inkontinensia urin

6
37 LATIHAN KEGEL DENGAN PENURUNAN GEJALA INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA Angellita Intan Septiastri*, CholinaTrisa Siregar** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara **Dosen Departemen Keperawatan Medikal Bedah Dan Keperawatan Dasar Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara Phone/Fax: 085261161836 E-mail: [email protected] Abstrak Inkontinensia urin merupakan keluhan yang sering dialami lansia. Tingginya angka kejadian inkontinensia urin menyebabkan perlunya penanganan dengan latihan kegel yang bertujuan untuk membangun kembali kekuatan otot dasar panggul. Tujuan penelitian ini untuk melihat efektivitas latihan kegel terhadap penurunan gejala inkontinensia urin pada lansia. Desain penelitian adalah quasy-experiment. Penetapan sampel menggunakan teknik purposiv sampling diperoleh 13 orang intervensi dan 13 orang kontrol. Hasil analisa data menunjukkan bahwa gejala inkontinensia urin sebelum latihan kegel pada kelompok intervensi sebanyak 53,8% ringan dan 46,2% sedang. Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 61,5% ringan dan 38,5% sedang. Setelah dilakukan intervensi, gejala inkontinensia urin pada kelompok intervensi sebanyak 100% ringan sedangkan pada kelompok kontrol 61,5% ringan dan 38,5% sedang. Hasil uji paired t-test pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa gejala inkontinensia urin berbeda antara pre-post latihan kegel ( t= 17,725, p= 0,000). Selanjutnya dengan uji independent t-test, penelitian ini juga menunjukkan bahwa penurunan gejala inkontinensia urin pada kelompok intervensi berbeda dengan kelompok kontrol (t= -3,215, p=0,004). Penelitian ini menunjukkan bahwa latihan kegel efektif terhadap penurunan gejala inkontinensia urin pada lansia. Dengan demikian perawat dapat mengajarkan latihan kegel sebagai intervensi nonfarmakologis untuk mengatasi inkontinensia urin. Kata Kunci : Inkontinensia Urin, Lansia, Latihan Kegel PENDAHULUAN Inkontinensia urin merupakan salah satu keluhan yang sering dialami oleh lansia, yang biasanya disebabkan oleh penurunan kapasitas kandung kemih dan berkurangnya kemampuan tahanan otot lurik pada uretra karena perubahan fisiologis pada lansia (Darmojo & Soetojo, 2006). Inkontinensia urin menurut International Continence Society didefenisikan sebagai keluarnya urin secara involunter yang menimbulkan masalah sosial dan higiene serta secara objektif tampak nyata (Vitriana, 2002). Inkontinensia urin merupakan keluarnya urin yang tidak terkontrol yang mengakibatkan gangguan hygiene dan sosial dan dapat dibuktikan secara objektif. Survei yang dilakukan Divisi Geriatri Bagian Penyakit Dalam RSUP Dr. Ciptomangunkusumo tahun 2002 pada 208 Manula di Lingkungan Pusat Santunan Keluarga di Jakarta, mendapatkan angka kejadian inkontinensia urin tipe stress sebesar 32,3%, sedangkan survei yang dilakukan di Poliklinik Geriatri RSUP Dr. Ciptomangunkusumo tahun 2003 terhadap 179 lansia didapatkan angka kejadian Inkontinensia Urin tipe stress pada laki- laki sebesar 20,5% dan pada wanita sebesar 32,5%. Pada tahun 2008 survei inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi FK Unair-RSU Dr. Soetomo terhadap 793 penderita, didapatkan hasil angka kejadian inkontinensia urin pada pria 3,02% sedangkan pada wanita 6,79% (Soetojo, 2006). Tingginya angka kejadian inkotinensia urin menyebabkan perlunya penanganan yang sesuai, karena jika tidak segera ditangani inkontinensia dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti

Upload: sarah-perez

Post on 30-Nov-2015

132 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Inkontinensia Urin

37

LATIHAN KEGEL DENGAN PENURUNAN GEJALA

INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA

Angellita Intan Septiastri*, CholinaTrisa Siregar** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

**Dosen Departemen Keperawatan Medikal Bedah Dan Keperawatan Dasar

Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara

Phone/Fax: 085261161836

E-mail: [email protected]

Abstrak Inkontinensia urin merupakan keluhan yang sering dialami lansia. Tingginya angka kejadian

inkontinensia urin menyebabkan perlunya penanganan dengan latihan kegel yang bertujuan untuk

membangun kembali kekuatan otot dasar panggul. Tujuan penelitian ini untuk melihat efektivitas

latihan kegel terhadap penurunan gejala inkontinensia urin pada lansia. Desain penelitian adalah

quasy-experiment. Penetapan sampel menggunakan teknik purposiv sampling diperoleh 13 orang

intervensi dan 13 orang kontrol. Hasil analisa data menunjukkan bahwa gejala inkontinensia urin

sebelum latihan kegel pada kelompok intervensi sebanyak 53,8% ringan dan 46,2% sedang.

Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 61,5% ringan dan 38,5% sedang. Setelah dilakukan

intervensi, gejala inkontinensia urin pada kelompok intervensi sebanyak 100% ringan sedangkan pada

kelompok kontrol 61,5% ringan dan 38,5% sedang. Hasil uji paired t-test pada kelompok intervensi

menunjukkan bahwa gejala inkontinensia urin berbeda antara pre-post latihan kegel ( t= 17,725, p=

0,000). Selanjutnya dengan uji independent t-test, penelitian ini juga menunjukkan bahwa penurunan

gejala inkontinensia urin pada kelompok intervensi berbeda dengan kelompok kontrol (t= -3,215,

p=0,004). Penelitian ini menunjukkan bahwa latihan kegel efektif terhadap penurunan gejala

inkontinensia urin pada lansia. Dengan demikian perawat dapat mengajarkan latihan kegel sebagai

intervensi nonfarmakologis untuk mengatasi inkontinensia urin.

Kata Kunci : Inkontinensia Urin, Lansia, Latihan Kegel

PENDAHULUAN

Inkontinensia urin merupakan salah

satu keluhan yang sering dialami oleh

lansia, yang biasanya disebabkan oleh

penurunan kapasitas kandung kemih dan

berkurangnya kemampuan tahanan otot

lurik pada uretra karena perubahan

fisiologis pada lansia (Darmojo &

Soetojo, 2006). Inkontinensia urin

menurut International Continence Society

didefenisikan sebagai keluarnya urin

secara involunter yang menimbulkan

masalah sosial dan higiene serta secara

objektif tampak nyata (Vitriana, 2002).

Inkontinensia urin merupakan keluarnya

urin yang tidak terkontrol yang

mengakibatkan gangguan hygiene dan

sosial dan dapat dibuktikan secara

objektif.

Survei yang dilakukan Divisi

Geriatri Bagian Penyakit Dalam

RSUP Dr. Ciptomangunkusumo tahun

2002 pada 208 Manula di Lingkungan

Pusat Santunan Keluarga di Jakarta,

mendapatkan angka kejadian

inkontinensia urin tipe stress sebesar

32,3%, sedangkan survei yang dilakukan

di Poliklinik Geriatri RSUP Dr.

Ciptomangunkusumo tahun 2003 terhadap

179 lansia didapatkan angka kejadian

Inkontinensia Urin tipe stress pada laki-

laki sebesar 20,5% dan pada wanita

sebesar 32,5%. Pada tahun 2008 survei

inkontinensia urin yang dilakukan oleh

Departemen Urologi FK Unair-RSU Dr.

Soetomo terhadap 793 penderita,

didapatkan hasil angka kejadian

inkontinensia urin pada pria 3,02%

sedangkan pada wanita 6,79% (Soetojo,

2006).

Tingginya angka kejadian

inkotinensia urin menyebabkan perlunya

penanganan yang sesuai, karena jika tidak

segera ditangani inkontinensia dapat

menyebabkan berbagai komplikasi seperti

Page 2: Inkontinensia Urin

38

infeksi saluran kemih, infeksi kulit daerah

kemaluan, gangguan tidur, dekubitus, dan

gejala ruam. Selain itu, masalah

psikososial seperti dijauhi orang lain

karena berbau pesing, minder, tidak

percaya diri, mudah marah juga sering

terjadi dan hal ini berakibat pada depresi

dan isolasi sosial. Menurut Stanley 2007

dan Soetojo 2006 penanganan yang dapat

dilakukan pada pasien yang mengalami

inkontinensia urin meliputi Kegel

exercise, manuver crede, bladder

training, toiletting secara terjadwal,

kateterisasi, pengobatan dan pembedahan.

Terapi non operatif yang populer

adalah Kegel exercise, Kegel exercise

adalah latihan kontraksi otot dasar

panggul secara aktif yang bertujuan untuk

meningkatkan kekuatan otot dasar

panggul (Pujiastuti, 2003). Latihan kegel

sangat bermanfaat untuk menguatkan otot

rangka pada dasar panggul, sehingga

memperkuat fungsi sfingter eksternal pada

kandung kemih (Widiastuti, 2011). Penelitian terkait yang pernah dilakukan

oleh Flynn pada tahun 1994 keefektifan

latihan otot pelvis dalam mengurangi

inkontinensia urgensi dan inkontinensia

stres yang diujikan kepada 37 orang lansia

yang bertempat tinggal di komunitas

dengan rentang usia 58 sampai 92 tahun

didapatkan hasil jumlah episode

inkontinensia telah berkurang 82%.

Latihan-latihan tersebut efektif untuk

kedua jenis inkontinensia tersebut baik

tipe urgensi maupun tipe stres. Interval

berkemih meningkat dari rata-rata 2,13

jam menjadi 3,44 jam (Stanley,2007).

Sedangkan penelitian terhadap lansia di

Panti Wreda Sindang Asih Semarang

tahun 2009 Kegel Exercise yang

dilakukan sebanyak 10 kali dalam 3

minggu menyebabkan terjadinya

penurunan frekuensi inkontinensia urin

sebesar 18,3 % dari 9,86 kali menjadi 6,19

kali (Hidayati, 2009). Tujua dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui efektivitas latihan kegel

terhadap penurunan gejala inkontinensia

urin pada lansia.

Adapun hipotesa alternatif dalam

penelitian ini adalah ada pengaruh latihan

kegel terhadap penurunan gejala

inkontinensia urin pada lansia di UPT

Pelayanan Sosial Lansia dan Balita

Wilayah Binjai dan Medan.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode

quasi eksperimen yang dilakukan dengan

membagi responden menjadi dua

kelompok yaitu (kelompok perlakuan)

yang diajarkan latihan kegel dan

kelompok kontrol yang tidak diberikan

intervensi. Pada kedua kelompok sebelum

dan sesudah intervensi diberikan

kuesioner yang telah ditetapkan yang

disebut pretest dan post test. Populasi

pada penelitian in adalah sebanyak 162

lansia sedangkan sampel pada penelitian

ini adalah lansia dengan kriteria inklusi

lansia berusia minimal 60 tahun, tidak

demensia, dapat mendengar dan melihat,

mengalami inkontinensia urin fisiologis

dan bersedia menjadi responden dan

mengikuti prosedur penelitian sampai

dengan tahap akhir. Berdasarkan survei

yang dilakukan diperoleh jumlah sampel

sebanyak 26 orang. Sampel ini dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu 13 orang

intervensi dan 13 orang kontrol.

Untuk mengetahui penurunan

inkontinensia urin pre dan post dilakukan

intervensi latihan kegel, maka uji yang

digunakan dalam penelitian ini adalah uji

statistik paired t-test (t-test dependen).

Sedangkan untuk perbedaan penurunan

gejala inkontinensia urin pada kelompok

intervensi dan kontrol diuji dengan

menggunakan uji statistik independent t-

test.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Tabel 1. Klasifikasi Gejala Inkontinensia

Urin Pre Latihan Kegel pada

Kelompok Intervensi dan

Kontrol Mei 2012

Klasifikasi gejala

inkontinensia

urin pre

intervensi

Kelompok

intervensi

Kelompok

kontrol

f % f %

Ringan 7 53,8 8 61,5

Sedang 6 46,2 5 38,5

Berat 0 0 0 0

Page 3: Inkontinensia Urin

39

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa klasifikasi gejala inkontinensia

urin pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol sebagian besar adalah

ringan.

Tabel 2. Klasifikasi Gejala Inkontinensia

Urin Post Latihan Kegel pada

Kelompok Intervensi dan

Kontrol Mei 2012

Klasifikasi

gejala

inkontinensia

urin post

intervensi

Kelompok

intervensi

Kelompok

kontrol

f % f %

Ringan 13 100 8 61,5

Sedang 0 0 5 38,5

Berat 0 0 0 0

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa klasifikasi gejala inkontinensia

urin pada kelompok intervensi post

latihan kegel sebanyak 100% ringan

sementara pada kelompok kontrol sebesar

38,5% responden masih berada pada

kategori gejala inontinensia sedang.

Tabel 3. Perbedaan Penurunan Gejala

Inkontinensia Urin Pre dengan

Post Latihan Kegel pada

Kelompok Intervensi dan

kelompok kontrol Mei 2012

Kelompok Mean

difference

t p

Intervensi 5,538 17,725 0,000*

Kontrol 0,385 1,806 0,096

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat beda rata-rata antara pre

dan post intervensi latihan kegel pada

kelompok intervensi dan kelompok

kontrol.

Tabel 4. Perbedaan Penurunan Gejala

Inkontinensia Urin pada

Kelompok Intervensi dan

Kontrol Mei 2012

Inter

vensi

Kont

rol

Mean

Differe

nce

t p

Mean Mean

pre 24,62 22,46 2,154 2,038 0,054

post 19,08 22,08 -3,000 -3,215 0,004*

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa beda rata-rata gejala inkontinensia

urin pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol pre intervensi latihan

kegel adalah sebesar 2,154 sedangkan

gejala inkontinensia urin post intervensi

latihan kegel pada kelompok intervensi

dan kontrol adalah sebesar -3,000

Pembahasan

Klasifikasi gejala inkontinensia urin

pre intervensi latihan kegel pada

kelompok intervensi dan kelompok

kontrol

Penelitian ini memperoleh data

awal klasifikasi gejala inkontinensia urin

pada kelompok intervensi sebanyak

53,8% mengalami inkontinensia ringan

dan 46,2% mengalami inkontinensia

sedang. Sedangkan pada kelompok

kontrol sebanyak 61,5% responden

mengalami inkontinensia ringan dan

38,5% responden mengalami

inkontinensia sedang. Dari data tersebut

dapat dilihat bahwa jumlah responden

dengan kondisi gejala inkontinensia

ringan lebih banyak daripada gejala

inkontinensia sedang. Hal ini dapat

dihubungkan dengan usia lansia yang

menjadi responden masih dalam rentang

60-74 sehingga masih dapat mengontrol

kognitifnya dalam hal berkemih. Selain

itu juga menurut Hidayat (2007)

inkontinensia dapat terjadi dengan derajat

ringan berupa keluarnya urin hanya

Page 4: Inkontinensia Urin

40

beberapa tetes sampai dengan keadaan

berat dan sangat mengganggu penderita.

Inkontinensia urin dapat mengenai

perempuan pada semua usia dengan

derajat dan perjalanan yang bervariasi.

Inkontinensia urin dapat memberikan

dampak serius pada kesehatan fisik,

psikologi, dan sosial pasien, serta dapat

berdampak buruk bagi keluarga dan karier

pasien.

Klasifikasi gejala inkontinensia urin

post intervensi latihan kegel pada

kelompok intervensi dan kelompok

kontrol

Hasil analisa data diperoleh bahwa

klasifikasi gejala inkontinensia urin pada

kelompok intervensi post intervensi

latihan kegel diperoleh bahwa klasifikasi

inkontinensia urin ringan (100%).

Persentase ini menunjukkan bahwa terjadi

penurunan gejala inkontinensia urin pada

kelompok intervensi post intervensi

latihan kegel. Hal ini sesuai dengan

pendapat seorang dokter kandungan

bernama Kegel pada tahun 1940 yang

sangat bermanfaat untuk menguatkan otot

rangka pada dasar panggul, sehingga

memperkuat fungsi sfingter eksternal pada

kandung kemih. Latihan otot dasar

panggul ini diperkenalkan oleh Kegel

untuk pasca melahirkan. Latihan ini terus

dikembangkan dan dilakukan pada lansia

yang mengalami masalah inkotinensia

stress yaitu pengeluaran urine tidak

terkontrol akibat bersin, batuk, tertawa

atau melakukan latihan jasmani dan

inkontinensia urgensi. Latihan Kegel bisa

memperbaiki fungsi otot dasar panggul

yaitu rangkaian otot dari tulang panggul

sampai tulang ekor. Latihan kegel

merupakan latihan dalam bentuk seri

untuk membangun kembali kekuatan otot

dasar panggul, memberikan bantuan yang

signifikan dari rasa sakit vestibulitis

vulva, dan, dalam banyak kasus,

memungkinkan pasien untuk terlibat

dalam aktivitas seksual yang normal

(Widiastuti, 2011).

Hasil post test pada kelompok

menunjukkan bahwa klasifikasi gejala

inkontinensia urin berada pada rentang,

inkontinensia urin sedang 38,5%

sedangkan gejala inkontinensia ringan

sebanyak 61,5%. Persentase ini

menunjukkan bahwa klasifikasi gejala

inkontinensia urin pada kelompok kontrol

tidak mengalami penurunan, hal ini terjadi

karena pada kelompok kontrol tidak

diberikan intervensi apapun seperti

intervesi latihan kegel yang dilakukan

pada kelompok intervensi. Hal ini

menunjukkan bahwa inkontinensia urin

yang tidak diatasi dapat membuat kondisi

inkontinensia tidak berubah atau

mengalami juga akan mengalami

peningkatan gejala.

Perbedaan klasifikasi gejala

inkontinensia urin pre dan post pada

kelompok intervensi dan kelompok

kontrol

Hasil uji statistik paired sample t

test diperoleh nilai mean pada klasifikasi

gejala inkontinensia urin pre dan post

intervensi latihan kegel adalah 5,538, nilai

t ebesar 17,725 dan p = 0,000 (p<0,05)

artinya terdapat perbedaan klasifikasi

gejala inkontinensia urin sebelum dan

sesudah diberikan intervensi latihan kegel

pada kelompok intervensi. Hasil ini

didukung oleh pendapat Pujiastuti (2003)

yang menjelaskan bahwa Kegel exercise

adalah latihan kontraksi otot dasar

panggul secara aktif yang bertujuan untuk

meningkatkan kekuatan otot dasar

panggul. Sedangkan menurut Nursalam

(2007), latihan kegel merupakan aktivitas

fisik yang tersusun dalam suatu program

yang dilakukan secara berulang-ulang

guna meningkatkan kebugaran tubuh.

Latihan kegel sangat bermanfaat

untuk menguatkan otot rangka pada dasar

panggul, sehingga memperkuat fungsi

sfingter eksternal pada kandung kemih.

Latihan otot dasar panggul ini

diperkenalkan oleh Kegel untuk pasca

melahirkan. Latihan ini terus

dikembangkan dan dilakukan pada lansia

yang mengalami masalah inkotinensia

stress dan inkontinensia urgensi. Latihan

Kegel bisa memperbaiki fungsi otot

panggul, memberikan bantuan yang

signifikan dari rasa sakit vestibulitis

Page 5: Inkontinensia Urin

41

vulva, dan, dalam banyak kasus,

memungkinkan pasien untuk terlibat

dalam aktivitas seksual yang normal

(Widiastuti, 2011). Penelitian ini

memperoleh hasil nilai p = 0,000

(p<0,05), maka disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang sigifikan antara

pre dan post intervensi latihan kegel pada

kelompok intervensi.

Hasil analisa data dengan

menggunakan sample pair t test pada

kelompok kontrol diperoleh bahwa

klasifikasi gejala inkontinensia urin pre

dan post test memiliki nilai rata-rata

sebesar 0,385, nilai t sebesar 1,806 dan

nilai p = 0,096 (p>0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara pre dan

post test pada kelompok kontrol, hal ini

dipengaruhi karena pada kelompok

kontrol tidak diberikan intervensi apapun.

Perbedaan penurunan gejala

inkontinensia urin pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol

Perbedaan klasifikasi gejala

inkontinensia urin pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol

berdasarkan hasil penelitian dengan

menggunakan uji statistik t test

independent diketahui bahwa perbedaan

nilai rata-rata klasifikasi gejala

inkontinensia urin antara kelompok

intervensi dan kelompok kontrol adalah

sebesar -3,000, nilai t sebesar -3,125 dan

nilai p sebesar 0,004 (p<0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak yang

artinya ada pengaruh latihan kegel

terhadap penurunan inkontinensia urin

pada lansia di UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah

Binjai dan Medan. Hasil ini didukung

oleh penelitian terkait yang pernah

dilakukan oleh Flynn pada tahun 1994

tentang keefektifan latihan otot pelvis

dalam mengurangi inkontinensia urgensi

dan inkontinensia stres yang diujikan

kepada 37 orang lansia yang bertempat

tinggal di komunitas dengan rentang usia

58 sampai 92 tahun didapatkan hasil

jumlah episode inkontinensia telah

berkurang 82%. Latihan-latihan tersebut

efektif untuk kedua jenis inkontinensia

tersebut baik tipe urgensi maupun tipe

stres. Interval berkemih meningkat dari

rata-rata 2,13 jam menjadi 3,44 jam

(Stanley,2007). Sedangkan penelitian

terhadap lansia di Panti Wreda Sindang

Asih Semarang tahun 2009 Kegel

Exercise yang dilakukan sebanyak 10 kali

dalam 3 minggu menyebabkan terjadinya

penurunan frekuensi inkontinensia urin

sebesar 18,3 % dari 9,86 kali menjadi 6,19

kali (Hidayati, 2009). Penelitian lain juga

pernah dilakukan oleh Widyaningsih

(2009) dengan judul Pengaruh latihan

Kegel Terhadap Frekuensi lnkontinensia

Urine Pada Lansia di Panti Wreda Pucang

Gading Semarang Hasil penelitian

menunjukkan, bahwa setelah dilakukan

latihan kegel terjadi penurunan frekuensi

inkotinensia urine sebesar 21,6 % dari

10,043 kali menjadi 7,871 kali. Dari hasil

uji T-dependent test didapatkan nilai p

sebesar 0,000 sehingga ada pengaruh

latihan kegel terhadap frekuensi

inkontinensia urin pada lansia di

PantiWreda Pucang Gading Semarang.

Hasil penelitian tersebut mengindikasikan

perlunya latihan kegel secara teratur

dalam waktu yang relatif lama untuk

mengetahui pengaruh latihan kegel

terhadap penurunan frekuensi

inkontinensia urin.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian ini

menunjukkan bahwa latihan kegel efektif

dalam menurunkan gejala inkontinensia

urin pada lansia di UPT Pelayanan Sosial

Lansia dan Balita Wilayah Binjai dan

Medan. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini

diharapkan menjadi masukan bagi

perawat untuk lebih memperkenalkan dan

mengajarkan latihan kegel sebagai

intervensi dalam menurunkan

inkontinensia urine pada lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, B. (2006). Buku Ajar Geriatri

Ilmu Kesehatan Usia Lanjut

.(Edisi 3) Jakarta: Balai Penerbit

FKUI

Page 6: Inkontinensia Urin

42

Nursalam (2007). Asuhan Keperawatan

pada Pasien dengan Gangguan

Sistem Perkemihan. Jakarta:

Salemba Medika

Nurwidiyanti (2008). Pengaruh Kegel

Exercise Terhadap Gangguan

Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi

Urin (Inkontinensia urin) pada

Lansia di Posyandu Lansia Dusun

Mangir Tengah Kelurahan

Sendang Sari Kecamatan

Pajangan Kabupaten Bantul.

Dibuka Tanggal 5 Oktober 2011

dari

http://publikasi.umy.ac.id/index.p

hp/psik/article/view/499. Pudjiastuti (2003). Fisioterapi pada

Lansia. Jakarta: EGC

Pujihidayati (2009). Pengaruh Latihan

Kegel terhadap Frekuensi

Inkontinensia Urin pada Lanjut

Usia di Panti Werda Rindang

Asih II Semarang. Dibuka tanggal

5 Oktober 2011 dari

http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php

?mod=browse&op=read&id=jtpt

unimus-gdl-pujihidaya-

5313&PHPSESSID=1e67af6fa4b

dd962b254ed311c991538

Soetojo (2006). Inkontinensia Urin perlu

Penanganan Multi Disiplin.

Dibuka tanggal 2

Oktober 2011 dari

http://unair.ac.id/2009/03/13/ink

ontinensia-urine-perlu-

penanganan-multi-disiplin/.

Stanley, M. (2007). Buku Ajar

Keperawatan Gerontik. Jakarta:

EGC

Vitriana (2002). Evaluasi dan Manajemen

Medis Inkontinensia Urin. .

Dibuka tanggal 3 0ktober 2011

dari

http://repository.unpad.ac.id/bit

stream/handle/123456789/1533/

evaluasi_dan_manajemen_medi

s_inkontinensia_urin.pdf?seque

nce=1

Widyaningsih (2009). Pengaruh latihan

Kegel Terhadap Frekuensi

lnkontinensia Urine Pada

Lansia di Panti Wreda Pucang

Gading Semarang. Dibuka

tanggal 2 Juli 2012 dari

http://repository.unimus.ac.id/20

09/pengaruh latihan kegel

terhadap frekuensi inkontinensia

urin pada lansia