inovasi teknologi pertanian · 2019. 1. 18. · 2 buletin inovasi teknologi pertanian, nomor 11...

69
ISSN-1907-9265 INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN Nomor 11 Tahun 2017

Upload: others

Post on 01-Aug-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

ISSN-1907-9265

INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN

Nomor 11 Tahun 2017

Page 2: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

PENANGGUNG JAWABKepala BPTP Sulawesi Selatan

WAKIL PENANGGUNG JAWABKasi. KSPP BPTP Sulawesi Selatan

DEWAN REDAKSIJermia Limbongan

SahardiBasir Nappu

Mathius SariubangAbdul Gaffar Tahir

Sunanto

REDAKSI PELAKSANAAmirullah

Jamaya HalifahDewi Mayanasari

Suriany

DESAIN/LAYOUTAwaluddin

Redaksi :Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 17.5 MakassarTelp. 0411-556 449, Fax. 0411-554 522

Email : website: http://www.sulsel.litbang.pertanian.go.id

[email protected]

BULETININOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN

Salam Redaksi,

Untuk edisi Nomor 11 Tahun 2017 ini BULETIN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN, semoga Rahmat dan

Hidayah-Nya menyertai terbitnya edisi ini. Edisi ini diharapkan hadir sebagai sumber informasi Peneliti bagi

petani dan pengguna lainya. Untuk edisi terbitan ini menyajikan berbagai informasi inovasi teknologi, antara

lain: Pengaruh Pemberian Berbagai Pupuk Hayati Terhadap Viabilitas Benih Kedelai, Uji Efektivitas Pupuk

NPK Pelangi 15-9-17 Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi pada Lahan Sawah Bukaan Baru di Sulawesi

Selatan, Peran Kelompok Tani dalam Ketahanan Pangan Pada Rumahtangga Petani Kecamatan Camba,

Kabupaten Maros dan beberapa informasi inovasi teknologi pertanian lainnya. Harapan kami, edisi ini dapat

menambah pengetahuan dan juga menjadi inspirasi bagi petani dan pengguna lainnya. Semoga sajian informasi

inovasi teknologi pertanian ini dapat memberi nuansa dan wawasan baru bagi pembaca. Kami sangat meng-

hargai setiap saran dan keritik yang disampaikan kepada redaksi untuk melengkapi dan menyempurnakan

Buletin ini. Terima kasih

Hormat

DEWAN REDAKS

Page 3: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

ISSN-1907-9265

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

Nomor 11, Tahun 2017

INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN

Page 4: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

ISSN-1907-9265

INOVASI TEKNOLOGI PERTANIANNomor 11 Tahun 2017

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI PUPUK HAYATI TERHADAP VIABILITASBENIH KEDELAIIdaryani dan Abdul Wahid Rauf ...................................................................... ....................... 1-8

UJI EFEKTIVITAS PUPUK NPK PELANGI 15-9-17 TERHADAP PERTUMBUHAN DANPRODUKSI PADI PADA LAHAN SAWAH BUKAAN BARU DI SULAWESI SELATANSahardi dan Nurlaila ............................................................................... ............................. 9-14

PERAN KELOMPOK TANI DALAM KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGAPETANI KECAMATAN CAMBA, KABUPATEN MAROS (Studi Kasus Lokasi Kegiatanm-P3MI SMARTD)Abdul Gafar Tahir dan Andi Faisal Suddin .......................................................................... 15-24

KAJIAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU TERHADAP PENINGKATANHASIL PADI SAWAH IRIGASI DI SULAWESI SELATANSuriany dan Maintang ............................................................................... ......................... 25-30

SIDIK LINTAS DALAM PENENTUAN KARAKTER YANG BERPENGARUHTERHADAP HASIL KEDELAI PADA LAHAN KERING MASAMAbdul Wahid Rauf dan Maintang ...................................................................... ................... 31-36

KAJIAN MUTU DAN PENDAPATAN USAHATANI PADA PERTANAMAN DENGANSISTEM BUDIDAYA KAKAO YANG BAIK DI SULAWESI SELATANMuhammad Thamrin, Ruchjaniningsih , dan S. J. Munarso ................................................ 37-42

ANALISA KARAKTERISTIK PERILAKU USAHATANI PERTANIAN CABAIDI SULAWESI SELATANAndi Faisal Suddin dan Yusmasari ................................................................... .................... 43-50

PEMANFAATAN TEPUNG JERAMI PADI DAN KEONG EMAS (Pomacea canaliculata)SEBAGAI CAMPURAN PAKAN ITIK SEDANG BERTUMBUHAndi Ella. A. Nurhayu dan D. Pasambe ............................................................... ................. 51-56

PENINGKATAN HASIL TANAMAN PADI MELALUI TEKNOLOGI JARWO SUPERDI SULAWESI SELATANIdaryani dan Muhammad Yasin ........................................................................ ................... 57-64

Page 5: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

Buletin Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi, Vol 1, Nomor 1, Juni 2017

Page 6: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

1Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI PUPUK HAYATITERHADAP VIABILITAS BENIH KEDELAI

Idaryani dan Abdul Wahid RaufBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi SelatanJalan Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang-Makassar

ABSTRACT

Fertilization is optimally required in the provision of adequate nutrition for seed crops(parent plants), because plant nutrients and growth environments affect the chemical com-position of the seeds produced, although genetic factors also play a role. The purpose ofthe activity is to know the effect of giving various biofertilizers to the viability of soybeanseeds. The study was conducted in July-October 2015. Soybean seeds used were seeds pro-duced from crops using biofertilizers: A = trichoderma, B = micorizha, C = silkworm waste,D = promi, E = livestock waste (biourine), and E = 100 kg ha-1 NPK Phonska (as control).The design used was Completely Randomized Design (RAL) with six treatments and repeatedfour times. The results showed that the weight of 100 seeds with the highest ai content of14% r was obtained on the seeds produced from plants using michoryzha biofertilizer, ie13.2 gr, the highest germination (DB) obtained from plants using michoriza biofertilizer thatis 85, 70%, the highest Vigor Index is obtained from the seeds produced from plants usingmichoryzha biofertilizer, ie 9.25 and the highest Growth Rate (KcT) obtained on the seedsproduced from the plants in the treatment of the use of Tricoderma bifertilizers ie 14.02%etmal-.1

Key words: biological fertilizer, soybean seed, viability

ABSTRAK

Pemupukan secara optimal diperlukan dalam rangka penyediaan nutrisi yang cukup bagitanaman penghasil benih (tanaman induk), sebab nutrisi tanaman dan lingkungan pertumbuhanberpengaruh terhadap komposisi kimia benih yang dihasilkan, walaupun faktor genetik jugaikut berperan. Tujuan kegiatan adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai pupukhayati terhadap viabilitas benih kedelai. Pengkajian dilakukan pada bulan Juli-Oktober 2015.Benih kedelai yang digunakan adalah benih yang dihasilkan dari pertanaman denganmenggunakan pupuk hayati : A = trichoderma, B = micorizha, C = limbah ulat sutera, D = promi,E = limbah ternak (biourine), dan E = 100 kg ha-1 NPK Phonska (sebagai kontrol). Rancanganyang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam macam perlakuan dandiulang sebanyak empat kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Berat 100 biji dengan kadarai 14%r tertinggi diperoleh pada benih yang dihasilkan dari tanaman yang menggunakan pupukhayati michoryzha, yaitu 13,2 gr, Daya Berkecambah (DB) tertinggi diperoleh dari tanamanyang menggunakan pupuk hayati michoriza yaitu 85,70%, Indeks Vigor tertinggi diperoleh daribenih yang dihasilkan dari tanaman yang menggunakan pupuk hayati michoryzha, yaitu 9,25dan Kecepatan Tumbuh (KcT) tertinggi diperoleh pada benih yang dihasilkan dari tanaman padaperlakuan penggunaan pupuk hayati Tricoderma yaitu 14,02% etmal -1.

Kata Kunci: pupuk hayati, benih kedelai, viabilitas

Page 7: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

PENDAHULUAN

Kedelai merupakan salah satu komodititanaman pangan yang penting di Indonesia.Komoditi ini banyak dikomsumsi oleh masyarakatkarena gizinya yang tinggi. Untuk memenuhikonsumsi dalam negeri, produksi perlu ditingkatkanantara lain dengan menggunakan benih bermutu.Mutu benih yang mencakup mutu fisik, fisiologis,dan genetik dipengaruhi oleh proses penanganannyadari produksi sampai akhir periode simpan. Prosesproduksi merupakan tahap awal dari prosespenanganan benih guna memperoleh benih mutu(Sadjad, 1997).

Faktor pembatas produksi kedelai di daerahtropis diantaranya adalah cepatnya kemunduranbenih selama penyimpanan hingga mengakibatkanberkurangnya persediaan benih kedelai yangbermutu tinggi. Pengadaan benih kedelai dalamjumlah yang memadai dan tepat pada waktunyasering menjadi kendala karena daya simpan yangrendah. Sementara itu, pengadaan benih bermututinggi merupakan unsur penting dalam upayapeningkatan produksi tanaman.

Kemunduran benih kedelai selama penyim-panan lebih cepat berlangsung dibandingkandengan benih tanaman padi atau jagung, sedangkankehilangan vigor benih yang cepat dapat menye-babkan penurunan perkecambahan benih. Benihyang mempunyai vigor rendah menyebabkan tana-man kurang optimal, terutama dalam kondisi tanahyang kurang ideal.

Sampai saat ini pemupukan masih merupakanpenambahan input terpenting untuk meningkatkanproduktivitas tanaman. Pupuk penting untuk mem-perkaya hara tanah dan meningkatkan produksitanaman, karena pada umumnya tanah pertaniantidak dapat menyediakan hara tanaman dalam waktuyang relatif cepat dan banyak, yang memungkinkandicapainya pertumbuhan optimum. Selain itu pupukjuga merupakan sumber nutrisi tanaman induk,dimana benih yang berasal dari tanaman vigor lebihtahan disimpan dibandingkan dengan yang berasaldari tanaman yang kurang vigor (Hernowo D. danSutardi, 2009).

Status vigor awal benih merupakan hasilinteraksi antara faktor genetik dan faktorlingkungan dimana benih dihasilkan. Salah satufaktor lingkungan yang perlu mendapat perhatiandalam menghasilkan vigor awal benih yang baik

yaitu memperhatikan tingkat kesuburan tanah.Tingkat kesuburan tanah yang optimum dapatdilakukan dengan pemberian pupuk untukmenunjang pertumbuhan tanaman penghasil benih.

Pemupukan secara optimal diperlukan dalamrangka penyediaan nutrisi yang cukup bagi tanamanpenghasil benih (tanaman induk), sebab nutrisitanaman dan lingkungan pertumbuhan berpengaruhterhadap komposisi kimia benih yang dihasilkan,walaupun faktor genetik juga ikut berperan. Benihyang dihasilkan dari tanaman induk yang vigor akanlebih tinggi vigornya dibandingkan dengan benihyang berasal dari tanaman induk yang kurang vigor(Risnawati , 2010).

Penggunaan pupuk anorganik secara terusmenerus dapat menurunkan produktivitas tanahdengan cepat, karena bahan tersebut mudah hilangakibat diserap tanaman, terbawa air permukaandan penguapan. Masalah yang sering terjadi bagipetani sekarang ini adalah kelangkaan dan semakintingginya harga pupuk an-organik di pasaran.Sehingga diperlukan upaya untuk mengurangi biayaproduksi, dengan mengurangi penggunaan pupukan-organik dan menggunakan pupuk organikataupun pupuk hayati.

Pupuk hayati adalah sebuah komponen yangmengandung mikroorganisme hidup yang diberikanke dalam tanah sebagai inokulan untuk membantumenyediakan unsur hara tertentu bagi tanaman.Pupuk hayati adalah substansi yang mengandungmikroorganisme hidup, yang ketika diaplikasikankepada benih, permukaan tanaman, atau tanahdapat memacu pertumbuhan tanaman. MenurutPermentan (2009) pupuk hayati adalah produkbiologi aktif terdiri dari mikroba yang dapat mening-katkan efisiensi pemupukan, kesuburan, dan kese-hatan tanah.

Kandungan pupuk hayati adalah mikro-organisme yang memiliki peranan positif bagitanaman. Kelompok mikroba yang sering digu-nakan adalah mikroba-mikroba yang menambat Ndari udara, mikroba yang melarutkan hara (ter-utama P dan K), mikroba-mikroba yang merang-sang pertumbuhan tanaman (Wahyuni et all.,2009).

Berdasarkan hal tersebut maka dilakukanpenelitian dengan tujuan untuk mengetahui peng-aruh pemberian berbagai pupuk hayati terhadapviabilitas benih kedelai.

Page 8: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

3Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

METODOLOGI

Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampaidengan Oktober 2015. Benih kedelai yang digu-nakan adalah kedelai varietas Argomulyo yangberasal dari UPBS BPTP Sulawesi Selatan yangmerupakan hasil pengkajian penggunaan 5 jenispupuk hayati dan pemberian pupuk an-organik(tanpa pupuk hayati) pada tanaman kedelai yangtelah dilakukan sebelumnya. Adapun benih kedelaiyang digunakan adalah benih yang dihasilkandengan menggunakan pupuk hayati: A =trichoderma, B = micorizha, C = limbah ulat sutera,D = promi, E = limbah ternak (biourine), dan F =100 kg ha-1 NPK Phonska (sebagai kontrol). Ran-cangan yang digunakan adalah Rancangan AcakLengkap (RAL dengan enam macam perlakuandan diulang sebanyak empat kali.

Pengamatan dilakukan terhadap kualitasbenih, meliputi : berat 100 biji, daya tumbuh, indeksvigor, dan kecepatan tumbuh. Pengujian daya berke-cambah, indeks vigor, dan kecepatan tumbuh dila-kukan dengan menggunakan uji antar kertas (be-tween paper) menggunakan kertas CD yang telahdivalidasi, dikecambahkan di germinator pada suhu25OC. Pengamatan dan perhitungan untuk kecam-bah normal pada pengujian daya berkecambahdilakukan pada hari ke-7 dan 14 (ISTA, 2010).Untuk pengujian vigor pengamatan dan perhitungandilakukan setiap hari sampai hari ke-14. Pengujiandaya berkecambah dan indeks vigor masing-masingmenggunakan 50 benih dengan empat ulangan.

Daya Berkecambah (DB) dihitung denganmenggunakan rumas:

DB = KN I- KN II Total Benih yang diuji X 100%

Keterangan:

DB = Daya Berkecambah

KN I = Jumlah kecambah normal pada peng-amatan pertama (hari ke-7)

KN II = Jumlah kecambah normal pada peng-amatan kedua (hari ke-14)

Indeks Vigor (IV) dihitung dengan meng-gunakan rumus:

IV = KN ITotal Benih yang diuji X100%

Keterangan:

IV = Indeks Vigor

KN 1 = Jumlah kecambah normal pada pertama(hari ke-7)

Kecepatan Tumbuh (KcT) dihitung denganmenggunakan rumus :

Kct= dnk=0

Keterangan:

KcT = Kecepatan tumbuh benih

D = Tambahan prosentase kecambah normaltiap 24 jam

Data hasil penelitian dianalisis dengan meng-gunakan sidik ragam dengan taraf 5%. Apabilaterdapat beda nyata antar perlakuan dilakukan ujilanjutan dengan uji jarak berganda Duncan dengantaraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sidik ragam dilakukan untuk mengetahuipengaruh perlakuan terhadap parameter yangdiamati. Hasil sidik ragam ini menghasilkan nilaiketepatan suatu percobaan yaitu nilai koefisienkeragaman (KK). Menurut Gomez dan Gomez(1995) nilai KK menunjukan tingkat ketepatanperlakuan dalam suatu percobaan dan menun-jukkan pengaruh lingkungan dan faktor lain yangtidak dapat dikendalikan dalam suatu percobaan.Nilai KK hasil analisis sidik ragam secara umummasih dapat ditolerir yaitu dibawah 20 %.

Hasil rekapitulasi sidik ragam menunjukkanbahwa benih yang dihasilkan dari aplikasi pupukhayati yang berbeda berpengaruh nyata terhadapvariabel daya berkecambah benih, indeks vigor dankecepatan tumbuh benih tapi tidak berpengaruhnyata terhadap bobot 100 butir.

Tabel 1. Rekapitulasi pengaruh pemberian pupukhayati yang berbeda terhadap viabilitasbenih kedelai

Keterangan : * = nyata pada taraf 5%** = sangat nyata pada taraf 5%tn = tidak nyata pada taraf 5%

Variabel Perlakuan Koefisien Keragaman (%)

Berat 100 biji pada kadar air 14% tn 4,64

Daya Berkecambah * 11,03

Indeks Vigor * 7,2

Kecepatan Tumbuh * 9,23

Page 9: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

4 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

- Berat 100 biji pada kadar air 14%

Bobot 100 biji merupakan salah satu param-eter untuk menentukan kualitas benih suatuvarietas, jika 2 kelompok benih dengan jumlah yangsama, yakni 100 bijir, namun salah satu kelompokbenih lebih berat, ini berarti bahwa ukuran dari salahsatu kelompok benih lebih besar dari kelompoklainnya.

Hasil pengamatan terhadap berat 100 bijipada kadar air 14% dapat dilihat pada tabeldibawah ini. Perbedaan jenis pupuk hayati yangdigunakan tidak memberikan pengaruh yang nyataterhadap berat 100 biji pada kadar air 14%. Bobot100 biji tertinggi diperoleh pada benih yang dihasilkandengan menggunakan pupuk hayati michoryzhaatau perlakuan B, yaitu 13,2 gr diikuti oleh perlakuanA atau yang menggunakan pupuk hayatitrichoderma yaitu 13,0 gr. Sedangkan berat 100biji pada kadar air 14% yang terendah diperolehpada perlakuan dengan menggunakan limbahternak (biourine) atau perlakuan E, yaitu 12,7 gr.

Perbedaan tersebut diduga disebabkan diantaranya adalah faktor lingkungan, termasuk ling-kungan tempat tumbuh tanaman. Pemberian inputyang berbeda pada tanaman akan memberikanrespon yang berbeda oleh tanaman tersebut. Pupukhayati michorhyza merupakan kelompok jamur yangbersimbiosis dengan berbagai tanaman. Jamur inidapat memfasilitasi penyediaan unsur hara bagitanaman terutama terhadap agregasi tanah melaluimiselai jamur yang dilapisi oleh zat berlendir sehinggamenyebabkan partikel-partikel tanah melekat satusama lain (Sudikarta dan Simanungkalit, 2006).

Michoriza mampu menyerap P dari sumber-sumber mineral P yang sukar larut karena meng-hasilkan asam-asam organik dan enzym fosfatase.Tanaman yang mengandung michoriza dapatmenyerap P dalam jumlah yang besar dibandingtanaman yang tidak mengandung michoriza,khususnya tanah yang miskin P. Prinsip kerja darimichoriza adalah menginfeksi sistem perakarantanaman inang, memproduksi jalinan hifa secaraintensif sehingga tanaman yang mengandungmichoriza tersebut akan mampu meningkatkankapasitas dalam penyerapan unsur hara (Iskandar,2010), sehingga dapat meningkatkan kualitas benihyang berasal dari tanaman tersebut.

Tabel 3. Berat 100 biji kedelai kadar air 14% padapemberian beberapa pupuk hayati

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yangsama pada kolom yang sama berarti tidakberbeda nyata menurut Uji Duncan(DMRT) pada taraf 5%

- Daya berkecambah (DB)

Daya tumbuh benih atau daya berkecambah(DB) merupakan salah satu unsur untuk menge-tahui kualitas benih. Data pengamatan DB benihkedelai dan hasil analisis statistik menunjukkanbahwa pemberian pupuk hayati yang berbeda ber-pengaruh nyata terhadap daya berkecambah benihyang dihasilkan. DB benih yang dihasilkan padaperlakuan penggunaan pupuk hayati michorizamemberikan hasil yang lebih tinggi yaitu 89,70%,sedangkan DB yang terendah diperoleh padaperlakuan pemberian pupuk anorganik (NPKphonska) yaitu 82,95%.

Tingginya DB yang dihasilkan padaperlakuan pupuk hayati michoriza didugadisebabkan karena salah satu fungsi dari jamur padamicoriza yaitu dapat secara efektif meningkatkanpenyerapan unsur hara baik unsur hara makromaupun unsur hara mikro. Selain itu akar yangmengandung micoriza dapat menyerap unsur haradalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagitanaman. Dengan demikian maka tanaman yangdihasilkan lebih vigor yang otomatis menghasilkanbenih yang baik pula.

Tingginya DB juga didukung oleh tingginyaindeks vigor. Indeks vigor merupakan indikator yangmenunjukkan kecepatan dan keserempakan benihberkecambah. Nilai indeks vigor yang besarmenandakan benih yang berkecambah secaraserenpak pada awal perkecambahan tinggi. Padaawal penyimpanan vigor benih dari semua per-lakuan relatif tinggi, karena benih kedelai tidakmengalami dormansi.

Perlakuan Berat 100 biji kedelai kadar air 14% (gr)

A = Trichoderma 13,2

B = Michoriza 13,4

C = Limbah ulat sutera 13,2

D = Promi 13,0

E = Limbah ternak (biourine) 13,0

F = 100 kg ha-1 NPK Phonska (sebagai kontrol) 12,7

Page 10: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

5Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

Pada perlakuan pemberian pupuk hayatimichoriza memilki vigor >80%, hal ini disebabkankarena pupuk hayati tersebut dapat meningkatkankandungan nitrogen yang ada pada benih. Hal inisesuai pendapat Saenong et al. (2007) bahwa vigorbenih jagung juga dipengaruhi oleh pemberianpupuk N dan vigor benih meningkat sejalan denganmeningkatnya takaran pemupukan N. PemupukanN meningkatkan bobot benih, sehingga dayakecambah dan kekuatan tumbuh meningkat. Tana-man yang defisiensi P dan K akan menghasilkanbenih yang tidak dapat berkecambah dengan baik,selain itu unsur P meningkatkan kandungan pro-tein dan bobot biji yang selanjutnya meningkatkanvigor. Perlakuan pemupukan dengan menggunakanpupuk hayati michoriza memberikan kemampuanberkecambah yang sangat besar terhadap benih.

Tabel 4. Daya Berkecambah (DB) pada pem-berian beberapa pupuk hayati

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf yangsama pada kolom yang sama berartitidak berbeda nyata menurut UjiDuncan (DMRT) pada taraf 5%

- Indeks Vigor (IV)

Vigor benih merupakan kemampuan benihuntuk mampu tumbuh normal pada kondisi subop-timum. Vigor benih menjadi dua yaitu vigorkekuatan tumbuh dan vigor daya simpan. Keduanyamerupakan parameter viabilitas yang dapatmencerminkan kondisi vigor benih.

Menurut Copeland dan Mc Donald (2004)faktor-faktor yang mempengaruhi vigor benihadalah kondisi lingkungan selama perkembanganbenih, kondisi genetik benih, dan lingkungan pe-nyimpanan. Faktor genetik meliputi tingkatkekerasan benih, vigor tanaman

induk, daya tahan terhadap kerusakan mekanik, dankomposisi kimia benih. Faktor lingkungan perkem-bangan benih meliputi kelembaban, kesuburantanah, dan pemanenan benih. Faktor penyimpananbenih meliputi waktu penyimpanan, dan lingkunganpenyimpanan (suhu, kelembaban, dan persediaanoksigen).

Benih memiliki vigor jika benih mampumenumbuhkan tanaman normal, meski kondisi alamtidak optimum atau sub optimum. Benih yang vigorakan menghasilkan produk di atas normal kalauditumbuhkan pada kondisi optimum. Hasil penga-matan pengaruh beberapa pupuk hayati memberikanpengaruh yang nyata terhadap Indeks Vigor. IndeksVigor tertinggi diperoleh pada perlakuan penggunaanpupuk hayati Michoriza, yaitu 9,25% dan yangterendah diperoleh pada perlakuan penggunaanpupuk NPK phonska yaitu 2,92%.

Tabel 5. Indeks Vigor (IV) pada pemberianbeberapa pupuk hayati

Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yangsama pada kolom yang sama berartitidak berbeda nyata menurut Uji Duncan(DMRT) pada taraf 5%

- Kecepatan Tumbuh (KcT)

Kecepatan tumbuh merupakan cerminanjumlah benih normal yang tumbuh setiap hari. KTyang lebih rendah menunjukkan lambatnya per-tumbuhan kecambah dan lemahnya vigor kekuatantumbuh. Sebaliknya KcT yang tinggi menunjukkanbahwa benih yang dihasilkan memiliki vigor ataukekuatan tumbuh yang tinggi pula.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwapenggunaan pupuk hayati yang berbeda membe-rikan pengaruh yang nyata terhadap KcT. KcTtertinggi diperoleh pada benih hasil penggunaan

Perlakuan Daya Berkecambah (%)

A = Trichoderma 83,91 a

B = Michoriza 85,70 a

C = Limbah ulat sutera 84,56 a

D = Promi 82,78 b

E = Limbah ternak (biourine) 80,25 b

F = 100 kg ha-1 NPK Phonska (sebagai kontrol)

80,95 b

Perlakuan Daya Berkecambah (%)

A = Trichoderma 6,91 b

B = Michoriza 9,25 a

C = Limbah ulat sutera 5,16 b

D = Promi 3,08 c

E = Limbah ternak (biourine) 5,35 b

F = 100 kg ha-1 NPK Phonska (sebagai kontrol)

2,92 c

Page 11: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

6 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

pupuk hayati Tricoderma yaitu 14,02% etmal-1,sedangkan yang terendah diperoleh dari benih yangdihasilkan dengan menggunakan pupuk limbahternak (biourine) yaitu 11,89% etmal-1.

Pertumbuhan dan perkembangan tanamansalah satunya dipicu oleh fitohormon yang di-hasilkan baik dari mikroba tanah maupun mikrobapupuk hayati. Fitohormon yang berasal dariinokulan berperan meregulasi pertumbuhan bibit.Pertumbuhan dan perkembangan tanamanmerupakan proses yang sangat kompleks dan rumit.Kedua proses ini bergantung antara lain padaberbagai hormon yang telah diidentifikasi sebagaiIAA, giberelin, sitokinin, etilen dan asam absisat.Walaupun hormon di atas memiliki fungsi tertentu,pertumbuhan dan perkembangan tanamanmerupakan hasil interaksi aktivitas kelima hormondiatas (Teiz and Zeiger dalam Hindersah danSimamarta, 2004).

Adanya penambahan unsur hara dari penam-bahan inokulan mikroba juga meningkatkan unsurhara di dalam tanah. Terutama unsur N, P dan Kyang dihasilkan mikroba tersebut, yang kemudiandiserap oleh tanaman dan digunakan untuk prosesmetabolisme di dalam tanaman tersebut. Suplai harayang cukup membantu terjadinya proses foto-sintesis dalam tanaman menghasilkan senyawaorganik yang akan diubah dalam bentuk ATP saatberlangsungnya respirasi, selanjutnya ATP inidigunakan untuk membantu pertumbuhan tanaman(Meirina, 2011).

Tabel 6. Kecepatan Tumbuh (KcT) pada pem-berian beberapa pupuk hayati

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf yangsama pada kolom yang sama berartitidak berbeda nyata menurut UjiDuncan (DMRT) pada taraf 5%

KESIMPULAN

1. Pemberian pupuk hayati Michoriza padatanaman kedelai menghasilkan benih denganbobot 100 butir, daya berkecambah dan indeksvigor yang tertinggi dibanding perlakuanlainnya, yaitu 13,4 gr, 85,70% dan 40,25 %

2. Pemberian pupuk hayati trichoderma padatanaman kedelai menghasilkan benih dengankecepatan tumbuh yang tertinggi dibandingperlakuan lainnya, yaitu 14,02 etmal-1

DAFTAR PUSTAKA

Copeland. L.O. and M.B. Mc. Donald. 2004. Prin-ciples of Seed Science and Technology.Burgess Publishing Company. New York.369 p.

Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1995. ProsedurStatistika untuk Penelitian Pertanian (diter-jemahkan dari : Statistical Prosedur for Agri-cultural Research, penerjemah : E. Sjamsudindan J.S. Baharsjah). Penerbit UniversitasIndonesia. Jakarta. 698 hlm.

Hernowo D dan Sutardi., 2009. Pengaruh VigorBenih Terhadap Vigor Tanaman di Lapangdan Daya Simpan Benih Jagung. PeningkatanProduksi Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Mendukung Kemandirian Pangan.

Hindersah, R. dan Simarmata T. 2004. Potensirizobakteri Azotobacter dalam mening-katkan kesehatan tanah. J. Natur Indones5 (2): 127-133.

Iskandar, D. 2001. Pupuk Hayati Mikoriza UntukPertumbuhan dan Adaptasi Tanaman diLahan Marginal. Universitas Lampung,Lampung.

ISTA, 2010. International Rules for Seed Testing.Edition 2010. International Seed Testing As-sociation (ISTA). Zurichstr. 50 Ch-8303Bassersdorf, Switzerland

Meirina, T. 2011. Ukuran Stomata Daun Kedelai(Glycine max (L.) Merril) pada Pagi, Siangdan Sore Hari. Laporan Kerja Praktek.Universitas Diponegoro, Semarang

Perlakuan Kecepatan Tumbuh (etmal-1)

A = Trichoderma 14,02 a

B = Michoriza 13,86 a

C = Limbah ulat sutera 12,75 a

D = Promi 12,73 a

E = Limbah ternak (biourine) 11,89 b

F = 100 kg ha-1 NPK Phonska (sebagai kontrol)

12,43 a

Page 12: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

7Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

PERMENTAN. 2009. Peraturan Menteri Per-tanian Republik Indonesia tentang PupukOrganik, Pupuk Hayati dan PembenahTanah. No 28/ Permentan/ SR. 130/5/2009.

Risnawati, 2010, Pengaruh Pemberian Pupuk Ureadan Beberapa Formula Pupuk Hayati Rhizo-bium TerhadapPertumbuhan dan HasilKedelai (Glycine max (L.) Merril) di TanahMasam Ultisol, Skripsi, Fakultas Sains danTeknologi, Universitas Islam Maulana MalikIbrahim, Malang

Saenong, S, M Azrai, Ramlan Arief dan Rahmawati.2007. Pengelolaan benih jagung. Dalam:Jagung: Teknik Produksi dan Pengem-bangannya, 145-175. Balai PenelitianTanaman Serealia Maros. Badan Litbang

Pertanian. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/ lengkap/bpp10239.pdf. Diakses tanggal15 Mei 2017.

Sadjad, S. 1997. Dasar-Dasar Teknologi Benih.Institut Pertanian Bogor (IPB). 216 hal

Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006. Pupuk organikdan Pupuk Organik Hayati. Balai BesarPenelitian dan Pengembangan SumberdayaLahan Pertanian. Bogor.

Wahyuni, S. T., Titiek , I., Husni, T. S., dan Budi, H.,2009, Pengaruh Pupuk Hayati Petrobiodan Pupuk N,P,K pada Pertumbuhan AwalTanaman Jarak Pagar (Jatropha curcasL.), Fakultas Pertanian Jurusan BudidayaPertanian, Universitas Brawijaya, Malang.

Page 13: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

8 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

Page 14: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

9Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

ABSTRACT

The opening of new paddy fields is one of the efforts to increase rice production in a sustainablemanner to achieve national food security. The opening of new paddy fields is often faced with lowsoil nutrient problems that cause productivity is not optimal. Therefore, on newly opened paddyfields, additional nutrient from the outside is needed in the form of fertilizer. The low productivityof new open paddy fields can be improved by integrated nutrient management through the additionof inorganic fertilizers such as N, P and K. The research was conducted in Gowa district whichlasted from January to May 2015. This study aims to determine the effectiveness of NPK Pelangi15-9-17 fertilizer on the growth and production of rice crops. The study used randomized blockdesign (RAK) 3 replications with 8 treatments. The results showed that all fertilization treatmentsshowed excellent growth with number of productive tillers ranging from 26.0 to 37.33 stems /clumps. The treatment of P7 (300 kg / ha NPK Pelangi 15-9-17 + 200 kg / ha Urea), gives thehighest production and income, which is 10.67 GKP / ha with income Rp. 27,999,999, while control(without fertilizer) gives only 3.03 t / ha GKP, with income Rp. 3,777,000

Keywords: NPK Pelangi 15-9-17, production, new open rice field

ABSTRAK

Pembukaan lahan sawah baru adalah salah satu upaya meningkatkan produksi beras secaraberkelanjutan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Pembukaan lahan sawah barusering dihadapkan pada masalah kandungan hara tanah yang rendah yang menyebabkanproduktifitas tidak optimal. Karena itu pada lahan sawah bukaan baru diperlukan tambahanhara dari luar dalam bentuk pupuk. Rendahnya produktifitas pada lahan-lahan sawah bukaanbaru dapat ditingkatkan dengan pengelolaan hara terpadu melalui penambahan pupuk anorganikseperti N, P dan K. Penelitian laksanakan di Kab. Gowa yang berlangsung dari bulan Januari-Mei 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pupuk NPK Pelangi 15-9-17terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi. Penelitian menggunakan rancangan acakkelompok (RAK) 3 ulangan dengan 8 perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan semua perlakuanpemupukan memperlihatkan pertumbuhan yang sangat baik dengan jumlah anakan produktifberkisar 26,0 – 37,33 batang/rumpun. Perlakuan P7 ( 300 kg/ha NPK Pelangi 15-9-17 + 200 kg/ha Urea), memberikan produksi dan pendapatan tertinggi, yaitu 10,67 GKP/ha dengan pendapatanRp. 27.999.999, sedang control (tanpa pupuk) meberikan hasil hanya 3,03 t/ha GKP, denganpendapatan Rp. 3.777.000

Kata kunci : NPK Pelangi 15-9-17 , produksi, lahan sawah bukaan baru

UJI EFEKTIVITAS PUPUK NPK PELANGI 15-9-17 TERHADAPPERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN SAWAH

BUKAAN BARU DI SULAWESI SELATAN

Sahardi dan NurlailaBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang-Makassar [email protected]

Page 15: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

10 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

PENDAHULUAN

Padi (Oryza sativa L.) masih merupakantanaman terpenting di Indonesia, yang perminta-annya setiap tahun mengalami peningkatan(Wibowo, 2000). Sementara itu, areal pertanianyang ada terus berkurang, sehingga pembukaanareal lahan baru perlu ditingkatkan (Handayani,2001). Seiring dengan meningkatnya jumlahpenduduk dan kebutuhan pangan nasional, semakinmeningkat pula kebutuhan lahan untuk pengem-bangan pertanian. Di sisi lain, semakin terbatasnyacadangan lahan pertanian subur, sehingga untukmemenuhi kebutuhan pangan nasional harusmemanfaatkan lahan sub optimal. Lahan sub opti-mal adalah lahan yang secara alamiah mempunyaiproduktivitas rendah karena faktor internal maupunfaktor eksternal.

Produksi padi nasional tidak cukup jika hanyadipasok dari lahan-lahan subur saja, mengingatperkembangan penduduk yang masih sangat besar(1.5%), sementara produksi pertanian belummencukupi untuk mengimbangi jumlah per-tambahan penduduk (Alihamsyah dan Ar-Riza,2004). Penurunan kapasitas produksi padi terbesarkarena adanya konversi lahan, data DepartemenPertanian menunjukkan bahwa laju konversi lahansawah ke bukan sawah seluas 187.720 ha/tahun,dengan rincian dari sawah ke non pertaniansebanyak 110.164 ha/tahun dan dari sawah kepertanian lainnya seluas 77.556 ha/tahun(Departemen Pertanian, 2009).

Oleh sebab itu upaya peningkatan produksiberas terus dilakukan dengan memanfaatkan lahansub optimal yang punya potensi sangat besar. Salahsatu usaha yang dilakukan adalah pencetakansawah baru. Peningkatan produksi padi pada lahansub optimal masih dimungkinkan untuk dipacu, karenahingga saat ini rata-rata produksi padi yang dicapaiditingkat petani masih dibawah potensi hasilpenelitian. Kondisi demikian menunjukkan adanyapotensi peningkatan produktivitas melalui peman-tapan penerapan paket teknologi yang sesuai dengananjuran. Salah satu usaha peningkatan produktivitaspadi adalah dengan peningkatan mutu intensifikasi(PMI), yang salah satu komponennya adalahpemupukan berimbang (Hasmeda, M., R.A.Suwignyo, H.A.Situmorang, 2013).

Tanah sebagai media tumbuh tanamanmengandung unsur hara essensial untuk kebutuhan

tanaman dalam jumlah dan tingkat kecukupansesuai dengan karakteristik tanah dan keperluanoptimal tanaman. Karena itu pada tanah yang ke-kurangan hara diperlukan tambahan hara dari luardalam bentuk pupuk.

Kendala utama pada sawah bukaan baruadalah kandungan bahan organik rendah, miskin haradan sumber hara, kandungan fosfat rendah, keje-nuhan Al tergolong tinggi, kapasitas tukar kationrendah. Dari beberapa kendala tersebut, rendahnyakadar fosfat dalam tanah merupakan kendala yangpaling mengkhawatirkan. Rendahnya kadar fosfatdalam tanah dapat disebabkan oleh tingginya retensifosfat ataupun disebabkan kandungan fosfat daribahan induk tanahnya rendah. Pemupukan NPK danbahan organic perlu dilakukan untuk meningkatkankadar hara dalam tanah dan kapasitas tukar kation(Prasetyo, B.H., 2006).

Salah satu produk pupuk yang akan diujiadalah pupuk NPK Pelangi yang merupakan pupukmajemuk yang diproduksi oleh PT. PupukKalimantan Timur. Pupuk ini akan diuji pada tanamanpadi sawah, yang merupakan komoditas unggulanyang memiliki potensi dan peluang pengembanganyang besar di Indonesia dan Sulawesi Selatan padakhususnya yang bertujuan untuk mengetahuiefektivitas pupuk NPK Pelangi 15-9-17 tehadap per-tumbuhan dan produksi tanaman padi di SulawesiSelatan.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Kegiatan pengujian dilaksanakan pada lahanpertanaman padi di Kabupaten Gowa Berlangsungpada musim tanam yaitu Januari – Mei 2015

Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam ke-giatan ini adalah benih padi varietas unggul baru(INPARI 30) , pupuk organik, NPK Pelangi 15-9-17, pestisida, herbisida, sprayer, meteran, timbangan,label, traktor, cangkul, dll.

Metode Pengujian

Desain penelitian dirancang berdasarkanRancangan Acak Kelompok (RAK) 3 ulangandengan 8 perlakuan, dengan ukuran 4 x 5 m.Susunan perlakuan adalah sebagai berikut:

Page 16: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

11Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

1. P0 = Tanpa NPK (kontrol)2. P1 = 300 kg NPK 15-15-15 + 200 kg Urea/ha

(Rekomendasi setempat/Kontrol)3. P2 = 300 kg NPK 15-9-17 + 200 kg Urea +

500 kg Z-Organik4. P3 = 150 kg NPK 15-9-17/ha + 200 kg Urea/ha5. P4 = 300 kg NPK 15-9-17/ha + 200 kg Urea/ha6. P5 = 450 kg NPK 15-9-17/ha + 200 kg Urea/ha7. P6 = 600 kg NPK 15-9-17/ha + 200 kg Urea/ha8. P7 = 750 kg NPK 15-9-17/ha + 200 kg Urea/ha

Prosedur Pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan kegiatan adalahsebagai berikut:- Persiapan: pengambilan contoh tanah kom-

posit dilakukan sebelum penelitian.Selanjutnya dilakukan analisis tanah awal dilaboratorium.

- Benih disemai pada lahan pesemaian selama15 hari

- Lahan sawah diolah secara sempurna- Ploting petak percobaan untuk membuat

petak-petak percobaan yang homogen sesuairancangan dengan luas petakan 4 m x 5 m.

- Penanaman dilakukan dengan menggunakansistem tanam pindah (tapin) dengan menggu-nakan jarak tanam 25 x 25 cm dengan meng-gunakan caplak. Penanaman bibit dari pese-maian 1 – 2 bibit satu rumpun. Penanamandilakukan pada kondisi lahan macak-macak

- Penyiangan dilakukan pada umur 15 harisetelah tanam (HST) dan 30 HST, selanjutnyapenyiangan dilakukan sesuai dengan tingkatperkembangan gulma.

- Penyulaman dilakukan pada umur tanaman 7-10 HST, disesuaikan dengan kondisi per-tumbuhan tanaman padi

- Aplikasi pupuk organik pada perlakuan P2dilakukan pada saat pengolahan tanah akhir, yaitusekitar 1 minggu sebelum tanam, sedangkanaplikasi pupuk dilakukan 3 kali, yaitu sbb :

Pemupukan I : 50 % NPK + 50 kg/haUrea (3 HST)

Pemupukan II : 50% NPK + 50 kg/haUrea (21 HST)

Pemupukan III : 100 kg/ha Urea (35 HST)

- Pengendalian hama dan penyakit meng-gunakan konsep PHT. Pengendalian hanyadilakukan berdasarkan tingkat dan jenisserangan hama dan penyakit baik secarabiologis maupun kimiawi.

- Panen dilakukan pada saat kondisi tanamanmasak fisiologis (95% malai menguning dankadar air gabah 25%)

Data yang dikumpulkan antara lain: analisistanah sebelum penelitian, tinggi tanaman, jumlahanakan produktif, panjang malai, berat gabah 1000butir, jumlah gabah/malai, persentase gabah hampa,dan produksi gabah kering. Data dianalisis secarastatistik dengan uji jarak berganda Duncan. Tingkatkeefektivan diukur dari nilai RAE (Relative Agro-nomic Effectiveness) yaitu perbandingan antarakenaikan hasil penggunaan suatu pupuk dengankenaikan hasil penggunaan pupuk standar (Tuherkihdan Spahutar, 2009). Analisis ekonomi meng-gunakan MBCR

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis tanah pada lahan padi sawah dilokasi percobaan uji efektivitas pupuk NPK pelangi15-9-17, menunjukkan bahwa kandungan C organikrendah, N rendah, P (Olsen/Bry-1) rendah, dan Krendah. Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanyapemberian hara melalui pemupukan (Tabel 1) .

Tabel 1. Karakteristik Lahan Sawah LokasiPercobaan 2015

Hasil Analisis Tekstur - Pasir (%) 44 - Debu (%) 38 - Liat (%) 18 C Organik 1,32 N 0,13 C/N 10 P2O5 (HCl 25%) P2O5 (Olsen/Bry-I)

28 22

K2O (HCl 25%) K2O (Olsen/Bry-I) Ca Mg K Na KTK

16 13

9,19 1,47 0,09 0,29 19,81

pH (H2O) 7,20

Page 17: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

12 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

Komponen Pertumbuhan dan Produksi TanamanPadi

Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman,jumlah anakan produktif dan produksi dari masing-masing perlakuan pada kegiatan uji efektivitaspupuk NPK 15-9-17 seperti tersaji pada Tabel 2.Hasil analisis statistik terhadap tinggi tanaman,jumlah anakan, dan produksi tanaman menunjukkanbahwa tanaman tertinggi terdapat pada perlakuanP7, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuanlainnnya kecuali P0. Pengamatan terhadap jumlahanakan produktif menunjukkan anakan terbanyakterdapat pada perlakuan P7 yang berbeda nyatadengan perlakuan lainnya, kecuali perlakuan P5dan P6. Jumlah anakan produktif dari semua per-lakuan kecuali P0 sudah termasuk dalam kategoriideal, sejalan dengan pendapat Daradjat et al., 2001bahwa jumlah anakan ideal varietas padi sawahadalah kategori sedang dengan jumlah berkisar 15– 20 anakan. Produksi gabah kering panen (GKP)menunjukkan hasil tertinggi diperoleh padaperlakuan P7, namun secara statistik hanyaberbeda nyata dengaperlakuan P0 dan P3

Tabel 2. Rata-Rata Tinggi Tanaman, JumlahAnakan Produktif dan Produksi UjiEfektivitas Pupuk NPK 15-9-17, T.A. 2015

Keterangan : Angka rata-rata pada suatu kolom yangdiikuti oleh huruf yang sama tidakberbeda nyata berdasarkan uji Duncandengan taraf kepercayaan 95%

Pengamatan terhadap komponen hasilmeliputi panjang malai, jumlah gabah per malai,persentase gabah hampa, dan berat 1000 butirgabah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwamalai terpanjang diperoleh pada perlakuan P6 yaitu27,67 cm dan secara statistik hanya berbeda nyatadengan perlakuan P0. Jumlah gabah permalaiterbanyak pada perlakuan P5, namun secarastatistik hanya berbeda nyata denga P0 dan P3.Persentase gabah hampa terendah terlihat pada

perlakuan P7 yang menandakan tingkat produk-tivitasnya tinggi, sedangkan untuk persentase gabahhampa tertinggi terdapat pada perlakuan P0, yangberbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Iskandar(2003) menyatakan tanaman akan tumbuh denganbaik apabila unsur yang tersedia cukup untuk per-tumbuhan tanaman. Pemberian nutrisi merupakansalah satu untuk memenuhi kebutuhan hara bagitanaman, tujuan ini baru akan tercapai apabila mem-perhatikan konsentrasi dalam pemberian nutrisi danunsur hara yang dikandung. Komponen berat 1000butir berdasarkan analisis statistik menunjukkanbahwa perlakuan P1 memiliki berat 1000 butirtertinggi, walaupun hanya berbeda nyata denganperlakuan P3. Secara rinci pengamatan komponenhasil disajikan pada Tabel 3. Dokumentasi kegiatanterlampir

Tabel 3. Rata-Rata Panjang Malai, Jumlah Gabah/malai, Persentase Gabah Hampa danBobot 1000 butir gabah Perlakuan, UjiEfektivitas Pupuk NPK 15-9-17, T.A. 2015

Keterangan: Angka rata-rata pada suatu kolom yangdiikuti oleh huruf yang sama tidakberbedanyata Berdasarkan uji Duncandengan taraf kepercayaan 95%

Persentase peningkatan produksi terlihatpada setiap perlakuan jika dibandingkan denganKontrol/tanpa pupuk (P0) dan P1 (Rekomendasisetempat). Pemberian pupuk baik itu sesuai reko-mendasi setempat, maupun dari beberapa takaranpupuk yang dicobakan meningkatkan produktivitassekitar 194,72 - 255,11 %, jika dibandingkan denganperlakuan tanpa pupuk (P0) Tabel 4. Jika perlakuanP1 (300 NPK Pelangi 15-15-15 + 200 kg Urea/ha= Rekomendasi setempat) dibandingkan denganperlakuan NPK Pelangi 15-9-17, maka perlakuanP3 menunjukkan pertambahan yang mines yaitu -1,78%. Namun pada perlakuan P4 (300 kg NPK15-9-17 + 200 kg Urea/ha, maka terdapat pening-katan produktivitas sebesar 2,64%, walaupunsecara statistik hasil tersebut tidak berbeda nyatadengan hasil rekomendasi setempat.

No Kode Perlakuan

Tinggi Tanaman (Cm)

Jumlah Anakan Produktif

Produksi (t/ha)

1 P0 78,33 b 7,00 e 3,03 c 2 P1 108,33 a 26,00 d 9,09 ab 3 P2 101,67 a 26,67 cd 9,76 ab 4 P3 107,00 a 29,67 bc 8,93 b 5 P4 101,67 a 32,33 b 9,33 ab 6 P5 105,00 a 36,33 a 10,08 ab 7 P6 104,67 a 36,33 a 10,19 ab 8 P7 108,33 a 37,33 a 10,76 a CV (%) 6,60 6,10 9,85

No

Panjang Malai (Cm)

Jumlah Gabah/ Malai

Gabah Hampa (%)

Bobot 1000 butir (gr)

1 P0 22,33 b 141,67 c 9,67 a 29,67 ab 2 P1 26,67 a 191,67 ab 2,67 bc 31,00 a 3 P2 26,67 a 200,67 ab 3,67 bc 30,00 ab 4 P3 26,67 a 188,67 b 4,33 b 29,00 b 5 P4 26,67 a 194,33 ab 3,50 bc 30,00 ab 6 P5 27,67 a 206,67 a 4,00 bc 30,33 ab 7 P6 27,33 a 204,67 a 2,67 bc 30,33 ab 8 P7 27,33 a 202,67 a 2,00 c 30,33 ab

CV (%) 2,19 3,59 25,14 2,45

Page 18: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

13Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

Tabel 4. Persentase peningkatan produktivitas darimasing-masing perlakuan dibandingkandengan kontrol/tanpa Pupuk (P0) danRekomendasi Setempat (P1).

Analisis Finansisl Uji Efektivitas Pupuk NPKPelangi 15-9-17

Analisis finansial penggunaan pupuk NPK 15-9-17 Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan sepertitersaji pada Tabel 5. Hasil analisis R/C dan B/Cratio menunjukkan bahwa semua perlakuan mem-berikan R/C dan B/C ratio >1, kecuali B/C ratiodari perlakuan P0 yaitu hanya 0,58. Menurut Borton(1982) jika B/C > 1, maka penggunaan pupuktersebut memberikan nilai tambah dan dalam skalaagribisnis menguntungkan. Pendapatan tertinggidiperoleh pada perlakuan P7 (750 kg/ha NPKPelangi Agro 15-9-17+ 200 kg/ha Urea) yaituRp.27.299.800 dengan R/C ratio = 3,94 dan B/Cratio = 2,94. Sedangkan pendapatan yang diperolehperlakuan P1 (300 kg NPK Pelangi 15-15-15 + 200kg Urea/ha) yaitu Rp. 22.701.000. Hal ini berartiterdapat peningkatan pendapatan sebesar 20,26%.Jika perlakuan P1 (300 kg NPK Pelangi 15-15-15 +200 kg Urea/ha), dibandingkan dengan perlakuanP4 (300 kg NPK 15-9-17 + 200 kg Urea/ha), makapendapatan perlakuan P4 meningkat lebih besar.

No Kode Perlakuan

P0 (%) P1 (%)

1 P0 - 2 P1 200,00 - 3 P2 222,11 7,37 4 P3 194,72 -1,78 5 P4 207,92 2,64 6 P5 232,67 10,89 7 P6 236,30 12,10 8 P7 255,11 18,37

Tabel 5. Analisis Usahatani Padi Sawah (luasan1ha) di Kabupaten Gowa

Ket : * Harga pupuk organik (zeorganik) non subsidi setempat Rp.1.000/kg

Page 19: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

14 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

KESIMPULAN

1. Semua perlakuan pemupukan memperlihatkanpemupukan pertumbuhan yang sangat baikdengan jumlah anakan produktif berkisar 26,0– 37,33 batang/rumpun

2. Perlakuan P7 ( 300 kg/ha NPK Pelangi 15-9-17 + 200 kg/ha Urea), memberikan produksiyaitu 10,67 GKP/ha dengan pendapatan Rp.27.999.999,

3. Perlakuan kontrol tanpa pemberian pupukdiperoleh produksi 3,03 t/ha GKP, denganpendatan sejumlah Rp. 3.777.000

4. Penambahan 500 kg/ha pupuk Organik padaperlakuan 300 kg/ha NPK 15-9-17 + 200 kg/ha Urea (P2) memberikan produksi danpendapatan lebih tinggi, dibanding denganperlakuan P1 (300 kg/ha NPK pelangi 15-15-15 + 200 kg/ha Urea)

SARAN

Untuk mendapatkan hasil yang akuratsebaiknya dilakukan penelitian selama dua musimtanam pada tempat yang sama sehingga data/informasi yang diperoleh lebih lengkap danmemadai untuk menghasilkan rekomendasipemupukan.

DAFTAR PUSTAKA

Alihamsyah, T dan I. Ar-Riza. 2004. Potensi danteknologi pemanfaatan lahan rawa lebakuntuk pertanian. Makalah Utama WorkshopNasional Pengembangan Lahan RawaLebak. Kerjasama Balai PenelitianPertanian Lahan Rawa-Pemda KabupatenHulu Sungai-Dinas Pertanian Prop.Kalimantan Selatan, Kandangan, 11-12Oktober 2004.

Daradjat, A.A., Suwarno, B. Abdullah, Tj.Soewito,B.P. Ismail, dan Z.A. Simanullang. 2001.Status penelitian pemuliaan padi untukmemenuhi kebutuhan pangan masa depan.Balai Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi.

Deptan, 2007. Peraturan Menteri Pertanian No.08/Permentan/S.R.140/2/2007 tentangSyarat dan Tata Cara Pendaftaran PupukAn-organik Departemen Pertanian Jakarta.

Deptan, 2009. Rancangan Rencana StrategisDepartemen Pertanian Tahun 2010-2014.Departemen Pertanian, Jakarta

Handayani, L.P. 2001. Kurangi KetergantunganPupuk Kimia dengan Pupuk Hayati. WartaUNIB. XVII. Bengkulu.

Hasmeda, M., R. A. Suwignyo, H.A. Situmorang,2013. Studi Morfologi dan Pengaruh Pem-berian Pupuk terhadap Pertumbuhan BibitBeberapa Varietas Padi Lebak. ProsidingSeminar Nasional Lahan Suboptimal dalamRangka Mendukung Kemandirian PanganNasional. Palembang 20-21 September2013. Hal: 98-107.

Iskandar. D. 2003. Pengaruh Dosis Pupuk N, P,dan K Terhadap Pertumbuhan dan ProduksiTanaman Jagung Manis Di lahan Kering. J.Saint dan Teknologi BPPT, Vol 2:1-5.

Prasetyo, B.H., 2006. Evaluasi Tanah SawahBukaan Baru di Daerah Lubuk Linggau,Sumatera Selatan. Jurnal Ilmu-Ilmu Per-tanian Indonesia. Volume 8, Nomor 1, 2006.Hal 31-43.

Suyamto. 2012. Konsep dan Penerapan PupukBerimbang Rasional dan Spesifik Lokasipada Padi Sawah. Membumikan Iptek Per-tanian. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian IAARD Press. Hal. 83-99

Syarief, S. 1986. Kesuburan dan PemupukanTanah Pertanian. Penerbit Pustaka Buana.Jakarta

Tisdale, S, W.L.Nelson and J.D. Beaton, 1990. SoilFertility and Fertilizer. MC Milland Publ.Co,New York

Tuherkih, A., dan I.A Sipahutar, 2009. PengaruhPupuk NPK Majemuk (16:16:15) terhadapPertumbuhan dan Hasil Jagung. BalaiPenelitian Tanah. Hal 77-90.

Wibowo, R. 2000. Pertanian dan Pangan. PustakaSinar Harapan, Jakarta.

Page 20: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

15Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

PERAN KELOMPOKTANI DALAM KETAHANAN PANGANPADA RUMAHTANGGA PETANI KECAMATAN CAMBA, KABUPATEN MAROS

(Studi Kasus Lokasi Kegiatan m-P3MI SMARTD)

Abdul Gafar Tahir dan Andi Faisal SuddinBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang-Makassar

ABSTRACT

The aspect of food security in Indonesia has become a central issue in agricultural developmentand national development. Various programs have been implemented by the government to increaserice production, one of this implemented is the development of System of Rice Intensification (SRI)method. Farmer groups have a very important role in the access of household food farmers becausemembers of farmer groups are part of farm households. Thus, farmer groups have a very centralrole in realizing food security of farm households. The purpose of this research are: 1) to identifythe level of food security of farm household that has been realized; (2) to analyze the factors thataffect household food security of farmers. (3) to formulate the role of farmer group in householdfood security of farmer, using survey research method and explanatory research that usingquantitative approach which supported by qualitative data. This research was conducted at thelocation of MP3MI SMARTD, Camba Sub-district, Maros District. The data analysis unit are farmhouseholds, there were 60 non-proportional respondents which consisting of 30 respondents fromFarmer Group of Padaelo Village that applying SRI method with food storage system and 30 respondentsfrom Farmer Group of Timpuseng Village that applying SRI method but with no food storage system .Selection of respondents was done by stratified random sampling technique with the level of managementof farmer groups. Interview Techniques which conducted were structured interviews with aim to obtainqualitative data which will be used to support quantitative data. The results showed that the foodavailability of farm household in Desa Padaelo and Timpuseng village were quite fulfilled. Farmhouseholds in the research locatian have low frequencies of eating beef or chicken and drinking milk.But, they have quite high frequency of eating eggs and vegetables. In Padaelo Village, there was a realcorrelation between income level and food utilization, besides that there was real negative correlationbetween the number of household members and the level of food stability. There was also a negativecorrelation between the land area controlled and food access, income levels of food stability and foodaccess, the number of crop production and the level of food stability and access to food, next thenumber of household members and access to food. In Timpuseng village there was a real correlationbetween income level and food utilization, social participation rate and food stability level, besides thatthere was a real negative correlation between social participation level and food utilization. There wasa real negative correlation between the level of support for food production and food access, the levelof support for food distribution and access to food.

Keywords: farmer groups, food security, farm households.

ABSTRAK

Di Indonesia aspek ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu sentral dalampembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Berbagai program telah dilaksanakan olehpemerintah untuk meningkatkan produksi beras, salah satunya adalah pengembangan metodeSystem of Rice Intensification (SRI). Kelompok tani memiliki peran yang sangat penting dalamakses pangan rumahtangga petani karena anggota kelompok tani merupakan bagian darirumahtangga petani. Dengan demikian, kelompok tani memiliki peran yang sangat sentral dalam

Page 21: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

16 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

mewujudkan ketahanan pangan rumahtangga petani. Tujuan Penelitian ini adalah: 1)mengidentifikasi tingkat ketahanan pangan rumahtangga petani yang telah diwujudkan; (2)menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumahtangga petani. (3)merumuskan peran kelompok tani dalam ketahanan pangan rumahtangga petani, denganmenggunakan metode penelitian survei dan merupakan penelitian explanatory dengan menggunakanpendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Penelitian ini dilakukan di lokasiMP3MI SMARTD, Kecamatan Camba, Kabupaten Maros. Unit analisis data adalah rumahtanggapetani sebanyak 60 responden yang non-proporsional terdiri dari 30 responden berasal dariKelompok Tani Desa Padaelo yang menerapkan metode SRI yang terdapat sistem penyimpananhasil produksi pangan dan 30 responden dari Kelompok Tani Desa Timpuseng yang menerapkanmetode SRI tetapi tidak ada sistem penyimpanan hasil produksi pangan. Pemilihan respondendilakukan dengan teknik stratified random sampling yang dilakukan dengan strata kepengurusankelompok tani. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur untuk memperolehdata kualitatif yang digunakan untuk mendukung data kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkanbahwa ketersediaan pangan rumahtangga petani di Desa Padaelo dan Desa Timpuseng cukupterpenuhi. Rumahtangga petani di lokasi penelitian frekuensi makan daging sapi atau ayam danminum susu masih rendah. Sedangkan frekuensi makan telur dan sayur cukup tinggi. Di DesaPadaelo terdapat hubungan nyata antara tingkat pendapatan dengan pemanfaatan pangan danhubungan nyata negatif antara jumlah anggota rumahtangga dengan tingkat stabilitas pangan.Terdapat juga hubungan negative antara luas lahan yang dikuasai dengan akses pangan, tingkatpendapatan dengan stabilitas pangan dan akses pangan, jumlah produksi permusim tanam dengantingkat stabilitas pangan, dan akses pangan, serta jumlah anggota rumahtangga dengan aksespangan. Di Desa Timpuseng terdapat hubungan nyata antara tingkat pendapatan denganpemanfaatan pangan, tingkat partisipasi social dengan tingkat stabilitas pangan, dan hubungannyata negatif antara tingkat partisipasi sosial dengan pemanfaatan pangan. Terdapat hubungannegatif antara tingkat dukungan terhadap produksi pangan dengan akses pangan, tingkatdukungan terhadap distribusi pangan dengan akses pangan.

Kata Kunci: kelompok tani, ketahanan pangan, rumah tangga petani

PENDAHULUAN

Saat ini isu-isu ketahanan pangan telahmenjadi perhatian banyak pihak mulai dari pelakuusaha, kalangan LSM sampai masyarakat yangmasih awam tentang persoalan ketahanan pangan.Pada KTT Pangan FAO di Roma tahun 1996, parapemimpin dunia bertekad mengurangi kelaparandari 840 juta orang menjadi 400 juta orang padatahun 2015. Kemudian dalam Millennium Devel-opment Goals (MDGs) tahun 2000 dipertegaskembali dengan komitmen melawan kemiskinandan kelaparan (Nainggolan, 2008).

Di Indonesia aspek ketahanan pangan (foodsecurity) telah menjadi isu sentral dalam pem-bangunan pertanian dan pembangunan nasional.Masalah pangan dan ketahanan pangan tidak dapatdilepaskan dari konteks komoditas beras. Hal ini

mengingat beras merupakan bahan pangan pokok(Staple food) yang dikonsumsi oleh hampir seluruhmasyarakat Indonesia. Dengan demikian, keter-sediaan beras menjadi faktor penting dalammemantapkan ketahanan pangan nasional (Supadi,2004). Di Kecamatan Camba produksi padi sawahmencapai 62,46 kuintal/ha dari 63,51 kuintal/ha rata-rata untuk wilayah Kabupaten Maros (BPSKabupaten Maros, 2012). Selain itu, akses panganmerupakan determinan penting ketahanan pangan.Akses pangan merefleksikan kemampuan mem-peroleh, memproduksi dan atau membeli pangan.Pada konteks ini, rumahtangga pertanian menjadiberbeda dari rumahtangga lain karena rumahtangga pertanian memiliki akses langsung terhadapproduksi pangan (Hardono, 2002).

Berbagai program telah dilaksanakan olehpemerintah untuk meningkatkan produksi beras,

Page 22: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

17Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

salah satunya adalah pengembangan metode Sys-tem of Rice Intensification (SRI). SRI adalahsistem budidaya padi dengan pendekatan mana-jemen perakaran, yang berbasis pada pengelolaantanah, tanaman dan air dengan mengutamakan ber-jalannya aliran energi dan siklus nutrisi untukmemperkuat suatu kesatuan agroekosistem.Kelompok tani memiliki peran yang sangat pentingdalam penerapan metode SRI karena metode iniberbasis pada pengelolaan tanah, tanaman dan air.Selain itu, kelompok tani juga sangat terkait denganakses pangan dalam rumahtangga petani karenaanggota kelompok tani merupakan bagian darirumahtangga petani. Dengan demikian, kelompoktani memiliki peran yang sangat sentral dalammewujudkan ketahanan pangan rumahtanggapetani. Adapun tujuan Penelitian ini adalah: 1)mengidentifikasi tingkat ketahanan pangan rumahtangga petani yang telah diwujudkan; (2)menganalisisfaktor-faktor yang mempengaruhiketahanan pangan rumah tangga petani.(3)merumuskan peran kelompok tani dalamketahanan pangan rumah tangga petani.

Konsep dan Strategi Mewujudkan KetahananPangan Rumahtangga

Definisi ketahanan pangan dari FAO dan UURI No. 7 tahun 1996, yang mengadopsi definisi dariFAO, ada 4 komponen yang harus dipenuhi untukmencapai kondisi ketahanan pangan yaitu: (1)kecukupan ketersediaan pangan; (2) stabilitasketersediaan pangan tanpa fluktuasi dari musim kemusim atau dari tahun ke tahun. (3) aksesibilitasatau keterjangkauan terhadap pangan; (4) kualitasatau keamanan pangan. Ketersediaan pangandalam rumah tangga yang dipakai dalam peng-ukuran mengacu pada pangan yang cukup dantersedia dalam jumlah yang dapat memenuhikebutuhan konsumsi rumahtangga.Stabilitas keter-sediaan pangan di tingkat rumah tangga diukurberdasarkan kecukupan ketersediaan pangan danfrekuensi makan anggota rumahtangga dalamsehari.Indikator Aksesibilitas/keterjangkauan dalampengukuran ketahanan pangan di tingkat rumahtangga dilihat dari kemudahan rumahtangga mem-peroleh pangan, diukur dari pemilikan lahan sertacara rumahtangga untuk memperoleh pangan.Akses yang diukur berdasarkan pemilikan lahandikelompokkan dalam 2 (dua) kategori: Akseslangsung (direct access), jika rumahtangga memilikilahan sawah/ladang dan akses tidak langsung (in-

direct access) jika rumahtangga tidak memilikilahan sawah/ladang. Cara rumahtangga memper-oleh pangan juga dikelompokkan dalam 2 (dua)kategori yaitu: (1) produksi sendiri dan (2) membeli(PPK–LIPI, 2004).

Kualitas atau keamanan pangan adalah jenispangan yang dikonsumsi untuk memenuhi kebu-tuhan gizi.Ukuran kualitas pangan seperti ini sangatsulit dilakukan karena melibatkan berbagai macamjenis makanan dengan kandungan gizi yangberbeda-beda, sehingga ukuran keamanan panganhanya dilihat dari ‘ada’ atau ‘tidak’nya bahan maka-nan yang mengandung protein hewani atau nabatiyang dikonsumsi dalam rumahtangga.Karena itu,ukuran kualitas pangan dilihat dari data pengeluaranuntuk konsumsi makanan (lauk-pauk) sehari-hariyang mengandung protein hewani atau nabati (PPK–LIPI, 2004). Menurut Baliwati (2001) bahwa keta-hanan pangan merupakan rangkaian dari tigakomponen utama yaitu (1) ketersediaan dan stabilitaspangan (food availability and stability), (2) kemu-dahan memperoleh pangan (food accessibility) dan(3) pemanfaatanpangan (food utilization).

Aspek ketersediaan pangan tergantung padasumberdaya alam, fisik dan manusia serta produksipertanian maupun non pertanian. Dalam hal ini, indi-kator yang dipakai untuk menjelaskan sumberdayaalam adalah curah hujan, kualitas tanah, ketersediaanair dan akses terhadap sumberdaya hutan. Sumber-daya fisik adalah pemilikan ternak, akses infra-struktur, pemilikan sarana pertanian, sumberdayamanusia meliputi rasio ketergantungan, pendidikan,besar keluarga, dan umur kepala keluarga. Indikatorproduksi adalah luas tanam, luas lahan beririgasi,akses dan penggunaan input, pola tanam, keragaantanaman, produksi pangan dan produksi nonpertanian (Baliwati, 2001).

Dalam aspek akses pangan meliputi penda-patan baik dari pertanian maupun non-pertanian.Indikator yang dipakai adalah total pendapatan,pendapatan dari tanaman, pendapatan dari ternak,upah, harga pangan, pasar danakses jalan. Sedang-kan aspek pemanfaatan pangan adalah konsumsibaik pangan maupun non pangan serta status gizibaik anak maupun dewasa. Indikator konsumsiyang digunakan adalah total pengeluaran, penge-luaran pangan, pengeluaran non-pangan, konsumsidan frekuensi pangan. Indikator status gizi meliputiantropometri, kadar serum, kesakitan, kematian,

Page 23: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

18 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

kelahiran, akses pelayanan kesehatan, akses airbersih, dan akses sanitasi (Baliwati, 2001).

Maxwell & Frankenberg (Baliwati, 2001)menyatakan bahwa pencapaian ketahanan panganrumahtangga dapat diukur dari berbagai indikator.Indikator tersebut dibedakan menjadi dua kelompokyaitu indikator proses dan indikator dampak. Indi-kator proses menggambarkan situasi pangan yangditunjukkan oleh ketersediaan dan akses pangan.Indikator dampak dapat digunakan sebagai cerminankonsumsi pangan. Indikator ketersediaan panganberkaitan dengan produksi pertanian, iklim, aksesterhadap sumberdaya alam, praktek pengolahanlahan, pengembangan institusi, pasar, konflik regional,dan kerusuhan sosial. Indikator akses pangan meliputiantara sumber pendapatan, akses terhadap kreditmodal. Indikator akses pangan juga meliputi strategirumahtangga untuk memenuhi kekurangan pangan.Strategi tersebut dikenal sebagai coping abilityindicator. Indikator dampak meliputi dua kategoriyaitu langsung dan tidak langsung. Indikator dampaksecara langsung adalah konsumsi dan frekuensipangan. Indikator dampak secara tidak langsungmeliputi penyimpanan pangan dan status gizi.

Peran Kelompok Tani dalam KetahananPangan Rumahtangga Petani

Abbas (Anantanyu, 2009) mengemukakanbahwa peranan kelompok tani adalah (1) sebagaiwahana belajar bagi petani nelayan dan anggotanyaagar terjadi interaksi guna meningkatkan penge-tahuan, sikap, dan keterampilan dalam berusahatani yang lebih baik serta berperilaku lebih mandiriuntuk mencapai kehidupan yang lebih sejahtera;(2) sebagai unit produksi, kelompok tani merupakankesatuan unit usahatani-nelayan untuk mewujudkankerjasama dalam mencapai skala ekonomi yanglebih menguntungkan; dan (3) sebagai wahanakerjasama antar anggota dan antar kelompok tanidengan pihak lain untuk memperkuat kerjasamadalam menghadapi berbagai ancaman, tantangan,hambatan dan gangguan. SPB (Sinaga, 2002)menyebutkan ada beberapa bidang dalam kegiatanusahatani padi sawah yang memerlukan dukungankerjasama antar petani yakni: (a) pengadaan benih(b) penanaman serempak, (c) pengadaan pupuk,(d) pengadaan pestisida, (e) pengamanan, (f)pemberantasan hama/penyakit, (g) pengairan, (h)pengadaan sprayer, (i) penyisihan hasil/tabungan/lumbung, (j) pemasaran hasil usahatani kelompok.

Peran kelompok tani sebagai basis keta-hanan pangan di perdesaan meliputi (1) Kelompoktani sebagai produsen penghasil bahan pangan; (2)Kelompok tani sebagai pengelola sistem keman-dirian pangan; dan (3) Kelompok tani sebagaipenggerak masyarakat desa (Departemen Per-tanian, 2004).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitiansurvei, yakni penelitian yang mengambil sampel darisatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagaialat pengumpulan data yang pokok (Singarimbundkk, 1989). Penelitian ini adalah penelitian explana-tory dengan menggunakan pendekatan kuantitatifyang didukung oleh data kualitatif. Penelitian inidilakukan di Desa Padaelo dan Desa Timpuseng,Kecamatan Camba, Kabupaten Maros, yang di-lakukan selama satu bulan, dimulai dari akhir bulanAgustus 2013.

Teknik pengumpulan data adalah teknikwawancara dan menggunakan alat kuesioner.Kuesioner digunakan untuk memperoleh datakuantitatif. Unit analisis data adalah rumahtanggapetani pada kelompok tani padi SRI sebanyak 60responden yang non-proporsional terdiri dari 30responden berasal dari kelompok tani Desa Padaeloyang menerapkan metode SRI yang terdapat sistempenyimpanan hasil produksi pertanian dan 30responden dar Kelompok Tani Desa Timpusengyang menerapkan metode SRI tetapi tidak ada sistempenyimpanan hasil produksi pertanian.

Pemilihan responden dilakukan denganteknik stratified random sampling yang dilakukandengan strata kepengurusan kelompok tani.Wawancara yang digunakan adalah wawancaraterstruktur untuk memperoleh data kualitatif yangakan digunakan untuk mendukung data kuantitatif.

Data kuantitatif yang dikumpulkan diolahdengan SPSS 17 untuk menguji hubungan antarvariabel yang kemudian dianalisis dan diinter-pretasikan menggunakan analisis deskriptif dan UjiKorelasi Rank Spearman. Analisis dekriptif di-gunakan untuk mengungkapkan keadaan ataukarakteristik data sampel untuk masing-masingvariabel penelitian secara tunggal (Wahyuni danMulyono, 2007). Uji Korelasi Ranks Spearmandigunakan untuk menganalisis hubungan antar datavariabel dengan data minimal ordinal. Data kualitatif

Page 24: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

19Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

digunakan untuk menggali lebih dalam mengenaidata yang telah diperoleh secara kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Ketersediaan Pangan RumahtanggaPetani

Ketersediaan pangan rumahtangga petani diDesa Padaelo dan Desa Timpuseng sebagian besarberada pada kategori memenuhi dengan persentase76,4 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kebu-tuhan pangan rumahtangga petani di kedua desatersebut cukup terpenuhi. Jumlah rumahtanggapetani di Desa Timpuseng yang terpenuhi kebu-tuhan pangannya lebih banyak dibandingkan denganjumlah rumahtangga petani di Desa Padaelo.Walaupun rumahtangga petani di Desa Timpusenglebih banyak yang terpenuhi, namun terdapat saturumahtangga petani yang belum terpenuhi kebu-tuhan pangannya. Hal ini disebabkan pada rumahtangga ini jumlah anggota rumahtangganya cukupbanyak sehingga pangan yang tersedia tidak me-menuhi kebutuhan rumahtangga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa per-sentase rata-rata sebesar 25 persen rumahtanggapetani di Desa Padaelo dan Desa Timpuseng yangkurang bisa memenuhi ketersediaan pangan rumah-tangganya. Hal ini disebabkan pendapatan yangmasih kurang dan jumlah anggota keluarga yanglebih banyak sehingga pangan kurang bisa meme-nuhi kebutuhan rumahtangga mereka.

Tingkat Stabilitas Pangan RumahtanggaPetani

Tingkat kestabilan pangan rumahtanggapetani dilihat dari tingkat kesulitan pangan rumah-tangga pada musim paceklik, musim kemarau dansesaat sebelum musim panen serta kemampuanmenabung pada musim panen. Hasil penelitiandiperoleh bahwa sebagian besar atau sekitar 47,2persen rumahtangga petani di Desa Padaelo tidakpernah mengalami kesulitan pangan di musimpaceklik, begitu pula dengan Desa Timpuseng yangmencapai 43 persen. Namun demikian, DesaPadaelo terdapat 24,8 persen rumahtangga petaniyang sering mengalami kesulitan pangan di musimpaceklik, lebih banyak daripada rumahtangga petanidi Desa Timpuseng yang hanya mencapai 12persen. Rumahtangga petani yang sering meng-alami kesulitan pangan rata-rata menggantungkan

kebutuhan pangannya pada produksi pangannyasendiri, khususnya padi. Hal yang menyebabkanrumahtangga petani di Desa Timpuseng lebih sedikitmengalami kesulitan pangan di musim paceklikdisebabkan oleh rumahtangga petani di desaTimpuseng mempunyai sistem penyimpanan hasilproduksi padi di kelompok taninya sehingga tidaksering mengalami kesulitan pangan. Walaupunbegitu masih adanya rumahtangga petani di DesaTimpuseng yang mengalami kesulitan pangan dimusim paceklik mengindikasikan bahwa sistempenyimpanan hasilproduksi padi tersebut belumberjalan dengan baik.

Sebagian besar rumahtangga petani, baik diDesa Padaelo yang mencapai 70 persen maupundi Desa Timpuseng yang mencapai 53,3 persentidak pernah menabung pada musim panen.Meskipun rumahtangga petani di Desa Padaelolebih banyak yang tidak pernah menabung, tetapirumahtangga petani di desa ini juga lebih banyakyang sering menabung yaitu mencapai 10 persen.Rumahtangga petani yang jarang menabung diDesa Timpusenglebih banyak yakni sekitar 40persen dari pada Desa Padaelo yang mencapai 20persen. Mereka yang bisa menabung adalahrumahtangga yang tidak hanya menggantungkanpemenuhan kebutuhan pangannya dari produksisendiri saja, teteapi juga mendapat pendapatan dariusaha lain seperti membuka warung dan menjualhasil kebun dan ternaknya. Sedangkan mereka yangtidak dapat menabung adalah mereka yang hasilproduksinya hanya cukup untuk memenuhi kebu-tuhannya rumahtangganya sendiri saja.

Sebanyak 43 persen rumahtangga petaniDesa Padaelo yang sering mengalami kesulitanpangan di musim kemarau, berbanding jauh denganrumahtangga petani Desa Timpuseng yang hanyamencapai 6,7 persen. Hal ini disebabkan posisiDesa Padaeloyang lebih dekat dengan sumberpengairan dibandingkan dengan Desa Timpuseng.23,3 persen rumahtangga petani di Desa Padaelocukup mengalami kesulitan pangan di musimkemarau, lebih sedikit daripada di Desa Timpusengyang mencapai 63,3 persen. Hal ini disebabkan olehketergantungan terhadap pengairan yang cukupbesar tapi kurang baik dalam hal pengelolaannyaoleh rumahtangga petani di Desa Padaelo dan DesaTimpuseng. Namun demikian, terdapat 33,3 persenrumahtangga petani di Desa Padaelo dan 30 persenrumahtangga petani di Desa Timpuseng yang tidak

Page 25: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

20 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

mengalami kesulitan pangan. Rumahtangga petaniyang tidak mengalami kesulitan pangan ini adalahrumahtangga petani yang memiliki akses terhadapsumber pengairan yang lebih mudah karena jarakyang lebih dekat dengan sumber pengairan tersebut.

Seperti halnya dengan saat musim kemarau,pada waktu sesaat sebelum musim panen di DesaPadaelo, lebih banyak mengalami kesulitan pangandibanding Desa Timpuseng yakni 16,7 persen untukDesa Padaelodan 3,3persen untuk Desa Timpu-seng. Namun demikian, sebanyak 63,3 persenrumahtangga petani di Desa Padaelodan 23,3persen petani di DesaTimpuseng jarang mengalamikesulitan pangan pada waktu sesaat sebelumpanen. Rumahtangga yang sering mengalamikesulitan pangan adalah rumahtangga petani yangtidak dapat menabung dan kebutuhan panganrumahtangganya tidak dapat tertutupi dari hasilproduksinya sendiri. Dalam Tabel7 juga diper-lihatkan bahwa pangan lebih mudah diperoleh olehrumahtanggapetani di Desa Timpuseng daripadadi Desa Padaelo yakni 43 persen untukDesaTimpuseng dan 20 persen untuk Desa Padaelo. Halini disebabkan adanya sistem penyimpanan hasilproduksi yang dijalankan kelompok tani di DesaTimpuseng sehingga cukup membantu pada saatsebelum panen tersebut.

Akses Pangan

Pangan yang diperoleh rumahtangga petanidi Desa Padaelo dan Desa Tanjungsari sebagianbesar berasal dari hasil produksi sendiri, khususnyaberas. Hal ini disebabkan sebagian besar petani dikedua desa tersebut adalah petani padi sawah,khususnya padi SRI. Selain padi, rumahtanggapetani juga menanam sayur serta memeliharaternak seperti sapi, kambing, ayam dan bebek.Namun demikian, terdapat beberapa rumahtanggayang memenuhi kebutuhan pangan rumah-tangganya dengan membeli di pasar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa DesaPadaelo memiliki presentase jumlah rumahtanggayang membeli kebutuhan pangan rumahtanggalebih besar dibanding di Desa Timpuseng. Hal inidisebabkan oleh jumlah rumahtangga petani diDesa Padaelo yang memenuhi kebutuhannya sen-diri lebih sedikit dibandingkan di Desa Timpusengsehingga banyak yang membeli dari pasar sekaligusuntuk dijual kembali di warung yang dipergunakanuntuk pekerjaan sampingan selain bertani. Motif

yang sama dilakukan oleh beberapa rumahtanggapetani di DesaTimpuseng. Selain itu, jarak dariDesa Padaelo menuju pasar lebih dekat (berkisar2 km) daripada dari Desa Timpuseng (5 km)sehingga menyebabkan rumahtangga Timpusengmemenuhi kebutuhan pangannya dari hasil produksisendiri.

Pemanfaatan Pangan

Pemanfaatan pangan rumahtangga petanidilihat dari Frekuensi makan daging sapi atau ayam,frekuensi minum susu, frekuensi makan telur danfrekuensi, makan sayur. Masing –masing menun-jukkan frekuensi makan daging sapi atau ayamrumahtangga petani di Desa Padaelo rendah, halini dibuktikan dari presentasenya yang mencapai93,4 persen dibandingkan Desa Timpuseng yanghanya mencapai 60 persen. Demikian halnya padataraf sedang dan sering makan daging sapi atauayam juga Desa Padaelo lebih rendah presen-tasenya dari desaTimpuseng walau secara umumkedua desa tersebut memang masih sama-samacukup rendah karena lebih dari setengah darijumlah rumahtangganya masih kurang meng-konsumsi daging sapi atau ayam. Rendahnya tarafkonsumsi daging sapi atau ayam ini dikarenakanharga daging sapi atau ayam cukup tinggi sehinggarumahtangga lebih memilih untuk mengkonsumsipangan yang harganya lebih murah. Selain itu,kurangnya kesadaran pentingnya konsumsi dagingsapi atau ayam di kedua desa tersebut. Selarasdengan itu memperlihatkan bahwa di Desa Padaeloterdapat 86,7 persen rumahtana petani yang fre-kuensi minum susunya masih rendah dibandingkanrumahtangga petani di Desa Timpuseng yang hanya56,7 persen. Hal ini disebabkan di rumahtanggaDesa Timpuseng cukup didominasi oleh anak-anaksehingga frekuensi konsumsi susu pun lebih tinggi.Selain itu kesadaran akan pentingnya konsumsisusu khususnya untuk anak lebih tinggi di DesaTimpuseng dibandingkan Desa Padaelo. Namundemikian secara umum, konsumsi susu masihtergolong rendah karena kurangnya kesadaran akanpentingnya susu dan kekurang mampuan membelisusu karena harganya yang relatif tinggi juga.

Berbeda dengan presentase frekuensimakan telur di Desa Padaelo lebih tinggi yaitu 56,7persen dibanding Desa Timpuseng yang hanya 46,7persen. Hal ini disebabkan di Desa Padaelo lebihbanyak rumahtangga petani yang beternak ayam

Page 26: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

21Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

dibanding di Desa Timpuseng sehingga frekuensimakan telurnya lebih banyak karena berasal darihasil produksi sendiri serta lebih mudahmendapatkannya.

Sedangkan hasil penelitian memperlihatkanbahwa frekuensi makan sayur di Desa Padaelodan Desa Timpuseng masih cukup tinggi yakni 63,3persen dan 66,7 persen. Di kedua desa tersebutmasih menganggap makan perlu dengan sayur.Namun demikian di Desa Padaelo masih terdapat20 persen rumahtangga yang frekuensi makansayurnya rendah. Hal ini disebabkan di DesaPadaelo rumahtangga petani yang memiliki kebunsendiri atau mengelola kebun orang lain lebih sedikitdibanding di Desa Timpuseng.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi KetahananRumahtangga Petani

Hubungan antara Karakteristik SumberdayaRumahtangga Petani dengan KetahananPangan Rumahtangga Petani

Hasil penelitian menunjukkan hubungannyata antara tingkat pendapatan dengan peman-faatan pangan dan hubungan nyata negatif antarajumlah anggota rumahtangga dengan tingkatstabilitas pangan di Desa Padaelo. Hal ini dise-babkan semakin besar pendapatan maka semakinbanyak juga pangan yang bisa dimanfaatkan. Begitupula dengan semakin sedikit anggota rumahtanggamaka stabilitas pangan akan semakin kuat jugakarena sedikit anggota rumahtangga yang meng-konsumsi pangan sehingga ketahanan pangan punmenjadi stabil. Selanjutnya diungkapkan bahwahubungan negatif antara luas lahan yang dikuasaidengan akses pangan, tingkat pendapatan denganstabilitas pangan dan akses pangan, jumlah pro-duksi permusim tanam dengan tingkat stabilitaspangan, dan akses pangan, jumlah, serta jumlahanggota rumahtangga dengan akses pangan.

Luas lahan lebih luas membuat akses panganmenjadi lebih sulit, hal ini disebabkan kecen-derungan untuk menyewakan atau memproduksitapi tidak untuk konsumsi sendiri. Tingkat penda-patan tinggi menyebabkan stabilitas pangan rendahkarena dengan pendapatan yang lebih tinggi lebihberarti hasil pangan produksi sendiri itu mesti dijualdan pangan yang tersedia untuk konsumsi sendiriberkurang. Tingkat pendapatan lebih tinggi mem-buat akses pangan menjadi sulit, hal ini disebabkan

pangan hasil produksi cenderung untuk dijual danmenjadi sulit diperoleh. Jumlah produksi permusimtanam lebih tinggi membuat tingkat stabilitas panganmenjadi rendah karena lebih cenderung menjualnyasehingga tidak mempersiapkan kestabilan keter-sediaan pangan. Jumlah produksi permusim tanamsemakin banyak membuat akses pangan menjadisulit karena hasil produksi dijual sehingga membuatsulit memperoleh pangan. Semakin banyak jumlahanggota rumahtangga, semakin sulit akses pangankarena makin banyak yang membutuhkan pangan.

Selanjutnya diungkapkan bahwa hubungannyata antara tingkat pendapatan dengan peman-faatan pangan, tingkat partisipasi sosial dengantingkat stabilitas pangan, dan hubungan nyatanegatif antara tingkat partisipasi sosial dengan pe-manfaatan pangan. Tingkat pendapatan yang tinggimembuat pangan yang ada lebih bisa dimanfaatkankarena adanya modal untuk melakukannya. Tingkatpartisipasi sosial yang tinggi membuat stabilitaspangan lebih tinggi karena pengetahuan untukmenjaga stabilitas pangan lebih tinggi pula. Namun,tingkat partisipasi sosial yang tinggi membuatpemanfaatan pangan tidak maksimal karena panganyang diperoleh dalam pelatihan tersebut lebihbanyak metode tentang berusahatani, bukanbagaimana memanfaatkan hasil usahatani tersebut.

Hubungan antara Peran Kelompok Tanidengan Ketahanan Pangan RumahtanggaPetani

Hasil penelitian memperlihatkan tidakadanya hubungan yang nyata antara peran kelom-pok tani dengan ketahanan pangan di DesaPadaelo. Namun demikian, terdapat hubungannegatif antara tingkat dukungan terhadap produksipangan dengan akses pangan, tingkat dukunganterhadap distribusi pangan dengan akses pangan,Frekuensi penyelenggaraan kegiatan untuk saranapembelajaran dengan tingkat stabilitas pangan.

Tingkat dukungan terhadap produksi panganyang tinggi membuat akses pangan menjadi sulit,hal ini disebabkan hasil panen yang besar dijualseluruhnya sehingga sulit untuk mendapatkanpangan. Tingkat dukungan terhadap distribusipangan yang tinggi membuat akses pangan menjadisulit, hal ini disebabkan oleh panen yang yang adadijual sehingga sulit mendapatkan pangan. Fre-kuensi penyelenggaraan kegiatan untuk saranapembelajaran yang semakin sering membuat

Page 27: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

22 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

tingkat stabilitas pangan semakin rendah, hal inidisebabkan pelatihan-pelatihan yang dilakukanlebih banyak membahas tentang teknik-teknikberusahatani yang bertujuan untuk meningkatkanhasil produksi dan tidak membahas tentang pasca-produksi.

Selanjutnya diperoleh bahwa adanya hubu-ngan nyata negatif antara tingkat dukungan produksipangan dengan tingkat ketersediaan pangan di DesaTimpuseng. Hal ini disebabkan semakin rendahdukungan terhadap produksi pangan maka panganakan tetap tersedia karena sistem penyimpanan hasilproduksi pangan akan membantu untuk menjagaketersediaan pangan rumahtangga petani. Sistempenyimpanan hasil produksi pangan adalah penyim-panan hasil produksi yang telah ditentukan sebe-lumnya oleh tiap rumahtangga petani yang berfungsiuntuk menjaga ketersediaan pangan rumahtanggapetani anggota kelompok tani.

Peran Kelompok Tani dalam KetahananPangan Rumah Tangga Petani

Kelompok tani di Desa Padaelo dan Kelom-pok Tani di Desa Timpuseng sama-sama berperandalam penyediaan benih untuk produksi padi.Namun demikian, Kelompok Tani di Desa Padaelolebih berperan dari pada di Desa Timpuseng. Halini dapat dilihat presentasenya mencapai 80 persenuntuk Desa Padaelo dan 43,3 persen untuk DesaTimpuseng. Hal ini disebabkan oleh keuletanKelompok Tani, khususnya kontak tani besertajajarannya.

Selanjutnya memperlihatkan Kelompok tanidi Desa Padaelo dan Kelompok Tani di DesaTimpuseng yang cukup berperan dalam pemberantashama. Hal ini dilakukan dengan memproduksi cairanpemberantas hama organik yang mereka sebutcairan “mol”. Namun demikian ada beberapa rumah-rangga yang menganggap kelompok tani tidak ber-peran karena mereka memproduksi sendiri cairan“mol” tersebut dan tidak memperoleh dari kelompoktani. Pengadaan dan perawatan pengairan berperanyaitu 66,7 persen dibandingkan Desa di DesaTimpuseng jauh lebih tinggi di Desa Padaelo yanghanya 13,3 persen. Hal ini dikarenakan pengelolapengairan di DesaTimpuseng lebih terkeloladengan baik dibanding Desa Padaelo. Selain itu,keadaan Desa Timpuseng yang lebih sulit dalamhal pengairan juga membuat pengelolaan pengairan

menjadi jauh lebih penting dibanding di Desa Padaeloyang cenderung pengairannya lebih mudah karenamengalir begitu saja.

Pengadaan sprayer di Desa Padaelo danDesa Timpuseng dilakukan oleh kelompok taninyamasing-masing. Hal ini disebabkan jarang sekalirumahtangga yang memilikinya masing-masing.Namun begitu, terdapat yang memiliki sendirisehingga menganggap kelompok tani tidak berperandalam pengadaan sprayer.

Pemasaran hasil produksi pangan di DesaPadaelo dan Desa Timpuseng dilakukan oleh rumah-tangganya masing-masing, hal ini dapat dilihat bahwadimana presentase yang menyebut kelompok tanitidak berperan mencapai 80persen dan 70 persen.Namun demikian terdapat masing-masing 16,7persen di Desa Padaelo dan 16,7 persen di DesaTimpuseng yang menyebutkan kelompok taniberperan dalam memasarkan hasil produksi pangan.Hal ini dikarenakan kedekatan dan saling membantuantara beberapa anggota kelompoktani.

Selaras dengan yang diperlihatkan pada Tabel21, pada Tabel 22 juga diperlihatkan bahwapartisipasi anggota kelompok dalam memasarkanhasil produksi pangan masih tidak berperan denganpersentase 80 persen di Desa Padaelo dan 70 per-sen di Desa Timpuseng. Hal ini disebabkan karenaanggota kelompok lebih suka memasarkan hasilpertaniannya sendiri sehingga anggotakelompok laintidak terlibat. Selain itu tidak adanya kebijakankelompok tanidalam hal pemasaran hasil produksianggotanya. Kelompok tani di Desa Padaelo danDesa Timpuseng berperan dalam mengadakanpelatihan, hal ini dilihat dari presentasenya di Tabel23 yangmencapai 86,7 persen dan 93,3 persen.Namun demikian, terdapat 13,3 persen dan6,7 persenrumahtangga petani di Desa Padaelo dan DesaTimpuseng yangmenyebutnya kurang berperan. Halini dikarenakan kurang informasi yang merekadapatdan kurang aktifnya mereka dalam kelompok tanisehingga mereka jarang mengikuti pelatihan.

Frekuensi pertemuan kelompok tani di DesaPadaelo dan Desa Timpuseng rutin dilakukan, halini dilihat dari presentasenya di Tabel 24 yangmencapai 80 persen untuk Desa Padaelo dan 93,3persen untuk Desa Timpuseng. Namun demikian,terdapat 20 persen dan 6,7 persen rumahtanggapetani di Desa Padaelo dan Desa Timpuseng yangmenyebutnya tidak rutin. Hal ini dikarenakan

Page 28: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

23Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

kurang informasi yang mereka dapat dan kurangaktifnya mereka dalam kelompok tani.

Kelompok Tani “Mukti tani 3” Desa Padaeloberusaha untuk meningkatkan kemampuan anggo-tanya dalam berusaha tani khususnya denganmetode SRI untuk mencapai ketahanan panganrumahtangga petani yang menjadi anggotanya. Halini dilakukan dengan mengikuti pelatihan-pelatihandan kegiatan yang dilakukan untuk mendukung pro-gram tersebut seperti penyediaan pestisida danpupuk organik (cairan mol), penyediaan bibit danpengadaan sprayer. Dalam hal ini, pengurus kelom-pok tani lebih berperan dibandingkan dengananggotanya. Alangkah lebih baik anggota kelompoktani ini bisa lebih berperan dalam pelatihan-pelatihan& kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompoktani tersebut.Selain itu, penyuluh diharapkan dapatmembina kelompok tani “mukti tani 3” ini agar dapatmeningkatkan kemampuan organisasinya sehinggalebih terorganisir dalam melakukan kegiatan-kegia-tannya. Selain itu, perlu dikembangkannya sistempenyimpanan hasil produksi pangan sehingga memu-dahkan rumahtangga menjaga ketersediaanpangannya di waktu-waktu yang sulit.Cukup berbedadengan Kelompok Tani “Mukti Tani 3”, KelompokTani “Sukarakatiga 3” Desa Timpuseng berusahamencapai ketahanan pangan rumahtangga petanianggota kelompoknya dengan meningkatkankesejahteraan anggotanya. Kelompok tani ini mulaimenerapkan sistem penyimpanan hasil produksipangan walaupun belum berjalan dengan baik, namundapat sedikit membantu anggota kelompok yangmengalami kesulitan. Rumahtangga petani anggotakelompok ini cukup berperan aktif, hal ini dapat dilihattingkat kehadiran dalam pertemuan rutin yang merekaadakan. Selain itu kelompok tani memfasilitasi dalammemasarkan hasil produksi anggotanya sehinggacukup membantu meningkatkan kesejahteraananggotanya. Agar lebih berkembang lagi diharapkanperan pemerintah, khususnya dalam penyediaanmodal dan infrastruktur untuk kegiatan usahataninya.Penyuluh diharapkan dapat mengarahkan kelompoktani ini khususnya tentang pentingnya perbaikan sistempenyimpanan hasil produksi pangan sehingga dapatberjalan lebih baik lagi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Ketahanan Pangan rumahtangga petani diDesa Padaelo dan Desa Timpuseng cukup

terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari ketersediaanpangan, tingkat stabilitas pangan, akses pangan danpemanfaatan pangan yang terdapat di Desa Padaelodan Desa Tanjungsari. Ketersediaan pangan di DesaPadaelo dan Timpuseng”cukup” memadai dilihat daripersentase terpenuhinya pangan yang mencapai 73,3persen. Tingkat stabilitas pangan termasuk “cukup”stabil dilihat dari jarangnya ada rumahtangga petaniyang mengalami kesulitan pangan pada musimpaceklik, kemarau dan sesaat sebelum panen sertajarangnya rumahtangga petani yang dapat menabungsetelah panen. Akses pangan cukup mudah karenasebagian besar pangan merupakan hasil produksisendiri, selain itu jarak menuju pasar yang cukup dekatberkisar 2 km untuk Desa Padaelo dan 5 km untukDesa Timpuseng. Pemanfaatan pangan di kedua desatersebut cukup baik, hal ini dilihat dari frekuensi makandaging sapi/ayam, minum susu, makan telur dan sayurdalam satu minggu yang cukup tinggi.

Faktor-faktor yang berpengaruh positifterhadap ketahanan pangan berkaitan dengankarakteristik sumberdaya rumahtangga petani di DesaPadaelo adalah tingginya tingkat pendapatan,sedangkan yang berpengaruh negatif adalah sedi-kitnya jumlah anggota rumahtangga dan rendahnyaluas lahan, serta rendahnya jumlah produksi permusimtanam. Faktor-faktor yang berpengaruh positifterhadap ketahanan pangan berkaitan dengankarakteristik sumberdaya rumahtangga petani di DesaTimpusengadalah tingkat pendapatan yang tinggi,sedangkan tingkat partisipasi sosial yang tinggiberpengaruh positif terhadap tingkat stabilitas pangandan berpengaruh negatif terhadap pemanfaatanpangan di Desa Timpuseng.

Faktor-faktor yang berpengaruh negatif ter-hadap ketahanan pangan berkaitan dengan perankelompok tani di Desa Padaelo adalah rendahnyatingkat dukungan terhadap produksi pangan, ren-dahnya tingkat dukungan terhadap distribusipangan, dan rendahnya frekuensi penyelenggaraankegiatan untuk sarana pembelajaran. Faktor-faktoryang berpengaruh negatif terhadap ketahananpangan berkaitan dengan peran kelompok tani diDesa Timpuseng adalah rendahnya tingkat du-kungan terhadap produksi pangan. Peran kelompoktani dalam ketahanan pangan rumahtangga petanidi Desa Padaeloadalah meningkatkan kemampuananggotanya melalui penerapan metode SRI melaluipelatihan-pelatihan, sedangkan untuk peran kelom-pok tani dalam ketahanan pangan rumahtangga

Page 29: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

24 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

petani di Desa Timpuseng adalah meningkatkankesejahteraan anggotanya melalui penerapansistem penyimpanan hasil produksi pertanian.

Saran

Penulis merekomendasikan adanya pene-litian yang bertujuan untuk mengkaji bagaimanaperan penyuluh dan faktor-faktor yang berpeng-aruh dalam ketahanan rumahtangga petani. Hal iniguna memperkuat kajian mengenai ketahananpangan rumahtangga petani.

DAFTAR PUSTAKA

Anantanyu, S. 2009. Partisipasi Petani dalamMeningkatkan Kapasitas KelembagaanKelompok Petani (Kasus di Provinsi JawaTengah). Disertasi pada Institut PertanianBogor.

Baliwati, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi.Jakarta. Penebar Swadaya.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Maros.2012. Kabupaten Maros Dalam Angka2012. Makassar (ID): UD Alfian.

Departemen Pertanian, 2004. Petunjuk Pelak-sanaan Penilaian Kelompok Tani. PusatPenyuluhan Pertanian, Badan Penyuluhandan Pengembangan SDM PertanianKementerian Pertanian Indonesia. Jakarta

Hardono GS. 2002. Dampak Perubahan Faktor-Faktor Ekonomi Terhadap KetahananPangan Rumah Tangga Pertanian. PPS-IPB, Bogor. Tesis-S2

Nainggolan, Susan, 2008. ̄ Pengaruh Variabel Fun-damental Terhadap Harga SahamPerusahaan Manufaktur yang Terdaftar diBursa Efek Indonesia”, Tesis. UniversitasSumatera Utara, Medan.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989.Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.

Sinaga dan Nyak Ilham. 2002. Penggunaan PangsaPengeluaran Pangan Sebagai IndikatorKomposit Ketahanan Pangan. Pusat AnalisisSosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.Bogor.

Supadi. 2004. Ketahanan Pangan dan Impor BerasBerkelanjutan. ICASERD WORKINGPAPER No. 45. Pusat Penelitian danPengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.Badan Penelitian dan PengembanganPertanian. Depertemen Pertanian.

Wahyuni dan Mulyono. 2007. Metode PenelitianSosial.Jakarta: DepartemenKomunikasi danPengembangan Masyarakat.

PPK-LIPI. 2004. Ketahanan Pangan, Kemiskinandan Demografi Rumah Tangga. SeriPenelitian PPK-LIPI No. 56/2004. Jakarta:Puslit kependudukan _ LIPI.

Page 30: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

25Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

KAJIAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU TERHADAPPENINGKATAN HASIL PADI SAWAH IRIGASI DI SULAWESI SELATAN

Suriany dan MaintangBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang-Makassar

ABSTRACT

Assesment was conducted in 2013 in allepolea village, lau distric, maros distric, south Sulawesiprovince. This study aims to determine the productivity of some new varieties of paddy rice, so weget 1 - 2 new varieties are high production and adapt well to the environment in which to grow.The trials was arranged in rancomized completed block design with 3 replications. The materialconsisted of five new varieties were studied, namely inpari 15, 16, 18, 19 and ciherang as acomparison that favored local farmers. Doses of 200 kg of fertilizer used pelangi, 150 kg urea, 50kg SP18, and 50 kg Za per hectare given three times that at the age of 10 days after transplanting(dat), 25 dat and 45 dat. The results showed that inpari 18 (7,4 t/ha) GKG provide a higher yieldthan other varieties. Calculation results showed that all varieties of farming should be developedwith a value b/c ratio is achieved between 2,4 - 2,7.

Keywords : New superior varieties,lowland irrigated

ABSTRAK

Pengkajian dilaksanakan pada tahun 2014 di Kelurahan Allepolea, Kecamatan Lau,Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitasbeberapa VUB padi sawah, sehingga didapatkan 1 - 2 varietas unggul baru yang produksi tinggidan beradaptasi baik dengan lingkungan tempat tumbuhnya. Pengkajian ini menggunakanRancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan. Sebanyak 5 varietas unggul baru (VUB) yangdikaji yaitu Inpari 15, 16, 18, 19 dan Ciherang sebagai pembanding yang disenangi petanisetempat. Dosis pupuk yang digunakan 200 kg Pelangi, 150 kg Urea, 50 kg SP18 dan 50 Kg ZAper ha yang diberikan 3 kali yaitu pada umur 10 hari setelah tanam (hst), 25 hst, dan 45 hst.Hasil kajian menunjukkan bahwa varietas Inpari 18 (7,4 t/ha) GKG memberikan hasil yang lebihtinggi dibanding varietas lainnya. Hasil perhitungan usahatani menunjukkan bahwa semua varietasyang layak dikembangkan dengan nilai B/C ratio yang dicapai berkisar 2,4 - 2,7.

Kata kunci : Varietas unggul baru, Padi sawah irigasi

Page 31: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

26 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

PENDAHULUAN

Meningkatnya jumlah penduduk berakibatterhadap peningkatan kebutuhan akan pangan, karenaitu harus disertai dengan peningkatan produksi. Indo-nesia pada tahun 2009 sudah swasembada beras dandiharapkan kedepan akan menjadi salah satu peng-ekspor beras dunia. Upaya untuk memacu produksidilakukan baik melalui perluasan areal tanam maupunpeningkatan produktivitas.

Varietas merupakan salah satu inovasi tek-nologi yang memberikan kontribusi yang cukupnyata terhadap peningkatan produksi padi. Las(2003) melaporkan dari hasil kajian FAO bahwasecara partial, varietas memberikan kontribusisebesar 16% terhadap peningkatan produksi. Selan-jutnya Hapsah (2005) menyatakan bahwa pening-katan produktivitas padi dapat diupayakan melaluipenggunaan varietas unggul baru. Potensi hasil padisawah berdasarkan hasil penelitian adaptasi bebe-rapa varietas unggul baru yang dilakukan BadanLitbang pertanian 2007 dapat mencapai 10 t/hadengan penerapan teknologi inovatif. MenurutMakarin dan Las (2005) untuk mencapai hasil yangmaksimal terhadap penggunaan suatu varietas unggulbaru diperlukan lingkungan tumbuh yang sesuai agarpotensi hasil dan keunggulannya dapat terwujud.

Badan Penelitian dan Pengembangan Per-tanian melalui Pusat Penelitian dan PengembanganTanaman Pangan dan Balai Besar PenelitianTanaman Padi terus berusaha memperbaiki kele-mahan varietas - varietas unggul yang sudah adadengan merakit varietas unggul yang berpotensihasil lebih baik. Dan sampai tahun 2013 Kemen-terian pertanian, melalui Badan Litbang Pertaniantelah melepas sekitar 89 varietas unggul padi sawah,namun yang beredar di petani sangat terbatas.Menurut Baehaki (1996), dalam Arafah danNajmah (2012) varietas unggul yang telah dilepastersebut saat ini baru sekitar 10 % dari kebutuhannasional. Pelepasan varietas unggul masih bersifatnasional dan belum mempertimbangkan kesesuaianlingkungan dan agroekologi spesifik sehinggamenyebabkan rendahnya produktivitas beberapakomoditas pertanian unggulan.

Kabupaten Maros merupakan salah satusentra produksi beras di Sulawesi Selatan denganpotensi lahan pertanian seluas 9.418 ha (BPS 2010)yang terdiri atas irigasi teknis 4.340 ha, setengahteknis 2.928 ha dan irigasi sederhana 2.150 ha.

Agroekologi Kabupaten Maros Sulawesi Selatanumumnya sesuai dengan pertumbuhan padi, namunteknologi usahatani yang mereka gunakan belumbersifat spesifik lokasi, misalnya dalam hal peng-gunaan varietas unggul baru padi. Di KabupatenMaros varietas unggul yang umum digunakanpetani dalam berusahatani yaitu Varietas Cisantanadan Ciherang, kedua varietas ini dianggap mem-punyai keunggulan tertentu terhadap lingkungansetempat. Untuk itu, perlu dilakukan kajian bebe-rapa varietas unggul baru yang mempunyai keung-gulan yang lebih dari kedua varietas tersebut sepertiproduksi tinggi, toleransi terhadap lingkungantertentu serta rasa nasi enak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiproduktivitas beberapa VUB padi sawah, sehinggadidapatkan 1 - 2 varietas unggul baru yang produksitinggi dan beradaptasi baik dengan lingkungantempat tumbuhnya.

METODOLOGI

Kajian varietas dilakukan pada lahan sawahirigasi di Kelurahan Allepolea, Kecamatan Lau,Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan pada musimkemarau selama 4 bulan dari April sampai Agustus2014. Lahan yang digunakan adalah milik petanidengan luas areal 1,0 ha. Lahan diolah secarasempurna dengan menggunakan handtraktor.Budidaya tanaman dilakukan dengan pendekatanpengelolaan tanaman terpadu (PTT).

Kajian menggunakan Rancangan AcakKelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Sebanyak5 VUB yang dikaji, terdiri atas Inpari 15, Inpari 16,Inpari 18, Inpari 19, dan Ciherang sebagai varietaspembanding.

Penanaman dilakukan dengan cara tanampindah (tapin). Bibit berumur 19 hari ditanamsebanyak 2 -3 batang per rumpun pada petakanalami dengan cara jajar legowo 2 : 1, jarak tanam20 - 40 cm x 12,5 cm. Tanaman dipupuk dengan200 kg/ha Pelangi, 150 kg/ha Urea, 50 kg/ha SP18, dan 50 kg/ha ZA. Pengendalian terhadap orga-nisme pengganggu tanaman dilakukan berdasarkanprinsip PHT.

Parameter yang diamati adalah tinggi tana-man, jumlah anakan/rumpun, Jumlah gabah hampa,jumlah gabah isi dan produksi.

Page 32: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

27Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Wilayah

Kabupaten Maros merupakan salah satudaerah sentra pengembangan padi di SulawesiSelatan, terletak antara 40o45’ - 50o07’ LS dan109o205’ - 129o12’ BT yang berbatasan denganKabupaten Pangkep sebelah utara Makassar danKabupaten Gowa sebelah Selatan.

Menurut Oldemant, mempunyai tipe iklimC2, yaitu bulan basah (200 mm) selama 2 - 3 bulanberturut-turut. Kabupaten Maros termasuk daerahyang beriklim tropis dengan 2 musim berdasarkancurah hujan, yakni musim hujan pada periode bulanOktober sampai Maret dan musim kemarau padaBulan April sampai September. Curah hujantahunan rata-rata 347 mm/dtk dengan kelembabanantara 60 - 80 %.

Untuk mengetahui beberapa sifat fisik dankimia tanah pada lokasi kajian beberapa varietasunggul baru, maka dilakukan analisis tanah sebe-lum penanaman. Adapun hasil analisis disajikanpada tabel 1.

Tabel 1 : Hasil Analisis Beberapa Sifat Fisik DanKimia Tanah Sebelum Dilakukan KajianBeberapa VUB Padi Sawah Di Kelom-pok Tani Tamalanrea, Kecamatan Lau,Kabupaten Maros, 2014

Hasil analisis tanah menunjukkan bahwaKapasitas Tukar Kation (KTK) termasuk dalamkategori sedang yang berarti unsur hara tercucimaupun terfiksasi (Soepardi, 1983). PH tanah

bersifat masam akan mempengaruhi ketersediaanunsur hara.

Kandungan bahan organik tanah rendah di-tunjukkan dengan rendahnya kandungan C- organiktanah sehingga perlakuan penambahan bahan orga-nik atau kompos sangat diperlukan untuk mening-katkan KTK tanah sehingga aplikasi pupuk dapatdimanfaatkan secara maksimal bagi tanaman.

Pertumbuhan Tanaman

Komponen pertumbuhan tanaman diamatipada umur 45 hst adalah tinggi tanaman dan jumlahanakan produktif. Hasil analisis statistik terhadaptinggi tanaman dan jumlah anakan produktifdisajikan pada tabel 2.

Tabe 2. Rata-rata Tinggi tanaman dan jumlahanakan produktif beberapa varietas unggulbaru (VUB) padi sawah, KelurahanAllepolea, Kecamatan Lau, KabupatenMaros, Sulawesi Selatan tahun 2014

Keterangan : Angka-angka pada masing-masingkolom diikuti huruf kecil sama tidakberbeda nyata pada taraf 5 % UjiDuncan

Tanaman tertinggi diperoleh pada varietasInpari 15 (123 cm) dan terendah varietas Ciherang(118 cm) tetapi tidak berbeda nyata dengan varietaslainnya. Jika dibandingkan tinggi tanaman masing-masing varietas dengan deskripsinya, ternyatasemua varietas menunjukkan angka lebih tinggi darideskripsi 93 - 115 cm (BB Padi 2009; BB Padi2011). Ketinggian tempat akan berpengaruh ter-hadap radiasi matahari dan suhu. Semakin tinggitempat, suhu semakin rendah. Suhu mempengaruhimetabolisme yang tercermin dalam berbagai karak-ter seperti laju pertumbuhan, pembungaan, pemben-tukan buah dan pemantangan jaringan atau organtanaman yang pada akhirnya akan mempengaruhiumur panen (Lakitan, 2007 dalam Chairuman2013).

No. Parameter Hasil analisis tanah 1. Tekstur Lempung liat berdebu 2. pH H2O 5,40 KCl 5,01

3. Bahan organik C 1,92 R N 0,14 R C/N 14 S

4. Extract 25 % (mg/100 gr) P2O5 120 St K2O 23 S

5. Olsen/Bray (ppm) P2O5 137 St K2O 42 S

6. KTK (me/100 gr) Ca 0,37 Sr Mg 1,93 S K 0,09 R Na 0,45 S 7. KTK (me/10 gr) 18,60 S

Varietas Tinggi Tanaman (cm)

Jumlah anakan produktif/rpn

Inpari 15 123 A 17,00 B Inpari 16 121 A 15,66 B Inpari 18 120 A 21,33 A Inpari 19 122 A 17,66 Ab Ciherang 118 A 15,00 B

Page 33: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

28 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

Jumlah anakan produktif per rumpun terbanyakdiperoleh pada varietas Inpari 18 (21,33 batang)berbeda nyata dengan varietas Ciherang (15,00batang), Inpari 16 (15,66 batang), Inpari 15 (17,00batang). Tetapi tidak berbeda nyata dengan varietasInpari 19 (17,66 batang). Sedangkan jumlah anakanproduktif per rumpun paling sedikit terdapat padavarietas Ciherang (15,00 batang). Jumlah anakanproduktif yang diperoleh lebih tinggi dari hasildeskripsi. Inpari 18 (21,33 batang) lebih tinggi darideskripsi (15 batang). Vergara, 1995 menyatakanbahwa pembentukan anakan produktif dipengaruhioleh keberadaan unsur hara N dan ketersediaanair. Tisdale dan Nelsone (1975), mengatakanpemberian N yang cukup akan mempercepatsintesa karbohidrat menjadi protein, memperbesarvolume dan jumlah protoplasma yang terbentuksehingga memperlihatkan pertumbuhan yang lebihbaik. Hasil penelitian A. Krismawati et al., (2011),bahwa jumlah anakan berbeda dari setiap varietasyang berbeda ditentukan oleh interaksi antaragenotif dan lingkungan.

Fagi dan Las (1988), indikator tumbuh sangattergantung pada sifat genetik tanaman tersebut.Selanjutnya sifat tersebut dapat berubah akaibatpengaruh lingkungan. Perkembangan akar yangmaksimal adalah kunci penyerapan hara, sedangkanpenyerapan hara maksimal adalah kunci pertum-buhan tanaman, baik fase vegetatif (anakan) maupunfase generatif (gabah) yang akhirnya bersinergismeningkatkan produksi tanaman padi. Pada sawahyang tergenang, tanaman padi membutuhkansejumlah besar energi untuk pembentukan danaktivitas sel aerenchym untuk memasok oksigen,akibatnya energi berkurang untuk pertumbuhananakan tanaman, sehingga jumlah anakan menjadisedikit bila dibandingkan dengan kondisi air yangtidak tergenang (Armansyah, dkk., 2009).

Komponen Hasil Tanaman

Komponen hasil tanaman yang diamati yaitugabah isi, gabah hampa dan produksi. Hasil analisisuji statistik disajikan pada tabel 2.

Tabel 3. Rata-rata komponen hasil tanamanbeberapa VUB padi sawah, kelurahanAllepolea, Kecamatan Lau, KabupatenMaros, Sulawesi Selatan tahun 2014.

Jumlah gabah isi per rumpun terbanyakdiperoleh pada varietas Inpari 18 (2.317 biji) ber-beda nyata dengan varietas Inpari 16 (1.651 biji),Inpari 19 (1.663 biji) dan Ciherang (1.465 biji),tetapi tidak berbeda nyata dengan Inpari 15 (1.730biji).

Sedangkan varietas yang jumlah gabahhampa terkecil diperoleh pada varietas Inpari 16(272 biji) tidak berbeda nyata dengan varietasCiherang (373 biji) dan Inpari 15 (393 biji), tetapiberbeda nyata dengan varietas Inpari 18 (848 biji)dan Inpari 19 (1.153 biji) yang merupakan jumlahgabah hampa terbanyak.

Menurut Vergara (1995) bahwa kekuranganair pada fase inisiasi malai menurunkan tingkatproduktivitas tanaman karena mulut daun tertutup,kehampaan tinggi, jumlah makanan/pati yangdihasilkan berkurang atau tidak mencukupi untukmembentuk gabah yang sempurna. Selain itu,kehampaan yang tinggi juga dapat disebabkan olehcurah hujan dengan kelembaban tinggi pada masapembungaan sehingga bulir-bulir tidak membukadan penyerbukan tidak berlangsung dengan baik.

Hasil gabah kering giling tertinggi sebanyak7,4 t/ha diperoleh pada varietas Inpari 18. Hasiltersebut nyata lebih tinggi dibandingkan varietaslainnya tetapi tidak berbeda nyata dengan varietasInpari 15 (7,25 t/ha) dan Inpari 16 (6,95 t/ha). Hasilgabah kering giling terendah sebanyak 6,4 t/hadiperoleh pada varietas Inpari 19 tetapi tidak ber-beda nyata dengan varietas Inpari 16 (6,95 t/ha)dan Ciherang (6,5 t/ha). Bila dibandingkan denganpotensi hasil berdasarkan deskripsi varietas Inpari18 dan 19 (9,5 t/ha) menunjukkan angka lebihrendah. Ada beberapa faktor yang dapat menye-babkan terjadi kesenjangan hasil tersebut, antaralain Varietas Inpari 18 dan 19 pada fase vegetatifterserang penyakit blas. Blas pada daun banyakmenyebabkan kerusakan antara fase pertumbuhan

Varietas Gabah Isi (Biji)

Gabah Hampa (Biji)

Produksi (T/ ha)

Inpari 15 1.730 ab 393 C 7,25 ab Inpari 16 1.651 B 272 C 6,95 abc Inpari 18 2.317 A 848 B 7,40 a Inpari 19 1.663 b 1.153 A 6,40 c Ciherang 1.465 b 373 C 6,50 bc

Page 34: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

29Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

hingga fase anakan maksimum. Jika terjadi sebelummasa pengisian bulir, maka gabah akan hampa.Gabah hampa berkorelasi negatif terhadap pro-duksi, semakin tinggi gabah hampa semakin rendahhasil gabah kering giling. Khusus untuk Inpari 19selain terserang penyakit blas, juga terserang hamatikus.

Analisis Usahatani

Hasil perhitungan usahatani menunjukkanbahwa semua varietas yang dikaji memberikankeuntungan yang layak bagi usahatani padi. NilaiB/C ratio yang dicapai berkisar 2,4 - 2,7 yang ber-arti setiap penggunaan biaya Rp. 100,- memberikankeuntungan sebesar 2,4 - 2,7 kali lipat.

Tabel 4. Hasil Analisis Usahatani Kegiatan KajianBeberapa VUB Di Kelurahan Allepolea,Kecamatan Lau, Kabupaten Maros,Tahun 2014

Keterangan : Harga benih 25 kg x Rp. 9.000,- = Rp.150.000,- ; biaya pengolahan tanah perha Rp. 1.000.000,- ; biaya panen 7 : 1

KESIMPULAN

1. Varietas Inpari 15, 16, dan 18 memberikanhasil produksi yang lebih tinggi dari varietasciherang yang selama ini digunakan dalamusahatani padi di Kecamatan lau, KabupatenMaros, Sulawesi Selatan.

2. Penggunaan Inpari 15, 16, dan 18 di Keca-matan Lau, Kabupaten Maros, SulawesiSelatan dapat meningkatan hasil produksigabah sebesar 6,9 - 13,8 % dari varietasCiherang.

3. Varietas Inpari 15, 16, 18, dan 19 layakdikembangkan di Kecamatan Lau, KabupatenMaros, Sulawesi Selatan pada Musim kemarau

No. Varietas Pengeluaran Keuntungan B/C Ratio 1. Inpari 15 7.005.000,- 18.370.000,- 2,6 2. Inpari 16 6.495.000,- 15.380.000,- 2,4 3. Inpari 18 7.070.000,- 18.830.000,- 2,7 4. Inpari 19 6.570.000,- 15.830.000,- 2,4 5. Ciherang 6.620.000,- 16.130.000,- 2,4

DAFTAR PUSTAKA

Arafah dan Najmah., 2012. Pengkajian BeberapaVarietas Unggul Baru Terhadap Pertum-buhan dan Produksi Padi Sawah. J. Agrivigor11 (2) : 188 - 194.

Armansyah, Sutoyo, Nalwida Rozen and RiseAngraini., 2009. The Influence of watepengenangan perio of seedling establishmentof rice plant (Oryza sativa) with SRI methods(the System of Rice Intensification. Artikel.

BB Padi 2009. Deskripsi varietas padi. Balai BesarPenelitian Tanaman Padi

BB Padi 2011. Deskripsi varietas padi. Balai BesarPenelitian Tanaman Padi

BPS. 2010. Sulawesi Selatan dalam angka.

Chairuman, N. 2013. Kajian Adaptasi BeberapaVarietas Unggul B aru Padi Sawah BerbasisPendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadudi Dataran Tinggi Tapanuli Utara PropinsiSumatera Utara. Jurnal online PertanianTropik Pasca Sarjana FP USU. Vol. 1, No.1, Juni 2013. Hal 47 – 54.

Fagi, M. A. dan I. Las., 1988. Limgkungan TumbuhPadi dalam Ismunadji, M., S. Partohardjono.,M. Syam dan A. Widjodjo., Padi Buku I.Pusat Penelitian dan Pegembangan Tana-man Pangan, Bogor.

Hapsah, M.D. 2005. Potensi, Peluang dan StrategiPencapaian Swasembada Beras danKemandirian Pangan Nasional.

Krismawati, A., dan Z. Arifin., 2011. Stabilitas HasilBeberapa Varietas Padi Sawah. J. Peng-kajian dan Pengembangan TeknologiPertanian 14 (2) : 84 - 92.

Makarim, A.K. dan I. Las. 2005. TerobosanPeningkatan produktivitas Padi SawahIrigasi melalui Pengembangan ModelPengelolaan Tanaman dan SumberdayaTerpadu I(PTT). Hal. 115 – 127.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslit-tanak), 1993. Petunjuk Teknis EvaluasiLahan, Proyek Pembangunan PenelitianPertanian Nasional. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. DepartemenPertanian.

Page 35: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

30 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

Soepardi G. 1983. Sifat dan ciri tanah. DepartemenTanah, IPB. Bogor.

Tisdale, S.L. and W.L. Nelson, 1975. Soil Fertilityand Fertilizers. Third Edition. MacmillanPublishing Company, Inc. New York.

Vergara, B.S. 1995. Bercocok Tanam Padi. ProyekProgram Nasional PHT Pusat. DepartemenPertanian. Jakarta.

Page 36: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

31Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

SIDIK LINTAS DALAM PENENTUAN KARAKTER YANG BERPENGARUHTERHADAP HASIL KEDELAI PADA LAHAN KERING MASAM

ABSTRACT

Soybean is the third important food crop after rice and corn. The development of this crop on suboptimal land such as acid land is constrained by low soil fertility and high saturation of Al and Femicro elements. it is needed varieties that are able to adapt to the stress. The correlated characterinformation as well as knowing the relationship pattern between the characters and the resultsimportant to determining the tolerance of the plant to soil acidity. The study was conducted bytesting 10 soybean strains on acid dry land in Sidey District, Manokwari District, West Papua inthe dry season of 2010, using a randomized block design with four replications. The result showedthat the coefficient of direct effect of the observed variable was low (not real) to the result. Theactual effect on the results is obtained through indirect influence based on high coefficient ofindirect effect analysis. Analysis Correlation showed significant positive correlation with yield wasplant height, number of fertile book, age 50% flowering, number of crop/plot, harvest age, seedweight/10 clump and number of pods.

Keywords: path analysis, Soybean, acidic dry land

ABSTRAK

Kata Kunci: Sidik Lintas, Kedelai, Lahan kering masam

Kedelai merupakan tanaman pangan ketiga yang penting setelah padi dan jagung.Pengembangan tanaman ini pada lahan sub optimal seperti lahan masam terkendala pada tingkatkesuburan tanah yang rendah dan kejenuhan unsur mikro Al dan Fe yang tinggi. olehnya itu,dibutuhkan varietas yang mampu beradaptasi pada cekaman tersebut. Informasi karakter yangberkorelasi serta mengetahui pola hubungan antara karakter dengan hasil penting dalammenentukan toleransi tanaman terhadap kemasaman tanah. Penelitian dilaksanakan denganmenguji 10 galur kedelai pada lahan kering masam di Distrik Sidey, Kabupaten Manokwari,Papua Baratpada musim kemarau 2010, menggunakan rancangan acak kelompok dengan empatulangan. Hasil penelitian menunjukkan Nilai koefisien pengaruh langsung dari variabel yangdiamati rendah (tidak nyata) terhadap hasil. Pengaruh nyata terhadap hasil diperoleh melaluipengaruh tidak langsung berdasarkan nilai koefisien pengaruh tidak langsung yang tinggi. Analisiskorelasi menunjukkan korelasi yang nyata positif dengan hasil adalah tinggi tanaman, jumlahbuku subur, umur 50% berbunga, jumlah tanaman panen/petak, umur panen, berat biji/10 rumpundan jumlah polong isi.

Abdul Wahid Rauf dan MaintangBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang-Makassar

Page 37: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

32 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

PENDAHULUAN

Kedelai merupakan tanaman pangan ketigayang penting setelah padi dan jagung. Selain terkaitdengan pemenuhan protein nabati, tanaman ini jugadibutuhkan sebagai bahan baku industri terutamaindustri kecap dan bahan baku industri makananringan lainnya. Produksi kedelai di Indonesia masihrendah, sedangkan kebutuhan terhadap tanamankedelai semakin hari semakin tinggi sejalan denganmeningkatnya jumlah penduduk (Partohardjono,2005). AMIS (2015) dalam Heru dkk (2016) me-nyatakan bahwa kebutuhan kedelai di Indonesia,sebanyak 66.67% masih dipenuhi dari impor padatahun 2013.

Penurunan produksi kedelai diperkirakanterjadi selain karena penurunan produktivitastanaman juga karena adanya penurunan luas panenakibat besarnya alih fungsi lahan ke penggunaanselain sektor pertanian. Alih fungsi lahan banyakterjadi di Pulau Jawa dengan pertumbuhan pen-duduk yang besar. Oleh karena itu, salah upayapeningkatan produksi kedelai yang dapat dilakukanadalah dengan perluasan wilayah tanam di luarPulau Jawa meskipun wilayah tersebut sebagianbesar merupakan lahan marginal yang kurangmenguntungkan bagi pertumbuhan tanaman.

Lahan marginal dapat diartikan sebagai lahanyang memiliki mutu rendah karena memilikibeberapa faktor pembatas jika digunakan untukkeperluan tertentu (Yuwono 2009). Salah satu jenislahan marginal yang terdapat di Indonesia adalahlahan masam. Luas total lahan kering masam diIndonesia sebesar 102.8 juta ha (Mulyani et al.,2004). Kendala utama budidaya di tanah masamadalah adalah tingkat produktivitas lahannya rendaholeh karena adanya defisiensi asam fosfor (P) dantoksisitas alumunium (Al) yang dapat menurunkanproduktivitas tanaman. Kemasaman tanah dankandungan Al yang tinggi dapat merusak perakarantanaman sehingga kemampuan penyerapan air danunsur hara terhambat, kandungan unsur haramakro dan mikro seperti N, P, K, Ca, Mg, dan Moyang rendah, yang menyebabkan pertumbuhantanaman terhambat dan mati (Sutjahjo, 2006).

Perbaikan sifat fisik dan kimia tanah padalahan masam relatif lebih mudah dilakukan denganteknologi pemupukan, pengapuran, serta penge-lolaan bahan organik (Balitan 2006; Mulyani et al.2004). Namun demikian manipulasi sifat fisik kimia

tanah melalui pengapuran dan pemupukan adalahupaya yang sangat mahal dan bersifat sementarasehingga usaha tani menjadi tidak ekonomis.Menurut Sungkono et al. (2009) ; Puspitasari etal. (2012) pengembangan varietas toleran tanahmasam adalah salah satu alternatif untuk mening-katkan efisiensi budidaya di tanah masam. Olehkarena itu, perakitan varietas kedelai yang toleranpada lahan masam merupakan salah satu alterna-tive upaya peningkatan produktivitas kedelai padalahan lahan masam yang pada umumnya memilikikesuburan tanah yang rendah. Alternatif ini meru-pakan metode yang tepat karena hasilnya yangpermanen (dapat diturunkan pada generasiselanjutnya.

Syarat utama untuk merakit varietas unggultoleran kemasaman tersebut adalah tersedianyamateri genetik yang memiliki sifat ketahananterhadap cekaman Al yang terekspresi melaluipenampilan pertumbuhan yang baik dan produk-tivitas tinggi. Seleksi pada kedelai yang dilakukanpada lahan masam dimaksudkan untuk mengiden-tifikasi genotipe kedelai yang potensial untukdikembangkan atau memilih galur-galur yangpotensial menjadi salah satu tetua dalam pengem-bangan varietas kedelai toleran lahan masam.Keberhasilan seleksi genotipe ditentukan olehbeberapa faktor, salah satunya karakter seleksiyang digunakan, dimana tingkat toleransi dipeng-aruhi oleh banyak karakter (gen), seperti karakteragronomis, morfologi, dan fisiologi tanaman sertakomponen hasil. Derajat keeratan hubungan antarahasil dengan karakter lain dapat diduga denganmenghitung nilai koefisien korelasi. Namun tingkatkorelasi tidak dapat menggambarkan hubunganpengaruh langsung dan tidak langsung terhadaphasil. Kelemahan tersebut dapat diatasi dengansidik lintas (path analysis), dimana masing-masingkarakter dapat dihitung kontribusi relatifnyaterhadap hasil ke dalam komponen pengaruh lang-sung dan tidak langsung, sehingga hubungan kausaldi antara karakter melalui alur terpisah yang di-bangun dalam diagram alur dapat diketahui(Streiner, 2005; Singh and Chaudhary, 2010; Toebeand Filho, 2013; Kozak and Azevedo, 2014 dalamEfendi (2016). Berdasarkan hal tersebut makapenelitian ini dilakukan untuk mengetahui variabel/karakter yang berkorelasi dengan hasil serta me-ngetahui pola hubungan antara karakter. Informasiini dapat berperan dalam menentukan toleransi

Page 38: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

33Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

tanaman terhadap kemasaman tanah berdasarkannilai koefisien korelasi serta pengaruh langsung dantidak langsung terhadap hasil pada kondisi pena-naman di lahan masam.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan pada lahan keringmasam di Distrik Sidey, Kabupaten Manokwari,Papua Baratpada musim kemarau 2010, meng-gunakan rancangan acak kelompok dengan empatulangan. Sebanyak 10 galur harapan yaitu (SC2P2.99.5.4.5 1-6-1 (G1), SC2P2.151.3.5.1-10 (G2),SC5P2P3.23.4.1-3-28-3 (G3), SC5P2P3.5.4.1-5(G4), SC5P2P3.23.4.1.1-5 (G5), SC5P2P3.48.31.1-10 (G6), SJ-5/Msr.99.5.4.5-1-6-1 (G7),Msr/SJ-5.21.3.7-3-27-1 (G8), Msr/SJ-5.23.4.1- 3-28-3(G9), Msr/SJ-5.23.4.1-5 (G10) dan empatvarietas pembanding yaitu, Tanggamus, Wilis,Anjasmoro, dan Tegal ditanam pada lahan masam.Benih kedelai ditanam dengan jarak tanam 40cmx 15cm, 2-3 biji/lubang. Pengendalian gulma dila-kukan pada umur 3 dan 6 minggu setelah tanam.Pemupukan 75 kg urea, 100 kg SP36 dan 100 kgKCl/ha. Variabel yang diamati adalah tinggitanaman, jumlah cabang, jumlah buku subur, umurberbunga, umur panen, jumlah tanaman panen, beratbiji/10 rumpun, jumlah polong isi, jumlah polonghampa, berat 100 biji dan hasil biji(t/ha)

Data hasil pengamatan dianalisis sidik lintas.Analisis sidik lintas dilakukan melalui dua tahapananalisis yaitu analisis regresi linear berganda sertaanalisis korelasi. Analisis linear berganda untukmengetahui pengaruh langsung variabel terhadaphasil sedangkan analisis korelasi untuk mengetahuitingkat keeratan dari variabel. Analisis data baikregresi dan korelasi menggunakan software SPSSversi 21.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Korelasi untuk menentukan karakteryang saling berkorelasi

Analisis korelasi menggambarkan besarnyakoefisien korelasi atau tingkat keeratan hubunganantara satu karakter dengan karakter lainnya,sehingga diketahui karakter-karakter yang salingberkorelasi nyata. informasi karakter yang ber-korelasi dengan hasil pada kondisi cekaman dibu-tuhkan pada seleksi genotipe kedelai yang ber-potensi toleran pada kemasaman tanah. Hasil

analisis korelasi dalam penelitian ini, menunjukkantujuh variabel berkorelasi positif nyata dengan hasil,yaitu tinggi tanaman dengan nilai koefisien korelasi(r) 0.666, jumlah buku subur (r=0.654), umur 50 %berbunga (r=0.656), jumlah tanaman panen/petak(r=0.535), umur panen (r= 0,628), berat biji/ 10rumpun (r=1,00) dan jumlah polong isi (r=0,708)(Tabel 1).

Tabel 1. Korelasi antara beberapa variabel (Xi)dengan hasil (Y)

Nilai koefisien korelasi yang nyata positifmenunjukkan bahwa semakin tinggi nilai rata-ratadari karakter tersebut maka semakin tinggi hasilyang diperoleh. Sebaliknya semakin kecil nilai darikarakter tersebut, semakin rendah hasil yang diper-oleh pada kondisi cekaman kemasaman tanah.Karakter yang berkorelasi nyata positif pada pene-litian ini dapat digunakan sebagai karakter seleksigalur toleran pada lahan masam.

Analisis sidik lintas untuk mengetahui variabelyang berpengaruh terhadap hasil

Analisis jalur atau analisis lintas (path analy-sis) digunakan untuk mendaptkan gambarantentang korelasi langsung ataupun tidak langsungantar variabel. Sidik lintas bertujuan untuk memilahkoefisien korelasi ke dalam komponen koefisienlintas yang mengukur pengaruh langsung dan tidaklangsung. sehingga hubungan kausal di antarakarakter yang dikorelasikan dapat diketahui (Singhand Chaudhary, 2010). Melalui analisis ini dapatditentukan kontribusi relatif dari komponenpertumbuhan dan komponen lainnya terhadap hasilyang diperoleh. Hasil analisis sidik lintas menun-jukkan pengaruh langsung yang tidak nyata pada

Variabel (Xi) Nilai koefisien korelasi

te rhadap hasil (Y) X1 Tinggi Tanaman .666** X2 Jumlah cabang .428 X3 Jumlah buku subur .654* X4 Umur berbunga .656* X5 Umur panen .628*

X6 Jumlah Tanaman panen .535*

X7 Berat biji per 10 rumpun

1.000**

X8 Jumlah polong isi .708**

X9 Jumlah polong hampa

.024

X10 Berat 100 biji .098

Page 39: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

34 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

variabel yang diamati dengan nilai koefisien peng-aruh langsung pada variabel tinggi tanaman yaitu (PX1= 0,200), jumlah cabang (PX2 = -0.187), jumlah bukusubur (PX3= 0,074), umur berbunga (PX4= 0,038),umur panen (PX5 = 0,091), jumlah tanaman panen(PX6= -0.034), berat biji (PX7= 1.964), jumlah polongisi (PX8= -1,864), jumlah polong hampa (PX9= - 0.142)dan berat 100 biji (PX10= - 0.1.188). (Tabel 2).Menurut Singh and Chaudhary (2010) Jika variabelyang memiliki nilai koefisien pengaruh langsung rendah

Tabel 2. Pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap hasil

terhadap hasil, perlu diperhatikan nilai pengaruhvariabel tersebut terhadap hasil secara tidak langsungmelalui variabel lainnya (Singh and Chaudhary, 2010).Variabel yang tidak berpengaruh terhadap hasil melaluivariabel lainnya dipilih yang memiliki nilai koefisienpengaruh tidak langsung >0,09. Berdasarkan haltersebut maka sepuluh variabel yang diamatiberpengaruh nyata terhadap hasil melalui pengaruhtidak langsung oleh karena nilai koefisien pengaruhtidak langsung > dari 0.09 (gambar 1).

X1= tinggi tanaman, X2= jumlah cabang, X3 = Jumlah buku subur, X4 = umur berbunga, X5= umur panen, X6= Jumlahtanaman panen, X7= berat biji/10 rumpun, X8= Jumlah polong isi, X9= Jumlah polong hampa, X10= Berat 100 biji.

Keterangan: Y = hasil, TT (X1) = tinggi tanaman, JC(X2)= jumlah cabang, JBS (X3)=jumlah buku subur, UB(X4)=umur berbunga, UP (X5)=umur panen, JTP(X6)=jumlah tanaman panen, BB(X7)=berat biji per 10 rumpun, JPI(X8)=jumlah polong isi, JPH(X9)= jumlah polong isi, B100(X10)= berat 100 biji.Gambar 1. Diagram jalur (path) beberapa variabel yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi hasil

kedelai pada lahan masam.

Variabel Pengaruh langsung

Nilai koefisien pengaruh tidak langsung dari variabel X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10

X1 .200 .801** .791* * .681* * .829** .758** .666** .708** .076 -.438

X2 -.187 .524 .593* .618* .470 .428 .521 .141 -.412

X3 .074 .524 .714* * .801** .859** .654* .753** -.119 -.487

X4 .038 .593 .714 .729** .670** .656* .581* .247 -.287

X5 .091 .618 .801 .729 .918** .628* .669** .076 -.421

X6 -.034 .470 .859 .670 .918 .535* .641* -.129 -.470

X7 1.964 .428 .654 .656 .628 .535 .708** .024 -.098

X8 -1.864 .521 .753 .581 .669 .641 .708 -.329 -.767**

X9 -.142 .141 -.119 .247 .076 -.129 .024 -.329 .449

X10 -1.188 -.412 -.487 -.287 -.421 -.470 -.098 -.767 .449

Page 40: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

35Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

Tabel 3. Nilai variabel dari 10 genotipe dan varietas kedelai pada lahan masam di Manokwari, PapuaBarat.

Keterangan: X1 = tinggi tanaman, X2 = jumlah cabang, X3= jumlah buku subur, X4 = umur berbunga, X5 = umurpanen, X6 = jumlah tanaman panen, X7 = Berat biji per 10 rumpun, JPI(X8)= jumlah polong isi, JPH(X9)= jumlahpolong isi, B100(X10)= berat 100 biji. T= Tenggamus, W = Wilis, A= Anjasmoro, TE= Tegal.

Berdasarkan analisis korelasi diketahuivariabel yaitu tinggi tanaman, jumlah buku subur,umur 50 % berbunga, jumlah tanaman panen/petak,umur panen, berat biji/10 rumpun dan jumlah polongisi ((Tabel 1) berdampak positif nyata terhadap hasilpada kondisi lahan masam. Tinggi tanaman yangbesar nyata menunjang pertumbuhan jumlah bukusubur (r=0.791) berat biji per rumpun (r=0.666) danjumlah polong isi (r=0.708). Hal ini menunjukkankeragaan pertumbuhan tanaman yang baik mendu-kung pertumbuhan komponen hasil dan hasil tana-man. Tingkat keeratan hubungan antara karakterdalam berkontribusi terhadap hasil tanaman disajikanpada Tabel 1 dan gambar 1.

Permasalahan utama yang sering dijumpaidalam usahatani di lahan masam adalah kadar Aldan Fe berlebihan sehingga berpotensi meracunitanaman, selain itu juga dapat mengakibatkan unsurP menjadi kurang tersedia bagi tanaman karenaterfiksasi oleh Al/Fe (Liao et al. 2006). KelarutanAl dalam larutan tanah akan meningkat denganmenurunnya nilai pH tanah. Al menghambatpertumbuhan tanaman dengan mempengaruhiproses pertumbuhan dan perkembangan akar.Beberapa laporan menyatakan bahwa target utamadan pertama keracunan Al adalah jaringan akartanaman. Dalam penelitian ini beberapa genotipeyang diuji memberikan rata-rata hasil yang tinggisejajar dengan varietas Wilis dan Tenggamus. Halini menunjukkan kemampuan akar genotipe Wilis

untuk mampu beradaptasi dengan kandungan Alyang tinggi, sehingga tidak mengganggu fungsiakar. Kemampuan genotipe ini juga terlihat padacekaman Al berat dan perlakuan cekaman keke-ringan, dimana genotipe ini mengalami penurunanpertumbuhan akar yang paling kecil dibandingkandengan lima genotipe (Hanum et al., 2007).Kerusakan akar yang berkelanjutan menyebabkanrusaknya system penyerapan air dan mineral nutrisiyang berujung pada pengurangan hasil panen(Ferrufino et al., 2000).

Hasil penelitian lain dengan menggunakanAl sebagai agen seleksi pada tanaman kedelaimenunjukkan bahwa varietas Wilis mampu bera-daptasi pada lahan kering dan masam pada konsen-trasi 75% Al. Genotipe yang tahan menghasilkanbobot kering akar lebih tinggi dan sebaliknya padagenotype yang rentan (Hanum et al., 2007). Pene-litian Giono dkk (2015) melalui iradiasi sinar gamma50 gy dan 25 gy diperoleh genotipe toleran yaituvarietas Menyapa, Orba dan Tanggamus. Hasiltinggi yang dicapai oleh galur dan varietas meng-gambarkan kemampuan tanaman beradaptasidengan baik pada kondisi tanah masam. Syahri danSomantri (2014) dan Triadiati et al. (2013) menye-butkan bahwa varietas Tanggamus dan Wilis adalahkedelai yang toleran terhadap kemasan tanah se-hingga mampu berproduksi dengan baik. MenurutFitter dan Hay (1991) kemampuan tanaman ber-adaptasi pada lahan masam diduga terkait denganmekanisme ekslusi ameliorasi, dan toleransi.

Page 41: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

36 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

Kemampuan tanaman mengenal ion toksik dan men-cegah agar tidak terambil sehingga tidak mengalamitoksisitas disebut ekslusi, atau tanaman meng-absorbsi ion tersebut namun mampu meminimumkanpengaruhnya (ameliorasi), atau tanaman dapatmengembangkan sistem metabolis yang dapatberfungsi pada konsentrasi toksik yang potensial.

KESIMPULAN DAN SARAN

Nilai koefisien pengaruh langsung darivariabel yang diamati rendah (tidak nyata) terhadaphasil. Pengaruh nyata terhadap hasil diperolehmelalui pengaruh tidak langsung berdasarkan nilaikoefisien pengaruh tidak langsung yang tinggi.Analisis korelasi menunjukkan korelasi yang nyatapositif dengan hasil adalah tinggi tanaman, jumlahbuku subur, umur 50 % berbunga, jumlah tanamanpanen/petak, umur panen, berat biji/10 rumpun danjumlah polong isi.

DAFTAR PUSTAKA

Acquaah G. 2005. Principles of Crop Production.New Jersey (US): Pearson Education inc

Balai Penelitian Tanah. 2006. Potensi lahan keringmasam untuk pengembangan pertanian.Warta Penelitian dan PengembanganPertanian. 28(2):16-17.

Efendi R. Muhammad Aqil, Andi Takdir Makalaudan Muhammad Azrai. 2016. Sidik LintasDalam Penentuan Karakter Seleksi JagungToleran Cekaman Kekeringan. InformatikaPertanian, Vol. 25 No.2 : 171 - 180

Fitter A.H. dan R.K.M. Hay. 1991. Fisiologilingkungan tanaman. Penerjemah Sri Andanidan Purbayanti. UGM-Press, Yogyakarta.

Ferrufino A, Smyth TJ, Israel DW, Carter TE. Jr.2000: Root elongation of soybean genotypesin response to acidity constraints in a sub-surface solution compartment. Crop Science40:413 - 421.

Giono R.W. Muh. farid bdr , Amin nur, Mchtar S.Solle dan izddin idrus. 2014. KetahananGenotipe Kedelai Terhadap Kekeringan DanKemasaman, Hasil Induksi Mutasi DenganSinar Gamma. Jurnal Agroteknos. Vol. 4 No.1. Hal 44-52 .

Hanum C, Muqnisjahw Q, Yahya S, Sopandy SD,Idris K dan Sahar AA. 2009. Penapisankedelai toleran cekaman aluminium dankekeringan, Forum Pascasarjana 32(4).

Liao H., H. Wan, J. Shaff, X. Wang, X. Yan, andL.V. Kochian. 2006. Phosphorus and Alu-minum Interactions in Soybean in Relation toAluminium tolerance. Exudation of specificorganic acids from different regions of theintact root system. Plant Physiologi.

Mulyani A, Rachman A, Dairah A. 2004. Penye-baran lahan masam, potensi dan keterse-diaannya untuk pengembangan pertanian.Seminar Nasional Multifungsi Pertaniandan Ketahanan Pangan. 2004 Jun: Bogor,Indonesia. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanahdan Agroklimat. hlm 23- 45.

Puspitasari W, Human S, Wirnas D, Trikoesoe-maningtyas. 2012. Evaluating genetic variabil-ity of sorghum mutant lines tolerant to acidsoil. Atom Indonesia. 38(2):83-88.

Sutjahjo SH. 2006. Seleksi in vitro untuk keteng-gangan terhadap Aluminium pada empatgenotype jagung. Akta Agrosia 9(2): 61-66.

Singh, R.K. and B.D. Chaudhary. 2010. Biometri-cal Methods in Quantitative Genetic Analy-sis. Kalayani, Ludhiana. page 275-280.

Syahri dan R.U. Somantri. 2014. Optimalisasi lahansub optimal untuk pengembangan kedelai disumatera selatan melalui penerapan inovasiteknologi. Prosiding Seminar Nasional LahanSuboptimal. Palembang.

Sungkono, Trikoesoemaningtyas, Wirnas D,Sopandie D, Human S, Yudiarto MA. 2009.Pendugaan parameter genetik dan seleksigalur mutan sorgum (Sorgum bicolor (L.)Moench) di tanah masam. J.Agron. Indo-nesia. 37(3):220-225.

Triadiati N.R. Mubarik, dan Y. Ramasita. 2013.Respon pertumbunan tanaman kedelai ter-hadap Bradyrhizobium japonicum toleranmasam dan pemberian pupuk di tanahmasam. J. Agron. Indonesia 41 (1) : 24 – 31.

Yuwono NA. 2009. Membangun kesuburan tanahdi lahan marginal. Jurnal Ilmu Tanah danLingkungan. 9(2):137-141.

Page 42: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

37Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

KAJIAN MUTU DAN PENDAPATAN USAHATANI PADA PERTANAMANDENGAN SISTEM BUDIDAYA KAKAO YANG BAIK DI SULAWESI SELATAN

Muhammad Thamrin1), Ruchjaniningsih1) dan S. J. Munarso2)

1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi SelatanJl. Perintis Kemerdekaan Km 17,5 Sudiang - Makassar 90242

e-mail: [email protected]) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen

Jl. Tentara Pelajar No 12, Bogor 16114

ABSTRACT

Cocoa is one of the leading commodities for agriculture development. South Sulawesi (Sulawesi) is thelargest contributor to the national cocoa production, with a contribution of 60%. Low quality of cocoa seeds, as wellas the absence of cocoa quality assurance is the major problem in the cocoa trade. This due to the cocoa farmers hasnot applied the system of cultivation well, including farmers in South Sulawesi. This assessment aims to examine theeffect of applying good farming system on the quality of cocoa beans and cocoa farm income. The assessment wasconducted in the village of Tinco, District Citta, Soppeng, South Sulawesi in February to December 2012, with theapproach of “With and Without”. Farmers Group “Bunga Coklat “ was chosen as group of cooperators, the groupthat apply the appropriate guidance of GAP and also get technology assistance. As a control, it was selected a groupof farmers who did not receive treatment. Evaluation was made on level of improvement of cocoa quality and the levelof farm income. Analysis of income (profit) is measured by the ratio of the increase in revenue and cost (B / C Ratio).The result shows that implementation of GAP has changed the behavior of farmers in cocoa gardening, amongothers, the occurrence of seeding (in particular with better clones), treatment provision of shade and pruning,arrangement of garden sanitation, fertilization and pest/disease control. It was also shown that application of GAPwas able to increase the quality grade of produced cocoa beans, namely cocoa with lower slaty beans, moisture anddirt seeds that meet the standard of ISO 2323: 2008. Application of GAP can provide added value, increase in beanproduction up to 349 kg/ha, and sizable increase in revenue of around Rp. 9.500.000, - per hectare

Keywords : GAP, cocoa, bean quality, farming

ABSTRAK

Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan pembangunan sektor pertanian. Provinsi SulawesiSelatan (Sulsel) merupakan kontributor terbesar produksi kakao nasional, dengan sumbangsih sebesar 60%.Mutu biji yang rendah serta tidak adanya jaminan mutu biji kakao merupakan masalah utama dalam perdagangankakao. Hal ini karena petani kakao belum menerapkan sistem budidaya tanaman yang baik, termasuk di Sulsel.Pengkajian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh penerapan sistem budidaya yang baik terhadap mutu bijikakao dan pendapatan usahatani kakao. Pengkajian dilaksanakan di Desa Tinco, Kecamatan Citta, Kab.Soppeng, Sulawesi Selatan pada Februari-Desember 2012, dengan pendekatan “With and Without”. KelompokTani “Bunga Coklat” merupakan kelompok kooperator, yaitu kelompok yang menerapkan GAP sesuai panduanyang ada dan juga mendapatkan pendampingan teknologi. Sebagai kontrol, dipilih kelompok tani yang tidakmendapatkan perlakuan yang ada di sekitar kelompok kooperator. Evaluasi dilakukan terhadap tingkat perbaikanmutu biji kakao dan tingkat pendapatan usahatani. Penerapan sistem GAP telah mengubah perilaku petanidalam berkebun kakao, antara lain terjadinya penyemaian benih (khususnya dengan klon yang lebih baik),perlakuan pemberian naungan dan pemangkasan, penataan sanitasi kebun, pemupukan dan pengendalianhama/penyakit. Analisis pendapatan (keuntungan) diukur berdasarkan rasio kenaikan pendapatan dan biaya(B/C.Ratio). Hasil kajian menunjukkan bahwa penerapan GAP mampu menunjukkan peningkatan kelas mutubiji kakao yang dihasilkan, yakni kakao dengan kadar biji slaty yang lebih rendah, kadar air dan kotoran bijiyang memenuhi standar SNI 2323:2008. Penerapan GAP mampu memberikan nilai tambah, kenaikan produksi349 kg/ha, dan kenaikan penerimaan yang cukup besar sekitar Rp. 9.500.000,-/ha

Kata kunci : GAP, kakao, mutu, usahatani

Page 43: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

38 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

PENDAHULUAN

Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) meru-pakan sentra produksi kakao yang memberikankontribusi 60% dari produksi kakao nasional(Dirjenbun, 2014). Pada tahun 2005, luas arealperkebunan kakao di Provinsi Sulsel sekitar217.400 ha (21,9%) dari luas areal kakao di In-donesia dengan produksi 184.505 ton atau 28,3%dari produksi kakao Nasional (BPS, 2015) dantahun 2009 sampai 2012 melalui program Gernaskakao berkembang dengan penambahan areal7.850 ha dengan melibatkan 524 kelompok tani(Limbongan et al., 2015). Perkebunan kakao diSulsel tersebar di 22 kabupaten, dan 11 kabupatendi antaranya adalah kakao asal SomaticEmbriogenesis (SE).

Keberhasilan produksi kakao baik dari bijimaupun SE selama ini belum diimbangi denganperbaikan mutu biji kakao, yang masih tergolongrendah dan beragam. Kakao Sulsel umumnya tidakterfermentasi, biji tidak cukup kering, ukuran bijitidak seragam, kadar kulit tinggi, keasaman tinggi,cita rasa sangat beragam dan tidak konsisten(Limbongan et al., 2015 ; Mulato, 2011). Hal ter-sebut menyebabkan harga biji kakao di pasarandalam negeri maupun internasional relatif rendahdan dikenakan potongan harga di pasar inter-nasional. Meskipun demikian, kakao Sulsel diakuimempunyai keunggulan, yaitu mengandung lemakcoklat yang relatif tinggi dan dapat menghasilkanbubuk kakao dengan mutu yang baik.

Masalah utama petani kakao di Sulsel dankhususnya di Soppeng adalah mutu biji yang masihrendah. Hal ini disebabkan karena petani kakaopada umumnya tidak menerapkan sistem budidayatanaman yang benar (Hariyadi et al,. 2009). Be-berapa teknologi budidaya belum dilakukan denganbenar, seperti teknologi penggunaan varietasunggul, pemupukan, penggunaan tanaman naungan,maupun pemangkasan. Penggunaan pestisidabanyak dilakukan untuk mengendalikan hama danpenyakit pada kakao (Owushu-ansah et al,. 2010).Teknologi panen dan penanganan pascapanen jugabelum dilakukan secara optimal. Proses fermentasiterhadap biji hasil panen dilakukan secara asal-asalan atau bahkan tidak dilakukan sama sekali.Teknologi penyimpanan juga dilakukan pada kondisiyang seadanya, sehingga banyak ditemukan bijikakao yang bercendawan. Akibatnya, biji kakaoberpotensi mengandung mikotoksin. Okratoksin-A

(OTA), yaitu salah satu jenis mikotoksin yangbanyak ditemukan pada biji kakao (Megalhaes etal, 2011).

Secara teknis operasional, keragaman mutukakao disebabkan oleh minimnya sarana penerapanteknologi budidaya dan pengolahan, serta lemahnyapengawasan mutu pelaksanaan proses produksikakao rakyat. Kriteria mutu biji kakao yang meliputiaspek fisik, cita rasa, kebersihan, aspek kesera-gaman dan konsistensi sangat ditentukan olehperlakuan pada setiap tahapan proses produksitersebut. Oleh karena itu, pengawasan dan peman-tauan pada setiap tahapan proses mestinya dila-kukan secara rutin agar tidak terjadi penyimpanganmutu.

Proses pengolahan buah kakao menentukanmutu produk akhir kakao, karena dalam prosestersebut akan terjadi pembentukan calon citarasakhas kakao dan pengurangan cita rasa yang tidakdikehendaki, misalnya rasa pahit dan sepat.Pemerintah telah menetapkan standar mutu kakao(SNI 2323:2008) (BSN, 2008), dalam bentukpenetapan kelas mutu biji kakao. Biji kakao mutu Imempunyai persyaratan mempunyai kandungan airmaksimum 7,5%, kadar biji berjamur maksimum3%, kadar biji tidak terfermentasi maksimum 3%,biji berserangga, hampa, dan berkecambahmaksimum 3%, biji pecah 3% serta benda asingmaksimum 0%.

Sistem GAP merupakan sistem yang di-rancang untuk mengendalikan mutu produk agarsesuai dengan standar mutu yang diacu. Sistem inimensyaratkan penerapan seluruh teknologi yangterbaik dalam proses usahatani secara benar dankonsisten. Penerapan sistem ini pada usahatanikakao diharapkan mampu memperbaiki mutukakao yang dihasilkan, tetapi juga akan membantuupaya peningkatan produktivitas kakao.

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) meng-amati penerapan GAP terhadap tingkat mutu bijikakao, dan 2) mengamati pengaruh penerapansistem GAP terhadap tingkat hasil biji dan pen-dapatan usahatani.

METODOLOGI

Kegiatan pengkajian dilakukan di KabupatenSoppeng, Provinsi Sulawesi Selatan pada Februarisampai Desember 2012, dengan melibatkanbeberapa petani dalam suatu kelompok tani.

Page 44: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

39Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

Pengkajian dilakukan dengan pendekatan “With andWithout”. Kelompok tani (Klotan) “Bunga Coklat”dipilih sebagai kelompok kooperator denganusahatani kakao sebagai sumber pendapatan utama,sedangkan sebagai kelompok pembanding dipilihkelompok swadaya dengan usahatani kakao sebagaisambilan. Kedua kelompok tersebut berlokasi diDesa Tinco, Kecamatan Citta, Kabupaten SoppengPenetapan klotan Bunga Coklat sebagai kooperatorkarena kelompok ini telah menerapkan kaidahbudidaya kakao yang baik, hasil kegiatan pendam-pingan Puslitbang Perkebunan tahun 2010-2011(Rubiyo et al., 2011; Munarso et al, 2012). Penge-nalan teknologi dilakukan melalui proses pelatihandan sekolah lapangan, dengan melibatkan penyuluhpertanian di Kecamatan Citta dan Pengurus AsosiasiGapoktan Kakao Kabupaten Soppeng. Jumlah petanikelompok Bunga Coklat sebanyak 15 orang denganluas 10 ha, sedang kelompok pembanding terdapat24 orang dengan luas 10,5 ha.

Pengambilan sampel dilakukan masing-masing 5 petani per kelompok yang melakukanpenerapan GAP dan dilakukan analisis mutu bijikakao. Analisis mutu dilakukan mengikuti prosedurpersyaratan mutu Biji Kakao (SNI 2323–2008).Analisis kimia dilakukan laboratorium kimia BalaiBesar Litbang Pascapanen Pertanian, dengan peng-amatan meliputi kadar lemak (SNI 2323–2008) dankadar protein (SNI 2323–2008) biji kakao. Hasilanalisis selanjutnya didiskripsikan antara kelompoktani yang sudah dan belum menerapkan GAP.Analisis pendapatan (keuntungan) yang diukurberdasarkan rasio kenaikan pendapatan dan biaya(VCR= Value Cost Ratio) menurut formulasiNastiti (1982):

B/C = Y.Py/TCTC = FC + VCB/C = Y.Py/(FC + VC)

Dimana:B/C = Ratio penerimaan terhadap biayaB = PenerimaanTC = Total biayaPy = Harga outputY = Jumlah outputFC = Biaya tetapVc = Biaya tidak tetap

Jika:

B/C >1, Usahatani layak

B/C=1, Usahatani impas (tidak untung, tidak rugi)

B/C<1, Usahatani tidak layak

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Penguasaan Teknologi

Penerapan sistem GAP pada pertanamankakao telah membawa petani pada penguasaanteknologi yang baik, antara lain nampak daripenggunaan klon unggul, adanya penyemaian benih,penaungan dan pemangkasan, pola tanam, jaraktanam, drainase dan rorak, pemupukan, sanitasikebun, pengendalian hama/penyakit (Tabel 1).Fermentasi dan pengeringan juga termasuk tekno-logi yang dikuasai. Perlakuan sanitasi kebun yangbaik ternyata mampu kejadian serangan hama danpenyakit pada pertanaman kakao. Pengendalianhama dan penyakit dilakukan dengan penggunaanpestisida kimia, seperti Alika dan sebagainya,dengan frekuensi penyemprotan satu kali setiap 2bulan atau 6 kali per tahun.

Teknologi seperti tersebut di atas hampirseluruhnya tidak dilakukan oleh kelompok tani lain.Hanya 30% petani di luar kelompok ini telah meng-gunakan klon unggul. Pengendalian hama danpenyakit hampir tidak pernah dilakukan. Itusebabnya, kakao petani pada umumnya banyakterserang penggerek buah kakao (PBK) danHelopeltis spp., atau kepik pengisap buah sertapenyakit busuk buah yang disebabkan olehPhytopthora palmivora.

Tabel 1. Keragaan Komponen Teknologi Budi-daya Kakao di Kelompok Tani BungaCoklat

Komponen Teknologi Bunga Coklat Penyemaian Benih Dilakukan

Penaungan/ Pemangkasan Sesuai

Pola Tanam Bikultur (Kakao,Pisang)

Jarak Tanam 3 x 3 m2

Drainase dan Rorak Ada Pemupukan 1-3 kali setahun Sanitasi Kebun Dilakukan Pengendalian H&P 1 x /2bulan

Page 45: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

40 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

Mutu Fisik dan Kimia Biji Kakao

Berdasarkan persyaratan umum padastandar mutu biji kakao (SNI 3232-2008) nampakbahwa biji kakao yang dihasilkan oleh kelompoktani telah memenuhi persyaratan tersebut. Bijikakao mempunyai kadar air sebesar 7,2%. PadaTabel 2 ditunjukkan bahwa sebagian besar mutufisik biji kakao telah memenuhi persyaratan umumstandar mutu biji kakao, karena biji kakao ternyatatelah bebas dari cemaran serangga hidup, dan tidakterdapat bau asap dan atau hammy dan atau berbauasing. Hanya satu kriteria yang belum dapat dipe-nuhi, yakni adanya benda asing sebesar 2,1%, yangsemestinya tidak boleh ada

Pengaruh penerapan sistem GAP nampakpula dari nilai Bean Count yang rendah. BeanCount adalah banyaknya (jumlah) biji per 100 grambiji. Semakin rendah nilainya, maka makin mantabbobot biji, yang mencerminkan proses pengisian bijipada saat di pertanaman berlangsung dengan baik.Penerapan sistem GAP menghasilkan biji denganBean Count sebesar 96, sehingga berdasarkanklasifikasi SNI, biji tersebut masuk dalam kelasmutu A. Rendahnya nilai Bean Count jugadimungkinkan akibat penggunaan klon unggul yangrata-rata memiliki ukuran biji yang lebih besar daripada klon lokal.

Tabel 2. Karakteristik umum Mutu Biji KakaoHasil Penerapan Sistem GAP

Keterangan : * grade : AA (maks. 85 biji); A (85 -100);B (101-110); C (111-120); S (>120)

Selanjutnya berdasarkan persyaratankhusus, biji kakao hasil penerapan sistem GAP ter-golong dalam kelas mutu I. Pada biji kakao ini,kadar biji berjamur hanya 1,6 (Tabel 3). Krietriamutu lain juga dapat dipenuhi, termasuk kadar bijiSlaty yang tepat sesuai dengan persyaratan. Kadarbiji slaty (biji bantat) merupakan indikatordilakukannya proses fermentasi. Fermentasi akanmenghasilkan biji yang berongga dan tekstur yang

lebih rapuh berwarna coklat tua. Sementara bijitak terfermentasi akan mempunyai tekstur yangpejal berwarna ungu keabu-abuan (slaty). Padakelompok yang tidak melakukan fermentasi, bijikakao yang dihasilkan umumnya mempunyai nilaibiji slaty yang tinggi (9-12). Praktik fermentasi jugamampu memperbaiki karakter aroma khas kakao,warna biji, mengurangi rasa pahit, asam, manis, danmengeraskan kulit biji seperti tempurung.

Tabel 3. Mutu Biji Kakao Berdasarkan Persya-ratan Khusus SNI Biji Kakao

Keterangan : * SNI 2323:2008

SNI Biji Kakao tidak mempersyaratkan nilaikomponen kimia tertentu. Namun dalam perdagangan,komponen seperti kadar lemak sering menjadipertimbangan dalam memilih komoditas biji kakaoatau dalam menetapkan harganya. Tingkat keamananpangan, seperti ada tidaknya residu pestisida, cemaranlogam berat dan kontaminan mikotoksin seringmenjadi pembatas dalam perdagangan kakao dunia.Penerapan sistem GAP ternyata menghasilkan bijikakao dengan kadar lemak sebesar 35,51% dan kadarprotein sebesar 16,27%

Kualitas kakao merupakan hal yang pentingdalam pengusahaan kakao. Sehingga petani perlumeningkatkan praktek penerapan GAP sesuaidengan rekomendasi. Quarmine etal(2012), bahwakualitas premium kakao tidak akan bisa dicapaitanpa penerapan uji kualitas, serta kebijakan pene-rapan mekanisme insentif diperlukan. Hal yangsama perlu dilakukan oleh pemerintah, sehinggamendorong petani untuk menerapkan GAP dalamproduksi kakaonya.

Analisis Pendapatan

Berhasil tidaknya usahatani dapat diukurdengan besar kecilnya tingkat pendapatan yangditerima. Semakin besar tingkat pendapatan yangditerima maka semakin berhasil usahatani tersebut.Pendapatan usahatani sendiri merupakan pengu-rangan dari nilai-nilai penerimaan dengan biayayang dikeluarkan.

Karakteristik Mutu Biji Kakao

SNI (3232 : 2008)

Jumlah biji/100 gr 96 *

Kadar air (%) 7, 23 Maks. 7,5

Serangga hidup (%) 0 Tidak ada

Biji berbau asap dan atau hammy dan atau berbau asing, (%)

0 Tidak ada

Kadar benda asing (%) 2,1 Tidak ada

Persyaratan Mutu Biji Kakao

Kelas Mutu I

Kelas Mutu II

Kadar Biji Berjamur 1,6 Maks. 2 Maks. 4 Kadar Biji Slaty 3 Maks. 3 Maks. 8 Kadar Biji Berserangga 0 Maks. 1 Maks. 2 Kadar Kotoran 0,3 Maks. 1,5 Maks. 2,0 Kadar Biji Berkecambah

0 Maks. 2 Maks. 3

Page 46: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

41Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani kakao di atas (Tabel 4), dapat disampaikanbahwa pendapatan petani telah mengalami pening-katan yang cukup signifikan. Kenaikan pendapatanini diduga karena adanya penerapan teknik budi-daya yang benar atau berdasarkan sistem GAP,yang mendorong peningkatan produksi sebesar 349kg/ha. Peningkatan mutu biji kakao yang terjadiakibat penerapan GAP, membawa harga biji kakaolebih tinggi (Rp. 22.000/kg) dibanding dengan harga

biji kakao cara petani non fermentasi (Rp. 20.000/kg). Dengan demikian terdapat perbedaan (mar-gin) pendapatan bersih yang cukup besar padausahatani kakao yang menerapkan teknologi carapetani dan teknologi GAP adalah Rp. 23.360.000– Rp. 13.860.000 = Rp. 9.500.000,-. Demikianpula halnya dari sisi analisis Ratio KenaikanPendapatan dan Biaya (Value Cost Ratio = VCR)dengan nilai lebih dari 1 yang berarti ushatani layakuntuk dikembangkan.

Tabel 4. Analisis Pendapatan Kakao pada Perlakuan Cara Petani dan GAP/GHP, Soppeng 2012

Berdasarkan hasil analisis ini, cakupanpenerapan teknologi berdasarkan GAP hendaknyadiperluas dan diintensifkan pendampingan ataupengawalannya, agar produksi dan produktivitasmeningkat secara signifikan dan kesejahteraanpetani juga meningkat. Upaya perluasan cakupandisarankan dilakukan pada daerah sentra produksikakao yang lain.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Penerapan sistem budidaya yang baik (GAP)terbukti mampu meningkatkan mutu biji kakaohasil panen. Indikator peningkatan mutu initerdapat pada kadar biji “slaty” yang lebih rendah,kadar air dan kadar kotoran biji kakao yang telahmemenuhi persyaratan mutu SNI 2323:2008.

2. Penerapan sistem GAP secara nyata ber-pengaruh kepada karakteristik kimia biji kakao,khususnya kadar lemak. Penggunaan klon S1 danadanya proses fermentasi dalam penerapan sistemGAP diduga menjadi faktor penyebab lebihtingginya kadar lemak dan kadar protein biji kakao.

3. Kelompok tani kooperator ternyata mampumemperbaiki performansi kebun dan kinerjaproduksi (jumlah per pohon yang lebih banyak).Pengendalian hama yang intensif pada ke-lompokkooperator telah berhasil menekan serangan hamadan penyakit.

4. Penerapan GAP mampu memberikan nilaitambah, kenaikan produksi dan penerimaan yangcukup besar, dengan kenaikan produksi sebesar349 kg/ha, dan kenaikan penerimaan antara Rp.9.500.000,-/ha.

Page 47: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

42 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

5. Kajian ini juga mempunyai potensi yang baikuntuk peningkatan mutu dan juga produksikakao. Disarankan adanya kajian serupadengan luasan yang lebih besar, yang dapatsekaligus dijadikan sebagai media diseminasiteknologi peningkatan produksi dan mutukakao.

DAFTAR PUSTAKA

Amoa-Awua, WK, Halm, A., Jakobsen, M. 1998.HACCP System for African fermentedfoods : kenkey. Taastrup, Denmark: WorldAssociation of Industrial and TechnologicalResearch Organizations.

Amoa-Awua, WK, Ngunjiri, P., Anlobe, J., Kpodo,K.,Halm, M., Hayford, AE., dan Jakobsen,M. 2007. The effect of applying GHP andHACCP to traditional food processing atsemi-commercial kenkey production plant inGhana. Food Control: 18 : 1449-1457.

BPS. 2015. Biro Pusat Statistik.Provinsi SulawesiSelatan Dalam Angka 2015.

BSN. 2008. SNI 2323: Biji Kakao. Badan Standar-isasi Nasional. Jakarta.41 halaman.

Bubonja-Sonie M, Giacometti, J, Abram M. 2011.Antioxidant and antilisterial activity of oliveoil, cocoa and rosemary extract polyphenols.Food Chemistry: 127:4:1821-1827.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. IndonesiaTargetkan Jadi Penghasil Kakao Terbesardi Dunia. www.http:/ditjenbun.deptan.go.id(diakses tanggal 12 Desember 2014).

Hariyadi, Sehabudin, H., Winasan, IW. 2009. Iden-tifikasi Permasalahan dan Solusi Pengem-bangan Perkebunan Kakao Rakyat diKabupatenLuwu Utara, Provinsi SulawesiSelatan. Prosiding Seminar Hasil-HasilPenelitian IPB. Hal. 75-88.

Limbongan, J. 2012. Karakteristik morfologis dananatomis klon harapan tahan hama peng-gerek buah kakao sebagai sumber bahantanam. Jurnal Penelitian dan PengembanganPertanian. 31(1): 36-42.

Magalhães, JT, George Andrade Sodré, HenryViscogliosi, Marie-Florence Grenier-Loustalot. 2011. Occurrence of OchratoxinA in Brazilian cocoa beans. Food Control22 : 744 – 748.

Maharaj, R. 2010. HACCP-based System and TheCocoa Value Chain. University of TrinidadTobago.

Montimore, S. dan Wallace, C. 1998. HACCP: APractical Approach. Gaithersburg, MarylandUSA. Aspen Publisher Inc.

Munarso, S.J., Miskiyah, dan E. Hadipoetyanti.2012. Panduan Penanganan Kakao YangBaik. Puslitbang Perkebunan. Bogor.

Nastiti, S.H. 1982. Pelaksnanaan PengujianTeknoogi Produksi. Makalah pada LatihanPPS Bidang Agronomi 12 Maret – 18 Aprildi Bogor, Puslitbangtan. Bogor.

Owansu-Manu, E. 1977. Insecticide Residue andTainting in Cocoa. Pesticide managemenatand Insecticide Resistance. Academic Press: 555-564.

Owuhu-Ansah, E, Koranteng-Addo, JE, Boam-posem, LK, Menlah, E, Abole, E. 2010. As-sessment of Lindane pesticide residue inCocoa beans in the TwifoPraso district ofGhana. J. Chem. Pharm. Res : 2:4 : 580-587.

Qurmine, W, Haagsma, R, Sakyi-Dawson, O,Asante, F, van Huis, A, Obeng-Oforo,D.2012. Inventive for cocoa bean productionin Ghana : Does Quality matter. NJAS:Wageningen Journal of Life Science: 60-63:7-14.

Rubiyo, Siswanto, I.K. Ardhana, E. Karmawatidan S. Guntoro. 2011. PengembanganTeknologi Pengelolaan Kelapa dan KakaoTerpadu Untuk Meningkatkan PendapatanPetani >25%. Laporan Akhir Pengem-bangan Kakao Terpadu. Puslitbang Per-kebunan. Bogor

Winarno, FG. 2002. Codex dan SNI dalam Per-dagangan Pangan Global. MBRIO Press.Cetakan 1. 75 hal.

Page 48: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

43Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

ANALISA KARAKTERISTIK PERILAKU USAHATANIPERTANIAN CABAI DI SULAWESI SELATAN

Andi Faisal Suddin dan YusmasariBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang-Makassar

ABSTRACT

The behavior of pepper farmers influences the application of production technology. This isrelated to the process of technology adoption. So that will affect the increase of pepper productionand farmer’s income. This research was conducted in South Sulawesi in 2015. The research methodused survey and abservation method in the field of pepper farming development. The results showthe development of harvested area, production, and productivity of pepper over the last five yearsfluctuated, but there is an increasing trend. The pepper farming activities conducted by farmersare still simple. The income level of pepper farming reaches Rp. 8.296.000 / ha / planting season,with a R / C level of 2.24.

Keywords: Pepper, farming, behavior, and technology.

ABSTRAK

Perilaku petani cabai berpengaruh terhadap penerapan teknologi produksinya. Hal tersebutberkaitan dengan proses adopsi teknologi. Sehingga akan berpengaruh pada peningkatan produksicabai dan pendapatan petani. penelitian ini dilaksanakan di Sulawesi Selatan pada tahun 2015.Metode penelitian menggunakan metode survei dan abservasi di lapang pengembangan usahatanicabai. Hasil penelitian menunjukan perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas cabaiselama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi, namun ada kecenderungan meningkat. Kegiatanusahatani cabai yang dilakukan oleh petani masih bersifat sederhana. Tingkat pendapatanusahatani cabai mencapai Rp. 8.296.000/ha/musim tanam, dengan tingkat R/C 2,24.

Kata Kunci: Cabai, usahatani, perilaku, dan teknologi

Page 49: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

44 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

PENDAHULUAN

Perilaku dapat ditentukan oleh sikap yangmuncul atau dimunculkan dalam kesadaran sese-orang. Selanjutnya juga dikatakan bahwa perilakuakan lebih sesuai dengan sikap yang sesungguhnyajika situasinya memang menghendaki hal yangdemikian (Sarwono, 1999). Sikap didefinisikan olehbeberapa ahli seperti Allport 1924), Sherif dan Sherif(1956), dan Bem (1970) yang dirangkum olehRahmat (2000) adalah sebagai berikut: Pertama,sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi,berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide,situasi atau nilai. Kedua, sikap mempunyai dayadorong atau motivasi. Ketiga, sikap relatif lebihmenetap. Keempat, sikap mengandung aspekevaluatif. Kelima, sikap timbul dari pengalaman,tidak dibawa sejak lahir tetapi merupakan hasilbelajar, sehingga sikap dapat diperteguh atau diubah.

Sarwono (1999) juga merangkum beberapapendapat pakar psikologi tentang sikap (Myers,1996; Azjen, 1988; Eagly & 1992), yang meskipunada perbedaan antara satu dengan lainnya namunsemuanya sependapat bahwa ciri khas dari sikapadalah : (1) mempunyai objek tertentu (orang,perilaku, konsep, situasi, benda, dan sebagainya),dan (2) mengandung penilaian (setuju-tidak setuju,suka-tidak suka). Respon evaluatif berarti bahwabentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap,timbulnya didasari oleh proses dalam diri individuyang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalambentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menye-nangkan-tidak menyenangkan, yang kemudianmengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objeksikap (Azwar, 2009).

Sikap yang muncul karena pengetahuanyang dimilikinya yang menjadi tahap awal sebagaipersepsi. Adanya pengetahuan atau wawasan barudikalangan petani, akan mendorong terjadinya sikapyang akhirnya mendorong terjadinya perubahanperilaku. Sikap petani terhadap inovasi teknologisangat tergantung dari pengetahuan danpengalaman lapangan mereka (Suharyanto, et al.2006 dalam Nazirah, 2011; Mar’at, 1987) danmampu mengembangkan inteligensi petani(Sudijanto, 1978 dalam Sedana, 2010).

Usahatani cabai yang dilakukan petanidalam mengadopsi teknologi tidak terlepas daripengetahuan dan sikap petani yang mengambilsebagai tindakan usahataninya. Hal ini disebabkan

karena cabai dapat dimanfaatkan untuk berbagaikeperluan baik yang berhubungan dengan kegiatanrumah tangga maupun sebagai industry danramuan obat tradisional. Selain itu secara umumcabai memiliki kandungan gizi dan vitamindiantaranya protein, lemak, karbohidrat, kalsium,vitamin A, B1 dan Vitamin C.

Rata-rata luas areal panen cabai di Indone-sia pada tahun 2003-2008, tercatat seluas 23.000ha/tahun dengan produktivitas rata-rata 6,5 ton/ha.Produktivitas ini mencakup cabai merah dan cabairawit. Produktivitas tersebut masih sangat rendahdibanding dengan potensi hasil yang dapatmencapai 20 ton/ha. (Syukur, et al., 2009).

Rendahnya produktivitas cabai salah satunyakarena keterbatasan teknologi budidaya yangditerapkan oleh petani, sementara di lain pihak telahbanyak teknologi yang dihasilkan oleh instansipeneliatian maupun perguruan tinggi yang seha-rusnya dapat mendukung peningkatan produksicabai di tingkat petani.

Untuk mentransfer teknologi ke tingkatpetani telah dilakukan berbagai upaya baik berupapenyuluhan maupun pelatihan guna meningkatkanpengetahuan petani. Pengetahuan merupakantahap awal terjadinya persepsi yang kemudian akanmelahirkan sikap terhadap suatu teknologi yangdiintroduksikan.

Dengan adanya pengetahuan atau wawasanbaru akan mendorong pembentukan sikap yangakhirnya akan menderong terjadinya perubahanperilaku. Suharyanto, dkk (2006) menyatakan bahwasikap petani terhadap inovasi teknologi sangattergantung dari pengetahuan dan pengalamanlapangan mereka. Pengetahuan yang baik tentangsuatu hal akan mendorong terjadinya perubahanperilaku pada individu tersebut. Pengetahuan tentangmanfaat suatu hal akan mengakibatkan seseorangbersikap positif, demikian pula sebaliknya. Sikapmerupakan potensi pendorong yang ada padaindividu untuk bereaksi terhadap lingkungan.

METODOLOGI

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januarisampai Desember 2015 di kabupaten Maros danJeneponto. Pemilihan lokasi dilakukan secara pur-posive dengan pertimbangan bahwa daerahtersebut merupakan daerah pengembangan cabaidi Sulawesi Selatan.

Page 50: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

45Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

Metode penelitian yang digunakaan denganmetode survai dan observasi langsung. Surveidilakukan pada sejumlah sampel petani cabai,sedangkan abservasi lapang dilakukanpadapengembangan cabai lokasi survei. Jumlah petanicabai yang dijadikan responden sebanyak 60 or-ang setiap kabupaten yang dipilih secara acaksederhana (simple random sampling). Informasiberupa data primer akan diperoleh melaluiwawancara dengan bantuan kuesioner terstrukturyang telah dipersiapkan sebelumnya. Data primeryang dikumpulkan terdiri atas (1) data dasar berupaidentitas petani responden yang meliputi umur, luaslahan garapan, pengalaman usahatani, jumlahtanggungan keluarga, tingkat pendidikan sertakeikutsertaan dalam kegiatan penyuluhan; (2) dataaspek pengetahuan, sikap dan perilaku petaniterhadap usahatani cabaia; (3) sebagai datapendukung juga dikumpulkan informasi mengenaipenerapan teknologi cabai.

Data yang telah dikumpulkan ditabulasikemudian digolongkan berdasarkan jenis datanya.Data identitas responden disajikan dalam bentuktabel dan penjelasan singkat. Sedangkan data berupajawaban yang berhubungan dengan pengetahuanpetani cabai digolongkan berdasarkan jumlahjawaban yang benar. Setiap jawaban diberi bobotnilai tertentu. Selanjutnya dibuat nilai scoring darimasing masing responden. Kemudian dibuatpenggolongan yaitu (a) Pengetahuan rendah dengannilai scoring d” 50,99 %; (b) Sedang dengan nilaiscoring 51,00-80,99 % dan (c) pengetahuan tinggidengan scoring e” 81,00 %. Sikap petani digolongkanatas sikap (a) setuju; (b) ragu ragu; dan (c) tidaksetuju; Sedangkan penggolongan terhadap perilakuadalah (a) rendah dengan nilai scoring d” 50,99 %,(b) sedang dengan nilai scoring 51,00-80,99%; dan(c) tinggi dengan nilai scoring e” 81,00%.

Untuk mengetahui hubungan antara tingkatpengetahuan, sikap dan perilaku petani terhadappenggunaan pupuk organik dan Pestisida, dianalisisdengan uji korelasi Tau Kendal ( T ), menggunakanSPSS 14.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan umum wilayah

Provinsi Sulawesi Selatan yang beribukotadi Makassar terletak antara 0o 12" 8’ LintangSelatan dan 116o 48" – 122o 36" Bujur Timur, yang

berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat diSebelah Utara dan Teluk Bone serta SulawesiTenggara di sebelah timur. Batas sebelah barat dantimur masing-masing Selat Makassar dan LautFlores.

Jumlah sungai yang mengairi wilayahSulawesi Selatan tercatat sekitar 67 aliran sungai,dengan jumlah aliran terbesar di Kabupaten Luwu,yaitu 25 aliran sungai. Sungai terpanjang tercatatada satu sungai yaitu sungai Saddang yang mengalirmeliputi Kabupaten Toraja Utara, Kabupaten TanaToraja, Kabupaten Enrekang, dan KabupatenPinrang. Panjang sungai tersebut mencapai 150 km.

Sulawesi Selatan terdapat lima danau yaitudanau Tempe dan Sidenreng berada di KabupaatenWajo, serta danau Matano, Mahalona, dan Towotidi Kabupaten Luwu Timur. Adapun jumlah gunungtercatat ada 7 gunung dan tertinggi adalah GunungRantemario dengan ketinggian 3.470 m di ataspermukaan laut. Gunung tersebut berdiri tegak diperbatasan Kabupaten Enrekang dan Luwu.

Luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatantercatat 46.083,94 km2, meliputi 21 kabupaten dan3 kota. Wilayah kabupaten terluas adalah KabupatenLuwu Utara, luasnya mencapai 7.365,51 km2 atauluas kabupaten tersebut merupakan 15,98 % dariseluruh wilayah Sulawesi Selatan.

Berdasarkan pengamatan di tiga StasiunKlimatologi (Maros, Hasanuddin, dan MaritimPaotere) selama 2014, rata-rata suhu 27,43oC di KotaMakassar dan sekitarnya. Suhu udara maksimummenunjukkan 32,9oC dan suhu minimum 22,7oC.

Luas Panen dan Produksi Cabai

Luas panen dan produksi cabai di kabupatenJeneponto dan Maros dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan ProduktivitasCabai di Sulsel, 2010-2014.

Sumber : BPS Sulsel.

Tahun Komoditas Cabai Luas

Panen (ha) Produksi

(ton) Provitas (ton/ha)

2010 6.405 24.898 3,89 2011 7.308 36.273 4,96 2012 8.234 43.253 5,25 2013 7.804 45.981 5,89 2014 7.989 40.802 5,11

Rataan 7.548 38.241 5,02

Page 51: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

46 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

Pada Tabel 1 terlihat bahwa di luas panencabai di Sulawesi Selatan selama lima tahun ter-akhir dengan rataan 7.548 ha, setiap tahun meng-alami perubahan. Pada tahun 2010 luas panenhanya 6.405 ha kemudian terus bertambah sampaipada tahun 2012, berkurang pada tahun 2013 lalubertambah lagi pada tahun 2014. Luas panenterluas yaitu pada tahun 2012, mencapai 8.234 ha.Sedangkan produksi terus bertambah dari tahun2010 sampai 2013 dan kembali menurun pada tahun2014. Produksi tertinggi terjadi pada tahun 2013,mencapai 45.981 ton. Pada Data Produktivitas jugaterlihat data yang tidak stabil. Produktivitas tertinggiyaitu 5,89 ton/ha terjadi pada tahun 2013.

Karakteristik Responden

Pada data karakteristik responden, hal-halyang diamati adalah umur, pendidikan, pengalamanberusahatani cabai, keikutsertaan dalam kelompoktani, luas lahan kabupaten Jeneponto dan Marosdapat dilihat pada tabel berikut ini.

a. Umur

Berdasarkan data yang diperoleh, umurresponden di Sulawesi Selatan berkisar antara 22– 65 tahun. Kisaran umur responden di kedua lokasidapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Umur responden petani Cabai di SulawesiSelatan, tahun 2015

Sumber : Analisis data primer, 2015.

Pada Tabel 2, terlihat bahwa umur respondenpada kelompok umur 40-57 tahun paling banyakyaitu sekitar 55,83 % atau 67 petani. Sedangkanresponden yang berusia e” 58 jumlahnya sangatsedikit yaitu sekitar 4 petani atau 3,34 %.

Berdasarkan konsep dasar angkatan kerja,ada 2 pandangan dalam melihat batasan usiapenduduk usia produktif, pandangan pertama adalah15-59 tahun dan yang kedua adalah 15-64 tahun.Indonesia sering memakai keduanya. Usia produktifadalah usia dimana seorang bisa melakukan aktivitas

yang rutin. (Nurhasikin, 2015). Dengan demikian,dapat dikatakan bahwa responden di kedua lokasiberada pada kelompok usia produktif.

Menurut Halim (2012) umur merupakansuatu indikator umum tentang kapan suatu perubahanharus terjadi. Umur menggambarkan pengalamandalam diri seseorang sehingga terdapat keragamantindakannya berdasarkan usia yang dimiliki.

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadapkemampuan fisik dan psikis seseorang adalah umur.Umur produktif memungkinkan seseorang secarafisik dan psikis optimal untuk bekerja. Sedangkanseseorang yang sudah memasuki masa tua, secarafisik relatif tidak sanggup lagi untuk bekerja dikate-gorikan sebagai umur yang tidak produktif.

b. Pendidikan

Menurut Winkel (2006), tingkat pendidikanmerupakan salah satu yang berpengaruh terhadapakseptabilitas perkembangan informasi dan tekno-logi seseorang. Semakin tinggi pendidikan semakinmudah seseorang tersebut untuk menyerap danmenerima informasi, dengan demikian akan ber-pengaruh terhadap adopsi teknologi dan fleksibelterhadap peluang dan tantangan yang dihadapi.Pendidikan responden petani cabai di lokasi kajiandapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Tingkat Pendidikan responden petaniCabai di Sulawesi Selatan, 2015.

Sumber : Analisis data primer, (2015)

Pada Tabel 3 terlihat bahwa tingkat pendi-dikan responden petani cabai di Sulawesi Selatanterbanyak pada tingkat pendidikan SD sebanyak50 petani atau 36,7 %. Selanjutnya diikuti padatingkat pendidikan SMA yaitu mencapai 40 petaniatau 33,3 %. Kelompok tingkat pendidikan SMPmencapai 24 petani ataaau 20 %. Sehingga dengankomposisi perbandingan yang beragam pada ting-kat pendidikan ini, maka untuk materi penyuluhansebagai bahan transfer teknologi produksi cabaimenyesuaikaannya.

Umur ( tahun)

Umur Petani Cabai Jumlah

responden (org) Persentase (%)

22 – 39 40 – 57

= 58

49 67 4

40,83 55,83 3,34

Jumlah 120 100.0

Tingkat Pendidikan

Petani cabai Jumlah

responden (org) Per sentase

(%) Tidak Tammat SD

SD SMP SMA

6 50 24 40

10.0 36,7 20.0 33,3

Jumlah 120 100.0

Page 52: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

47Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

c. Pengalaman berusahatani Cabai

Pengalaman responden dalam berusahatanicabai dinyatakan dalam tahun, di Sulawesi Selatanpengalaman responden mulai dari 1-20 tahun.Berikut Tabel 4 menyajikan gambaran sudahberapa tahun responden melakukan usahataniCabai.

Tabel 4. Pengalaman petani Cabai di SulawesiSelatan, 2015

Sumber : Data primer, diolah (2015)

Tabel 4 menggambarkan bahwa penga-laman berusahatani cabai pada responden petanicabai di Sulawesi Selatan didominasi pada kelom-pok pengalaman kisaran 5 - 10 tahun (55,8 %).Sedangkan responden petani cabai yang beradapada kisaran > 10 tahun mencapai 40 petani atau33,3 %. Walaupun masih dijumpai responden yangpengalamannya menanam cabai baru 2 tahun.Menurut Mardikanto (2013) pengalaman seorangpetani berpengaruh dalam mengelola usahatani,petani yang memiliki pengalaman berusahatani lebihlama cenderung sangat selektif dalam proses peng-ambilan keputusan.

d. Keikutsertaan dalam kelompok tani

Petani cabai dalam keikutsertaan sebagaikelompok tani dinyatakan dalam tahun. Tabel 5memperlihatkan berapa tahun responden ikut sertadalam kelompok tani.

Tabel 5. Keikutsertaan responden dalam kelompoktani di Sulawesi Selatan, 2015

Sumber: Analisis data primer, 2015.

Tabel 6 menggambarkan bahwa keikut-sertaan responden dalam kelompok tani berbedadi Sulawesi Selatan. Responden di SulawesiSelatan dominan berada pada kisaran 5 - 10 tahunyaitu mencapai 61 petani atau 50,8%. Keikut-sertaan pada kelompok tani yang terendah adalahkurang dari 5 tahun mencapai 22 petani atau 18,4%.Petani cabai yang terlibat dallam kegiatan kelom-pok tani lebih dari sepuluh tahun mencapai 30,8%.Data yang terkumpul sampai saat ini berasal dariberbagai kelompok tani di kedua lokasi kajian.Responden di kabupaten Jeneponto berasal darikelompok Tani Bungung Kanunang Jaya, Canda I,La’lang Bo’ni, Karucia dan Primatani. Sedangkanresponden kabupaten Maros berasal dari kelompoktani Libureng, Satoa, Pattiro deceng, Maddenge,Toba, Siatuoe, Sawaru dan Pising.

e . Luas lahan

Luas lahan responden dinyatakan dengansatuan hektar (Ha). Tabel 6 menggambar luas lahanyang dimiliki oleh responden petani cabai di SulawesiSelatan.

Tabel 6. Luas lahan responden di Sulawesi Selatan,2015

Sumber : Data primer, diolah (2015)

Pada Tabel 6 terlihat bahwa responden me-miliki lahan yang sempit. Luas lahan responden padaumunya berada pada kisaran 0,5 - 0,9 ha, sedikitsekali yang mempunyai lahan >1.5 ha. Sedangkanluas lahan kurang 0,5 ha juga cukup besar yaitumencapai 19,2 %. Hal ini berarti responden harusmemanfaatkan lahannya sebaik mungkin untukmendapatkan hasil yang optimal. Salah satu carayang bisa ditempuh adalah dengan memanfaatkanteknologi dalam usahataninya.

f. Pola Tanam

Pola tanam responden petani cabai di SulawesiSelatan adalah jenis-jenis tanaman yang ditanam

Pengalaman Berusahatani Cabai

(tahun)

Petani Caba i Jumlah

responden (org)

Persentase (%)

<5 5 – 10

>10

3 67 40

10.9 55,8 33,3

Jumlah 120 100.0

Keikutsertaan da lam kelompok

tani (th)

Petani Cabai Jumlah

responden (org)

Persentase (%)

<5 5 – 10 >10

22 61 37

18.4 50,8 30,8

Jumlah 120 100.0

Luas Lahan (ha)

Petani Cabai Jumlah

responden (org)

Persentase (%)

<0,5 0,5 – 0,9 1,0 – 1,5

>1,5

23 70 24 3

19,2 58,3 20,0

3.5 Jumlah 120 100.0

Page 53: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

48 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

selama setahun. Petani melakukan beberapa macampola tanam di lokasi kegiatan penelitian. Cabe –Jagung, Cabai – Jagung – Ubikayu, cabai jagung –kacang tunggak, cabai – kol – bawang merah, cabai– bawang merah, cabai – wortel, cabai – tomat, cabai– padi, cabai – padi – padi, dan padi - cabai – padi.

Pilihan petani dalam menentukan pola tanamini berdasarkan keteresdiaan air, pengalaman petani,dan ketersediaan bibit, serta peluang pasar cabai.Sehingga petani akan mengelola lahannya dengankomoditas yang menjadi minat petani.

Karakteristik Usahatani Cabai

Hal-hal yang diamati pada karakteristikusahatani Cabai antara lain; status pemilikan lahan,luas lahan yang ditanami cabai, jenis lahan yangditanami cabai, waktu penanaman (bulan), varietascabai yang ditanam, asal benih, jarak tanam, pupukyang digunakan, penggunaan mulsa, pengamatanhama penyakit, cara pengendalian hama penyakit,pestisida yang digunakan, umur panen, pemasaranhasil dan masalah yang dihadapi.

Status pemilikan lahan petani cabai diSulawesi Selatan pada umumnya adalah pemilikpenggarap. Petani pemilik secara langsung mena-ngani lahan untuk ditanami cabai. Luas lahan yangditanami cabai di Sulawesi Selatan adalah padakisaran 0,10 - 0,90 ha. Dominan responden mena-nam pada luasan 0,10 dan 0,15 ha. Dan hanya saturesponden yang luas lahan cabainya mencapai 0,8ha. Jenis lahan yang ditanami cabai adalah padalahan kering dan lahan sawah tadah hujan.

Penanaman cabai di Sulawesi Selatan padabulan Desember dan juga pada bulan Maret-Juli,serta ada yang menanam pada bulan Agustus-Desember. Hal tersebut bergantung kondisi iklimyang ada pada lahan pertanaman cabai.

Varietas cabai yang ditanam adalah Tombak,Pilar, dan Vanex. Alasannya buahnya besar, sera-gam, dan produksinya tinggi. Responden mem-peroleh benih dengan cara langsung membeli ditoko tani. Menurut petani kualitas benih lebihterjamin dibandingkan dengan membuat benihsendiri.

Jarak tanam cabai yang dilakukan olehpetani adalah 30 cm x 30 cm atau 35 cm x 35 cm,dan juga 50 cm x 50 cm. Hal tersebut memper-hatikan kondisi lahan dan juga pemanfaatan mulsa.

Tanaman cabai memerlukan pemeliharaan sejakpertanaman di lahan. Petani pada umumnya meng-gunakan pupuk kimia yaitu pupuk Urea, NPK, ZAdan pupuk organik cair. Responden jarang ataubahkan tidak menggunakan pupuk organik. Peng-gunaan pupuk organik ada petani menggunakankotoran ternak tanpa difermentasi terlebih dahulu,dan ada juga yang memanfaatkan jerami dankotoran ternak kemudian difermentasi dengan meng-gunakan mikroorganisme sebagai decomposer.Cara pemberian pupuk organik adalah ditaburkanpada bedengan sedangkan pupuk kimia, dengan caraditugal.

Penggunaan mulsa terbatas pada petani-petani tertentu. Petani menggunakan mulsa plastik.Alasannya efesien tenaga kerja dan dapat memini-malisir hama dan penyakit serta menjaga kelem-baban tanah. Mulsa plastik yang sering digunakanadalah mulsa merek Panen Raya dan Kunci. PlastikMulsa bisa digunakan sampai 2 tahun.

Pengamatan hama penyakit dilakukan olehpetani cabai. Alasannya adalah untuk mengantisipasilebih awal adanya serangan hama penyakit. Hamapenyakit yang sering menyerang pertanaman cabaiadalah lalat buah, layu, kerdil, bercak daun, antrak-nosa, kutu daun, ulat grayak, dan buah yang gugur.

Cara responden mengendalikan hama pe-nyakit yaitu dengan menyemprot dengan pestisidakimia yang diperoleh dari toko tani dan membuangsisa tanaman yang sakit serta adapula yang mema-tikan hama secara manual. Penggunaan pestisidanabati belum dilakukan, alasannya petani inginmemberantas hama penyakit secara cepat danpraktis. Pestisida yang digunakan adalah Curacron,Decis, Monzatte, Tabard, Biothin, Grantonik,Yashitrin, Cronus, Antracol, amistartop, Klenseck,Confidor, dan BionM, Regent, Nara, dan Manzeb.Adapun bahan aktif dari beberapa pestisida ter-sebut antara lain Triazofos 200g, Abamektin 18g/l,Imidakloprid 5%, Asibensolar-S-metil 1% danMankozeb 48%, sipumutrin, Fipronil. Biasanyaresponden mencampur beberapa jenis pestida (lebihdari 2 jenis bahkan sampai 5 jenis) dalam satu tangkikemudian dilarutkan dan semprotkan ke tanaman.Kebanyakan tidak memperhatikan dosis yang ter-tera dikemasan. Apalagi pada saat tingkat serangancukup parah maka dosis akan ditingkatkan sesuaikeinginan responden dengan alasan agar tanamanbisa diselamatkan sampai buahnya bisa dipanen.

Page 54: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

49Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

Tanaman cabai mulai dipanen pada umurtanaman 3 bulan. Lama panen pertanaman cabaiselama 2 bulan dengan interval waktu 1 - 2 minggu.Pemasaran hasil panen cabai adalah dijual kepedagang pengumpul. Pedagang pengumpul akanmendatangi lokasi untuk mengambil hasil panen.Sebagian kecil ada yang dijual ke pasar desasetempat.

Analisis Usahatani Cabai

Kegiatan usaahatani adalah berupaya untukmemperoleh keuntungaan. Sehingga pengorbananyang diberikan dalam bentuk biaya usahatani

diharapkan lebih kecil dibandingkan dengan pener-imaan yang akan diperoleh dari kegiatan itu.Adapun hasil analisis usahatani cabai disajikanpada Tabel 7.

Berdasarkan Tabel 7 tersebut biayausahatani cabai terbagi menjadi biaya saranaproduksi, biaya pestisida, dan biaya tenaga kerja.Biaya sarana produksi mencapai Rp. 1.894.000.sedangkan biaya pestisida untuk mengendalikanhama penyakit mencapai Rp. 360.000, dan biayatenaga kerja mencapai Rp. 1.200.000. dengandemikian tital biaya yang dibutuhkan dalam kegiatanusahatani cabai mencapai Rp. 3.704.000.

Tabel 7. Analisis usahatani cabai di Sulawesi Selatan, 2015.

Sumber : Analisis data primer, 2015.

Masalah yang dihadapi

Masalah yang dihadapi dalam usahatanicabai adalah serangan hama penyakit yang dapatmenurunkan produksi cabai. Selain itu masalahkekurangan air pada musim kemarau. Masalahharga yang kadang-kadang sangat rendah pada saatpanen raya sehingga petani mengalami kerugian.

KESIMPULAN

Perkembangan luas panen, produksi, danproduktivitas cabai selama lima tahun terakhir meng-alami fluktuasi, namun ada kecenderungan mening-kat. Kegiatan usahatani cabai yang dilakukan olehpetani masih bersifat sederhana. Tingkat pendapatanusahatani cabai mencapai Rp. 8.296.000/ha/musimtanam, dengan tingkat R/C 2,24.

No Uraian Jumlah fisik Harga satuan (Rp) Nilai (Rp) 1. Sarana Produksi 1.894.000 Benih 3 bks 120.000,-/bks 360.000 Pupuk a) Urea 40 kg 2.100/kg 84.000 b) NPK 100 kg 2.500/kg 250.000 c) Pupuk kandang 1.200 kg 1.000/kg 1.200.000 Pestisida 360.000 a) Cranos 2 botol 100.000/btl 200.000 b) Klensek 1 botol 75.000/btl 75.000 c) Antracol 1 botol 85.000/btl 85.000 2. Tenaga kerja 1.200.000 Pengolahan tanah 5 OH 50.000/OH 250.000 Penanaman 2 OH 50.000/OH 100.000 Penyiangan 4 OH 50.000/OH 200.000 Penyemprotan 5 OH 50.000/OH 250.000 Panen 8 OH 50.000/OH 400.000 3. Biaya lain-lain 250.000 Mulsa plastik 250.000 4. Total Biaya 3.704.000 5. Produksi 1.200 kg 10.000.-/kg 12.000.000 6. Penerimaan 12.000.000 7. Pendapatan 8.296.000 8 R/C 2,24

Page 55: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

50 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

DAFTAR PUSTAKA

Ardi. D.R. dan R.D.M. Simanungkalit. 2006.Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. BalaiBesar Penelitian dan PengembanganSumber daya Lahan Pertanian. BadanLitbang Pertanian.

Ayuningtyas, D. 2011. Faktor yang BerhubunganDengan Perilaku Penggunaan PestisidaSebagai Upaya Pencegahan PencemaranLingkungan (Studi Pada Petani Cabai diKecamatan Wuluhan Kabupaten Jember).Skripsi. Bagian Kesehatan Lingkungan danKesehatan Keselamatan Kerja. FakultasKesehatan Masyarakat. Universitas Jember.Jawa Timur.

Azwar, S. 2009. Sikap Manusia Teori dan Peng-ukurannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Halim NR. 2002. Hubungan karakteristik sosialekonomi dengan prilaku komunikasi anggotakelompok simpan pinjam (KUD) danpemanfaatan kredit pedesaan di KabupatenCianjur (Jawa Barat) (Tesis). Bogor. Pro-gram Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Hidayat Firman, Tamrin Khamidi dan SuryoWiyono, 2010. Pengetahuan Sikap danTindakan Petani di Kabupaten Tegal dalampenggunaan Pestisida dan Kaitannya denganTingkat Keracunan terhadap Pestisida.Jurnal Bumi Lestari Vol.10.No.1.

http://tipspetani.blogspot.com/2012/12/macam-macam-pestisida-tanaman.html) Posting :tanggal 15 Maret 2014.

Mar’at. 1984. Sikap Manusia Perubahan SertaPengukurannya. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Multazam Ainun, Agus Suryanto dan Ninuk Herlina,2014. Pengaruh Macam Pupuk Organik danMulsa Pada Tanaman Brocoli. JurnalProduksi Tanaman Vol.2. No.2.

Nazirah, L. 2011. Pengetahuan, Sikap, dan TindakanPetani dalam Pengelolaan Hama dan PenyakitPepaya di Kecamatan Rancabungur, Bogor.Skripsi. Departemen Produksi Tanaman.Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Rahmat, J. 2000. Psikologi Komunikasi. RosdaKarya. Bandung.

Santoso, S. 2005. SPSS Versi 14. Mengolah dataStatistik secara Profesional. Jakarta. PT ElexMedia Komputindo Kelompok Gramedia.

Sarwono, SW. 2000. Psikologi Sosial Individu danTeori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta. BalaiPustaka.

Sedana, G. 2008. Hubungan Antara Sikap danPengetahuan Petani Mengenai Fermentasi BijiKakao (Kasus di Subak-abian Asagan,Kecamatan Selemadeg Timur, KabupatenTabanan). Gedesedena.wordpress.com.Diakses tanggal 15 September 2014.

Suharyanto, Rubiyo, Rinaldi J. 2006. Pengetahuan,Sikap dan Perilaku Petani Terhadap HamaPenggerek Buah Kakao (Pbk) Conopo-morpha cramerella Snellen di KabupatenTabanan Bali. http://ntb.litbang.deptan.go.id.(2 September 2010)

Sulistiyono, L; Rudi C. Tarumingkeng; BunasorSanim; dan Dadang. Pengetahuan Sikap danTindakan Petani Bawang Merah dalam Peng-gunaan Pestisida (Studi kasus di KabupatenNganjuk Propinsi Jawa Timur). Jurnal Agroland15 (1) : 12 – 17, Maret 2008.

Winkel WS. 2006. Psikologi pengajaran. Jakarta :Penerbit PT. Gramedia

Wulanjari, M.E; Sri Karyaningsih; dan Yusmasari.2013. Prosiding BPTP Sulsel.

Yusmasari, 2003. Perilaku Komunikasi MasyarakatTerhadap Manfaat dan Pelestarian Man-grove di Desa Pematang Pasir KecamatanKetapang, Lampung Selatan. Tesis. Bogor.Program Pascasarjana Institut PertanianBogor.

Page 56: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

51Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

PEMANFAATAN TEPUNG JERAMI PADI DAN KEONG EMAS (Pomaceacanaliculata) SEBAGAI CAMPURAN PAKAN ITIK SEDANG BERTUMBUH

Andi Ella. A. Nurhayu dan D. PasambeBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang-Makassar

ABSTRACT

The research was conducted in order to determine the effect of rice straw flour and goldensnail (Pomacea canaliculata) as a mixture of feed for laying duck. The activities carried out in theSub Station Research Gowa, Assessment Institute Agriculture Technology (AIAT) South Sulawesi.Duck given feed composition different rice straw flour. A total of 150 ducks laying placed indifferent cages according to the composition of feed, each cage was placed 50 head of duck witha ratio of 40 females and 10 males. The results showed that the body weight gain of duck highestwere 468 g/head/day of treatment achieved R3 despite lower initial weight were 967.5 g/head fromother treatments. From these results illustrate that administration of rice straw flour and PomaceaCanaliculata which are waste and pests in rice plants can provide significant productioncharacterized by an increase in body weight of duck.

Keywords : Wheat straw , livestock, duck , fermentation, feed

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh tepung jerami padidan keong emas sebagai campuran pakan untuk ternak itik. Kegiatan dilaksanakan di kandangitik Kebun Percobaa (KP) Gowa, Balai Pengkajian Teknologi Pertania (BPTP) propinsi SulawesiSelatan. Ternak itik diberikan pakan yang komposisi tepung jerami padi yang berbeda. Sebanyak150 ekor itik ditempatkan dalam kandang berbeda sesuai komposisi pakan yang diberikan, setiapkandang ditempatkan 50 ekor ternak itik dengan perbandingan 40 ekor betina dan 10 ekorjantan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan ternak pra produksitertinggi yaitu 468 g/ekor/hari dicapai dari perlakuan R3 meskipun bobot awal ternak lebih rendahyaitu 967,5 g/ekor dari perlakuan lainnya. Dari hasil tersebut memberikan gambaran bahwapemberian tepung jerami padi dan keong mas yang merupakn limbah dan hama pada tanamanpadi dapat memberikan produksi yang siknifikan yang ditandai dengan peningkatan bobot badanternak.

Kata Kunci: Tepung jerami, ternak itik, fermentasi pakan

Page 57: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

52 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

PENDAHULUAN

Sulawesi Selatan dengan areal lahan sawahseluas 613.580 ha, luas panen 952.048 ha denganproduksi 4.916.911 ton dapat menghasilkan sekitar11.319.850 ton jerami segar, atau 6.407.283 ton jeramikering (BPS, 2014). Angka ini menunjukkanSulawesi Selatan memiliki potensi cukup besar untukdkembangkan menjadi daerah pegembangan usahapeternakan termasuk usaha pembibitan ternak itikyang berbasis zero waste dengan memanfaatkanlimbah jerami padi sebagai pakan.

Agar ternak itik dapat berproduksi denganbaik, maka pakan harus terpenuhi dengan cukupbaik jumlah/kuantitas maupun kualitasnya. Pakanmerupakan kebutuhan pokok dalam usaha pemeli-haraan ternak itik. Biaya untuk ransum menempatipresentase terbesar dibandingkan dengan biayalainnya. Pakan itik dapat disediakan dengan meman-faatkan bahan pakan lokal yang selama ini belumdilakukan secara optimal. Meski demikian, usahapembibitan itik belum berkembang karena inves-tasinya yang mahal. Salah satu kendala dalampembibitan ternak itik dan masih terus dihadapi olehpeternak itik adalah tingginya harga pakan. Hargapakan memegang porsi 60 - 70 % dari total biayaproduksi yang menjadikan usaha ini labil dan beresikotinggi. Upaya dalam rangka penghematan biayaproduksi adalah dengan menekan biaya pakansekecil mungkin tanpa mengurangi kualitas. Salahsatu cara adalah dengan memanfaarkan limbahpertanian sisa panen yang pada saat ini keter-sediaannya masih sangat melimpah.

Dari bermacam-macam limbah pertanianyang mempunyai potensi besar untuk dijadikansebagai pakan ternak adalah jerami padi. Jeramipadi merupakan salah satu limbah pertanian yangcukup besar jumlahnya dan belum sepenuhnyadimanfaatkan karena selalu dibakar setelah prosespemanenan. Produksi jerami padi bervariasi yaitudapat mencapai 12-15 ton jerami segar per ha satukali panen, atau 4-5 ton jerami kering per ha ter-gantung pada lokasi dan jenis varietas tanamanyang digunakan.

Jerami padi masih sangat sedikit diman-faatkan sebagai pakan unggas khususnya ternakitik, oleh karena jerami padi mengandung seratkasar dan silikat yang tinggi menyebabkan kadarprotein dan daya cernanya rendah, sedang ternakitik adalah ternak nonruminansia tergolong pada

ternak monogastrik, yaitu ternak yang memilikilambung tunggal. Sistem perncernaan ternak initidak sempurna dibandingkan dengan ternak rumi-nansia. Ternak monogastrik tidak memiliki rumendan retikorumen sehingga tidak memiliki mikro-organisme yang dapat mencerna pakan serat kasardan silikat yang tinggi. Namun ternak itik mempunyaikemampuan mencerna serat kasar lebih tinggi biladibandingkan dengan ayam pedaging (Marlina,2001), sehingga jerami padi dapat diberikan ke ternakitik namun diperlukan teknologi untuk menurunkankandungan serat kasarnya serta meningkatkankandungan protein dan daya cernanya yaitu denganteknologi fermentasi.

Pemberian jerami padi untuk pakan itik telahdicobakan oleh Mahori merupakan salah satupeternak itik dari Desa Mujur Lor Kecamatan KroyaKabupaten Cilacap dimana pemberian jerami padaternak itik memberikan hasil yang baik, pertumbuhanitik sangat baik dan tidak terganggu serta memberikanhasil yang memuaskan. Biaya pakan yang semulatinggi kini bisa ditekan 25 - 30 % (Nasir, 2011).

MATERI DAN METODE

Pengolahan pakan

Jerami padi sebelum digunakan dilakukanfermentasi terlebih dahulu dengan menggunakanagen hayati/dekomposer, tujuannya adalah untukmenurunkan kadar serat kasar jerami padi seba-liknya meningkatkan kadar proteinnya sehinggakualitas jerami padi sebagai pakan ternak lebih baik.Prosedur pelaksanaan fermentasi sebagai berikut:1 ton jerami padi kering panen kadar air ± 65 %difermentasi dengan imbangan 6 kg urea + 6 kgdekomposer /ton jerami. Tumpukan jerami disusun30 cm lalu ditaburi urea dan probiotik kemudiandipercikan air secukupnya mencapai kelembaban65% dengan tanda-tanda jerami kita remas, apabilaair tidak menetes tetapi tangan kita basah, berartikadar air diperkirakan mendekati 65 %. Tumpukanjerami berikutnya diulang sampai mencapaiketinggian + 1,5 meter. Didiamkan selama 21 haripada tempat yang bebas dari matahari dan tidaklembab. Jerami padi yang telah difermentasi dipotongkecil, selanjutnya digiling sampai halus dan dicampurdengan semua bahan untuk menjadi ransum.

Pada penelitian ini, juga menggunakan keongmas sebagai bahan pakan, namun sebelum di-campur sebagai pakan terlebih dahulu dagingnya

Page 58: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

53Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

dikeluarkan kemudian dikeringkan dan digiling halusmenjadi tepung.

Pemberian Pakan

Ternak itik sebanyak 150 ekor dibagi 3 per-lakuan pakan dengan ulangan masing-masing 50ekor yang terdiri dari 10 ekor jantan dan 40 ekorbetina ditempatkan dalam 1 petak kandangberukuran minimal 25 m2. Komposisi ransum yangdigunakan disusun berdasarkan standar pakan SNIkebutuhan protein itik fase dara (5 - 20 minggu)berkisar 15 %, (Agrotekno, 2012). Susunan ransummasing-masing perlakuan terlihat pada Tabel 1berikut.

Tabel 1. Komposisi ransum itik fase dara (5 - 20minggu) berbasis zero waste

Pakan diberikan 2 kali setiap hari yaitu padajam 07.00 pagi dan jam 17.00 sore. Air minumdiberikan secara ad libitum. Untuk pengambilandata maka dilakukan penimbangan ternak seminggusekali. Parameter yang diukur adalah bobot badan(gram/ekor/hari), PBBH bobot badan (gram/ekor/hari), Konsumsi ransum (gram/ekor/hari), konversiransum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan Nutrisi Ransum Itik

Jerami padi dan keong mas yang sudahdiolah kemudian dicampurkan dengan bahan pakanlainnya seperti dedak, tepung jagung, bungkilkelapa dan lain-lain menjadi ransum yang dise-suaikan dengan perlakuan pakan yang diberikanpada ternak itik fase pertumbuhan. Hasil analisaproksimat masing-masing ransum pakan dapatdilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Analisa Proksimat Pakan Fase Layerberbasis “zero waste”

Hasil Analisa Laboratorium Nutrisi FakultasPeternakan UNHAS (2015)

Itik sangat membutuhkan protein dalamkandungan makanan yang dikonsumsinya, khu-susnya pada itik dara/remaja, jika kandungan pro-tein dalam makanan kurang kelak akan mempeng-aruhi masa produktif, sehingga produksi telur tidaksesuai dengan harapan. Selain protein, kandunganlemak dalam makanan sangat membantu pertum-buhan itik terutama itik umur 0-15 minggu.

Hasil analisa proksimat pada Tabel 2 menun-jukkan, pakan R3 yang mengandung jeramifermentasi 15% dan keong mas sebanyak 15%mempunyai kandungan protein paling tinggi sebesar18,74%. R2 yang juga mengandung jeramifermentasi 10% dan keong mas sebanyak 15%kandungan proteinnya juga tinggi sebesar 17,57,sedangkan R1 tidak mengandung jerami fermen-tasi tetapi tetap mengandung keong mas 10 %kandungan proteinnya sedikit lebih rendah yaitu17,03%. Namun ketiga perlakuan pakan sudahsesuai dengan kandungan protein yang dibutuhkanuntuk itik fase layer. Lemak pada R3 paling tinggi6,16%, kemudian R1. 4,76 dan terendah R2. 2,42%.

Pertumbuhan Ternak Itik

Pertambahan bobot badan merupakan indi-kator untuk mengetahui laju pertumbuhan ternakdan efisiensi penggunaan pakan yang diberikan.Data pertambahan bobot badan ternak itik yangdiperoleh seperti terlihat pada Tabel berikut:

Bahan Makanan R1 R2 R3

Jerami padi fermentasi 0 10 15

Dedak halus 38 35 30

Tepung jagung 47 40 6

Bungkil kelapa 5 5 39

Tepung keong mas 10 10 10

Jumlah 100 1 00 100

Kandungan Protein (%) 15,44 15,45 15,43

Perlakuan

Komposisi (%)

Bahan Kering

Protein Kasar

Lemak Kasar

Serat Kasar

BETN Abu

Pakan 1 (R1) 86,31 17,03 4,76 11,06 57,37 9,77

Pakan 2 (R2) 84,44 17,57 2,42 11,02 57,70 11,29

Pakan 3 (R3) 89,01 18,74 6,16 20,44 39,06 15,61

Page 59: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

54 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

Tabel 3. Rataan Bobot Badan Induk Ternak ItikBerbasis “Zero Waste” 3 bulan peme-liharaan sebelum produksi

Tabel 3 menunjukkan, perlakuan R3 mem-berikan pertambahan bobot badan yang lebih tinggisebesar 468,5 (gr/ekor) selanjutnya R2 (425 gr/ekor) dan terendah R1 sebesar 398 gr/ekor. Mes-kipun pemberian jerami padi belum umum diberikanpada ternak non ruminansia seperti itik, namun hasilpenelitian menunjukkan pemberian tepung jeramipadi yang telah difermentasi pada pakan itik mem-berikan pengaruh yang cukup baik yaitu mampumeningkatkan bobot badan induk itik. Walaupunpada awal pemberian pakan, ternak itik belummenyukai dan tidak mengkonsumsi pakan tepungjerami padi fermentasi, namun setelah dilakukanpembiasaan selama 2 minggu, ternak itik sudahmengkonsumsi dan menyukai pakan yang mengan-dung tepung jerami.

Hasil penelitian ini masih lebih rendah dariyang diperoleh Hadi di Bogor yang telah meman-faatkan jerami padi untuk pakan itik yang dimilikinyadengan melakukan fermentasi jerami padi terlebihdahulu dengan menggunakan ragi, dimana mampumeningkatkan bobot badan ternak itiknya sebesar500 gr-700 gr (Anonim, 2011).

Pemanfaatan jerami padi maupun keong massebagai campuran pakan pada penelitian ini adalahselain untuk penghematan biaya produksi, juga untukmenerapkan konsep “zero waste” pada pemeli-haraan ternak itik yaitu memanfaatkan limbah per-tanian untuk pakan itik dan memanfaatkan kotoranternak itik sebagai pupuk organik pada tanaman padi.

Konsumsi Pakan

Konsumsi ransum dipengaruhi oleh palata-bilitas itik terhadap ransum yang diberikan. Salahsatu faktor yang dipengaruhi palatabilitas adalahadanya anti nutrisi yang terkandung dalam ransum.Jerami padi mengandung lignin, selulosa dan hemi-selulosa  (lignoselulosa)  yang  tinggi  sehinggamembatasi kecernaan selulosa dan hemiselulosa

(polisakarida) sebagai sumber energi pakan ternakruminansia. (Eun. et al., 2006). Untuk mening-katkan kualias jerami pada penelitian ini dilakukanfermentasi terlebih dahulu dengan tujuan mengu-rangi kadar yang terkandung dalam jerami padi,meningkatkan kecernaan selulosa dan jumlah pro-tein, sehingga meningkatkan kualitas jeramisebagai pakan ternak.

Berdasarkan Tabel 4, rata-rata konsumsipakan yang tertinggi selama penelitian adalahperlakuan R1 dimana ternak diberi pakan tanpajerami sebesar 146 gram/ekor/hari, kemudian R2yang diberi jerami padi 10 % sebesar 143 g/ekor/hari, dan terendah adalah R3 sebesar 138 g/ekor/hari, Pemberian jerami padi hingga taraf 15% (R3)tidak mempengaruhi rata-rata konsumsi pakan biladibandingkan kontrol (R1). Hal ini menunjukkanbahwa level pemberian jerami padi 15% tidakmenurunkan palatabilitas ransum. Pada awalpenelitian, konsumsi pakan pada R2 dan R3 yangmengandung jerami padi fermentasi masih kurangdisukai ternak, namun setelah 2 minggu pemberianpakan ternak sudah mulai menyukai dan meng-konsumsinya.

Konversi Ransum

Konversi ransum merupakan ukuran efisiensidalam penggunaan ransum. Semakin rendah nilaikonversi ransum semakin efisien penggunaan dariransum tersebut, karena semakin sedikit jumlahransum yang dibutuhkan untuk menghasilkan telurdalam jangka waktu tertentu (Subekti, 2007).

Nilai konversi ransum pada Tabel 4, dihitungberdasarkan satuan butir telur yang dihasilkan,sehingga dapat dihitung jumlah ransum yangdibutuhkan oleh itik untuk menghasilkan satu butirtelur. Alasan dilakukan perhitungan dengan modelseperti ini erat kaitannya dengan alasan ekonomikarena penjualan telur itik di masyarakat padaumumnya dilakukan per butir bukan per kilogramseperti pada telur ayam.

Rataan konversi ransum per butir telurselama penelitian berkisar antara 43 - 50. Peng-gunaan jerami padi fermentasi hingga 15% dalamransum tidak nyata (p>0,05) meningkatkan angkakonversi ransum dibandingkan ransum kontrol.Konversi ransum yang tinggi R1 disebabkanproduksi telur yang rendah bila dibandingkandengan R2 dan R3. Rata-rata konversi penelitian

Parameter Perlakuan

R1 R2 R3

Bobot awal (gr/ekor) 1102 1055 967,5

Bobot akhir (gr/ekor) 1500 1480 1436

PBB (gr/ekor) 398 425 468,5

Page 60: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

55Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

perlakuan R1, R2, dan R3 sangat tinggi berturut-turut 50,2; 45,8 dan 43,3. Artinya untuk menghasilkan1 butir telur itik pada perlakuan R1, R2 dan R3diperlukan ransum masing-masing sebesar 50,2; 45,8dan 43,3 gram. Berdasarkan perhitungan konversiransum tersebut diatas dapat dilihat bahwa nilaikonversi ransum penelitian masih sangat tinggi. Halini terjadi karena produktivitas itik masih rendah.Tingginya nilai konversi ransum ini menyebabkanpenggunaan ransum kurang efisien karena besarnyakonsumsi ransum tidak disertai dengan tingginyaproduktivitas produksi telur itik.

Tabel 4. Rata-rata Konsumsi Pakan, Produksi Telurdan Konversi Pakan terhadap jumlah telurselama 14 minggu Penelitian

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpuilkanbahwa pemanfaatan tepung jerami padi dan keongmas sebagai pakan ternak itik dapat mensubtitusipenggunaan dedak padi sebesar 15 % dan mem-berikan pertambahan berat badan sebesar 468,5g/ekor/hari dan tidak memperlihatkan dampaknegative pada pertumbuhan ternak itik.

Parameter Perlakuan

R1 R2 R3

Bobot awal (gr/ekor) 1102 1055 967,5

Bobot akhir (gr/ekor) 1500 1480 1436

PBB (gr/ekor) 398 425 468,5

DAFTAR PUSTAKA

Agritekno. 2012. Standar Pakan SNI (StandarNasional Indonesia). http://agritekno.tripod.com/

Anonim. 2011. Alternatif Pengembangan TernakBebek. https://bebekternak. wordpress.com/2011/04/22/84/

BPS. 2014. Sulawesi Selatan dalam Angka. BadanPusat Statistik. Sualwesi Selatan.

Eun JS, KA Beauchemin, SH Hong, and MWBauer. 2006. Exogenous enzymes addedto untreated or ammoniated rice straw :Effect on in vitro fermentation charac-teristic and degradability. J.Anim. Sci.and Tech. 131 : 86 101.

Marlina, N dan S. Askar. 2001. Nilai Gizi EcengGondok dan Pemanfaatan sebagai PakanTernak Non Ruminansia. Prosiding TemuTeknis Fungsional Non Peneliti. BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian.

Nasir. 2013. Jerami Padi Alternatif Untuk PakanTernak Itik. http://m.epetani.deptan.go.id.Unduh

Subekti, S. 2007. Komponen sterol dalam ekstrakdaun katuk (Sauropus androgynus L.Merr) dan hubungannya dengan sistemreproduksi puyuh. Disertasi. ProgramPascasarjana. Institut Pertanian Bogor,Bogor.

Page 61: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

56 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

Page 62: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

57Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

PENINGKATAN HASIL TANAMAN PADI MELALUITEKNOLOGI JARWO SUPER DI SULAWESI SELATAN

Idaryani dan Muhammad YasinBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 [email protected]

ABSTRACT

Agricultural technology innovation is one of the important pillars in increasing rice productivity inorder to achieve rice self-sufficiency goal. One of the efforts to improve the productivity is by introducingJajar Legowo (Jarwo) Super technology, which is an integrated implementation of Jarwo ordinaryrice-based rice cultivation technology. The objective of the activity is to know the improvement ofsuperior rice yields through the jarwo super technology in South Sulawesi. The assessment wasconducted in Tirowali Village, Ponrang Sub-district, Luwu Regency, which is one of the centers ofrice plant development in South Sulawesi, and implemented from July to December 2016. Activitieswere carried out by involving farmers cooperators and non cooperators. Cooperative farmers dorice field cultivation with the application of jarwo super technology while non cooperator farmerscultivate rice crops commonly done by farmers (existing technology). Wetland rice varieties used bycooperator farmers are Inpari-30, 32, and Inpari-33 varieties (part of the application of superjarwo technology) and Inpari-4 in non-coopertor farmers. The width of the expanse used is 10 hafor cooperative farmers and 5 ha for non cooperator farmers. The observation of growth and harvestcomponent and farming analysis is done on cooperative farmer and non cooperator farmer, that isapplication of jarwo super technology and non jarwo super. The results show that the jarwo supertechnology can increase the yield of rice by 30% and higher profits obtained by applying the technologythan those that do not apply the super technology that is Rp. 23.464.000 with B/C ratio 2.41. jarwo.

Keywords: technological innovation, jarwo super, rice

ABSTRAK

Inovasi teknologi pertanian merupakan salah satu pilar penting dalam peningkatan produktivitaspadi dalam rangka mencapai tujuan swasembada padi. Salah satu upaya yang dilakukan untukmeningkatkan produktivitas tersebut, adalah dengan diperkenalkannya teknologi Jajar Legowo (Jarwo)Super, dimana teknologi tersebut merupakan implementasi terpadu teknologi budidaya padi berbasisJarwo biasa. Tujuan kegiatan adalah untuk mengetahui peningkatan hasil tanaman padi varietasunggul melalui teknologi jarwo super di Sulawesi Selatan. Pengkajian dilakukan di Desa Tirowali,Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu, yang merupakan salah satu daerah sentra pengembangantanaman padi di Sulawesi Selatan, dan dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Desember 2016.Kegiatan dilakukan dengan melibatkan petani kooperator dan non kooperator. Petani kooperatormelakukan budidaya padi sawah dengan aplikasi teknologi jarwo super sedangkan petani nonkooperator melakukan budidaya tanaman padi yang biasa dilakukan oleh petani (teknologi existing).Varietas padi sawah yang digunakan petani kooperator adalah varietas Inpari-30, 32, dan Inpari-33(bagian dari aplikasi teknologi jarwo super) dan Inpari-4 pada petani non koopertor. Luas hamparanyang digunakan adalah seluas 10 ha untuk petani kooperator dan 5 ha untuk petani non kooperator.Pengamatan komponen pertumbuhan dan hasil panen serta analisis usahatani dilakukan pada petanikoperator dan petani non kooperator, yaitu aplikasi teknologi jarwo super dan non jarwo super. Hasilkegiatan menunjukkan bahwa teknologi jarwo super dapat meningkatkan hasil padi sawah sebesar30% dan keuntungan yang diperoleh lebih tinggi dengan menerapkan teknologi tersebut daripadayang tidak menerapkan teknologi jarwo super yaitu Rp. 23.464.000 dengan B/C ratio 2,41.

Kata kunci : Inovasi teknologi, jarwo super, padi sawah

Page 63: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

58 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

PENDAHULUAN

Komoditi tanaman pangan memiliki perananpokok sebagai pemenuh kebutuhan pangan, pakan,dan industri dalam negeri yang setiap tahunnyacenderung meningkat seiring dengan pertambahanjumlah penduduk dan berkembangannya industripangan dan pakan. Sehingga dari sisi ketahananpangan nasional fungsinya menjadi amat pentingdan strategis.

Upaya membangun kedaulatan pangan,pada saat ini pemerintah memberikan perhatianserius. Tiga komoditas tanaman pangan utama :padi, jagung, dan kedelai, sejak 2015 secara khususdikawal dalam program Upaya Khusus (UPSUS)peningkatan produksi padi, jagung, kedelai, yangsetiap tahunnya ditargetkan meningkat. Dengandemikian, diperlukan upaya-upaya peningkatanproduksi tanaman pangan sejalan dengan kebutuhanyang semakin meningkat tersebut. Berbagai upayapeningkatan produksi dan produktivitas telah dila-kukan, untuk itu perlu menerapkan upaya yangterfokus, sinergi dan terintegrasi baik dari segi pem-binaan maupun pembiayaan.

Namun demikian, upaya peningkatan produksitanaman pangan, khususnya padi dengan perluasanareal tanam ternyata tak semudah membalikkantelapak tangan. Untuk itu perlu dilakukan terobosanbaru yang dapat meningkatkan produksi padi melaluiinovasi teknologi. Inovasi teknologi pertanian meru-pakan salah satu pilar penting dalam peningkatanproduktivitas padi dalam rangka mencapai tujuanswasembada padi.

Luas lahan yang berpotensi untuk pengem-bangan pertanian di Sulawesi Selatan mencapai 4,2juta ha atau 68% dari total luas wilayah, di antaranyauntuk pengembangan lahan sawah mencapai648.956 ha, terdiri dari lahan irigasi seluas 390.477ha dan non irigasi 258.479 ha. Untuk lahan keringmencapai 835.585 ha (BPS Sulsel, 2015). Sementaraitu, produktivitas tanaman padi baru mencapai rata-rata 5,10 t/ha dan 3,00 t/ha padi lahan kering (BPSSulsel, 2015). Meskipun terdapat trend peningkatanproduksi setiap tahunnya, akan tetapi trend tersebutmasih sangat kecil sehingga belum mendekati angkapotensi produktivitas tanaman.

Rendahnya produktivitas yang dicapai dise-babkan diantaranya adalah penggunaan varietasunggul baru belum sepenuhnya digunakan olehpetani, dimana varietas Ciherang dan Cigeulis

masih digunakan sebagian besar petani di daerahini, selain itu teknik budidaya yang dilakukan belumoptimal di antaranya penggunaan pupuk kimia yangterus-menerus dan tidak berimbang, sehinggamengakibatkan tanah menjadi miskin hara.

Di lain pihak, Balitbangtan dalam hal ini BBPadi telah menghasilkan berbagai teknologi yangmemiliki potensi menghasilkan produktivitas yangtinggi, yaitu Varietas Unggul Baru (VUB) dan denganteknologi budidaya yang lebih optimal. Selain itu padalahan sawah yang diusahakan secara intensifmengakibatkan kadar bahan organik tanah berkurang,kesuburan biologi dan fisik tanah menurun drastis.Untuk mengantisipasi kejadian tersebut, pemberianbahan organik berupa pupuk organik maupun pupukhayati sangat diperlukan. Penambahan bahan organikke dalam tanah sawah akan memperbaiki sifat-sifatfisika, kimia dan biologi tanah melalui perannya sebagaisumber makanan mikroba di dalam tanah danmeningkatkan jenis dan populasi mikroba sehinggaaktivitas mikroba dalam tanah terus meningkat(Adiningsih dan Rochyati 1988; Sarief 1989).

Berdasarkan hal tersebut maka upaya tero-bosan peningkatan produktivitas tanaman padi,Balitbangtan telah memperkenalkan teknologi JajarLegowo (Jarwo) Super, dimana teknologi tersebutmerupakan implementasi terpadu teknologi budi-daya padi berbasis Jarwo biasa. Tujuan kegiatanadalah untuk mengetahui peningkatan hasil tana-man padi varietas unggul melalui teknologi jarwosuper di Sulawesi Selatan.

METODOLOGI

Pengkajian dilakukan di Desa Tirowali,Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu, yang meru-pakan salah satu daerah sentra pengembangantanaman padi di Sulawesi Selatan, dan dilaksanakanpada bulan Juli sampai bulan Desember 2016.Kegiatan dilakukan dengan melibatkan petanikooperator dan non kooperator. Petani kooperatormelakukan budidaya padi sawah dengan aplikasiteknologi jarwo super sedangkan petani nonkooperator melakukan budidaya tanaman padi yangbiasa dilakukan oleh petani (teknologi existing).Varietas padi sawah yang digunakan petani koope-rator adalah varietas Inpari-30, 32, dan Inpari-33(bagian dari aplikasi teknologi jarwo super) danInpari-4 pada petani non koopertor. Luas hamparanyang digunakan adalah 10 ha untuk petani kooperatordan 5 ha untuk petani non kooperator.

Page 64: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

59Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

Tabel 1. Introduksi Teknologi Jarwo Super di Desa Tirowali, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu, 2016

Page 65: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

60 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

mendukung bagi keberlangsungan proses siklushara, membentuk biogenic soil structure yangmengatur terjadinya proses-proses fisik, kima danhayati tanah (Santoso et al. 1992, 1995). Rata-ratatinggi tanaman, jumlah anakan produktif, danpanjang malai pada aplikasi teknologi jarwo superdan non jarwo super dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman, Jumlah AnakanProduktif, dan Panjang Malai pada AplikasiTeknologi Jarwo Super dan Non JarwoSuper, di Desa Tirowali, KecamatanPonrang, Kabupaten Luwu, 2016

Dengan pemberian pupuk organik dan pupukhayati, kebutuhan tanaman akan unsur hara sudahterpenuhi dengan baik dan sudah dapat memper-baiki sifat kimia tanah dimana unsur hara esensialyang sangat diperlukan tanaman dapat tersedia. Halini disebabkan adanya perbaikan sifat fisik tanah olehbahan organik sehingga dapat memperbaiki strukturtanah, selain itu bahan organik memiliki kemampuanmengikat air cukup tinggi sehingga tanaman dapattumbuh dengan baik karena kebutuhan air bagitanaman cukup tersedia. Semakin tinggi nitrogenyang diberikan maka semakin cepat karbohidratyang akan diubah menjadi protein dan protoplasma,sedangkan protoplasma diperlukan untuk pemben-tukan sel-sel vegetatif tanaman.

Tinggi tanaman tertinggi diperoleh padavarietas Inpari-32 yaitu 127,23 sedangkan tinggitanaman yang terendah diperoleh pada varietasInpari-4 (non jarwo super) yaitu 100,02 cm. MenurutSuprapto dan Drajat (2005), tinggi tanamandigunakan sebagai salah satu kriteria seleksi padatanaman padi, namun pertumbuhan tinggi tanamanyang tinggi belum menjamin hasil yang diperolehlebih besar. Hal ini sejalan dengan pendapat Blum(2008) yang mengemukakan bahwa tinggi tanamanberkorelasi negatif terhadap hasil.

Demikian pula halnya dengan rata-rata jumlahanakan produktif, hasil tertinggi diperoleh padavarietas Inpari-32 yaitu 32,87 sedangkan jumlahanakan produktif terendah diperoleh pada varietas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis tanah sebelum aplikasi per-cobaan menunjukkan bahwa tanah lokasi per-cobaan memiliki kandungan C organik dan N totalyang sangat rendah, secara rinci hasil analisis tanahlokasi percobaan tersaji pada Tabel 1.

Tabel 2. Karakteristik Sifat Fisik Tanah di DesaTorawali, Kecamatan Ponrang, KabupatenLuwu

Sumber : CSR dan FAO Staff, 1983

Hasil analisis sifat fisik tanah menunjukkanbahwa tekstur tanah termasuk kategori tanah liat ber-pasir dengan kandungan pasir 33%, debu mencapai6%, dan kandungan liat mencapai 61%. pH tanah(H2O) netral (7,46), C-organik rendah (1,12%), N-total rendah (0,09%), nisbah C/N sedang (12), P-HClsedang (49 mg/100 g), dan K-HCl sangat tinggi (12mg/100g). Ca sangat tinggi (24,15), Mg tinggi (7,04),K sangat tinggi (24), Na sangat rendah (0,07), danKTK tinggi (41,39) (Sugiyanto, et al., 2005).

Komponen Pertumbuhan

Hasil kegiatan menunjukkan bahwa kera-gaan tanaman padi cukup beragam sesuai dengansifat genetis dari masing-masing varietas. Meskipundemikian, pertumbuhan dan hasil tanaman padisawah selain dipengaruhi oleh varietas unggul jugasangat dipengaruhi oleh produktivitas tanah. Tingkatprodukvitas tanah sangat dipengaruhi oleh kemam-puan tanah menyediakan unsur hara. Berbagaiaktivitas mikroorganisme dan fauna tanah saling

Sifat Tanah Nilai Kriteria

Tekstur tanah : - Pasir - Debu - Liat

33 6 61

pH H2O (1:2,5) pH KCl (1:2,5)

7,46 5,25

Agak masam

C-organik (%) N-total (%) C/N

1,12 0,09 12

Rendah Rendah Sedang

P2O5 (HCl 25%, mg/100 g) P tersedia (Olsen/Bray I mg kg-1) K2O5 (HCl 25%, mg/100 g) K tersedia (Olsen/Bray I mg kg-1)

49 3 12 24

Sedang Sedang

Sangat tinggi Sangat tinggi

Kation basa tertukar : Ca-dd (1N NH4OAc pH7, cmol kg-1) Mg-dd (1N NH4OAc pH7, cmol kg-1) K-dd (1N NH4OAc pH7, cmol kg-1) Na-dd (1N NH4OAc pH7, cmol kg-1) KTK (1N NH4OAc pH7, cmol kg-1) Kejenuhan Basa (%)

24,15 7,04 0,13 0,07

41,39 76

Tinggi

Sangat rendah

Komponen Pertumbuhan Varietas Tinggi

Tanaman (cm) Jumlah Anakan

Produkttif

Panjang Malai (cm)

Inpari-30 112,01 32,11 25,23 Inpari-32 127,23 32,87 25,03 Inpari-33 110,98 29,98 27,65 Inpari-4 (non Jarwo Super)

100,02 29,87 22,98

Page 66: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

61Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

Inpari-4 (non jarwo super) yaitu 100,02. Semakinbanyak anakan yang terbentuk semakin besarpeluang terbentuknya anakan yang menghasilkanmalai.

Tanaman padi pada fase vegetatif sangatmemerlukan nitrogen dalam jumlah yang besar,nitrogen merangsang pertumbuhan vegetatif tana-man terutama dalam pembentukan anakan. Posporberfungsi untuk merangsang pertumbuhan danpembentukan anakan atau tunas pada tanamanserealia. Kedua unsur tersebut banyak diperlukantanaman pada fase vegetatif cukup banyak tersediadalam pupuk hayati.

Hal ini memperlihatkan bahwa peningkatanjumlah nitrogen dan pospor dari pupuk hayatiberkorelasi positif terhadap peningkatan jumlahanakan. Unsur N dan P yang terserap dari pupukhayati akan berperan dalam pertumbuhan vege-tatif tanaman dimana pembentukan anakan padatanaman padi sangat erat hubungannya dengankeadaan nitrogen di dalam tanaman. Agustina(1990), menerangkan bahwa sekitar 40-45 %protoplasma tersusun dari senyawa yang mengan-dung nitrogen.

Panjang malai tertinggi diperoleh pada padivarietas Inpari-33 yaitu 27,65 cm. Panjang malaiberkaitan erat dengan hasil suatu galur atauvarietas. Makin panjang malai suatu varietas makinbesar pula hasil yang akan diperoleh. Hal inidisebabkan karena hasil-hasil fotosintesis dan assi-milasi yang disimpan pada daun akan ditrans-lokasikan ke malai melalui pembuluh floem denganbantuan air yang diserap oleh akar tanaman. Padasaat tanaman mulai berbunga hampir seluruh hasilfotosintesis dialokasikan ke bagian generatiftanaman (malai) dalam bentuk tepung. Selain itujuga terjadi mobilisasi karbohidrat protein dan min-eral yang ada di daun, batang, dan akar untuk dipin-dahkan ke malai.

Komponen Hasil

Hasil tanaman padi ditentukan oleh kom-ponen hasil terutama jumlah gabah per malai,persentase gabah bernas, dan berat 1000 butir.Rata-rata rata Jumlah Gabah per Malai, GabahHampa, Bobot Gabah 1000 Butir, dan Produktivitaspada Aplikasi Teknologi Jarwo Super dan NonJarwo Super dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 4. Rata-rata Jumlah Gabah per Malai, GabahHampa, Bobot Gabah 1000 Butir, danProduktivitas pada Aplikasi TeknologiJarwo Super dan Non Jarwo Super diDesa Torawali, Kecamatan Ponrang,Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, 2016

Jumlah gabah per malai tertinggi diperolehpda varietas Inpari-32 yaitu 228,20, sedangkanterendah diperoleh pada varietas Inpari-4 (nonjarwo super) yaitu 176,60. Gabah hampa tertinggidiperoleh pada varietas Inpari-33 yaitu 7,90sedangkan terendah diperoleh pada varietas Inpari-30 yaitu 5,23.

Jumlah gabah yang terbentuk (Swasti, 2008)ditentukan oleh panjang malai, dimana masing-masing malai akan menghasilkan gabah. Perkem-bangan jaringan pembuluh sumbu utama malai kecabang malai dan dari cabang malai ke gabah dipeng-aruhi oleh ketersediaan air dan unsur hara yangdiserap dari tanah. Semakin kuat jaringan pembuluhmaka semakin banyak gabah yang terbentuk danperkembangan gabah lebih cepat.

Bobot 1000 butir tertinggi diperoleh padavarietas Inpari-32 yaitu 28,20 gr sedangkan yangterendah diperoleh varietas Inpari-4 (non jarwosuper) yaitu 27,48 gr. Besar atau kecilnya gabahdari suatu varietas dapat diukur dari bobot 1000butir gabah. Makin tinggi bobot 1000 butir gabahnyamengindikasikan bahwa makin besar gabahvarietas tersebut. Sedangkan bobot 1000 butir gabahsangat dipengaruhi oleh ketersediaan hara dalamtanah yang dibutuhkan oleh tanaman.

Hasil analisis bobot 1000 butir dan jumlahanakan menunjukkan korelasi negatif terhadaphasil. Hal ini disebabkan karena adanya faktorkompetisi pada tanaman padi, dimana pada padiyang memiliki jumlah anakan banyak akanberkompetisi dalam hal mendapatkan hara dankarbohidrat yang menyebabkan ukuran biji menjadikecil sehingga bobot butirannya rendah. Hal inidikemukakan oleh Suprapto et. all., (2008) bahwabobot 1000 butir bergantung pada ukuran gabah,bentuk gabah dan waktu pemanenan. Tetapi

Komponen hasil Varietas Jumlah

Gabah per Malai

Gabah Hampa

(%)

Bobot Gabah

1000 butir (g)

Produktivitas (t/ha) GKP

Produktivitas (t/ha) GKG

Inpari-30 201,13 5,23 28,17 8,035 7,037 Inpari-32 228,20 7,19 28,20 8,833 7,851 Inpari-33 212,50 7,90 27,90 8,375 7,507 Inpari-4 (non jarwo super)

176,60 7,67 27,48 6,125 5,035

Page 67: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

62 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

Tabel 5. Hasil analisa usahatani Teknologi JarwoSuper dan Non Jarwo Super di DesaTorawali, Kecamatan Ponrang, Kabu-paten Luwu, Sulawesi Selatan, 2016

Catatan : * harga GKG pada saat dilakukan pengkajian

Hasil analisa usahatani menunjukkan bahwapenerimaan usahatani lebih tinggi pada budidayapadi dengan aplikasi teknologi jarwo super diban-ding dengan budidaya padi non jarwo super (exist-ing), yaitu Rp.23.464.000 sedangkan pada lokasinon jarwo super penerimaan yang diperoleh adalahRp. 13.168.000. Rasio pendapatan total terhadapseluruh biaya yang dikeluarkan mencapai 3,31, halini menunjukkan bahwa usahatani padi denganteknologi jarwo super layak dikembangkan karenakegiatan usahatani akan layak diusahakan jika nilaiR/C e”2 (Swastika, 2004).

KESIMPULAN

1. Teknologi Jarwo Super dapat meningkatkanproduktivitas padi sebesar 30%

2. Keuntungan yang diperoleh dengan meng-gunakan aplikasi teknologi Jarwo Super adalahRp. 23.464.000, dengan B/C ratio 2,41,sedangkan tanpa jarwo super adalah Rp.13.168.000

dengan jumlah anakan yang banyak pula maka to-tal jumlah gabah yang dihasilkan lebih banyaksehingga akan berpengaruh pada total produksi padiyang dihasilkan.

Hasil gabah tertinggi diperoleh pada varietasInpari-32 yaitu masing 8,833 t ha-1 GKP, 7,851 tha-1 GKG, sedangkan hasil terendah diperoleh padavarietas Inpari-4 (non jarwo super) yaitu 6,125 tha-1 GKP dan 5,035 t ha-1 GKG. Penggunaanvarietas unggul dalam upaya peningkatan produksi,memegang peranan penting (Kaihatu dan Pesiroren,2011), selain itu menurut Saraswati (2000) manfaatdari penggunaan pupuk hayati dapat meningkatkanhasil gabah sebesar 20-30%. Peningkatan hasil padisawah yang disebabkan oleh pupuk hayati, dikare-nakan pupuk hayati mengandung berbagai mikro-organisme yang dapat meningkatkan kualitas tanahmelalui produksi berbagai senyawa penting sepertizat organik pelarut hara, fitohormon, dan antipatogen.

Cepat atau lambatnya tanaman memasuki fasegeneratif antara lain dipengaruhi oleh keseimbanganunsur hara yang terkandung dalam jaringan tanaman.Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Gradner,Pearce, dan Mitchel (1991) dalam Saeri, et al, (2008)bahwa induksi pembungaan dan pembuahan sangatdipengaruhi oleh faktor pasokan unsur hara dantranslokasi hasil fotosintesis.

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakanbahwa pada pengkajian ini, aplikasi teknologi jarwosuper pada tanaman padi sawah memberikanrespon pertumbuhan dan hasil yang lebih baik diban-dingkan dengan budidaya padi tanpa aplikasi tekno-logi jarwo super.

Analisa Usahatani

Untuk mengukur tingkat kemampuan pe-ngembalian atas biaya usahatani padi, dihitungnisbah penerimaan atas biaya input yang digunakansedangkan pendapatan usahatani merupakan selisihantara nilai hasil dan biaya produksi. Hasil analisausahatani dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Uraian Non

Jarwo Super Teknologi

Jarwo Super A. PENERIMAAN a.1. Luas tanam/luas panen (ha) a.2. Produktivitas (ton ha-1) a.3. Produksi (kg ha-1) a.4. Harga output (Rp/kg)*

5

5.035 4.100

10

7.851 4.100

TOTAL PENERIMAAN (Rp) 20.643.500 32.189.000 B. BIAYA INPUT PRODUKSI 3.075.000 5.125.000 C. BIAYA TENAGA KERJA DAN

ALSINTAN 2.400.000 3.600.000

D. BIAYA LAINNYA E. TOTAL BIAYA LAINNYA 7.475.000 9.725.000 F. KEUNTUNGAN (A-E) 13.168.500 23.464.000 R/C RATIO (Penerimaan (A)/Biaya(E)) B/C RATIO (Keuntungan (F)/Biaya(E))

2,76 1,76

3,31 2,41

Page 68: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

63Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih SJ, Rochyati S. 1988. Peranan bahanorganik dalam meningkatkanefisiensi pupukdan produktivitas tanah. Dalam: Setyorini,Prihatini (ed). Prosiding Lokakarya NasionalEfisiensi Penggunaan Pupuk V, Cisarua 12-13 Nopember 1990

Agustina, 1990, Nutrisi Tanaman, Rineka Cipta,Jakarta.

Badan Litbang Pertanian, Kementan, 2016.Budidaya Padi Jajar Legowo Super. PetunjukTeknis. ISBN 978-979-540-102-5

Kaihatu S.S dan Mariedjte P., 2011. AdaptasiBeberapa Varietas Unggul Baru PadiSawah di Marokai. J. Agrivigor 11(2): 178-184, September – Desember 2011; ISSN1412-2286

Saeri M., Suwono, dan Amik Krismanto, 2008.Kajian Efektivitas Pupuk NPK (15-15-6-4)pada Padi di Lahan Sawah Irigasi Kabu-paten Malang. Jurnal Pengkajian danPengembangan Teknologi Pertanian.11(3):205-217

Santoso E, Komariah S, Prihatini T. 1995.Penggunaan mikroba untuk mempercepatpematangan gambut Kalimantan Barat. Pros.Pertemuan Pembahasan dan KomunikasiHasil Penelitian Tanah dan Agroklimat.Cisarua, Bogor 26-28 September 1995.

Santoso E, Sastrosupadi A, Sudarmo H. 1992.Pengaruh paket pupuk N, P, K, Kandang,Daun, dan Sitozim terhadap pertumbuhandan hasil serat rami klon Pujon 10 dan 301di tanah Aluvial Malang. Pros. SeminarRami. Balai Penelitian Tembakau danTanaman Serat, Malang.

Saraswati R. 2000. Peranan pupuk hayati dalampeningkatan produktivitas pangan. P. 46-54:Suwarno, Kurnia (ed). Tonggak KemajuanTeknologi Produksi Tanaman Pangan: Paketdan komponen Teknologi Produksi Padi.Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV,Bogor, 22-24 November 1999.

Suprapto dan Daradjat, A.A. 2005. ProgramPemuliaan Partisipatif pada Tanaman Padi:Konsep dan Realisasi. Makalah disampaikanpada Lokakarya dan Penyelarasan Pera-kitan Varietas Unggul Komoditas Horti-kultura melalui Penerapan Program ShuttleBreeding, Jakarta.

Statistik Pertanian Tanaman Pangan ProvinsiSulawesi Selatan, 2015. BPS, ProvinsiSulawesi Selatan

Swasti,E., A.B. Syarief, Irfan Suliansyah, NurwanitaEkasari Putri. 2008. Potensi Varietas LokalSumatera Barat sebagai Sumber Genetikdalam Pemuliaan Tanaman Padi. ProsidingSimposium Penelitian Tanaman PanganV.Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Tanaman Pangan, Bogor, 28 – 29Agustus 2007 : 409 - 413

Swastika, D.K.S., 2004. Beberapa Teknis Analisisdalam Penelitian dan Pengkajian TeknologiPertanian. Jurnal Pengkajian dan pengem-bangan Teknolgi Pertanian. Vol 7, No. 1.Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Bogor.

Page 69: INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN · 2019. 1. 18. · 2 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting

64 Buletin Inovasi Teknologi Pertanian, Nomor 11 Tahun 2017