inkesra tahun 2010.pdf

Upload: ervina-yulianti

Post on 05-Mar-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ii

    INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASIR TAHUN 2010 Welfare Indicators of Paser Regency

    Nomor Katalog / Catalogue Number : 4103.6401

    ISBN : -

    Nomor Publikasi / Publication Number : 64.012.0301

    Ukuran Buku / Books Size : 21 Cm x 29.70 Cm

    Jumlah Halaman / Page : 84

    Naskah / Editor :

    Statistik Kependudukan BPS Kabupaten Pasir

    Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik

    Gambar Kulit / Art Designer :

    Intergrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik

    Diterbitkan oleh / Published by :

    Badan Pusat Statistik Kabupaten Pasir

    Bekerjasama dengan / Joint with :

    BAPPEDA Kabupaten Pasir

  • iii

    VISI DAN MISI

    KABUPATEN PASER

    VISI Menuju Masyarakat Kabupaten Paser yang Agamais, Sejahtera, dan Berbudaya

    MISI Mengembangkan ekonomi kerakyatan Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia

    Menumbuhkembangkan kehidupan masyarakat yang berbudaya

    Mewujudkan Kabupaten Konservasi

  • iv

    Data itu sulit dan mahal, akan tetapi

    membangun tanpa data akan lebih sulit dan mahal

    SADAR STATISTIKPENYELENGGARA Sadar untuk menggunakan teknik statistik yang

    tepat guna dan menyajikan data statistik yang diperlukan konsumen secara tepat waktu, akurat, dan mudah di pahami

    R

    -

    HariStatistik

    September

    ESPONDEN Sadar untuk memberikan jawaban apa adanya sesuai dengan kenyataan tanpa ragu-ragu

  • v

    KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Pasir Tahun 2010 merupakan publikasi lanjutan yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Pasir.

    Disadari bahwa istilah kesejahteraan mencakup bidang-bidang kehidupan yang sangat luas yang mana tidak semua aspeknya dapat diukur. Oleh sebab itu, penyajian Indikator Kesejahteraan Rakyat pada publikasi ini hanya mencakup aspek-aspek yang dapat diukur dan tersedia datanya.

    Untuk memudahkan dalam hal interpretasi data, maka dihimpunlah dalam beberapa aspek, diantarnya mengenai aspek kependudukan, kesehatan, pendidikan, angkatan kerja, perumahan dan lingkungan, serta aspek pendapatan dan pengeluaran rumah tangga.

    Diharapkan publikasi dapat bermanfaat bagi semua pihak, khusus Pemerintah Daerah Kabupaten Pasir dalam hal evaluasi, perencanaan, dan pengambilan keputusan pembangunan di masa yang akan datang.

    Penghargaan tidak lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi ini. Selanjutnya, kritik dan saran bagi perbaikan publikasi ini di masa yang akan datang sangat kami harapkan.

    Wassalam,

    Tanah Grogot, 2008 KETUA BAPPEDA Kabupaten Pasir,

    DRS. A.S. Fathur Rahman, M,Si

    Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Pasir,

    Drs. Sunarto

  • Daftar Isi

    vi

    DAFTAR ISI Halaman Judul

    Halaman Katalog

    Visi dan Misi

    Kata Pengantar

    Daftar Isi

    Daftar Tabel

    Daftar Grafik

    PENDAHULUAN Umum

    Maksud dan Tujuan

    Ruang Lingkup

    Sistematika Penulisan

    Jenis dan Sumber Data

    Konsep dan Definis

    KEPENDUDUKAN Perkembangan Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

    Persebaran dan Kepadatan Penduduk

    Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur dan

    Angka Beban Tanggungan

    KESEHATAN DAN GIZI Derajat Kesehatan Masyarakat

    Sarana dan Prasarana Kesehatan

    Tenaga Medisdan Non Medis

    Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

    Status Gizi Balita dan Wanita Usia Subur

    PENDIDIKAN Tingkat Pendidikan

    Tingkat Partisipasi Sekolah

    Fasilitas Pendidikan

    i

    ii

    iii

    v

    vi

    viii

    x

    1

    2

    2

    3

    3

    5

    5

    9

    10

    12

    14

    16

    16

    18

    19

    20

    22

    26

    26

    29

    30

  • Daftar Isi

    vii

    Angka Putus Sekolah

    ANGKATAN KERJA TPAK dan Kesempatan Kerja

    Lapangan Pekerjaan dan Status Pekerjaan

    Jam Kerja

    FERTILITAS DAN KELUARGA BERENCANA Fertilitas

    Keluarga Berencana

    PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN Fasilitas Rumah Tinggal

    Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal

    Luas Lantai Rumah

    DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA Struktur Ekonomi

    Pengeluaran Rata-rata Per Kapita/Bulan

    Distribusi Pendapatan

    PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

    32

    34

    35

    37

    40

    42

    42

    47

    51

    52

    55

    56

    58

    58

    60

    64

    68

    72

  • Daftar Tabel

    viii

    DAFTAR TABEL Tabel 1.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Pasir, Tahun

    2009.

    12

    Tabel 1.3 Perkembangan Penduduk Kelompok Usia Produktif dan Angka Beban Tanggungan Penduduk, Tahun 2005-2009

    15

    Tabel 2.1 Perkembangan Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Pasir, Tahun 2007-2009.

    17

    Tabel 2.2 Perkembangan Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan Kabupaten Pasir, Tahun 2007-2009.

    18

    Tabel 2.3 Rasio Tenaga Kesehatan per 1000 Penduduk dan per Fasilitas Kesehatan, Tahun 2007-2009.

    19

    Tabel 2.4 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Melakukan Proses Pengobatan, Tahun 2008-2009.

    21

    Tabel 2.5 Perkembangan Status Gizi Balita Kabupaten Pasir, Tahun 2007-2009

    22

    Tabel 2.6 Banyaknya Bayi yang Mendapat Imunisasi menurut Jenis Imunisasi, tahun 2007-2009.

    23

    Tabel 2.7 Banyaknya Kunjungan Ibu Hamil dan Imunisasi TT ke Posyandu, Tahun 2007-2009.

    24

    Tabel 2.8 Peresentase Wanita Melahirkan menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Terakhir, Tahun 2008-2009.

    25

    Tabel 3.1

    Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Jenjang Pendidikan yang Ditamatkan, Tahun 2008-2009.

    28

    Tabel 3.2

    Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Usia Sekolah, Tahun 2007-2009

    29

    Tabel 3.3 Perkembangan Fasilitas Pendidikan Kabupaten Paser, Tahun 2007-2009

    31

    Tabel 3.4 Angka Putus Sekolah Kabupaten Paser dirinci menurut Kelompok Usia Sekolah Tahun 2008-2009

    33

    Tabel 4.1 Partisipasi Angkatan Kerja menurut Jenis Kelamin, Tahun 2007-2009.

    35

    Tabel 4.2

    Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2007-2009.

    37

  • Daftar Tabel

    ix

    Tabel 4.3 KomposisiPenduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2007-2009.

    38

    Tabel 4.4

    Komposisi Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Tahun 2007-2009

    39

    Tabel 4.5

    Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Jam Kerja, Tahun 2007-2009.

    40

    Tabel 5.1 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Status Perkawinan, Tahun 2007-2009.

    42

    Tabel 5.2

    Persentase Wanita 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Usia Perkawinan Pertama, Tahun 2007-2009.

    45

    Tabel 5.3

    Persentase Wanita 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin menurut Cara KB yang dipakai, Tahun 2007-2009

    50

    Tabel 6.1

    Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum, Tahun 2008-2009.

    53

    Tabel 6.2 Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Status Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal, Tahun 2008-2009.

    56

    Tabel 6.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai yang Ditempati, Tahun 2007-2009.

    57

    Tabel 7.1 PDRB Kabupaten Pasir menurut ADHB dan AHK, Tahun 2005-2009.

    59

    Tabel 7.2 Rata-rata Pengeluaran per Kapita Penduduk Sebulan Untuk Kelompok Makanan, Tahun 2008-2009.

    62

    Tabel 7.3 Rata-rata Pengeluaran per Kapita Penduduk Sebulan Untuk Bukan Makanan menurut Jenis Komoditi, Tahun 2008-2009.

    64

    Tabel 7.4 Penduduk Menurut Pengeluaran per Kapita, Tahun 2009.

    65

    Tabel 7.5 Distribusi Pendapatan dan Rata-rata Pendapatan per Kapita, Tahun 2009

    66

  • Daftar Grafik

    x

    DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Paser, Tahun 2005-

    2009

    11

    Gambar 1.2 Laju Pertambahan Penduduk Kabupaten Paser , Tahun 2005-2009

    11

    Gambar 1.3 Pyramida Penduduk Kabupaten Paser, Tahun 2009

    14

    Gambar 3.1 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Buta Huruf, Tahun 2007-2009.

    27

    Gambar 5.1 Rata-Rata Jumlah Anak Lahir Hidup per Wanita Pernah Kawin Usia 15-49 Tahun, Tahun 2007-2009.

    46

    Gambar 5.2 Persentase Wanita 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin yang Pernah, Sedang dan Tidak Menggunakan Alat KB, Tahun 2008-2009

    48

    Gambar 6.1 Persentase Rumah Tangga Pengguna Sumber Air Minum SUmur dan Mata Air menurut Jarak ke TPA, Tahun 2007-2009.

    55

  • =======================================================

    1 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    PENDAHULUAN

    U m u m

    Terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin yang dapat dinikmati oleh seluruh rakyat adalah merupakan cita-cita nasional yang selama ini telah melandasi perjuangan bangsa dalam melaksanakan pembangunannya. Usaha mewujudkan cita-cita di atas merupakan kehendak seluruh rakyat yang secara nyata tertuang di dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS).

    Upaya di atas tentunya tidak akan dapat memberikan hasil yang maksimal tanpa didukung dengan ketersedian data yang baik. Data yang diperlukan dengan sendirinya haruslah memiliki beberapa persyaratan, di antaranya adalah memiliki korelasi yang kuat dengan tujuan pembangunan, dapat disajikan tepat waktu, dan mampu memberikan gambaran yang jelas terhadap gejala (phenomena) yang sedang terjadi.

    Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA) Kabupaten Paser Tahun 2010 adalah merupakan publikasi lanjutan dari publikasi tahun sebelumnya yang memuat kumpulan data statistik dan diharapkan mampu untuk memberikan gambaran tentang sejauh mana perkembangan

  • =======================================================

    2 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    kesejahteraan penduduk yang telah dicapai sebagai hasil dari pembangunan yang telah dilaksanakan. Muatan dalam INKESRA ini masih bersifat makro, hal ini dikarenakan dimensi cakupan dari kesejahteraan rakyat sangatlah luas.

    Maksud dan Tujuan

    Maksud dari penyusunan publikasi INKESRA Kabupaten Paser tahun 2010 adalah untuk memberikan informasi tentang kesejahteraan rakyat di wilayah Kabupaten Paser sebagai sebuah hasil dari pembangunan yang telah dilaksanakan selama setahun terakhir, dan sekaligus memberikan data awal untuk perencanaan pembangunan yang akan datang, sehingga pembangunan yang dilaksanakan akan tepat sasaran dan menguntungkan semua pihak. Tujuan yang ingin dicapai adalah mengevaluasi hasil pembangunan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyatnya serta sebagai bahan perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan di masa yang akan datang.

  • =======================================================

    3 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Ruang Lingkup

    Ruang lingkup dalam penyusunan INKESRA adalah kondisi kesejahteraan rakyat yang ada di wilayah Kabupaten Paser. Kesejahteraan rakyat mengandung makna yang cukup luas, sedemikian luasnya pengertian kesejahteraan sehingga data statistik ekonomi konvensional seperti pendapatan per kapita belum memadai untuk memberikan gambaran tentang kesejahteraan yang dimaksud.

    Dalam pengertian yang sangat luas, tidak mungkin untuk menyajikan data statistik yang mampu mengukur tingkat kesejahteraan penduduk secara rinci. Karenanya, indikator yang disajikan dalam publikasi ini hanya mencakup aspek-aspek kesejahteraan yang dapat terukur (measurable welfare) saja. Oleh karena itu statistik tentang sosial merupakan komponen utama dalam penyusunan indikator kesejahteraan rakyat.

    Sistematika Penulisan

    Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Paser Tahun 2010 ini disusun dalam tujuh kelompok indikator sektor, yang mana masing-masing kelompok memiliki uraian sebagai berikut:

  • =======================================================

    4 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    BAB I KEPENDUDUKAN

    Memuat data tentang kependudukan yang meliputi jumlah, laju pertumbuhan, kepadatan, rasio jenis kelamin, dan persebaran penduduk.

    BAB II KESEHATAN

    Memuat data tentang kondisi kesehatan masyarakat serta sarana dan prasarana kesehatan yang ada di wilayah Kabupaten Paser.

    BAB III PENDIDIKAN

    Memuat data tentang pendidikan seperti sarana dan prasarana pendidikan, angka melek huruf, angka partisipasi sekolah, dan tingkat pendidikan pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk 10 tahun ke atas.

    BAB IV KETENAGAKERJAAN

    Memuat data tentang ketenagakerjaan seperti tingkat partisipasi angka beban tanggungan, partisipasi angkatan kerja, jumlah penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha, dan jumlah penduduk 15 tahun ke atas menurut kegiatan yang utama seminggu yang lalu.

    BAB V FERTILITAS DAN KELUARGA BERENCANA

    Memuata data tentang fertilitas dan keluarga berencana seperti jumlah penduduk wanita berdasarkan status perkawinan, jumlah penduduk wanita pernah kawin menurut usia perkawinan pertama dan sebagainya.

    BAB VI PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN

    Memuat data tentang perumahan dan lingkungan seperti persentase rumah tangga menurut luas lantai, sumber air minum, sumber penerangan, dan sebagainya.

    BAB VII Memuat tentang distribusi pendapatan dan

  • =======================================================

    5 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA

    pengeluaran rumah tangga seperti persentase penduduk menurut golongan pengeluaran per kapita, dan sebagainya.

    Jenis dan Sumber Data

    Indikator Kesejahteraan rakyat terdiri dari berbagai macam data, yang dikumpulkan baik secara sendiri (primer) maupun mengutip data dari pihak lain (sekunder). Untuk data primer, sumbernya adalah data survei dan sensus BPS Kabupaten Paser, sedangkan untuk data sekunder, sumber diambil dari Dinas/Instansi yang ada di wilayah Kabupaten Paser. Data primer yang banyak digunakan dalam pembuatan Publikasi ini adalah data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) dan Sensus Penduduk.

    Konsep dan Definisi

    Konsep dan definisi yang digunakan dalam pembuatan Publikasi INKESRA 2010 ni mengacu pada konsep dan definisi baku yang biasa digunakan secara nasional. Pertambahan Penduduk Adalah angka pertambahan jumlah

    penduduk yang biasanya dinyatakan dalam persentase. Pertambahan penduduk bisa disebabkan oleh

  • =======================================================

    6 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    pertambahan secara alami yang disebut pertumbuhan (Natural Increase) dan pertambahan social (Sosial Increase).

    Kepadatan Penduduk Adalah rata-rata banyaknya penduduk per Km2.

    Rasio Adalah perbandingan dua jumlah dan tepat dinyatakan dalam persepuluh, perseratus, perseribu, dan seterunya.

    Rasio Jenis Kelamin (RJK) Adalah rasio antara banyaknya penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan dikalikan 100.

    Angka (Rate) Adalah banyaknya peristiwa vital dari suatu penduduk dalam jangka waktu tertentu atau perbandingan antara dua jumlah per waktu tertentu.

    Angka Beban Tangungan (Depedency Ratio)

    Adalah angka yang menyatakan perbandingan antara penduduk usia tidak produktif (0 14) dan (65+) tahun terhadap penduduk usia roduktif (10 64) tahun.

    Angka Harapan Hidup Waktu Lahir (e0)

    Adalah suatu perkiraan rata-rata lamanya hidup yang kan dicapai seseorang sejak ia dilahirkan hingga kematiannya.

    Angka Kematian Bayi (IMR) Adalah besarnya probability bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun yang dinyatakan dengan per seribu kelahiran.

    Angka Buta Huruf Adalah ukuran persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang tidak bisa membaca dan menulis.

  • =======================================================

    7 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Angka Partisipasi Sekolah (APS)

    Adalah ukuran tingkat partisipasi sekolah penduduk menurut batasan usia sekolah pada setiap jenjang pendidikan.

    Penduduk Usia Kerja (PUK)

    Adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas.

    Bekerja Adalah melakukan kegiatan./pekerjaan paling sedikit satu jam berturut-turut selama seminggu dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pekerja keluarga yang tidak dibayar termasuk kelompok penduduk usia kerja.

    Angkatan Kerja Adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja atau mencari pekerjaan.

    Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

    Adalah persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas (PUS).

    Pengangguran Adalah mereka yang termasuk dalam angkatan kerja yang tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan.

    Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

    Adalah rasio antara pencari kerja terhadap angkatan kerja.

    Anak Lahir Hidup (ALH) Adalah anak yang pada waktu dilahirkan menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti; menangis, bernafas, ada denyut jantung, dan ada gerakan-gerakan otot lainnya, walaupun hanya untuk beberapa saat.

    Akseptor Adalah wanita yang mempergunakan salah satu alat/metode kontrasepsi

  • =======================================================

    8 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    sebagai salah satu peserta keluarga berencana (KB).

    Pasangan Usia Subur (PUS) Adalah pasangan suami isteri, di mana usia isteri antara 15 49 tahun.

    Luas Lantai Adalah luas lantai rumah yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari.

    Pengeluaran Adalah pengeluaran perkapitan untuk makanan dan bukan makanan. Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau, dan sirih. Bukan makanan mencakup perumahan, sandang, aneka barang dan jasa, biaya kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

  • =======================================================

    9 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    KEPENDUDUKAN

    Penduduk merupakan unsur penting bagi pembangunan, baik

    sebagai subyek maupun obyek. Laju pertumbuhan penduduk, penyebaran dan komposisi penduduk akan mempengaruhi arah dan perkembangan pembangunan. Jumlah penduduk merupakan faktor kunci pembangunan perekonomian daerah dan sebagai modal dasar dalam melaksanakan program-program pembangunan. Oleh karena itu fenomena-fenomena yang terkait dengan kependudukan membutuhkan pemecahan masalah yang tepat, baik pertumbuhan, distribusi, komposisi maupun peningkatan kualitas sumber daya manusianya.

    Jumlah penduduk yang besar merupakan modal bagi pembangunan dan sebaliknya juga dapat menjadi beban bagi pembangunan jika kualitasSumber dayanya rendah. Oleh Karena itu, permasalahan penduduk sebaiknya tidak saja diarahkan pada upaya pengendalian jumlahnya, tetapi juga agar dapat lebih dititikberatkan pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusianya.

    Masalah kependudukan memiliki posisi yang sangat penting dalam

  • =======================================================

    10 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    pembangunan daerah, sehingga data kependudukan sangat diperlukan bagi penentu kebijakan maupun perencanaan program. Lebih luas lagi data kependudukan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi kegiatan yang lalu dan yang sedang berjalan, bahkan dapat digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan bentuk dan volume kegiatan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang.

    Perkembangan Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

    Jumlah Penduduk Kabupaten Paser dari tahun ke tahun terus mengalami pertambahan. Tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Paser sebanyak 196.140 jiwa dan bertambah menjadi 201.293 jiwa pada tahun 2009. Berdasarkan jenis kelamin terlihat bahwa, jumlah penduduk Kabupaten Paser laki-laki masih selalu lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuannya. Perbandingan jenis kelamin ini terlihat secara jelas dari rasio jenis kelamin penduduk yang selalu di atas nilai 100 persen. Rasio Jenis Kelamin merupakan perbandingan antara penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan, dan bila nilai RJK penduduk di suatu wilayah di atas 100 maka menunjukkan bahwa proporsi penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan penduduk perempuan.

  • =======================================================

    11 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    105881

    95412

    103307

    92833

    100662

    90455

    97476

    87575

    95043

    85390

    2009 (RJK110.97)

    2008 (RJK111.28)

    2007 (RJK111.28)

    2006 (RJK111.31)

    2005 (RJK111.30)

    Laki-Laki Perempuan Walaupun secara absolut pertambahan penduduk Kabupaten

    Paser dari tahun ke tahunnya terus meningkat, namun secara rata-rata laju pertambahannya cukup berfluktuatif. Gambaran Laju pertambahan penduduk Kabupaten Paser dari tahun 2005 sampai dengan 2009 dapat dilihat pada grafik Pada Gambar 1.2 di bawah ini:

    2.272.56

    3.28

    2.71 2.63

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    3

    3.5

    2005 2006 2007 2008 2009

    Pertambahan

    Grafik 1.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Paser, Tahun 2005-2009

    Grafik 1.2 Laju Pertambahan Penduduk Kabupaten Paser

    Tahun 2005-2009

  • =======================================================

    12 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Persebaran dan Kepadatan Penduduk

    Persebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian karena berkaitan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Secara geografis, persebaran penduduk di Kabupaten Paser dapat dikatakan belum merata. Ketidakmerataan ini tentunya disebabkan oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah potensi wilayah yang dimiliki. Ketidakmerataan persebaran penduduk di Kabupaten Paser tahun 2009 secara lebih jelas dapat dilihat pada table 1.2 di bawah ini :

    Tabel 1.1 Persebaran dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Paser, Tahun 2009

    LAKI-LAKI PEREMPUAN1 2 3 4 5 6

    BATU SOPANG 1111.38 7,038 5,681 12,719 11.44

    MUARA SAMU 855.25 2,058 1,811 3,869 4.52

    BATU ENGAU 1507.26 5,348 4,446 9,794 6.50

    TANJUNG HARAPAN 714.05 3,675 3,376 7,051 9.87

    PASIR BELENGKONG 990.11 12,017 10,865 22,882 23.11

    TANAH GROGOT 335.58 26,623 24,755 51,378 153.10

    KUARO 747.3 11,939 10,946 22,885 30.62

    LONG IKIS 1204.22 18,622 16,427 35,049 29.11

    MUARA KOMAM 1753.4 6,015 5,461 11,476 6.54

    LONG KALI 2385.39 12,546 11,644 24,190 10.14

    KABUPATEN PASER 11603.94 105,881 95,412 201,293 17.35

    KEPADATAN PENDUDUK (Jiwa/Km2)KECAMATAN

    TAHUN 2009

    JENIS KELAMINTOTAL

    LUAS WILAYAH (Km2)

  • =======================================================

    13 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Pada tabel 1.1 di atas terlihat bahwa, penduduk Kabupaten Paser masih mengelompok pada wilayah-wilayah yang jaraknya cukup dekat dengan ibukota kabupaten. Lebih dari 25.52 persen penduduk Kabupaten Paser bertempat tinggal di kecamatan yang terletak di Ibukota Kabupaten yaitu kecamatan Tanah Grogot, sedangkan 58.96 persen bertempat tinggal di sekitar wilayah kabupaten dan hanya 15.52 persen yang bertempat tinggal sedikit jauh jaraknya dari ibukota kabupaten. Pola penyebaran penduduk yang demikian ini akan sangat tidak menguntungkan bagi pemerataan pembangunan di suatu wilayah.

    Ketidakmerataan persebaran penduduk ini, secara tidak langsung juga berpengaruh pada tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Paser. Pada tahun 2009, kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Kabupaten Paser adalah kecamatan Tanah Grogot dengan tingkat kepadatan 153.10 jiwa/km2. Selanjutnya kecamatan lain yang juga memiliki tingkat kepadatan penduduk cukup tinggi adalah kecamatan Kuaro, Long Ikis dan Paser Belengkong dengan tingkat kepadatan 30.62, 29.11, dan 23.11 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan Muara samu dan Batu Engau adalah kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk cukup rendah yaitu 4.52 dan 6.50 jiwa/km2.

  • =======================================================

    14 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur dan Angka Beban Tanggungan

    Grafik 1.3 Pyramida Penduduk Kabupaten Paser Tahun 2009 Berdasarkan kelompok umur, penduduk Kabupaten Paser tahun

    2009 masih tergolong ke dalam kelompok umur penduduk muda. Hal dapat ditunjukkan dari tingginya jumlah penduduk Kabupaten Paser pada kelompok usia muda.

    Pola distribusi kelompok umur penduduk seperti ini secara tidak langsung berdampak pada tinggi rendahnya angka beban tanggungan (ABT) penduduk usia produktif (15-64) terhadap penduduk usia tidak produktif (0-14 dan 65+).

    Pada tahun 2009, ABT penduduk usia produktif Kabupaten Paser

    12151

    12122

    11081

    11094

    9779

    10294

    9233

    8756

    6822

    5127

    3344

    2237

    1663

    2178

    -11451

    -11093

    -10494

    -10181

    -10034

    -9657

    -8476

    -7479

    -5523

    -3601

    -2558

    -1582

    -1456

    -1827

    -15000 -10000 -5000 0 5000 10000 15000

    0 - 4

    5 - 9

    10 - 14

    15 - 19

    20 - 24

    25 - 29

    30 - 34

    35 - 39

    40 - 44

    45 - 49

    50 - 54

    55 - 59

    60-64

    65+

    Laki-laki Perempuan

  • =======================================================

    15 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    sebesar 51.85 sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi 55.41. Hal ini memberikan arti bahwa, pada tahun 2009 jumlah tanggungan setiap 100 orang penduduk produktif di Kabupaten Paser sebanyak 51 s/d 52 orang penduduk usia tidak produktiff. Perkembangan ABT penduduk usia produktif Kabupaten Paser dari tahun 2005 s/d 2009 dapat dilihat pada table 1.2 di bawah ini :

    Tabel 1.2 Perkembangan Penduduk Kelompok Usia Produktif dan

    Angka Beban Tanggungan Penduduk Tahun 2005 s/d 2009 Struktur Umur

    Tahun 0-14 15-64 65+

    Jumlah ABT

    (1) (2) (3) (4) (1) (2)

    2005 33.39 63.77 2.84 100 56.82

    2006 31.31 65.99 2.71 100 51.54

    2007 31.49 65.79 2.72 100 51.99

    2008 32.67 64.34 2.99 100 55.41

    2009 31.26 65.85 2.89 100 51.85

  • =======================================================

    16 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    KESEHATAN DAN GIZI

    Kualitas sumber daya manusia secara keseluruhan dapat

    dipandang dari aspek fisik dan non fisik yang secara keseluruhan keduanya saling berkaitan. Kualitas fisik penduduk dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk. Indikator utama yang biasa digunakan untuk melihat derajat kesehatan suatu penduduk adalah indikator angka kematian bayi, angka harapan hidup, angka kesakitan dan status gizi. Beberapa indikator pemanfaatn fasilitas kesehatan seperti cakupan imunisasi dan penolong persalinan dapat memberikan gambaran tentang kemajuan upaya peningkatan derajat dan status kesehatan masyarakat.

    Derajat Kesehatan Masyarakat

    Derajat Kesehatan masyarakat dapat diukur dengan menggunakan indikator-indikator angka kematian bayi dan angka harapan hidup. Selama periode tahun 2005 2009 derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Paser telah mengalami peningkatan yang cukup berarti. Hal ini ditandai dengan menurunnya angka kematian bayi dan meningkatnya angka harapan hidup penduduk Kabupaten Paser pada periode tahun tersebut.

  • =======================================================

    17 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Pada tahun 2008, angka kematian bayi di Kabupaten Paser berkisar antara 46.47 kematian per 1000 kelahiran bayi sedangkan pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 45.46 kematian per 1000 kelahiran bayi. Selanjutnya untuk angka harapan hidup penduduk Kabupaten Paser pada tahun 2009 adalah sebesar 65.90 tahun. Dibandingkan dengan tahun 2008 angka ini mengalami peningkatan sebesar 0.27 tahun. Perkembangan angka kematian bayi dan angka harapan hidup penduduk Kabupaten Paser periode tahun 2007 2009 dapat dilihat pada tabel 1.2 di bawah ini :

    Tabel 2.1 Perkembangan Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup

    Penduduk Kabupaten Paser Tahun 2007 2009

    Indikator Derajat Kesehatan 2007 2008 2009

    1 2 3 4

    Laki-laki 53.03 52.25 51.47

    Perempuan 40.69 39.91 39.13 Angka Kematian Bayi Total 46.86 46.08 45.30

    Laki-laki 63.55 63.78 64.03

    Perempuan 67.41 67.64 67.91 Angka Harapan Hidup Total 65.42 65.65 65.90

    Sumber Data : BPS Paser

  • =======================================================

    18 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Sarana dan Prasarana Kesehatan

    Penyediaan sarana kesehatan sebagai kebutuhan pokok dalam upaya meningkatkan taraf kesehatan masyarakat secara umum terus ditingkatkan dari tahun ke tahun. Sarana kesehatan tersebut berupa Rumah Sakit dan Puskesmas, berikut pembinaan dan penambahan tenaga kesehatan.

    Sampai dengan tahun 2008, jumlah sarana dan prasarana kesehatan yang ada diwilayah Kabupaten Paser mengalami sedikit perubahan di bandingkan dengan tahun 2007. Beberapa sarana dan prasarana kesehatan yang mengalami perubahan diantaranya adalah jumlah pusban mengalami penambahan sebanyak 6 unit dibandingkan tahun 2007, Puskesmas keliling mengalami penambahan sebanyak 4 unit dan tenaga kesehatan mengalami penambahan sebanyak 24 tenaga.

    Tabel 2.2 Perkembangan Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan Kabupaten Paser, Tahun 2007-2009.

    Sarana/Tenaga Kesehatan 2007 2008 2009* 1 2 3 4

    Rumah Sakit Puskesmas Pusban Puskesmas Keliling Tenaga Kesehatan

    1 17 89 16

    524

    1 17 95 20

    548

    1 17 95 20 548

    *Angka Sementara Sumber Data : DDA PASER 2006.

  • =======================================================

    19 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Tenaga Medis dan Non Medis

    Ketersediaan tenaga medis dan non medis merupakan salah satu faktor utama rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat telah banyak diusahakan oleh pemerintah. Sampai dengan tahun 2008, jumlah tenaga medis di Kabupaten Paser tercatat sebanyak 548 orang. Jumlah ini jika dibandingkan dengan tahun 2007 mengalami peningkatan sebanyak 24 tenaga. Ketersediaan jumlah tenaga medis ini jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Paser masih dirasa sangat kurang. Hal ini dapat terlihat dari angka rasio antara jumlah penduduk dan tenaga kesehatan yang tersedia.

    Tabel 2.3 Rasio Tenaga Kesehatan per 1000 Penduduk dan per Fasilitas Kesehatan, Tahun 2007-2009

    Tahun Indikator 2007 2008 2009

    1 2 3 4 Tenaga Kesehatan 2.74 2.79 2.72

    Fasilitas Kesehatan 4.23 4.12 4.12 Sumber Data : DDA PASER 2007 Tahun 2009, rasio tenaga kesehatan per 1000 penduduk

    menunjukkan angka sebesar 2.72. Angka ini mengisyaratkan bahwa dari setiap 1000 penduduk hanya tersedia 2 s/d 3 orang tenaga kesehatan.

  • =======================================================

    20 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Dengan keterbatasan jumlah tenaga ini menjadi sangat tidak layak untuk dapat melayani jumlah penduduk yang sangat besar. Sehingga harapan untuk memberikan pelayanan yang maksimal bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat hanyalah menjadi slogan belaka.

    Walaupun demikian, usaha pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat dari tahun ke tahunnya menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini terlihat secara jelas dari meningkatnya nilai rata-rata tenaga kesehatan per sarana kesehatan seperti terlihat pada tabel 2.3 di atas.

    Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

    Upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat dan status kesehatan masyarakat dilakukan melalui berbagai cara diantaranya adalah dengan peningkatan ketersediaan dan keterjangkauan sarana dan fasilitas kesehatan.

    Berdasarkan hasil SUSENAS KOR 2009 jumlah penduduk yang pernah mengalami keluhan kesehatan mengalami peningkatan dibandingkan data tahun 2008. Pada tahun 2008, penduduk yang mengalami keluhan kesehatan hanya sebesar 22.76 persen dari total

  • =======================================================

    21 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    jumlah penduduk sedangkan pada tahun 2009 mencapai 36.56 persen atau meningkat sebesar 13.80.

    Dari 36.56 persen penduduk yang pernah mengalami keluhan kesehatan di tahun 2009 ini, 67.86 persen melakukan pengobatan sendiri baik dengan obat-obat modern, tradisional maupun lainnya, 30.57 persen melakukan berobat jalan dan 5.30 persen pernah rawat inap. Gambaran lebih jelas tentang penduduk yang pernah mengalami keluhan kesehatan dan melakukan proses pengobatan dapat dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini:

    Tabel 2.4 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan

    Melakukan Proses Pengobatan Tahun 2008-2009. Persentase yang

    mengalami keluhan kesehatan (%)

    Tahun Proses Pengobatan

    2008 2009 2008 2009 1 2 3 4 5

    Mengobati sendiri 69.90 67.86

    Berobat jalan 31.17 30.57

    Rawat Inap

    22.76 36.56

    6.27 5.30 Sumber Data : Susenas KOR 2009

  • =======================================================

    22 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Status Gizi Balita dan Wanita Usia Subur

    Peningkatan kualitas fisik sumber daya manusia di Kabupaten Paser akan lebih cepat memberikan hasil jika dilakukan sejak dini, yaitu dimulai dari sejak balita melalui pemantauan status gizi balita tersebut. Dilihat dari status gizi balita di Kabupaten Paser pada periode tahun 2007 s/d 2008 memperlihatkan bahwa masih banyak balita yang mengalami kekurangan gizi. Hal ini ditandai dengan dengan masih tingginya angka persentase balita yang mengalami kekurangan gizi. Menurut Data Dinas Kesehatan Kabupaten Paser, tahun 2008 terdapat sebanyak 25.387 balita yang mengalami kurang gizi. Dari jumlah balita yang ada tersebut, 17.27 persen mengalami kekurangan energi (KEP) total dan 3.42 persen mengalami kekurangan energi (KEP) nyata. Perkembangan status gizi balita Kabupaten Paser periode tahun 2007 s/d 2009 secara lebih jelas dapat dilihat pada table 2.6 di bawah ini :

    Tabel 2.5 Perkembangan Status Gizi Balita Kabupaten Paser, Tahun 2007-2009

    % Balita dengan Tahun Jumlah Balita Balita di Timbang KEP Total KEP Nyata

    1 2 3 4 5 2007 22.771 7.488 14.90 2.43 2008 25.387 894 17.27 3.42 2009* 25.387 894 17.27 3.42

    *Data 2009 Sumber Data : DDA PASER 2009

  • =======================================================

    23 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Selain ketercukupan gizi, sistem kekebalan tubuh juga sudah harus dimiliki balita sejak dalam kandungan. Untuk mempertahankan dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit, seharusnya balita pada umur 1 tahun telah diberikan imunisasi secara lengkap, seperti BCG, DPT, dan Polio masing-masing 3 kali serta campak.

    Pada tahun 2009, cakupan imunisasi BCG, DPT, dan polio dari bayi (1 tahun ke bawah) mencapai 90 persen ke atas. Angka ini jika dibandingkan dengan angka cakupan tahun-tahun sebelumnya mengalami peningkatan peningkatan yang cukup berarti. Secara umum untuk semua jenis cakupan imunisasi, cakupan tertinggi selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.7 di bawah ini :

    Tabel 2.6 Banyaknya Bayi yang mendapat imunisasi Menurut Jenis Imunisasi, Tahun 2007-2009

    Tahun Jenis Imunisasi

    2007 2008 2009 1 2 3 4 BCG 73,71 94.10 94.97 Polio 65,50 91.73 93.47 DPT 72,43 90.91 94.29 Campak 38,71 82.96 83.62 Hepatitis B 62,52 85.08 91.83

    Sumber Data : Susenas KOR 2009

  • =======================================================

    24 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Hal lain yang tak kalah pentingnya dari status gizi balita dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas adalah perawatan kehamilan wanita usia subur (15-49) saat kehamilannya. Pemberian suntikan TT kepada wanita usia subur (WUS) yang sedang mengandung bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada calon bayi yang ada dalam kandungannya. Tahun 2008, dari 8.531 ibu hamil yang melakukan kunjungan ke posyandu hanya 36.61 persen diantaranya melakukan imunisasi TT sedangkan sisanya 63.39 persen tidak melakukan imunisasi TT.

    Tabel 2.7 Banyaknya kunjungan Ibu Hamil dan Imunisasi TT

    ke Posyandu, Tahun 2007-2009.

    Imunisasi TT Tahun Kunjungan Ibu Hamil Jumlah % 1 2 3 4 2007 8330 2050 24.60 2008 8531 3123 36.61 2009* 8531 3123 36.61

    * Data Tahun 2008 Sumber Data : DDA Kabupaten Paser

    Berkaitan dengan upaya persalinan, diupayakan terus menerus

    agar penolong persalinan oleh tenaga medis (dokter, bidan, dan tenaga medis lainnya) terus meningkat. Pada tahun 2009 terdapat sekitar 9.13

  • =======================================================

    25 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    persen kelahiran dari total penduduk Kabupaten Paser. Dari jumlah tersebut, terdapat sebanyak 13.42 dan 14.89 persen yang proses pertolongan pertama dan terakhirnya dilakukan oleh dokter, 58.41 dan 58.37 persen yang proses pertolongan pertama dan terakhirnya dilakukan oleh bidan, 26.63 dan 22.83 persen yang dilakukan oleh dukun bersalin, serta 1.53 dan 3.90 yang dilakukan oleh tenaga lainnya. Gambaran lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.9 di bawah ini :

    Tabel 2.8 Persentase Wanita Melahirkan menurut Penolong Kelahiran Pertama dan

    Terahir , Tahun 2008-2009

    Jumlah Kelahiran (dari tota penduduk)

    Penolong Pertama

    Penolong Terakhir Penolong Persalinan

    2008 2009 2008 2009 2008 2009 1 2 3 4 5

    Dokter 10.60 13.42 11.99 14.89

    Bidan 53.33 58.41 51.94 58.37

    Dukun bersalin 33.35 26.63 28.95 22.83

    Lainnya

    9.96 % 9.13 %

    2.72 1.53 7.12 3.90

    Sumber Data : Susenas KOR

  • =======================================================

    26 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    PENDIDIKAN

    Peningkatan kualitas sumber daya manusia bertitik tolak pada upaya pembangunan di bidang pendidikan. Pentingnya pendidikan bagi warga negara tercermin dalam UUD 1945 dan GBHN, dimana dinyatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara. Mengingat pentingnya arti pendidikan bagi setiap warga negara, maka pendidikan mutlak menjadi salah satu prioritas pembangunan yang harus dijalankan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

    Sejauh mana bidang pendidikan telah dilaksanakan oleh pemerintah, secara kuantitatif akan tercermin dalam ulasan pada publikasi ini.

    Tingkat Pendidikan

    Ukuran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan pada tingkat makro adalah kemampuan baca tulis penduduk dewasa. Kemampuan baca tulis penduduk dapat dijadikan sebagai salah satu indikator tingkat pendidikan karena dengan memiliki kemampuan baca tulis tersebut seorang penduduk akan dapat mempelajari dan menyerap ilmu pengetahuan. Seorang penduduk disebut memiliki kemampuan baca tulis

  • =======================================================

    27 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    apabila mampu membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Hal ini mengandung arti bahwa kemampuan baca tulis penduduk merupakan indikator paling dasar dalam telaahan masalah pendidikan di suatu wilayah.

    6.04

    6.372

    6.1963.91

    9.69

    6.712.64

    6.83

    4.69

    2007

    2008

    2009

    Gambar 3.1 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Buta Huruf, Tahun 2007-2009

    Laki-laki Perempuan Total

    Sumber : BPS, Susenas KOR.

    Pada tahun 2009 masih terdapat sekitar 4.69 persen penduduk

    Kabupaten Paser usia 10 tahun ke atas yang buta huruf. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, angka persentase ini mengalami penurunan. Dilihat dari jenis kelamin, selama kurun waktu 2007 s/d 2009 persentase penduduk perempuan 10 tahun ke atas yang buta huruf ternyata masih lebih tinggi dibandingkan penduduk laki-laki baik.

  • =======================================================

    28 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Pendidikan yang ditamatkan seorang penduduk merupakan indikator pokok kualitas pendidikan. Hal ini dikarenakan secara kualitas, sumber daya manusia secara spesifik dapat terlihat dari tingkat pendidikannya.

    Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk Kabupaten Paser usia 10 tahun ke atas pada tahun 2009 mengalami sedikit perubahan dibandingkan dengan tahun 2008. Perubahan positif yang cukup signifikant terjadi pada jenjang pendidikan Tamat SD dan SLTP, di mana terjadi peningkatan sebesar 2.54 dan 4.07 persen. Peningkatan ini terjadi sejalan dengan program sekolah gratis atau WAJAR 9 tahun yang Gambaran Tingkat Pendidikan yang ditamatkan penduduk secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini :

    Tabel 3.1 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Jenjang Pendidikan yang Ditamatkan, Tahun 2008-2009

    2008 2009 Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total

    1 2 3 4 5 6 7 Tidak pernah Sekolah/Tidak Tamat SD

    23.95 28.13 25.92 19.45 22.01 20.67

    SD 33.19 36.00 34.51 35.88 38.35 37.05 SLTP 16.88 15.46 16.22 19.97 20.64 20.29 SLTA 17.93 15.25 16.67 19.36 15.80 17.67 PT 8.05 5.15 6.69 5.34 3.19 4.32

    Sumber Data : BPS Paser

  • =======================================================

    29 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Tingkat Partisipasi Sekolah

    Upaya untuk memperluas jangkauan pelayanan pendidikan bertujuan untuk meningkatkan pemerataan pada pemanfaatan fasilitas pendidikan, sehingga makin banyak penduduk dapat bersekolah.

    Partisipasi penduduk usia sekolah dapat menggambarkan tingkat ketersediaan kualitas sumber daya manusia dan aktivitas pendidikan di suatu wilayah. Partisipasi penduduk yang dimaksudkan di sini adalah merupakan perbandingan antara penduduk yang masih sekolah terhadap penduduk usia sekolah pada kelompok jenjang pendidikan tertentu, misalnya (7 12) untuk usia SD, (13 15) untuk usia SLTP, da (16 18) untuk usia SLTA.

    Peningkatan yang terjadi terhadap partisipasi sekolah penduduk pada kelompok usia sekolah jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini:

    Tabel 3.2 Angka Partisipasi Sekolah menurut Usia Sekolah, Tahun 2007-2009

    Tahun

    Usia Sekolah 2007 2008 2009

    1 2 3 4 7-12 97,73 97.91 98.47

    13-15 85,78 84.68 83.96

    16-18 49,15 47.11 54.15

    Sumber Data : BPS, Susenas KOR

  • =======================================================

    30 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Secara umum, angka partisipasi sekolah penduduk Kabupaten Paser pada tingkat jenjang pendidikan Sekolah Dasar dan SLTA tahun 2009 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008, sedangkan pada jenjang pendidikan SLTP mengalami penurunan. Tahun 2009, tingkat partisipasi sekolah penduduk pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar sebesar 98.47 persen dan pada tahun 2008 hanya sebesar 97.91 persen. Salah satu faktor yang mungkin menjadi penyebab terjadinya peningkatan ini adalah adanya program WAJAR 9 tahun dan pendidikan gratis untuk semua tingkat jenjang pendidikan. Sedangkan terjadinya penurunan tingkat partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan SLTP salah faktornya mungkin disebabkan oleh masih kurangnya fasilitas pendidikan yang ada di wilayah Kabupaten Paser khususnya pada wilayah kecamatan dan desa-desa yang jaraknya cukup jauh dari wilayah kecamatan dan kabupaten sedangkan akses jalan masih cukup sulit untuk dapat dilalui/dijangkau.

    Fasilitas Pendidikan Meningkatnya partisipasi sekolah penduduk pada setiap jenjang

    pendidikan semestinya sejalan dengan peningkatan fasilitas pendidikan yang tersedia. Tabel 3.3 di bawah ini memberikan gambaran tentang

  • =======================================================

    31 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    perkembangan fasilitas pendidikan di Kabupaten Paser selama tiga tahun terakhir.

    Tabel 3.3 Perkembangan Fasilitas Pendidikan Kabupaten Paser, Tahun 2007-2009

    Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009

    1 2 3 4 SEKOLAH DASAR

    Jumlah SD 214 213 213 Murid 26866 27597 27597 Guru 1372 1480 1480 Rasio Murid Sekolah 125.54 129.56 129.56 Rasio Murid Guru 19.58 18.65 18.65 Rasio Guru Sekolah 6.41 6.95 6.95

    SLTP Jumlah SLTP 35 58 58 Murid 7283 9723 9723 Guru 426 500 500 Rasio Murid Sekolah 208.09 167.64 167.64 Rasio Murid Guru 17.10 19.45 19.45 Rasio Guru Sekolah 12.17 8.62 8.62

    SLTA Jumlah SLTA 18 18 18 Murid 7007 3901 3901 Guru 404 356 356 Rasio Murid Sekolah 389.28 216.72 216.72 Rasio Murid Guru 17.34 10.96 10.96 Rasio Guru Sekolah 22.44 19.78 19.78 Sumber Data : BPS Paser

  • =======================================================

    32 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Angka Putus Sekolah

    Salah satu penyebab dari rendahnya tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk di suatu wilayah adalah banyaknya penduduk yang tidak dapat menamatkan pendidikan formalnya atau lebih dikenal dengan istilah putus sekolah. Pada bahasan ini perkiraan jumlah putus sekolah menggunakan pendekatan kelompok penduduk berumur 7-18 tahun yang sudah tidak bersekolah lagi termasuk penduduk yang tamat SD, SLTP dan SLTA tapi tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Karena usia ini merupakan usia yang ideal untuk menyelesaikan pendidikannya.

    Secara umum, angka putus sekolah penduduk usia sekolah 7 18 tahun di Kabupaten Paser tahun 2009 menunjukkan adanya penurunan dibandingkan tahun 2008. Penurunan ini terjadi disemua jenjang pendidikan. Pada jenjang pendidikan SD terjadi penurunan sebesar 0.13 persen, jenjang pendidikan SLTP sebesar 2.89 persen, dan jenjang pendidikan SLTA sebesar 8.74 persen.

    Penurunan angka putus sekolah ini (khususnya jenjang pendidikan Sekolah Dasar) jika dikaitkan dengan kebijakan pendidikan gratis dan WAJAR 9 tahun yang digalakan pemerintah memiliki korelasi positif. Kebijakan lain yang mungkin untuk dapat lebih ditingkatkan guna

  • =======================================================

    33 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    mendukung penurunan angka putus sekolah ini adalah kebijakan penyediaan fasilitas pendidikan khususnya pada jenjang pendidikan Sekolah menengah pertama dan atas terutama yang ada pada level kecamatan dan desa yang akses jalan atau akses ke sekolah terdekat relatif cukup sulit dan peningkatan jumlah tenaga pengajar pada pada jenjang pendidikan tersebut.

    Tabel 3.4 Angka Putus Sekolah Kabupaten Paser Dirinci menurut Kelompok Usia Pendidikan, Tahun 2008-2009

    Angka Putus Sekolah Kelompok Usia Sekolah

    2008 2009 1 2 3

    07 12 1.08 0.95 13 15 15.32 12.43 16 - 18 52.27 43.54

    Sumber : Susenas KOR 2009

  • =======================================================

    34 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    ANGKATAN KERJA

    Ketenagakerjaan merupakan aspek yang mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi sosial ekonomi. Salah satu sasaran dalam pembangunan ketenagakerjaan adalah perluasan kesempatan kerja dan terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang seimbang serta memadai untuk dapat menyerap tambahan angkatan kerja yang memasuki pasar kerja setiap tahunnya. Angkatan kerja atau lebih dikenal dengan istilah tenaga kerja berdiri dalam dua posisi penting dalam pembangunan, yaitu sebagai subyek dan juga sebagai obyek dalam pembangunan itu sendiri. Karena itu peningkatan jumlah angkatan kerja bila tidak diimbangi dengan penambahan kesempatan kerja akan menimbulkan permasalahan dalam pembangunan.

    Pengadaan tenaga kerja yang merupakan bagian dari perwujudan kebijaksanaan perencanaan Ketenagakerjaan Nasional harus mendorong pemerataan kesempatan kerja antar daerah dengan memperhatikan potensi angkatan kerja setempat. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk akan banyak pengaruhnya terhadap upaya penyediaan

  • =======================================================

    35 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    lapangan pekerjaan, di mana apabila tidak terjadi keseimbangan yang harmonis pada akhirnya akan mengakibatkan ledakan pengangguran.

    Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja

    Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi dapat diukur melalui persentase penduduk yang masuk dalam pasar kerja (bekerja atau mencari pekerjaan), yang selanjutnya disebut sebagai tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). Keterlibatan penduduk dalam angkatan kerja selama periode tahun 2007-2009, menunjukkan angka yang cukup bervariasi. Variasi ini terjadi sebagai akibat dari besar kecilnya proporsi penduduk usia kerja yang masuk dalam kategori angkatan kerja (bekerja dan mencari kerja). Tahun 2007, TPAK Kabupaten Paser sebesar 59.18 persen kemudian turun menjadi 58.27 persen di tahun 2008 dan di tahun 2009 turun kembali menjadi 50.19 persen. Hal yang juga turut mempengaruhi tinggi rendahnya angka TPAK ini adalah besar kecilnya peluang kerja yang ada di bursa pasar kerja.

  • =======================================================

    36 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Tabel 4.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut jenis kelamin,

    Tahun 2007-2009 Partisipasi Angkatan Kerja

    Jenis Kelamin 2007 2008 2009

    1 2 3 4 Laki-laki Perempuan Total

    89.41 25.88 59.16

    88.18 26.13 58.27

    74.03 25.33 50.19

    Sumber Data : BPS, Susenas KOR 2009

    Selanjutnya, tingginya angka pengangguran terbuka (TPT) memberikan gambaran bahwa bahwa lapangan kerja yang tersedia belum mampu mengimbangi laju pertambahan tenaga kerja. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang masuk dalam kategori angkatan kerja terhadap penduduk yang mencari kerja. Sama halnya dengan TPAK, angka TPT Kabupaten Paser juga sangat bervariasi dari tahun ke tahunnya. Tahun 2007, TPT penduduk Kabupaten Paser sebesar 6.12 persen, kemudian turun menjadi 5.94 persen di tahun 2008 dan turun kembali menjadi 5.76 pada tahun 2009.

    Walaupun secara persentase angka TPT penduduk Kabupaten Paser cenderung mengalami penurunan, namun pembukaan lapangan

  • =======================================================

    37 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    kerja baru masih sangat dibutuhkan untuk dapat mengimbangi laju pertambahan tenaga kerja yang ada di pasar kerja sehingga angka pengangguran di masa yang akan datang dapat lebih diturunkan lagi.

    Tabel 4.2 Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Jenis Kelamin,

    Tahun 2007-2009

    Angka Pengangguran Terbuka Jenis Kelamin 2007 2008 2009 1 2 3 4 Laki-laki

    Perempuan

    Total

    4.53

    12.17

    6.12

    4.20

    12.07

    5.94

    3.08

    11.98

    5.76

    Sumber Data : BPS, Susenas KOR 2009

    Lapangan Pekerjaan dan Status Pekerjaan Proporsi pekerja menurut lapangan pekerjaan merupakan salah

    satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian suatu wilayah dalam menyerap tenaga kerja. Selain itu, indikator tersebut juga mencerminkan struktur perekonomian suatu wilayah.

  • =======================================================

    38 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Tabel 4.3 Komposisi Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja

    menurut Lapangan Usaha, Tahun 2007-2009 Tahun Sektor

    2007 2008 2009 1 2 3 4

    PERTANIAN 51,75 53.43 51.33 PERTAMBANGAN 6,28 6.80 6.36 INDUSTRI 1,74 1.33 2.39 KONSTRUKSI 3,92 3.32 3.61 PERDAGANGAN 9,37 9.64 11.53 ANGKUTAN 2,42 3.89 3.24 JASA 16,61 17.60 14.36 LAINNYA 7,92 3.99 7.19 TOTAL 100.00 100.00 100.00

    Sumber Data : BPS. Susenas KOR 2009

    Dari tabel 4.3 di atas terlihat bahwa sektor pertanian masih merupakan sektor dominan yang banyak menyerap tenaga kerja walaupun sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tingginya angka persentase pada sektor ini diakibatkan kesempatan kerja pada sektor ini tidak begitu banyak membutuhkan syarat-syarat khusus seperti pada sektor lainnya.

    Sektor-sektor lain yang juga cukup banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa, perdagangan dan sektor lainnya. Salah satu faktor yang mungkin menjadi penyebab tingginya angka penyerapan pada ketiga sektor di atas mungkin dikarena sektor ini sama dengan halnnya sektor

  • =======================================================

    39 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    pertanian di mana di dalam penyerapan tenaga kerja tidak begitu banyak membutuhkan keahlian dan syarat-syarat khusus.

    Indikator lain yang juga dapat digunakan untuk memberikan gambaran tentang kedudukan pekerja adalah status pekerjaan pekerja. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah pekerja berstatus buruh/karyawan mengalami peningkatan selama periode tahun 2007-2009. Dari 34.61 persen pada tahun 2007 turun menjadi 32.88 persen pada tahun 2008. dan tahun 2009 meningkat kembali menjadi 34.68 persen.

    Tabel 4.4 Komposisi Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja

    menurut Status Pekerjaan, Tahun 2007-2009. Tahun

    Status Pekerjaan 2007 2008 2009

    1 2 3 4 Berusaha Sendiri 23,80 25.13 23.95 Berusaha dibantu buruh tidak tetap 22,68 16.99 12.93 Berusaha dibantu buruh tetap 2,34 2.54 3.57 Buruh/Karyawan/Pegawai 34,61 32.88 34.68 Pekerja tidak dibayar 15,39 18.13 19.49 Lainnya 1,17 4.33 5.38

    Total 100.00 100.00 100.00Sumber Data : BPS, Susenas KOR

  • =======================================================

    40 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Tabel 4.4 di atas juga menunjukkan bahwa jumlah pekerja dengan status status sebagai pekerja tidak dibayar mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Tahun 2008, persentase jumlah pekerja tak dibayar sebanyak 18.13 persen dan tahun 2009 meningkat menjadi 19.49 persen.

    Jam Kerja

    Jumlah jam kerja 35 jam seminggu dapat dipakai sebagai ukuran untuk mengelompokkan seorang pekerja apakah dia termasuk pekerja produktif atau tidak produktif. Diasumsikan bahwa, pekerja yang memiliki jam kerja lebih dari 35 jam adalah merupakan pekerja yang produktif. Sedangkan pekerja yang bekerja kurang dari 35 jam dapat dikatakan sebagai pekerja yang kurang produktif.

    Tabel 4.5 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut

    Jam Kerja, Tahun 2007-2009. Tahun

    Jam Kerja 2007 2008 2009 1 2 3 4

    Kurang dari 15 Jam 2,24 9.86

    15 - 34 Jam 23,57 31.82

    35 Jam lebih 74,18 58.32

    Total 100.00 100.00

    Sumber : BPS, Susenas Kor Kabupaten Paser

  • =======================================================

    41 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Secara umum, sebagian besar pekerja di Kabupaten Paser sudah bekerja secara maksimal atau 35 jam lebih. Hal ini dapat ditunjukkan dari angka persentase pekerja yang bekerja kerja rata-rata 35 jam lebih per minggunya yang dari tahun ke tahunnya selalu menunjukkan angka di atas 50 persen. Tingginya angka persentase pekerja yang bekerja di atas 35 jam ini mungkin disebabkan karena tingginya angka persaingan dalam mencari kerja sehingga pekerja harus bekerja secara maksimal agar dapat terhindar dari pemutusan hubungan kerja dan peningkatan produksi hasil pekerjaan terutama bagi mereka yang bekerja disektor pertanian, perdagangan, jasa dan sektor lainnya.

  • =======================================================

    42 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    FERTILITAS DAN KELUARGA BERENCANA

    Gerakan Keluarga Berencana Nasional sebagai salah satu kegiatan pokok dalam upaya mencapai keluarga sejahtera diarahkan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dengan cara pengendalian angka kelahiran untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi.

    Selain itu juga diupayakan agar makin membudaya dan makin mandiri melalui penyelenggaraan penyuluhan Keluarga Berencana (KB), disertai dengan peningkatan kualitas dan kemudahan pelayanan dengan tetap memperhatikan kesehatan peserta KB dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama, moral, etika dan sosial budaya masyarakat, sehingga norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dihayati dan dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

    Fertilitas Komposisi penduduk menurut status perkawinan dapat

    menunjukkan kondisi fertilitas suatu wilayah. Dari tabel 1.4 di bawah ini terlihat bahwa, persentase laki-laki yang berstatus belum dari tahun ke

  • =======================================================

    43 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    tahunnya cenderung lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Tingginya nilai persentase mungkin disebabkan karena masih tingginya pemahaman mereka bahwa laki-laki sebagai kepala rumah tangga sehingga mereka harus lebih mapan dulu dalam kehidupannya baru mereka akan menikah. Sedangkan untuk mereka yang berstatus kawin nilai persentase perempuan lebih tinggi dibandingkan nilai persentase laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan bukan sebagai kepala rumah tangga yang bertugas mencari nafkah bagi kehidupan rumah tangganya sehingga mereka cenderung memiliki nilai persentase menikah lebih tinggi dibandingkan laki-laki karena ketika mengambil keputusan menikah mereka tidak serumit seperti laki-laki.

    Selanjutnya, untuk perempuan berstatus cerai hidup dan mati nilai persentasenya juga selalu lebih tinggi dibandingkan dengan nilai persentase laki-laki. Nilai persentase ini lebih disebabkan karena tingginya tuntutan kehidupan yang harus dihadapi oleh laki-laki dibandingkan perempuan dari dari resiko pekerjaan, tantang hidup, dan tuntutan perekonomian bagi keluarganya sehingga mereka harus bekerja lebih keras yang terkadang mengabaikan keselamatannya. Hal ini juga salah hal yang menjadi penyebab mengapa usia harapan hidup laki-laki selalu lebih rendah dibandingkan harapan hidup perempuan.

  • =======================================================

    44 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Tabel 5.1 Persentase penduduk 10 Tahun ke Atas menurut

    Status Perkawinan, Tahun 2007-2009.

    Status Perkawinan Tahun Jenis Kelamin Belum Kawin Kawin Cerai Hidup

    Cerai Mati

    (1) (2) (3) (4) (5) Laki-laki 40,04 57,57 0,67 1,72 Perempuan 27,46 65,02 1,48 6,04 2007

    Total 34,14 61,06 1,05 3,75 Laki-laki 39.25 57.98 0.90 1.86 Perempuan 31.22 61.71 1.88 5.19 2008

    Total 35.49 59.73 1.36 3.42 Laki-laki 37.09 60.69 0.65 1.57 Perempuan 28.74 62.78 1.70 6.78 2009

    Total 33.02 61.71 1.16 4.11 Penundaan usia perkawinan serta kehamilan yang pertama

    merupakan salah satu cara untuk membatasi jumlah kelahiran anak. Dengan menunda usia perkawinannya, seorang wanita akan memperpendek masa usia subrunya yang mana memiliki kemungkinan untuk memiliki anak.

    Umur perkawinan pertama merupakan salah satu indikator untuk menggambarkan tingkat fertilitas, karena semakin muda seseorang melakukan perkawinan maka akan semakin panjang masa reproduksinya sehingga akan semakin besar peluangnya untuk melahirkan banyak anak,

  • =======================================================

    45 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    dengan demikian memungkinkan terjadinya tingkat fertilitas yang lebih tinggi.

    Salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab meningkatnya usia perkawinan pertama penduduk wanita adalah faktor pendidikan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya angka persentase penduduk wanita yang pendidikan tertingginya tamat SLTA ke atas dan meningkatnya angka partisipasi sekolah penduduk wanita di Kabupaten Paser. Gambaran lebih jelas tentang persentase penduduk wanita berusia 10 tahun ke atas yang pernah kawin dan umur perkawinan pertamanya dapat dilihat pada Tabel 5.2 di bawah ini:

    Tabel 5.2 Persentase Wanita 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin

    menurut Usia Perkawinan Pertama, Tahun 2005-2007.

    Umur Kawin Pertama 2007 2008 2009 (1) (2) (3) (4)

  • =======================================================

    46 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Dari Tabel 5.2 di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan persentase wanita yang melakukan perkawinan pada usia 16 tahun dan usia 19-24 tahun. Sedangkan pada kelompok usia 17-18 dan 25 tahun ke atas menunjukkan trend yang menurun.

    Peningkatan persentase wanita yang melakukan perkawinan di bawah usia 16 tahun dan usia 19-24 secara tidak langsung berpengaruh pada masa reproduksinya. Semakin singkatnya masa reproduksi seorang wanita maka akan semakin sedikit jumlah anak yang akan dilahirkannya. Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh wanita berstatus pernah kawin secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 5.1 di bawah ini :

    2.78

    2.71

    2.57

    Gambar 5.1 Rata-rata Jumlah Anak Lahir Hidup per Wanita Pernah Kawin, Tahun 2007-2009

    2007 2008 2009

    Sumber : Susenas 2007- 2009

  • =======================================================

    47 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Tahun 2009 rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup (ALH) oleh wanita usia 10 tahun ke atas yang berstatus pernah kawin mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2009, rata-rata jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup oleh wanita 10 tahun ke atas berstatus pernah kawin sebesar 2.57 sedangkan tahun 2008 dan 2007 sebesar 2,71 dan 2,78.

    Keluarga Berencana Keluarga Berencana (KB) merupakan program pemerintah untuk

    menurunkan fertilitas yang secara intensif mulai dicanangkan pemerintah pada sekitar awal tahun 1980-an. Program ini secara perlahan mampu menekan tingkat fertilitas walaupun pada awal pelaksanaannya justru ditandai dengan baby boomers. Usaha yang dilakukan pemerintah dengan membentuk badan khusus yang menangani KB tampaknya cukup berhasil. Fertilitas semakin menurun sehingga laju pertumbuhan penduduk pun bisa ditekan. Hal ini sejalan dengan salah satu konsep beyond family planning yang menyatakan bahwa apabila program KB dikelola dengan baik, fertilitas akan dapat diturunkan.

    Satu hal yang cukup unik dalam pelaksanaan program KB di Indonesia ini adalah, secara umum program ini dapat dilaksanakan secara efektif baik di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan, yang mana

  • =======================================================

    48 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    walaupun pada awal-awal pencanangannya banyak menghadapi tantangan dari masyarakat terutama dari sisi relegiusnya. Keberhasilan ini tentunya tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak di dalam memberikan pengertian dan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya program KB, hingga program tersebut dapat di terima oleh sebagian besar masyarakat.

    Tingkat keberhasilan KB biasanya tidak hanya diukur dari penurunan fertilitas yang dicapai tetapi juga dari pencapaian target akseptor. Seseorang dikatakan sebagai akseptor KB adalah apabila ia menggunakan salah satu alat/cara KB dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dan bukan karena alasan lain seperti alasan kesehatan, serta harus mengacu pada masa berlaku atau ke-efektif-an dari masing-masing alat/cara KB tersebut.

    48.1128.06 23.82

    58.56

    19.95

    21.49

    2008 2009

    Gambar 5.2 Persentase Wanita 10 Tahun Berstatus Kawin yang Pernah, Sedang dan Tidak Menggunakan Alat KB, Tahun 2008-

    2009

    Sedang Menggunakan Pernah Menggunakan Tidak Menggunakan

    Sumber : BPS, Susenas Kor Kabupaten Paser

  • =======================================================

    49 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Pada tahun 2009, hampir 60 persen wanita usia 10 tahun ke atas yang berstatus kawin menyatakan sedang menggunakan alat/cara KB, sedangkan yang menyatakan pernah menggunakan. Angka ini jika dibandingkan dengan tahun 2008 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dimana pada tahun 2008 wanita usia 10 tahun ke atas yang berstatus kawin dan sedang menggunakan alat/cara KB hanya sebesar 48,11 persen. Peningkatan nilai penggunaan alat/cara KB pada wanita berusia 10 tahun ke atas yang berstatus kawain ini sejalan dengan terjadinya penurunan pada jumlah anak lahir hidup yang dimiliki oleh wanita kelompok tersebut.

    Secara teori hubungan antara penggunaan alat/cara KB dan jumlah anak yang dilahirkan hidup adalah memiliki korelasi negatif. Artinya adalah ketika pengguna alat/cara KB mengalami peningkatan maka jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh wanita pengguna alat/cara KB tersebut mengalami penurunan. Jika dikaitkan antara kasus di atas terhadap teori yang ada, maka hubungan antara pengguna alat/cara KB dan jumlah anak lahir hidup pada wanita usia 10 tahun ke atas yang ada di kabupaten paser sejalan dengan teori yang ada.

    Pemilihan alat/cara KB juga sangat menentukan bagi wanita usia 10 tahun ke atas yang berstatus kawin dalam menekan laju tingkat

  • =======================================================

    50 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    fertilitasnya. Pemilihan alat/cara KB ini juga sangat bergantung pada tingkat kemudahan dan nilai dari alat/cara KB tersebut. Perkembangan penggunaan alat/cara KB secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.3 di bawah ini :

    Tabel 5.3 Persentase Wanita 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin Menurut

    Cara KB yang Dipakai, Tahun 2007-2009

    Alat/ Cara KB yang Digunakan 2007 2008 2009

    (1) (2) (3) (4) MOW/Tubektomi 2,32 0.97 2.28 MOP/Vasektomi 0,31 1.38 1.14 IUD/Spiral 1,38 3.50 3.31 Suntikan KB 50,73 49.23 45.16 Susuk KB 5,34 2.34 3.95 Pil KB 39,35 41.94 44.17 lainnya 0,59 0.64 0.00 Total 100.00 100.00 100.00

    Sumber : BPS, Susenas Kor.

  • =======================================================

    51 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN

    Manusia dan alam lingkungannya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Lingkungan ini bisa berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik bisa berupa alam sekitar maupun buatan manusia.

    Perumahan merupakan salah satu kebutuhan pokok dari penduduk setelah kebutuhan pangan dan sandang. Rumah yang baik adalah rumah yang layak huni yang memenuhi syarat kesehatan dan estetika sehingga dapat memberikan suasana nyaman dan menjamin kesehatan bagi penghuninya. Di samping itu lokasi rumah idealnya dekat dengan berbagai fasilitas umum seperti sekolah, pelayanan kesehatan, olah raga, rekreasi, dan lain-lain, agar dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Oleh karena itu pembangunan perumahan yang dilaksanakan pemerintah meliputi keberadaan dan kelengkapan fasilitas di sekitar lingkungannya.

    Wujud program pembangunan perumahan tersebut adalah rumah yang sehat dan teratur. Sedangkan tingkat kesehatan rumah dan

  • =======================================================

    52 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    lingkungan antara lain tercermin dari pemanfaatan listrik sebagai sumber penerangan utama, leding sebagai sumber air minum utama, jamban sendiri dengan tangki septik sebagai jamban utama, serta lantai rumah yang tidak lagi langsung dari tanah melainkan sudah berupa jenis bahan yang kualitasnya lebih baik.

    Fasilitas Rumah Tinggal

    Sumber air minum merupakan salah satu indikator kesejahteraan penduduk, baik dilihat dari segi kesehatan maupun ekonomi. Dalam hal ini penggunaan sumber air minum dapat dijadikan sebagai petunjuk adanya perbaikan tingkat kesejahteraan penduduk. Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari. Ketersediaan dalam jumlah yang cukup terutama untuk minum dan memasak merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih. Gambaran dan distribusi rumah tangga di Kabupaten Paser menurut sumber dan penggunaan air bersih bagi pemenuhan kebutuhan air bersih rumahtangganya secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 6.1 di bawah ini :

  • =======================================================

    53 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Tabel 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum,

    Tahun 2008-2009

    Sumber Air Minum 2008 2009

    (1) (2) (3) Air kemasan bermerk 0.62 0.93 Air isi ulang 8.85 8.31 Leding meteran 25.29 20.88 Leding eceran 5.96 0.77 Sumur bor/pompa 0.25 1.88 Sumur terlindung 5.36 20.07 Sumur tak terlindung 30.07 22.88 Mata air terlindung 0.64 5.34 Mata air tak terlindung 1.79 0.16 Air sungai 17.45 12.04 Air hujan 3.09 6.41 Lainnya 0.63 0.31

    Total 100.00 100.00

    Sumber : Susenas BPS Paser

    Kebersihan air minum merupakan salah satu kebutuhan utama yang harus dipenuhi secara layak. Pencemaran terhadap sumber air minum yang digunakan dapat menyebabkan penurunan kualitas air untuk keperluan rumah tangga. Pada tahun 2009 persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih bersumber dari sumur dan mata air sebesar

  • =======================================================

    54 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    50.34 persen. Dibandingkan tahun 2008, pengguna sumber air minum ini mengalami peningkatan sebesar 12.23 persen di mana pada tahun 2008 pengguna sumber air minum ini hanya sebesar 38.11 persen.

    Rumah tangga yang menggunakan sumber air minum dari sumur dan mata air, jika ditinjau dari jarak sumber air minum ke tempat pembuangan akhir (TPA) tinja menunjukkan angka yang bervariasi. Pada tahun 2006, rumah tangga yang menggunakan sumber air minum dari sumur dan mata air dengan jarak lebih dari 10 m dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sebanyak 71.97 dan tahun 2007 meningkat menjadi 79.80 persen.

    Pengguna sumber air minum sumur dengan jarak kurang dari 10 M ke TPA, pada tahun 2009 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008. Tahun 2008 RT yang menggunakan sumber air minum dari sumur dengan jarak kurang dari 10 M dari TPA sebesar 21.08 persen dan tahun 2009 turun menjadi 14.98 persen. Penurunan jumlah persentase pengguna sumber air minum sumur dengan jarak kurang dari 10 M ke TPA ini disebabkan oleh semakin membaiknya pengetahuan masyarakat akan arti air bersih bagi kehidupannya dan beralihnya penggunaan sumber air minum masyarakat ke arah yang lebih baik.

  • =======================================================

    55 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    11.27

    79.88.93

    21.08

    70.548.38

    14.98

    74.13

    10.89

    2007

    2008

    2009

    Gambar 6.1 Persentase Rumah Tangga Pengguna Sumber Air Minum Sumur dan Mata Air

    menurut Jarak ke TPA, Tahun 2007-2009

    10 M Tidak Tahu

    Sumber : BPS, Susenas Kor Kabupaten Paser

    Penguasaan Bangunan tempat Tinggal Status kepemilikan bangunan tempat tinggal secara tidak langsung

    akan mempengaruhi kelengkapan fasilitas rumah tangga. Seseorang yang tinggal dalam rumah milik sendiri cenderung akan lebih melengkapi fasilitas yang ada dalam rumah tangganya.

    Berdasarkan hasil Susenas 2009, persentase rumah tangga yang tinggal dalam rumah milik sendiri sebesar 77.69 persen. Angka ini jika dibandingkan dengnan tahun 2008 mengalami sedikit penurunan dimana pada tahun 2008 persentase rumah tangga yang tinggal di rumah milik sendiri ada sebesar 79.22 persen. Distribusi rumah tangga berdasarkan

  • =======================================================

    56 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    status penguasaan bangunan tempat tinggal secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 6.2 di bawah ini :

    Tabel 6.2

    Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Status Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal, Tahun 2008-2009

    Tahun

    Status Penguasaan Bangunan 2008 2009

    1 2 3 Milik sendiri 79.22 77.69 Kontrak 1.88 3.09 Sewa 8.43 4.51 Bebas sewa 2.01 2.97 Dinas 3.40 5.01 Rumah milik orang tua/sanak/saudara 4.81 5.94

    Lainnya 0.25 0.79 Total 100.00 100.00

    Sumber Data : BPS, Susenas KOR

    Luas Lantai Rumah

    Berdasarkan hasil susenas KOR tahun 2009, masih terdapat sekitar 27.34 persen rumah tangga yang menempati rumah dengan luas kurang dari 36 M. Dibandingkan tahun 2008, angka ini mengalami

  • =======================================================

    57 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    penurunan di mana pada tahun 2008 sebesar 29.78 persen. Sedangkan untuk rumah tangga yang menempati rumah dengan luas 36 72 M mengalami peningkatan. Tahun 2008, persentase rumah tangga yang menempati rumah dengan ukuran luas luas 36-72 M sebesar 55.62 dan di tahun 2009 meningkat menjadi 58.32 persen. Distribusi rumah tangga berdasarkan luas lantai yang ditempati secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 6.3 di bawah ini :

    Tabel 6.3 Persentase Rumah Tangga menurut Luas lantai yang Ditempati,

    Tahun 2007-2009.

    Luas Lantai 2007 2008 2009

    (1) (2) (3) (4) Kurang Dari 36 M 35,83 29.78 27.34

    36 72 M 46,60 55.62 58.31

    Lebih Dari 72 M 17,57 14.60 14.34

    Total 100.00 100.00 100.00

    Sumber : BPS, Susenas Kor

  • =======================================================

    58 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN POLA PENGELUARAN

    RUMAH TANGGA

    Pada hakekatnya yang dimaksud dengan pembangunan, khususnya pembangunan di bidang ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja, mengarahkan pembagian pendapatan masyarakat yang semakin merata, meningkatan hubungan ekonomi regional dan usaha menggeser kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan terseier.

    a. Struktur Ekonomi

    Dari data Statistik Pendapatan Regional yang lazim disebut PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dapat diketahui antara lain struktur dan tingkat pertumbuhan ekonomi masing-masing region dalam hal ini Kabupaten Paser, pendapat perkapita, tingkat inflasi. Selain itu juga, dapat diketahui peranan masing-masing sektor, misal sektor pertanian, industri, dan sebagainya. Statistik ini biasanya disajikan secara berkala dari tahun ke tahun dan dirinci menurut lapangan usaha atau sektor. Di

  • =======================================================

    59 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    samping itu juga, disajikan pula menurut harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan dan menurut harga konstan suatu tahun dasar.

    Dengan demikian dari informasi-informasi tersebut dapat dilihat keadaan perkembangan ekonomi, apakah membaik atau sebaliknya. Dengan merinci pendapatan regional menurut sektor-sektor produksi/lapangan usaha dapat dilihat perubahan struktur region. Sedangkan level pendapatan regional dapat dilihat dari angka pendapatan per kapita, apakah tergolong level rendah, menengah, atau tinggi.

    Selanjutnya, Besarnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah bisa digambarkan dengan data PDRB atas dasar harga konstan. Selengkapnya PDRB Kabupaten Paser tahun 2001 s/d 2006 dapat dilihat pada tabel 7.1 di bawah ini:

    Tabel 7.1 PDRB Kabupaten Paser, menurut ADHB dan ADHK, Tahun 2005-2009

    ADHB (Jutaan Rupiah)

    ADHK (Jutaan Rupiah)

    Pertumbuhan Ekonomi

    TAHUN

    Batu Bara Non Batu Bara Batu Bara Non Batu Bara Batu Bara Non Batu Bara 1 2 3 4 5 6 7

    2005

    2006

    2007

    2008

    2009

    4.001.250

    4.912.604

    6.150.912

    7..387.375

    9.207.903

    1.440.319

    1.747.912

    2.115.310

    2.357.530

    2.702.173

    3..314.261

    3.709.866

    4.188.792

    4.487.717

    4.961.904

    1.005.133

    1.115.615

    1.215.226

    1.272.649

    1.357.954

    8.93

    11.94

    12.91

    7.10

    10.59

    5.52

    10.99

    8.93

    4.60

    10.59

  • =======================================================

    60 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    b. Pengeluaran Rata-rata Per Kapita/Bulan

    Tingkat kesejahteraan seorang penduduk di suatu wilayah dapat digambarkan melalui pendapatan maupun pengeluarannya. Namun demikian, tidaklah mudah untuk mendapatkan data tentang pendapatan suatu penduduk. Berbagai jenis survei telah dilakukan guna memperoleh metode yang tepat untuk mendapatkan informasi ini namun seringkali menghadapi hambatan, terutama dalam hal teknis. Oleh sebab itu, sampai dengan saat ini perkiraan tentang pendapatan suatu rumah tangga dilakukan melalui pendekatan

    Pengeluaran rumah tangga dibedakan atas pengeluaran makan dan bukan makanan. Dengan kedua jenis pengeluaran ini, dapat dilihat bagaimana pola konsumsi masyarakat. Di negara berkembang seperti Indonesia, pengeluaran masyarakat untuk makanan masih merupakan bagian terbesar dari total pengeluaran konsumsi rumah tangga. Perubahan angka persentase tersebut, dalam setiap tahunnya menggambarkan tingkat perkembangan taraf kehidupan rumah tangga. Sebaliknya di negara maju, pengeluaran untuk aneka barang dan jasa di luar makanan, merupakan bagian terbesar dari pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran yang dianggap tidak bersifat primer lagi ini

  • =======================================================

    61 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    mencakup pengeluaran tentang perawatan kesehatan, pendidikan, rekreasi, olah raga, dan sebagainya.

    Berdasarkan hasil pengolahan Data SUSENAS KOR 2009, pengeluaran rata-rata per kapita penduduk di Kabupaten Paser sebulan untuk makanan sebesar Rp. 239.640,-, sedangkan pengeluaran untuk bukan makanan sebesar Rp. 268.158,- (lihat tabel 7.2 dan 7.3).

    1. Pengeluaran Rata-rata per Kapita Untuk Makanan

    Pengeluaran untuk makanan dalam hal ini, dirinci menurut jenis komoditi yang dikonsumsi oleh penduduk Kabupaten Paser. Padi-padian adalah jenis komoditi yang paling banyak di konsumsi oleh sebagian besar penduduk kabupaten Paser, yaitu sebesar Rp. 41.656,- atau 17.38 persen dari total pengeluaran penduduk setiap bulannya. Demikian pula pengeluaran untuk konsumsi ikan, Tembakau sirih, serta makanan dan minuman jadi merupakan komoditi yang paling banyak dikonsumsi. Selengkapnya, rata-rata pengeluaran penduduk Kabupaten Paser per kapita pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 7.2 di bawah ini:

  • =======================================================

    62 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Tabel 7.2 Pengeluaran Rata-rata per Kapita Penduduk Sebulan Untuk Kelompok Makanan, Tahun 2008-2009.

    Pengeluaran Rumah Tangga Pengeluaran Makanan 2008 2009

    1 2 3 Padi-padian 40,615 41,656 Umbi-umbian 1,909 1,977 Ikan 42,717 33,345 Daging 10,544 10,264 Telur dan susu 23,664 22,330 Sayur-sayuran 25,073 16,542 Kacang-kacangan 8,874 8,035 Buah-buahan 12,919 8,756 Minyak dan lemak 14,168 11,704 Bahan minuman 12,850 13,374 Bumbu-bumbuan 8,387 6,688 Konsumsi lainnya 10,313 10,400 Makanan dan minuman jadi 43,173 23,413 Minuman mengandung alkohol - 46 Tembakau dan sirih 27,961 31,110

    Rata-rata Pengeluaran Makanan Sebulan 283,167 239,640

    Sumber Data : BPS SUSENAS KOR

  • =======================================================

    63 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    2. Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Bukan Makanan

    Pengeluaran untuk perumahan, bahan bakar, penerangan, dan air merupakan jenis komoditi yang paling banyak memberikan andil dalam pengeluaran penduduk untuk bukan makanan yaitu rata-rata sebesar Rp. 137.961,- atau 52.76 persen dari total pengeluaran rumah tangga untuk bukan makanan, yang kemudian disusul oleh pengeluaran aneka barang dan jasa serta biaya pendidikan sebesar Rp. 45.113,- (16.82 %) dan 23.695,- (8.84 %).

    Pengeluaran yang memiliki konstribusi cukup kecil bagi rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk bukan makanan adalah pengeluaran untuk keperluan pesta yang hanya sebesar Rp. 3.534,- (1.32 %). Secara lebih jelas, distribuasi rata-rata pengeluaran konsumsi bukan makanan penduduk Kabupaten Paser tahun 2006 dapat dilihat pada tabel 7.3 di bawah ini:

  • =======================================================

    64 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Tabel 7.3 Rata-rata Pengeluaran per Kapita penduduk sebulan Untuk Bukan Makanan menurut Jenis Komoditi Kabupaten Paser,

    Tahun 2008-2009.

    Pengeluaran Rumah Tangga Pengeluaran Bukan Makanan

    2008 2009 1 2 3 Perumahan, Bahan Bakar Penerangan, dan Air 137,961 141,469 Aneka Barang dan Jasa 55,124 45,113 Biaya Pendidikan 18,258 23,695 Biaya Kesehatan 9,903 12,924 Pakaian, Alas Kaki, dan Tutup Kepala 21,787 12,693 Barang Tahan Lama 28,056 12,892 Pajak dan Asuransi 5,312 15,838 Keperluan Pesta dan Upacara dan lainnya - 3,534

    Rata-rata Pengeluaran Bukan Makanan Sebulan 276,401 268,158 Sumber Data : BPS SUSENAS KOR

    c. Distribusi Pendapatan

    Penghitungan distribusi pendapatan biasanya digunakan untuk

    melihat tingkat pemerataan pendapatan. Distribusi pendapatan yang timpang menunjukkan ketidakmerataan pendapatan. Dalam prakteknya sebagaimana dikemukakan sebelumnya penghitungan distribusi pendapatan dilakukan melalui pendekatan distribusi pengeluaran,

  • =======================================================

    65 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    walaupun sebenarnya kedua distribusi ini tidak sama. Hal ini dilakukan karena data pendapatan sangat sulit diperoleh.

    Tabel 7.4. Penduduk Menurut Pengeluaran per Kapita, Tahun 2009

    Golongan Pengeluaran Jumlah Penduduk Persentase

    (1) (2) (3) < 200000 8,220 4.08

    200000-399999 76,191 37.85400000-599999 59,750 29.68600000-799999 29,862 14.83800000-999999 10,664 5.30

    1000000-1199999 6,889 3.421200000-1399999 4,704 2.341400000-1599999 1,582 0.791600000-1799999 938 0.471800000-1999999 621 0.31

    > 2000000 1,872 0.93

    Jumlah 201,293 100.00

    Distribusi pendapatan seperti tampak pada Tabel 7.5 menunjukkan

    bahwa penduduk berpendapatan rendah hanya menikmati 7.06 persen

  • =======================================================

    66 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    dari seluruh pendapatan. Sedangkan penduduk berpendapatan tinggi menikmati 51.30 persen dan penduduk berpendapatan sedang menikmati 41.59 persen. Idealnya menurut kriteria Bank Dunia, 40 persen penduduk berpendapatan rendah menikmati 40 persen pendapatan dan 20 persen penduduk pendapatan tinggi menikmati 20 persen pendapatan. Akan tetapi hal tersebut hampir tidak mungkin dicapai. Bagaimanapun penduduk berpendapatan tinggi mempunyai peluang besar untuk mendominasi perolehan pendapatan.

    Tabel 7.5. Distribusi Pendapatan dan Rata-rata Pendapatan per Kapita, Tahun 2009

    Golongan Pengeluaran U r a i a n 40%

    rendah 40%

    sedang 20% tinggi

    Total

    (1) (2) (3) (4) (5) Distribusi Pendapatan* (persen) 7.06 41.59 51.35 100,00

    Indeks Gini 0.31 Jumlah Penduduk 14.215 83.715 103.363 201.293 PDRN ADHB (Jutaan Rupiah) 650.088 3.829.567 4.728.258 9.207.903

    Pendapatan per Kapita (Jutaan) 3.28 19.3 23.83 46.41

    Catatan : * = Proxy pengeluaran Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

  • =======================================================

    67 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Selain distribusi pendapatan, indikator yang juga digunakan untuk menunjukkan kemerataan pendapatan adalah Indeks Gini. Sama seperti distribusi pendapatan, Indeks Gini pun diperoleh melalui pendekatan terhadap data pengeluaran. Pada tabel tampak indeks Gini sebesar 0.31. Dengan angka ini berarti tingkat kemerataan cukup baik karena berada di bawah 0,50.

  • =======================================================

    68 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    PENUTUP

    Dari berbagai indikator yang diuraikan di atas menunjukkan bahwa keadaan kesejahteraan penduduk Kabupaten Paser dari tahun ke tahunnya semakin membaik. Struktur perekonomian yang ditunjukkan oleh beberapa indikator juga mulai menunjukkan adanya sedikit perubahan.

    Dari sisi demografi dapat dilihat bahwa, laju pertambahan penduduk walaupun mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya, namun peningkatannya relatif cukup kecil. Hal ini membuktikan bahwa keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan jumlah penduduk mulai menunjukkan keberhasilan. Namun demikian, secara kelompok kategori penduduk, penduduk Kabupaten Paser masih tergolong ke dalam kategori kelompok penduduk usia muda. Konsekuensi dari kelompok penduduk seperti ini, angka beban tanggungan penduduk usia produkstif menjadi tinggi. Selain itu juga, tingginya angka beban tanggungan penduduk usia produktif menunjukkan tingginya beban secara ekonomi bagi penduduk usia produktif.

    Sementara itu, angka fertilitas yang ditunjukkan oleh beberapa indikator secara umum relatif kecil. Angka mortalitas, termasuk angka kematian bayi pun relatif lebih kecil jika dibanding dengan angka kematian

  • =======================================================

    69 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    bayi tahun-tahun sebelumnya. Kemungkinan yang menyebabkan kecilnya kedua angka tersebut adalah semakin baiknya mutu pelayanan, sarana, dan prasarana kesehatan. Kecilnya angka kelahiran kemungkinan disebabkan oleh keberhasilan penerapan program KB. Sementara rendahnya angka kematian bayi terjadi oleh karena kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan ibu hamil dan bayinya cukup tinggi. Akibat rendahnya angka kematian, angka harapan hidup penduduk pun semakin meningkat.

    Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan di Kabupaten Paser masih sangat perlu untuk dapat ditingkatkan. Hal ini mengingat, kesehatan merupakan salah satu faktor yang memberikan dampak pada peningkatan sumber daya manusia yang ada di wilayah ini. Rendahnya angka proporsi sarana dan prasarana kesehatan yang ada di wilayah ini merupakan salah satu indikator masih perlunya peningkatan sarana dan prasarana kesehatan di wilayah ini.

    Walaupun secara persentase angka partisipasi sekolah penduduk di Kabupaten Paser mengalami peningkatan, hal ini tidak berarti bahwa semua penduduk telah menikmati pendidikan. Akan tetapi justru masih sangat diperlukan peningkatan dibidang pendidikan terutama peningkatan kualitas dan penanganan penduduk yang putus sekolah.

  • =======================================================

    70 Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA 2010)

    Peningkatan angka partisipasi angkatan kerja dan penurunan angka pengangguran terbuka bukan berarti bahwa penanganan masalah penduduk terutama di bidang ketenagkerjaan dapat diabaikan. Hal ini justru agar dapat lebih ditingkatkan baik dari sisi perluasan kesempatan kerja maupun dari sisi perbaikan penghasilan pekerja