induksi persalinan
DESCRIPTION
obginTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
FARMAKOTERAPI SISTEM ENDOKRIN DAN HORMON
LABOR INDUCTION
Disusun oleh :
Golongan 4, Kelompok II
Noormatika Rachmawati (FA/07853) ( )
Putri Damai Lestari (FA/07863) ( )
Febriana Trisnaputri Rahajeng (FA/07875) ( )
Keo Veasna (FA/07910) ( )
Shirley Alexander (FA/08015) ( )
Tanggal praktikum : 20 Desember 2010
Dosen jaga : Woro Harjaningsih, M.Si. Apt
Asisten jaga :
LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK
BAGIAN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2010
PRAKTIKUM IV
LABOR INDUCTION
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat memahami dan mengevaluasi terapi pada gangguan terhadap kehamilan
dan menyusui, penyakit kandungan, kontrasepsi, serta terapi dengan hormon.
II. DASAR TEORI
Gangguan kehamilan dapat terjadi kapan saja. Bisa pada saat kehamilan muda, atau pada
masa kehamilan mulai menua, selain juga pada saat-saat menjelang persalinan. Setiap masa
dalam kehamilan memiliki jenis gangguannya sendiri-sendiri. Jenis gangguan kehamilan
beragam, dari yang ringan sampai yang berat. Semua jenis gangguan kehamilan dapat diatasi.
Beberapa di antaranya sebetulnya sudah dapat dicegah. Upaya pencegahan dapat dilakukan
selama pemeriksaan kehamilan rutin.
Beberapa jenis gangguan kehamilan, diantaranya adalah :
1. Muntah-muntah
Mual dan muntah merupakan gangguan yang normal bagi wanita hamil, berlangsung
dalam triwulan pertama kehamilan. Namun, jika muntah-muntah terjadi berlebihan
sampai 7 kali dalam sehari, kondisi ibu menjadi lemah, tidak berselera makan, berat
badan menurun, dan nyeri ulu hati. Keadaan demikian tidak boleh dibiarkan. Mintalah
bantuan bidan atau dokter. Kemungkinan ibu hamil sedang mengidap penyakit berat dan
memerlukan perawatan rumah sakit. Kekurangan makanan dan cairan perlu dikoreksi
dengan pemberian cairan infus. Jika tidak dikoreksi, akan berdampak terhadap anak di
kandungan maupun pada diri ibu sendiri.
2. Kehamilan lewat 5 bulan, tak merasa ada gerakan janin
Jika hal ini terjadi maka diperkirakan janin sudah meninggal dalam kandungan. Dokter
dan bidan perlu segera memastikannya. Jika dari pemeriksaan tidak terdengar lagi bunyi
jantung anak, berarti anak memang sudah mati. Bayi mati dalam kandungan harus segera
dikeluarkan. Jika tidak dikeluarkan, dapat mengganggu ibu. Bayi mati di kandungan
lama-lama akan mengering, dan perut ibu semakin susut mengecil. Ibu harus curiga bayi
sudah mati dalam kandungan jika perutnya semakin hari semakin mengempis.
3. Berat badan naik berlebihan
Jika berat badan ibu hamil naik lebih dari 1 kg dalam seminggu perlu diwaspadai,
terkadang disertai tungkai dan mata kaki yang membengkak, tekanan darah meninggi, air
seni keruh, nyeri kepala, dan penglihatan berkunang-kunang. Kemungkinan itu
merupakan gejala dan tanda pre-eclampsia, yang jika dibiarkan akan masuk ke dalam
eclampsia, penyakit yang mengancam nyawa ibu maupun anak jika tidak segera
ditanggulangi
.4. Gangguan ginjal
Ibu hamil juga dapat menderita gangguan ginjal. Sering demam-demam, air seni keruh,
tekanan darah mungkin meninggi, sering mual-mual (lagi), atau sampai muntah-muntah,
nyeri kepala, dan mungkin tidak enak di pinggang. Gangguan ginjal pada ibu hamil perlu
segera diobati. Mungkin perlu perawatan rumah sakit.
5. Sering berdebar-debar, sesak napas, dan lekas lelah
Waspadalah jika keluhan tersebut berlangsung terus-menerus, dan kian hari kian
bertambah berat. Jika tadinya keluhan itu muncul hanya pada saat melakukan aktivitas
fisik, namun sekarang tidak melakukan aktivitas fisik pun sudah berdebar dan sesak napas,
kemungkinan ada gangguan jantung dalam kehamilan (vitium cordis). Ibu dengan kondisi
begini memerlukan perawatan khusus di rumah sakit, dan pertolongan khusus pula
sewaktu persalinan.
6. Anemia
Jika wajah pucat-pasi, merah mata dan telapak tangan pucat, lekas lelah, lemah, dan lesu,
kemungkian ibu hamil menderita kurang darah (anemia). Sel-sel darah merah kekurangan
unsur hemoglobin. Pada ibu hamil, anemia sering disebabkan oleh kekurangan zat besi.
Anemia yang berat bisa mengganggu jantung juga. Keluhan sering berdebar pada pasien
anemia kemungkinan karena sudah sampai stadium membebani jantung.
Anemia kekurangan zat besi mudah diatasi dengan pemberian tambahan pil zat besi
(sulfas ferosus), atau tablet penambah zat besi lainnya. Anemia dalam kehamilan berefek
buruk pada kehamilan, selain juga berefek buruk pada janin yang dikandung. Pasokan zat
asam janin kurang dari normal. Gangguan plasenta dan perdarahan pasca-persalinan
sering terjadi pada ibu hamil yang anemia.
7. Gangguan kelenjar gondok
Jika kelopak mata sembab menonjol, tapi bukan sakit mata, jemari gemetar, sering
berdebar-debar walau tidak habis melakukan aktivitas fisik, badan terasa lebih panas
(gerah) dari biasa, dan banyak berkeringat, kemungkinan ini gejala aktivitas kelenjar
gondok di batang leher berlebihan (hyperthyroid
Kelenjar gondok tidak harus membengkak seperti pada penyakit gondok endemik akibat
kekurangan iodium, namun fungsi gondoknya saja yang berlebihan, sehingga
menimbulkan keluhan dan gejala seperti di atas itu. Agar tidak sampai mengganggu
kehamilan, maupun janin yang dikandung, gangguan kelenjar gondok pun perlu diatasi.
8. Kencing manis
Ibu hamil dicurigai kencing manis jika bertubuh gemuk, berasal dari keluarga dengan riwayat
kencing manis, mengeluh sering haus terus, banyak berkemih, dan merasa lapar terus. Ibu
hamil dengan kencing manis akan melahirkan anak yang lebih besar dari normal.
Seberapa bisa, kencing manis ibu hamil terkontrol agar tidak berpengaruh buruk terhadap
anak yang dikandung. Pertolongan khusus perlu diberikan untuk bayi yang dilahirkan
dari ibu yang kencing manis.
9. Ibu hamil dengan infeksi
Ibu hamil dengan demam tinggi dan berlangsung lebih dari 3 hari harus dipikirkan
kemungkinan terjadi infeksi. Apa pun penyebab infeksinya, tidak menyehatkan bagi janin
yang dikandung. Dokter perlu memeriksa kalau-kalau infeksinya berefek buruk terhadap
anak.
10. Kejang-kejang
Ibu hamil dengan kejang-kejang tidak boleh dianggap enteng. Kejang-kejang sendiri bisa
disebabkan oleh infeksi selaput otak (meningitis), atau pada otak sendiri (encephalitis).
Namun, paling sering disebabkan oleh penyakit eclampsia seperti sudah dibahas di atas.
Jangan tunda pergi ke dokter, sebab setiap kejang-kejang harus dianggap keadaan yang
serius.
11. Keluar darah dan lendir dari liang rahim
Keluar darah dari liang rahim pada masa kehamilan kurang dari 28 minggu atau 7 bulan,
kemungkinan terjadi keguguran. Ancaman keguguran yang masih awal dapat dibendung
dengan perawatan khusus, agar janin selamat sampai cukup bulan. Namun akan gagal
mempertahankan kehamilan jika perdarahan telanjur banyak dan berlebihan.
Keluar darah pada kehamilan yang lebih tua, kemungkinan ada gangguan pada air-ari.
Keluar darah dapat disertai rasa nyeri mulas melilit di perut bawah, bisa juga tidak.
Keluarnya darah dengan rasa nyeri disertai keluarnya lendir, apalagi jika sampai keluar
air ketuban (menyerupai air seni), tergolong keadaan gawat darurat kehamilan. Ibu harus
segera dilarikan ke rumah sakit, mencegah seberapa mungkin dalam 24 jam kehamilan
masih dapat dipertahankan.
12. Kehamilan terganggu
Jika pada kehamilan muda (6-10 minggu) atau kurang dari dua setengah bulan keluar
perdarahan dari liang rahim, disertai nyeri, mulas melilit di perut bawah, selain
kemungkinan keguguran, dapat juga sebab kehamilan yang terganggu (KET atau
Kehamilan Ektopik Terganggu).
Normalnya, kehamilan tumbuh di dalam rongga rahim. Namun, tidak demikian dengan
kehamilan yang tersasar ke tempat tumbuh yang lain. Kehamilan di luar rahim disebut
kehamilan ektopik (ectopic pregnancy), yang dapat terjadi di saluran telur, indung telur,
atau di mana saja di luar rahim. Kehamilan di luar rahim dapat saja selamat sampai
kehamilan cukup bulan, namun lebih sering mengalami gangguan. Jika kehamilan yang
tersasar sampai terganggu, terpaksa anak harus dikeluarkan kendati belum cukup bulan.
13. Keluar darah setelah kehamilan 28 minggu
Jika keluar darah setelah kehamilan 28 minggu atau 7 bulan, kemungkinan ada gangguan
pada ari-ari. Kalau bukan luruhnya ari-ari dari perlekatannya pada dinding rahim (solutio
placentae), kemungkinan lain adalah mengelupasnya sebagian tepi ari-ari dari dinding
rahim lantaran lokasi perlekatannya berada di sekitar mulut rahim (placentae praevia).
Keduanya tergolong gawat darurat yang memerlukan pertolongan rumah sakit segera.
14. Keluar cairan ketuban
Ketuban atau bungkus bayi dalam kandungan tidak boleh pecah sebelum tiba waktunya
persalinan. Jika sampai pecah, berarti cairan ketuban akan tumpah keluar dari liang
rahim, dan anak yang seharusnya terlindung steril di dalamnya terancam bahaya tercemar
oleh bibit penyakit dari dunia luar. Keadaan ini disebut Ketuban Pecah Dini (KPD), yakni
keluar cairan menyerupai air seni tapi tak berbau pesing, sebelum merasa mulas-mulas
tanda awal persalinan.
Kadang-kadang, cairan ketuban tidak bening lagi, melainkan sudah kehijau-hijauan,
tanda sudah terinfeksi kuman dari luar. Infeksi cairan ketuban mengancam janin yang
terbungkus di dalamnya. Ini pun tergolong gawat darurat. Janin perlu diselamatkan agar
tidak sampai menderita infeksi di dalam kandungan ibunya.
Induksi Kehamilan
Induksi persalinan adalah pencetusan persalinan buatan. Augmentasi persalinan
menggunakan teknik dan obat yang sama dengan induksi persalinan, tetapi dilakukan setelah
kontraksi dimulai secara spontan. Biasanya induksi persalinan hanya dilakukan jika ibu
memiliki masalah kebidanan atau jika ibu maupun bayinya memiliki masalah medis. untuk
menentukan kematangan janin secara akurat, sebelum dilakukan induksi, bisa dilakukan
amniosentesis
Pada induksi persalinan biasanya digunakan oksitosin, yaitu suatu hormon yang
menyebabkan kontraksi rahim menjadi lebih kuat. hormon ini diberikan melalui infus
sehingga jumlah obat yang diberikan dapat diketahui secara pasti. Selama induksi
berlangsung, denyut jantung janin dipantau secara ketat dengan menggunakan alat pemantau
elektronik. Jika induksi tidak menyebabkan kemajuan dalam persalinan, maka dilakukan
operasi sesar.
Pada augmentasi persalinan diberikan oksitosin sehingga kontraksi rahim bisa
secara efektif mendorong janin melewati jalan lahir. Tetapi jika persalinan masih dalam fase
inisial (dimana serviks belum terlalu membuka dan kontraksi masih tidak teratur), lebih baik
augmentasi ditunda dengan membiarkan ibu beristirahat dan berjalan-jalan.
Kadang terjadi kontraksi yang terlalu kuat, terlalu sering atau terlalu kuat dan
terlalu sering. keadaan ini disebut kontraksi disfungsional hipertonik dan sulit untuk
dikendalikan. Jika hal ini terjadi akibat pemakaian oksitosin, maka pemberian oksitosin
segera dihentikan. diberikan obat pereda nyeri atau terbutalin maupun ritodrin untuk
membantu menghentikan maupun memperlambat kontraksi.
Tahapan : cc dextrose 5%, dicampurkan 5 IU oksitosin sintetik. Cairan oksitosin dialirkan
melalui infus dengan dosis 0.5 mIU sampai 1.0 mIU per menit, sampai diperoleh respons
berupa aktifitas kontraksi dan relaksasi uterus yang cukup baik. Dimulai dari 8 tetes dan
dinaikkan 4 tetes/15 menit. Dengan Maksimal tetesan 40 tetes. Ini semua dilakukan untuk
mendapatkan Kontraksi Rahim yang adekuat sehingga menyebabkan pembukaan jalan lahir.
Evaluasi Keberhasilan Induksi oleh tenaga Medis dapat dilihat dalam score Bishop.
Bila, sudah di induksi dengan Infus Drip 3x tapi tetap tidak ada kemajuan, dikatakan
INDUKSI GAGAL. Dan bila kegagalan persalinan dikarenakan rahim yang tak mau
berkontraksi (POWER), penanganan selanjutnya dapat dilakukan dengan cara Sectio
Caesarea.
III. DESKRIPSI KASUS
Ny Anti (34 tahun) dalam keadaan hamil (G3P2A0), ANC teratur di bidan, diketahui tidak
ada kelainan. Ny Anti masuk rumah sakit dengan keluhan umum perut mules seperti mau
melahirkan, ketuban merembes sejak kemarin (23 jam yang lalu) dan kaki agak bengkak.
Ketika air ketuban merembes, sang suami karena khawatir segera membawa istrinya ke
Rumah sakit terdekat. Di perjalanan sang suami membantu istrinya menenangkan diri dan
belajar bernafas dengan baik untuk memperlancar persalinan dan tidak membuat stress janin.
Sesampainya di rumah sakit, hasil pemeriksaaanya sebagai berikut :
Ny Anti umur 34 tahun, G3P2A0, usia kehamilan 37 minggu
TB : 155 cm, BB sebelum hamil : 53 kg, BB sesudah hamil : 60 kg, naik 7 kg
Air ketuban : kuning agak keruh tidak bau, merembes 23 jam yang lalu
Suhu : 36,6 ⁰ C
TD : 135/85 mmHg
Nadi : 80x / menit
RR : 23x / menit
Proteinuria : -
Tidak mual muntah
Tidak sakit kepala
Tidak ada kelainan pada bayi
Penyakit DM, hipertensi, paru, dan jantung disangkal.
Rokok, alcohol, narkoba juga disangkal.
Kontraksi : 1 kali tiap 5 menit
Panggul : cukup untuk melahirkan normal
Bayi tidak mengalami stress = DJJ : 138 x / menit, gerakan aktif, teratur
USG : bayi dalam posisi siap lahir, sudah di panggul, kepala bayi tidak sungsang
Sudah pembukaan 3; 1 jam kemudian tidak ada pembukaan berarti.
Bishop Score pelvic : 8
Diagnosa : kehamilan harus segera diakhiri (induksi labour)
IV. PEMILIHAN OBAT RASIONAL
1. Induksi Labour
a. Oksitosin
Mekanisme aksi : Oksitosin menimbulkan kontraksi ritmik rahim dan efeknya meningkat
dengan meningkatnya umur kehamilan. Dosis kecil akan meningkatkan kekuatan kontraksi,
dosis besar atau dosis berulang akan menimbulkan kontaksi tetanik.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap oksitosin. Pada persalinan spontan atau pada
kasus yang membahayakan janin atau ibu seperti placenta praevia atau vasa praevia,
prolaps, hambatan kelahiran mekanik, distres janin/kontraksi hipertonik uterus, predisposisi
uterus ruptur pada multi kehamilan atau multi paritas, polihidramnion, adanya keloid akibat
operase cesar sebelumnya, Pemberian oksitosin jangka panjang tidak dianjurkan pada uterus
inersia resisten, preeklamsi berat dan gangguan kardiovaskuler berat.
Efek samping : Pada ibu Hipotensi, Hipoglikemia, Retensi urin
b. Alkaloid ergot
Mekanisme aksi : Mempunyai cara kerja agonis parsial dan/atau aktivitas antagonis
terhadap triptaminergik, dopaminergik dan reseptor alfa adrenergik; tergantung pada
tempat kerjanya. Bersifat stimulan uterin yang aktif, menyebabkan kostriksi pembuluh darah
perifer dan karnial dan menghasilkan depresi pada pusat vasomotor.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap ergotamin dan komponen lain dalam sediaan,
hipertensi, alkaloid ergot, dikontraindikasikan dengan inhibitor CYP3A4 (termasuk inhibitor
protease, antifungi golongan azol, dan beberapa antibiotik makrolida) dan ibu hamil.
Efek samping : Pada jantung : tidak ada impuls, bradikardia, fibrosis katup jantung,
cyanosis, edema, perubahan ECG, gangren, hipotensi, iskemia, tekanan prekordial dan
nyeri, takikardia, vasospamus,vertigo, gatal-gatal,mual, muntah, sakit otot, paratesia, lemah,
fibrosis pleuropulmonari, rasa dingin yang berlebihan.
c. Prostaglandin
Mekanisme aksi : Merangsang kontraksi uterus, sehingga mengakibatkan evakuasi isi
uterus.
Kontraindikasi : Hamil, laktasi, hipersensitif terhadap prostaglandin
Efek samping : Hipersensitifitas, glaucoma, sickle cell anemia, hipotensi, stenosis,
bagian dari ari-ari yang tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim karena
dipaksa melahirkan, infeksi, pendarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, perobekan rahim.
2. Terapi suportif (larutan Infus)
Infus NaCl
Mekanisme aksi : Menyediakan ion ekstrasel yang paling penting dalam kadar agar
mendekati fisiologis (menyeimbangkan elektolit dalam tubuh).
Kontraindikasi : -
Efek samping : Pada pemberian dosis besar dapat menyebabkan penumpukan natrium
(hipernatremia), hiperkloremia, dan udem.
Infus Dekstrose
Mekanisme aksi : Memberikan kalori sebagai sumber energi dan menggantikan cairan
yang hilang selama dehidrasi.
Kontraindikasi : Hiperglikemia, diabetes insipidus, sindroma malabsorpsi glukosa-
galaktosa, anuria, perdarahan intrakranial atau intraspinal.
Efek samping : Pada injeksi glukosa khususnya yang hipertonik mungkin pH-nya
rendah dan dapat menimbulkan iritasi vena dan tromboflebitis.
V. EVALUASI OBAT TERPILIH
Induksi persalinan
Ethica® (komposisi : oxytocin)
Dosis : Awal = 5 IU secara iv dalam 500 ml dextrose 5%. Kecepatan infuse 4
miliunit/menit (8 tetes/menit)
30 menit setelahnya = kecepatan infuse dinaikkan menjadi 8 miliunit/menit (16 tetes/menit)
30 menit setelahnya = dinaikkan lagi menjadi 12 miliunit/menit (24 tetes/menit)
Setelah terjadi respon pada dosis ini, kecepatan infuse dipertahankan sampai bayi lahir
Durasi : 3 jam
Interaksi obat : prostaglandin, anestesi inhalasi, vasokonstriktor.
Perhatian : -
Analisis biaya : 10 IU/ml x 1 ml x 10 = Rp.29.150,-
Alasan pemilihan obat :
Oksitosin memiliki t1/2 yang pendek yaitu 3 menit sehingga dapat terjadi peningkatan
kontraksi uterus segera setelah pemberian.
Terapi Suportif
Dextrose 5% EURO-MED
Dosis : 3 ml/kgBB/jam = 180 ml/jam
Durasi : 5 hari
Interaksi obat : -
Perhatian : asidosis laktat, gangguan ginjal, sepsis berat
Analisis biaya : 5% x 1 L x 12 = Rp.8.000,-
29 kantung 1 L = Rp 17.600,-
Alasan pemilihan obat
Paling kompatibel dengan oksitosin serta dapat menambah kalori untuk pasien.
VI. PEMBAHASAN
Induksi kelahiran/induksi labor pada pasien (Ny.Anti) diindikasikan karena dengan
menggunakan penilaian dari bishop score pelvic, didapatkan nilai score = 8 yang berarti harus
dilakukan terminasi kehamilan. Penilaian dengan score pelvic dilakukan dengan
memperhatikan posisi janin dan kondisi serviks. Selain itu bila tidak dilakukan terminasi
kehamilan atau induksi labor, maka dikhawatirkan terjadi peningkatan resiko infeksi, hal ini
dikarenakan pecahnya ketuban yang dimana dapat menjadi media pertumbuhan
mikroorganisme yang dapat membahayakan pasien. Pecahnya ketuban terjadi 23 jam
sebelum pasien dirujuk ke rumah sakit.
Induksi kelahiran dilakukan dengan menggunakan oksitosin iv yang dicampurkan pada
infuse dextrose 5%, berdasarkan Handbook of Injectable Drug, campuran ini kompatibel.
Dosis yang digunakan untuk pasien dinaikkan secara bertahap setiap 30 menit, hal ini
dilakukan karena pada dosis pertama tidak menghasikan respon yang berarti dan terlihat
respon yang diinginkan adalah pada dosis 12 miliunit/menit, respon berupa kontraksi pada
uterus pasien. Dosis ini dipertahankan hingga 12 jam pada saat bayi lahir. Alasan pemilihan
oksitosin adalah karena memiliki t-1/2 yang pendek (sekitar 3 menit) sehigga respon dapat
segera dihasilkan setelah pemberian. Sedangkan, Ergot alkaloid dapat digunakan sebagaI
alternative piihan untuk induksi kelahiran, tetapi karena kontraksi yang dihasilkan terlalu
keras dan lama sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu janin dan uterus. Selain itu,
prostaglandin juga dapat digunakan sebagai induksi labour, tapi karena efek pada fetal belum
diketahui maka keamanannya masih belum bisa dipastikan.
Terapi tambahan yang diberikan pada pasien dalam tatalaksana induksi kelahiran ini
adalah pemberian infuse dengan tujuan untuk mengganti kalori maupun cairan tubuh yang
hilang selama proses persalinan. Hal ini penting dilakukan agar pasien tetap memiliki nutrisi
atau sumber tenaga yang cukup untuk melewati proses persalinannya, karena pemberian
asupan nutrisi secara oral tidak dimungkinkan. Infuse yang digunakan adalah infuse dextrose
5%. Dipilihnya infuse dextrose karena kompatibel dengan oksitosin. Penggunaan infuse NaCl
dapat menyebabkan udem, sehingga dextrose lebih dipilih dibanding infuse NaCl.
VII. MONITORING
Sebelum partus :
1. Suhu tubuh setiap 2 jam
2. Pembukaan setiap 1 jam
3. Tekanan darah setiap 2 jam
4. Rasa nyeri yang mungkin terjadi pada kepala, perut bagian kanan atas atau pada
bagian epigastrum setiap 1 jam
5. Produksi urin setiap 1 jam
Pasca partus :
1. Suhu badan sehari sekali selama di RS
2. Tekanan darah sampai jam ke-6 pasca partus
3. Kadar protein dalam urin 1 bulan pasca partus
4. Kondisi udem tubuh setiap hari
5. Produksi urin sehari sekali sehari selama di RS
Bayi :
1. Denyut jantung setiap 6 jam
2. Respiratory rate (RR) setiap 6 jam
3. Suhu tubuh setiap 6 jam
VIII. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
1. Sebelum kelahiran anjurkan ibu untuk berbaring miring ke kiri agar bayi tidak
terhimpit plasenta.
2. Anjurkan ibu untuk mengganjal kaki dengan bantal dengan posisi kaki agak tinggi
apabila terdapat udem kaki.
3. Jelaskan alasan dilakukan induksi kelahiran kepada ibu dan keluarga.
4. Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan dan
kelahiran bayinya. Dukungan dari suami, orang tua, dan kerabat yang disukai ibu
sangat diperlukan dalam menjalani proses persalinan.
5. Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya membantu ibu untuk
berganti posisi, melakukan rangasangan taktil, memberikan makanan dan minuman,
teman bicara, dan memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan
melahirkan bayinya.
6. Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan
anggota keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan
atau kelahiran bayi kepada mereka.
7. Tenteramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani persalinan. Lakukan
bimbingan dan tawarkan bantuan jika deperlukan.
8. Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat melahirkan.
9. Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu untuk mengejan apabila ada dorongan kuat
dan spontan untuk mengejan. Jangan menganjurkan untuk mengejan berkepanjangan
dan menahan napas. Anjurkan ibu untuk beristirahat saat berkontraksi
10. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya setelah lahir. Dapat merangsang oksitosin otak
untuk mengeluarkan plasenta.
11. Anjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi untuk mengembalikan kondisi ibu
setelah melahirkan.
IX. KESIMPULAN
1. Pasien didiagnosa harus melakukan terminasi kehamilan karena bila proses persalinan
lebih lama lagi, dapat membahayakan ibu maupun janin.
2. Obat yang digunakan untuk menginduksi persalinan adalah oksitosin (Ethica®)
4. Sedangkan untuk memperbaiki kondisi tubuh digunakan larutan infus dextrose 5%
(Dextrose 5% Euro-med®) agar mengganti kalori maupun cairan tubuh yang hilang.
5. Monitoring yang perlu dilakukan mencakup monitoring pada kondisi ibu serta
janin/bayi.
6. KIE yang penting yaitu mencoba membuat pasien (ibu) lebih rileks dalam melewati
proses persalinan serta pada keluarga perlu disampaikan agar mendampinginya untuk
meningkatkan hasil persalinan.
X. JAWABAN PERTANYAAN
1. Jika umur janin masih kurang dari 36 minggu, tetapi sudah pecah ketuban, bolehkah
dilakukan induksi labor? (Murojil)
Jawab: jika ketuban sudah pecah sebelum minggu ke-36, berarti sudah terjadi
premature rupture membrane. Keadaan seperti ini adalah salah satu indikasi untuk
dilakukannya induksi labor.
2. Apakah ada obat untuk meredakan rasa sakit akibat induksi labor? (Lucia)
Jawab: persalinan dengan induksi labor memang rasanya akan lebih sakit jika
dibandingkan dengan persalinan normal. Secara khusus, tidak ada obat yang
digunakan untuk mengurangi rasa sakitnya. Jika memang ibu tidak dapat menahan
rasa sakit karena induksi labor, mungkin dapat direkomendasikan beberapa alternatif
untuk persalinan, seperti water birth atau bedah caesar.
3. Apakah water birth dapat diaplikasikan pada janin dengan induksi labor? (Elisabeth)
Jawab: water birth tetap dapat dilakukan pada janin yang diinduksi labor. Oksitosin
yang digunakan untuk induksi labor diberikan melalui infus intravena, sehingga tidak
mengganggu proses persalinan, meskipun dilakukan dengan water birth. Water birth
malah akan sangat menguntungkan, karena dapat mengurangi rasa nyeri saat
persalinan.
4. Bagaimana jika induksi labor tidak berhasil? (Suhaine)
Jawab: dilakukan titrasi dosis oksitosin sampai dosis maksimal. Jika tetap tidak ada
perubahan gejala pada ibu, maka dapat direkomendasikan untuk dilakukan bedah
caesar, karena janin juga tidak baik jika terlalu lama ada di dalam rahim.
5. Mana yang lebih baik, induksi labor atau bedah caesar? (Suhaine)
Jawab: tergantung dari pilihan si ibu. Jika ibu dapat menahan rasa sakit dan
menginginkan persalinan secara normal, maka induksi labor dapat dilakukan. Akan
tetapi, jika ibu tidak tahan sakit, maka dapat dilakukan bedah caesar.
6. Ada kasus seorang ibu yang sudah hamil 4 kali, dan pada bulan ke-7 selalu
keguguran. Bagaimana cara edukasinya? (Check)
Jawab: kejadian seperti ini disebut dengan Intra Uterin Fetal Death (IUFD), yaitu
kematian janin dalam kandungan yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20
minggu atau pada trimester kedua. Penyebabnya antara lain adalah:
a. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
b. Preeklampsia dan eklampsia
c. Perdarahan
d. Kelainan kongenital (bawaan) bayi
e. Ketidakcocokan golongan darah ibu dan janin
f. Janin yang hiperaktif
g. Gawat janin
h. Kehamilan lewat waktu (postterm)
i. Infeksi saat hamil
j. Kelainan kromosom (http://hilalahmar.com/artikel/kematian-janin-dalam-
kandungan)
7. Bisakah induksi labor dilakukan dengan vacum? (Lathifa)
Jawab: induksi labor tidak dapat dilakukan dengan vakum, karena ada perbedaan
indikasi untuk keduanya. Indikasi untuk dilakukan kelahiran dengan vakum adalah
indikasi pada ibu, misalnya, karena persalinan yang lama, ibu menderita penyakit
tertentu seperti jantung, darah tinggi (hipertensi), terutama dengan kejang-kejang
(pre-eklampsia). Begitu pula jika ibu memiliki bekas operasi. Sedangkan indikasi
pada anak, bila terjadi gawat janin, denyut jantung janin lebih atau kurang dari
normal. Sedangkan syarat-syaratnya adalah tidak adanya disproporsi kepala panggul,
pembukaan sudah lengkap, serta ketuban negatif atau sudah pecah (tak ada lagi).
pada kasus kali ini, induksi labor dilakukan karena ibu sudah sampai pada pembukaan
3 dan tidak ada perkembangan setelahnya. Jadi, penggunaan vakum tidak dapat
diaplikasikan karena tidak memenuhi syarat untuk melahirkan dengan vakum
(pembukaan belum lengkap) (http://www.hypno-birthing.web.id/?p=180)
8. Kapan infus mulai diberikan? (Azatul)
Jawab: segera setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium pada ibu. Pada
saat pemberian oksitosin, sampai selama pasien berada di rumah sakit. Pada
pemberian oksitosin dilakukan pencampuran dalam infuse glukosa yang diberikan
pada pasien.
9. Ibu ini hamil anak keberapa? Apakah ada efeknya jika seorang ibu hamil pada usia
tua? (Ahmath)
Jawab: G3P2A0, artinya si ibu sedang hamil anaknya yang ketiga (G3), sebelumnya
pernah hamil dua kali (P2), dan tidak pernah mengalami abortus (A0)
Usia yang paling aman pada wanita untuk hamil dan melahirkan adalah sekitar usia
20-30 tahun. Pada usia ini wanita dalam keadaan optimal, dengan kata lain, angka
morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi yang terjadi akibat kehamilan dan
persalinannya paling rendah. Dengan bertambahnya umur, jumlah sel telur semakin
sedikit, kemampuan rahim untuk menerima embrio juga menurun.
(http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2007/06/rawankah-hamil-di-usia-tua)
10. Apakah induksi labor bisa dilakukan pada janin kembar? (Suraiyya)
Jawab: bisa, asalkan kondisi ibu dan janin telah memenuhi syarat untuk dilakukannya
induksi labor.
11. Bagaimana cara mengatasi hipoksia pada bayi? (Fauzia)
Jawab: pemberian oksigen pada bayi sampai gejala hipoksianya hilang, (dimasukan
pada inkubator)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007, MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 7, Info Master, Jakarta.
Anonim, 2008, Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 43, Penerbit Ikatan Sarjana
Farmasi Indonesia, Jakarta.
Dipiro, Joseph T., et al, 2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach Seventh
Edition, Mc Graw-Hill, New York.
Katzung, B., 2001, Farmakologi Dasar dan Klinik, diterjemahkan oleh Prof. Dr. Hazwar,
Edisi II, 158-180, EGC, Jakarta
Lacy, Charles F., et al (Ed.), 2008, Drug Information Handbook 17th Edition, Lexi-Comp,
Hudson.
Muchid, Abdul, dkk, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Sukandar, dkk, 2008, ISO Farmakoterapi, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta.
Tjay, Tau Hoan, Kirana Rahardja, 2002, Obat-Obat Penting: Khasiat. Penggunaan, dan
Efek-Efek Sampingnya Edisi V, Elex Media Computindo, Jakarta.
Wells, Barbara G., et al, 2009. Pharmacotherapy Handbook Seventh Edition. New York: Mc
Graw-Hill.
Yogyakarta, 26 Desember 2010
Dosen jaga Praktikan (ketua kelompok)
Woro Harjaningsih, Sp.FRS, Apt. Febriana T.R.