infeksi clostridium tetani

Upload: putra300911

Post on 09-Oct-2015

26 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tetanus

TRANSCRIPT

Infeksi Luka yang Mengakibatkan TetanusDian Nurul Hikmah102012292Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat 11470Email: [email protected] Tetanus merupakan penyakit yang serius namun dapat dicegah kejadiannya pada manusia. Walaupun tetanus dapat dicegah dengan imunisasi, tetanus masih merupakan penyakit yang membebani di seluruh dunia terutama di Negara beriklim tropis dan negaranegara sedang berkembang, sering terjadi di brasil, Filipina, Vietnam, Indonesia, dan Negara lain di benua Asia. Karena tetanus merupakan penyakit yang cepat berkembang menjadi fatal, maka kita perlu mengetahui sumber penularannya, pencegahan yang dapat dilakukan, pengobatan dan komplikasi yang dapat timbul.Abstract Tetanus is a serious disease but it can be prevented occurrence in humans. Although tetanus can be prevented by immunization, tetanus is still a disease burden throughout the world, especially in tropical countries and developing countries, often occurs in Brazil, the Philippines, Vietnam, Indonesia, and other countries in Asia. Because tetanus is a disease that rapidly develop into fatal, then we need to find out the source of transmission, prevention can be done, treatment and complications that can arise

Pendahuluan Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang. 1 Tetanus yang juga dikenal dengan lockjaw adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat dan dihasilkan oleh Clostridium tetani yang menginfeksi sistem urat saraf dan otot sehingga saraf dan otot menjadi kaku (rigid). Spora Clostridium tetani biasanya masuk kedalam tubuh melalui luka pada kulit oleh karena terpotong , tertusuk ataupun luka bakar serta pada infeksi tali pusar.3 Tetanus dikarakteristikan dengan kekakuan umum dan kejang kompulsif pada otot-otot rangka. Kekakuan otot biasanya dimulai pada rahang ( lockjaw ) dan leher dan kemudian menjadi umum. Tetanus merupakan salah satu penyakit yang jika tidak segera diobati akan menyebabkan kematian. Luka dapat berukuran besar atau kecil.Pada tahun-tahun terakhir ini, tetanus sering terjadi melalui luka- luka yang kecil.Pada skenario kasus yang dibahas, Tetanus terjadi karena adanya luka robek (Vulnus Laceratum).Luka adalah cedera (injury) atau rudapaksa (trauma) yang terjadi pada setiap jaringan tubuh yang berakibat terputusnya atau discontinuity jaringan.Ada berbagai macam penyebab luka yaitu mekanik, termal, elektris, khemis, dan biologis. Luka robek (Vulnus Laceratum) termasuk dalam macam penyebab luka mekanik.2 Pemeriksaan Untuk dapat menegakan diagnosis suatu penyakit diperlukan kemampuan dan keterampilan dalam melakukan anamnesis dan pemeriksaan pada organ-organ dengan gangguan/kelainan yang diderita atau yang sedang dialami oleh pasien.Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan fisik dan penunjang. Anamnesis a. Menanyakan identitas pasien : nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, umur, suku agama, alamat lengkap, pendidikan, pekerjaan dan status perkawinan. b. Menanyakan keluhan utama : keluhan utama pasien datang untuk berobat : demam, mulut terasa kaku, dan nyeri pada tungkai bawah sebelah kanan. c. Menanyakan riwayat penyakit sekarang : apakah panasnya naik turun atau panasnya tidak pernah turun, sudah berapa lama demam. Apakah sebelumnya pasien pernah terluka atau tertusuk, atau terjatuh dan ada luka ditempat yang kotor. Keluhan-keluhan penyerta : kaku pada mulut, teraba panas dan bengkak pada daerah yang terluka dan dari sela-sela luka yang dijahit keluar nanah. Informasi bisa didapat dari keluarga pasien.d. Riwayat penyakit dahulu : apakah pernah mengalami demam sebelumnya, mengalami kecelakaan dijalan yg kotor dan terdapat luka yang penuh dengan debu dan kotoran, riwayat pemberian ATS (anti tetanus toxoid), apakah pernah menderita riwayat penyakit yang lain dan pernahkah dirawat dirumah sakit. Tanyakan adakah riwayat alergi, riwayat penyakit jantung, ginjal, hati, DM dan penyakit infeksi lain. Riwayat pemberian ulang vaksin DT (dipteri dan tetanus) pada saat dewasa umur 19 tahun.Adakah riwayat penyakit keluarga seperti epilepsi, jantung, ginjal, hepatitis, TBC, alergi.e. Menanyakan riwayat sosial : lingkungan tempat tinggal contohnya tinggal dekat pembuangan sampah atau didaerah yang tidak bersih. Hygiene contohnya pasien tidak pernah bersihkan badannya, saat ada luka pasien tidak pernah merawatnya, apakah perawatan luka menggunakan bahan yang kurang aseptic, sosial ekonomi : bekerja sebagai pemulung, tukang bangunan, rumah didaerah pertenakan. Dari anamnesis, diketahui pasien seorang laki-laki berusia 22 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan demam, mulut terasa kaku, dan nyeri pada tungkai bawah sebelah kanan dan mendapat 27 jahitan oleh seorang petugas kesehatan didesanya.saat dilakukan inspeksi, kulit tungkai kanan berwarna merah , dari sela sela luka yang dijahit keluar nanah.3 Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dapat kita lihat dengan adanya luka dan gejala-gejala yang khas pada penyakit.Pada kasus ini, pasien terlihat sakit sedang, mulut hanya bisa dibuka maksimal 2 jari.Kulit tungkai bawah kanan didaerah luka terdapat nanah.Diagnosis Diagnosis tetanus mutlak didasarkan pada gejala klinis. Tetanus tidaklah mungkin apabila terdapat riwayat serial vaksinasi yang telah diberika secara lengkap dan vaksin ulangan yang telah diberikan. Sekret luka hendaknya dikultur pada kasus yang dicurigai tetanus,namun demikian c tetani dapat diisolasi dari luka pasien tanpa tetanus sering tidak dapat ditmukan dari luka pasien tetanus, kultur yang positif bukan merupakan bukti bahwa organise tersebut menghasilkan toksin dan menyebabkan tetanus. Lekosit mungkin meningkat.pemeriksaan cairan serebrospinl menunjukkan hasil yang normal.Work Diagnosis ( Diagnosis Kerja) Dari skenario kasus yang diperoleh dari anamenis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan, diagnosis kerja yang diperoleh adalah tetanus dan Vulnus laceratum ( luka robek )Diferential Diagnosis (Diagnosis Pembanding) Adapun beberapa penyakit yang gejala-gejalanya mirip dengan tetanus dan Vulnus laceratum ( luka robek ), seperti : Rabies Rabies adalah penyakit infeksi akut susunan saraf pusat pada manusia dan mamalia yang berakibat fatal.Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang termasuk genus Lyssa-virus, family rhabdoviridae dan menginfeksi manusia melalui sekret yang terinfeksi pada gigitan binatang. Keracunan Striknin Keracunan striknin dapat menyerupai tetanus dengan peningkatan eksibilitas neuron akibat gangguan pada inhibisi postsinaps, pengobatan yang sedang berkembang bagi kedua keadaan adalah serupa, dan pemeriksaan biokimia untuk striknin dapat menegakkan diagnosis.4 Meningoencephalitis Pada meningoencephalitis dapat ditemukan dysphagia dan kaku pada leher.9 Juga ditemukan demam dan cairan cerebrospinal yang tidak normal, ditambah dengan tidak adanya trismus merupakan perbedaannya dengan tetanus.5

Terapi Strategi terapi melibatkan tiga prinsip penatalaksanaaan : organisme yang terdapat dalam tubuh hendaknya dihancurkan untuk mencegah pelepasan toksik yang lebih lanjut, toksin yang terdapat didalam tubuh, diluar sistem saraf pusat hendaknya di netraisasi dan efek dari toksin yang telah terikat pada sistem saraf pusat diminimalisasi.EpidemiologiTetanus terjadi secara sporadis dan hampir selalu menimpa individu non imun, individu dengan imunitas parsial dan individu dengan imunitas penuh yang kemudian tidak mempertahankan imunitas secara adekuat dengan vaksinasi ulangan. Tetanus masih merupakan penyakit yang membebani di seluruh dunia terutama di negara beriklim tropis dan negara-negara sedang berkembang, sering terjadi di Brazil, Filipina, Vietnam, Indonesia, dan negara lain di benua Asia. Di negara yang telah maju seperti Amerika Serikat, tetanus sudah sangat jarang dijumpai, karena imunisasi aktif telah dilaksanakan dengan baik di samping sanitasi lingkungan yang bersih, akan tetapi di negara sedang berkembang termasuk Indonesia penyakit ini masih banyak dijumpai, hal ini disebabkan karena tingkat kebersihan masih sangat kurang, mudah terjadi kontaminasi, perawatan luka kurang diperhatikan, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan kekebalan terhadap tetanus.6 Resiko terjadinya tetanus paling tinggi pada populasi usia tua.7 Tetanus dapat merupakan komplikasi penyakit kronis, seperti ulkus, abses dan gangren. Tetanus dapat pula berkaitan dengan luka bakar, infeksi telinga tengah, pembedahan, absorsi dan adanya porte dentre. Port of entry tidak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun dapat diduga melalui: 1. Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar. 2. Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik. 3. OMP, caries gigi. 4. Pemotongan tali pusat yang tidak steril. 5. Penjahitan luka robek yang tidak steril. Etiologi Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif, Clostridium tetani.Bakteri ini berspora dan bersifat obligat anaerob, bukan saja tidak bisa hidup dengan udara tapi bakteri ini juga selalu mati dengan adanya O2, kecuali bila bakteri ini wujud dalam bentuk endospore.Selalu dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia dan juga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut.8 Spora yang dihasilkan tidak berwarna, berbentuk oval, menyerupai drumstick. Spora ini bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun jika ia menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda daging atau bakteri lain, tahan terhadap sinar matahari dan bersifat resisten terhadapa berbagai disinfektan dan pendidihan selama 20 menit. Clostridium tetani tidak bersifat invasif.Kumannya tetap berada di luka. Spora akan menjadi bentuk vegetatif dan eksotoksin akan dibentuk apabila keadaannya memungkinkan yaitu keadaan anaerob yang biasanya terjadi karena adanya jaringan nekrotik, adanya garam kalsium, adanya kuman piogenik lainnya, vaskularisasi yang tersumbat, dan bekas pemotongan tali pusat.9Clostridium tetani menghasilkan neurotoxin, suatu eksotoksin, tetanospasmin yang dilepaskan ketika sel lisis.10 Tetanospasmin bertanggung jawab untuk menimbulkan manifestasi klinik dari tetanus yaitu kejang opistotonus dan kekakuan pada wajah, leher, perut dan anggota gerak. Pada negara belum berkembang, tetanus sering dijumpai pada neonatus, yaitu bakteri masuk melalui tali pusat sewaktu persalinan yang tidak baik, tetanus ini dikenal dengan nama tetanus neonatorum.9Patofisiologi Tetanus dapat terjadi apabila tubuh terkena luka dan luka tersebut kemudian terkontaminasi oleh spora dari Clostridium tetani.10 Bentuk spora dari bakteri akan berubah menjadi vegetatif bila lingkungannya memungkinkan untuk perubahan bentuk tersebut (anaerobic) dan kemudian mengeluarkan eksotoksin yang menyebar ke seluruh bagian tubuh melalui peredaran darah dan sistem limpa. Dua macam eksotoksin yang dihasilkan, yaitu tetanolisin dan tetanospasmin. Kuman tetanusnya sendiri akan tetap tinggal di daerah luka, sehingga tidak ada penyebaran kuman. Gejala klinis timbul sebagai dampak eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan neuromuscular junction serta syaraf otonom. Toksin dari tempat luka menyebar ke motor end plate dan setelah masuk lewat ganglioside dijalarkan secara intraaxonal kedalam sel saraf tepi, kemudian ke kornu anterior sumsum tulang belakang, akhirnya menyebar ke SSP. Manifestasi klinis terutama disebabkan oleh pengaruh eksotoksin terhadap susunan saraf tepi dan pusat. Pengaruh tersebut berupa gangguan terhadap inhibisi presinaptik sehingga mencegah keluarnya neurotransmiter inhibisi yaitu Gama Aminobutyric Acid (GABA) dan glisin, sehingga terjadi eksitasi terus-menerus dan spasme. Kekakuan dimulai pada tempat masuk kuman atau pada otot masseter (trismus), pada saat toxin masuk ke sumsum belakang terjadi kekakuan yang makin berat, pada extremitas, otot-otot bergaris pada dada, perut dan mulia timbul kejang. Bilamana toksin mencapai korteks cerebri, penderita akan mulai mengalami kejang umum yang spontan. Dengan penggunaan diazepam dosis tinggi dan pernafasan mekanik, kejang dapat diatasi namun gangguan saraf otonom harus dikenali dan dikelola dengan teliti. Gejala Klinis :Masa inkubasi 5-14 hari, tetapi bisa lebih pendek (1 hari atau lebih lama 3 atau beberapa minggu). Ada empat bentuk tetanus yang dikenal secara klinis, yaitu10: Localized tetanus (Tetanus Lokal) Pada lokal tetanus dijumpai adanya kontraksi otot yang persisten, pada daerah tempat dimana luka terjadi (agonis, antagonis, dan fixator). Hal inilah merupakan tanda dari tetanus lokal.Kontraksi otot tersebut biasanya ringan, bisa bertahan dalam beberapa bulan tanpa progressif dan biasanya menghilang secara bertahap. Lokal tetanus ini bisa berlanjut menjadi generalized tetanus, tetapi dalam bentuk yang ringan dan jarang menimbulkan kematian. Bisa juga lokal tetanus ini dijumpai sebagai prodromal dari klasik tetanus atau dijumpai secara terpisah.Hal ini terutama dijumpai sesudah pemberian profilaksis antitoksin. Cephalic Tetanus Cephalic tetanus adalah bentuk yang jarang dari tetanus.Masa inkubasi berkisar 12 hari, yang berasal dari otitis media kronik (seperti dilaporkan di India), luka pada daerah muka dan kepala, termasuk adanya benda asing dalam rongga hidung. Generalized tetanus (Tctanus umum) Bentuk ini yang paling banyak dikenal. Sering menyebabkan komplikasi yang tidak dikenal beberapa tetanus lokal oleh karena gejala timbul secara diam-diam. Trismus merupakan gejala utama yang sering dijumpai (50%), yang disebabkan oleh kekakuan otot-otot masseter, bersamaan dengan kekakuan otot leher yang menyebabkan terjadinya kaku kuduk dan kesulitan menelan. Gejala lain berupa Risus Sardonicus (Sardonic grin) yakni spasme otot-otot muka, opistotonus (kekakuan otot punggung), kejang dinding perut. Spasme dari laring dan otot-otot pernafasan bisa menimbulkan sumbatan saluran nafas, sianose asfiksia.Bisa terjadi disuria dan retensi urine, kompressi fraktur dan pendarahan di dalam otot. Kenaikan temperatur biasanya hanya sedikit, tetapi begitupun bisa mencapai 40 C. Bila dijumpai hipertermi ataupun hipotermi, tekanan darah tidak stabil dan dijumpai takhikardia, penderita biasanya meninggal. Diagnosa ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis. Klasifikasi tingkat keparahan tetanus10: Derajat I (ringan) Trismus ringan sampai sedang, spastisitas generalisata, tanpa gangguan pernapasan, tanpa spasme, sedikit atau tanpa disfagia. Derajat II (sedang) Trismus sedang, rigiditas yang Nampak jelas, spasme singkat ringan sampai sedang, gangguan pernafasan sedang dengan frekuensi pernafasan lebih dari 30, disfagia ringan. Derajat III (berat) Trismus berat, spastisitas generalisata, spasme reflex berkepanjangan, frekuensi pernapasan lebih dari 40, serangan apnea, disfagia berat dan takikardia lebih dari 120. Derajat (IV) sangat berat Derajat 4 dengan gangguan otonomik berat melibatkan system kadiovaskular. Hipertensi berat takikardia terjadi berselingan dengan hipotensi dan bradikardia,salah satunya dapat menetap. Komplikasi Komplikasi tetanus dapat terjadi akibat penyakitnya ataupun konsekuensi dari terapinya (terjadi perubahan fisiologi kardiovaskular, ginjal dan respirasi).7-8 Komplikasi pada jalan nafas: Aspirasi* (Spasme otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air didalam rongga mulut karena pasien mengalami disfagia, dan keadaan ini memungkinkan terjadinya aspirasi serta dapat menyebabkan pneumonia aspirasi) Laringospasme/ obstruksi* (karena efek toksin yang menggangu neuromuskular mengakibatkan spasme otot, spasme dapat terjadi pada otot laring). Obstruksi berkaitan dengan sedatif* Komplikasi pada respirasi: Apnea*. Hipoksia*. Gagal nafas tipe 1* (atelektasis, aspirasi, pneumonia). Gagal nafas tipe 2* (spasme laringeal, spasme trunkal berkepanjangan, sedasi berlebihan). ARDS*. Komplikasi bantuan ventilasi berkepanjangan seprti pneumonia. Komplikasi trakeostomi seperti stenosis trakea Komplikasi pada kardiovaskuler: Takikardia*, hipertensi*, iskemia* . Brakikardia*, hipotensi*. Takiartitmia*, brakiaritmia* . Asistol*. Gagal jantung* Komplikasi pada ginjal: Gagal ginjal curah tinggi*. Gagal ginjal oligouria*. Stasis urin dan infeksi Komplikasi pada gastrointestinal: Stasis gastter Ileus Diare Pendarahan*

Komplikasi lainnya: Pernurunan berat badan* Tromboembolus* Sepsis dengan gagal organ multipel* Decubitus Fraktur vertebra selama spasme )dapat terjadi karena kontraksi otot yang sangat kuat pada waktu sedang kejang) Ruptur tendon akibat spasme Penatalaksanaan Strategi terapi melibatkan tiga prinsip penatalaksanaan: organism yang terdapat dalam tubuh hendaknya dihancurkan untuk mencegah pelepasan toksin lebih lanjut; toksin yang terdapat dalam tubuh, di luar sistem saraf pusat hendaknya dinetralisir; dan efek dari toksin yang telah terikat pada sistem saraf pusat diminimisasi.7 Penatalaksanaan umum: Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan peredaran toksin, mencegah spasme otot dan memberikan bantuan pemafasan sampai pulih.7 Dan tujuan tersebut dapat diperinci seperti berikut: 1. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa: membersihkan luka, irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan nekrotik),membuang benda asing dalam luka serta kompres dengan H202 ,dalam hal ini penatalaksanaan, terhadap luka tersebut dilakukan 1-2 jam setelah ATS dan pemberian Antibiotika. Sekitar luka disuntik ATS.2. Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan membuka mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat diberikan personde atau parenteral.3. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap penderita 4. Oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi bila perlu. 5. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.7,10

Obat-obatan yang Biasa Dipakai pada Tetanus:10DiazepamDipergunakan sebagai terapi spasme tetanik dan kejang.mendepresi semua tingkatan sistem saraf pusat, termasuk bentukan limbik dan retikular, mungkin dengan meningkatkan aktivitas GABA, suatu neurotransmittor inhibitori utama.Dosis dewasa : spasme ringan : 5-10 mg oral tiap 4-6 jam apabila perlu. Spasme sedang : 5-10 mg iv apabila perlu. Spase berat :50- 100 mg dalam 500 ml D5 diinfuskan 40 mg per jamDosis pediatrikspasme ringan spasme ringan 0,1-0,8 mg/kg/haridalam dosis terbagi tiga kali atau empat kali sehari. Spasme sedang sampai berat : 0,1-0,3 mg/kg/hari iv tiap 4-8 jam.FenobarbitalDosis obat harus sedemikian rendah sehingga tidak menyebabkan depresi pernafasan. Jika pada pasien terpasang ventilator, dosis yang lebih tinggi diperlukan untuk mendapatkan efek sedasi yang diinginkan.Dosis dewasa : 1 mg/kg/hari tiap 4-6jam tidak melebihi 400 mg per hariDosis pediatrik : 5mg/kg iv dosis terbagi 3 atau 4 hari.BaklofenBaklofen intratekal, relaksan otot kerja sentral telah dipergunakan secara eksperimental untuk melepaskan pasien dar ventilator dan untuk menghentikan infus diazepam. Baklof intratekal 600 kali lebih poten daripada baklofen per orral. Injeksi intratekal berulang bermanfaat untuk mengurangi durasi ventilasi buatan dan mencegah intubasi. Mungkin berperan dengan menginduksi hiperpolarisasi dari ujung aferen dan menghambat refleks monosipnatik dan polisipnatik pada tingkat spinal.keseluruhan dosis baklofen diberikn sebagai bolus injeksi. Dosis dapat diulang setelah 12 jam atau lebih apabila spasme paroksimal kembali terjadi. Pemberian baklofen secara terus menerus telah dilaporkan pada sejumlah kecil pasien tetanus.Dosis dewasa : 55th : 800mcg ITDosis pediatrik : 16th: seperti dosis dewasaDantrolen Dantrolen menstimulasi relaksasi otot dengan memodulasi kontraksi otot pada daerah setelah myoneural dan dengan aksi langsungnya pada otot. Belum disetujui oleh FDA untuk dipergunakan pada tetanus tetapi telah dilaporkan telah dipergunakan pada pasien tetanus.Dosis dewas : 1mg/kg selama 3 jam diulang tiap 4-6 jam apabila perluDosis pediatrik : 0,5 mg/kg iv du kali sehari pada permulaan dapat ditingkatkan sampai 0,5 mg/kg iv 2 atau 4 kali sehari dengan itdak melebihi 100 mg 4kali sehari.Pengobatan menurut Adam .R.D. (1): Pada saat onset 3000 - 6000 unit, Tetanus immune globulin satu kali saja. 1,2 juta unit Procaine penicilin sehari selama 10 hari, Intramuscular. Jika alergi beri tetracycline 2 gram sehari. Perawatan luka, dibersihkan, sekitar luka beri ATS (infiltrasi) Semua penderita kejang tonik berulang, lakukan trachcostomi, ini harus dilakukan tuk mencegah cyanosis dan apnoe. Paraldehyde baik diberikan melalui mulut. Jika cara diatas gagal, dapat diberi d-Lubocurarine IM dengan dosis 15 mg setiap jam sepanjang diperlukan, begitu juga pernafasan dipertahankan dengan respirator. Pengobatan menurut Gilroy: Kasus ringan : Penderita tanpa cyanose : 90 - 180 begitu juga promazine 6 jam dan barbiturat secukupnyanya untuk mengurangi spasme. Kasus berat : 1. Semua penderita dirawat di ICU (satu team ). 2. Dilakukan tracheostomi segera. Endotracheal tube minimal harus dibersihkan setiap satu jam dan setiap 3 hari ETT harus diganti dengan yang baru. 3. Curare diberi secukupnya mencegah spasme sampai 2 jam. Pernafasan dijaga dengan respirator oleh tenaga yang berpengalaman. 4. Penderita rubah posisi/ miringkan setiap 2 jam. Mata dibersihkan tiap 2 jam mencegah conjunctivitis. 5. Pasang NGT, diet tinggi, cairan cukup tinggi, jika perlu 6 1./hari. 6. Urine pasang kateter, beri antibiotika. 7. Kontrol serum elektrolit, ureum dan AGDA. 8. Rontgen foto thorax. 9. Pemakaian curare yang terlalu lama, pada saatnya obat dapat dihentikan pemakaiannya. Jika KU membaik, NGT dihentikan. Tracheostomy dipertahankan beberapa hari, kemudian dicabut/dibuka dan bekas luka dirawat dengan baik.Pencegahan Imunisasi aktif Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali sejak usia 2 bulan dengan interval 4-6 minggu, ulangan pada umur 18 bulan dan 5 tahun (lihat Bab Jadwal Imunisasi). Eliminasi tetanus neonatorum dilakukan dengan imunisasi TT pada ibu hamil, wanita usia subur, minimal 5 x suntikan toksoid. (untuk mencapai tingkat TT lifelong-card). Pencegahan pada luka Luka dibersihkan, jaringan nekrotik dan benda asing dibuang. Luka ringan dan bersih. Imunisasi lengkap : tidak perlu ATS atau tetanus imunoglobulin. o Imunisasi tidak lengkap : imunisasi aktif DPT/DT. Luka sedang/berat dan kotor.o Imunisasi (-)/tidak jelas : ATS 3000-5000 U, atau tetanus immunoglobulin 250- 500 U. Toksoid tetanus pada sisi lain. o Imunisasi (+), lamanya sudah > 5 tahun : ulangan toksoid, ATS 3000-5000 U, tetanus imunoglobulin 250-500 U(3). Prognosis Tetanus dengan masa inkubasi kurang dari 7 hari selalu merupakan tetanus berat dimana interval antara gejala pertama dan spasme generalisata adalah 3 hari atau kurang.Angka kematian pada kasus ini adalah 80%.Sementara tetanus dengan masa inkubasi 7-10 hari dapat berupaa tetanus sedang yang angka kematiannya bervariasi. Tetanus dengan masa inkubasi lebih dari 10 hari biasanya merupakan tetanus ringan, terkadang tidak terjadi spasme generalisata, prognosisnya baik.10 Prognosis tetanus diklasifikasikan dari tingkat keganasannya, dimana : 9 1. Ringan; bila tidak adanya kejang umum ( generalized spsm ) 2. Sedang; bila sekali muncul kejang umum 3. Berat ; bila kejang umum yang berat sering terjadi. Prognosis tetanus neonatus jelek apabila:9-10 Umur bayi kurang dari 7 hari. Masa inkubasi 7 hari atau kurang. Periode timbulnya gejala kurang dari 18 jam. Dijumpai kejang otot. Jika bayi selamat dari tetanus neonatus, terdapat resiko yang meningkat untuk kerusakan otak permanen dengan perkembangan yang terganggu dan kesulitan gerakan motorik.9 Kesimpulan Pemeriksaan tetanus dapat dilakukan dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah, dan diagnosis. Setelah melakukan pemeriksaan barulah dilakukan tindakan pengobatan seperti pemberian globulin anti tetanus, debridemen luka, dan antitoksin tetanus.Jika pasien telah mengalami kejang, maka pasien diberikan obat yang bersifat melemaskan otot dan untuk sedasi digunakan fenobarbital, klorpromazin, atau diazepam. Pada tetanus berat kadang diperlukan paralisis total otot (kurarisasi) dengan mengambil alih pernapasan memakai respirator. Pencegahan dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu perawatan luka yang adekuat dan imunisasi aktif, penggunaan profilaksis antitoksin dan pemberian penisilin. Masa inkubasi dan periode onset (periode awal yaitu masa dari timbulnya gejala klinis pertama sampai timbul kejang) merupakan faktor yang menentukan prognosis. Kematian tertinggi yang diakibatkan oleh tetanus yaitu anak-anak ( balita dan bayi) dan lansia. 10

DAFTAR PUSTAKA1. Yulianto Arie. Luka terkena benda tajam, hati-hati tetanus. Diunduh dari: http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2007/07/luka-terkena-benda-tajam-hati-hati- tetanus. 7 November 2013. 2. Batticaca F.B. Bab 8: Asuhan keprawatan klien dengan tetanus. Jakarta. 2008. P126-127. 3. Brooks A.G, Buthel S.J, Morse A.S. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2007. 4. Henry N, Harun A. Buku ajar blok 12 ilmu bedah. Jakarta: FK Ukrida; 2012. 5. Beverly W. Kamus ringkas kedokteran stedman untuk profesi kesehatan.Edisi 4. Jakarta: EGC; 2005. 6. Bickley S. Lynn. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Edisi 5. Jakarta: EGC; 2008. Hal 15. 7. Sudoyo Aru, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata Marcellus, Setiati Siti. Buku ajar ilmu penyakit dalam.Edisi 5. Jilid III. Jakarta: EGC; 2007. Hal 1777-1785. 8. Ismanoe G. Tetanus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V, Jilid III. Jakarta: Interna Publishing; 2009: Bab 445. 9. Dire DJ. Tetanus [jurnal]: Deparment of emergency medicine. University of Texas-Houston. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/786414-diagnosis. 15 November 2013. 10. Adams. R.D. Tetanus: Principles of New'ology. New York: McGraw-Hill; 2007. H.1205- 1207. 12