induksi persalinan

24
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI SISTEM ENDOKRIN DAN HORMON LABOR INDUCTION Disusun oleh : Golongan 4, Kelompok II Noormatika Rachmawati (FA/07853) ( ) Putri Damai Lestari (FA/07863) ( ) Febriana Trisnaputri Rahajeng (FA/07875) ( ) Keo Veasna (FA/07910) ( ) Shirley Alexander (FA/08015) ( ) Tanggal praktikum : 20 Desember 2010

Upload: fadlydr

Post on 31-Oct-2014

113 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

obgin

TRANSCRIPT

Page 1: Induksi persalinan

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOTERAPI SISTEM ENDOKRIN DAN HORMON

LABOR INDUCTION

Disusun oleh :

Golongan 4, Kelompok II

Noormatika Rachmawati (FA/07853) ( )

Putri Damai Lestari (FA/07863) ( )

Febriana Trisnaputri Rahajeng (FA/07875) ( )

Keo Veasna (FA/07910) ( )

Shirley Alexander (FA/08015) ( )

Tanggal praktikum : 20 Desember 2010

Dosen jaga : Woro Harjaningsih, M.Si. Apt

Asisten jaga :

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK

BAGIAN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2010

Page 2: Induksi persalinan

PRAKTIKUM IV

LABOR INDUCTION

I. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa dapat memahami dan mengevaluasi terapi pada gangguan terhadap kehamilan

dan menyusui, penyakit kandungan, kontrasepsi, serta terapi dengan hormon.

II. DASAR TEORI

Gangguan kehamilan dapat terjadi kapan saja. Bisa pada saat kehamilan muda, atau pada

masa kehamilan mulai menua, selain juga pada saat-saat menjelang persalinan. Setiap masa

dalam kehamilan memiliki jenis gangguannya sendiri-sendiri. Jenis gangguan kehamilan

beragam, dari yang ringan sampai yang berat. Semua jenis gangguan kehamilan dapat diatasi.

Beberapa di antaranya sebetulnya sudah dapat dicegah. Upaya pencegahan dapat dilakukan

selama pemeriksaan kehamilan rutin.

Beberapa jenis gangguan kehamilan, diantaranya adalah :

1. Muntah-muntah

Mual dan muntah merupakan gangguan yang normal bagi wanita hamil, berlangsung

dalam triwulan pertama kehamilan. Namun, jika muntah-muntah terjadi berlebihan

sampai 7 kali dalam sehari, kondisi ibu menjadi lemah, tidak berselera makan, berat

badan menurun, dan nyeri ulu hati. Keadaan demikian tidak boleh dibiarkan. Mintalah

bantuan bidan atau dokter. Kemungkinan ibu hamil sedang mengidap penyakit berat dan

memerlukan perawatan rumah sakit. Kekurangan makanan dan cairan perlu dikoreksi

dengan pemberian cairan infus. Jika tidak dikoreksi, akan berdampak terhadap anak di

kandungan maupun pada diri ibu sendiri.

2. Kehamilan lewat 5 bulan, tak merasa ada gerakan janin

Jika hal ini terjadi maka diperkirakan janin sudah meninggal dalam kandungan. Dokter

dan bidan perlu segera memastikannya. Jika dari pemeriksaan tidak terdengar lagi bunyi

jantung anak, berarti anak memang sudah mati. Bayi mati dalam kandungan harus segera

dikeluarkan. Jika tidak dikeluarkan, dapat mengganggu ibu. Bayi mati di kandungan

lama-lama akan mengering, dan perut ibu semakin susut mengecil. Ibu harus curiga bayi

sudah mati dalam kandungan jika perutnya semakin hari semakin mengempis.

3. Berat badan naik berlebihan

Jika berat badan ibu hamil naik lebih dari 1 kg dalam seminggu perlu diwaspadai,

terkadang disertai tungkai dan mata kaki yang membengkak, tekanan darah meninggi, air

seni keruh, nyeri kepala, dan penglihatan berkunang-kunang. Kemungkinan itu

merupakan gejala dan tanda pre-eclampsia, yang jika dibiarkan akan masuk ke dalam

Page 3: Induksi persalinan

eclampsia, penyakit yang mengancam nyawa ibu maupun anak jika tidak segera

ditanggulangi

.4. Gangguan ginjal

Ibu hamil juga dapat menderita gangguan ginjal. Sering demam-demam, air seni keruh,

tekanan darah mungkin meninggi, sering mual-mual (lagi), atau sampai muntah-muntah,

nyeri kepala, dan mungkin tidak enak di pinggang. Gangguan ginjal pada ibu hamil perlu

segera diobati. Mungkin perlu perawatan rumah sakit.

5. Sering berdebar-debar, sesak napas, dan lekas lelah

Waspadalah jika keluhan tersebut berlangsung terus-menerus, dan kian hari kian

bertambah berat. Jika tadinya keluhan itu muncul hanya pada saat melakukan aktivitas

fisik, namun sekarang tidak melakukan aktivitas fisik pun sudah berdebar dan sesak napas,

kemungkinan ada gangguan jantung dalam kehamilan (vitium cordis). Ibu dengan kondisi

begini memerlukan perawatan khusus di rumah sakit, dan pertolongan khusus pula

sewaktu persalinan.

6. Anemia

Jika wajah pucat-pasi, merah mata dan telapak tangan pucat, lekas lelah, lemah, dan lesu,

kemungkian ibu hamil menderita kurang darah (anemia). Sel-sel darah merah kekurangan

unsur hemoglobin. Pada ibu hamil, anemia sering disebabkan oleh kekurangan zat besi.

Anemia yang berat bisa mengganggu jantung juga. Keluhan sering berdebar pada pasien

anemia kemungkinan karena sudah sampai stadium membebani jantung.

Anemia kekurangan zat besi mudah diatasi dengan pemberian tambahan pil zat besi

(sulfas ferosus), atau tablet penambah zat besi lainnya. Anemia dalam kehamilan berefek

buruk pada kehamilan, selain juga berefek buruk pada janin yang dikandung. Pasokan zat

asam janin kurang dari normal. Gangguan plasenta dan perdarahan pasca-persalinan

sering terjadi pada ibu hamil yang anemia.

7. Gangguan kelenjar gondok

Jika kelopak mata sembab menonjol, tapi bukan sakit mata, jemari gemetar, sering

berdebar-debar walau tidak habis melakukan aktivitas fisik, badan terasa lebih panas

(gerah) dari biasa, dan banyak berkeringat, kemungkinan ini gejala aktivitas kelenjar

gondok di batang leher berlebihan (hyperthyroid

Kelenjar gondok tidak harus membengkak seperti pada penyakit gondok endemik akibat

kekurangan iodium, namun fungsi gondoknya saja yang berlebihan, sehingga

menimbulkan keluhan dan gejala seperti di atas itu. Agar tidak sampai mengganggu

Page 4: Induksi persalinan

kehamilan, maupun janin yang dikandung, gangguan kelenjar gondok pun perlu diatasi.

8. Kencing manis

Ibu hamil dicurigai kencing manis jika bertubuh gemuk, berasal dari keluarga dengan riwayat

kencing manis, mengeluh sering haus terus, banyak berkemih, dan merasa lapar terus. Ibu

hamil dengan kencing manis akan melahirkan anak yang lebih besar dari normal.

Seberapa bisa, kencing manis ibu hamil terkontrol agar tidak berpengaruh buruk terhadap

anak yang dikandung. Pertolongan khusus perlu diberikan untuk bayi yang dilahirkan

dari ibu yang kencing manis.

9. Ibu hamil dengan infeksi

Ibu hamil dengan demam tinggi dan berlangsung lebih dari 3 hari harus dipikirkan

kemungkinan terjadi infeksi. Apa pun penyebab infeksinya, tidak menyehatkan bagi janin

yang dikandung. Dokter perlu memeriksa kalau-kalau infeksinya berefek buruk terhadap

anak.

10. Kejang-kejang

Ibu hamil dengan kejang-kejang tidak boleh dianggap enteng. Kejang-kejang sendiri bisa

disebabkan oleh infeksi selaput otak (meningitis), atau pada otak sendiri (encephalitis).

Namun, paling sering disebabkan oleh penyakit eclampsia seperti sudah dibahas di atas.

Jangan tunda pergi ke dokter, sebab setiap kejang-kejang harus dianggap keadaan yang

serius.

11. Keluar darah dan lendir dari liang rahim

Keluar darah dari liang rahim pada masa kehamilan kurang dari 28 minggu atau 7 bulan,

kemungkinan terjadi keguguran. Ancaman keguguran yang masih awal dapat dibendung

dengan perawatan khusus, agar janin selamat sampai cukup bulan. Namun akan gagal

mempertahankan kehamilan jika perdarahan telanjur banyak dan berlebihan.

Keluar darah pada kehamilan yang lebih tua, kemungkinan ada gangguan pada air-ari.

Keluar darah dapat disertai rasa nyeri mulas melilit di perut bawah, bisa juga tidak.

Keluarnya darah dengan rasa nyeri disertai keluarnya lendir, apalagi jika sampai keluar

air ketuban (menyerupai air seni), tergolong keadaan gawat darurat kehamilan. Ibu harus

segera dilarikan ke rumah sakit, mencegah seberapa mungkin dalam 24 jam kehamilan

masih dapat dipertahankan.

12. Kehamilan terganggu

Jika pada kehamilan muda (6-10 minggu) atau kurang dari dua setengah bulan keluar

perdarahan dari liang rahim, disertai nyeri, mulas melilit di perut bawah, selain

kemungkinan keguguran, dapat juga sebab kehamilan yang terganggu (KET atau

Page 5: Induksi persalinan

Kehamilan Ektopik Terganggu).

Normalnya, kehamilan tumbuh di dalam rongga rahim. Namun, tidak demikian dengan

kehamilan yang tersasar ke tempat tumbuh yang lain. Kehamilan di luar rahim disebut

kehamilan ektopik (ectopic pregnancy), yang dapat terjadi di saluran telur, indung telur,

atau di mana saja di luar rahim. Kehamilan di luar rahim dapat saja selamat sampai

kehamilan cukup bulan, namun lebih sering mengalami gangguan. Jika kehamilan yang

tersasar sampai terganggu, terpaksa anak harus dikeluarkan kendati belum cukup bulan.

13. Keluar darah setelah kehamilan 28 minggu

Jika keluar darah setelah kehamilan 28 minggu atau 7 bulan, kemungkinan ada gangguan

pada ari-ari. Kalau bukan luruhnya ari-ari dari perlekatannya pada dinding rahim (solutio

placentae), kemungkinan lain adalah mengelupasnya sebagian tepi ari-ari dari dinding

rahim lantaran lokasi perlekatannya berada di sekitar mulut rahim (placentae praevia).

Keduanya tergolong gawat darurat yang memerlukan pertolongan rumah sakit segera.

14. Keluar cairan ketuban

Ketuban atau bungkus bayi dalam kandungan tidak boleh pecah sebelum tiba waktunya

persalinan. Jika sampai pecah, berarti cairan ketuban akan tumpah keluar dari liang

rahim, dan anak yang seharusnya terlindung steril di dalamnya terancam bahaya tercemar

oleh bibit penyakit dari dunia luar. Keadaan ini disebut Ketuban Pecah Dini (KPD), yakni

keluar cairan menyerupai air seni tapi tak berbau pesing, sebelum merasa mulas-mulas

tanda awal persalinan.

Kadang-kadang, cairan ketuban tidak bening lagi, melainkan sudah kehijau-hijauan,

tanda sudah terinfeksi kuman dari luar. Infeksi cairan ketuban mengancam janin yang

terbungkus di dalamnya. Ini pun tergolong gawat darurat. Janin perlu diselamatkan agar

tidak sampai menderita infeksi di dalam kandungan ibunya.

Induksi Kehamilan

Induksi persalinan adalah pencetusan persalinan buatan. Augmentasi persalinan

menggunakan teknik dan obat yang sama dengan induksi persalinan, tetapi dilakukan setelah

kontraksi dimulai secara spontan. Biasanya induksi persalinan hanya dilakukan jika ibu

memiliki masalah kebidanan atau jika ibu maupun bayinya memiliki masalah medis. untuk

menentukan kematangan janin secara akurat, sebelum dilakukan induksi, bisa dilakukan

amniosentesis

Pada induksi persalinan biasanya digunakan oksitosin, yaitu suatu hormon yang

Page 6: Induksi persalinan

menyebabkan kontraksi rahim menjadi lebih kuat. hormon ini diberikan melalui infus

sehingga jumlah obat yang diberikan dapat diketahui secara pasti. Selama induksi

berlangsung, denyut jantung janin dipantau secara ketat dengan menggunakan alat pemantau

elektronik. Jika induksi tidak menyebabkan kemajuan dalam persalinan, maka dilakukan

operasi sesar.

Pada augmentasi persalinan diberikan oksitosin sehingga kontraksi rahim bisa

secara efektif mendorong janin melewati jalan lahir. Tetapi jika persalinan masih dalam fase

inisial (dimana serviks belum terlalu membuka dan kontraksi masih tidak teratur), lebih baik

augmentasi ditunda dengan membiarkan ibu beristirahat dan berjalan-jalan.

Kadang terjadi kontraksi yang terlalu kuat, terlalu sering atau terlalu kuat dan

terlalu sering. keadaan ini disebut kontraksi disfungsional hipertonik dan sulit untuk

dikendalikan. Jika hal ini terjadi akibat pemakaian oksitosin, maka pemberian oksitosin

segera dihentikan. diberikan obat pereda nyeri atau terbutalin maupun ritodrin untuk

membantu menghentikan maupun memperlambat kontraksi.

Tahapan : cc dextrose 5%, dicampurkan 5 IU oksitosin sintetik. Cairan oksitosin dialirkan

melalui infus dengan dosis 0.5 mIU sampai 1.0 mIU per menit, sampai diperoleh respons

berupa aktifitas kontraksi dan relaksasi uterus yang cukup baik. Dimulai dari 8 tetes dan

dinaikkan 4 tetes/15 menit. Dengan Maksimal tetesan 40 tetes. Ini semua dilakukan untuk

mendapatkan Kontraksi Rahim yang adekuat sehingga menyebabkan pembukaan jalan lahir.

Evaluasi Keberhasilan Induksi oleh tenaga Medis dapat dilihat dalam score Bishop.

Bila, sudah di induksi dengan Infus Drip 3x tapi tetap tidak ada kemajuan, dikatakan

INDUKSI GAGAL. Dan bila kegagalan persalinan dikarenakan rahim yang tak mau

berkontraksi (POWER), penanganan selanjutnya dapat dilakukan dengan cara Sectio

Caesarea.

III. DESKRIPSI KASUS

Ny Anti (34 tahun) dalam keadaan hamil (G3P2A0), ANC teratur di bidan, diketahui tidak

ada kelainan. Ny Anti masuk rumah sakit dengan keluhan umum perut mules seperti mau

melahirkan, ketuban merembes sejak kemarin (23 jam yang lalu) dan kaki agak bengkak.

Ketika air ketuban merembes, sang suami karena khawatir segera membawa istrinya ke

Rumah sakit terdekat. Di perjalanan sang suami membantu istrinya menenangkan diri dan

belajar bernafas dengan baik untuk memperlancar persalinan dan tidak membuat stress janin.

Sesampainya di rumah sakit, hasil pemeriksaaanya sebagai berikut :

Page 7: Induksi persalinan

Ny Anti umur 34 tahun, G3P2A0, usia kehamilan 37 minggu

TB : 155 cm, BB sebelum hamil : 53 kg, BB sesudah hamil : 60 kg, naik 7 kg

Air ketuban : kuning agak keruh tidak bau, merembes 23 jam yang lalu

Suhu : 36,6 ⁰ C

TD : 135/85 mmHg

Nadi : 80x / menit

RR : 23x / menit

Proteinuria : -

Tidak mual muntah

Tidak sakit kepala

Tidak ada kelainan pada bayi

Penyakit DM, hipertensi, paru, dan jantung disangkal.

Rokok, alcohol, narkoba juga disangkal.

Kontraksi : 1 kali tiap 5 menit

Panggul : cukup untuk melahirkan normal

Bayi tidak mengalami stress = DJJ : 138 x / menit, gerakan aktif, teratur

USG : bayi dalam posisi siap lahir, sudah di panggul, kepala bayi tidak sungsang

Sudah pembukaan 3; 1 jam kemudian tidak ada pembukaan berarti.

Bishop Score pelvic : 8

Diagnosa : kehamilan harus segera diakhiri (induksi labour)

IV. PEMILIHAN OBAT RASIONAL

1. Induksi Labour

a. Oksitosin

Mekanisme aksi : Oksitosin menimbulkan kontraksi ritmik rahim dan efeknya meningkat

dengan meningkatnya umur kehamilan. Dosis kecil akan meningkatkan kekuatan kontraksi,

dosis besar atau dosis berulang akan menimbulkan kontaksi tetanik.

Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap oksitosin. Pada persalinan spontan atau pada

kasus yang membahayakan janin atau ibu seperti placenta praevia atau vasa praevia,

prolaps, hambatan kelahiran mekanik, distres janin/kontraksi hipertonik uterus, predisposisi

uterus ruptur pada multi kehamilan atau multi paritas, polihidramnion, adanya keloid akibat

operase cesar sebelumnya, Pemberian oksitosin jangka panjang tidak dianjurkan pada uterus

inersia resisten, preeklamsi berat dan gangguan kardiovaskuler berat.

Efek samping : Pada ibu Hipotensi, Hipoglikemia, Retensi urin

Page 8: Induksi persalinan

b. Alkaloid ergot

Mekanisme aksi : Mempunyai cara kerja agonis parsial dan/atau aktivitas antagonis

terhadap triptaminergik, dopaminergik dan reseptor alfa adrenergik; tergantung pada

tempat kerjanya. Bersifat stimulan uterin yang aktif, menyebabkan kostriksi pembuluh darah

perifer dan karnial dan menghasilkan depresi pada pusat vasomotor.

Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap ergotamin dan komponen lain dalam sediaan,

hipertensi, alkaloid ergot, dikontraindikasikan dengan inhibitor CYP3A4 (termasuk inhibitor

protease, antifungi golongan azol, dan beberapa antibiotik makrolida) dan ibu hamil.

Efek samping : Pada jantung : tidak ada impuls, bradikardia, fibrosis katup jantung,

cyanosis, edema, perubahan ECG, gangren, hipotensi, iskemia, tekanan prekordial dan

nyeri, takikardia, vasospamus,vertigo, gatal-gatal,mual, muntah, sakit otot, paratesia, lemah,

fibrosis pleuropulmonari, rasa dingin yang berlebihan.

c. Prostaglandin

Mekanisme aksi : Merangsang kontraksi uterus, sehingga mengakibatkan evakuasi isi

uterus.

Kontraindikasi : Hamil, laktasi, hipersensitif terhadap prostaglandin

Efek samping : Hipersensitifitas, glaucoma, sickle cell anemia, hipotensi, stenosis,

bagian dari ari-ari yang tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim karena

dipaksa melahirkan, infeksi, pendarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, perobekan rahim.

2. Terapi suportif (larutan Infus)

Infus NaCl

Mekanisme aksi : Menyediakan ion ekstrasel yang paling penting dalam kadar agar

mendekati fisiologis (menyeimbangkan elektolit dalam tubuh).

Kontraindikasi : -

Efek samping : Pada pemberian dosis besar dapat menyebabkan penumpukan natrium

(hipernatremia), hiperkloremia, dan udem.

Infus Dekstrose

Mekanisme aksi : Memberikan kalori sebagai sumber energi dan menggantikan cairan

yang hilang selama dehidrasi.

Kontraindikasi : Hiperglikemia, diabetes insipidus, sindroma malabsorpsi glukosa-

Page 9: Induksi persalinan

galaktosa, anuria, perdarahan intrakranial atau intraspinal.

Efek samping : Pada injeksi glukosa khususnya yang hipertonik mungkin pH-nya

rendah dan dapat menimbulkan iritasi vena dan tromboflebitis.

V. EVALUASI OBAT TERPILIH

Induksi persalinan

Ethica® (komposisi : oxytocin)

Dosis : Awal = 5 IU secara iv dalam 500 ml dextrose 5%. Kecepatan infuse 4

miliunit/menit (8 tetes/menit)

30 menit setelahnya = kecepatan infuse dinaikkan menjadi 8 miliunit/menit (16 tetes/menit)

30 menit setelahnya = dinaikkan lagi menjadi 12 miliunit/menit (24 tetes/menit)

Setelah terjadi respon pada dosis ini, kecepatan infuse dipertahankan sampai bayi lahir

Durasi : 3 jam

Interaksi obat : prostaglandin, anestesi inhalasi, vasokonstriktor.

Perhatian : -

Analisis biaya : 10 IU/ml x 1 ml x 10 = Rp.29.150,-

Alasan pemilihan obat :

Oksitosin memiliki t1/2 yang pendek yaitu 3 menit sehingga dapat terjadi peningkatan

kontraksi uterus segera setelah pemberian.

Terapi Suportif

Dextrose 5% EURO-MED

Dosis : 3 ml/kgBB/jam = 180 ml/jam

Durasi : 5 hari

Interaksi obat : -

Perhatian : asidosis laktat, gangguan ginjal, sepsis berat

Analisis biaya : 5% x 1 L x 12 = Rp.8.000,-

29 kantung 1 L = Rp 17.600,-

Alasan pemilihan obat

Paling kompatibel dengan oksitosin serta dapat menambah kalori untuk pasien.

VI. PEMBAHASAN

Induksi kelahiran/induksi labor pada pasien (Ny.Anti) diindikasikan karena dengan

menggunakan penilaian dari bishop score pelvic, didapatkan nilai score = 8 yang berarti harus

Page 10: Induksi persalinan

dilakukan terminasi kehamilan. Penilaian dengan score pelvic dilakukan dengan

memperhatikan posisi janin dan kondisi serviks. Selain itu bila tidak dilakukan terminasi

kehamilan atau induksi labor, maka dikhawatirkan terjadi peningkatan resiko infeksi, hal ini

dikarenakan pecahnya ketuban yang dimana dapat menjadi media pertumbuhan

mikroorganisme yang dapat membahayakan pasien. Pecahnya ketuban terjadi 23 jam

sebelum pasien dirujuk ke rumah sakit.

Induksi kelahiran dilakukan dengan menggunakan oksitosin iv yang dicampurkan pada

infuse dextrose 5%, berdasarkan Handbook of Injectable Drug, campuran ini kompatibel.

Dosis yang digunakan untuk pasien dinaikkan secara bertahap setiap 30 menit, hal ini

dilakukan karena pada dosis pertama tidak menghasikan respon yang berarti dan terlihat

respon yang diinginkan adalah pada dosis 12 miliunit/menit, respon berupa kontraksi pada

uterus pasien. Dosis ini dipertahankan hingga 12 jam pada saat bayi lahir. Alasan pemilihan

oksitosin adalah karena memiliki t-1/2 yang pendek (sekitar 3 menit) sehigga respon dapat

segera dihasilkan setelah pemberian. Sedangkan, Ergot alkaloid dapat digunakan sebagaI

alternative piihan untuk induksi kelahiran, tetapi karena kontraksi yang dihasilkan terlalu

keras dan lama sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu janin dan uterus. Selain itu,

prostaglandin juga dapat digunakan sebagai induksi labour, tapi karena efek pada fetal belum

diketahui maka keamanannya masih belum bisa dipastikan.

Terapi tambahan yang diberikan pada pasien dalam tatalaksana induksi kelahiran ini

adalah pemberian infuse dengan tujuan untuk mengganti kalori maupun cairan tubuh yang

hilang selama proses persalinan. Hal ini penting dilakukan agar pasien tetap memiliki nutrisi

atau sumber tenaga yang cukup untuk melewati proses persalinannya, karena pemberian

asupan nutrisi secara oral tidak dimungkinkan. Infuse yang digunakan adalah infuse dextrose

5%. Dipilihnya infuse dextrose karena kompatibel dengan oksitosin. Penggunaan infuse NaCl

dapat menyebabkan udem, sehingga dextrose lebih dipilih dibanding infuse NaCl.

VII. MONITORING

Sebelum partus :

1. Suhu tubuh setiap 2 jam

2. Pembukaan setiap 1 jam

3. Tekanan darah setiap 2 jam

4. Rasa nyeri yang mungkin terjadi pada kepala, perut bagian kanan atas atau pada

Page 11: Induksi persalinan

bagian epigastrum setiap 1 jam

5. Produksi urin setiap 1 jam

Pasca partus :

1. Suhu badan sehari sekali selama di RS

2. Tekanan darah sampai jam ke-6 pasca partus

3. Kadar protein dalam urin 1 bulan pasca partus

4. Kondisi udem tubuh setiap hari

5. Produksi urin sehari sekali sehari selama di RS

Bayi :

1. Denyut jantung setiap 6 jam

2. Respiratory rate (RR) setiap 6 jam

3. Suhu tubuh setiap 6 jam

VIII. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi

1. Sebelum kelahiran anjurkan ibu untuk berbaring miring ke kiri agar bayi tidak

terhimpit plasenta.

2. Anjurkan ibu untuk mengganjal kaki dengan bantal dengan posisi kaki agak tinggi

apabila terdapat udem kaki.

3. Jelaskan alasan dilakukan induksi kelahiran kepada ibu dan keluarga.

4. Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan dan

kelahiran bayinya. Dukungan dari suami, orang tua, dan kerabat yang disukai ibu

sangat diperlukan dalam menjalani proses persalinan.

5. Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya membantu ibu untuk

berganti posisi, melakukan rangasangan taktil, memberikan makanan dan minuman,

teman bicara, dan memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan

melahirkan bayinya.

6. Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan

anggota keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan

atau kelahiran bayi kepada mereka.

7. Tenteramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani persalinan. Lakukan

bimbingan dan tawarkan bantuan jika deperlukan.

8. Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat melahirkan.

Page 12: Induksi persalinan

9. Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu untuk mengejan apabila ada dorongan kuat

dan spontan untuk mengejan. Jangan menganjurkan untuk mengejan berkepanjangan

dan menahan napas. Anjurkan ibu untuk beristirahat saat berkontraksi

10. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya setelah lahir. Dapat merangsang oksitosin otak

untuk mengeluarkan plasenta.

11. Anjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi untuk mengembalikan kondisi ibu

setelah melahirkan.

IX. KESIMPULAN

1. Pasien didiagnosa harus melakukan terminasi kehamilan karena bila proses persalinan

lebih lama lagi, dapat membahayakan ibu maupun janin.

2. Obat yang digunakan untuk menginduksi persalinan adalah oksitosin (Ethica®)

4. Sedangkan untuk memperbaiki kondisi tubuh digunakan larutan infus dextrose 5%

(Dextrose 5% Euro-med®) agar mengganti kalori maupun cairan tubuh yang hilang.

5. Monitoring yang perlu dilakukan mencakup monitoring pada kondisi ibu serta

janin/bayi.

6. KIE yang penting yaitu mencoba membuat pasien (ibu) lebih rileks dalam melewati

proses persalinan serta pada keluarga perlu disampaikan agar mendampinginya untuk

meningkatkan hasil persalinan.

X. JAWABAN PERTANYAAN

1. Jika umur janin masih kurang dari 36 minggu, tetapi sudah pecah ketuban, bolehkah

dilakukan induksi labor? (Murojil)

Jawab: jika ketuban sudah pecah sebelum minggu ke-36, berarti sudah terjadi

premature rupture membrane. Keadaan seperti ini adalah salah satu indikasi untuk

dilakukannya induksi labor.

2. Apakah ada obat untuk meredakan rasa sakit akibat induksi labor? (Lucia)

Jawab: persalinan dengan induksi labor memang rasanya akan lebih sakit jika

dibandingkan dengan persalinan normal. Secara khusus, tidak ada obat yang

digunakan untuk mengurangi rasa sakitnya. Jika memang ibu tidak dapat menahan

rasa sakit karena induksi labor, mungkin dapat direkomendasikan beberapa alternatif

untuk persalinan, seperti water birth atau bedah caesar.

3. Apakah water birth dapat diaplikasikan pada janin dengan induksi labor? (Elisabeth)

Page 13: Induksi persalinan

Jawab: water birth tetap dapat dilakukan pada janin yang diinduksi labor. Oksitosin

yang digunakan untuk induksi labor diberikan melalui infus intravena, sehingga tidak

mengganggu proses persalinan, meskipun dilakukan dengan water birth. Water birth

malah akan sangat menguntungkan, karena dapat mengurangi rasa nyeri saat

persalinan.

4. Bagaimana jika induksi labor tidak berhasil? (Suhaine)

Jawab: dilakukan titrasi dosis oksitosin sampai dosis maksimal. Jika tetap tidak ada

perubahan gejala pada ibu, maka dapat direkomendasikan untuk dilakukan bedah

caesar, karena janin juga tidak baik jika terlalu lama ada di dalam rahim.

5. Mana yang lebih baik, induksi labor atau bedah caesar? (Suhaine)

Jawab: tergantung dari pilihan si ibu. Jika ibu dapat menahan rasa sakit dan

menginginkan persalinan secara normal, maka induksi labor dapat dilakukan. Akan

tetapi, jika ibu tidak tahan sakit, maka dapat dilakukan bedah caesar.

6. Ada kasus seorang ibu yang sudah hamil 4 kali, dan pada bulan ke-7 selalu

keguguran. Bagaimana cara edukasinya? (Check)

Jawab: kejadian seperti ini disebut dengan Intra Uterin Fetal Death (IUFD), yaitu

kematian janin dalam kandungan yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20

minggu atau pada trimester kedua. Penyebabnya antara lain adalah:

a. Hipertensi atau tekanan darah tinggi

b. Preeklampsia dan eklampsia

c. Perdarahan

d. Kelainan kongenital (bawaan) bayi

e. Ketidakcocokan golongan darah ibu dan janin

f. Janin yang hiperaktif

g. Gawat janin

h. Kehamilan lewat waktu (postterm)

i. Infeksi saat hamil

j. Kelainan kromosom (http://hilalahmar.com/artikel/kematian-janin-dalam-

kandungan)

7. Bisakah induksi labor dilakukan dengan vacum? (Lathifa)

Jawab: induksi labor tidak dapat dilakukan dengan vakum, karena ada perbedaan

indikasi untuk keduanya. Indikasi untuk dilakukan kelahiran dengan vakum adalah

indikasi pada ibu, misalnya, karena persalinan yang lama, ibu menderita penyakit

tertentu seperti jantung, darah tinggi (hipertensi), terutama dengan kejang-kejang

Page 14: Induksi persalinan

(pre-eklampsia). Begitu pula jika ibu memiliki bekas operasi. Sedangkan indikasi

pada anak, bila terjadi gawat janin, denyut jantung janin lebih atau kurang dari

normal. Sedangkan syarat-syaratnya adalah tidak adanya disproporsi kepala panggul,

pembukaan sudah lengkap, serta ketuban negatif atau sudah pecah (tak ada lagi).

pada kasus kali ini, induksi labor dilakukan karena ibu sudah sampai pada pembukaan

3 dan tidak ada perkembangan setelahnya. Jadi, penggunaan vakum tidak dapat

diaplikasikan karena tidak memenuhi syarat untuk melahirkan dengan vakum

(pembukaan belum lengkap) (http://www.hypno-birthing.web.id/?p=180)

8. Kapan infus mulai diberikan? (Azatul)

Jawab: segera setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium pada ibu. Pada

saat pemberian oksitosin, sampai selama pasien berada di rumah sakit. Pada

pemberian oksitosin dilakukan pencampuran dalam infuse glukosa yang diberikan

pada pasien.

9. Ibu ini hamil anak keberapa? Apakah ada efeknya jika seorang ibu hamil pada usia

tua? (Ahmath)

Jawab: G3P2A0, artinya si ibu sedang hamil anaknya yang ketiga (G3), sebelumnya

pernah hamil dua kali (P2), dan tidak pernah mengalami abortus (A0)

Usia yang paling aman pada wanita untuk hamil dan melahirkan adalah sekitar usia

20-30 tahun. Pada usia ini wanita dalam keadaan optimal, dengan kata lain, angka

morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi yang terjadi akibat kehamilan dan

persalinannya paling rendah. Dengan bertambahnya umur, jumlah sel telur semakin

sedikit, kemampuan rahim untuk menerima embrio juga menurun.

(http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2007/06/rawankah-hamil-di-usia-tua)

10. Apakah induksi labor bisa dilakukan pada janin kembar? (Suraiyya)

Jawab: bisa, asalkan kondisi ibu dan janin telah memenuhi syarat untuk dilakukannya

induksi labor.

11. Bagaimana cara mengatasi hipoksia pada bayi? (Fauzia)

Jawab: pemberian oksigen pada bayi sampai gejala hipoksianya hilang, (dimasukan

pada inkubator)

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: Induksi persalinan

Anonim, 2007, MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 7, Info Master, Jakarta.

Anonim, 2008, Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 43, Penerbit Ikatan Sarjana

Farmasi Indonesia, Jakarta.

Dipiro, Joseph T., et al, 2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach Seventh

Edition, Mc Graw-Hill, New York.

Katzung, B., 2001, Farmakologi Dasar dan Klinik, diterjemahkan oleh Prof. Dr. Hazwar,

Edisi II, 158-180, EGC, Jakarta

Lacy, Charles F., et al (Ed.), 2008, Drug Information Handbook 17th Edition, Lexi-Comp,

Hudson.

Muchid, Abdul, dkk, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus,

Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Sukandar, dkk, 2008, ISO Farmakoterapi, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta.

Tjay, Tau Hoan, Kirana Rahardja, 2002, Obat-Obat Penting: Khasiat. Penggunaan, dan

Efek-Efek Sampingnya Edisi V, Elex Media Computindo, Jakarta.

Wells, Barbara G., et al, 2009. Pharmacotherapy Handbook Seventh Edition. New York: Mc

Graw-Hill.

Yogyakarta, 26 Desember 2010

Dosen jaga Praktikan (ketua kelompok)

Woro Harjaningsih, Sp.FRS, Apt. Febriana T.R.

Page 16: Induksi persalinan