inseri kateter intra vena dengan baik dan benar terumo
DESCRIPTION
freeTRANSCRIPT
TERUMO INDONESIA ACADEMY TRAINING DEPARTMENT
JANUARI 2013
PROSEDUR INSERSI KATETER INTRA
VENA PERIFER
DENGAN BAIK DAN BENAR
DASAR DASAR KESEIMBANGAN
CAIRAN TUBUH
TERUMO Academy Training Department 2
TERUMO Academy Training Department 3
KOMPOSISI CAIRAN TUBUH Berdasarkan Usia
Sumber: Medical Surgical Nursing: Assesment And Management of Clinical
TERUMO Academy Training Department 4
DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH
PERBEDAAN MENDASAR CAIRAN EKSTRASELULAR & INTRASELULAR
EKSTRASELULER INTRASELULER
Terumo Academy Training Department 6
KATION ANION ANION KATION
Na+ 142 K+ 4,2 Mg++ 0,8
Na+ 14 K+ 140 Mg++ 20
Cl- 108 HCO3- 24
Cl- 4 HCO3- 10 Phosphat
NUTRIENTS O2, glucose, asam lemak, asam amino
NUTRIENTS Protein dengan konsentrasi tinggi
AIR CO2, Ureum, Asam urat, air dan lain lain
MEKANISME PERGERAKAN CAIRAN
Terumo Academy Training Department 7
Area konsentrasi rendah
Area konsentrasi tinggi Area konsentrasi rendah
Membran semi permiabel Zat terlarut
Area konsentrasi
tinggi
OSMOSIS DIFUSI
Pergerakan cairan melalui membran dari area dengan dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut tinggi
Pergerakan molekul melalui membran dari area dengan konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah, dan akan berhenti ketika sudah terjadi keseimbangan konsentrasi pada kedua area.
MEKANISME PERGERAKAN CAIRAN
TRANSPORT AKTIF
Pergerakan molekul melawan
gradient konsentrasi, diperlukan
energi eksternal (ATP).
Natrium berpindah keluar sel dan
Kalium berpindah kedalam sel untuk
mempertahankan perbedaan
konsentrasi antara intra dan
ekstrasel.
Transport aktif ini disebut juga
pompa Natrium-Kalium.
TEKANAN ONKOTIK
Gaya tarik ini bersifat agar air tetap
berada dalam di intravaskuler.
Tekanan onkotik adalah tekanan
osmotic yang dihasilkan oleh
protein/albumin
Terumo Academy Training Department 8
TEKANAN HIDROSTATIK
Tekanan yang dihasilkan oleh
cairan pada dinding pemb. darah.
Merupakan gaya utama yang
mendorong air keluar dari sistem
vaskular pada tingkat kapiler
TERUMO Academy Training Department 9
MEKANISME PERGERAKAN CAIRAN
FILTRASI
Filtrasi merupakan suatu proses transfer
air dan zat terlarut dari area tekanan tinggi
ke area tekanan rendah; melalui tekanan
hidrostatik. Contoh dari filtrasi adalah
perpindahan air dan elektrolit dari arteri-
kapiler ke ruang interstitial; dalam proses
ini tekanan hidrostatik dibantu dengan
pemompaan jantung.
TERUMO Academy Training Department 10
KESEIMBANGAN CAIRAN TUBUH
Total intake cairan
harian 2600 ml
Minum 1500ml
Makan padat 800ml
Air oksidasi 300ml
Ginjal 1500 ml
Total Output cairan
harian 2600 ml
Pencernaan 100 ml
Paru 400 ml
Kulit 600 ml
Mekanisme Keseimbangan Cairan
TERUMO Academy Training Department 11
Hormon Antidiuretik
Jika vol. darah turun (osm.darah meningkat), dideteksi oleh hipotalamus hormon Antidiuretk hormon (vasopresin). Vasopresin akan menahan air, Sehingga volume darah naik dan osmolaritas darah turun.
TERUMO Academy Training Department 12
Mekanisme Keseimbangan Cairan
Sistem Renin Angiotensin
Aliran darah turun/vol. cairan berkurang ---renin -----angiotensin I ----- angiotensin II. Angiotensin II akan menstimulasi kelenjar adrenal untuk memperoduksi aldosteron. Aldosteron akan meretensi Na dan air.
ANATOMI & FISIOLOGI PEMBULUH DARAH
TERUMO Academy Training Department 13
Pembuluh Darah
TERUMO Academy Training Department 14
STRUKTUR Arteri dan Vena Terdiri dari: Tunika Intima Merupakan lapisan terdalam, terdiri dari lapisan tunggal squamous, sel endotel. Lapisan sel endotelial ini membentuk permukaan dalam yang mulus pada lumen yang sehat. Sambungan dari tunika intima akan membentuk katup vena. Tunika Media Merupakan lapisan tengah yang terdiri dari lapisan-lapisan otot halus dengan jaringan serat penghubung elastis. Otot-otot halus ini, yang berada dibawah kontrol sistem saraf simpatetik, berfungsi untuk menyesuaikan diameter lumen, dengan demikian mengatur aliran darah dalam pembuluh darah. Tunika Adventitia/ Eksterna Merupakan lapisan terluar dari pembuluh darah. Tersusun dari elastin dan jaringan kolagen penghubung. Fungsi utamanya untuk mendukung dan melindungi pembuluh darah.
TERUMO Academy Training Department 15
Arteri Arteri besar memiliki dinding yang tebal yang terbentuk dari jaringan elastis.Jaringan elastis ini menjadi bantalan saat terjadi tekanan akibat kontraksi ventricular dan menimbulkan recoil sehingga mendorong darah kembali ke sirkulasi.Terdapat otot-otot halus pada arteri-arteri besar. Bagian terdalam dari arteri adalah endothelium, berfungsi untuk mempertahankan homeostasis, menjaga aliran dan nilai normal gula darah dalam tubuh, menginhibisi koagulasi darah. Vena Vena memiliki diameter besar, dinding pembuluh darah tipis. Sistem vena merupakan sistem dengan tekanan rendah dan volume tinggi. Vena-vena yang lebih besar memiliki katup-katup berbentuk semilunar untuk mempertahankan aliran ke jantung dan mencegah aliran darah balik. Berdeda dengan arteri, vena memiliki katup. Katup-katup khususnya banyak pada vena anggota badan (lengan dan tungkai). Katup katup tersebut mendorong darah Vena ke arah jantung, akibat kontraksi otot-otot rangka yang ada di sekitar vena.
KAPILER
Dinding kapiler memiliki dinding pembuluh darah yang tipis yang merupakan sel endotel tanpa jaringan elastis dan jaringan otot. Pertukaran nutrisi dan sisa metabolik terjadi melalui dinding pembuluh darah yang tipis ini.
Kapiler tersusun atas selapis sel endotel yang berasal dari mesenkim,melingkar dalam bentuk tabung, mengelilingi ruang silindris, garis tengah rata-rata kapiler berkisar dari 7 sampai 9 μm.
Kapiler-kapiler beranastomosis (berhubungan satu dengan lainnya) membentuk jala-jala antar arteri-arteri dan vena-vena kecil.
TERUMO Academy Training Department 16
Fungsi Pembuluh Darah
TERUMO Academy Training Department 17
Arteri
Arteri besar juga dinamakan pengangkut karena fungsi utamanya adalah mengangkut darah. Fungsi arteri ukuran sedang sebagai arteri penyalur yaitu untuk menyediakan darah pada berbagai organ.
Vena
Fungsi vena adalah sebagai saluran penampung untuk pengangkutan darah dari jaringan kembali ke jantung.Karena tekanan di sistem vena sangat rendah, dinding vena sangat tipis.Meskipun demikian, dindingnya mempunyai otot sehingga vena
dapat berkontraksi atau meluas dan dengan demikian bertindak sebagai penampung darah ekstra yang dapat dikendalikan, bergantung pada kebutuhan tubuh.
Kapiler Fungsi kapiler adalah untuk pertukaran cairan, zat, makanan, elektrolit, hormon dan bahan lainnya antara darah dan cairan interstitial.Untuk peran ini, dinding kapiler bersifat sangat tipis dan permeable untuk zat bermolekul kecil.
Pembuluh darah
di ekstremitas atas:
Vena Sefalika
Vena Basilika
TERUMO Academy Training Department 18
AREA INSERSI KATETER INTRA VENA PERIFER
Terumo Academy Training Department 19
AREA INSERSI KATETER INTRA VENA PERIFER
Vena Basilika
Vena Basilika
V. Mediana Basilika
V. Mediana Sefalika
Vena Sefalika
Vena Basilika
Vena Sefalika
Vena Dorsal Metakarpal
Vena Dorsalis Pedis
V. Great Saphenous
JENIS JENIS CAIRAN INFUS
TERUMO Academy Training Department 20
21
Jenis cairan infus
Cairan Kristaloid Cairan yang mengandung ion (garam) dengan Berat Molekul rendah < 8000 Dalton) dengan atau tanpa glukosa. Cairan ini memiliki tekanan onkotik rendah sehingga cepat terdistribusi ke seluruh ruang ekstraseluler.
• Cairan Hipotonik (<240 mOsm)
• Cairan Isotonik (240 – 340 mOsm) • Cairan Hipertonik (>340 mOsm)
22
Jenis cairan infus
Cairan Koloid : Cairan yang mengandung zat dengan Berat Molekul tinggi > 8000 Dalton. Cairan ini memiliki tekanan onkotik tinggi sehingga sebagian besar akan tetap tinggal di ruang intravaskular.
• Produk darah • Koloid sintetik
TERUMO Academy Training Department 23
KOLOID KRISTALOID
1 Berat Molekul besar > 8000 dalton 1 Berat Molekul kecil < 8000 dalton
2 Tidak larut sempurna 2 Larut sempurna
3 Tahan 4-6 jam dalam Intra Vena 3 Tahan 2-3 jam dalam Intra Vena
4 Cepat meningkat dalam sirkulasi 4 Lambat meningkat dalam sirkulasi
5 Mengandung protein 5 Mengandung elektrolit
6 Jumlah koloid sebanding dengan 6 Jumlah kristaloid 3-4 kali volume
volume darah yang hilang darah yang hilang
7 Harga lebih mahal 7 Harga lebih murah
Perbandingan KOLOID & KRISTALOID
24
Cairan Contoh
Isotonik Ringer Laktat (275 mOsm/L)
Ringer ( 275 mOsm/L)
Normal Saline (308 mOsm/L)
D5W (260 mOsm/L)
5% albumin (308 mOsm/L)
Hetastarch (310 mOsm/L)
Hipotonik Half-normal saline (154 mOsm/L)
0.33% sodium chloride ( 103mOsm/L)
Dextrose 2.5% in water (126 mOSm/L)
Hipertonik Dextrose 5% in half normal saline (406 mOsm/L)
Dextrose 5% in normal saline (560 mOsm/L)
Dextose 5% in lactated Ringer’s (575 mOsm/L)
3% sodium chloride ( 1.025 mOsm/L)
7.5% sodium chloride (2400 mOsm/L)
25
Pengertian cairan IV: tonisitas
Cairan isotonik memiliki osmolaritas kurang lebih sama dengan serum. Karena tinggal dalam ruang intravaskular , cairan mengekspansi kompartemen intravaskular dan merupakan pilihan terbaik untuk hidrasi
Cairan hipotonik memiliki osmolaritas lebih rendah dari serum. Cairan akan berpindah dari kompartemen intravaskular, menghidrasi sel dan kompartemen interstitial
Cairan hipertonik memiliki osmolaritas lebih tinggi dari serum. Cairan akan terdorong ke kompartemen intravaskular , dari sel dan kompartemen interstitial
Terumo Academy Training Department 26
INTRAVASCULAR INTRAVASCULAR INTRAVASCULAR
INTERTSISIAL
INTRACELLLULAR INTRACELLULAR INTRACELLULAR
INTERTSISIAL INTERTSISIAL
CAIRAN KRISTALOID RUMATAN: D5W
CAIRAN KRISTALOID RESUSITASI: RL
CAIRAN KOLOID
Cairan didistribusikan ke kompartemen ekstrasel & intrasel
Cairan didistribusikan ke kompartemen ekstrasel
Sebagian besar cairan hanya berada di intravascular
TERUMO Academy Training Department 27
TERAPI INFUS
TERAPI INFUS
PENGERTIAN
Terapi Infus adalah terapi yang berkaitan
dengan seluruh aspek pemberian cairan dan
atau obat-obatan ke dalam tubuh klien
dengan menggunakan kateter atau jarum.
TERUMO Academy Training Department 28
Rute Pemberian Terapi Infus
TERUMO Academy Training Department 29
Intra Osius Metode pemberian cairan kedalam tubuh melalui sumsum tulang . Intra Peritoneal Metode pemberian obat-obatan kemoterapi langsung kedalam rongga abdomen melalui kateter khusus. Intrathecal Metode pemberian obat-obatan dalam jumlah yang sangat kecil kedalam ruang dibawah membran arakhnoid otak atau saraf tulang belakang. Intra Arterial Metode menempatkan kateter dalam arteri.
Intra dermal
Pemberian cairan atau obat obatan ke dalam tubuh klien melalui subkutan.
Intra vena
Pemberian cairan, elektrolit, nutrisi atau obat-obatan ke dalam tubuh klien melalui vena.
TERUMO Academy Training Department 30
Rute Pemberian Terapi Infus
Tujuan Terapi Intra Vena
TERUMO Academy Training Department 31
Mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit
Menyiapkan akses pemberian obat-obatan melalui vena
Memberikan transfusi darah atau komponen darah.
Memberikan nutrisi parenteral
Melakukan koreksi asam basa
THERAPY INTRAVENA
Terumo Academy Training Department 32
RESUSITASI RUMATAN
KRISTALOID KOLOID ELEKTROLIT NUTRISI
Mengganti kehilangan cairan akut/ cairan patologis
Mengganti kehilangan cairan harian /cairan fisiologis
Metode Pemberian
1. Sekali pemberian / bolus
2. Intermitten
3. Kontinyu:
a. Vena Periferal: b. Vena Sentral
a) Kateter IV Perifer a) Tunel
b) Kateter midline b) Non Tunel
c) PICC
d) Venous Access Port
TERUMO Academy Training Department 33
ALAT UNTUK INSERSI VENA PERIFER
TERUMO Academy Training Department 34
Kateter Intra Vena Perifer
Kateter Midline
TERUMO Academy Training Department 35
ALAT UNTUK INSERSI VENA SENTRAL
Kateter Vena Sentral Tunel
Kateter Vena Sentral Non Tunel
TERUMO Academy Training Department 36
ALAT UNTUK INSERSI VENA SENTRAL
Peripheral Inserted Central Catheter
Venous Access Port
TEHNIK PEMBERIAN TERAPI INTRA VENA
1. Gaya Gravitasi
2. Mekanik:
a) Syringe Pump
b) Infus Pump
TERUMO Academy Training Department 37
SYRINGE PUMP
Alat bantu yang digunakan untuk memberikan terapi lebih akurat, pemberian obat/ cairan dalam jumlah kecil.
Kecepatan aliran : 0,1 – 1200 ml, tergantung dengan ukuran
syringe yang digunakan
TERUMO Academy Training Department 38
TERUMO Academy Training Department 39
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA SYRINGE PUMP
MEKANISME KERJA
slider klem
Stepping Monitor
Mur
Baut
Spuit di dorong oleh sistem mekanisme kerja motor yang terdapat di dalam mesin
LEVEL OKLUSI
Syringe pump yang baik dilengkapi dengan pengaturan level oklusi.
Level 1/L: Tingkat sensitivitas maksimal oklusi 300 mmHg
Level 2/M: Tingkat sensitivitas maksimal oklusi 500 mmHg
Level 3/H: Tingkat sensitivitas maksimal oklusi 800 mmHg
TERUMO Academy Training Department 41
Tahapan dalam keadaan tersumbat
PERINGATAN ALARM OKLUSI
INFUS PUMP
Digunakan untuk pemberian obat atau cairan yang memerlukan akurasi serta volume besar dalam jangka waktu tertentu, namun juga dapat mencegah kelebihan cairan serta masuknya gelembung udara.
Masalah potensial yang mungkin timbul seperti:
perubahan kecepatan aliran, adanya sumbatan dapat teridentifikasi dengan adanya sistem alarm.
Menurut prinsip kerjanya, dibagi 2 tipe:
Drip/tetes kontrol; dapat menggunakan infus set tipe gravitasi atau pump
Flow/Volume kontrol: hanya dapat menggunakan infus set tipe pump
Menurut karakteristik volume kontrol, dibagi 2 tipe:
Full Press : pompa menekan penuh pada selang infus set
Mid Press : pompa menekan sebagian/setengah pada selang infus set.
TERUMO Academy Training Department 42
METODE KONTROL
1.Metode flow kontrol (dengan infus set khusus)
2.Metode drip/tetes kontrol (dengan infus set gravitasi)
Dengan 100 ml/h mungkin perlu
sedikit di percepat
Metode flow/volume kontrol Metode drip/tetes kontrol
TE*172 TE*135 TE*112
Tipe pump berdasarkan prinsip kerja
11TS04
KARAKTERISTIK METODE FLOW KONTROL TERUMO
Terbuka lebar
Tidak sepenuhnya
terbuka
FULL PRESS MID PRESS (metode flow kontrol TERUMO)
Gambaran selang infus
Tidak sepenuhnya
tertutup masih ada bagian yang
terbuka
Mengurangi efek yang di sebabkan oleh deformasi selang.
Sehingga dapat di gunakan untuk tranfusi darah
Gambaran selang infus
Benar benar
tertutup
Besarnya tingkat deformasi selang akan berpengaruh terhadap akurasi.
Kerusakan selang dipengaruhi oleh lamanya pemakaian sehingga tingkat laju aliran akan
terganggu
IV set yang dapat digunakan
1.Type : TI*U series
Faktor tetes : 20 tetes/ml
2.Type : TK*A series
Faktor tetes : 60 tetes/ml
Type : TI*PU series Faktor tetes : 20 tetes/ml
Infus set khusus pump
General IV set / Gravitasi
Metode FULL PRESS Metode MID PRESS
TE*172 TE*135 TE*112
Prinsip kerja pompa MIDPRESS TE*172
MIDPRESS TE*172
Infus Pump tipe MidPress
Direkomendasikan untuk pemberian transfusi darah, karena tidak terjadi hemolisis
10TS01
医薬品との 相互作用について
HAL HAL PERHATIAN
50 TERUMO Academy Training Department
Jangan memasang infus pump terlalu tinggi
Sebaiknya menggunakan standar infus dengan lima kaki supaya stabil
Gunakan standar infus yang khusus untuk pump
YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA SAAT PENEMPATAN INFUS PUMP
Terlampir dan dijelaskan pada SPO ( Standar Prosedur Operasi )
Setelah infus pump
Klem selang infus harus diletakan setelah infus pump
1. akan lebih mudah melakukan perbaikan saat terjadi alarm oklusi 2. terdapat beberapa model infus set apabila terjadi oklusi infus set tersebut tidak terlihat menggelembung 3. akan lebih mudah melakukan perbaikan saat terjadi alarm gelembung udara
3.HAL YANG HARUS DI PERHATIKAN DALAM PEMASANGAN INFUS SET
PENGATURAN SELANG PADA SAAT DIGUNAKAN
Terjadinya tekanan negatif atau positif yang ekstrim menandakan tidak terhubung dengan sambungan.
Ketepatan aliran tidak dapat dijamin, tekanan negatif kemungkinan terjadi karena pendorong spuit melenceng atau terlepas.
Peringatan lepasnya daerah sambungan.
Kebocoran tidak bisa terdeteksi
Terlalu kendur ,merembes. Udara masuk.
Hubungkan dengan tepat
Pump lebih rendah dari pasien maka darah akan keluar
LEPAS
Terlalu kendur merembes. Udara masuk.
Hubungkan dengan tepat
Karena pemasangan spuit yang tidak tepat dan posisi pasien yang terlalu rendah, maka cairan infus akan masuk secara cepat dan dapat berbahaya
Hilangkan perbedaan tinggi dan cek kembali pemasangan spuit
Pendorong terlepas tapi berpengaruh
terhadap laju aliran
TERJADINYA SIPHONING
YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENGGUNAAN LEBIH DARI SATU LINE
Kedua line menggunakan
pump
Gunakan 1 pump hanya untuk 1 sisi
Habis
Tersu-mbat
Pada saat menggunakan lebih dari satu line, semua line harus menggunakan pump.
Alir
an b
alik
!
Ud
ara
mas
uk
!
BAGIAN-BAGIAN INFUS SET
56 TERUMO Academy Training Department
Jarum spike Selang Tengah Drip Chamber
Selang
(DEHP Free)
Lock Connector Klem
(Fitur)
• Spike terbuat dari bahan plastik yang kecil terhubung dengan
selang tengah, drip chamber dan selang.
• Tidak perlu melakukan pemisahan pada saat membuang jarum,
sehingga terhindar dari resiko tertusuk.
• Ujung spike sangat baik sehingga mudah pada saat menusuk karet
dan mengurangi resiko terjadi “coaring”.
TEMPAT PENUSUKAN KANTONG INFUS
1. Buka segel
2. Desinfeksi
bagian karet
dengan alkohol
70%
3. Tusukkan spike ke
bagian IN, pada karet
57 TERUMO Academy Training Department
10TS01
“COARING”
Jika jarum diputar Jika menusuk dengan sudut
58 TERUMO Academy Training Department
Pada saat menusuk dengan jarum, karet pada botol infus atau
vial, dapat terpotong dan ikut teraspirasi dan tercampur
Coaring sangat mudah terjadi
MENCEGAH SPIKE BENGKOK/ PATAH
TERUMO Academy Training Department 59
Phenomena
• Ketika menusuk karet pada botol infus, jarum spike ditemukan bengkok atau rusak.
Penyebab
• Ketika menusuk karet, posisi spike menyudut, menusuk pada sudut, kekuatan lateral pada saat menusuk.
• Pada saat menusuk, tangan memegang drip chamber pada bagian bawah dari titik tengah sehingga spike mejadi tidak stabil. Dengan mudah beban terbentuk ke arah horizontal dengan sangat mudah
PENGISIAN DRIP CHAMBER
60 TERUMO Academy Training Department
Batas tinggi cairan
Terlalu banyak
Tetesan tidak dapat dihitung
Tetesan infus yang cepat, pada saat jatuh akan
membuat udara ikut masuk Cairan diisi ½ bagian
Terlalu sedikit Jika drip chamber tiba-tiba miring (diagonal)
Udara akan masuk
MENCEGAH SPIKE BENGKOK/ PATAH
TERUMO Academy Training Department 61
Cara Penggunaan
(Terkait dengan cara penggunaan : Lampiran cara penggunaan dan hal-hal yang harus diperhatikan) • Menusuk dengan posisi menyudut dan menusuk tidak pada bagian yang telah
ditentukan akan menyebabkan spike patah atau rusak.
Pegang spike seperti pada contoh gambar akan menghindari resiko spike patah atau rusak.
TERUMO Academy Training Department 62
ALAT-ALAT KESEHATAN DENGAN BAHAN PVC
SAAT PEMBUANGAN
KETIKA DIGUNAKAN KE PASIEN
INSINERATOR DENGAN TEMPERATUR
(DIBAWAH 800°C)
TERJADI PENEMPELAN DARI OBAT-OBAT TERTENTU PADA DINDING SELANG
TERJADI PELARUTAN DARI SELANG DIKARENAKAN
ADANYA KONTAK DENGAN ZAT KIMIA TERTENTU
ADSORPSI OBAT DEHP DAIOKISIN
POLUSI LINGKUNGAN
PENURUNAN EFEK OBAT
TOKSISITAS TESTIS
Terjadi perlekatan zat aktif pada dinding selang
Zat aktif diserap kedalam selang
Komponen selang ikut terlarut pada cairan
63 TERUMO Academy Training Department
64 TERUMO Academy Training Department
ADSORPSI/ PERLEKATAN
BAGIAN DALAM SELANG
S E L ANG
BAGIAN LUAR SELANG
SET INFUS (SELANG)
INSULIN
PERUBAHAN DOSIS INSULIN
65 TERUMO Academy Training Department
Dosis awal insulin
40IU/ NC-H700ml dengan
kecepatan 58ml/jam
Rata-rata
dosis yang
tersisa
66 TERUMO Academy Training Department
SORPTION/ PENYERAPAN
BAGIAN DALAM SELANG
S E L ANG
BAGIAN LUAR SELANG
NITROGLISERIN
SET INFUS (SELANG)
PERUBAHAN DOSIS NITROGLISERIN
67 TERUMO Academy Training Department
Dosis awal Nitrogliserin
dengan kecepatan 60ml/jam
Rata-rata
dosis yang
tersisa
68 TERUMO Academy Training Department
ELUTION/ PELARUTAN
BAGIAN DALAM SELANG
TUBE BAGIAN LUAR
SELANG
SET INFUS (SELANG)
Partikel
DEHP
From the Ministry of Health, Labour and Welfare (JAPAN)
Safety Information about Medical devices made of PVC
• (June 2000) The use of DEHP in food manufacturing gloves
• (September 2001) Guidance (anticancer agent, fat emulsion, such as multivitamins) according to the package insert for the drug containing the solubilizer
• (August 2002) Ban on the use of DEHP in toys and hose type containers for food manufacturing, infant to mouth
• (October 2002) That promote the transition to alternatives, "No. 182 Pharmaceuticals and Medical Devices Safety Information" is desired
• (March 2003) Publication infusion sets that do not contain DEHP, a list such as a catheter Alternate TOTM plasticizer is described as "non-DEHP"
TERUMO Academy Training Department 69
TSP: PVC bebas DEHP ( Di 2-ethylhexyl Phthalate)
DEHP adalah suatu zat kimia yang ditambahkan agar
plastik yang ada menjadi lentur.
Effek DEHP pada IV Set: pada obat tertentu akan terjadi
interaksi berupa absorption /adsorption/Elution.
DEHP yang biasa digunakan diganti dengan TOTM*
IV SET DEHP Free (TERUMO)
*Tris (2-Ethylhexyl) Trimellitate
HASIL PENELITIAN PADA TIKUS YANG DIBERIKAN DEHP
Ukuran testis mengecil Ukuran testis normal
Diberikan hormon Endokrin melalui infus
71 TERUMO Academy Training Department
13/1/2001 Berita dari NHK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KECEPATAN ALIRAN INFUS
TERUMO Academy Training Department 72
Kondisi pasien
Kondisi rute cairan infus
Kondisi botol infus
Jenis cairan infus
Posisi roler klem
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN ALIRAN INFUS (1)
TERUMO Academy Training Department 73
Kondisi Pasien
Kondisi vena (posisi tubuh)
Posisi ujung jarum/ kateter (ujung
jarum/ kateter menempel pada dinding
vena)
Cairan infus merembes
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN ALIRAN INFUS (2)
TERUMO Academy Training Department 74
Kondisi rute cairan infus Selang sambungan infus
terlepas
Selang tertekan atau tertekuk
Tinggi permukaan cairan
pada tiang
TINGGI TIANG INFUS
75 TERUMO Academy Training Department
Posisi Berdiri
Posisi Berbaring
Posisi kateter
Permukaan Cairan
Tinggi tempat penusukan dengan permukaan cairan infus harus 90-100 cm
90-100 cm
Pressure Equivalents
Head Height Water Pressure Mercury
2.7 inches 0.1 psi 5 mmHg
5.4 inches 0.2 psi 10 mmHg
13.5 inches 0.5 psi 25 mmHg
27 inches 1.0 psi 50 mmHg
36 inches 1.3 psi 67 mmHg
•Psi = pounds per square inch
•1 psi is the weight excerted by a column of water 27 inches high on one
square of area
•Mercury (Hg) is 13.6 times as heavy as water
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN ALIRAN INFUS (3)
TERUMO Academy Training Department 77
Kondisi Botol Infus
Jumlah cairan yang tersisa di
botol infus
Ada tidaknya jarum udara
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN ALIRAN INFUS (4)
Jenis Cairan Infus
• Konsentrasi atau
kepekatan cairan
• Walaupun jumlah
tetesan dan waktu
pemberian sama
jumlah cairan infus
yang keluar akan
berbeda
TERUMO Academy Training Department 78
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN ALIRAN INFUS (5)
TERUMO Academy Training Department 79
Posisi Roler Klem • Dekat dengan posisi pasien Mudah dirubah-rubah Mudah tertindih badan pasien
• Selang mudah tertarik sehingga lepas
• Resiko terjadi over dosis karena bolus
Perhitungan Kecepatan Aliran Cairan
Perhitungan kecepatan aliran tergantung dari
jenis tubing intra vena yang digunakan
Makrodrip : 20 tts/ml
Mikrodrip: 60 tts/ml
RUMUS
Jumlah cairan yang akan diberikan (ml) X 20 *)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- = ………… Tetes/menit Lamanya pemberian infus X 60 menit
*) Sesuai dengan set infus yang digunakan
1ml = 20 tetes
MENGHITUNG TETESAN INFUS
Menghitung CEPAT
Tetesan Infus :
Jumlah Cairan (ml)/hr X faktor tetes = tts/mnt
Lama pemberian (jam) X 60 menit
Cara Cepat : 1 ml = 20 tetes Jml cairan/jam/3
1 ml = 60 tetes Jml cairan/jam/1
TERUMO Academy Training Department 83
THEREE WAY STOP COCK
FITUR DAN STRUKTUR 3-WAY STOP COCK
84 TERUMO Academy Training Department
Pada saat menggunakan cap untuk 3-way stop cock harus menggunakan yang baru dan steril.
85 TERUMO Academy Training Department
3 KONDISI YANG MENYEBABKAN 3-WAY STOP COCK RUSAK
1. Bahan terbuat dari polycarbonate (PC), ABS, PMMA (acrylic).
2. Cairan infus atau obat-obatan yang mengandung alkohol, minyak (Emulsi lemak, obat anti kanker, diprivan, dll)
3. Obat yang dimasukan dengan dipaksa.
3-WAY STOP COCK HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN • Merupakan sumber terjadinya infeksi
(Catatan)
• 45-50% kontaminasi bakteri dari 3-way stop cock
(Guideline)
• Jangan menggunakan 3-way stop cock dengan infus kecuali di Ruang Operasi dan ICU ~Evidence based infection control Hospital Infection Control Association Nation University of Medicine
(Insiden report dalam penggunaan 3-way stop cock)
• Lupa membuka atau menutup 3-way stop cock
• Posisi 3-way tidak tepat
TERUMO Academy Training Department 86
Aman untuk staff Medis Needleless
Closed System Aman untuk Pasien
Meminimalkan resiko Needle stick injuries
Meminimalkan resiko CR - BSI
Silicone
rubber
Mekanisme Surplug Elastisitas dari silicone rubber memungkinkan
Port dari SurPlug terbuka & tertutup
なでるだけ
Bersihkan permukaan dengan alkohol swab, pegang pada bagian leher. Bersihkan dengan memutar sebanyak 3 kali
89 TERUMO Academy Training Department
MENDESINFEKSI TEMPAT PENUSUKAN SURPLUG
INSTRUKSI PADA KEMASAN PERINGATAN : Sebelum pengambilan darah atau penyuntikan harus mendesinfeksi dengan alkohol (povidone). Pencampuran alkohol dan povidone pada saat desinfeksi (meningkatkan resiko bakteri yang masuk)
Metode Cara Desinfeksi
Usap dengan alkohol swab.
Harus dipastikan melakukan desinfeksi sampai kering dengan sendirinya agar tidak terjadi kontaminasi
Setelah melakukan desinfeksi sambungkan dengan syringe atau selang infus
Bacterial
medium anaerobes fungus
PV Line 9 0 0 0 0
CV Line 9 0 0 0 0
PICC Line 2 0 0 0 0
total 20 0 0 0 0
Number of culture microbeNumberSurplug Positive
rate(%)
・Hematological internal medicine
・Number of case 20
Hematopoietic stem cell transplantation 7
Chemotherapy 7
Steroid therapy 2
・Period :Ave 3.5days(3~5Days)
・Number of access :Ave 9.3(3~20)、Max 20
<Result of bacterial cultivation ,after using SurPlug>
Operability and Safeness of using Surplug
Expert Nurse 18 (9) : 74-77 , 2002 Yukiko Kanda Fuchu Tokyo
municipal hospital
Reference
Reference
Vol.20 No.4 2005 273-274 Japanese Society of Environmental Infections
Bacterial Contamination of Three-Way Stopcock and Closed-type Infusion Device
Used in Central Venous Catheter.
(Saiseikai Yamaguchi General Hospital,Yamaguchi University Hospital )
- Patients who needed Multilumen central venous catheters.
- The bacterium mixing situation of the infusion set that had
been
used for 72 hours was confirmed.
3wsc
Group
SurePlug
Group
Sample 148 152
Bacterial
contamination
17
0
Rate
11.5%
0%
Bacterial Contamination of 3WSC Lumen
CHATETER RELATED-BLOOD STREAM INFECTION/ INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER
• Beberapa penyebab CR-BSI Teknik Aseptik pada saat insersi Manajemen selang infus Kebersihan tangan petugas Kimiawi Cara penutupan pada saat pemberian secara
intermiten.
• Ada beberapa macam teknik cara mengatasi CR-BSI • Akhir-akhir ini ada beberapa cara perawatan yang
berhubungan dengan CR-BSI
TERUMO Academy Training Department 92
PEMBERIAN TRANSFUSI DARI SELANG TRANSFUSI
• Pada prinsipnya pemberian darah harus dari satu selang • Jika sulit memastikan apakah vena masih dalam kondisi utuh dan
baik, lakukan hal dibawah ini : 1) Sebelum pemberian dan sesudah pemberian darah selang
harus dibilas dengan normal saline. 2) Sedapat mungkin menggunakan selang transfusi yang tidak
terlalu panjang. 3) Setelah pemberian transfusi selang harus diganti kurang dari
12 jam • Efek samping yang diakibatkan oleh obat :
1) Calsium → pembekuan darah 2) Glukosa → hemolisis, hemaglutinin 3) Antibiotik → perubahan warna, pembekuan darah 4) Non streroid, Anti Inflamatory → menghambat fungsi trombosit
TERUMO Academy Training Department 93
BAGIAN-BAGIAN DARI SURSHIELD SURFLO
94 TERUMO Academy Training Department
Hub Kateter
Kateter
Safety Cover
Jarum Hub Jarum Filter
Filter Penutup
• Pada saat mencabut jarum, secara otomatis ujung jarum tertup dengan safety cover sehingga mencegah resiko tertusuk jarum.
• Cara penggunaan surshield surflo dengan kateter intravena konvensional.
• Pada bagian dalam jarum terdapat alur khusus, yang merupakan ketepatan posisi kateter dalam vena (flash back baru)
MUDAH MEMASTIKAN KATETER MASUK VENA
• FLASH BACK BARU : menjamin ketepatan posisi kateter dalam vena
• Filter cap akan terlihat berwarna merah jika jarum masuk kedalam vena.
• Ujung kateter akan berwarna merah jika posisi kateter tepat didalam vena
95 TERUMO Academy Training Department
POINT 1 MEMBERI KEPASTIAN PENEMPATAN KATETER DI DALAM VENA
96 TERUMO Academy Training Department
Pada bagian hub jarum terdapat indikator yang memudahkan memastikan jarum masuk dalam vena
TERUMO Academy Training Department 97
POINT 2 KONDISI JARUM SUDAH TERLIHAT MERAH TETAPI KATETER BELUM MASUK KEDALAM VENA
Vena tertusuk oleh jarum, darah mengalir pada bagian filter cap, sedangkan bagian kateter belum masuk kedalam vena. Kondisi seperti ini kadang-kadang terjadi
Memastikan darah mengalir dengan melihat aliran darah kearah hub
POINT 3 KONDISI KATETER SUDAH BERADA DI DALAM VENA
TERUMO Academy Training Department 98
Ketika kateter masuk kedalam vena, pada bagian ujung kateter akan berwarna merah sehingga mudah untuk memastikan posisi kateter Indikator yang memastikan
kateter masuk kedalam vena
POINT 4 POSISI KATETER DIDALAM VENA, CABUT JARUM
TERUMO Academy Training Department 99
Pada saat mencabut jarum, safety pada ujung jarum akan tertutup secara otomatis
POINT 5 MENGHENTIKAN PERDARAHAN, MENCEGAH KATETER BERGERAK DENGAN MENEKAN BAGIAN HUB DAN MENARIK JARUM
TERUMO Academy Training Department 100
Jangan menarik jarum dengan posisi miring
Jangan menarik jarum tanpa memegang hub kateter, dapat menyebabkan kateter tertarik
Jangan menarik jarum dengan memutar dapat menyebabkan protector tip tertinggal didalam hub kateter
Posisi jari memegang hub
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT MEMBERIKAN PENJELASAN KE PASIEN
• Menggunakan kalimat yang mudah dimengerti oleh pasien. • Penjelasan yang harus disampaikan. • Perhatikan ekspresi wajah pasien. • Setelah menjelaskan, berikan kesempatan kepada pasien untuk
bertanya. • Jika tidak dapat menjawab pertanyaan pasien, koordinasikan
dengan dokter untuk memberikan penjelasan ulang. • Perawat harus memperhatikan penjelasan yang diberikan jangan
sampai membuat pasien cemas. • Setelah memberi penjelasan, minta pasien menandatangani
formulir informed consent. • Jika pasien tidak sadar atau tidak dapat menerima penjelasan serta
tidak dapat memberikan persetujuan, diwakilkan oleh keluarga.
Terumo Academy Training Department 101
Terumo Academy Training Department 102
PERSIAPAN PEMBERIAN CAIRAN INTRAVENA
1. Persiapan Administrasi ….
Order
2. Persiapan Pasien
3. Persiapan Alat
Terumo Academy Training Department 103
MENGECEK PROGRAM TERAPI
• Periksa 6 Benar dan ada/ tidak alergi
• Mencocokkan program terapi di status pasien, periksa 6 Benar, dan tanda tangan.
• Periksa ada/ tidak alergi, kontra indikasi :
• 6 BENAR 1. Benar Cairan 2. Benar Dosis 3. Benar Rute 4. Benar Waktu 5. Benar Pasien 6. Benar Tujuan
TERUMO Academy Training Department 104
DOUBLE CHECK
• Pengecekan program terapi harus dilakukan oleh minimal 2 orang atau lebih.
• Mencocokkan obat dengan instruksi dokter dan tujuan pengobatan.
TERUMO Academy Training Department 105
MENGECEK IDENTITAS PASIEN
• Minta pasien menyebutkan nama lengkap.
• Minta pasien memperlihatkan gelang pasien.
• Cocokkan identitas pasien dengan status pasien.
• Jika pasien tidak dapat ditanya, cocokkan nama ditempat tidur pasien dan konfirmasi dengan keluarga.
Terumo Academy Training Department 106
DATA PASIEN
• Ada/ tidak alergi obat-obatan, alergi lateks dan kontra indikasi tertentu.
• Pasien sudah kencing.
• Kondisi pasien memungkinkan untuk dipasang infus.
• Pasien harus memahami penjelasan yang diberikan oleh dokter dan perawat serta memberikan persetujuan pemasangan infus.
Terumo Academy Training Department 107
1. Gunakan ”feeling”, perabaan bukan penglihatan. Vena yang baik
adalah yang lurus teraba bulat, tetapi tidak selalu terlihat.
2. Gunakan kompres hangat dan gantungkan lengan agar vena terisi
dengan darah.
3. Gunakan torniquet atau lakukan kompresi dengan manset manometer
<10mmHg. Aliran arteri berlanjut dengan vasokonstriksi vena maksimal.
4. Jika pasien tidak alergi terhadap latex, gunakan torniquet latex agar
kongesti vena lebih baik.
5. Hindari area persendian
6. Awali menggunakan gauge yang terkecil
7. Dahulukan penggunaan area distal lebih dulu dengan pemakaian
gauge kateter yang terpendek dan terkecil untuk pemberian terapi IV
yang baik.
Menentukan Vena
• Keinginan pasien adalah hal yang utama. • Memilih pembuluh darah yang besar dan elastis. • Bagian dari tempat yang dikeluhkan pasien harus
dihindari. • Pilih tangan yang jarang digunakan oleh pasien. • Pilih daerah yang mudah dilakukan fiksasi. • Hindari daerah persendian. • Tingginya resiko phlebitis dan terjadinya thrombus,
hindari memasang infus di ekstermitas bawah. • Hindari melakukan penyuntikan didaerah yang sama
lebih dari 2 kali, pilihlah dari bagian tengah.
Terumo Academy Training Department 109
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMILIHAN VENA
PERSIAPAN ALAT
• Membersihkan baki dan trolley
• Cuci tangan dengan alkohol, lap baki dengan tissu alkohol selanjutnya lap trolley.
TERUMO Academy Training Department 110
PERSIAPAN ALAT
• Persiapan peralatan yang diperlukan • Siapkan peralatan yang diperlukan di atas
baki atau trolley yang sudah didesinfeksi 1 orang perawat dalam persiapan
menggunakan 1 buah baki • Cairan infus yang sudah di priming • Surshield Surflo • Alkohol swab • Dressing Film • Plester • Sarung tangan • Instruksi dokter • Tourniquet • Perlak pengalas • Bantal • Alkohol untuk mencuci tangan • Bengkok • Tempat boks jarum
TERUMO Academy Training Department 111
~ MELAKUKAN PRIMING ~
• Mengecek keamanan peralatan yang digunakan
• Tanggal kadaluarsa atau tanggal kesterilan alat.
• Periksa apakah packing basah, rusak, kotor atau terkontaminasi.
TERUMO Academy Training Department 112
~ MELAKUKAN PRIMING ~
• PRIMING 1) Buka set infus,
extension tube, taruh diatas baki yang sudah didesinfeksi, dekatkan klem dengan drip chamber dan tutup klem.
2) Sambungkan set infus dengan extension tube, pastikan sambungan kuat.
TERUMO Academy Training Department 113
~ MELAKUKAN PRIMING ~
3) Desinfeksi tempat penusukan dengan alkohol swab, perhatikan resiko terjadi “coaring” dari tempat penusukan.
4) Pastikan menusukan spike dengan baik ke kantong/ botol infus sehingga tidak mudah terlepas.
5) Tekan drip chamber perlahan-lahan sehingga terisi cairan infus 1/3~1/2 bagian.
TERUMO Academy Training Department 114
Tekan dengan pelan pelan
MELAKUKAN PRIMING
• Peralatan yang dibutuhkan
• Cairan infus
• Infus set (pilih berdasarkan cara pemberian, waktu, konsentrasi obat)
• Extention tube (jika diperlukan)
• Alkohol swab
• Sarung tangan
• Baki yang sudah didesinfeksi
TERUMO Academy Training Department 115
~ MELAKUKAN PRIMING ~
6) Buka klem perlahan-lahan, pegang ujung selang infus, alirkan cairan infus sampai ujung selang terisi cairan. Jangan mengisi selang sampai cairan keluar, agar mengurangi resiko kontaminasi.
7) Pastikan di selang tidak ada udara dan dibagian sambungan tidak ada rembesan, persiapan priming sudah selesai.
TERUMO Academy Training Department 116
Mengisi sampai bagian ujung selang
MENCEGAH UDARA MASUK DALAM ALIRAN INFUS (2)
• Cara Penggunaan Cairan yang digunakan harus dalam suhu ruangan. Sebaiknya jangan mencampurkan obat pada saat priming,
gunakan alat untuk mencampurkan obat. Bila tidak ada instruksi, pada saat pencampuran obat dengan
cairan infus sebaiknya cairan infus yang dicmpurkan tidak terlalu banyak.
(Ada kemungkinan udara tercampur didalam selang) Setelah melakukan priming, botol infus dan selang infus jangan
ditaruh dalam posisi miring. Jangan mengganti cairan infus ketika cairan infus di drip
chamber kosong. (Jika udara tercampur diselang, akan menyebabkan cairan infus sulit menetes)
TERUMO Academy Training Department 117
TERUMO Academy Training Department 118
Mengawali Insersi Intra Vena
MELAKUKAN HAND HYGIENE
• Hand Hygiene
• Sebelum melakukan prosedur lakukan hand hyigene.
TERUMO Academy Training Department 119
TERUMO Academy Training Department 120
HAND HYGIENE & MEMAKAI SARUNG TANGAN
• Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau alkohol. Selesai cuci tangan pakai sarung tangan (jika perlu kenakan masker).
Terumo Academy Training Department 121
MEMASANG TOURNIQUET
• Pasang tourniquet dibagian tengah dengan jarak 5-15cm dari lokasi penusukan.
• Jari tangan yang akan ditusuk menggengam, pastikan vena dan alirannya.
• Tourniquet, memudahkan melihat atau meraba vena
• Jika memasang tourniquet lebih dari 2 menit, harus dilepaskan dulu agar darah dapat mengalir.
Terumo Academy Training Department 122
MENDESINFEKSI AREA INSERSI
Mendesinfeksi daerah penusukan dengan alkohol swab dari arah tengah keluar searah jarum jam.
Terumo Academy Training Department 123
AMANKAN PEMBULUH DARAH &MELEPASKAN TOURNIQUET
• Tusukan ujung jarum dan pastikan darah mengalir pada filter cap .
• Lanjutkan menusukan jarum sampai bagian kateter berwarna merah. Hal ini menunjukan kateter sudah masuk pembuluh darah dan lanjutkan memasukan kateter. Surshield Surflo (Flash Back
tipe), Surflo Flash • Pastikan jarum tidak mengenai
saraf dan arteri. • Lepaskan tourniquet.
Terumo Academy Training Department 124
MEMPERTAHANKAN POSISI KATETER
Pegang kateter dan tarik sedikit jarum, sambil terus memasukan kateter
Terumo Academy Training Department 125
MENARIK JARUM
• Pegang bagian hub kateter dengan jari telunjuk dan tekan ujung kateter dengan jari tengah, agar darah tidak mengalir, tarik jarum perlahan-lahan.
• Pada saat menarik jarum secara otomatis protector tip akan tertutup.
Terumo Academy Training Department 126
MEMBUANG JARUM
• Setelah mencabut jarum masukan kedalam tempat sampah jarum, jangan lakukan re-cap.
Terumo Academy Training Department 127
MENYAMBUNGKAN SELANG INFUS
• Buka tutup ujung selang infus dan sambungkan ke kateter, pastikan sambungan kuat.
• Buka klem, pastikan infus menetes
• Periksa apakah cairan merebes keluar vena.
• Untuk mencegah darah mengental, “tekan selang infus (jangan terlalu kuat)”.
• Tarik selang infus, jangan sampai terlepas dan fiksasi dengan plester.
Terumo Academy Training Department 128
TERUMO Academy Training Department 129
MELAKUKAN DRESSING
1. Lepaskan kertas penutup sebagian 2. Tempelkan sebagian dressing film gunakan kedua tangan
4. Lepaskan plastik penutup dressing film 3. Tempelkan sebagian lagi dengan menggunakan satu tangan
FIKSASI
• Tempelkan dressing film antara tempat penusukan dan kateter.
• Untuk mencegah selang infus tertarik, selang infus dibuat “loop/ line” dan difiksasi dengan plester.
• Berikan label yang berisi tanggal dan jam penusukan, nomer IV kateter serta nama perawat yang melakukan penusukan.
Terumo Academy Training Department 130
MELEPAS SARUNG TANGAN & HAND HYGIENE
• Lepaskan sarung tangan dan segera mencuci tangan dengan alkohol.
Terumo Academy Training Department 131
MENGATUR KECEPATAN INFUS
• Kecepatan infus dipengaruhi oleh :
Tinggi cairan infus dan tempat penusukan akan mempengaruhi tetesan infus.
Ekstremitas yang tertekuk akan mempengaruhi tetesan infus.
Ujung kateter menyentuh dinding vena akan mempengaruhi tetesan infus.
Terumo Academy Training Department 132
TERUMO Academy Training Department 133
MELEPAS DRESSING FILM
Lepaskan dressing film sedikit, dengan tangan yang lain, tekan kateter dan tarik dressing secara pararel
Tarik dressing dengan satu tangan lainnya memegang kulit pasien. Lepaskan semua bagian dressing yang menempel pada kulit pasien.
TERUMO Academy Training Department 134
JANGAN MENARIK DRESSING FILM SEPERTI TAMPAK PADA GAMBAR, KARENA DAPAT MERUSAK KULIT PASIEN
Terumo Academy Training Department 135
KOMPLIKASI
136
KOMPLIKASI
LOKAL
Overload
Edema
Emboli
Sepsis
SISTEMIK
Plebitis
Infiltrasi
Ekstravasasi
Hematoma
137
Sumber potensial Kontaminasi
138
Phlebitis
Plebitis Bakterial
1. Prosedur yang kurang baik, pada
a. Saat cuci tangan
b. Desinfektans area insersi
c. Teknik aseptik
d. Pemantauan area insersi
2. Penempatan kateter intra vena terlalu lama
3. Penggunaan alat yang sudah kadaluarsa
4. Peralatan yang terkontaminasi sesaat sebelum insersi
Plebitis Kimiawi
1. Osmolaritas Cairan Infus
2. Adanya mikro partikel yang tidak larut
sempurna ketika membuat larutan obat
dari bentuk serbuk.
Plebitis Mekanik
1. Penempatan kateter intra vena yang tidak
tepat.
2. Ukuran kateter Intra Vena yang tidak sesuai
dengan vena
3. Metode penempatan kateter yang tidak baik
INS Visual Infusion Phlebitis (V.I.P.) Score,
2006 IV site appears healthy
No pain at IV site, no erythema,
No swelling
No palpable venous cord (all ages) 0
No signs of phlebitis
OBSERVE CANNULA
• Erythema at access site
• With or without pain 1 • Stop infusion if possible
• Identify additional resources
for management
• Remove IV if symptoms persist
• Erythema
• Pain at access site
• With or without edema 2
• Stop infusion if possible
• Identify additional resources
for management
• Remove IV if symptoms persist
• Erythema
• Pain at access site
• With or without edema
• Streak formation
• Palpable venous cord
3
• Stop infusion if possible
• Identify additional resources
for management
• Remove IV
• Notify primary service
• Erythema
• Pain at access site
• With or without edema
• Streak formation
• Palpable venous cord > 1 inch
• Purulent drainage
4 • Stop infusion and establish alternate
IV site
• Remove IV and culture site and catheter
tip
• Notify primary service
143
Komplikasi Lokal
Infiltrasi
Komplikasi lokal
144
Komplikasi Lokal
Ekstravasasi
Komplikasi Lokal
145
Komplikasi Lokal
Hematoma
Komplikasi Lokal
Terumo Academy Training Department 146
Anjuran Dan Larangan
Pada Terapi cairan yang diberikan
melalui Vena Perifer
(CDC GUIDELINE 2011)
147
• Hindari extremitas dengan edema hebat, luka bakar, atau
injuri; kasus seperti ini harus dipikirkan pemasangan IV kateter
di tempat lain.
•Hindari area selulitis, infeksi, karena berresiko terjadi
inokulasi jaringan yang lebih dalam atau aliran darah primer
terkontaminasi bakteri.
•Hindari extremitas dengan fistula; adalah lebih baik untuk
menempatkan IV pada ekstremitas yang lain karena adanya
perubahan dalam aliran pembuluh darah sekunder pada fistula.
DO NOT
148
• Hindari penggunaan jarum baja untuk pemberian cairan dan obat yang mungkin dapat menyebabkan nekrose jaringan atau extravasasi.
• Jangan gunakan antibiotik salep oles atau krim pada tempat kanulasi, kecuali untuk kateter dialisis, karena berpotensi meningkatkan infeksi jamur dan resistensi antimikroba.
DO NOT
149
Hindari area kanulasi kateter dari air atau percikan air. Mandi diperbolehkan jika tindakan pencegahan untuk mengurangi kemungkinan organisme masuk ke area kanulasi kateter dapat dilakukan (melindungi tempat kanulasi kateter dengan penutup kedap air saat mandi)
Hindari penggunaan profilaksis antimikroba sistemik secara rutin sebelum kanulasi atau selama penggunaan kateter intravena untuk mencegah kolonisasi kuman atau CRBSI
Jangan menyentuh area preparasi.
DO NOT
150
Hindari penggunakan cairan IV setelah tanggal kedaluwarsanya lewat , setiap cairan yang tampak keruh, berubah warna, atau dicampur dengan partikulat, atau cairan yang disegel dalam kemasan, telah dibuka atau dirusak.
Sebuah kemasan yang rusak tidak dapat menjamin sterilitas produk, meskipun semua pelindung masih berada di tempatnya. Cara terbaik adalah membuang set yang ditemukan tidak lagi orisinal, telah dibuka, atau kemasan yang rusak.
Hindari penggunaan IV Set yang mengandung PVC untuk pemberian nitroglycerin atau emulsi lemak. IV Set yang khusus /Spesifik diperlukan untuk pemberian infus tsb.
DO NOT
151
Cairan parenteral steril harus bebas dari microorganisme hidup dan relative bebas dari partikel and pyrogen.
Sebuah ruangan steril tempat meracik harus dibersihkan setiap hari dan dipisahkan dari operasional farmasi normal, spesimen pasien, perlengkapan yang tidak perlu, dan bahan lain yang menghasilkan partikel. Contoh - Arus lalu lintas harus diminimalkan.
- Lantai harus didesinfeksi secara berkala. - Sampah harus sering dibersihkan secara teratur.
DO NOT
152
Pendidikan, Pelatihan dan Staffing 1. Pendidikan bagi tenaga kesehatan tentang indikasi penggunaan kateter intravena, prosedur kanulasi yang tepat dan pemeliharaan kateter intravena, serta tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat terkait penggunaan kateter intravena. 2. Secara berkala lakukan penilaian, pemahaman dan kepatuhan terhadap pedoman pemasangan dan pemeliharaan bagi semua personel yang terlibat dalam kanulasi kateter intravena 3. Menetapkan hanya tenaga terlatih dan kompeten untuk melakukan kanulasi dan pemeliharaan kateter intravena perifer dan sentral.
DO ...
153
Kebersihan Tangan dan Teknik aseptik Lakukan prosedur cuci tangan, baik dengan menggunakan sabun dan air atau alkohol (ABHR). Cuci tangan harus dilakukan sebelum dan setelah meraba tempat kanulasi kateter serta sebelum dan setelah memasukkan, mengganti, mengakses, memperbaiki, atau membalut kateter intravena. Palpasi dari area kanulasi tidak boleh dilakukan setelah penerapan antiseptik, kecuali teknik aseptik dipertahankan 2. Menjaga teknik aseptik untuk prosedur kanulasi dan perawatan kateter intravena. Cabut kateter intravena perifer jika pasien menunjukkan tanda-tanda flebitis.
154
DO ...
Pemilihan Kateter intravena dan tempat kanulasi 1. Kateter Intravena Perifer dan Kateter “midline”. Pada orang dewasa, gunakan area ekstremitas atas-untuk kanulasi kateter. Ganti kateter intravena dari ekstremitas bawah ke arah lebih atas sesegera mungkin. 2. Pada pasien anak-anak, ekstremitas atas atau bawah atau kulit kepala (pada neonatus atau bayi muda) dapat digunakan sebagai tempat kanulasi kateter intravena. 3. Pilih kateter berdasarkan tujuan dan durasi penggunaan, pengetahuan akan komplikasi infeksi dan non-infeksi (misalnya, flebitis dan infiltrasi), dan pengalaman pribadi dari operator. 155
DO ...
5. Gunakan kateter midline atau periperally inserted central catheter (PICC), bukan kateter intravena, ketika kemungkinan lama terapi IV akan melebihi enam hari. 6. Mengevaluasi area kanulasi kateter setiap hari dengan palpasi untuk melihat keras lembutnya vena jika menggunakan transparan dressing. Kasa dan balutan tidak perlu diganti jika pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi. Jika didapatkan adanya “tenderness” setempat atau tanda-tanda lain dari kemungkinan CRBSI, kasa atau balutan harus diganti serta area kanulasi perlu diobservasi secara visual. 7. Cabut kateter intravena perifer jika pasien menunjukkan tanda-tanda flebitis (kehangatan, ada streak formation, eritema atau vena teraba mengeras), infeksi, atau kateter intravena tidak lagi berfungsi baik.
156
DO ...
Kebersihan Tangan dan Teknik aseptik 3.Kenakan sarung tangan bersih, bukan sarung tangan steril, untuk pemasangan kateter intravaskular perifer, jaga area kanulasi tidak tersentuh setelah penerapan tehnik aseptik pada kulit. 4. Pakailah sarung tangan baik bersih maupun steril ketika mengganti balutan kateter intravaskular.
157
DO ...
EVALUASI
• Observasi pasien setiap 1-2 jam untuk menentukan kondisi pemasangan dan status infusan. Ganti IV set tergantung kebijakan yang ditentukan atau berdasarkan kebutuhan.
• Observasi respon pasien terhadap IV terapi.
• Identifikasi hasil yang tidak diharapkan.
DO ...
PENCATATAN DAN PELAPORAN
• Pencatatan dan pelaporan insersi IV dan informasi tentang infus dan tempat insersi.
• Catat respon pasien terhadap infus IV dan pengkajian tempat pemasangan infus.
• Dokumentasikan penggunaan infusion pump.
• Laporkan hasil yang tidak diharapkan ke PJ atau dokter.
REKOMENDASI CDC
1. KATEGORI IA
Terumo Academy Training Department 160
TERIMA KASIH
Terumo Academy Training Department 161