inhnofasies

11
BAB II. ICHNOFACIES II. 1 Definisi ichnofacies Ichnofacies adalah struktur fosil yang terekam dalam sedimen atau substrat lainnya oleh aktifitas organism pada masa lampau. Satu dekade terakhir ichnofacies begitu populer sebagai salah satu perangkat yang begitu berguna dalam analisis lingkungan pengendapan dan stratigrafi. Banyak sekali kasus dalam identifikasi lingkungan pengendapan tidak dapat dilakukan hanya dari karakteristik sedimentologi. Kondisi lingkungan pengendapan yang begitu kompleks ternyata tidak mampu hanya dijabarkan dengan karakter sedimentologi saja tapi harus diintegrasikan dengan karakteristik dari ichnofacies. Ichnofacies telah digunakan sejak dulu hingga sekarang oleh geologist sesuai kebutuhan masing-masing. Menurut Seilacher (1964), ichnofacies adalah terminology yang mencakupi perulangan asosiasi dari fosil jejak sejak Eon Fanerozoikum hingga sekarang pada skala global. Asosiasinya dihubungkan dengan fasies pengendapan dan lingkungan pengendapan. Seilacher (2007) menyatakan bahwa hubungan tersebut dapat dipelajari pada level yang berbeda, dari skala global, umur tersediri, hingga analisa regional dari formasi-formasi khusus dan variasi vertikal maupun lateral pada satu lapisan. Melalui hubungan fosil jejak yang ada dan persebarannya pada lingkungan yang berbeda-beda, kita dapat mengetahui batimetri, salinitas atau kondisi lingkungan, dan bagaimana hubungan tersebut dapat berubah selama sejarah bumi ini berlangsung. Pada pembahasan selanjutnya akan sering ditemui istilah-istilah yang berhubungan dengan karakter substrat yang mana digunakan oleh tracemaker untuk tempat tinggal individu maupun

Upload: wayan-yudistira-syaputra

Post on 26-Nov-2015

82 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

fasies

TRANSCRIPT

BAB II. ICHNOFACIESII. 1 Definisi ichnofacies Ichnofacies adalah struktur fosil yang terekam dalam sedimen atau substrat lainnya oleh aktifitas organism pada masa lampau. Satu dekade terakhir ichnofacies begitu populer sebagai salah satu perangkat yang begitu berguna dalam analisis lingkungan pengendapan dan stratigrafi. Banyak sekali kasus dalam identifikasi lingkungan pengendapan tidak dapat dilakukan hanya dari karakteristik sedimentologi. Kondisi lingkungan pengendapan yang begitu kompleks ternyata tidak mampu hanya dijabarkan dengan karakter sedimentologi saja tapi harus diintegrasikan dengan karakteristik dari ichnofacies. Ichnofacies telah digunakan sejak dulu hingga sekarang oleh geologist sesuai kebutuhan masing-masing. Menurut Seilacher (1964), ichnofacies adalah terminology yang mencakupi perulangan asosiasi dari fosil jejak sejak Eon Fanerozoikum hingga sekarang pada skala global. Asosiasinya dihubungkan dengan fasies pengendapan dan lingkungan pengendapan. Seilacher (2007) menyatakan bahwa hubungan tersebut dapat dipelajari pada level yang berbeda, dari skala global, umur tersediri, hingga analisa regional dari formasi-formasi khusus dan variasi vertikal maupun lateral pada satu lapisan. Melalui hubungan fosil jejak yang ada dan persebarannya pada lingkungan yang berbeda-beda, kita dapat mengetahui batimetri, salinitas atau kondisi lingkungan, dan bagaimana hubungan tersebut dapat berubah selama sejarah bumi ini berlangsung. Pada pembahasan selanjutnya akan sering ditemui istilah-istilah yang berhubungan dengan karakter substrat yang mana digunakan oleh tracemaker untuk tempat tinggal individu maupun berkoloni, yaitu : Soupground untuk sedimen yang basah, belum ada kontak antar butirnya, softground jika sudah ada kontak antar butir sedimen dan masih basah, firmground untuk sedimen yang sudah mengalami kompaksi dan pengurangan air, dan hardground untuk sedimen yang sudah mengalami sementasi sehingga menjadi keras.II. 2. Jenis jenis ichnofacies Secara umum ada dua pengelompokan ichnofacies yang sering digunakan dalam ichnologi : preservational classification dan behavioural classification.

II. 2. A Preservational classification Ekspresi morfologi dari sebuah variasi ichnotaxon berdasarkan pengawetan fosil jejak tersebut pada mudstone atau batupasir, atau pada batas antara keduanya. Pengelompokan fosil jejak menurut Seilacher dilakukan berdasarkan pengawetan dalam relief penuh atau dalam semirelief. Klasifikasi ini juga dibuat untuk pengelompokan kedalaman lingkungan berdasarkan hubungan antara struktur dengan media cetakan, khususnya lapisan batupasir. Kehadiran fosil jejak dalam jumlah besar terjadi pada lapisan bagian atas (top), dan khususnya permukaan batupasir yang sudah tererosi karena tersingkap dipermukaan. Dalam litologi monoton seperti batuserpih (shale) dan batukapur (chalk) dapat ditemukan kehadiran fosil jejak yang signifikan. Dalam beberapa kasus, jejak utuhnya hadir secara eksklusif dalam bentuk relief penuh, meskipun jejak mungkin terlihat jelas pada belahan permukaan. Namun monotonnya kehadiran dari jenis fosil jejak dalam suatu keadaan memberikan nilai kecil pada klasifikasi stratinomik. Preservational classification tidak menggambarkan diagenesa mahluk. Meskipun perkembangan konkresi atau distribusi tidak sempurna dari semen adalah hal yang paling pokok dalam pengawetan fosil jejak, khususnya dimana litologi tidak berubah, fenomena ini belum dikelompokkan menjadi sebuah klasifikasi khusus.

II. 2. B. Ethological classification Fosil jejak adalah bukti nyata dari tingkah laku hewan dan cara paling alami untuk mengelompokkan fosil jejak tersebut berdasarkan pola tingkah lakunya. Ethological classification ditemukan oleh Seilacher (1964) menyajikan maksud dan penggunaan umum deskripsi serta intepretasi fosil jejak.II. 2. B. i Resting traces ( cubichnia ) Struktur ini dibuat oleh hewan vagile yang menggali untuk suatu periode dan kemudian kembali pada rute yang sama. Beberapa mahluk seperti bintang laut melakukan hal ini dengan tujuan untuk menangkap mangsa yang terkubur. Sering kali, cubichnia diproduksi secara endogen oleh hewan tersebut, hidup pada lapisan pasir permukaan dan mengganggu substrat yang tersebar di permukaan tiap kali mereka menggali untuk hidup maupun beristirahat. Banyak bivalve menunjukkan tingkah laku ini.II. 2. B. ii Crawling traces ( repichnia) Struktur ini lebih merefleksikan daya gerak langsung (locomotion) daripada aktifitas lainnya. Hewan pembuat jejak ini tampak hanya berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Hampir sebagian besar fosil jejak ini mengikuti bidang perlapisan. Contohnya adalah trackways dari Diplichnites ispp dan galian sederhana, Cruziana ispp.II. 2. B. iii Grazing traces ( pascichnia ) Dimana jalur jejak atau daya gerak jejak mengikuti jalan kelokan (meandering) atau spiral, itu jelas bahwa hewan telah memanfaatkan sebagian wilayah dari substrat untuk makanan. Grazing trace yang bagus umumnya berada di dasar laut tapi hampir sebagian besar fosil terjadi dilihat dari tingkah laku (behaviour) pada lapisan dibawah dasar laut. Contohnya Phycosphon, Nereites, dan Scolicia.II. 2. B. iv Feeding traces ( fodinichnia ) Katagori ini dikarakteristikkan oleh kombinasi fungsi dari endapan feeding dan tempat tinggal (dwelling). Struktur jejak ini punya beberapa tingkat ketetapan/permanenitas dan morfologinya merefleksikan eksploitasi dari substrat untuk makanan. Contohnya Thalassinoides suevicus, Dactyloidites ottoi, dan Rhizocorallium irregular.II. 2. B. v Dwelling traces ( domichnia ) Struktur ini ditempatkan pada domisili kelompok semi-permanen. Penanda jejak mungkin sebuah pemakan suspensi sessile, karnivora aktif menunggu dalam jebakan, atau makanan cacing di sekitar detritus. Contohnya Skolithos, Ophiomorpha dan Arenicolites.II. 2. B. vi Traps and gardening traces ( agrichnia ) Teratur, pola struktur mempunyai variasi tingkah laku yang signifikan, dikelompokkan dalam graphoglyptids. Bagaimanapun juga, Seilacher (1977) mendemonstrasikan bahwa beberapa struktur ini terlalu rumit untuk disebut Grazing foraging traces. Bentuk kompleks ini menunjukan cabang asli dan oleh karena itu harus ada sebagai galian terbuka untuk kunjungan berkali-kali dari penanda jejak. Contoh klasik dari struktur ini adalah Spirorhaphe dan cosmorhaphe sebagai perangkap dan Paleodictyon serta Helicolithes sebagai kebun. Secara keseluruhan, ada sebuah batas alami dari jebakan bakteri/kuman, via pembiakan kuman/bakteri untuk makanan atau juga pembiakan kumas/bakteri (microbes) sebagai simbian.II. 2. B. vii Predation traces ( praedichnia ) Ekdale (1985) menempatkan fosil jejak dengan tingkah laku mangsa-memangsa pada tempatnya sendiri. Struktur ini biasanya muncul pada substrat yang keras, sebagai lubang galian kerang (Oichnus ispp) dan sebagai kerang yang diganggu pemangsa (durophagy). Gangguan substrat halus sebagai hasil dari predasi tidak mudah untuk dikenal sebagai sebuah rekaman fosil.II. 2. B. viii Equilibrium traces ( equilibrichnia ) Dibawah perubahan gradual agradasi dan degradasi dasar laut, posisi dari binatang infaunal dan galian secara konstan diatur. Kedalaman dimana sebagian besar hewan hidup disertai substrat adalah kritis, dan kontak biasanya bertahan dengan permukaan. Pada tempat dimana akresi terjadi gradual dan galian mahluk endobenthos harus terkorespondensikan pergeserannya secara upward.II. 2. B. ix Escape traces ( fugichnia ) Sedikit spesies endobentik dapat mentolerir penguburan tiba-tiba dengan paket sedimen. Dibawah kondisi-kondisi ini, reaksi panic/kabur/terlepas seperti hewan melarikan diri ke dasar laut yang baru, serta sedimen di- reworked dalam sebuah perubahan perlahan dari suatu sedimen contohnya : Edifices contructed above substrate ( aedificichnia ) Struktur ini dibentuk dari sedimen kurang lebih tersementasi oleh architect. Katagori ini pertama kali diberi nama mud-dauber wasp nest oleh Bown and Ratcliffe (1998) dan telah diaplikasikan untuk kontruksi dari koloni rayap.II. 2. B. x Structures made for breeding purposes ( calichnia ) Katagori ini dibuat untuk mencakupi struktur khusus yang digunakan untuk memelihara larva atau juvenile. Contohnya : sarang lebah dan sarang kumbang scarabeid. Mungkin sarang dinosaurus dan fosil sarang burung pelatuk diletakkan pada katagori ini, namun masih sulit ditentukan antara calichnia dan aedificichnia. Seilacher (1964) memperhatikan bahwa perulangan ichnotaxa tertentu harus punya implikasi paleoenvironmental dan menetapkan konsep ichnofacies pada basis ini. Sebuah ichnofacies adalah sebuah asosiasi dari fosil jejak yang berulang dalam ruang dan waktu, serta secara langsung merefleksikan kondisi lingkungan seperti batimetri, salinitas, dan karakter substrat. II. 2. C Seilacher ichnofacies Mulanya Seilacher (1964) menentukkan enam ichnofacies, diberi nama berdasarkan kesamaan genetika fosil jejak. Empat dari ichnofacies tersebut secara eksplisit berdasarkan pada batimetri : Skolithos, Cruziana, Zoophycos dan Nereites ichnofacies. Yang kelima, Glossifungites ichnofacies, adalah karakteristik dari firmground, dan merefleksikan ketegasan untuk permukaan keras. Keenam, Scoyenia ichnofacies, dikarakteristikan berdasarkan red bed lingkungan non-marine. Ichnofacies dasarnya adalah fasies sedimen yang didefinisikan berdasarkan dari fosil jejak. Dua-duanya mempunyai dua komponen penting dari biological input dan taphonomic loss. Pentingnya dua komponen ini bervariasi pada tiap ichnofacies dimana faktanya dibagi menjadi dua kelompok : kelompok yang karakteristiknya didominasi oleh ekologi dari tracemakers (biofasies) dan kelompok yang dibedakan berdasarkan dasar taphonomik bias (taphofacies). Seilacher (1967) memperkenalkan Scoyenia ichnofacies pada dasar dari rangkaian Triassic red-bed. Bromley dan Asgaard (1991) menyarankan mengabaikan Scoyenia ichnofacies dan menggantinya dengan memperpanjang fasies marin hingga non marin. Fosil jejak sangat membantu dalam dokumentasi perubahan dan level salinitas, tapi salinitas purba diintepretasi berdasarkan ukuran fosil jejak, perbedaan dan kehadiran ichnospesies. Kemudian dari kesimpulan tersebut didapat beberapa ichnofacies, antara lain :

II. 2. C. i Scoyenia ichnofacies Ichnofacies ini meliputi asosiasi firmground pada lingkungan air jernih (freshwater), yaitu pada pasir dan lumpur yang berhubungan dengan shallow lacustrine dan setting fluviatil biasanya subjek untuk subaerial exposure. Fosil jejak mempunyai perkembangan dinding sculpture dalam berbagai tingkatan variasi, dan dicirikan oleh Scoyenia gracilis, Skolithos (Cylindricum) antiquum, Spongeliomorpha carlsbergi dan struktur spreite berbentuk-U, keduanya tergores (Glossifungites) dan tak tergores (Rhizocorallim jenense).II. 2. C. ii Glossifungites ichnofacies Aslinya, ichnofacies ini tidak mempunyai konotasi dengan lingkungan marin. Glossifungites saxicava secara asli digambarkan dari suksesi non-marin, meskipun ini mungkin bahwa lapisan yang mengandung Glossifungites saxicava merepresentasikan lingkungan marin. Umumnya Glossifungites ichnofacies dikenali sebagai fase singgah dari suksesi komunitas bentik seperti permukaan yang hilang berawal dari softground melewati firmground menuju sebuah hardground. Lebih jauh lagi, erosi lokal hingga ekspos sedimen yang terkompaksi sebagai firmground adalah seting mayor untuk ichnofacies ini. Lamanya waktu non-deposisi ditunjukan oleh permukaan yang hilang. Waktu non-deposisi ini memperkenankan perkembangan trace fossil yang direpresentasikan dengan pertumbuhan para tracemaker dari pada pergerakannya. ichnofacies ini berkembang pada kedalaman bathyal pada hardground yaitu lebih dari 300 meter. Contohnya adalah G. saxicava, Spongeliomorpha ispp dan Strophichnus xystus serta Glyphichnus harefeldensis, ichnofacies ini berhubungan dengan Scoyenia ichnofacies.II. 2. C. iii Psilonichnus ichnofacies Ichnofacies ini berkembang pada lingkungan backshore, antara foreshore dan lingkungan darat. ichnofacies ini adalah biofasies, secara luas didasarkan atas data biologi tanpa prasangka (unbias). Bagaimanapun juga, kesamaan kumpulan peng-atributan untuk ichnofacies ini terjadi pada Pleistosen di Georgia dan Bahama, dan juga telah diidentifikasi pada zaman Jurazik di Portugal. Ichnogenus kepiting hantu Psilonichnus hadir di setiap contoh dari tiap zaman.II. 2. C. iv Skolithos ichnofacies Skolithos ini adalah ichnofacies yang dapat digunakan sebagai penanda tinggi-rendahnya level suatu energi gelombang atau arus. ichnofacies ini merepresentasikan keadaan pada lower littoral hingga infralittoral, kondisi energi pengendapan yang relatif sedang hingga tinggi diasosiasikan dengan tekstur butir mud hingga pasir, sortasi baik, perubahan subjek sedimen menuju erosi kasar atau deposisi.Gambar 15. Skolithos ichnofacies (Benton & Harper, 1997) Komunitas modern dalam perubahan butir pasir tidak mengurangi penanda jejak dalam tingkat (tiers) paling atas lapisan. Jejak ini bisa disebabkan oleh bivalve-bivalve pemakan suspensi, worm yang terperangkap, pemakan endapan juga hadir dalam semua pasir lingkungan intertidal. Tipikal struktur ini adalah mempunyai ichnodiversity rendah, densitas rendah, dan orientasi vertikal. ichnofacies menunjukkan evolusi selama phanerozoik, tanpa terkecuali Skolithos ichnofacies. Dalam beberapa kasus Skolithos ichnofacies dapat terjadi hingga laut dalam, namun hal itu disebabkan oleh aktifitas arus contour (thermohaline circulation) pada laut dalam. Bagaimanapun juga, keterjadian Skolithos pada endapan badai berbeda pada endapan turbidit.II. 2. C. v Cruziana ichnofacies Ichnofacies ini dikarakteristikan oleh daerah antara wavebase normal dengan wavebase saat badai. Pada daerah dengan pengendapan yang cepat, bioturbasi mungkin jauh dari sempurna. Aktifitas tingkat paling dalam kemudian tidak punya waktu untuk melenyapkan struktur yang lebih dangkal, dan ichnodiversity mungkin tinggi. Kecepatan sedimentasi mungkin juga menghalangi pendewasaan komunitas, tingkat dalam mungkin tidak ditempati dan kumpulan jejak Zoophicos-Chondrites secara umum tidak akan dijumpai.II. 2. C. vi Rusophycus ichnofacies Pada lingkungan non-marin, kumpulan serupa dari fosil jejak dari Cruziana ichnofacies telah dilaporkan dalam fluvial dan shallow lacustrine, lumpur, lanau, dan pasir halus pada softground. ichnofacies ini didominasi oleh repichnia (Cruziana ispp) dan semua jejak arthropod berjalan seperti Diplichnites dan Multipodichnus) dan cubichnia (Rusophycus ispp).II. 2. C. vii Arenicolites ichnofacies Perulangan kumpulan fosil jejak vertical dikarakteristikan oleh diversitas rendah ditunjukkan oleh Arenicolites ichnofacies. ichnofacies ini diaplikasikan untuk istilah singkat kolonisasi dari lapisan badai dan tubuhpasir lain yang terjadi dalam lingkungan yang tidak layak. Fosil jejak yang muncul biasanya tersusun oleh Thalassinoides (cacing oligochaete) dan Spongeliomorpha (serangga), fluviatil dan marginal lacustrine Skolithos serta arenicolites kecil, kadang-kadang ditemani oleh Polykladichnus dan Diopatrichus.

II. 2. C. viii Zoophycos ichnofacies Karakter ichnofacies ini berada pada lingkungan circalitorral hingga bathyal, kondisi air tenang, kurang atau lebih defisien oksigen, offshore yaitu daerah dibawah wavebase badai hingga daerah laut dalam. Sedimen fosil jejak ini biasanya menunjukkan bioturbasi total. Akumulasi dari lumpur memperbolehkan puncak komunitas untuk berkembang, tersebar dalam banyak tingkatan, dan Zoophycos-Chondrites menempati tingkat (tiers) paling dalam. Lebih jauh lagi, karena fasies ini menempati tingkat paling dalam dengan substrat mengalami pengurangan oksigen, karena itu fosil ini sebagai suatu penanda daerah oxygen-depleted sea floor. Pada pengamatan seri core pada struktur tiers (tingkat) lingkungan bathyal hingga abysal, melewati kedalaman 1000 4000 m dibawah muka air laut, didapat pada kedalaman 4000 m (sea floor) galian Zoophycos sedalam 20 30 cm. fosil jejak ini sering disebut ichnofacies laut dalam.II. 2. C. ix Nereites ichnofacies Seilacher mendefinisikan ichnofacies ini dalam istilah endapan turbidit. Kadang-kadang pasir turbidit menyediakan substrat yang arenaceous untuk komunitas post-event. Setelah itu, jejak ini terkubur dalam sedimen pelagik dan lingkungan lumpur kembali. Dimana fosil jejak ini terlihat, terawetkan dengan buruk, lebih dalam, tingkat (tiers) pre-deposisi terlihat mirip dengan Zoophycos ichnofacies (Seilacher, 1987). Erosional turbidit menjaga tingkat (tiers) paling atas pada komunitasnya, memproduksi setelan pre-deposisional yang mendukung Nereites ichnofacies tersebut. Selain itu substrat pasir yang terbawa dalam endapan turbidit adalah terkolonisasi. Setelan post-deposisional termasuk dalam Nereites ichnofacies. Setelan tersebut secara dekat terhubung dengan Arenicolites ichnofacies, tapi telah dikelirukan dengan sand-based ichnofacies lainnya, contohnya Skolithos ichnofacies.II. 2. C. x Fuersichnus ichnofacies? Fosil jejak ini terdapat pada lingkungan lacustrine dibawah wavebase normal. Fosil jejak ini didominasi oleh Fuersichnus communis, sebuah struktur pemakan deposit yang permukaannya tersusun atas sebuah spreite. Fosil jejak ini mungkin hadir dalam freshwater pasangan untuk Zoophycos ichnofacies marin.II. 2. C. xi Mermia ichnofacies Digambarkan sebagai sebuah kejadian luar biasa dari fosil jejak dalam suksesi danau Carboniferous oleh turbidit. Asosiasi fosil jejak ini didominasi oleh pascichnia, secara garis besar bukan sebuah grazing patterns.