dapat menekan waktu dan

biaya yang diperlukan baik oleh

pemerintah maupun pihak swasta.

Manajemen risiko juga penting

unrtuk diterapkan dalam rangka menilai

dan mengelola risiko terkait kemungkinan

adanya pelanggaran di perbatasan.

Penerapan manajemen risiko

memungkinkan organisasi kepabeanan

untuk meminimalisasi pengawasan serta

10

Page 11: Integrasi Ekonomi, Fasilitasi Perdagangan Dan Peran Organisasi Kepabeanan

pemeriksaan terhadap pengiriman barang

dan pelintas batas dengan kategori risiko

rendah, dan lebih berfokus kepada

penanggung risiko yang lebih tinggi.

Sistem ini akan mengurangi beban-beban

yang tidak diperlukan melalui pengawasan

yang lebih terfokus dan juga mengurangi

kemacetan (bottleneck) dengan adanya

proses yang lebih cepat.

C. Peran Organisasi

Kepabeanan

Administrator kepabeanan di

seluruh dunia bertanggung jawab untuk

mengelola berbagai jenis risiko dalam

rangka menjalankan perannya, yakni

sebagai pemungut pendapatan negara

(revenue collector), administrator

kebijakan perdagangan dan pengawas

perbatasan (administration on trade

policies and border control), pelindung

masyarakat (community protector), serta

fasilitator perdagangan (trade facilitator).

Selain peran tersebut, organisasi

kepabeanan pada umumnya juga

bertanggung jawab untuk mengelola risiko

yang berkaitan dengan kebijakan

organisasi atau departemen lain, seperti

kesehatan, perdagangan, pertanian dan lain

sebagainya. David Widdowson (2005)

menyatakan bahwa hal ini dikarenakan

organisasi kepabeanan memiliki

kewenangan dalam bidang administrasi

dan penegakan peraturan terkait ketentuan

impor dan ekspor.

Integrasi ekonomi sedikit banyak

merubah pola perdagangan internasional,

baik tata cara perdagangan dan

pengangkutan barang, transaksi yang

menjadi lebih cepat dan juga peningkatan

volume barang yang diperdagangkan di

seluruh dunia. Pelaku perdagangan

menuntut organisasi kepabeanan untuk

dapat menjalankan perannya selaku

fasilitator perdagangan (trade facilitator)

dengan baik dalam rangka menjaga

kelancaran arus barang. Namun, di sisi lain

organisasi kepabenan tidak dapat

melepaskan fungsi pengawasan yang

diembannya.

Perbedaan pandangan tersebut

harus disikapi dengan bijak. Perbedaan

tersebut muncul dikarenakan adanya

perbedaan kepentingan dan harapan dari

masing-masih pihak. Pelaku usaha

berharap agar kegiatan perdagangan, yakni

impor dan ekspor, dapat dilakukan dengan

lebih mudah, cepat, murah serta aman

sehingga bisnis menjadi lebih efektif.

Sementara, organisasi kepabeanan

berusaha menjalankan tugasnya untuk

mencegah dan mendeteksi terjadinya

tindak penyelundupan, serta memastikan

kepatuhan atas setiap peraturan yang

berlaku. Dengan kata lain, pelaku usaha

menggunakan sudut pandang pendekatan

komersial sementara organisasi

11

Page 12: Integrasi Ekonomi, Fasilitasi Perdagangan Dan Peran Organisasi Kepabeanan

kepabeanan menggunakan sudut pandang

sebagai penegak hukum.

Banyak pihak berpendapat bahwa

organisasi kepabenan harus menempatkan

fungsi fasilitasi perdagangan dan fungsi

pengawasan secara seimbang.

Sebagaimana disampaikan oleh Sun

Yibiao (2004), Director-General of

Shanghai Customs District, bahwa dalam

aktivitas perdagangan internasional,

keamanan (pengawasan) merupakan dasar

pelaksanaan fasilitasi perdagangan. Tanpa

adanya pengawasan, fasilitasi perdagangan

tidak akan berjalan dengan baik. Begitu

juga sebaliknya, tanpa adanya fasilitasi

perdagangan pengawasan akan sia-sia.

Dengan kata lain fungsi pengawasan dan

fungsi fasilitasi perdagangan pada

dasarnya tidak dapat dipisahkan. Oleh

karenanya, fungsi pengawasan dan

fasilitasi perdagangan harus dijalankan

dengan seimbang.

Pada bulan Juni 1999, WCO yang

merupakan organisasi kepabeanan

internasional telah menyetujui Konvensi

Kyoto yang mengatur mengenai

penyederhanaan dan harmonisasi prosedur

kepabeanan. Kesepakatan ini disusun

dalam rangka menghadapi tekanan dari

komunitas perdagangan internasional yang

menuntut pengurangan peran kepabenanan

dalam pergerakan barang dan peningkatan

peran dalam memfasilitasi perdagangan.

Namun tentunya dengan tetap

memperhatikan aspek pengawasan.

Pada dasarnya, Konvensi Kyoto

dimaksudkan untuk mendorong

terwujudnya lingkungan perdagangan

internasional yang terfasilitasi dengan

baik, namun dengan tetap disertai

pengawasan yang cukup. Kesepakatan

tersebut disusun sebagai dasar bagi

organisasi kepabeanan agar menjadi

administrator kepabeanan yang modern

dan berkontribusi dalam memfasilitasi

perdagangan internasional dengan:

1. Menghilangkan perbedaaan-

perbedaan pemahaman mengenai

prosedur kepabeanan yang dapat

menghambat proses perdagangan

internasional.

2. Melakukan fasilitasi perdagangan,

serta penyederhanan dan harmonisasi

prosedur kepabeanan dengan tetap

memperhatikan kepentingan

adminstrator kepabenan dan pelaku

usaha.

3. Memastikan adanya standar

pengawasan kepabeanan yang

mencukupi.

4. Memungkinkan otoritas kepabeanan

untuk melakukan perubahan proses

bisnis dan metode yang digunakan

apabila diperlukan.

5. Memastikan bahwa penyederhanaan

dan harmonisasi wajib dilaksanakan

semua pihak terkait.

12

Page 13: Integrasi Ekonomi, Fasilitasi Perdagangan Dan Peran Organisasi Kepabeanan

6. Menyediakan prosedur yang efisien

bagi otoritas kepabeanan, serta

didukung dengan metode

pengawasan yang cukup dan efektif.

Pada perkembangan selanjutnya,

Konvensi Kyoto telah mengadopsi konsep-

konsep manajemen kepatuhan yang

modern, seperti penerapan teknologi yang

lebih terkini, penerapan cara pandang baru

dalam melakukan pengawasan serta

kemauan untuk melibatkan pihak swasta

dalam suatu pola kerja sama yang saling

menguntungkan dengan otoritas

kepabeanan. Sebagai tambahan, otoritas

kepabeanan diharapkan agar dapat

memaksimalkan penerapan manajemen

risiko, meningkatkan kerja sama dengan

departemen lain yang terkait dan

komunitas perdagangan, meningkatkan

penggunaaan teknologi informasi serta

menerapkan standar-standar yang telah

disepakati secara internasional.

Kesimpulan

Globalisasi telah membawa

dampak yang besar bagi negara-negara di

dunia. Berkurangnya batasan-batasan antar

negara akan mempermudah arus

pergerakan barang dan faktor-faktor

produksi. Hal tersebut akan menciptakan

sebuah pasar yang sangat luas dan

terintegrasi, yang akan mendorong

terjalinnya integrasi ekonomi secara

internasional di antara negara-negara di

dunia.

Integrasi ekonomi akan merubah

lingkungan perdagangan internasional,

dimana arus perdagangan menjadi lebih

cepat dan jumlah barang yang

diperdagangkan pun akan meningkat.

Apabila tidak terfasilitasi dengan baik,

peningkatan arus pergerakan barang dan

faktor produksi ini akan berpotensi

menimbulkan kemacetan yang pada

akhirnya akan meningkatkan biaya

transaksi bagi semua pihak. Disinilah

peran pemerintah setiap negara untuk

memfasilitasi perdagangan melalui

penyederhanaan, harmonisasi,

standardisasi dan modernisasi prosedur

perdagangan.

Organisasi kepabeanan sebagai

ujung tombak pemerintah di perbatasan

memiliki peran penting dalam menjamin

kelancaran proses perdagangan

internasional. Organisasi ini perlahan

harus mulai mengubah cara pandangnya.

Organisasi kepabeanan tidak lagi hanya

berperan sebagai penegak hukum dan

pemungut pendapatan negara, namun juga

berperan besar dalam memfasilitasi

perdagangan.

13

Page 14: Integrasi Ekonomi, Fasilitasi Perdagangan Dan Peran Organisasi Kepabeanan

Daftar Pustaka

Advance Rulings. (2014). A Key Element

Of Trade Facilitation. WCO News.

74. 18-19.

Andrew Granger. (2008). Customs and

Trade Facilitation : From Concept

to Implementation. World Customs

Journal. Volume 2 Number 1. 17-

30.

Carlos G. Enriquez Montes. (2014). WTO

Trade Facilitation Agreement: A

Potential Catalyst For Equality Of

Opportunity. WCO News. 74. 12-

15.

David Widdowson. (2005).

International Trade Facilitation:

The Customsimperative. Paper

dipresentasikan pada APEC

Workshop di WTO Trade

Facilitation Negotiations, Kuala

Lumpur.

Direktorat Peraturan dan Penerimaan

Kepabeanan dan Cukai. (2014).

Kebijakan Bea dan Cukai

Menghadapi Asean Economic

Community 2015.

Dominick Salvatore. (2013). International

Economics 11th Edition. United

States of America

Joao Paulo Cerdeiro Bento. (2009).

Economic Integration,

International Trade, and The Role

of Foreign Direct Investment.

Jerman : Transaction Publisher

Karen Lobdell. (2009). Anticipating the

Role of Customs Agencies in Trade

Facilitation.

Kunio Mikuriya. (2014). Ready to

implement the WTO Trade

Facilitation Agreement!. WCO

News. 74. 10-11.

Md Almas Uzzaman and Mohammad Abu

Yusuf. (2011). The Role Of

Customs And Other Agencies In

Trade Facilitation In Bangladesh:

Hindrances And Ways Forward.

World Customs Journal Volume 5

Number 1. 29-42.

OECD. (2005). The Costs and Benefits of

Trade Facilitation.

Parthasarathi Shome. (2012). Role of

Customs in International Relations.

Paper dipresentasikan pada First

B.N. Banerji Memorial Lecture.

Pravin Gordhan. (2007). Customs in the

21st Century. World Customs

Journal. Volume 1 Number 1.

Situs Internet

Ari K. Integrasi Ekonomi. Diakses pada 7

September 2014 dari

http://zetzu.blogspot.com/2010/10/in

tegrasi-ekonomi.html

Eddy Cahyono. Globalisasi Ekonomi dan

Perdagangan. Diakses pada 6

September 2014 dari

http://setkab.go.id/artikel-12243-

14

Page 15: Integrasi Ekonomi, Fasilitasi Perdagangan Dan Peran Organisasi Kepabeanan

globalisasi-ekonomi-dan-

perdagangan.html

UNECE. The WTO Agreement on Trade

Facilitation. Diakses pada 7

September 2014 dari

http://tfig.unece.org/contents/wto-

trade-facilitation-negotiations.html

Wikipedia. Uni Eropa. Diakses pada 7

September 2014 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Uni_Erop

a

WCO. What is Securing and Facilitating

Legitimate Global Trade. Diakses

pada 5 September 2014 dari

http://www.wcoomd.org/en/topics/fa

cilitation/overview/customs-

procedures-and-facilitation.aspx

WTO. Summary Table: Some Figures on

Regional Trade Agreements

notified to the GATT/WTO and in

force. Diakses pada 10 September

2014 dari

http://rtais.wto.org/UI/publicsummar

ytable.aspx

WTO. The Doha Agenda. Diakses pada 10

September 2014 dari

http://www.wto.org/english/thewto_

e/whatis_e/tif_e/doha1_e.htm

WTO. Trade Facilitation. Diakses pada 11

September 2014 dari

http://www.wto.org/english/tratop_e

/tradfa_e/tradfa_e.htm

WTO. Uruguay Round Agreement.

General agreement on Trade in

Services. Diakses pada 9

September 2014 dari

http://www.wto.org/english/docs_e/l

egal_e/26-gats_01_e.htm#articleV

WTO. WTO Analytical Index: Gneral

agreement on Tariffs and Trade

1994. Diakses pada 9 September

2014 dari

http://www.wto.org/english/res_e/bo

oksp_e/analytic_index_e/gatt1994_09

_e.htm

15