inkontinensia alvi patofisiologi

Upload: feizal-faturahman

Post on 06-Mar-2016

996 views

Category:

Documents


68 download

DESCRIPTION

patofisiologi inkontinesia alvi

TRANSCRIPT

Inkontinensia Alvi

Inkontinensia Alvi

Gambar 9 : Anatomi Rektum & AnusRektum dan anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar - BAB), yang merupakan fungsi utama anus.Pengaturan defekasi normalDefekasi merupakan proses fisiologis yang melibatkan :

- Koordinasi SSP dan perifer serta sistem refleks

- Kontraksi yang baik dari otot-otot polos dan seran lintang yang terlibat

- Kesadaran dan kemampuan untuk mencapai tempat buang air besar

Hal penting untuk mekanisme pengaturan buang air besar, yang bertugas mempertahankan penutupan yang baik dari saluran anus, yaitu (Brocklehurst, 1987 ): a.Sudut ano-rektal, yang dipertahankan pada posisi paling ideal, dibawah 100 oleh posisi otot-otot pubo-rektal.

b.Sfingter anus eksterna yang melindungi terutama terhadap kenaikan mendadak dari tekanan intra- abdominal, misalnya batuk, bersin, olahraga, dan sebagainya.

c.Bentuk anus sendiri yang seakan menguncup berbentuk katup, dengan otot-otot serta lipatam-lipatan mukosa yang saling mendukung.

Gambaran klinisKlinis inkontinensia alvi tampak dalam dua keadaan (Pranarka, 2000):

1.Feses yang cair atau belum berbentuk, sering bahkan selalu keluar merembes.

2.Keluarnya feses yang sudah berbentuk, sekali atau dua kali per hari, dipakaian atau ditempat tidur.

Perbedaan dari penampilan klinis kedua macam inkontinensia alvi ini dapat mengarahkan pada penyebab yang berbeda dan merupakan petunjuk untuk diagnosis.

Jenis-jenis inkontinensia alvi dan pengelolaannya

1. Inkontinensia alvi akibat konstipasi-->penyebab utamaKonstipasi bila berlangsung lama menyebabkan --> sumbatan/impaksi dari massa feses yang keras (skibala).--> Skibala akan menyumbat lumen bawah anus dan --> menyebabkan perubahan besar sudut ano-rektal -->. Kemampuan sensor menumpul, --> tidak dapat membedakan antara flatus, cairan atau feses.--> Akibatnya feses yang cair akan merembes keluar.

Skibala juga mengiritasi mukosa rectum,--> kemudian terjadi produksi cairan dan mukus, yang keluar melalui sela-sela dari feses yang impaksi, yang menyebabkan--> inkontinensia alvi.

Anamnesis:-keluarnya feses yang tidak berbentuk /lunak sekali

-bbrp kali sehari sering merasah basah karena celana selalu basah bagian anus

Pem.fisik-Colok dubur didapatkan feses keras --> mendukung diagnosis in.alvi et causa konstipasi

-Bisa juga didapatkan massa feses lunak saat colok dubur

TatalaksanaLangkah pertama penatalaksanaan adalah pemberian diit tinggi serat dengan cairan yang cukup dan meningkatkan aktivitas/mobilitas. Saat yang teratur untuk buang air besar dengan menyesuaikan dengan refleks gaster-kolon yang timbul beberapa menit setelah selesai makan harus dimanfaatkan, dengan mengatur posisi buang air besar pada waktu tersebut. Tempat buang air besar yang tenang dan pribadi juga akan mendukung.

Farmakologi:Obat laksans/pencahar tidak lebih dari 3x/seminggu

Efek samping pencahar=atoni colon

2.Inkontinensia alvi simtomatik

Dapat merupakan penampilan klinis dari berbagai kelainan patologik yang dapat menyebabkan diare. Keadaan ini dipermudah adanya perubahan berkaitan dengan bertambahnya usia dari proses kontrol yang rumit pada fungsi sphincter terhadap feses yang cair,dan gangguan pada saluran anus bagian atas dalam membdakan flatus dan diare Beberapa penyebab diare yang mengakibatkan inkontinensia alvi simtomatik ini antara lain gastroenteritis, diverticulitis, proktitis, kolitis-iskemik, kolitis ulseratif, karsinoma kolon/rectum --> penyebab ini membutuhkan pem.penunjang Kolonoskopi,foto kolon dengan barium enema.Penyebab lain misalnya kelainan metabolik, contohnya diabetes mellitus, kelainan endokrin, seperti tirotoksikosis, kerusakan sfingter anus sebagai komplikasi operasi haemorrhoid yang kurang berhasil, dan prolapsis rekti.

Pengobatan inkontinensia alvi simtomatik adalah terhadap kelainan penyebabnya, dan bila tidak dapat diobati dengan cara tersebut, maka diusahakan terkontrol dengan obat-obatan yang menyebabkan obstipasi.

3.Inkontinensia alvi neurogenik

Terjadi akibat gangguan fungsi menghambat dari korteks serebri saat terjadi regangan/distensi rectum. Proses Defekasi Normal melalui refleks gastro-kolon--> beberapa menit setelah makanan sampai di lambung/gaster-->akan menyebabkan pergerakan feses dari colon descenden ke arah rectum-->Distensi rectum, akan diikuti relaksasi sfingter interna.-->Pada orang dewasa normal, tidak terjadi kontraksi intrinsik dari rectum --> karena ada hambatan/inhibisi dari pusat di korteks serebri. --> Bila buang air besar tidak memungkinkan,--> hal ini tetap ditunda dengan inhibisi yang disadari terhadap kontraksi rectum dan sfingter eksternanya.

Pada lanjut usia, kemampuan untuk menghambat proses defekasi ini dapat terganggu bahkan hilang.

Karakteristik tipe ini tampak pada penderita dengan infark serebri multiple, atau penderita demensia. Gambaran klinisnya ditemukan satu-dua potong feses yang sudah terbentuk di tempat tidur, dan biasanya setelah minum panas atau makan.

TatalaksanaPengelolaan inkontinensia alvi neurogenik, dengan menyiapkan penderita pada suatu komodo (commode), duduk santai dengan ditutup kain sebatas lutut, kemudian diberi minuman hangat, relaks, dan dijaga ketenangannya sampai feses keluar.

Bila dengan cara tersebut tidak berhasil berikan obat yang menyebabkan konstipasi tetapi dipastikan diikuti evakuasi usus bagian bawah satu/dua kali seminggu dengan suppositoria dan enema-->cara ini harus hati-hati dan teliti agar tidak mengubah inkontinensia menjadi konstipasi yang sesungguhnya

4.Inkontinensia alvi akibat hilangnya refleks analTerjadi akibat hilangnya refleks anal, disertai kelemahan otot-otot seran lintang.

Pada tipe ini, terjadi pengurangan unit-unit yang berfungsi motorik pada otot-otot daerah sfingter dan pubo-rektal.-->Keadaan ini menyebabkan hilangnya refleks anal, berkurangnya sensasi pada anus disertai menurunnya tonus anus.--> Hal ini berakibat inkontinensia alvi pada peningkatan tekanan intra-abdomen dan prolaps dari rectum. Pengelolaan tipe ini sebaiknya diserahkan pada ahli proktologi untuk pengobatannya.

Perubahan Organ Digestif pada lansiaDIGESTIFPerubahan yang Terjadi

Gigi dan RahangPerubahan morfologik-Kesulitan adaptasi gigi dan resesi ginggiva

-Perubahan atrofik rahang

Perubahan Fungsional-Kesulitan adaptasi gigi palsu

-Kesesuaian gigi untuk menggigit

Keadaan Patologis-Sisa karies tertinggal

-sepsis dental

-fisura angularis

-ulkus oral

-risiko parotitis

-artritis temporo-mandibularis

Esofagus

-

AnusPerubahan Morfologik-Atrofi mukosa,kelenjar dan otot intestinal

-Aliran darah dan aktivitas enzim di usus dan hati menurun

Perubahan Fungsional-Gastritis atrofikans

-Perubahan nafsu makan

-Perubahan asimtomatik sekresi,motilitas dan absorbsi

-produksi asam basal menurun

-stimulasi histamin menurun

-produksi faktor intrinsik menurun

-sindroma malabsorbsi meningkat

Keadaan patologis-Ulkus peptikum meningkat

-Anoreksia

-aklorhidria(meningkat setelah usia 60 thn)

-disfagia pseudobulber

-refluks esofagitis

-karsinoma

-Sindorma malabsorbsi meningkat-

-impaksi fekal

-Diverkulitis

-frekuensi anemia pernisiosa dan anemia gizi meningkat

-intoksikasi obat dan makanan meningkat

KOMPLIKASI

Dampak psikososial

PROGNOSIS:BONAM

KDU Inkontinensia Alvi/Feses Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk PI (23)

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

(Al Anam: 151)