informed consent.docx

6
INFORMED CONSENT Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29 th 2004 Pasal 45 serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun 2008. maka Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Menurut Lampiran SKB IDI No. 319/P/BA./88 dan Permenkes no 585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis Pasal 4 ayat 2 menyebutkan dalam memberikan informasi kepada pasien / keluarganya, kehadiran seorang perawat / paramedik lainnya sebagai saksi adalah penting. Persetujuan yang ditanda tangani oleh pasien atau keluarga terdekatnya tersebut, tidak membebaskan dokter dari tuntutan jika dokter melakukan kelalaian. Tindakan medis yang dilakukan tanpa persetujuan pasien atau keluarga terdekatnya, dapat digolongkan sebagai tindakan melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351. Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu tindakan kedokteran dilaksanakan adalah: 1. Diagnosa yang telah ditegakkan. 2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan. 3. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut. 4. Resiko resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada tindakan kedokteran tersebut. 5. Konsekwensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah alternatif cara pengobatan yang lain. 6. Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran tersebut. Resiko resiko yang harus diinformasikan kepada pasien yang dimintakan persetujuan tindakan kedokteran : a. Resiko yang melekat pada tindakan kedokteran tersebut. b. Resiko yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran, dokter yang akan melakukan tindakan juga harus memberikan penjelasan ( Pasal 11 Ayat 1 Permenkes No 290 / Menkes / PER / III / 2008 ). Penjelasan kemungkinan perluasan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 merupakan dasar daripada persetujuan ( Ayat 2 ). Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi sebelum dimintakan persetujuan tindakan kedokteran adalah:

Upload: rahmi-annisa-syarli

Post on 14-Dec-2014

78 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

INFORMED CONSENT.docx

TRANSCRIPT

Page 1: INFORMED CONSENT.docx

INFORMED CONSENTMenurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29 th 2004 Pasal 45 serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun 2008. maka Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Menurut Lampiran SKB IDI No. 319/P/BA./88 dan Permenkes no 585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis Pasal 4 ayat 2 menyebutkan dalam memberikan informasi kepada pasien / keluarganya, kehadiran seorang perawat / paramedik lainnya sebagai saksi adalah penting.

Persetujuan yang ditanda tangani oleh pasien atau keluarga terdekatnya tersebut, tidak membebaskan dokter dari tuntutan jika dokter melakukan kelalaian.Tindakan medis yang dilakukan tanpa persetujuan pasien atau keluarga terdekatnya, dapat digolongkan sebagai tindakan melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351.

Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu tindakan kedokteran dilaksanakan adalah:1. Diagnosa yang telah ditegakkan.2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.3. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.4. Resiko resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada tindakan kedokteran tersebut.5. Konsekwensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah alternatif cara pengobatan yang lain.6. Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran tersebut.

Resiko resiko yang harus diinformasikan kepada pasien yang dimintakan persetujuan tindakan kedokteran :a. Resiko yang melekat pada tindakan kedokteran tersebut.b. Resiko yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.

Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran, dokter yang akan melakukan tindakan juga harus memberikan penjelasan ( Pasal 11 Ayat 1 Permenkes No 290 / Menkes / PER / III / 2008 ). Penjelasan kemungkinan perluasan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 merupakan dasar daripada persetujuan ( Ayat 2 ).

Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi sebelum dimintakan persetujuan tindakan kedokteran adalah:1. Dalam keadaan gawat darurat ( emergensi ), dimana dokter harus segera bertindak untuk menyelamatkan jiwa.2. Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak bisa menghadapi situasi dirinya.Ini tercantum dalam PerMenKes no 290/Menkes/Per/III/2008.

Tujuan Informed Consent:a. Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.

Page 2: INFORMED CONSENT.docx

b. Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan medik ada melekat suatu resiko ( Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3 )

Tindakan medis yang dilakukan tanpa izin pasien, dapat digolongkan sebagai tindakan melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351 ( trespass, battery, bodily assault ).Menurut Pasal 5 Permenkes No 290 / Menkes / PER / III / 2008, persetujuan tindakan kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang memberi persetujuan, sebelum dimulainya tindakan ( Ayat 1 ). Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran harus dilakukan secara tertulis oleh yang memberi persetujuan ( Ayat 2 ).

Sumber: Buku Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik di Indonesia

Nama: R. Soedradjat WijonomuktiProgram Studi: Fakultas Hukum Program EkstensiJudul: Informed Consent Nefrologi Dokter Pasien Gagal Ginjal DENGAN(Studi Kasus instalasi hemodialisis Rumah Sakit Pantai IndahKapuk)Sebuah perjanjian PADA dasarnya memperinci secara tegas Harus hak murahkewajiban para pihak Dari. Jika Tidak, Akan menimbulkan celah BANYAK SekaliYang dapat mempengaruhi pelaksanaan perjanjian tersebut Dari. Perjanjian Medisatau diinformasikan oleh Yang dilakukan Dokter spesialis Nefrologi DENGANpasien penderita Gagal Ginjal umumnya sama murah biasanya Tanpa Uraian secaraterperinci. UNTUK ITU njaluk Lebih lanjut dilakukan analisis apakah isi perjanjiantersebut memenuhi syarat Sudah Sah perjanjian. Dan apakah perjanjian ITU Telahmelindungi kepentingan para pihak Dari. Penelitian ini bertujuan PADA dasarnyaUNTUK mengetahui keberadaan murah memahami Perjanjian Medis atau informasiDokter spesialis persetujuan ANTARA Nefrologi DENGAN pasien penderita Gagal GinjalDalam, kaitannya DENGAN pemenuhan syarat Sah perjanjian perlindungan murahkepentingan para pihak. Selain ITU Penelitian ini juga bertujuan mengetahui UNTUKmurah memahami Bentuk Yang dapat dilakukan penyelesaian jika terjadi wanprestasiterhadap pelaksanaan perjanjian Kerjasama. METODE Yang digunakan Dalam,Penelitian ini adalah yuridis normatife murah wawancara DENGAN mengutamakanData sekunder berupa bahan Baik Hukum primer, sekunder bahan Hukum murahHukum bahan tersier. Dari Penelitian Yang dilakukan diperoleh hasil bahwaPerjanjian Medis atau diinformasikan oleh Yang dilakukan Dokter spesialisNefrologi DENGAN pasien penderita Gagal Ginjal Telah memenuhi syarat Sahperjanjian. Namun Bila Dilihat Dari substansi Yang diatur Dalam, Perjanjian MedisUraian secara terperinci Tanpa Maka Perjanjian Medis tersebut belum melindungi

Page 3: INFORMED CONSENT.docx

kepentingan para pihak secara Sempurna. Dalam, pelaksanaan perjanjian apabilaterjadi wanprestasi murah menimbulkan sengketa Maka penyelesaian dilakukanmusyawarah mufakat DENGAN.Kata kunci:Perjanjian persetujuan, informasi, wanprestasi

Surat PTM

Dari pengalaman pribadi saya sejak tahun 1983 sampai sekarang, pada umumnya pasien secara otomatis

menandatangai Surat Persetujuan Tindakan Medik (SPTM) yang disebut juga dengan Informed Consent, walaupun

belum ditandatangani oleh dokter dan kadang-kadang juga masih blanko kosong. Hal itu tidak mengherankan karena

lumrah bila teliti membaca pasal demi pasal suatu surat perjanjian yang belum ada formatnya, katakanlah kontrak

rumah tetapi alpa dikala ia tersaji dalam format baku seperti aplikasi kartu kredit.

Adanya SPTM sejalan dengan Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki), Lampiran Kep. Menkes no 434/SK/X/1983

yang menyebutkan hubungan dokter dan pasien sebagai transaksi terapeutik. Ini berarti diantara dokter dan pasien

terjadi suatu persetujuan dimana dokter akan melakukan usaha untuk mengobati pasien dan pasien akan membayar

jerih payah melakukan usaha itu.

Sebagaimana halnya dengan setiap perjanjian harus ada dua pihak yang saling mengikatkan diri. Pasien diatur dalam

pasal IV dari Permenkes no 585/89 yaitu pasien sendiri bila sadar dan sehat mental, serta sudah berumur 21 tahun

atau sudah menikah ataupun selainnya oleh orangtua, wali atau kurator. Dokter diatur dalam Undang-undang Praktek

Kedokteran (UUPK) pasal 36 yang berbunyi, ”Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di

Indonesia wajib memiliki surat izin praktik (SIP).”

Adapun Kitab Undang-undang Hukum Perdata, KUHPer pasal 1320 menyebutkan unsur-unsur perjanjian sebagai

berikut: ” Supaya terjadi persetujuan yang sah perlu dipenuhi empat syarat yaitu: 1. Kesepakatan mereka yang

mengikatkan diri; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu pokok persoalan tertentu; dan 4. Suatu

sebab yang tidak terlarang.”

Apakah mereka itu diatur dalam pasal IV dari Permenkes no 585/89 itu cakap untuk membuat suatu persetujuan

sebagaimana unsur butir dua dari KUHPer pasal 1320?

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) merasa belum cukup hingga keharusan akan informasi yang lengkap dan dimengerti

diamanatkan kepada semua dokter dengan SKB no 319/88 yang dikuatkan dengan Permenkes no 585/89 dan UUPK

pasal 45. Dengan demikian SPTM adalah perjanjian antara dokter dengan pasien yang well informed atau mengerti

sepenuhnya, segala seluk beluk dari usaha pengobatan yang akan dilakukan.

Sama tapi berbeda. Bagi dokter, SPTM itu penting karena merupakan jaminan hukum dalam melakukan usaha

pengobatan. Bagi pasien, kepentingannya terbatas pada informasi yang melengkapinya karena akan menjadi bahan

pertimbangan sebelum mengambil keputusan apakah akan menerima, menolak atau minta pendapat banding.

Informasi itu dapat dibagi dua yaitu spesifikasi tindakan medis (spek) dan kompetensi dokter yang akan melakukan.

Spesifikasi tindakan medik di tulis dalam butir 3 dan 4 KUHPer pasal 1320 yaitu suatu pokok persoalan tertentu yang

tidak terlarang. Masalah utama dari spek adalah perbedaan yang ditimbulkan oleh ragam penyakit.

Mari kita lihat penyakit kanker yang bersifat lokal seperti KPD. Disini, paling kurang yang perlu dijelaskan oleh

dokter dan dimengerti pasien adalah diagnosa, jenis tindakan, tujuannya, indikasi, indikasi kontra, resiko bila

dilakukan dan cara mengatasinya, rencana selanjutnya, prognosa, alternatif tindakan lain dan resikonya, dan akhirnya

resiko bila tidak dilakukan.

dokter pasien

Diagnosa Kanker Daging tumbuh yang ganasJenis tindakan Mastektomi Pengangkatan seluruh payudara hingga dada menjadi datar

Page 4: INFORMED CONSENT.docx

sederhanatujuan paliatif Menghilangkan borok tapi tidak menyembuhkanindikasi (alasan) Stadium IIIB Kanker ibu sudah menjalar ke kulit tapi belum sampai ke alat

yang jauh seperti paru

Indikasi kontra (alasan yang mengharamkannya)

Tidak ada Ibu aman untuk operasi

Resiko bila dilakukan dan cara mengatasinya

seroma Penumpukan darah mati di luka operasi. Bila timbul dapat diatasi dengan melakukan penyedotan cairan itu

Rencana selanjutnya kemoterapi Pemberian obat anti kanker enam kali setiap tiga mingguprognosa 5 year survival

rate 30%Bila ibu datang lebih cepat dapat sembuh tapi sekarang ya tentu tidak sebaik itu tapi lebih baik lho dari pada kalau sudah menjalar sampai ke hati.

Alternatif tindakan lain dan resiko

radiasi Ibu dapat disinar tapi tetap harus di suntik enam kali setiap tiga minggu. Hasil akhirnya hampir sama

Resiko bila tidak dilakukan Metastasis jauh Kanker ibu dapat menyebar ke paru, hati, tulang dlsb

Tabel 1. Informasi minimal untuk KPD.

Masih dalam hal kanker, penyakit yang sistemik seperti limfoma akan berbeda jauh dalam penekanan informasi yang

dibutuhkan. Yang diperlukan oleh mereka adalah segala hal mengenai kemoterapi. Penyakit jantung penekanannya

adalah pada pola makanan pasca operasi. Penyakit mata tentu resiko menjadi buta. Hal yang rumit ini dipersulit pula

ketika pasien tidak bertanya hingga dokter mengira penjelasannya sudah dimengerti. Karena itu tidak ada jalan lain

bagi pasien selain cerewet bertanya sampai benar-benar paham.

Selain spesifikasi tindakan medis pasien juga harus informed dalam kompetensi dokter yang akan melakukannya. Hal

ini tertulis dalam butir 2 KUHPer pasal 1320 yaitu kecakapan untuk membuat suatu perikatan. Kompetensi itu terlihat

dari dua surat yaitu Surat Tanda Registrasi (STR) dari Konsil Kedokteran Indonesia dan Surat Izin Praktek (SIP) dari

Pemerintah Daerah. Walaupun sungkan kedua surat itu, STRdan SIP dapat diketahui adanya dari bagian informasi di

rumah sakit.

Kedua unsur ini penting karena sebagaimana surat perjanjian lainnya SPTM dapat dibatalkan demi hukum (void), bila

terbukti adanya paksaan (dwang), kekhilafan (dwaling) ataupun penipuan (bedrog).

o