infus kcl

28
PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN STERIL PEMBUATAN SEDIAAN INFUS KCL 0.38 % ISOTONIS CUM GLUCOSA SEBANYAK 100 ML Oleh: Rahma Fatdriyah 112210101063 Novialda Nitiyacassari 122210101089 Annisa Ragdha E.N 122210101097 Putri Kartika Ningsih 122210101105 Haris Raudhatuzakinah 122210101111 BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER

Upload: novialda-nitiyacassari

Post on 21-Dec-2015

2.579 views

Category:

Documents


222 download

DESCRIPTION

Laporan pembuatan infus KCL

TRANSCRIPT

PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN STERIL

PEMBUATAN SEDIAAN INFUS KCL 0.38 % ISOTONIS CUM GLUCOSA

SEBANYAK 100 ML

Oleh:

Rahma Fatdriyah 112210101063

Novialda Nitiyacassari 122210101089

Annisa Ragdha E.N 122210101097

Putri Kartika Ningsih 122210101105

Haris Raudhatuzakinah 122210101111

BAGIAN FARMASETIKA

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER

2015

I. TUJUAN

- Mempelajari cara pembuatan sediaan steril volume besar beserta cara sterilisasinya.

- Mempelajari cara perhitungan isotonis.

- Membuat sediaan yang bebas dari pirogen.

II. PRAFORMULASI

Tinjauan Farmakologi

Efek Utama :

- Untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi kalium

- Sumber ion kalium

- Untuk pengobatan hipokalemia atau hipochloremic alkalis

- Untuk pengobatan keracunan digitalis

Efek Samping : Dosis berlebih dapat menyebabkan hiperkalemia khusunya pada

pasien gangguan ginjal. Gejala-gejalanya meliputi paraesthesia ekstremitas (bagian

kaki/tangan), kelelahan otot, paralisis, cardiac arythmias, heart block, cardiac

arrest, dan kebingungan. Dapat menyebabkan nyeri atau radang pembuluh darah

Kontaindikasi : Pasien dengan konsentrasi kalium plasma lebih dari 5 mmol/liter

KCL merupakan garam kalium yang paling banyak digunakan. Hal ini disebabkan

karena hypochloramic alkalosis yang sering berhubungan dengan hipoglikemia dapat

diatasi dengan ion klorida dari senyawa ini (sweetman, 2002).

Tijauan Sifat Fisika Kimia

a. KCl (DI 88 hal. 1410; Excipient hal 385, FI IV hal. 477; HPE: 572)

Pemerian : Kristal atau serbuk kristal putih atau tidak berwarna, tidak berbau,

tidak berasa atau berasa asin

Kelarutan : 1 : 2,8 dalam air (20OC), 1: 1,8 dalam air (100OC), 1:250 dalam etanol

95% (20OC), 1 : 14 dalam gliserin (20OC), praktis tidak laut dalam aseton dan eter

(20OC). (Handbook of Excipient. 2009. 572)

Stabilitas : Disimpan dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk dan kering, di

bawah suhu 25OC (Handbook of Excipient. 2009.572)

Cara sterilisasi : filtrasi atau autoclave (121OC, 30 menit)

pH : 4-8

Konsentrasi : 2,5-11,5%

Kesetaraan equivalent elektrolit : 1 g KCl ≈ 13,4 mEq K+ ;

Ekuivalen : 0,76 ( Sprowls hal 189)

Inkompatibilitas : Larutkan KCl bereaksi kuat dengan bromine trifluoride dan

dengan campuran H2SO4dan KMnO4. Adanya HCl, NaCl, dan MgCl akan

menurunkan kelarutn KCl dalam air. Larutan intravena KCl inkompatibel dngan

proton hidrolisat (Handbook of Excipient. 2009.573)

Cara penggunaan dan dosis : Konsentrasi kalium pada rute iv tidak lebih dari 40

mEq/L dengan kecepatan 20 mEq/jam (untuk hipokalemia). Untuk

mempertahankan konsentrasi kalium pada plasma 4 mEq/L ( DI 2003 hal 1410).

K+ dalam plasma = 3,5-5 mEq/L ( steril dosage form hal 251). Dosis maksimum

yang dapat diberikan 2-3 mmol /kg selama 24 jam (Sweetman. 2002.1685).

Digunakan secara injeksi intravena dengan dosis 20 mmol kalium dalam larutan

500 ml selama 2-3 jam dengan pmantauan ECO

b. Glukosa (FI IV hal. 300, Martindale 28 hal. 50, DI hal. 1427, Excipient hal. 154)

Pemerian : Serbuk putih, bentuk kristal, rasa manis

Kelarutan : Larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, agak sukar

larut dalam etanol 95% mendidih

E NaCl : 0,16 ( Sprowls hal: 187)

Konsentrasi : 2,5-11,5% untuk IV (DI 2003 hal 2505). 0,5-0,8g/kg/jam (DI hal

1427-1429). Untuk hipoglikemia 20-50 ml (konsentrasi 50%)

Osmolaritas : 5,51% w/v larutan air sudah isotonis dengan serum

Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan, dekstrosa stabil dalam keadaan

penyimpanan yang kering, dengan pemanasan tinggi dapat menyebabkan reduksi

pH dan karamelisasi dalam larutan

OTT : Sianokobalamin, kanamisin SO4, novobiosin Na dan wafarin

Na,Eritromisin, Vit B komplek ( martindale 28 hal: 21)

Sterilisasi : autoklaf

PH : 3,5 – 6,5 (dalam 20%w/v larutan air)

Efek samping : Larutan glukosa hipertonik dapat menyebabkan sakit pada tempat

pemberian (lokal), tromboklebitise, larutan glukose untuk infus dapat

menyebabkan gangguan cairan dan elektrolit termasuk edema, hipokalemia,

hipopostemia, hipomagnesia.

Kontraindikasi : Pada pasien anuria, intrakranial atau intraspiral hemorage

Titik lebur : 83OC

Penggunaan : Larutan glukosa bersifat iso somotik dengan darah pada konsentrasi

5,05% (glukosa anhidrat) dan 5,51% (glukosa monohidrat). Larutan glukosa 5%

sering digunakan pada kondisi kekurangan cairan. Larutan glukosa lebih dari 5%

bersifat hiper osmotik dan biasa digunakan sebagai sumber karbohidrat

(martindale : 1946)

c. HCl (HPE: 166)

Pemerian : Tidak berwarna, berbau khas, pada suhu kamar berbentuk gas yang

tidak berwarna dengan bau menyengat.

Kelarutan : Dapat campur air, larut dalam dietil eter, etanol 95% dan metanol

Penggunaan : Agen pengasam

Stabilitas : Hharus disimpan dalam wadah tertutup, gelas atau wadah inert lainnya

pada suhu di bawah 38˚C. Penyimpanan di dekat alkali terkonsentrasi, logam, dan

sianida

Inkompatibilitas : Asam klorida bereaksi hebat dengan alkali menghasilkan

sejumlah besar panas. Asam klorida juga bereaksi dengan banyak logam,

membebaskan hydrogen

Berat Molekul: 36,46

Keasaman / alkalinitas: pH = 0,1 (10% v / v larutan berair)

Titik didih: 118˚C (campuran didih konstan 20.24% b / b HCl)

Kepadatan: 1.18 g / cm3 pada 28˚C

Titik beku: 248˚C

Indeks bias: nD20 = 1,342 (10% v / v larutan berair)

d. Norit (FI IV hal. 1169, Martindale hal. 79)

Pemerian : Serbuk hitam dan tidak berbau

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam suasana pelarut biasa

Stabilitas : Stabil ditempat yang tertutup dan kedap udara, hindari temperatur

tinggi dan cahaya secara langsung

Inkompatibilitas : Intraksi dengan oksidator kuat, hindari kontak dengan asam

kuat

Kegunaan : Untuk kelebihan H2O2 dalam sediaan

Konsentrasi : 0,1-0,3%

Alasan pemilihan : Norit inert sehingga tidak bereaksi dengan zat aktif

e. Aqua bebas pirogen

Merupakan air murni yang diproses dengan destilasi atau proses pemurnian lain untuk

menghilangkan bahan kimia hasil metabolit mikroba dan pathogen

III. FORMULASI

1. Permasalahan dan penyelesaian

Sediaan tidak boleh mengandung pirogen

Penyelesaian :menggunakan aqua steril bebas pirogen sebagai pelarut, tidak

didiamkan pada udara terbuka lebih dari 4 jam dengan suhu 220 C,

menggunakan norit (carbo-adsorben) untuk menghilangkan pirogen

Pemberian carbo-adsorben dapat menyerapbahan yang termasuk zat organik

Penyelesaian :menambahkan bahan yang berserap dengan jumlah yang kira-kira sama,

misalnya glukosa 95%

Sediaan harus dibebaskan dari carbo-adsorben

Penyelesaian :carbo-adsorben diaktifkan dengan pemanasan 70-800 C (pemanasan

stabilpada ± 100 C), saring dengan kertas saring rangkap dua. Filtrate

dipanaskan dan saring kembali dengan kertas saring pertama. Filtrate

tidak dipanaskan dan saring kembali dengan selapis kertas saring

Perhitungan isotonis dengan menggunakan glukosa sebagai pengganti NaCl

Penyelesaian :menggunakan metode ekivalensi NaCl

Pada formula KCl = 0.57 gram, makaNaCl yang digunakan

adalahsebesar

0.57 gramKCl1gramKCl

= xgramNaCl

0.76 gramNaCl

x = 0.4332 gram NaCl

Larutan isotonis NaCl dalam darah = 0.90 gram/100 ml (sediaan yang

akan dibuat adalah 150 ml), sehingga larutan isotonis dalam darah,

yaitu :

150 ml100 ml

x 0.90 gram = 1.35 gram

NaCl yang dibutuhkan = 1.35 gram – 0.4332 gram

= 0.9168 gram

Ekivalen glukosa = 0.16 (1 gram glukosa ∞ 0.16 NaCl)

Glukosa yang dibutuhkan = 0.9168 gram

0.16 gram x 1 gram

= 5.73 gram

2. Formulasi

R/ KCl 0.38%

Glukosa q.s.

HCl 0.1 N ad pH 5-6

Norit 0.1%

Aqua steril bebas pirogen ad 100 ml

3. Perhitungan berat dan volume

Volume dilebihkan menjadi 150 ml

Penimbangan bahan :

KCl = 150 ml100 ml

x 0.38 gram = 0.57 gram

Norit = 150 ml100 ml

x 0.1 gram = 0.15 gram

Glukosa dilebihkan menjadi 5.7825 gram

4. Cara sterilisasi bahan sediaan yang akan dibuat

Sediaan infuse KCl 0.38% disterilisasi dengan metode filtrasi atau menggunakan autoklaf

pada suhu 1150 C selama 30 menit

IV. PELAKSANAAN

1. Penyiapan Alat

1.1 Alat yang digunakan

No. Nama Alat Jumlah Ukuran Sterilisasi Waktu

1. Kaca arloji 2 3 cm Oven 180°C 30 menit

2. Kaca arloji 2 5 cm Oven 180°C 30 menit

3. Beaker glass 250 ml 1 250 ml Oven 180°C 30 menit

4. Beaker glass 100 ml 1 100 ml Oven 180°C 30 menit

5. Erlenmeyer 100 ml 1 100 ml Oven 180°C 30 menit

6. Erlenmeyer 250 ml 2 250 ml Oven 180°C 30 menit

7 Pengaduk 2 - Oven 180°C 30 menit

8 Pinset 2 - Oven 180°C 30 menit

9 Sendok porselin 2 - Oven 180°C 30 menit

10 Botol infus 100 ml 1 100 ml Oven 180°C 30 menit

11 Pipet tetes 3 - Oven 180°C 30 menit

12 Corong 2 - Oven 180°C 30 menit

13 Kertas Saring 3 - Oven 180°C 30 menit

14 Sumbat karet 1 - Otoklaf 115oC 30 menit

15 Gelas ukur 10 ml 1 10 ml Otoklaf 115oC 30 menit

16 Gelas ukur 100 ml 1 100 ml Otoklaf 115oC 30 menit

17 Tali Qs - Oven 180°C 30 menit

18 Hot plate 1 - - -

1.2 Pencucian alat gelas

1.3 Pencucian karet

Alat dicuci dengan air dan HCl encer

Direndam dalam tepol 1% dan Na2CO3 0,5% (aa) dan dididihkan selama 1 hari

Perendaman diulangi sampai larutan jernih (maksimal 3 kali), kemudian dibilas dengan aquadest

1.4 Pencucian alumunium

1.5 Pengeringan alat

1.6 Pembungkusan alat

2. Cara Kerja

Alat direndam dalam HCl 2% selama 2 hari

Direndam dalam tepol 1% dan Na2CO3 0,5% (aa) dan dididihkan selama 1 hari

Perendaman diulangi sampai larutan jernih (maksimal 3 kali)

Direndam dalam aquadest dan dididihkan dalam

direndam dalam etanol 70% dan air (aa), dibilas, dan diulangi sampai larutan jernih

Alat direndam dalam tepol 1% selang 10 menit

Direndam dalam larutan Na2CO3 5% selama 5 menit

Dibilas dengan aqua panas mengalir

Dididihkan dengan air selama 15 menit, kemudian dibilas

Dididihkan dengan aquadest selama 15 menit, kemudian dibilas dengan aquadest sebanyak 3 kali

Alat dimasukkan ke dalam oven suhu 100-105°C selama 10 menit dalam keadaan terbalik

Oven ditutup rapat untuk menghindari debu selama pengeringan

Semua alat yang telah kering dibungkus dengan alumunium foil

Pembungkusan dilakukan rangkap dua

Kalibrasi botol 150 mL + 2%

Menyetarakan timbangan15

KCl ditimbang sebanyak 0.57 gram, dilarutkan dalam aquadest bebas pirogen tepat larut

Glukosa ditimbang sebanyak 5.7825 gram, dilarutkan didalam aquadest bebas pirogen tepat larut

Larutan glukosa dan larutan KCl dicampur aduk hingga homogen

Ditambah aquadest bebas pirogen sampai volume 120 mL

pH diukur, di adjust ad pH 5-6

Ditambah aquadest bebas pirogen ad 150 mL

Dipanaskan pada suhu 80-90 LC selama 15 menit

Ditimbang norit sebanyak 0.15 gram, masukkan dalam campuran dan aduk hingga merata

V. HASIL PENGAMATAN

Sterilisasi akhir sediaan dengan autoklaf 115 LC selama 30 menit:

1. Waktu pemanasan = 16 menit

2. Waktu pengeluaran udara = 7 menit

3. Waktu menaik = 5 menit

4. waktu kesetimbangan = 10 menit

5. Waktu pembinasaan = 30 menit

6. Waktu tambahan jaminan sterilisasi = 5 menit

7. Waktu penurunan = 8 menit

8. Waktu pendinginan = 15 menit

Total waktu = 96 menit

Proses sterilisasi dimulai dari pukul 14.40 – 16.16 WIB

Panaskan pada suhu 70-80 LC selama 10 menit

Disaring dengan kertas saring rangkap dua dengan menggunakan corong, ditambah aqua bebas pirogen ad 150 ml

Dipanaskan kembali hasil saringan pertama, disaring lagi dengan kertas saring yang sama, filtrat ditampung

Disaring dengan kertas saring yang baru satu lapis, filtrat ditampung

Diambil 102 mL (V' + 2%), dimasukkan dalam botol infus, ditutup dengan karet dan diikat

Sterilisasi dengan autoklaf 115 LC selama 30 menit

Beri label dan etiket

VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan pembuatan sediaan steril infus KCL 0,38% isotonis cum

glukosa sebanyak 100 ml. KCl merupakan senyawa yang digunakan untuk terapi kekurangan

Kalium (hipokalemia). Sediaan ini banyak digunakan karena hypochoraemic alkalosis yang

sering terjadi pada pasien kekurangan kalium (hypokalemia) dapat diatasi dengan ion klorida

dari sediaan ini. Bahan lain yang digunakan adalah glukosa yang berfungsi sebagai agen

tonisitas dan nutrisi parenteral dimana glukosa juga membantu memenuhi kebutuhan glukosa

darah untuk kemudian diubah menjadi energi. Sediaan steril infus KCl 0,38% harus memiliki

sifat isotonis yaitu konsentrasi larutan sama dengan konsentrasi sel darah merah sehingga

tidak terjadi pertukaran cairan antara di plasma dan sel darah. KCl dan glukosa yang

digunakan harus disetarakan dengan larutan NaCl 0,9%. Hal ini dilakukan untuk menghindari

larutan infus bersifat hipotonis ataupun hipertonis.

Dalam FI edisi III di nyatakan persyaratan infus Intravena, yaitu :

1. Sediaan steril berupa larutan atau emulsi.

2. Bebas pirogen.

3. Sedapat mungkin isotonis terhadap darah.

4. Volume netto / volume terukur tidak kurng dari nilai nominal

Salah satu syarat sediaan infus adalah harus bebas pirogen. untuk menghilangkan

pirogen digunakan norit. Norit merupakan salah satu karbon aktif (carboadsorben) yang

digunakan untuk menyerap pirogen yang ada pada sediaan yang kemungkinan terbawa oleh

partikel atau komponen bahan maupun alat yang digunakan. Bahan berupa carbon aktif harus

dipanaskan pada suhu 70O C - 80O C selama 10 menit untuk meningkatkan aktivitas atau

kemampuan mengadsorbsi pirogen. Namun norit tidak hanya menyerap pirogen namun juga

zat organik lainnya. Dalam sediaan ini zat organik tersebut adalah glukosa, untuk mengatasi

hal tersebut maka jumlah glukosa yang digunakan ditambahkan 35% dari berat norit, jadi

jumlah glukosa yang ditambahkan sama dengan jumlah yang diabdsorbsi oleh norit.

Sediaan infus yang dibuat harus bebas dari norit, untuk menghilangkan norit dilakukan

penyaringan sebanyak tiga kali. Penyaringan pertama dan kedua menggunakan kertas saring

rangkap dua dengan kertas saring yang sama, dan penyaringan ketiga dengan kertas saring

rangkap satu. Sediaan infus harus dipanaskan terlebih dahulu hingga suhunya 70O C - 80O C

lalu ditambahkan norit. Setelah itu dipanaskan lagi pada suhu yang sama selama 10 menit,

kemudian sediaan disaring, lalu filtrat dipanaskan lagi selama 10 menit kemudian disaring

kedua kali dengan kertas saring yang digunakan untuk penyaringan yang pertama. Hal ini

diharapkan bahwa sediaan akan semakin berkurang jumlah pirogennya karena dilewatkan

pada kertas saring yang mengandung norit dan untuk menahan norit yang mengadsorbsi

pirogen. Penyaringan ketiga menggunakan kertas saring satu lapis. Hal ini bertujuan untuk

menghilangkan norit total sehingga sediaan terbebas dari norit. Norit harus dihilangkan dari

sediaan infus karena ketika berada dalam sistemik akan menjadi toksik dan bersifat

karsinogenik (menyebabkan kanker).

Sediaan steril infus KCl yang dibuat mengggunakan pelarut aqua steril bebas pirogen.

Digunakan aqua steril bebas pirogen karena sediaan harus masuk sirkulasi sistemik sehingga

diharapkan tidak ada pirogen dalam sediaan atau jumlah pirogen dapat diminimalisir

mendekati nol.

Ada berbagai masalah dalam formylasi sediaan obat tetes mata Clorampenikol 0,5%, adapun masalah sekaligus penyelesaiannya sebagai beriku :

1. Permasalahan : Sediaan tidak boleh mengandung pirogen.

Penyelesaian :Menggunakan aqua steril bebas pirogen sebagai pelarut, tidak

didiamkan pada udara terbuka lebih dari 4 jam dengan suhu 220 C,

menggunakan norit (carbo-adsorben) untuk menghilangkan pirogen.

2. Permasalahan : Pemberian carbo-adsorben dapat menyerapbahan yang termasuk zat

organik.

Penyelesaian :Menambahkan bahan yang berserap dengan jumlah yang kira-kira sama,

misalnya glukosa 95%.

3. Permasalahan : Sediaan harus dibebaskan dari carbo-adsorben.

Penyelesaian : Carbo-adsorben diaktifkan dengan pemanasan 70-800 C (pemanasan

stabilpada ± 100 C), saring dengan kertas saring rangkap dua. Filtrate

dipanaskan dan saring kembali dengan kertas saring pertama. Filtrate

tidak dipanaskan dan saring kembali dengan selapis kertas saring.

4. Permasalahan : Perhitungan isotonis dengan menggunakan glukosa sebagai pengganti

NaCl

Penyelesaian : Menggunakan metode ekivalensi NaCl.

Untuk mengetahui jumlah NaCl yang perlu digunakan maka dihitung dengan

menggunakan metode ekivalensi NaCl.

Pada formula KCl = 0.57 gram, makaNaCl yang digunakan adalahsebesar

=

x = 0.4332 gram NaCl

Larutan isotonis NaCl dalam darah = 0.90 gram/100 ml (sediaan yang akan

dibuat adalah 150 ml), sehingga larutan isotonis dalam darah, yaitu :

x 0.90 gram = 1.35 gram

NaCl yang dibutuhkan = 1.35 gram – 0.4332 gram

= 0.9168 gram

Ekivalen glukosa = 0.16 (1 gram glukosa ∞ 0.16 NaCl)

Glukosa yang dibutuhkan = x 1 gram

= 5.73 gram

Sediaan steril yang telah dibuat dilakukan uji pH sebelum disterilisasi. Dengan

penambahan HCl 0,4 N sebanyak 20 tetes didapatkan pH sebesar 6. Hal ini sesuai dengan

rentang pH yang diharapkan, sebab bila pH sediaan terlalu basa, glukosa dalam sediaan dapat

menjadi karamel, dan jika pH terlalu asam, maka sediaan dapat meniritasi atau merusak sel

karena terjadi gangguan keseimbangan elektrolit.

Larutan glukosa intravena (terutama larutan hyperosmotic, yang juga memiliki pH

rendah) dapat menyebabkan nyeri lokal, iritasi vena, dan tromboflebitis, dan nekrosis jaringan

jika ekstravasasi terjadi. Beberapa di antaranya, reaksi mungkin terjadi karena adanya produk

degradasi setelah autoklaf atau teknik yang buruk dalam memberikan larutan. Infus intravena

dapat menyebabkan gangguan cairan dan elektrolit termasuk hipokalemia, hipomagnesemia,

dan hipofosfatemia. Tujuan utama dari pengaturan pH dalam sediaan infus ini adalah untuk

mempertinggi stabilitas obat, misalnya perubahan warna, efek terapi utama obat, menghindari

kemungkinan terjadinya reaksi dari obat tersebut, sehingga obat tersebut memiliki aktivitas

dan potensi. Selain itu untuk mencegah terjadinya rangsangan atau rasa sakit ketika

disuntikkan. pH yang terlalu tinggi akan menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan pH yang

terlalu rendah akan mengganggu kenyamanan dalam penggunaan obat, yaitu sakit jika

disuntikkan.

Volume sediaan yang dibuat adalah 150 ml. Volume ini dilebihkan 50 ml sesuai

dengan persyartan pembuatan sediaan infus yaitu volume yang dibuat adalah volume yang

diinginkan ditambahkan 50 ml. Sementara volume yang dimasukkan kekemasan adalah 102

ml. Hal ini sesuai dengan persyaratan FI IV dimana untuk cairan encer dengan volume lebih

dari 50 ml ditambahkan 2% dari sediaan yang tertera pada etiket. Hal ini untuk memberi

toleransi kehilangan volume selama proses pemindahan sediaan kedalam kemasan.

Setelah sediaan dimasukkan kemasan yang berupa wadah berbahan kaca atau gelas

dengan penutup berbahan karet. Selanjutnya, dilakukan sterilisasi akhir menggunakan

autoklaf karea bahan obat atau bahan penyusun formula tidak tahan terhadapat sterilisasi pada

suhu tinggi menggunakan oven. Wadah/kemasan yang digunakan juga tahan terhadap

sterilisasi dengan autoklaf. Sterlisasi dilakukan pada suhu 115OC selama 30 menit. Sediaan

infus yang dibuat mengandung glukosa yang pdaa pemanasan lama akan terdegradasi menjadi

5-HMF (Hidroksi Metil Furfural). Berdasarkan (Sweetman:2009), larutan IV glukosa yang

mengandung alkohol 75% dapat disterilisasi pada suhu 115OC selama 45 menit dengan panas

basah (autoklaf) maka sterilisasi dilakukan dengan autoklaf suhu 115OC selama 30 menit.

Sediaan yang telah dibuat disterilisasi akhir dengan sterilisasi basah menggunakan

autoklaf pada suhu 115 ° C selama 30 menit. Metode ini mekanismenya dengan memaparkan

uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada objek, sehingga terjadi

pelepasan energi yang mengakibatkan pembunuhan mikroorganisme secara irreversible akibat

denaturasi atau koagulasi protein sel. Waktu sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 0-115 ° C

disebut waktu pemanasan. Waktu pemanasan dibutuhkan waktu selama 28 menit, yaitu dari

pukul 14.30-14.58. Waktu pengeluaran udara 3 menit ditandai dengan adanya suara yang

dikeluarkan dari autoklaf, yaitu dari pukul 14.58 – 15.01 . Waktu menaik selama 17 menit,

yaitu dari pukul 15.01 – 15.18 . Dan waktu kesetimbangan 10 menit, yaitu dari 15.18 – 15.28.

Waktu pembinasaan selama 30 menit, yaitu dari pukul 15.28 – 15.58. Waktu tambahan

jaminan sterilisasi 5, yaitu dari 15.58 – 16.03. Waktu penurunan selama 2 menit, yaitu dari

pukul 16.03 – 16.05. Waktu pendinginan selama 12 menit, yaitu dari pukul 16.05 – 16.17.

Jadi total waktu yang dibutuhkan pada proses sterilisasi dengan autoklaf adalah selama 107

menit.

VII. KESIMPULAN

1. Sediaan Steril Infus KCl 0.38% diindikasikan untuk terapi kekurangan kalium atau

hipokalemia.

2. Sediaan steril infus KCl 0,38% harus memiliki sifat steril, isotonis, bebas pirogen dan

mikroorganisme, bening.

3. Sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi akhir dengan metode sterilisasi basah suhu

115ºC selama 30 menit

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, 4th ed. Jakarta: UI press.

Depkes R.I. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan

Fluid and Electrolyte Balance, 5th ed, 2012. United Kingdom.

Mark Graber. 2003. Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik. Farmedia. p 95.

Reynolds, 1992. Martindale The Complete Drug Reference, 28th ed. The Pharmaceutical

Press, London.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M.E., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients,

sixth. ed. Pharrmaceutical Press, London.

Sweetman, S., 2009. Martindale The Complete Drug Reference, 36th ed. Pharmaceutical

Press, Loncon.

Tannen RL. 1996. Potassium Disorders. In Kokko & Tannen: Fluids and Electrolytes. 3rd

Edition WB Saunders p 114. 

Wirjoatmodjo, M, Rehidrasi. 1987. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi Kedua, ED Soeparman,

Jakarta: Balai Penerbit FKUI, hal. 8 – 12.

LAMPIRAN

Penimbangan KCl

Penimbang glukosa, campurkan dengan KCl

Penglarutan KCl dan Glukosa

Pengukuran pH

Pemanasan campuran glukosa dan KCl pada suhu 80-90oC selama 10 menit

Penambahan Norit diatas cairan yang teah dipanaskan

Pemanasan campuran setelah penambahan norit

Penyaringan cairan yang telah ditaburi Norit dengan menggunakan kertas saring rangkap dua

Pemanasan filtrat penyaringan pertama

Penyaringan filtrat dengan menggunakan kertas saring satu lapis

Cairan infus yang sudah disaring sebanyak tiga kali dimasukkan kedalam wadah

berbahan gelas dengan tutup yang berbahan karet kemudian disterilisasi dengan menggunakan

autoklaf pada suhu 115oC selama 30 menit

Hasil sediaan infus KCl 0,38% Isotonis cum Glucose