induksi masyarakat pendidik strategi...

19
INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN DAERAH 3 T Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Karya tulis ilmiah disusun untuk mengikuti symposium Guru 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan OLEH NIP. 19620603 199003 2006 IR. RUTH MA WIDIANTI, M.Pd. PENGAWAS SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN NABIRE PAPUA 2016

Upload: lydiep

Post on 04-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI …simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/tendik_2/Ir.RuthM.A... · ketidak hadiran guru dalam kelas serta rendahnya kompetensi guru. Disisi

INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI PENINGKATAN

MUTU PEMBELAJARAN DAERAH 3 T

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Karya tulis ilmiah disusun untuk mengikuti symposium Guru 2016

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

OLEH

NIP. 19620603 199003 2006 IR. RUTH MA WIDIANTI, M.Pd.

PENGAWAS SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN NABIRE

PAPUA 2016

Page 2: INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI …simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/tendik_2/Ir.RuthM.A... · ketidak hadiran guru dalam kelas serta rendahnya kompetensi guru. Disisi
Page 3: INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI …simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/tendik_2/Ir.RuthM.A... · ketidak hadiran guru dalam kelas serta rendahnya kompetensi guru. Disisi
Page 4: INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI …simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/tendik_2/Ir.RuthM.A... · ketidak hadiran guru dalam kelas serta rendahnya kompetensi guru. Disisi

ABSTRAK

IR. RUTH MA WIDIANTI, M.Pd. 2006. INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN DAERAH 3 T.

Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Demikian halnya dengan anak-anak usia sekolah yang berada di Daerah 3 T (Tertinggal, Terluar, Terpencil) berhak memperoleh pendidikan yang bermutu.

Mutu pendidikan daerah pinggiran terutama di daerah 3 T merupakan permasalahan yang selalu terjadi tanpa solusi. Sehingga bukan rahasia lagi jika output (lulusan) pendidikan dari Daerah 3 T memiliki kompetensi yang sangat rendah dibandingkan output pendidikan di Kota baik kemampuan Iptek maupun kemampuan berkomunikasi. Rendahnya mutu lulusan adalah indicator rendahnya mutu pembelajaran.

Penyebab rendahnya mutu pembelajaran daerah 3 T adalah karena ketidak hadiran guru dalam kelas serta rendahnya kompetensi guru. Disisi lain daerah memiliki masyarakat local sebagai sumber daya yang dapat difungsikan sebagai guru.

Induksi masyarakat pendidik adalah solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan mutu pendidikan di daerah 3 T. Induksi masyarakat pendidik adalah program peningkatan kemampuan masyarakat local secara terbimbing sehingga memiliki kompetensi minimal sebagai guru sehingga peserta didik dapat melaksanakan proses belajar secara optimal melalui bimbingan serta motivasi dari masyarakat pendidik sebagai guru.

Kata kunci : Induksi Masyarakat Pendidik, Mutu Pembelajaran, Lulusan, Mutu pendidikan, Masyarakat pendidik, Daerah 3 T

Page 5: INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI …simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/tendik_2/Ir.RuthM.A... · ketidak hadiran guru dalam kelas serta rendahnya kompetensi guru. Disisi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat dan

lindunganNya maka karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Karya ilmiah ini adalah

catatan pengalaman dalam melakukan supervise sekolah di daerah 3 T melalui

peningkatan kemampuan guru dan peran masyarakat bagi pendidikan di Negara

tercinta ini.

Masih banyak kekurangan yang perlu ditambah tetapi dengan penuh

keyakinan , karya ini nantinya dapat menjadi masukan untuk menjawab tantangan

dari berbagai pendapat tentang rendahnya mutu pendidikan di daerah 3 T.

Kepada para Kepala Sekolah, Guru, Pemerintahan Distrik, Masyarakat

Pendidik di Distrik Napan dan Distrik Kepulauan Mora terima kasih untuk

kerjasamanya, Suami dan anak –anak juga terima kasih atas doa-doanya serta

rekan-rekan pengawas sebagai team seperjuangan yang selalu ingin menjadikan

pendidikan di Kabupaten Nabire menjadi tolok ukur Pendidikan di Tanah Papua.

Amin.

Nabire, November 2016

Penulis

Page 6: INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI …simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/tendik_2/Ir.RuthM.A... · ketidak hadiran guru dalam kelas serta rendahnya kompetensi guru. Disisi

PENGANTAR

UUD RI tahun 1945 pasal 31 menegaskan bahwa tiap-tiap warga

Negara berhak mendapat pengajaran bahkan dalam UU RI No 20 Tahun

2003 tertulis bahwa setiap warga Negara mempunyai hak yang sama

untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Demikian halnya dengan

anak-anak usia sekolah yang berada di Daerah 3 T (Tertinggal, Terluar,

Terpencil) berhak memperoleh pendidikan yang bermutu.

Pendidikan bermutu menurut Jerome S. Arcaro

dalam http://harrychanz.blogspot.co.id/2012/03/kualitas-pembelajaran-

mutu.html adalah pendidikan yang mampu melakukan proses pematangan

kualitas peserta didik yang dikembangkan dengan cara membebaskan

peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan,

ketidakbenaran, ketidakjujuran, dan dari buruknya akhlak dan keimanan.

Mutu pendidikan daerah pinggiran terutama di daerah 3 T

merupakan permasalahan yang selalu terjadi tanpa solusi. Sehingga

bukan rahasia lagi jika output pendidikan dari Daerah 3 T memiliki

kompetensi yang sangat rendah dibandingkan output pendidikan di Kota

baik kemampuan Iptek maupun kemampuan berkomunikasi. Contoh

terbaru adalah ditemukannya dua siswa baru lulusan SMP daerah 3 T

pada Tahun Ajaran 2016-2017 di SMK Petra Nabire belum lancar

membaca. Kondisi ini bukan hal baru bagi guru di kota pada awal tahun

ajaran. Kesulitan berkomunikasi juga menjadi kendala bagi guru termasuk

rendahnya pengetahuan Matematika, IPS, IPA dan Bahasa Inggris.

Sebuah pengalaman ketika menjadi guru SMK, “saat mewajibkan

setiap peserta didik sebagai pewawancara untuk menggali informasi dari

Page 7: INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI …simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/tendik_2/Ir.RuthM.A... · ketidak hadiran guru dalam kelas serta rendahnya kompetensi guru. Disisi

seorang pengusaha Peternakan yang diperankan oleh guru mata

pelajaran”. Setelah menunggu giliran, seorang peserta didik dari

pedalaman (3 T) dengan polosnya bertanya kepada guru “Ibu, sejak kapan

ibu dipelihara

Rendahnya mutu lulusan bukan karena ketidak mampuan peserta

didik tapi karena Kegiatan Belajar Mengajar yang jarang dilakukan bahkan

tidak pernah dinikmati oleh peserta didik. Bagaimana mungkin mutu

lulusan akan baik jika guru tidak pernah hadir dalam kelas atau guru yang

mengajar tidak memahami dan memiliki kompetensi seorang guru.

babi?”. Ironis, tapi itulah kondisi yang terjadi di lapangan dan

masih banyak kejadian lain yang mengindikasikan bahwa mutu

pendidikan di daerah tertinggal, terluar dan terpencil perlu mendapat

perhatian serius dari semua pihak. Rendahnya mutu lulusan dan mutu

pendidikan adalah indicator rendahnya mutu pembelajaran.

Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan diatas adalah

Induksi Masyarakat Pendidik yaitu program peningkatan kemampuan

masyarakat local secara terbimbing sehingga memiliki kompetensi

minimal sebagai guru.

Tujuan Induksi Masyarakat Pendidik adalah memberi pengetahuan

sekaligus pembekalan dan pendampingan kepada masyarakat local

tentang 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh guru (Kepribadian,

Pedagogik, Profesional dan Sosial) sekaligus mengatasi ketidak hadiran

guru di sekolah. Dengan demikian diharapkan masyarakat dapat

melaksanakan tanggung jawabnya secara sukarela sebagai guru

professional di sekolah untuk mengatasi ketidak hadiran pada Daerah 3 T.

Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini adalah :

1. Bagi Peserta Didik . Peserta didik dapat melaksanakan proses

belajar secara optimal melalui bimbingan serta motivasi dari

masyarakat pendidik sebagai guru.

Page 8: INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI …simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/tendik_2/Ir.RuthM.A... · ketidak hadiran guru dalam kelas serta rendahnya kompetensi guru. Disisi

2. Bagi Masyarakat Pendidik. Masyarakat Pendidik memiliki

pengetahuan dan ketrampilan mendidik dan mengajar setara

dengan jabatan guru yang diharapkan oleh peserta didik dan

pemerintah.

3. Bagi Sekolah. Sekolah dapat berjalan secara optimal terutama

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tanpa kekurangan guru. Kelas-

kelas kosong dapat teratasi.

4. Bagi Pemerintah. Pemerintah memiliki masyarakat pendidik yang

dapat membantu pemerataan proses layanan pendidikan di daerah-

daerah Tertinggal, Terpencil dan Terjauh agar setara dengan

daerah kota.

Page 9: INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI …simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/tendik_2/Ir.RuthM.A... · ketidak hadiran guru dalam kelas serta rendahnya kompetensi guru. Disisi

MASALAH

Rendahnya mutu lulusan sebagai indicator rendahnya mutu

pembelajaran adalah masalah yang selalu dihadapi oleh masyarakat

terutama peserta didik daerah 3 T. Disisi lain daerah 3 T memiliki

masyarakat local atau aparat pemerintah sebagai sumber daya manusia

bahkan kekuatan daerah yang dapat difungsikan sebagai tenaga pendidik.

Hasil supervise pengawas sekolah setiap tahun sejak Tahun 2007

hingga September Tahun 2016 pada sekolah-sekolah di daerah 3 T

Kabupaten Nabire Papua yang terdiri dari Distrik Siriwo, Wapoga, Napan,

Moora, Teluk Umar, Uwapa, Yaro dan Yaur ditemukan 90% kelas kosong

tanpa kehadiran guru. Bahkan tahun 2013 di beberapa Sekolah tidak

terlihat adanya Kegiatan Belajar Mengajar yaitu sekolah dalam kondisi

kosong tanpa kepala sekolah, guru bahkan peserta didik. Disamping

ketidak hadiran guru pada beberapa sekolah , pemahaman terhadap 4

(empat) kompetensi guru juga sangat rendah yang ditunjukan dengan

“prinsip asal mengajar” tanpa persiapan dan dasar sebagai pendidik.

Pemanfaatan masyarakat local dalam kegiatan belajar mengajar di

sekolah selayaknya dibekali dengan pemahaman dan pengetahuan

tentang kompetensi guru agar kegiatan belajar mengajar mampu

menciptakan pembelajaran yang bermutu.

Page 10: INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI …simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/tendik_2/Ir.RuthM.A... · ketidak hadiran guru dalam kelas serta rendahnya kompetensi guru. Disisi

PEMBAHASAN DAN SOLUSI

Pembelajaran adalah proses aktif peserta didik yang mengembangkan

potensi dirinya (Dananjaya, 2013). Sedangkan dalam UU no 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran adalah proses interaksi

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar. Proses interaksi antara pendidik dan peserta didik menjadi sangat

penting dalam pembelajaran karena tanpa adanya interaksi edukatif proses

pembelajaran tidak akan efektif..

A. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pembelajaran Daerah 3 T.

Secara sederhana kemampuan yang harus dimiliki oleh guru yaitu

kemampuan merencanakan pembelajaran, proses pembelajaran serta

evaluasi pembelajaran. Bahkan menurut Susilo (2007 : 97) bahwa untuk

menciptakan pendidikan yang berkualitas tentunya dibutuhkan komponen-

komponen yang berkualitas dan memadai. Salah satunya adalah guru

yang professional.

Menurut Suyanto dan Jihad. (2013 : 21) seorang guru yang

memiliki profesionalisme tinggi akan tercermin dalam sikap mental serta

komitmennya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas professional

berbagai cara dan strategi. Ia akan selalu mengembangkan dirinya sesuai

dengan tuntutan perkembangan zaman sehingga keberadaannya

senantiasa memberikan makna professional.

Sosok guru professional inilah yang tidak ditemukan di daerah 3 T

bahkan di pinggiran maupun di kota khususnya Kabupaten Nabire. Guru

mengajar tanpa perangkat adalah hal biasa yang sering ditemukan.

Penilaian perangkat ajar guru rata-rata tahun 2013 adalah 33, artinya jauh

Page 11: INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI …simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/tendik_2/Ir.RuthM.A... · ketidak hadiran guru dalam kelas serta rendahnya kompetensi guru. Disisi

dari nilai standar minimal 75. Bahkan untuk daerah 3 T sama sekali guru

tidak membuat perangkat ajar. Selain tanpa perangkat, kondisi lain yang

sering ditemukan adalah waktu belajar yang pendek yaitu masuk jam 8

dan jam 10 sekolah sudah kosong, metode ajar konvensional, serta

penampilan guru yang urakan yaitu berambut gimbal, menggunakan

sandal, baju tidak dikancing penuh bahkan mengajar sambil merokok. ,

Hal ini seperti yang diungkapkan Shoimin (2013 : 92) bahwa ditemukan

beberapa penyakit yang bersarang pada diri guru sehingga guru tersebut

tidak professional dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Beberapa penyakit menurut Shoimin tersebut antara lain Asma (asal

masuk), Kudis (kurang disiplin), Hipertensi (Hilang perhatian terhadap

nasib siswa), Kurap (kurang rapi) dan Kusta (Kurang Strategi).

B. Masyarakat Pendidik

Masyarakat dalam UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, adalah kelompok Warga Negara Indonesia nonpemerintah yang

mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan. Perhatian

dan peranan masyarakat dalam bidang pendidikan bukan hanya secara

materi tetapi juga tanggung jawab moral terutama pada proses

pembelajaran. Sedangkan masyarakat pendidik adalah masyarakat dalam

artian diatas yang mau secara sukarela untuk menjadi guru pada

sekolah-sekolah di Distrik-distrik 3 T bahkan pinggiran.

Masyarakat pendidik berasal dari masyarakat yang bertempat

tinggal di sekitar sekolah dari kalangan pegawai negeri, swasta, petani

maupun masyarakat biasa dengan tingkat pendidikan yang beragam.

Kehadiran masyarakat pendidik di beberapa sekolah sangat membantu

proses pembelajaran untuk mengatasi ketidak hadiran guru dalam kelas.

C. Induksi Masyarakat Pendidik dan Peningkatan Mutu Pembelajaran.

Page 12: INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI …simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/tendik_2/Ir.RuthM.A... · ketidak hadiran guru dalam kelas serta rendahnya kompetensi guru. Disisi

Program Induksi Masyarakat Pendidik (PIMP) adalah adopsi dari

Program Induksi Guru Pemula (PIGP) yaitu program nasional yang telah

ditetapkan oleh pemerintah melalui Permendiknas no 27 tahun 2010.

PIGP meliputi kegiatan orientasi, pelatihan ditempat kerja,

pengembangan , dan praktik pemecahan berbagai permasalahan dalam

proses pembelajaran/bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan

yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah atau

masyarakat (Kemdikbud, 2012).

Berdasarkan uraian diatas maka PIMP merupakan kegiatan

pembimbingan bagi masyarakat yang mau menjadi guru secara sukarela

agar dapat melaksanakan tugasnya sebagai guru dengan baik.

Melalui PIMP masyarakat akan memahami kompetensi yang harus

dimiliki oleh seorang guru karena guru bukan saja sosok yang bisa

dicontoh serta diteladani oleh peserta didik tetapi juga masyarakat. Seperti

yang diungkapkan oleh Usman (1995 : 7) bahwa tugas guru dalam bidang

kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua

kedua. Bahkan ditambahkan bahwa bila seorang guru dalam

penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia

tidak dapat menanam benih pengajarannya itu kepada para siswanya,

Para siswa akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik. . Oleh

karena itu diharapkan melalui PIMP terbentuk masyarakat pendidik

dengan kepribadian yang kuat serta kompetensi social yang diakui oleh

masyarakat, dapat mentransfer ilmu dan menjadi pendidik yang disegani.

Seperti pendapat Suyanto dan Jihad (2013 : 21) bahwa seorang guru yang

memiliki profesionalisme tinggi akan tercermin dalam sikap mental serta

komitmennya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas professional

melalui berbagai cara dan strategi.

Page 13: INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI …simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/tendik_2/Ir.RuthM.A... · ketidak hadiran guru dalam kelas serta rendahnya kompetensi guru. Disisi

.

SOLUSI

Upaya peningkatan mutu pembelajaran di daerah 3 T untuk

mengatasi ketidak hadiran guru melalui peningkatan kompetensi masyarakat

pendidik menjadi gruu professional adalah melalui Program Induksi

Masyarakat Pendidik yaitu dengan langkah-langkah :

A. Persiapan

Persiapan yang dilakukan sehubungan dengan kegiatan Program

Induksi Masyarakat Pendidik adalah:

1. Inventarisasi kebutuhan guru di Distrik/Kecamatan daerah 3 T.

2. Pengumuman dan pendaftaran bagi masyarakat untuk menjadi

guru sukarela dan mau mengikuti Program Induksi Masyarakat

Pendidik

3. Persiapan adminitrasi kegiatan pembimbingan termasuk biodata

peserta, format-format perangkat ajar dan panduan serta materi

pembinaan.

4. Penunjukan nara sumber dan pengawas pendamping.

5. Penyusunan time schedule kegiatan.

B. Penguatan.

Penguatan bagi masyarakat pendidik diberikan melalui workshop

dengan materi Kompetensi Guru, Guru di abad Milenium, Metode belajar

aktif dan kreatif serta perangkat mengajar guru. Kegiatan dilaksanakan

selama 3 hari seperti yang sering dilakukan pengawas Kabupaten Nabire

dalam tugas ke daerah 3 T. Masyarakat pendidik yang umumnya tidak

berlatar belakang sarjana pendidikan bahkan hanya lulusan SMA/SMK

sangat antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. Pada akhir

Page 14: INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI …simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/tendik_2/Ir.RuthM.A... · ketidak hadiran guru dalam kelas serta rendahnya kompetensi guru. Disisi

kegiatan, masyarakat pendidik wajib mengumpul perangkat ajar yang akan

digunakan pada pertemuan berikutnya.

Umumnya kegiatan dikuti oleh anggota Polri, Petugas Kesehatan,

Tokoh Agama, tokoh masyarakat, Pegawai Distrik bahkan LSM peduli

lingkunngan maupun ibu rumah tangga dan pemuda pemudi yang ingin

mengabdi bagi peningkatan mutu pendidikan di daerahnya.

C. Pelaksanaan Pembimbingan

Bimbingan diberikan secara individu kepada masyarakat pendidik

meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil proses

pembelajaran. Bimbingan dalam proses pembelajaran dapat dilakukan

dengan cara memberi motivasi tentang pentingnya tugas guru; serta

perencanaan pembelajaran/pembimbingan, pelaksanaan

pembelajaran/pembimbingan dan penilaian hasil belajar/bimbingan siswa.

Selanjutnya pembimbingan dilakukan dengan observasi pembelajaran oleh

pembimbing sekurang-kurangnya satu kali setiap bulan pada masa

pelaksanaan program induksi dari bulan kedua sampai dengan bulan

kesembilan.

D. Penilaian

1) Metode Penilaian

Penilaian masyarakat pendidik merupakan penilaian kinerja

berdasarkan elemen kompetensi guru: kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Keempat

kompetensi dinilai melalui observasi pembelajaran/pembimbingan serta

observasi terhadap penampilan serta etika yang bersangkuta. Deskripsi

hasil penilaian menjadi masukan atau umpan balik untuk perbaikan

pada.pelaksanaan pembelajaran dan pembimbingan berikunya.

Penilaian dan Lembar Hasil Penilaian: Penilaian kinerja dilakukan dengan menggunakan Lembar Hasil

Penilaian Kinerja Guru Pemula (Format LHPK).

Page 15: INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI …simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/tendik_2/Ir.RuthM.A... · ketidak hadiran guru dalam kelas serta rendahnya kompetensi guru. Disisi

Hasil skor akhir selanjutnya dimasukkan dalam kriteria sebagai

berikut:

91 - 100 = Amat Baik

76 – 90 = Baik

61 – 75 = Cukup

51 – 60 = Sedang

50 = Kurang

2) Proses Penilaian Tahap Pertama Penilaian tahap ini dilakukan oleh pembimbing melalui observasi

pembelajaran/pembimbingan dan observasi kegiatan yang menjadi beban

kerja masyarakat pendidik, dilaksanakan sekurangkurangnya satu kali

dalam setiap bulan selama masa penilaian tahap pertama. Tujuan

penilaian tahap pertama ini adalah untuk mengidentifikasi bagian-bagian

yang perlu dikembangkan, memberikan umpan balik secara regular dan

memberikan saran perbaikan dengan melakukan diskusi secara terbuka.

3) Proses Penilaian Tahap Kedua Penilaian tahap kedua dilaksanakan pada bulan kesepuluh sampai

dengan bulan kesebelas berupa observai pembelajaran/pembimbingan

dilanjutkan dengan ulasan dan masukan oleh pengawas yang mengarah

pada peningkatan kompetensi dalam pembelajaran/pembimbingan.

4) Rekomendasi Hasil Penilaian

Mayarakat pendidik yang telah menyelesaikan program induksi

dengan nilai kinerja paling kurang kategori Baik akan diberi sertifikat

sebagai bukti layak untuk menjadi guru sehingga dapat dimanfaatkan oleh

sekolah atau pemerintah dalam mengatasi ketidak hadiran guru tetapi

tidak mutlak untuk diangkat menjadi seorang guru.

Page 16: INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI …simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/tendik_2/Ir.RuthM.A... · ketidak hadiran guru dalam kelas serta rendahnya kompetensi guru. Disisi

KESIMPULAN DAN HARAPAN

A. Kesimpulan

1. Anak usia sekolah di daerah 3 T berhak memperoleh pendidikan yang

bermutu sedangkan kondisi riil menunjukan bahwa Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM) tidak optimal bahkan tidak ada sama sekali karena

ketidak hadiran guru. Akibat KBM yang tidak maksimal, mutu lulusan

pendidikan daerah 3 T rendah sebagai contoh dua peserta didik baru

SMK Petra tahun 2016/2017 tidak lancar membaca..

2. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah 3 T terutama mutu

lulusan dibutuhkan guru professional yang dapat melaksanakan

pembelajaran yang bermutu.

3. Kehadiran masyarakat pendidik dalam kelas untuk mengatasi ketidak

hadiran guru perlu dibekali dengan pengetahuan kompetensi guru

agar tidak asal masuk kelas dan benar-benar bisa menjadi sosok yang

berkepribadian kuat dan menjadi pendidik yang disegani.

4. Melalui Program Induksi Masyarakat Pendidik (PIMP) akan diperoleh

guru professional dibarengi dengan peningkatan mutu pembelajaran

di daerah 3 T.

B. Harapan

Melalui Program PIMP diharapkan tidak ada ketimpangan mutu

pembelajaran dan mutu lulusan di seluruh wilayah Nusantara.

Page 17: INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI …simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/tendik_2/Ir.RuthM.A... · ketidak hadiran guru dalam kelas serta rendahnya kompetensi guru. Disisi

DAFTAR PUSTAKA

http://harrychanz.blogspot.co.id/2012/03/kualitas-pembelajaran-mutu.html

Kemdikbud, (2012). Strategi Pendampingan Program Induksi Guru Pemula. ). Bahan Ajar Diklat Supervisi Pengawas Sekolah. P2TK. BPSDMPKPMP. Jakarta.

Shoimin Aris, 2013. Excellent Teacher. Meningkatkan Profesionalisme Guru Pasca Sertifikasi. Penerbit Dahara Semarang.

Susilo Joko, 2007. Pembodohan Siswa tersistematis. Penerbit Pinus Jogjakarta.

Suyanto dan Jihad Asep, 2013. Menjadi Guru Profesional. Strategi meningkatkan kualifikasi Guru di Era Global. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Undang-Undang Republik IndonesiaI NO 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta

Usman User Moh, 1995. Menjadi Guru Profesional. Penerbit PT. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Page 18: INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI …simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/tendik_2/Ir.RuthM.A... · ketidak hadiran guru dalam kelas serta rendahnya kompetensi guru. Disisi

Lampiran

Perjalanan laut ke Distrik Napan dan Darat ke Distrik Yaro di daerah 3 T

Sekolah tanpa KBM dan sekolah tanpa Kepala Sekolah, Guru dan Peserta didik

Page 19: INDUKSI MASYARAKAT PENDIDIK STRATEGI …simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/tendik_2/Ir.RuthM.A... · ketidak hadiran guru dalam kelas serta rendahnya kompetensi guru. Disisi

Penguatan bagi Guru dan Masyarakat pendidik di Distrik Napan dan Distrik Mora