instrumen penelitian

14
NOVI SEPTIANI 1102010210 INSTRUMEN PENELITIAN 1. Definisi Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif. Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (2008:52) adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non- kognitif, perangsangnya adalah pernyataan. Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti. 2. Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian Menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam pola prosedur penelitian. Instrumen berfungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data yang diperlukan. Bentuk instrumen berkaitan dengan metode pengumpulan data, misal metode wawancara yang instrumennya pedoman wawancara. Metode angket

Upload: khansahaura

Post on 17-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

kedkom

TRANSCRIPT

NOVI SEPTIANI1102010210

INSTRUMEN PENELITIAN1. DefinisiMenurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif. Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (2008:52) adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.2. Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitianMenyusun instrumen merupakan langkah penting dalam pola prosedur penelitian. Instrumen berfungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data yang diperlukan. Bentuk instrumen berkaitan dengan metode pengumpulan data, misal metode wawancara yang instrumennya pedoman wawancara. Metode angket atau kuesioner, instrumennya berupa angket atau kuesioner. Metode tes, instrumennya adalah soal tes, tetapi metode observasi, instrumennya bernama chek-list.Menyusun instrumen pada dasarnya adalah menyusun alat evaluasi, karena mengevaluasi adalah memperoleh data tentang sesuatu yang diteliti, dan hasil yang diperoleh dapat diukur dengan menggunakan standar yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Dalam hal ini terdapat dua macam alat evaluasi yang dapat dikembangkan menjadi instrumen penelitian, yaitu tes dan non-tes.Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan instrumen penelitian, yaitu:1.Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.2.Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi3.Mencari indikator dari setiap dimensi.4. Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen5. Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen6. Petunjuk pengisian instrumen.3. Bentuk bentuk Instrumen penelitian a. Bentuk Instrumen TesTes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan dari subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soal-soal tes yang terdiri atas butir-butir soal. Setiap butir soal mewakili satu jenis variabel yang diukur. Berdasarkan sasaran dan objek yang diteliti, terdapat beberapa macam tes, yaitu: a) tes kepribadian atau personality test, digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang yang menyangkut konsep pribadi, kreativitas, disiplin, kemampuan, bakat khusus, dan sebagainya, b) tes bakat atau aptitude test, tes ini digunakan untuk mengetahui bakat seseorang, c) tes inteligensi atau intelligence test, dilakukan untuk memperkirakan tingkat intelektual seseorang, d) tes sikap atau attitude test, digunakan untuk mengukur berbagai sikap orang dalam menghadapi suatu kondisi, e) tes minat atau measures of interest, ditujukan untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu, f) tes prestasi atau achievement test, digunakan untuk mengetahui pencapaian seseorang setelah ia mempelajari sesuatu.Bentuk instrumen ini dapat dipergunakan salah satunya dalam mengevaluasi kemampuan hasil belajar siswa di sekolah dasar, tentu dengan memperhatikan aspek aspekmendasar seperti kemampuan dalam pengetahuan, sikap serta keterampilan yang dimiliki baik setelah menyelesaikan salah satu materi tertentu atau seluruh materi yang telah disampaikan.b. Bentuk Instrumen Angket atau KuesionerAngket atau Kuesioner adalah metode pengumpulan data, instrumennya disebut sesuai dengan nama metodenya. Bentuk lembaran angket dapat berupa sejumlah pertanyaan tertulis, tujuannya untuk memperoleh informasi dari responden tentang apa yang ia alami dan ketahuinya. Bentuk kuesioner yang dibuat sebagai instrumen sangat beragam, seperti: a) kuesioner terbuka, responden bebas menjawab dengan kalimatnya sendiri, bentuknya sama dengan kuesioner isian. b) kuesioner tertutup, responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, bentuknya sama dengan kuesioner pilihan ganda c) kuesioner langsung, responden menjawab pertanyaan seputar dirinya d) kuesioner tidak langsung, responden menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan orang lain e) check list, yaitu daftar isian yang bersifat tertutup, responden tinggal membubuhkan tanda check pada kolom jawaban yang tersedia f) skala bertingkat, jawaban responden dilengkapi dengan pernyataan bertingkat, biasanya menunjukkan skala sikap yang mencakup rentang dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju terhadap pernyataannya. Setelah bentuk kuesioner ditetapkan, langkah selanjutnya adalah membuat pertanyaan dengan mempertimbangkan jumlah pertanyaan agar tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit, yang penting disesuaikan dengan indikator yang ditetapkan. Kemudian tidak menanyakan hal yang tidak perlu semisal nomor telp responden yang jelas tidak akan di oleh dalam penelitian. Dalam menata tampilan pada lembar kuesioner, perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan keindahan, kemudahan mengisi, dan kemudahan memeriksa jawaban.Oleh karena itu diperlukan kreativitas untuk membuat tampilan kuesioner menjadi enak dibaca, seperti penggunaan garis-garis dan kotak pada hal-hal yang dianggap penting, penggunaan warna-warna dan hiasan, serta meletakkan kelompok pertanyaan tentang identitas pengisi, pengantar, dan pertanyaan inti pada tempat yang berbeda. Bentuk tes seperti ini dapat saudara laksanakan salah satunya ketika menyelesaikan tugas akhir terkait dengan bidang garapan ke SD an diantaranya membuat laporan tugas akhir penyelesaian studi seperti skripsi.c. Bentuk Instrumen InterviewSuatu bentuk dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer) dinamakan interviu. Instrumennya dinamakan pedoman wawancara atau inter view guide. Dalam pelaksanaannya, interviu dapat dilakukan secara bebas artinya pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada terwawancara tanpa harus membawa lembar pedomannya. Syarat interviu seperti ini adalah pewawancara harus tetap mengingat data yang harus terkumpul. Lain halnya dengan interviu yang bersifat terpimpin, si pewawancara berpedoman pada pertanyaan lengkap dan terperinci, layaknya sebuah kuesioner. Selain itu ada juga interviu yang bebas terpimpin, dimana pewawancara bebas melakukan interviu dengan hanya menggunakan pedoman yang memuat garis besarnya saja. Kekuatan interviu terletak pada keterampilan seorang interviewer dalam melakukan tugasnya, ia harus membuat suasana yang tenang, nyaman, dan bersahabat agar sumber data dapat memberikan informasi yang jujur. Si interviewer harus dibuat terpancing untuk mengeluarkan informasi yang akurat tanpa merasa diminta secara paksa, ibaratnya informasi keluar seperti air mengalir dengan derasnya. Tes ini sangat tepat dilakukan oleh peneliti yang ingin mendapatkan informasi terkini terkait dengan berbagai kejadian, seperti ketika seorang guru sekolah dasar ingin mendapatkan gambaran menyeluruh tentang keinerja salah seorang guru di sekolah tertentu, maka lakkukan dengan wawancara diantaranya dengan kepala sekolah, dengan teman sejawat serta wawancara dilakukan dengan sebagian siswa yang telah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan guru terkait. d. Bentuk Instrumen Observasi Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data. Jadi observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam observasi dapat berupa pedoman pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara. Instrumen observasi yang berupa pedoman pengamatan, biasa digunakan dalam observasi sitematis dimana si pelaku observasi bekerja sesuai dengan pedoman yang telah dibuat. Pedoman tersebut berisi daftar jenis kegiatan yang kemungkinan terjadi atau kegiatan yang akan diamati. Sebagai contoh, observasi yang dilakukan di sebuah sekolah, objek yang akan diamati ditulis dalam pedoman tersebut secara berurutan dalam sebuah kolom yang akan di tally, isi daftarnya adalah berbagai peristiwa yang mungkin terjadi di sekolah tersebut seperti: kepala sekolah memberi pengarahan kepada guru-guru, guru piket mengisi materi pada kelas yang pengajarnya berhalangan hadir, petugas administrasi mengisi buku induk siswa, penjaga sekolah memelihara peralatan kebersihan sekolah, murid-murid berseragam rapih, dan sebagainya. Bekerja dengan pedoman pengamatan seperti ini dinamakan sistem tanda (sign system), data yang didapatkan berupa gambaran singkat (snapshot) mengenai situasi warga sekolah dalam suatu hari tertentu.Ada lagi satu bentuk instrumen observasi yang dinamakan category system, yaitu sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel. Hal yang diamati terbatas pada kejadian-kejadian yang termasuk dalam kategori variabel, di luar itu, setiap kejadian yang berlangsung tidak diamati atau diabaikan saja. Contoh, pengamatan terhadap kinerja kepala sekolah, maka kejadian yang diamati dan ditally adalah kepala sekolah datang ke sekolah tepat waktu, kepala sekolah mengamati proses belajar mengajar, kepala sekolah membuat rancangan program peningkatan kualitas guru dan murid, dan sebagainya. Hasil pengamatan menyimpulkan bahwa kepala sekolah tersebut memiliki kinerja yang baik atau buruk. Selain bentuk instrumen berupa pedoman pengamatan, terdapat juga instrumen observasi dalam bentuk tes yang digunakan untuk mengamati aspek kejiwaan. Kemudianbentuk kuesioner yang diberikan kepada responden untuk mengamati aspek-aspek yang ingin diselidiki, dan rekaman gambar serta rekaman suara yang digunakan sebagai penyimpan sumber data, dimana sumber data dapat diamati lebih lama bahkan berulang-ulang sesuai kebutuhan.

e. Bentuk Instrumen Skala Bertingkat atau Rating ScaleBentuk instrumen dengan skala bertingkat lebih memudahkan peneliti untuk mengetahui pendapat responden lebih mendalam tentang variabel yang diteliti. Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala. Yang harus diperhatikan dalam pembuatan rating scale adalah kehati-hatian dalam membuat skala, agar pernyataan yang diskalakan mudah diinterpretasi dan responden dapat memberikan jawaban secara jujur.Untuk mengantisipasi ketidak jujuran jawaban dari responden, maka perlu diwaspadai beberapa hal yang mempengaruhinya. Menurut Bergman dan Siegel dalam Suharsimi (2002) faktor yang berpengaruh terhadap ketidakjujuran jawaban responden adalah a) persahabatan, (b) kecepatan menerka, (c) cepat memutuskan, (d) jawaban kesan pertama, (e) penampilan instrumen, (f) prasangka, (g) halo effects, (h) kesalahan pengambilan rata-rata, dan (i) kemurahan hati.f. Bentuk Instrumen DokumentasiBentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya, dan check-list yang memuat daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Perbedaan antara kedua bentuk instrumen ini terletak pada intensitas gejala yang diteliti. Pada pedoman dokumentasi, peneliti cuku menuliskan tanda centang dalam kolom gejala, sedangkan pada check-list, peneliti memberikan tally pada setiap pemunculan gejala. Instrumen dokumentasi dikembangkan untuk penelitian dengan menggunakan pendekatan analisis isi. Selain itu digunakan juga dalam penelitian untuk mencari bukti-bukti sejarah, landasan hhukum, dan peraturan-peraturan yang pernah berlaku. Subjek penelitiannya dapat berupa buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, bahkan benda-benda bersejarah seperti prasasti dan artefak.4. Definisi Variabel penelitian Hatch & Farhady, (1981): variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain. Karlinger (1973): variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari. Kidder (1981): variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Sugiyono (2009:38), variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh onformasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Contoh variabel penelitian: struktur organisasi, kepemimpinan, pengawasan, koordinasi, prosedur dan mekanisme kerja, deskripsi pekerjaan, kebijakan , budaya organisasi dan lain-lain.Dalam terminologi Metodologi, dikenal beberapa macam variabel penelitian. Berdasarkan hubungan antara satu variable dengan variable yang lain, maka macam macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :a. Variable independenVariable ini sering disebut sebagai Variabel Stimulus, Predictor,Antecedent, Variabel Pengaruh, Variabel Perlakuan, Kausa,Treatment, Risiko, atau Variable Bebas.Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel Dependen (terikat). Dinamakan sebagai Variabel Bebas karena bebas dalam mempengaruhi variabel lain.b. Variabel dependentSering disebut sebagai Variabel Out Put, Kriteria, Konsekuen, Variabel Efek, Variabel Terpengaruh, Variabel Terikat atau Variabel Tergantung. Variabel Terikat merupakan Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Disebut Variabel Terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas/variabel independent.c. Variabel kontrolVariabel Kontrol adalah Variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh factor luar yang tidak diteliti. Variabel Kontrol sering dipakai oleh peneliti dalam penelitian yang bersifat membandingkan, melalui penelitian eksperimental.5. Membuat Kuesioner PengetahuanPenelitian kesehatan yang melakukan kajian tentang variabel Pengetahuan lazim dilakukan oleh para peneliti pemula. Oleh karena itu, pada saat melakukan penelitian, peneliti akan membuat kuesioner penelitian yang dijadikan instrumen penelitian. Beberapa hal yang harus dilakukan oleh peneliti adalah memperhatikan sasaran responden. Kuesioner pengetahuan untuk sasaran tenaga kesehatan secara substansi berbeda jika sasarannya adalah masyarakat biasa sebagai responden. Dalam buku ini, akan diperoleh beragam instrumen penelitian pengetahuan yang berbeda-beda karena disesuaikan dengan substansi variabel penelitian. Membuat kuesioner penelitian pengetahuan dapat menggunakan kata-kata kerja operasional dari taksonomi Bloom. Bahkan peneliti akan mampu mengungkap atau mendeskripsikan pengetahuan berdasarkan tahapan taksonomi pendidikan. Beberapa poin yang perlu diperhatikan oleh peneliti saat membuat kuesioner pengetahuan adalah sebagai berikut:1. Pertanyaan hendaklah menanyakan hal yang penting untuk diketahui. 2. Tulislah pertanyaan yang berisi pernyataan pasti. 3. Utamakan pertanyaan yang mengandung pernyataan umum yang bertahan lama. 4. Buatlah pertanyaan yang hanya memiliki satu gagasan. 5. Buatlah pertanyaan yang menyatakan inti pertanyaan dengan jelas. Gunakan kalimat sederhana dan tidak berlebih-lebihan. 6. Sebaiknya pertanyaan tidak didasari oleh pernyataan negatif. 7. Gunakan bahasa yang jelas, kata yang sederhana, dan pernyataan langsung.8. Pertanyaan harus memberikan alternatif bagi isi pernyataan yang penting. 9. Berikan alternatif jawaban yang jelas berbeda. 10. Alternatif yang ditawarkan hendaknya mempunyai struktur dan arti yang sejajar atau dalam satu kategori. 11. Menghindari penggunaan alternatif yang semata-mata meniadakan atau bertentangan dengan alternatif yang lain. 12. Jika mungkin, susunlah alternatif jawaban dalam urutan besar kecilnya atau urutan logisnya. 13. Penggunaan alternatif bukan salah satu di atas atau semua yang di atas hanya baik apabila kebenaran bersifat mutlak dan bukan semata-mata masalah lebih dan kurang baik atau masalah kebenaran relatif. 14. Jangan menjebak responden dengan menanyakan hal yang tidak ada jawabannya. 15. Hindari penggunaan kata-kata yang dapat dijadikan petunjuk oleh responden untuk menjawab.6. Membuat Kuesioner Sikap dan Periku Kajian tentang sikap yang berhubungan dengan masalah kesehatan terus berkembang. Pengukuran sikap berbeda dengan pengukuran pengetahuan. Di uraian sebelumnya disampaikan bahwa jika peneliti ingin melakukan kajian mengenai sikap, maka yang digunakan adalah skala Likert. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun pertanyaan dalam kuesioner sikap di antaranya :Skala Likert merupakan skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu gejala atau fenomena tertentu. Ada dua bentuk skala Likert yaitu pernyataan Positif yang diberi skor: 5, 4, 3, 2, dan 1. Sedangkan pernyataan Negatif diberi skor: 1, 2, 3, 4, dan 5.

Makna kualitatif dari skor adalah berikut ini:Pernyataan Positif Sangat Setuju (SS) : 5Setuju (S) : 4 Kurang Setuju (KS) : 3 Tidak Setuju (TS) : 2 Sangat Tidak Setuju : 1 Pernyataan Negatif Sangat Setuju (SS) : 1Setuju (S) : 2Kurang Setuju (KS) : 3 Tidak Setuju (TS) : 4 Sangat Tidak Setuju : 5Langkah-langkah dalam membuat pernyataan dengan skala Likert adalah sebagai berikut.1. Tentukan subjek yang akan ditanya, kemudian tetapkan variabel yang akan diukur dengan skala likert.2. Lakukan analisis variabel tersebut menjadi beberapa subvariabel atau dimensi variabel, kemudian kembangkan indikator setiap dimensi tersebut. 3. Dari setiap indikator, tentukan ruang lingkup pernyataan sikap yang berkenaan dengan aspek kognisi, efeksi, dan konasi terhadap subjek sikap. 4. Susunlah pernyataan untuk masing-masing aspek tersebut dalam dua kategori, yaitu pernyataan positif dan peryataan negatif.Beberapa kriteria dalam membuat pernyataan dengan skala Likert adalah sebagai berikut. 1. Jangan menulis pernyataan yang membicarakan mengenai kejadian yang telah lewat kecuali jika subjek sikapnya berkaitan dengan masa lalu. 2. Jangan menulis pernyataan yang berupa fakta atau dapat ditafsirkan sebagai fakta. 3. Jangan menulis pernyataan yang dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran. 4. Jengan menulis pernyataan yang tidak relevan dengan objek psikologisnya. 5. Jangan menulis pernyataan yang sangat besar kemungkinannya akan disetujui oleh hampir semua orang atau bahkan hampir tak seorang pun yang akan menyetujuinya. 6. Pilihlah pernyataan-pernyataan yang diperkirakan akan mencakup keseluruhan liputan skala efektif yang diinginkan. 7. Usahakan agar setiap pernyataan ditulis dalam bahasa yang sederhana, jelas, dan langsung, jangan menuliskan pernyataan dengan menggunakan kalimat-kalimat yang rumit. 8. Setiap pernyataan harus berisi hanya satu ide (gagasan) yang lengkap. 9. Pernyataan yang berisi unsur universal seperti; tidak pernah, semuanya, selalu, tak seorang pun, dan semacamnya, sering kali menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dan karenanya sedapat mungkin hendaknya dihindari. 10. Kata-kata seperti: hanya, sekadar, semata-mata, dan semacamnya, harus digunakan seperlunya untuk menghindari kesalahan penafsiran isi pernyataan. 11. Hindari pernyataan yang berisi kata negatif ganda.

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Hadjar.1996.Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan Jakarta:RajaGrafindo Persada.Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.M. Burhan Bungin. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, ekonomi, dan kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta: Prenada Media.Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.Suharsimi Arikunto. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.